7
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Hasil Belajar Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Hasil merupakan sasaran-sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar yang baik dimana diperlukan rasa keingintahuan terhadap materi yang ingin dipelajarinya sehingga meningkatkan
aktivitas
siswa
dalam
belajar
yang
meningkatkan
kualitas
pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Menurut Sagala dalam bukunya Asri (2005: 33) tiga kawasan taksonomi hasil belajar yaitu: (1) domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan mulai dari yang sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan (C1) berarti kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, pemahaman (C2) berarti kemampuan menengkap makna atau arti sesuatu hal, penerapan (C3) berarti menggunakan konsep yang telah dipelajari untuk membentuk situasi baru dan nyata, analisis (C4) berarti kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga strukturnya dapat dipahami, sintesis (C5) berarti kemampuan memadukan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang berarti, penilaian (C6) berarti kemampuan menentukan sesuatu hal berdasarkan criteria yang telah ditetapkan. (2) domain afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional yaitu kesadaran berarti kemampuan memperhatikan suatu hal, partisipasi berarti keterlibatan aktif melalui tindakan-tindakan nyata, penghayatan nilai berarti kemampuan untuk menerima nilai, pengorganisasian berarti kemampuan untuk memiliki system nilai, karakterisasi berarti kemampuan untuk memiliki pola hidup
8
dengan sistem mampu mengawasi tingkah lakunya. (3) domain psikomotor mencakup kemampuan-kemampuan motorik yaitu gerakan refleks berarti
kemampuan
melakukan tindakan yang terjadi di luar kehendak sebagai tanggapan dari suatu perangsang, gerakan dasar berarti melakukan gerakan yang bersifat pembawaab dari gerakan refleks, perceptual berarti mengartikan stimuli yang diterima, kemampuan jasmani mengembangkan gerakan-gerakan yang terlatih, gerakan-gerakan yang terlatih berarti melakukan gerakan rumit dengan tingkat tertentu, komunikasi berarti melakukan isyarat gerakan badan. Menurut Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: (1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan; (2) Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambing. Keterampilkan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdevinisi dan prinsip; (3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi pengunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah; (4) Keterampilan motoric adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; serta (5) sikap adalh kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Hasil penilaian ini pada dasarnya adalah hasil belajar yang diukur. Hasil penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai dimana proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar menurut Gagne sebagai berikut: (1)
9
perubahan yang terjadi secara sadar, artinya bahwa individu menyadari dan merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya; (2) perubahan yang terjadi relatif lama artinya perubahan yang terjadi akibat belajar atau hasil belajar bersifat menetap atau permanen; serta (3) perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar adalah meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku baik dalam sikap kebiasaan, keterampila dan pengetahuan. Pengertian-pengertian dari beberapa teori di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar yaitu siswa sudah mampu menyelesaikan tiga ranah yakni kognitif, afektif dan psikomotor dengan bagus, tiga ranah tersebut dapat dalam bentuk perubahan perilaku dan pola pikir pelajar yang berhubungan secara terus menerus sampai memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap hal-hal yang dianggap baru dan bermanfaat sehingganya siswa mampu mengaplikaikan setiap teori yang didapatkan dalam proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari dengan baik. Menurut pendapat penulis bahwa hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif dan psikomotor sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang telah diajarkan. 2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah suatu model pembelajaran yang sering digunakan dalam pendidikan. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
10
