BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A.
Teori Signal (Signalling Theory) Menurut Wolk dalam Reza Suryadi (2013), teori sinyal menjelaskan
mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk menghasilkan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyaakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
11
12
B. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK no. 1 (2012:1-2) menyatakan bahwa: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi necara, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajiakan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan denganh laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.” Untuk memberikan penjelasan yang luas tentang laporan keuangan, berikut ini beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Agnes Sawir (2008:2) mengemukakan tentang laporan keuangan sebagai berikut: “ Laporan Keuangan ialah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba ditahan, dan laporan posisi keuangan.” Menurut Myer dalam Munawir (2007:5) Laporan keuangan adalah: “ Dua daftar disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan.Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba.” Dari berbagai definisi di atas, dapat simpulkan bahwa laporan keuangan ialah suatu daftar ringkasan transaksi keuangan suatu perusahaan pada akhir
13
periode, yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.
Perbedaan Pelaporan dan Laporan Keuangan Haruslah dibedakan antara pengertian Pelaporan keuangan (financial reporting) dan laporan keuangan (financial reports). Pelaporan Keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan peyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan yang berlaku termasuk PABU (prinsip akuntansi berterima umum atau generally accepted accounting principles/GAAP). Laporan keuangan hanyalah salah satu medium dalam penyampaian informasi. Bahkan seharusnya harus dibedakan pula antara statemen (statement) dan laporan (report).
2. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2012) menyatakan bahwa : Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan.
14
Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:12) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan
ekonomi
serta
menunjukkan
pertanggungjawaban
(stewarship) manajemen atas penggunaan sember daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: 1.
Asset
2.
Kewajiban
3.
Ekuitas
4.
Pendapatan dan Beban, termasuk keuntungan dan kerugian, dan
5.
Arus kas
Informasi di atas tersebut beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantu pengguna dalam memprediksi arus kas pada masa depan, khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. Tujuan laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 dalam Ahmad Belkaoui (2006: 212) terbagi menjadi tujuan khusus dan tujuan umum, diantaranya sebagai berikut: 1. Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara
15
wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi keuangan. 2. Tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1) Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis. 2) Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas bisbis yang diarahkan untuk memperoleh laba. 3) Untuk memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi penghasilan bagi perusahaan. 4) Untuk memberikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban. 5) Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan laporan keuangan.
3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Informasi yang ada dalam laporan keuangan yang dibuat oleh suatu perusahaan untuk melaporkan kegiatannya harus memiliki sifat-sifat tertentu untuk memenuhi kebutuhan para pemakai laporan keuangannya. Walaupun kualitas ini tampak jelas dan dianggap merupakan bagian dari laporan keuangan yang terbaik dari suatu informasi dan bagaimanapun ia tergolong penting.
16
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:5) terdapat empat karakter kualitatif pokok laporan keuangan, yaitu: 1. Dapat di pahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam pelaporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pengguna. 2. Relevan Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, masa depan, atau menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi dimasa lalu. 3. Keandalan Informasi juga dapat andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faitfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat diperbandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan secara relatif.
17
4. Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Unsur-unsur atau komponen laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2012) terdiri dari beberapa komponen, yaitu : a. Neraca, menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal neraca tertentu, diantaranya posisi harta, kewajiban, dan modal. b. Laporan Laba Rugi, ringksan aktivitas usaha perusahaan untuk periode yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan kegiatan lainnya. c. Laporan Perubahan Ekuitas, laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kelayakan selama periode pelaporan. d. Laporan Arus Kas, laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan tersebut diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. e. Catatan Atas Laporan Keuangan, memberikan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan, dan informasi penting lainnya.
18
5. Pihak-Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan atau pemakai laporan keuangan menurut Harahap (2007:121) dapat dilihat dari penjelasan sebagai berikut: a. Pemengang Saham Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset, utang, modal, hasil, biaya dan laba. Pemegang saham juga ingin melihat prestasi perusahaan, jumlah deviden yang akan diterima, jumlah pendapatan persaham, jumlah laba yang ditahan dan juga perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu. Dari informasi ini, pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah
ia
menambahnya.
mempertahankan Semua
sahamnya,
tergantung
pada
menjual
atau
kesimpulan
yang
diambilnya dari informasi yang terdapat dalam laporan keuangan atau informasi tambahan lainnya. b. Investor Investor berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya. Untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Dari hasil analisa laporan tersebut, akan dapat menentukan langkah-langkah yng harus ditempuhnya .
