BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Bab ini menjabarkan mengenai landasan teori dan rumusan hipotesis penelitian.
2.1
Landasan Teori Landasan teori terdiri dari Technology Acceptance Model (TAM), Task
Technology Fit (TTF), Theory of Planned Behavior (TPB), E-filing, User E-filing, Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan, Keamanan dan Kerahasiaan, Kesiapan Teknologi Informasi Wajib Pajak, serta Intensitas Perilaku dalam Penggunaan Efiling.
2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang menjelaskan intensitas perilaku dari individu pada penggunaan teknologi (Davis, 2000). Fundamental teori intensitas perilaku individu ini dikembangkan dari Theory of Reasoned Action (TRA) untuk memprediksi dan menjelaskan
bagaimana
pengguna teknologi menerima dan menggunakan teknologi tersebut dalam pekerjaan individual pengguna (Davis, 1989). TAM (Davis, 1993), didefinisikan sebagai salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya pengguna teknologi. Menurut Jen et al. (2006) mendefinisikan TAM sebagai sebuah kondisi psikologis seseorang pada intensitas penggunaan teknologi secara sukarela.
12
TAM dalam area sistem informasi populer digunakan sebagai teori pendukung dalam kontek manajemen sistem informasi (Chen, 2011). Tujuan dari TAM ini adalah untuk menjelaskan sikap individu pada penggunaan suatu teknologi. Sikap individu atau reaksi yang muncul dari penerimaan teknologi tersebut dapat beraneka ragam yang dapat digambarkan dengan intensitas penggunaan teknologi. TAM memperkenalkan bahwa intensitas perilaku penggunaan suatu teknologi secara bersama-sama dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor pertama adalah persepsi kegunaan (usefulness) dan faktor kedua adalah persepsi kemudahan dalam penggunaan teknologi (ease of use) (Jen et al., 2006). Kedua faktor ini digunakan untuk menjelaskan aspek keperilakuan pengguna. Penelitian Adam, Nelson, dan Todd (1992) serta Subramanian (1994) yang dikutip oleh Yang dan Choi (2001) melaporkan bahwa kemanfaatan dan kemudahan menjelaskan sekitar 30 persen variasi dari penggunaan teknologi informasi. Kesimpulannya adalah penerimaan penggunaan Teknologi Informasi (e-filing) yang ditunjukkan oleh intensitas perilaku penggunaan Teknologi Informasi (efiling) dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use).
2.1.2 Task Technology Fit (TTF) Task Technology Fit (TTF) merupakan teori yang dikembangkan oleh Goodhue dan Thompson (1995) yang menjelaskan hubungan antara tugas, kemampuan individu, dan teknologi. Model TTF menyatakan bahwa suatu teknologi akan digunakan jika dan hanya jika fungsi yang ada dalam teknologi
13
tersebut mendukung aktivitas dari pemakai artinya pemakai akan memilih alat dan metodologi yang memungkinkan mereka menyelesaikan tugas dengan cara yang paling baik sehingga teknologi yang tidak memberikan cukup manfaat akan ditinggalkan (Dishaw et al., 2002). Menurut Goodhue dan Thomson (1995) keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan bergantung pada pelaksanaan sistem tersebut, kemudahan bagi pemakai, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan. Goodhue dan Thomson (1995) menyatakan bahwa pengguna akan memberikan nilai evaluasi yang positif tidak hanya karena karakteristik sistem yang melekat, tetapi juga pada sejauh mana sistem dapat memenuhi kebutuhan tugas pengguna.
2.1.3 Theory Of Planned Behavior (TPB) Theory of Planned Behavior (TPB) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang dalam berperilaku (Ajzen, 2005:117). Teori ini dilatarbelakangi oleh teori-teori sebelumnya yang menemukan bahwa minat memiliki nilai prediksi yang baik untuk menjelaskan berbagai macam perilaku. Minat walaupun memiliki nilai prediksi yang baik untuk menjelaskan perilaku tetapi tidak memberikan informasi yang cukup untuk menjelaskan alasan dari perilaku (Ajzen, 2005:117). Theory of Planned Behavior (TPB) adalah pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) (Ajzen, 2005:117). Teori ini menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu persepsi kontrol keperilakuan (perceived behavioral control) (Ajzen, 2005:117). Chau dan Hu (2002) menambahkan
14
konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Theory of Planned Behavior (TPB) terdiri dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi perilaku individu yaitu keyakinan perilaku (behavioral beliefs), keyakinan normatif (normative beliefs), dan keyakinan bahwa perilaku dapat dilaksanakan (control beliefs). Menurut teori ini ketiga faktor tersebut menimbulkan adanya minat (Intention) yang selanjutnya akan menentukan apakah individu akan menggunakan sistem tersebut atau tidak (Behavior). Hal yang serupa dinyatakan oleh Jen et al. (2006) bahwa TPB menilai bahwa intensitas perilaku seseorang secara bersama-sama dipengaruhi oleh attitude seseorang yang mencerminkan perasaan positif pada dilakukannya suatu perilaku, subjective norms yang mencerminkan persepsi bahwa orang lain menginginkan seseorang melakukan suatu tindakan tertentu dan control beliefs yang mencerminkan batasan eksternal maupun internal dalam melakukan sesuatu.