Secara umum pembelajaran kooperatif lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyelesasikan masalah dalam proses pembelajaran. Menurut Vygotsky dalam (Agus Suprijono, 2009:56) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah arti penting belajar kelompok. Kelompok dimaksud adalah kelompok belajar dalam proses pembelajaran yang terdiri dari dua orang atau lebih, sebagaimana sesuai dengan pendapat Chaplin dalam (Agus Suprijono, 2009:56) yang mengatakan bahwa kelompok sebagai “a collection of individuals who have some characterctic in common or who are pursuing a commongoal. Two or more persons who interact in any way constitute a group . it is not necessary, however, for the members of a group to interact directly or in face to faca manner”. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara bersama-sama dan dengan struktur keanggotaan yang heterogen. Model pembelajaran kooperatif mendukung siswa dalam belajar, dimana kelompok dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, membahas masalah, memotivasi siswa yang masih malu untuk lebih aktif, dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mengembangkan prosedur pelaksanaan diskusi, lebih banyak informasi yang diperoleh, serta kesimpulan lebih dapat dipertanggung jawabkan. Pembelajaran kooperatif bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Fungsi keterampilan kooperatif adalah untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Untuk membuat keterampilan kooperatif dapat bekerja, guru harus mengajarkan keterampilan- keterampilan kelompok dan
11
social yang dibutuhkan. Keterampilan-keterampilan antara lain ( Ibrahim, dkk., 2000): (a) keterampilan-keterampilan sosial, Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seorang bekerja secara efektif dengan orang lain, (b) keterampilan berbagi, banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah pengelolaan yang serius selama pelajaran pembelajaran kooperatif. Siswa-siswa yang mendominasi sering dilakukan secara sadar dan tidak memahami akibat perilaku mereka terhadap siswa lain atau terhadap kelompok mereka, (c) keterampilan berperan serta, sementara ada sejumlah siswa yang mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain tidak mau atau tidak dapat berperan serta. Terkadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu. Siswa yang tersisih adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan berperan serta dalam kegiatan kelompok, (d) keterampilanketerampilan komunikasi, kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja kelompok ini ditandai dengan miskomunikasi. Empat keterampilan komunikasi, mengulang dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan mengecek kesan adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa untuk memudahkan komunikasi di dalam setiap kelompok, (e) keterampilan-keterampilan kelompok, kebanyakan orang telah mengalami bekerja dalam kelompok di mana anggota-anggota secara individu merupakan orang yang baik dan memiliki keterampilan sosial. Sejalan dengan pendapat Slavin, Roger dalam Huda (2011: 29) menyatakan “cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners own learning and is motivated to increase the learning of other”, pendapat tesebut berarti bahwa pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok
12
yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompokkelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Menurut Nuruhayati (Rusman, 2011: 203) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Melalui pembelajaran kooperatif ini selain siswa diarahkan untuk mencapai indikator pembelajaran yang diharapkan, siswa juga dilatih untuk berinteraksi social. Interaksi sosial ini terbentuk melalui kerja sama dalam kelompok tersebut. Dari teori yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Cooperatif Learning merupakan pembelajaran dalam kelompok yang mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu. Suatu kelompok dalam pembelajaran cooperatif learning ini terdiri dan 4-6 orang. Kelompok-kelompok dalam pembelajaran kooperatif ini terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan berbeda sehingga mereka diberi kesempatan untuk saling membelajarkan, sehingga siswa yang berkemampuan akademik tinggi akan membantu temannya dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Jadi model pembelajaran ini memberdayakan bantuan siswa lain untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan ajar. Agus Suprijono (2009: 65) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 fase utama sebagai berikut.
13
Tabel 1. Fase-fase dalam Cooperative Learning FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set
Menjelaskan
Menyampaikan
tujuan
tujuan
pembelajaran
dan
dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
mempersiapkan peserta didik. Fase 2: present information
Mempresentasikan informasi kepada peserta
Menyajikan informasi
didik secara verbal
Fase 3: Organize students into Memberikan penjelasan kepada peserta didik learning teams.
tentang tata cara pembentukan tim belajar
Mengorganisir peserta didik ke dan membantu kelompok melakukan transisi dalam tim-tim belajar
yang efisien.
Fase 4: Assist team work and study
Membantu tim-tim belajar selama peserta
Membantu kerja tim dan belajar
didik mengerjakan tugasnya.
Fase 5: Test on the materials
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai
Mengevaluasi
berbagai
materi
pembelajaran
atau
kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: provide recognition Memberikan
pengakuan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha atau dan prestasi individu maupun kelompok.