19
c. Analisis Pasar Modal Dalam laporan keuangan, analisis padar modal ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disarankan untuk dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan. d. Manajer/Pemimpin Perusahaan Manajer ingin mengetahui situasi ekonomi perusahaan yang dipimpinnya. Seoarang manajer selalu dihadakan kepada seribu satu masalah yang memerlukan keputusan cepat dan setiap saat. Oleh karena itu, manajer harus mengetahui selengkap-lengkapnya kondisi keuangan perusahaan bagi posisi semua pos neraca (asset, utang, modal), laba rugi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor dan sebagainya. e. Karyawan dan Serikat Pekerja Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja diperusahaan tersebut atau sebaiknyapindah ke perusahaan lain. Ia juga perlu mengetahui hasil usaha perusahaan supaya ia bisa menilai apakah penghasilan yang di terimanya adil atau tidak. f. Instansi Pajak Perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak. Semua kewajiban pajak kini mestinya akan tergambar dalam laporan keuangan, dengan demikian instansi pajak (fiskus) dalam hal dapat
20
menggunakan laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga dasar penindakan. g. Pemberi Dana (Kreditur) Sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan yang bersangkutan, kreditur akan melihat terlebih dahulu laporan keuangan perusahaan yang mengajukan permintaan kredit tersebut. h. Supplier Hampir sama dengan kreditur, supplier menggunakan laporan keuangan untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan dan sejauh mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan. i.
Pemerintah/ Lembaga Pengatur Resmi Pemerintah/ Lembaga pengatur resmi sangat membutuhkan laporan keuangan karena ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah di tetapkan.
j.
Lembaga Konsumen Dengan konsep ekonomi pasar dan ekonomi persaingan konsumen sangat diuntungkan. Ia berhak mendapat layanan memuaskan dengan harga equilibrium. Dalam kondisi ini kondisi konsumen terlindung dari kemungkinan praktek baik kualitas, harga, kuantitas dan sebagainya.
21
k. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) membutuhkan laporan keunagan untuk menilai sejauh mana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya. l.
Peneliti/Akademis/Lembaga Peringkat Bagi peneliti maupun akademisi, laporan keuangan sangat penting sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu
yang
berkaitan
dengan
laporan
keuangan
setiap
perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suati hipotesa/penelitan yang ddilakukan.
C. Saham dan Harga Saham 1. Pengertian Saham Menurut darmadji dan Fakhruddin (2006:6) “saham ( stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas”. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Sedangkan menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2006: 1) yaitu “Saham biasa adalah surat berharga bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan”. Dari kedua definisi diatas maka penulis menarik
22
kesimpulan bahwa “ saham adalah tanda penyertaan modal seseorang atau institusi dalam sebuah perusahaan”. 2.
Jenis-jenis Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:7), saham dapat dibagikan menjadi
dua jenis saham, yaitu saham biasa (common stock) dan saham referen (preferred stock). Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang paling dikenal masyarakat. Diantara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior atau akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas kekayaaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi atau tidak memiliki hak-hak istimewa Menurut Darmadji dan Fakhruddin, (2006:7). Karakteristik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain. Saham preferen, meskipun tidak sepopuler saham biasa namun cukup berkembang, merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) hal, antara lain: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.
23
3.
Karekteristik Yuridis bagi Pemegang Saham Beberapa karakteristik yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan, antara
lain : 1. Limited risk, artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkan ke dalam perusahaan. 2. Ultimate Control, artinya pemegang saham (secara kolektif) akan mnentukan arah dan tujuan perusahaan. 3. Residual claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk dividen) dan sisa aset dalam proses likuidasi perusahaan. Pemegang saham memiliki posisi yunior dibanding pemegang obligasi atau kreditor
4.
Keuntungan Pembelian Saham Ekspektasi atau motivasi setiap investor adalah mendapatkan keuntungan dari
transaksi yang mereka lakukan. Bermain saham memiliki potensi keuntungan dalam 2 (dua) hal yaitu : 1.