2.1.4 E-Filing E-filing adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) baik SPT Masa, maupun SPT Tahunan atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan oleh Orang Pribadi maupun Badan ke Direktorat Jenderal Pajak yang dilakukan secara online dan realtime melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP). Online berarti bahwa wajib pajak dapat melaporkan pajak melalui perangkat keras yang terhubung dengan jaringan internet dimana saja dan kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa konfirmasi berupa bukti penerimaan elektronik dari Direktorat Jenderal Pajak
15
(DJP) dapat diperoleh saat itu juga apabila data-data Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar telah sampai dikirim secara elektronik. Efiling melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER - 47/PJ/2008 sebagaimana Penyampaian
telah
diubah
Surat
dengan
PER-36/PJ/2013
Pemberitahuan
Dan
tentang Tata
Penyampaian
Cara
Pemberitahuan
Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan Secara Elektronik (e-filing) melalui Application Service Provider (ASP). Menurut Sharma dan Yucik yang dikutip oleh Susanto (2011) ada 2 (dua) metode pendekatan dalam sistem e-filing, yaitu Interactive Filing dan batch filing. Interaktive filing berarti wajib pajak berinteraksi langsung dengan aplikasi yang berbasis web untuk menyelesaikan pelaporan pajak secara online. Di dalam metode interaktif ini terdapat 2 alternatif teknologi yang digunakan yaitu (1) wajib pajak berinteraksi langsung dengan web server yang di hosting oleh otoritas pajak atau oleh pihak ketiga yang menjadi partner dari otoritas pajak, dan (2) wajib pajak mengunduh software yang berisi formulir elektronik pengisian pajak yang terhutang, wajib pajak mengisi secara offline kemudian melakukan koneksi ke website e-filing untuk mengirimkan file-file informasi yang telah diisi. Berikut adalah alat kelengkapan e-filing yaitu meliputi : 1)
Application Service Provider (ASP). Application Service Provider (ASP) adalah perusahaan yang telah ditunjuk dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak sebagai perusahaan
yang
dapat
melayani
16
penyampaian
SPT
dan
Pemberitahuan Perpajangan SPT Tahunan secara elektronik ke DJP. Tidak semua Application Service Provider (ASP) diperkenankan untuk bertindak sebagai mediator, melaikan hanya ASP yang telah memenuhi syarat dan ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak saja. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi adalah sebagai berikut : a)
Berbentuk badan
b)
Memiliki izin usaha penyedia jasa aplikasi
c)
Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
d)
Menandatangani perjanjian dengan Direktorat Jenderal Pajak.
2)
Electronic Filing Identification Number (e-FIN). Electronic Filing Identification Number (e-FIN) adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk menggunakan e-Filing.
3)
Digital Certificate (DC) Digital Certificate (DC) adalah sertifikat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukan status subjek hukum para pihak dalam transaksi elektronik yang dikeluarkan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik. Sertifikat ini digunakan untuk proteksi data SPT dalam bentuk encryption (pengacakan) yaitu hanya
17
bisa dibaca oleh sistem tertentu (dalam hal ini sistem penerimaan SPT ASP dan DJP) dan dengan nama serta NPWP tertentu pula. 4)
e-SPT. e-SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan tata cara dalam penggunaan e-filing : 1)
Pengajuan permohonan untuk mendapatkan e-FIN (Electronic Filing Identification Number) : a)
Wajib Pajak mendatangi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk mendapatkan Electronic Filing Identification Number (e-FIN), dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak terdaftar sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak, dengan melampirkan Fotocopy Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atau Surat Keterangan Terdaftar (SKT). Namun jika Wajib Pajak adalah Pengusaha Kena Pajak maka disertai dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
b)
Permohonan sebagaimana dimaksud diatas disetujui apabila alamat yang tercantum pada permohonan adalah sama dengan alamat yang tercantum dalam masterfile (database) Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.
c)
Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan harus memberikan keputusan atas permohonan yang diajukan oleh
18
Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filing Identification Number (e-FIN) paling lama 2 (dua) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. d)
Jika e-FIN hilang, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencetakan ulang dengan syarat menunjukkan kartu NPWP atau Surat Keterangan Terdaftar yang asli. Dan dalam hal Pengusaha Kena Pajak harus menunjukkan Surat Pengusaha Kena Pajak yang asli.