penghargaan
Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa fase-fase dalam Cooperative Learning adalah: (a) siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang tujuan pembelajaran dan siswa dikondisikan untuk siap menerima pelajaran, (b) siswa diberi kesempatan untuk mendengarkan sedikit materi pembelajaran dan
14
mempelajarinya sendiri, (c) siswa dengan bimbingan dari guru membentuk kelompokkelompok kecil secara heterogen, (d) siswa mulai bekerja mengerjakan tugas dalam kelompok-kelompok kecil tersebut, (e) siswa diuji dalam penelitian ini dengan integrasi model pempelajaran cooperative tipe picture and picture dan snowball drilling, dan (f) siswa mendapatkan penghargaan atas kerja sama dalam kelompok tersebut. Slavin (Huda 2011: 68-69) mengidentifikasi tiga kendala utama terkait dengan Cooperative Learning, yakni: (a) Free Rider, yaitu beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya, mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya yang lain, (b) Diffusion of responsibility adalah suatu kondisi dimana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang lebih “mampu”, (c) Learning a part of task specialization adalah suatu kondisi dimana siswa hanya fokus pada bagian materi yang menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian materi yang lain yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu sama lain. Menurut Huda (2011: 59) pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan, yakni: (a) pembelajaran yang efektif bagi semua siswa, (b) pembelajaran yang menjadi bagian integratif bagi perubahan paradigma sekolah saat ini, (c) pembelajaran yang mampu mendorong terwujudnya interaksi dan kerja sama yang sehat diantara guruguru yang terbiasa bekerja secara terpisah dari orang lain. Menurut pendapat penulis bahwa model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas dalam pembelajaran yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
15
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture-Picture Model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran dan tentunya dengan kemasan dan kreatifitas guru. Karana setiap model pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif, tanpa persiapan yang matang pembelajaran apapun akan membuat siswa menjadi jenuh. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT (information comunication technology) dapat menggunakan Power Point atau softwere yang lain. Salah satu keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture adalah siswa mengurutkan gambar sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik atau tipe ini dapat digunakan dalam mata pelajaran tertentu dan untuk semua tingkat usia anak didik. Picture and picture adalah suatu tipe belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Sehingga siswa yang cepat mengurutkan gambar jawaban atau soal yang benar, sebelum waktu yang ditentukan habis maka merekalah yang mendapat poin. Menurut pendapat penulis model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture merupakan metode belajar yang menggunakan gambar sebagai media belajar. Gambar tersebut yang masih dalam keadaan acak/random yang kemudian diurutkan atau dipasangkan sesuai dengan pasangannya Permainan Picture and Picture ini bertujuan untuk memperluas wawasan serta kecermatan siswa dalam menyelami suatu konsep Hidrosfer.
16
Langkah-langkah (Suprijono : 2009) : (1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) menyajikan materi sebagai pengantar, (3) guru menunjuk/memperhatikan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, (4) guru menunjuk/memenggil siswa secara bergantian memasangkan/mengurutkan gambargambar menjadi urutan yang logis, (5) guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut, (6) dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menamakan konsep materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, (7) kesimpulan. Keunggulan model pembelajaran picture and picture: (1) memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan oleh guru ketika menyampaikan materi pelajaran, (2) siswa cepat tanggap atas materi yang disampiakan karena diiringi dengan gambar-gambar, (3) siswa dapat membaca satu persatu sesuai dengan petunjuk yang ada pada gambar-gambar yang diberikan, (4) siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan bagi mereka atas tugas yang diberikan guru karena berkaitan dengan permainan mereka sehari-hari yakni main gambar-gambar, (5) adanya saling berkompetensi antar kelompok dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan oleh guru sehingga seuasana kelas terasa hidup, (6) siswa lebih kuat mengingat konsepkonsep atau bacaan yang ada pada gambar, (7) menarik bagi siswa dikarenakan melalui audio visual dalam bentuk gambar-gambar. Selain itu model pembelajaran ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Adapun kelebihan dari model ini yakni: (1) guru dengan metode inovatif ini akan dapat dengan mudah mengetahui kemampuan masing-masing siswa, (2) melatih berpikir logis dan sistematis siswa, (3) dengan model ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran, (4) guru hanya sebagai pendamping dalam proses belajar, (5) proses belajar akan dapat diikuti secara seragam oleh siswa.
