BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Penelitian
ini
menggunakan
teori
stakeholder
untuk
menjelaskan serta untuk mengembangkan hipotesis – hipotesis yang ada dan yang akan diuji. Pertimbangan menggunakan teori stakeholder karena teori ini mampu menjelaskan kekuatan hubungan yang dijalin perusahaan dengan stakeholders-nya. Yang mana kekuatan hubungan antara perusahaan dengan investor institusional sebagai salah satu stakeholder perusahaan merupakan tujuan dari adanya penelitian ini. Selain itu, teori ini juga digunakan karena telah digunakan secara luas dalam penelitian – penelitian pengungkapan tanggung jawab sosial sebelumnya (Saleh et al, 2010 dalam Yosua, 2011). (stakeholder), selanjutnya disebut tanggungjawab social (social responbility). Fenomena seperti itu terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negative externalities yang timbul serta ketimpangan social yang terjadi Harahap, (2002) dalam Nor Hadi, (2011). Untuk itu,tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur sebatas pada indikator ekonomi dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
terhadap stakeholder, baik internal maupun eksternal. Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan
baik
bersifat
mempengaruhi
maupun
dipengaruhi,
bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Menurut Leo dan Raymond, (2005) dalam Nor Hadi, (2011) stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti: pemerintah, perusahaan pesaing,masyarakat
sekitar,
lingkungan
internasional, lembaga di luar perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum minoritas
dan
lain
sebagainya
yang
keberadaannya
sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Jones, Thomas dan Andrew (1999) dalam Nor Hadi (2011) Untuk itu, tanggungjawab perusahaan yang semula hanya diukur sebatas pada indikator ekonomi dalam
laporan
keuangan,
kini
harus
bergeser
dengan
memperhitungkan faktor-faktor social terhadap stakeholder, baik internal maupun eksternal. Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Stakeholder is a group or on individual who can affect, or be affected by, the success or failure of an organization Luk, Yau, Tse, Alan, Sin, Leo dan Raymond, (2005) dalam Nor Hadi, (2011). Dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti:
pemerintah,
perusahaan
pesaing,
masyarakat
sekitar,
lingkungan internasional, lembaga di luar perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum minoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Berdasarkan pada asumsi dasar stakeholder theory tersebut, perusahaan tidak dapat melepaskan diri dengan lingkungan sosial (social setting) sekitarnya. Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung dalam pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan going concern Adam.C.H, (2002) dalam Nor Hadi, (2011). Esensi teori stakeholder tersebut di atas jika ditarik interkoneksi dengan teori legitimasi yang mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya mengurangi expectation gap dengan masyarakat (public) sekitar guna meningkatkan legitimasi (pengakuan) masyarakat, ternyata terdapat benang merah. Untuk itu, perusahaan hendaknya menajaga reputasinya yaitu dengan menggeser pola orientasi (tujuan) yang semula semata-mata diukur dengan economic measurement yang cenderung shareholder orientation, ke arah memperhitungkan faktor sosial (social factors) sebagai wujud kepedulian dan keberpihakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
terhadap masalah sosial kemasyarakatan (stakeholder orientation) Nor Hadi, (2011) 2.
Teori Legimitasi (Legimitasi Theory) Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam Rosita Candra 2009). Legitimasi dianggap penting bagi perusahaan dikarenakan legitimasi masyarakat kepada perusahaan menjadi faktor yang strategis bagi perkembangan perusahaan ke depan. Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakkan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik fisik maupun nonfisik. O’Donovan (2002) dalam Nor Hadi (2011) berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumberdaya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Legitimasi mengalami pergeseran sejalan dengan pergeseran masyarakat dan lingkungan, perusahaan harus dapat menyesuaikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
perubahan tersebut baik produk, metode, dan tujuan. Deegan, Robin dan Tobin (2002) dalam Nor Hadi (2011) menyatakan legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian (congrued) dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan. Ketika terjadi pergeseran yang menuju ketidaksesuaian, maka pada saat itu legitimasi perusahaan dapat terancam. Pattric Medley (1996) dalam Nor Hadi (2011) memberikan ilustrasi essensi teori legitimasi lewat penggambaran keterhubungan para pihak yang berkepentingan (stakeholder baik internal maupun eksternal) yang memiliki hubungan baik langsung maupun tidak langsung
dan
saling
mempengaruhi
terhadap
perusahaan.