2)
Pendaftaran. a)
Wajib Pajak yang sudah mendapatkan e-FIN dapat mendaftar melalui ASP yang telah ditunjuk resmi oleh DJP.
b)
Setelah Wajib Pajak mendaftarkan diri, ASP akan memberikan : a.
User ID dan Password
b.
Aplikasi e-SPT disertai dengan petunjuk penggunaan dan informasi lainnya
c.
Sertifikat (digital certificate) yang diperoleh
dari DJP
berdasarkan e-FIN yang didaftarkan oleh Wajib Pajak pada ASP. Digital Certificate ini akan berfungsi sebagai pengaman data Wajib Pajak dalam setiap proses e-filing. 3)
Penyampaian e-SPT secara e-filing. a)
Dengan menyampaikan aplikasi e-SPT yang telah di dapat maka Surat Pemberitahuan (SPT) dapat diisi secara offline oleh Wajib Pajak.
19
b)
Setelah pengisian SPT lengkap maka Wajib Pajak dapat mengirimkan secara online ke Direktorat Jenderal Pajak melalui ASP.
c)
Kemudian Wajib Pajak berhak menerima tanda bukti elektronik yang diberikan oleh DJP melalui Kantor Pelayanan Pajak meliputi nama, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), tanggal transaksi, jam transaksi, Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE), Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA), serta nama Perusahaan Penyedia Aplikasi (ASP) yang tertera pada hasil cetakan SPT Induk dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.
2.1.5 User E-Filing Pengguna sistem e-filing (User e-filing) yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah Wajib Pajak, sebagaimana dijelaskan dalam UndangUndang No. 28 tahun 2007 yang merupakan perubahan ketiga atas UndangUndang No. 6 tahun 1983 tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemunggut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
20
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. NPWP merupakan sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak. Setiap wajib pajak dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan mencantumkan NPWP pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT). Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. SPT dibedakan menjadi dua, yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT masa digunakan untuk melakukan pelaporan atas pembayaran pajak Bulanan.
2.1.6 Persepsi Kegunaan Chen et al. (2011) mendefinisikan persepsi kegunaan merupakan tingkat di mana individu percaya bahwa penggunaan sistem informasi atau teknologi informasi tertentu akan meningkatkan kinerja hidup maupun pekerjaan penggunanya. Wiyono (2008) mendefinisikan persepsi kegunaan sebagai suatu
21
ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan memberikan manfaat bagi individu yang menggunakannya. Desmayanti (2012) mendefinisikan Persepsi kegunaan
bagaimana
kegunaan
atau
manfaat
dari
pemakaian
sistem
diinterpretasikan oleh pengguna. Jika e-filing diinterpretasikan dapat memberikan manfaat maka secara langsung wajib pajak akan menggunakan sistem e-filing (Desmayanti, 2012). Sebaliknya jika manfaat dari sistem e-filing kurang dipercaya atau tidak diketahui maka wajib pajak akan ragu untuk menggunakannya (Desmayanti, 2012). Wang et al. (2003) menemukan bahwa Minat Pengguna suatu sistem dipengaruhi oleh Persepsi Kegunaan. Sun (2003) dalam Amoroso dan Gardner (2004) juga
mengkonfirmasikan bahwa penerimaan pengguna
dipengaruhi oleh persepsi kegunaan sebagai faktor yang paling penting. Chang et al. (2005) dalam Desmayanti (2012) menemukan bahwa manfaat penggunaan sistem memiliki dampak yang signifikan pada sikap yang kemudian berdampak pada perilaku berniat menggunakan sistem. Menurut Chin dan Todd (1995) dalam Desmayanti (2012) persepsi kegunaan dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu persepsi kegunaan dengan estimasi satu faktor dan dua faktor. Persepsi kegunaan dengan estimasi satu faktor memberikan indikator tentang kegunaan sistem teknologi yaitu menjadikan pekerjaan lebih mudah bermanfaat, menambah
produktivitas,
mempertingi
efektivitas,
meningkatkan
kinerja
pekerjaan. Persepsi kegunaan dengan estimasi dua faktor oleh Chin dan Todd (1995) dibagi manjadi dua kategori yaitu kebermanfaatan dan efektivitas. Dimensi kebermanfaatan meliputi menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah produktifitas. Dari segi efektivitas meliputi mempertinggi efektivitas,
22
mengembangkan kinerja pekerjaan. Berikut adalah pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel persepsi kegunaan (Desmayanti, 2012): a)
Penggunaan e-filing dapat meningkatkan performa pelaporan pajak saya.