17
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini yakni: (1) memakan banyak waktu, (2) banyak siswa yang pasif kalau tidak di panggil namanya oleh pengajar, (3) harus mempersiapkan banyak alat dan bahan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan dengan model tersebut, (4) membutuhkan biaya yang tidak sedikit. 2.4 Metode Snowball Drilling Metode snowball drilling dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik. Metode snowball drilling merupakan suatu metode yang menggambarkan kecepatan suatu kelompok menyelesaikan paket soal dengan benar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya pada suatu putaran. Pada metode snowball drilling sisi guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai subjek, sehingga pola interaksi yang terjadi adalah antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa. Suprijono (2009: 105), mengungkapkan bahwa Metode snowball drilling dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan-bahan bacaan. Dalam penerapannya, peran guru mempersiapkan paket soal dan menggelinding bola salju berupa soal latihan. Adapun langkah-langkah dari metode ini yaitu: (1) Guru menggelinding bola salju berupa latihan soal dengan cara menunjuk atau mengundi salah seorang siswa untuk menjawab soal nomor satu secara acak. Kemudian jika siswa yang diberi kesempatan menjawab nomor satu benar, maka dia berhak menggelinding bola salju dengan menunjuk atau memilih seorang teman lain untuk menjawab soal nomor 2. (2) jika siswa yang diberi kesempatan menjawab gagal maka diwajibkan untuk menjawab soal nomor 2 dan seterusnya hingga peserta didik tersebut brhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu. (3) Jika pada gelindingan (putaran) pertama bola salju masih terdapat item-item soal yang belum terjawab, maka soal-soal tersebut dijawab oleh
18
peserta didik yang mendapat giliran. (4) Diakhir pembelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik. Tujuan dari penggunaan metode snowball drilling adalah melatih kesiapan siswa dalam mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan maupun melakukan interaksi dengan temannya dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan. Metode Snowball drilling berusaha untuk menuntut perhatian siswa yang tinggi dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Disamping itu dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan dengan tuntutan pertanyaan kepada teman lain maupun guru. Metode ini juga melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik, dapat pula merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut. Berikutnya dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru serta melatih kesiapan siswa. Pembelajaran dengan metode snowball drilling akan berlangsung hidup dan menggairahkan para siswa yang pada akhirnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran akan meningkat. Kelebihan dari metode ini yakni: (1) pembelajaran menjadi menyenangkan bagi siswa, (2) siswa menjadi aktif dan antusias dalam proses belajar mengajar, (3) meningkatkan tanggung jawab siswa, (4) penguasaan materi menjadi lebih mudah, karena melatih siswa agar mampu menggunakan kalimat sendiri dalam memahami suatu konsep, dan (5) menambah pengetahuan siswa dalam berfikir kritis tentang jawaban pada soal-soal dari tigkat mudah sampai tersulit. Sedangkan kekurangan dari metode ini yakni: (1) suasana kelas ketika belajar akan sedikit ribut, karena pengaruh dari kegiatan Snowball drilling, (2) membutahkan waktu yang cukup dalam proses snowball drilling.
19
Menurut pendapat penulis metode snowball drilling merupakan metode belajar berupa permainan bola salju yang berupa soal-soal latihan. Metode ini sangat baik untuk keaktifan siswa sehingga siswa dapat memahami dengan mudah materi yang diajarkan. Selain itu, metode ini juga dapat memberikan rasa tanggung jawab siswa yang mendapat bola salju (di dalamnya terdapat latihan soal) untuk menjawab pertanyaan dengan benar, sehingga setiap siswa harus mempunyai kesiapan. 