Dividen yaitu pembagian keuntungan yang dibagikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relative lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut beada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan
24
dividen. Umumnya dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang seperti misalnya pemodal institusi atau dana pensiun dan lain-lain. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupauang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2.
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Pada umumnya para pemegang saham yang berorientasi jangka pendek akan lebih memilih mengejar keuntungan melalui capital gain.
5.
Risiko Kepemilikan Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:13), ada beberapa risiko yang
dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapat dividen dan mengalami capital loss. 1. Tidak Mendapat Dividen Yaitu perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
25
2. Capital Loss Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Denghan demikian, seorang investor mengalami capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang semakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah penghentian kerugian (cut loss). Di samping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risiko lainnya, yaitu : 1) Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi yaitu sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika sebuah perusahaan bangkrut atau likuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan likuidasi, maka pemegang saham akan menempatati posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan juka masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada pemegang saham. 2) Saham di-delist dari bursa yaitu resiko lain yang dihadapi oleh para pemodal jika saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah
26
karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa. 3) Saham dihentikan sementara (suspensi) Di samping dua risiko di atas, risiko lain yang juga “ mengganggu” para investor untuk melakukan aktivitas adalah jika suatu saham di-suspend atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut.
6.
Harga Saham Menurut Dominic (2008: 19) dalam Eka (2013) harga saham adalah
pembagian antara modal perusahaan dan jumlah saham yang di terbitkan. Menurut Jogiyanto (2008:143) harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan di tentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal.
7.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham fluktuasi harga saham dapat
berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah Laba perusahaan, Pertumbuhan aktiva tahunan, Likuiditas, Nilai kekayaan total, Penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah Kebijakan pemerintah
27
dan dampaknya, Pergerakan suku bunga, Fluktuasi nilai tukar mata uang, Rumor dan sentimen pasar, Penggabungan usaha.
8.
Penilaian Harga Saham Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Oleh karena itu,
investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internal, antara lain: laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total, penjualan. sementara itu, faktor ekseternalnya yaitu: kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar, penggabungan usaha (business combination). Penilaian harga saham bertujuan untuk menentukan saham mana yang memberikan
tingkat
keuntungan
yang
seimbang
dengan
modal
yang
diinvestasikan dalam saham tersebut. Menurut Jones dalam Darmadji (2006:159), penilaian terhadap surat dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi atau kondisi industri perbankan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan seperti pendapatan, laba,
pertumbuhan penjualan,
return on equity,
profit
margin untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang. Analisis teknikal salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham dimana dalam metode ini para analisis menggunakan data-data
28
statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham seperti harga saham dan volume transaksi.
D. Deviden Per Share (DPS) 1.
Pengertian Dividen Menurut Fees, Warren, dan Reeve (2012:493) dividen adalah pendistribusian
laba yang dilakukan perseroan kepada pemegang saham. Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012: No.23, paragraph 4), yang dimaksud dengan dividen adalah distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas dengan proporsi mereka dari jenis tertentu. Dividen menurut Weston dan Copeland dalam Ahamad dan Herni (2010: 121) adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham. Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat pemegang saham dan dinyatakan dalam suatu jumlah atau presentase (%) tertentu atas nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividen adalah bagian keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Karena dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan dalam rangka menarik investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham.
29
2. Jenis-jenis Dividen Di dalam Muhammad (2013) Dividen dapat diberikan dalam berbagai bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham, dividen dapat dibedakan menjadi dividen tunai, dividen saham, dividen properti dan dividen likuidasi. 1.
Dividen tunai (cash dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk kas (tunai).
2.
Dividen saham (stock dividend), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan bukan dalam bentuk btunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.
3.
Dividen Properti ( property dividend), yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan suratsurat berharga.
4.
Dividen likuidasi (liquidating dividend), yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih antara nilai realisasi aset perusaan dikurangi dengan semua kewajibannya. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung
dari kebijakan masing-masing perusahaan dan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dari segi perusahaan, membagikan dividen kepada para investor memerlukan pertimbangan yang mendalam karena perusahaan juga harus memikirkan kelangsungan pertumbuhan perusahaan.