Keterhubungan tersebut dapat memunculkan potensi mendukung (legimate) maupun penekanan (illegitimate) terhadap perusahaan. Dowling dan Pfeffer (1975) dalam Nor Hadi (2011) menyatakan bahwa aktivitas organisasi perusahaan hendaknya sesuai dengan niali sosial lingkungannya. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa terdapat dua dimensi agar perusahaan memperoleh dukungan legitimasi, yaitu: (1) aktivitas organisasi perusahaan harus sesuai (congruence) dengan sistem nilai dimasyarakat, (2) pelaporan aktivitas perusahaan juga hendaknya mencerminkan nilai sosial.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
3. Corporate Social Responsibility (CSR) Pada umumnya, CSR adalah suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan masyarakat yang dapat dilakukan dengan cara melaksanakan berbagai kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat yang berada di sekitar perusahaan. CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders)
berdasarkan
prinsip
kesukarelaan
dan
kemitraan. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai: “kelanjutan komitmen oleh suatu entitas bisnis untuk bertindak secara etis dan berperan untuk pembangunan ekonomi dengan meningkatkan kualitas hidup di tempat kerja dan terhadap keluarga mereka seperti halnya masyarakat local dan masyarakat yang lebih luas.” Sedangkan Bank Dunia mendefinisikan CSR adalah: “CSR is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development.” Social Responsibility merupakan tanggung jawab ketiga yang harus dijalankan perusahaan. Kotler dan Lee (2005: 3) memberikan rumusan;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
“corporate social responsibility is a commitment to improve community well being through discretionary business practices and contributions of corporate resources.” Solihin (2008; 5) menyimpulkan bahwa dalam definisi tersebut, Kotler dan Lee memberikan penekanan pada kata discretionary yang berarti kegiatan CSR semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupaka aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan perundangundangan seperti kewajiban untuk membayar pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap undnag-undang ketenagakerjaan. Kata discretionary juga memberikan nuansa bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas CSR haruslah perusahaan yang telah menaati hukum dalam pelaksanaan bisnisnya. ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi CSR, yaitu: Tanggung jawab sebuah organsasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan bekelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hokum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh (draft 3, 2007). Lesmana (2007) mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan
secara berkelanjutan untuk
memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. Pandangan lain tentang CSR yang lebih komprehensif, dinyatakan oleh Prince of Wales International Business Forum, yang di Indonesia
dipromosikan
oleh
Indonesia
Business
Links.
CSR
menyangkut lima pilar, antara lain: 1. Building human; menyangkut kemampuan perusahaan untuk memiliki dukungan sumber daya manusia yang andal (internal) dan masyarakat (eksternal). Perusahaan dituntut melakukan pemberdayaan, biasanya melalui community development, 2. Strengthening economies; memberdayakan ekonomi komunitas, 3. Assessing social cohesion; perusahaan menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar agar tidak menimbulkan konflik, 4. Encouraging good governance; perusahaan dijalankan dalam tata kelola yang baik,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
4.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pengungkapan adalah pengeluaran informasi yang ditujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure) adalah agar perusahaan dapat menyampaikan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan dalam periode tertentu. Penerapan CSR dapat diungkapkan perusahaan dalam media laporan tahunan (annual report) perusahaan yang berisi laporan tanggung jawab sosial perusahaan selama kurun waktu satu tahun berjalan.