2.5 Integrasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture dengan Metode Snowball Drilling Integrasi berasal dari bahasa Latin yaitu integer, yang berarti keseluruhan atau seluruh dan bersifat utuh. Integer adalah menggabungkan beberapa bagian sehingga dapat bekerja sama atau membentuk keseluruhan. Secara etimologi integrasi merupakan pembauran yang menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Langkah-langkah pelaksanaan Pembelajaran Integrasi model pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture dengan Metode Snowball Drilling sebagai berikut: (1) Guru menampilakan gambar-gambar siklus hidrologi: panjang, sedang, pendek, (2) Meminta kepada siswa untuk mengamati gambar tersebut, (3) meminta kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya dan mendiskusikannya sampai dapat berkenaan dengan materi Hidrosfer, (4) menyampaikan tujuan pembelajaran, (5) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang, (6) Membagikan potongan-potongan gambar siklus air pendek, sedang dan panjang, (7) Meminta siswa mempelajari gambar sampai setiap anggota kelompok memahami siklus air panjang, pendek dan sedang, (8) Setelah anggotaanggota kelompok memahami siklus air, guru menyampaikan aturan main, (9) Guru menggelinding bola salju dengan cara menggundi untuk mendapatkan kelompok yang mendapat giliran pertama, (10) Bagi kelompok yang menerima bola kertas, maka
20
kelompok tersebut melakukan pengundian dengan
anggota kelompok untuk
mendapatkan siswa yang mendapat giliran mengurutkan gambar di depan kelas, (11) Bagi siswa yang menerima bola kertas maju ke depan kelas untuk mengurutkan gambar sesuai dengan urutannya. Kemudian menanyakan alasan dasar urutan gambar tersebut, (12) Jika urutan gambar-gambar tersebut tepat, maka siswa yang menerima bola kertas berhak menggelinding bola kertas ke anggota kelompok lain, (13) Jika urutan gambar tersebut kurang tepat, maka anggota kelompok lain memperbaiki urutan gambar tersebut. Begitu seterusnya sampai semua kelompok menerima gelindingan bola salju, (14) Memberikan penjelasan tambahan. 2.6 Materi Hidrosfer 2.6.1 Pengertian Hidrosfer Menurut Asdak (2010: 4) “Hidrosfer berasal dari kata Hidro artinya air dan sphere artinya lapisan/selubung. Jadi hidrosfer
adalah lapisan air dalam segala
bentuknya (cairan, gas, padat) yang ada di permukaan bumi”. Daerah perairan meliputi samudra, laut, danau, sungai, gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Diperkirakan hampir tiga per empat muka bumi tertutup oleh air. Air di bumi memiliki jumlah yang tetap dan senantiasa bergerak dalam suatu lingkaran peredaran yang disebut siklus hidrologi, siklus air atau daur hidrologi. Air adalah bahan yang ditemukan pada bumi dalam 3 fasa (wujud) yaitu, padat (es), cair, dan gas (uap air). Dalam bentuk padat, air berada dalam atmosfer salju, dan sebagai kristal es atau es batu (hail stone) di dalam awan. Di bumi tampak dalam bentuk ladang salju, air beku dalam tanah, atau sebagai glasier (es) di pegunungan yang tinggi. Es juga tampak sebagai gunung es (icebergs) disamudra sebagai air beku di danau. Es berinteraksi dengan bumi padat, laut, dan udara. Dalam bentuk glasier, es dapat mengubah bentuk daratan. Es dapat muncul dari atmosfer
21
melalui deposisi, dari hidrosfer melalui pembekuan, dan kembali lagi diatmosfer melalui penguapan dan sublimasi. 2.6.2 Daur Hidrologi Daur hidrologi secara alamiah menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama proses daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut dan tidak pernah berhenti, air tersebut akan bertahan (sementara) di sungai, danau dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup lainnya. Asdak (2010: 5) menjelaskan bahwa dalam daur atau siklus hidrologi, energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada air, tanah dan transpirasi pada tumbuhan dan evapotranspirasi. Uap air sebagai hasil dari evaporasi tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai hujan. Daur hidrologi secara alamiah dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini yang menunjukkan gerakan air dipermukaan bumi.
Gambar 1. Proses terjadinya siklus hidrologi Daur atau siklus hidrologi secara alamiah seperti terlihat pada gambar di atas, menunjukkan gerakan air dipermukaan bumi. Proses siklus hidrologi yaitu perjalanan
22
air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian kepermukaan tanah dan kembali lagi ke laut tidak pernah berhenti (Asdak, 2010: 7) Di permukaan bumi air selalu berputar menurut siklus yang terjadi. Siklus hidrologi dibagi menjadi tiga yaitu: (1) Siklus pendek : yaitu air laut yang munguap, terkondensasi, membentuk awan dan turun hujan di laut. Intinya air dari laut langsung kembali ke laut, (2) Siklus sedang: yaitu penguapan air laut, sungai, rawa, atau danau terkondensasi menjadi awan, terbawa kedaratan dan turun hujan lalu mengalir ke selokan, sungai, danau, dan kembali ke laut. Intinya air dari laut, turun di darat, kembali lagi ke laut, (3) Siklus panjang: Air laut, dan daratan, termasuk respirasi tumbuh-tumbuhan menguap menjadi awan dan terbawa kedaratan dan turun hujan. Air hujan sebagian masuk ke tanah menjadi air tanah, diserap tumbuh-tumbuhan, ada yang turun hujan sebagai salju dan akan mencair sedikit demi sedikit dalam waktu yang lama dan akhirnya kembali ke laut. Intinya air dari laut, turun di puncak gunung turun sebagai air tanah, ke darat dan kembali lagi ke laut. 2.6.3