30
3.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Nendi Juhandi (2008 : 42-43)bahwa ada beberapa pertimbangan
yang harus dibuat bila akan membuat kebijakan dividen sebagai berikut : 1.
Peraturan Hukum Pertimbangan hukum perlu menjadi pertimbangan perusahaan dalam membuat kebijakan dividen. Karena ada suatu negara yang melarang pembagian dividen dapat mengakibatkan penurunan modal.
2.
Kebutuhan Dana Perusahaan Perusahaan perlu membuat proyeksi anggaran kas, proyeksi sumber dan penggunaan dana serta proyeksi laporan arus kas. Sehingga perusahaan dapat menentukan besarnya dana yang dibutuhkan tanpa adanya perubahan kebijakan dividen.
3.
Tingkat Likuidasi Perusahaan Tingkat
likuidasi
perusahaan
merupakan
faktor
yang
penting
dipertimbangkan. Semakin besar posisi likuidasi perusahaan akan semakin tinggi kemampuan untuk membayar dividen dan sebaliknya semakin rendah pula kemampuan untuk membayar dividen. 4.
Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin cepat menyebabkan meningkatnya kebutuhan dana yang digunakan, perusahaan lebih senang yang berasal dari sumber internal, dengan demikian laba ditahan besar dan dividen kecil biasanya demikian. Maka Dividend payout ratio rendah. Bila
31
dana berikutnya dapat dipenuhi dari pasar modal maka perusahaan akan menetapkan dividend payout ratio yang baru. 5.
Kemampuan Menambah Utang Setiap perusahaan akan selalu menghadapi ketidakpastian di mana posisi likuiditas bukan merupakan satu-satunya cara untuk pelindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian jadi kemampuan untuk memperoleh pinjaman dalam waktu singkat baik dari bank maupun lembaga keuangan non bank dapat menjamin fleksibilitas keuangan yang relatif baik.
6.
Pengendalian Terhadap Perusahaan Dalam usaha mempertahankan control terhadap perusahaan, ada perusahaan yang mempunyai kebijakan ekspansinya menggunakan sumber dana intern saja. Yang menjadi pertimbangan bila ekspansi di danai dari menjual saham baru akan memperlemah control terhadap perusahaan, demikian juga bila didanai dengan menambah utang akan menambah risiko keuangan.
4.
Teori Kebijakan Dividen Dalam dunia keuangan , pada dasarnya terdapat tiga konsep tentang kebijakan
dividen yang paling tepat untuk perusahaan (Farah,2005:142), yaitu : irrelevance theory, bird in the haid theory, tax preference theory
32
1. Irrelevance theory Irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Menurut teori ini, kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham ataupun cat of capital perusahaan. Oleh karena itu, kebijakan dividen menjadi tidak relevan (irrelevant). 2. Bird in the haid theory Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak penting secara tidak langsung, mengasumsikan bahwa investor harus menggunakan tingkat pengembalian yang sama, apakah pendapatan datang melalui perolehan modal atau melalui dividen. Namun, dividen lebih bisa diramalkan daripada perolehan modal, manajemen dapat mengontrol dividen, tapi tak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin menerima pendapatan dari modal daripada dari dividen. Teori ini juga berpendapat bahwa investor menyukai dividen karena kas di tangan lebih bernilai daripada kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Dengan demikian, semakin tinggi dividen yang dibagikan semakin tinggi pula nilai perusahaan. 3. Tax Preference Theory Dikemukakan oleh Litzenberg dan Rasmaswamy dalam Julela (2013). Teori ini berpendapat bahwa dividen cenderung dikenakan pajak lebih tinggi dari capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan
33
yang lebih tinggi. Teori ini menyarankan agar perusahaan lebih menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal atau memaksimumkan nilai perusahaan.
5.
Jenis Pembayaran Dividen Menurut Nendi Juhandi (2008 : 43-44) bahwa ada tiga pendapat tentang
dividen yang seharusnya dibayarkan sebagai berikut : 1. Dividen seharusnya dibayar sebesar-besarnya Pendapat ini mengatakan bahwa dividen dapat meningkatkan harga saham, semakin tinggi harga saham. Bagi investor jumlah uang yang diterima dari dividen mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan capital gain yang lebih sulit untuk diperkirakan. Selain itu pula investor menganggap bagi perusahaan yang membayar dividen tinggi mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik, maka bila ada penurunan dividen berdampak pada pemegang saham untuk menjual saham yang dimilikinya sehingga harga saham menjadi turun.