Pengungkapan
CSR
dapat
dilihat
melalui
laporan
keberlanjutan suatu perusahaan (sustainability report) yang diterbitkan melalui laporan keuangan tahunan atau secara terpisah diterbitkan tersendiri dalam laporan keberlanjutan suatu perusahaan. Laporan keberlanjutan adalah suatu laporan praktek hasil pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi yang ditujukan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Sebuah laporan
keberlanjutan
harus
menyediakan
gambaran
kinerja
keberlanjutan sebuah organisasi yang berimbang dan masuk akal, termasuk kontribusi yang telah dilakukan oleh perusahaan (Purnasiwi, 2011).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Penelitian ini menggunakan standar GRI (Global Reporting Initiative). GRI adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan berkelanjutan dan berkomitmen untuk terus menerus melakukan perbaikan dan penerapan diseluruh dunia. Standar corporate social responsibility disclosure (CSRD) yang berkembang di Indonesia mengacu pada standar yang dikembangkan oleh GRI (Global Reporting Initiative). Dalam penelitian ini standar yang digunakan adalah GRI 4 yang memiliki indikator yaitu: a. Indikator Kinerja Ekonomi (Economic Performance Indicator) b. Indikator Kinerja Lingkungan (Environment Performance Indicator) c. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (Labor Practices Performance Indicator) d. Indikator Hak Asasi Manusia (Human Right Performance Indicator) e. Indikator Kinerja Sosial (Social Performance Indicator) f. Indikator Kinerja Produk (Product Responsibility Performance Indicator)
5. Nilai Perusahaan Menurut Nurlela dan Islahuddin, (2008) nilai perusahaan dapat dicerminkan dalam nilai pasar. Hal ini nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran kepada pemegang saham secara maksimum
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
apabila harga saham perusahaan meningkat. Oleh karena itu, nilai perusahaan menjadi sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya tingkat kemakmuran pemegang saham. Harga saham menurut Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang pasar modal adalah penerimanaan besarnya pengorbanan yang dilakukan setiap investor untuk pernyataan didalam perusahaan Widyastuti, (2006). Samuel dalam Nurlela dan Islahuddin, (2008) menjelaskan bahwa enterprise value atau dikenal dengan firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor karena indikator bagi pasar untuk menilai pasar secara keseluruhan Zuhroh dan Sukmawati, (2003) pasar yang efisien akan tercermin dari cepatnya investor bereaksi terhadap masuknya informasi baru, dimana para pelaku pasar (investor) menganggap bahwa informasi tersebut merupakan informasi yang baik (goodnews). Menurut Bringhem dan Houston, (2001) jika pasar efisien, maka harga saham akan cepat menyampaikan informasi yang tersedia. Bentuk efisiensi pasar menurut Jogianto dalam Zuhroh dan Sukmawati, (2003) dapat ditinjau dari dua segi yaitu: 1) ketersediaan informasi (informationally efficient market), dan 2) dilihat dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dan informasi yang tersedia (decisionally efficient market). Sebagaimana yang digunakan Nurlela dan Islahuddin, (2008); Brigham dan Houston, (2001) nilai perusahaan pada penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Penggunaan nilai pasar sebagai pengukuran nilai pasar didasari dengan alasan bahwa kemakmuran pemegang saham terjadi jika harga pasar saham mengalami peningkatan. Hal ini menggambarkan bahwa nilai perusahaan dapat dicerminkan dengan harga pasar saham di bursa. Peneltian ini mengacu pada penelitian Nurlela dan Islahuddin, (2008) dalam menentukan nilai perusahaan harga pasar sebagai cerminan nilai perusahaan dapat dinyatakan dalam Tobin’s Q. Tobin’s Q dapat di proaksikan, hanya saja pada Tobin’s Q ini bukan hanya pandangan dari investor saja melainkan untuk menilai perusahaan terhadap pandangan dari kreditor. Rasio q telah teruji sebagai sebuah indikator efektivitas perusahaan dan dapat dilihat dari prespektif investor Wolfe dan Sauaia, (2003). 6. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) CSR yaitu suatu bentuk aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan ekonomi perusahaan sekaligus peningkatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
kualitas hidup karyawan beserta keluarganya dan juga kualitas hidup masyarakat sekitar. Menurut Cheng dan Yulius (2011), aktivitas CSR dapat memberikan banyak manfaat, seperti: dapat meningkatkan citra dan daya tarik perusahaan dimata investor serta analis keuangan penjualan,
dapat
menunjukan
brand
positioning,
dan
dapat
meningkatkan penjualan dan market share. Pengungkapan CSR merupakan proses pemberian informasi kepada kelompok yang berkepentingan tentang aktivitas perusahaan serta dampaknya terhadap sosial dan lingkungan (Mathews, 1995) 7. Size Fidyati, (2003) menunjukkan berapa aset atau kekayaan yang dimiliki
perusahaan.