Jenis-Jenis Perairan Perairan yang ada di permukaan bumi ada 2 yaitu perairan darat dan peraran
laut. Macam-macam perairan darat sebagai berikut : 1. Sungai Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah air yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau atau sungai yang lebih besar. A. Jenis-jenis sungai yang ada sebagai berikut : a. Berdasarkan sumbernya : 1. Sungai mata air : sumbernya berasal dari mata air 2. Sungai hujan : sumbernya berasal dari air hujan
23
3. Sungai gletser : sumber airnya berasal dari es yang mencair 4. Sungai campuran : sumber airnya berasal dari campuran mata air, gletser dan hujan. b. Berdasar keadaan airnya : 1. Sungai permanen : sepanjang tahun airnya relatif tetap besar. 2. Sungai periodik : airnya pada musim hujan banyak sedangkan musim kemarau berkurang. 3. Sungai episodik : airnya kering pada musim kemarau dan ada pada musim hujan. c. Berdasarkan struktur lapisan/geologi : 1. Sungai anteseden : sungai yang dapat mengimbangi pengangkatan batuan yang dilaluinya dan dapat mempertahankan alirannya, karena erosi sungai lebih cepat dibandingkan dengan pengangkatan batuan. 2. Sungai epigenesa : sungai yang terus menerus mengikis batuan yang dilaluinya secara vertikal sehingga mencapai batuan induknya. d. Berdasarkan arah alirannya : 1. Sungai konsekuen : arah alirannya sesuai dengan kemiringan lereng yang dilaluinya. 2. Sungai subsekuen : arah alirannya tegak lurus dengan sungai konsekuen dan muaranya pada sungai konsekuen. 3. Sungai obsekuen : arah alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekuen ( kemiringan lereng) dan bermuara atau anak sungai subsekuen. 4. Sungai resekuen : arah alirannya mengikuti kemiringan lereng batuan tetapi bermuara di sungai subsekuen.
24
5. Sungai insekuen : arah dan pola alirannya tidak menentu, tidak mengikuti kemiringan lereng. B. Pola aliran sungai 1. Pola radial (menjari) di bagi menjadi dua : a. Radial sentrifugal : arah alirannya meninggalkan pusat atau menuruni lereng/kerucut gunung. b. Radial sentripetal : arah alirannya menuju pusat atau menuju pusat depresi / penurunan. 2. Pola pararel : pola aliran sungai berbentuk sejajar dengan sungai lainnya dan alirannya menyesuaikan dengan kemiringan lereng, 3. Pola rektangular : bentuknya siku – siku atau hampir mendekati siku – siku. 4. Pola trelis : berbentuk sirip daun, terjadi pada pegunungan lipatan. 5. Pola dendririk : berbentuk seperti pohon dengan cabang – cabangnya. 6. Pola Anular : pada awalnya merupakan pola radial sentrifugal, kemudian timbul sungai subsekuen, obsekuen dan resekuen. C. DAS ( Daerah Aliran Sungai) DAS adalah suatu kesatuan wilayah atau kawasan yang terdiri dari satu sungai induk / besar beserta anak – anak sungainya. Contoh, DAS Brantas, DAS Bengawan Solo, DAS Citarum dan sebagainya. DAS berfungsi sebagai berikut : 1. Sebagai daerah penangkap air hujan. 2. Pengendali banjir pada musim hujan 3. Penyuplai air pada musim kemarau Karena fungsi DAS yang sangat penting maka perlu pelestarian dari kerusakan dan perlu pengelolaan .
25
2. Danau Danau adalah tempat berkumpulnya air pada cekungan tertentu yang berasal dari air hujan, sungai, gletser, air tanah, maupun mata air, dan sudah ada perbedaan suhu pada air tersebut. Jenis-jenis danau sebagai berikut : a. Berdasarkan jenis airnya. 1. Danau air asin: danau yang airnya asin, terletak didaerah panas yang intensitas penguapannya sangat besar. Contoh : Danau Merah. 2. Danau air tawar : danau yang airnya berupa air tawar, terdapat pada daerah basah (banyak hujan). Contoh : danau –danau yang ada di Indonesia ( Danau Toba, Danau Singkarak dan lain-lain). b. Berdasarkan terjadinya 1. Danau tektonik : terjadi karena peristiwa tektonik sehingga mengakibatkan turunnya sebagian permukaan bumi sehingga terbentuk suatu cekungan yang terisi air. Contoh: Danau toba, Danau Singkarak dan sebagainya.. 2. Danaua Vulkanik : terjadi karena air tergenang pada lubang bekas kawah gunung meletus. Contoh: Danau Kalimutu (Flores), Danau Kelud (Jawa Timur) dan sebagainya. 3. Danau Karst : Danau yang terjadi di daerah kapaur. Terjadi akibat pengikisan kapur oleh air. Danau Karst yang berukuran kecil disebut dolin, sedangkan yang ukuran besar disebut uvala. Contoh: danau ini banyak terdapat di pegunungan kapur Gunung Kidul Yogyakarta. 4. Danau Glasial : terbentuk akibat dari proses erosi dan pengendapan glasial, sehingga membentk cekungan–cekungan dan terisi air. Contoh: Danau di Norwegia dan Finlandia.