2. Dividen seharusnya dibayar sekecil mungkin. Pendapat ini mengatakan bahwa dividen dibayar sekecil mungkin sehingga laba ditahan menjadi besar sehingga ada efisiensi karena biayanya lebih rendah dan pada periode berikutnya dapat membayar dividen yang lebih besar. Investasi yang
34
menguntungkan dapat meningkatkan harga saham, sehingga pemegang saham akan mendapat capital gain yang lebih besar. 3. Dividen seharusnya dibayarkan setelah seluruh kesempatan investasi yang memenuhi persyaratan dibelanjai. Bila ada kesempatan investasi yang lebih menguntungkan dan lebih besar pengembalian yang disyaratkan, para pemegang saham lebih senang bila perusahaan menahan laba dan sebaliknya bila pengembalian lebih kecil dari yang disyaratkan pada pemegang saham atau investor lebih senang mendapat dividen. Dalam kenyataannya perusahaan tidak suka menurunkan dividen karena dividen merupakan gambaran tentang prospek perusahaan bagi para pemegang saham. DPS (Dividend Per Share) merupakan total semua dividen tunai yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Menurut Susan Irawati (2006:64) dividen per lembar saham (Dividen Per Share – DPS) adalah besarnya pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar. Rasio DPS menggambarkan besarnya jumlah pendapatan per lembar saham yang akan didistribusikan kepada para pemegang saham biasa.Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung dari kebijakan masingmasing perusahaan dan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen per lembar saham dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
= E. Earning Per Share (EPS)
35
Pengertian Earning Per Share (EPS) Menurut Eduarus Tandelilin (2010: 373), “Earning Per Share adalah laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham di bagi dengan jumlah lembar saham perusahaan”. EPS merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan. EPS juga merupakan alat ukur yang paling sering digunakan dalam lingkaran keuangan. Laba per lembar saham dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
=
F. Debt to Equity Ratio ( DER ) Debt to equty ratio menggambarkan perbandingan antara total utang dengan ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Atau dengan kata lain rasio ini menggambarkan tentang struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dan modal yang bersal dari ekuitas. Pengertian rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio – DER) menurut Tjiptono dan Hendy (2008:200) adalah rasio yang mengukur sejauh mana besarnya hutang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
( G. Pasar Modal
)=
Utang Jangka Panjang Ekuitas
36
Secara umum pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun yang diterbitkan oleh pihak swasta. Pada pasar modal instrument-instrument keuangan yang diperjual belikan seperti saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call). Definisi pasar modal lainnya dikemukakan oleh Husnan (2005:3) yaitu Pasar Modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal yang efisien adalah pasar yang harga sekuritassekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Dengan demikian sangat sulit (bahkan hampir tidak mungkin) bagi para pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan di atas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Informasi dalam artian ini sering disebut sebagai efisiensi informasional. Dari definisi pasar modal yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisasi yang didalamnya terdapat berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang diperjualbelikan baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
37
Pasar modal memiliki peranan besar bagi perekonomian suatu negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memfaatkan dana tersebut untuk keperluan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar
modal memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk
memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif sumber pendanaan bagi perusahaan-perusahaan, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Husnan ( 2005:169 ) mengemukakan bahwa dalam menunjang kegiatan pasar modal ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain adalah : 1.
Supply sekuritas faktor ini menunjukkan banyaknya perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal.
38
2.
Demand akan sekuritas faktor ini menunjukkan banyaknya anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk digunakan membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. Calon-calon pembeli sekuritas tersebut mungkin berasal dari individu, perusahaan non keuangan, maupun lembaga-lembaga keuangan. Sehubungan dengan faktor ini, maka income per kapita suatu negara dan distribusi pendapatan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.
3.
Kondisi politik dan ekonomi, kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.
4.
Hukum dan peraturannya, pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Kebenaran informasi karena itu menjadi sangat penting, di samping kecepatan dan kelengkapan informasi. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan.
5.