Ukuran
perusahaan
ini
diukur
dengan
menghitung total asset yang ada pada masing-masing perusahaan. Menurut Riyanto, (1995) suatu perusahaan yang besar sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan memberikan pengaruh kecil terhadap hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil, dimana sahamnya tersebar hanya dilingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya control pihak dominan terhadap perusahaan bersangkutan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Menurut Christianti, (2006) perusahaan dengan ukuran yang lebih besar dan
kompleks
tidak
mempunyai kendala
untuk
mendapatkan dana eksternal (hutang). Dengan begitu, perusahaan besar memiliki resistansi yang lebih tinggi terhadap kemungkinan kebangkrutan dibandingkan perusahaan kecil. Berarti semakin besar sebuah perusahaan maka semakin besar manfaat yang diperoleh dari penghematan pajak karena penerbitan hutang jangka panjang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titman dan Wessels, (1988) serta Rajan dan Zingales (1995) mengatakan bahwa kemungkinan perusahaan yang besar mengalami kebangkrutan itu kecil, sehingga size return berhubungan positif dengan tingkat leverage yang diambil perusahaan. Pada kenyataannya bahwa semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga semakin besar. Pada kenyataannya bahwa semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga semakin besar. menggunakan pendanaan eksternal. Size return mempunyai hubungan yang signifikan positif terhadap kebijakan leverage Riyanto, (1995) 8.
leverage
Menurut
Harley,
(1992)
sumber-sumber
pembiayaan
perusahaan, baik yang berupa sumber pembiayaan jangka pendek
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
maupun pembiyaan jangka panjang akan menimbulkan suatu efek yang biasa disebut dengan leverage. Gibson, (1990) menyatakan bahwa “ the use of debt, called leverage, can greatly affect the level and degree of change is the common earnings”. Artinya penggunaan hutang, disebut pengungkit, sangat mempengaruhi tingkat perubahan pendapatan
saham.
Selain
itu
Schall
dan
Harley,
(1992)
mendefinisikan leverage sebasgai “ the degree of frim borrowing “ artinya leverage sebagai tingkat pinjaman perusahaan. Gibson (1990) dalam Harley, (1992) suatu tingkat tingkat kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (hutang dan saham istemewa) dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan untuk memiliki kekayaan perushaan, beban tetap operasi merupakan beban atau biaya tetap yang harus diperhitungkan sebagai akibat dari fungsi pelaksanaan investasi 9.
Penelitian Terdahulu Penelitian tentang corporate social responsibility dan nilai
perusahaan
sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Berikut peneliti
beserta sedikit uraian penelitiannya: Dalam penelitiannya, Eipstein dan Freedman, (1994) menemukan investor dalam menanamkan modalnya lebih tertarik terhadap perusahaan yang melaporkan informasi sosial dalam laporan keuangannya daripada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
perusahaan yang tidak mencantumkan informasi sosial. Informasi tersebut berupa keamanan dan kualitas produk serta aktivitas lingkungan. Selain itu, mereka menginginkan informasi mengenai etika, hubungan karyawan dengan masyarakat. Becchetti Rocco dan Ifthekar, (2007) mengungkapkan bahwa arti penting CSR sebagai suatu kompenen inti dari strategi perusahaan semakin terasa, terutama setelah banyak kerugiaan yang dirasakan dari masyarakat dari pengembangan bisnis sekarang ini. Becchetti et al., (2007) melakukan penelitian mengenai dampak dan keterkaitan dengan CSR yang diungkapkan perusahaan terhadap pasar modal. Hasil menunjukan bahwa pengungkapan terhadap tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Perbedaan lain adalah penelitian Yuniasih dan Wirakusuma, (2009) dinyatakan bahwa pasar akan memberikan apresiasi positif terhadap pengungkapan CSR yang ditunjukan dengan pengingkatan harga saham perusahaan, sehingga nilai perusahaan meningkat yang ditunjukkan dengan semakin tinggi Tobin’s Q. Hasil menunjukan bahwa CSR terbukti berpengaruh positif secara statistik pada nilai perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 20102011. Sedangkan penelitian ini menggunakan data laporan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Menurut hasil penelitian pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan juga dilakukan oleh Schadewits dan Niskala, (2010) di Finlandia. Penelitian tersebut menggunakan 276 sampel perusahaan go publik di Finlandia dari tahun 2002 sampai 2005. Hasil menunjukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Tabel 1.1 Ringkasan Penelitian terdahulu No