26
5. Danau Erosi Sungai : terbentuk dari meander sungai yang sudah sangat lama, sehingga terbentuk danau tapal kuda ( Oxbow lake).
4. Danau bendungan atau waduk : Danau yang terbentuk karena adanya
pembendungan sungai baik dari peristiwa alam maupun oleh manusia. Contoh: Waduk Karang Kates, Waduk Jati Luhur, Danau Laut Tawar (Aceh). 3. Rawa Rawa merupakan dataran rendah yang tergenang oleh air, baik air hujan, air tanah, maupun air sungai, yang merupakan tanah lumpur dengan kadar air cukup tinggi. a. Ciri – ciri rawa sebagai berikut : 1. Air bersifat asam karena selalu tergenang air. 2. Tanaman air banyak menutupi permukaannya. 3. Airnya keruh dan warna mendekati merah. 4. Pada dasar rawa terdapat tanaman gambut. b. Penggolongan rawa : Berdasar sifat airnya di bagi tiga yaitu : rawa air asin, air tawar, dan air payau. Berdasar keadaan airnya dibagi menjadi dua yaitu : 1. Rawa pasang surut : terletak didekat sungai atau pantai yang terpengaruh oleh pasang surut sungai dan pantai. 2. Rawa genangan: rawa yang selalu tergenang air, airnya bersifat asam. a. Manfaat rawa : 1. Untuk menahan dan mengurangi erosi di daerah pasang surut. 2. Untuk areal pertanian ( sawah pasang surut) 3. Usaha perikanan darat 4. Penghasil kayu bakau
27
5. Untuk pupuk dan bahan bakar dengan melalui proses pengeringan terlebih dahulu ( tanah gambut). 6. Tumbuhan rawa dapat menghasilkan oksigen dari proses fotosintesis 7. Dapat menjaga keseimbangan antara air asin dari laut dan air tawar yang terdapat di dalam tanah 8. Perlindungan daerah pesisir serta menjaga mutu air dan udara 9. Sebagai lokasi permukiman dengan model rumah bertiang 10. Rawa pantai dengan nipah dan rumbia dapat dimanfaatkan manusia sebagai bahan pembuatan atap. 11. Dapat menghasilkan kayu untuk berbagai keperluan manusia, mencegah terjadinya erosi. 12. Manfaat rawa dapat menjaga garis pantai 13. Bisa menjadi hutan mangrov 14. Pembngkit listrik. 15. Dapat menjaga garis pantai. b. Usaha pelestarian rawa 1. Reboisasi didaerah rawa dengan menanam tanaman air untuk menahan erosi. 2. Tidak mencemari rawa. 3. Tidak merusak tanaman yang ada di rawa. 2.7 Kerangka Berpikir Bertolak dari latar belakang dan kajian pustaka, maka berikut ini akan dikemukakan kerangka berpikir yang menjadi dasar pengajuan hipotesis penelitian. Proses pembelajaran adalah suatu rangkaian peristiwa yang akan mencapai tujuan yang akan dicapai. Hasil belajar yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang diatur oleh guru. Jadi, dalam proses pembelajaran, guru tidak diharapkan sekedar
28
menyuapi siswa dengan materi pelajaran sejumlah fakta dan informasi, akan tetapi bagaimana siswa dapat belajar yang menyenangkan dan memiliki motivasi, sehingga terlibat secara aktif agar dapat memperoleh kebermaknaan belajar. Keberhasilan metode pengajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dipandang efektif, jika dapat meningkatkan hasil belajar dan memperkecil kesulitan siswa untuk memahami pelajaran yang telah diajarkan. Proses belajar mengajar bukanlah hal yang sederhana, karena siswa tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilaksanakan. Proses belajar mengajar pada hakekatnya marupakan upaya dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa oleh guru. Oleh sebab itu dalam pelaksanaannya, guru harus selektif dalam menentukan model belajar mengajar yang diterapkan. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif dengan metode picture and picture dan snowball drilling. Dalam pembelajaran picture and picture siswa ditujuk maju ke depan kelas untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis. Siswa dibimbing agar memiliki kreativitas, mampu berfikir kritis, dan mampu mengeluarkan pendapat. Sedangkan untuk metode snowball drilling berupa permainan (game) dengan menggelinding bola salju berupa latihan soal, sehingga mata pelajaran terutama yang berkaitan dengan hidrosfer menjadi lebih mudah terserap oleh peserta didik. Dengan metode ini sangat baik untuk keaktifan siswa sehingga siswa dapat memahami dengan mudah materi yang diajarkan melalui permainan bola salju. Metode ini, merupakan metode yang dapat memberikan rasa tanggung jawab siswa yang mendapat bola salju (di dalamnya terdapat latihan soal) untuk menjawab pertanyaan dengan benar, sehingga setiap
29