b)
Penggunaan e-filing dapat meningkatkan efektivitas pelaporan pajak saya.
c)
Penggunaan e-filing dapat menyederhanakan proses pelaporan pajak saya.
d)
Penggunaan e-filing dapat meningkatkan produktivitas.
2.1.7 Persepsi Kemudahan Chen et al. (2011) mendefinisikan persepsi kemudahan merupakan tingkat di mana individu percaya bahwa penggunaan sistem informasi atau teknologi informasi tertentu itu tidak memerlukan usaha yang banyak. Persepsi kemudahan berarti suatu ukuran dimana individu percaya bahwa sistem teknologi dapat dengan mudah dipahami dan digunakan (Davis, 1989). Salah satu ukuran kualitas dari suatu sistem adalah rancangan yang memberikan kemudahan dalam menggunakan sistem tersebut. Kemudahan penggunaan bukan saja kemudahan untuk mempelajari dan menggunakan suatu sistem tetapi juga mengacu pada kemudahan yang didapat individu dalam bekerja dibanding mengerjakan secara manual (Pratama, 2008 dalam Kirana, 2010). Indikator untuk persepsi kemudahan tentang kegunaan sistem teknologi menurut Venkatesh dan Davis (2000:201) yaitu : a)
Interaksi individu dengan sistem jelas dan mudah dimengerti
23
b)
Interaksi dengan sistem tidak membutuhkan banyak usaha.
c)
Sistem mudah digunakan dan sesuai dengan kebutuhan dalam mengerjakan pekerjaan individu.
Berikut adalah pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel persepsi kemudahan (Desmayanti, 2012):
a)
Mempelajari penggunaan e-filing adalah mudah bagi saya.
b)
Interaksi saya dengan e-filing adalah jelas dan terpahami.
c)
Menggunakan e-filing adalah mudah bagi saya.
d)
Saya mudah beradaptasi dengan e-filing.
e)
Saya mudah untuk menjadi terampil dalam menggunakan e-filing.
f)
Secara keseluruhan e-filing adalah mudah digunakan.
2.1.8 Keamanan dan Kerahasiaan Menurut Wibisono dan Agus (2014) definisi keamanan dan kerahasiaan adalah seberapa kuatnya perangkat teknologi untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan data Wajib Pajak. Menurut Desmayanti (2012) keamanan sistem informasi adalah menajemen pengelolaan keamanan yang bertujuan mencegah, mengatasi, dan melindungi berbagai sistem informasi dari risiko terjadinya tindakan illegal seperti penggunaan tanpa izin, penyusupan, dan perusakan terhadap berbagai informasi yang dimiliki sedangkan kerahasiaan adalah praktik pertukaran informasi antara sekelompok orang, bisa hanya sebanyak satu orang, dan menyembunyikannya terhadap orang lain yang bukan anggota kelompok tersebut. Hamlet dan Strube (2000) juga memberi definisi keamanan dan
24
kerahasiaan yaitu keamanan sebagai penggunaan sistem informasi itu aman, resiko kehilangan data atau informasi sangat kecil, dan resiko pencurian rendah sedangkan kerahasiaan apabila ada jaminan kerahasiaan segala hal yang berkaitan dengan informasi pribadi pengguna. Jika keamanan sistem tersebut dapat diandalkan maka suatu sistem informasi dapat dikatakan baik. Keamanan sistem ini dapat dilihat melalui data pengguna yang aman disimpan oleh suatu sistem informasi. Menurut Dewi (2009) data pengguna ini harus terjaga kerahasiaannya dengan cara data disimpan oleh sistem sehingga pihak lain tidak dapat mengakses data pengguna secara bebas. Jika data pengguna dapat disimpan secara aman maka akan memperkecil kesempatan pihak lain untuk menyalahgunakan data pengguna sistem. Aspek keamanan pada Sistem e-filing ini dapat dilihat dari apakah tersedianya username dan password bagi Wajib Pajak yang telah mendaftarkan diri untuk dapat melakukan pelaporan Surat pemberitahuan (SPT) secara online. Digital certificate juga dapat digunakan sebagai proteksi data Surat Pemberitahuan (SPT) dalam bentuk encryption (pengacakan) sehingga hanya dapat dibaca oleh sistem tertentu. Indikator dari variabel keamanan dan kerahasiaan menurut Jia, Shen dalam Ananda (2009) adalah sebagai berikut: a)
Sistem keamanan e-filing
b)
Sistem kerahasiaan e-filing
c)
Jaminan keamanan dan kerahasiaan
Berikut pernyataan-pernyataan yang digunakan oleh Desmayanti (2012) untuk mengukur variabel keamanan dan kerahasiaan
25
a)
Pemanfaatan layanan pelaporan pajak dengan menggunakan e-filing adalah aman bagi saya.