Tahun
Peneliti
Variabel yang Digunakan
Hasil Penelitian
1
1994
Eipsten dan Freedman
perusahaan yang melaporkan informasi sosial dalam laporan keuangannya daripada perusahaan yang tidak mencantumkan informasi sosial
2
2007
Becchetti Rocco dan Ifthekar
3
2009
Yuniasih dan Wirakusuma
Infromasi tersebut berupa keamanan dan kualitas produk serta aktivitas lingkungan. Selain itu menginginkan informasi mengenai etika, hubungan karyawan dengan masyrakat. melakukan penelitian mengenai dampak dan keterkaitan dengan CSR yang diungkapkan perusahaan terhadap pasar modal. Hasil menunjukan bahwa pengungkapan terhadap tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan akan meningkatkan ketertarikan investor dalam menanamkan modalnya diperusahaan tersebut sehingga harga saham meningkat Hasil menunjukan bahwa CSR terbukti berpengaruh positif secara statistik pada nilai perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia
4
2010
Niskala
arti penting CSR sebagai suatu kompenen inti dari strategi perusahaan
pengungkapan CSR yang ditunjukan dengan pengingkatan harga saham perusahaan, sehingga nilai perusahaan meningkat yang ditunjukkan dengan semakin tinggi Tobin’s Q. Penlitian pengaruh perusahaan terhada Nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perusahaan tersebut menggunkan 267 perusahaan go public.Finlandia dari tahun 2002 sampai 2005,hasil menunjukkan bahwa
24
pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
5
2012
Marzully Nur
pengungkapan corporate social responsibility di Indonesia
6
2014
Anatasia Indah
meneliti tentang pengaruh size, profitabilitas, leverage dan nilai perusahaan
7
2014
Lusyana Ale
Ukuran perusahaan, leverage, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris dan pengungkapan CSR
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penelitian ini adalah perusahaan berkategori high profile yang terdaftar di BEI periode 2008-2010 dengan 177 perusahaan. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sehingga diperoleh 66 sampel penelitian.Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode judgement sampling, yaitu salah satu bentuk purposive Sampling Ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR dan leverage berpengaruh negatif terhadap terhadap pengungkapan CSR
25
B. Rerangka Pemikiran Berikut ini rerangka pemikiran yang mejelaskan luas pengungkapan Corporate Social Responsibility Disclosure terhadap nilai perusahaan. Variabel Independen Variabel Dependen Luas Pengungkapan CSR Disclosure
Nilai Perusahaan Tobin’s Q
Variabel Kontrol Size Leverage
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran C. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran yang sudah diuraikan sebelumnya maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh
luas
pengungkapan Corporate Social Responsibility
terhadap nilai perusahaan Survey yang dilakukan Booth-Harrism, (2001) dalam Sutopoyudo, (2009) menunjukkan bahwa banyak manfaat yang diperoleh perusahaan dalam pelaksanaan corporate social responsibility, antara lain produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
oleh investor. Pelaksanaan CSR akan meningkatkan nilai perusahaan dan dapat dilihat dari harga saham dan laba perusahaan (earning). Nurlela dan Islahuddin, (2008) menyatakan bahwa adanya praktik CSR yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan semakin baik dimata para investor. Pengungkapan sosial perusahaan dapat diwujudkan melalui kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Semakin baik kinerja yang dilakukan oleh perusahaan dalam memperbaiki kinerjanya maka nilai perusahaan akan semakin meningkat. Para investor menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut agar lebih tertarik untuk menginvestasi modalnya pada korporasi yang ramah lingkungan. Menurut Hacskton & Milne (1996) dalam Anggraini (2006) semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Corporate Social Responsinility akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian Dahli dan Siregar (2008) juga mengindikasi bahwa perilaku etis perusahaan berupa tanggungjawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya memberikan dampak positif, yang dalam jangka panjang akan tercermin pada keuntungan perusahaan dan peningkatan kinerja keuangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Dalam penelitian ini pengungkapan CSR tahun 2013-2014 di uji pengaruhnya
terhadap
nilai
perusahaan
tersebut.
Berdasarkan
penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1: Luas Pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/