siswa harus mempunyai kesiapan. dengan penggunaan model kooperatif tipe picture and picture dan snowball drilling ini siswa akan lebih aktif dalam proses belajarnya mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta keterlibatannya secara langsung. Berdasarkan hal di atas pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe picture and picture dan snowball drilling diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2.8 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian terdahulu, dilakukan oleh Ni Luh Yanti tahun 2012 dengan judul “Pengaruh Metode Snowball Drilling Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Topik Hidrosfer”, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan nontes. dengan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh metode sowball drilling yang menyebapkan adanya perbedaan dalam hal hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas control. Rata-rata skor hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode snowball drilling lebih tinggi yakni 72,3 dibandingkan dengan siswa yang dalam pembelajaran menggunakan metode ceramah yakni 64,5. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, adalah peneliti menggunakan integrasi model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dengan metode snowball drilling pada kelas eksperimen dan pada kelas control diberikan perlakuan dengan metode snowball drilling. Sedangkan pada penelitian terdahulu diberikan perlakuan dengan metode snowball drilling pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas control diberikan perlakuan pembelajaran langsung. Metode yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah metode eksperimen dengan rancangan pretest dan posttest, sedangkan pada penelitian yang
30
akan peneliti lakukan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan posttest-only control design. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Akmam: 2011, dengan formasi judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Drilling dengan Bantuan Alat Peraga Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik pada Sub Pokok Bahasan Tabung Kelas IX MTs Miftahul Falah Bonang Demak Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian
ini
merupakan
penelitian
kuantitatif
dengan
pendekatan
eksperimental yang dilaksanakan di MTs Miftahul Falah Bonang Demak. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen yakni diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball drilling dengan bantuan alat peraga, sedangkan pada kelas kontrol tetap menggunakan metode konvensional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, dan tes. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada sub pokok bahasan tabung yang digunakan peneliti sebagai dasar hipotesis untuk menarik kesimpulan. Sumber : (http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiaingdl-datulakmam-5877).
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Akmam: 2011 dengan penelitian ini adalah materi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan materi hidrosfer sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan sub pokok bahasan tabung. Pada penelitian sebelumnya diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball drilling dengan bantuan alat peraga, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan integrasi model pembelajaran kooperatif
31
tipe picture and picture dengan metode snowball drilling pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas control diberikan perlakuan dengan metode snowball drilling. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ni’mah: 2012, dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Snowball Drilling Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Perjuangan Melawan Penjajahan Pada Siswa Kelas Vb Sdn Sambeng Todanan Blora Tahun 2012”. Penelitian
ini
merupakan
penelitian
tindakan
kelas
(PTK).
Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, wawancara, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif (Miles & Huberman) yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model kooperatif tipe snowball drilling dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan pada siswa kelas VB SDN Sambeng Todanan Blora tahun 2012. Sumber : (http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=26353). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya di atas yang dilakukan oleh Ni’mah: 2012 yaitu: (1) penelitian sebelumnya merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), sedangkan pada penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. (2) materi yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu tentang konsep perjuangan melawan penjajahan, sedangkan pada penelitian ini menggunakan materi hidrosfer. (3) tujuan penelitian sebelumnya yaitu untuk meningkatkan pemahaman konsep perjuangan melawan penjajahan sedangkan pada penelitian ini ingin melihat perbedaan hasil belajar siswa pada kedua kelas yang diberikan perlakuan yang berbeda.
32
2.9 Hipotesis Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan snowball drilling dengan kelas yang menggunakan metode snowball drilling.