Lembaga-lembaga pendukung pasar modal seperti : BAPEPAM, kegiatan di pasar modal pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemilik modal dan pihak yang memerlukan dana secara langsung (artinya tidak ada perantara keuangan yang mengambil alih resiko investasi). Dengan demikian peran informasi yang dapat diandalkan kebenarannya dan cepat tersedianya menjadi sangat penting.
H. Penelitian Terdahulu
39
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti juga berpedoman dari penelitianpenelitan yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain: 1. Retno Widuri (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Raio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia menyatakan bahwa hasil rasio leverage yang di proksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. 2. Dwiatma (2011), melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Wholesale and Retail Trade yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia menyatakan bahwa hasil penelitian secara simultan variabel ROA dan ROE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham dan secara parsial variabel ROA dan ROE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham. 3. Sulardi Setiyo (2011), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh EPS, DER, dan DPR terhadap harga saham (Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) menyatakan bahwa hasil penelitian secara simultan variabel EPS, DER dan DPR berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan secara parsial variabel EPS dan DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham.
40
4. Chrystine Anggrainy Sidabutar (2012), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia menyatakan bahwa hasil penelitian secara simultan CR, DER, dan ROE berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 5. Siti Anggun Saputri (2013), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), Dan Dividen Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012 menyatakan bahwa hasil dengan menggunakan uji t, Current Ratio berpengaruh terhadap saham, Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan Dividend Per Share berpengaruh terhadap saham. 6. Reza Suryadi (2013), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio , Net Profit Margin Dan Dividen Per Share Terhadap Harga Saham BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia menyatakan bahwa dengan hasil menggunakan uji t, Current Ratio berpengaruh secara tidak signifikan terhadap saham, Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham, Net Profit Margin (NPM) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, dan Dividend Per Share berpengaruh terhadap saham.
41
I. Kerangka Pemikiran Teoritis 1. Pengaruh Deviden Per Share (DPS) terhadap Harga Saham. Dividend Per Share (DPS) dapat didefinisikan sebagai bagian pendapatan setelah pajak yang dibagikan kepeda pemegang saham. DPS yang tinggi diyakini akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Perusahaan yang bisa memberikan dividen yang besar, harga sahamnya juga akan meningkat , jika Devidend Per Share (DPS) tinggi maka akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Siti Anggun Saputri (2013) yang menyatakan bahwa DPS secara parsial berpengaruh terhadap harga saham. Jadi, Devidend Per Share berpengaruh terhadap harga saham. H1: Terdapat pengaruh Dividend Per Share terhadap Harga Saham.
2. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham. EPS merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan investor sebelum membuat keputusan investasinya di suatu perusahaan karena investor tentunya mengharapkan pengembalian atau Return yang tinggi dari investasinya sehingga investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang mempunyai EPS yang tinggi. Apabila EPS suatu perusahaan dinilai tinggi oleh investor , maka hal ini pada gilirannya akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut cenderung bergerak naik. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Sulardi Setiyo (2011) yang menyatakan bahwa secara
42
parsial EPS berpengaruh terhadap harga saham. Jadi , Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham. H2: Terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham.
3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham DER atau Debt to Equity Ratio adalah perbandingan antara utang yang dimiliki perusahaan dan total ekuitasmya (Abdul Halim, 2005:23). Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar utang, rasio ini menunjukkan perbandingan antara dana pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika DER perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar utangnya dibandingkan membagi dividen (Abdul Halim, 2005:24). Adapun penelitian yang dilakukan oleh Chrystine Anggrainy Sidabutar (2012) menyatakan bahwa secara simultan CR, DER, dan ROE berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. H3 : Terdapat pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap Harga Saham. Dari uraian di atas dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut :
43
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Teoritis
DER (X1) HARGA SAHAM (Y)
EPS (X2) DPS (X3)
J. Hipotesis Hipotesis
adalah
jawaban
sementara
terhadap
penelitian
yang
keberadaannya harus diuji secara empiris. Hipotesis memberikan keterangan sementara mengenai fenomena (gejala) yang diteliti, dalam hal ini adalah hubungan antara variable bebas dengan variable terikat. Sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H1 : Terdapat pengaruh Dividend Per Share terhadap Harga Saham. H2 : Terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham. H3 : Terdapat pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap Harga Saham.