b)
Pemanfaatan layanan pelaporan pajak dengan menggunakan e-filing dapat memberikan tingkat jaminan kerahasiaan yang tinggi.
c)
Saya percaya bahwa e-filing dapat menjaga kerahasiaan saya.
d)
Saya tidak khawatir dengan masalah keamanan e-filing.
e)
Permasalahan tingkat keamanan dan kerahasiaan dalam e-filing tidak mempengaruhi saya dalam memanfaatkan layanan pelaporan pajak.
2.1.9 Kesiapan Teknologi Informasi Wajib Pajak Kesiapan teknologi informasi wajib pajak berarti kesiapan Wajib Pajak menerima perkembangan teknologi dalam penyampaian SPT dengan munculnya sistem e-filing (Desmayanti, 2012). Teknologi informasi (TI) merupakan sekumpulan sumber daya informasi organisasi, peran penggunaannya, serta manajemen yang menjalankannya (Ismanto, 2010). Parasurama sebagaimana dikutip Lai (2008) menyebutkan bahwa kesiapan teknologi adalah kecenderungan orang-orang untuk menerima dan menggunakan teknologi baru untuk mencapai tujuan dalam kehidupan di rumah maupun di dunia kerja.Wajib Pajak tersebut tidak ragu-ragu untuk melaporkan pajaknya menggunakan e-filing apabila Wajib Pajak siap dengan segala perangkat dan kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi tersebut (Desmayanti, 2012). Kesiapan teknologi informasi juga berhubungan dengan kemajuan pola pikir individu (Desmayanti, 2012). Ini berarti semakin individu siap menerima teknologi yang baru berarti
26
semakin maju pemikiran individu tersebut karena mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi (Desmayanti, 2012). Desmayanti (2012) menyebutkan bahwa terdapat dua indikator untuk mengukur variabel kesiapan teknologi informasi wajib pajak adalah kesiapan menerima perkembangan teknologi (koneksi, software, hardware) dan SDM memadai. Indikator tersebut dijabarkan dalam beberapa butir pernyataan dalam instrumen kuesioner penelitian sebagai berikut (Desmayanti, 2012): a) Tersedianya koneksi internet yang baik. b) Tersedianya sarana dan fasilitas software dan hardware yang baik. c) Tersedianya SDM yang paham akan teknologi.
2.1.10 Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-filing Menurut Theory of Planned Behavior (TPB) intensitas perilaku termasuk tahapan behavior. Perilaku yang dimaksud adalah intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing. Desmayanti (2012) menyatakan bahwa intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing merupakan frekuensi yang menunjukkan seberapa sering wajib pajak menggunakan e-filing untuk melaporkan SPT. Ananda (2009), mendefinisikan intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing sebagai bentuk keinginan wajib pajak untuk menggunakan e-filing dan menggunakannya kembali di masa yang akan datang. Ananda (2009) memberikan beberapa indikator untuk mengukur variabel intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing, yaitu: a) Penggunaan sistem saat ini. b) Keinginan untuk menggunakan sistem di masa depan.
27
Indikator tersebut dijabarkan dalam beberapa butir pernyataan dalam instrumen kuesioner penelitian sebagai berikut (Desmayanti, 2012): a) Saya menggunakan e-filing saat ini. b) Saya berkehendak untuk melanjutkan menggunakan e-filing di masa depan.
2.2
Hipotesis Penelitian Bagian ini membahas mengenai rumusan hipotesis dari penelitian yang
merupakan konstruk dari dasar teori dan kajian empiris.
2.2.1 Pengaruh Persepsi Kegunaan pada Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-Filing Teori Technology Acceptance Model (TAM) dan Task Technology Fit (TTF) menjadi dasar hipotesis pertama yaitu pengaruh persepsi kegunaan pada intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing. Persepsi kegunaan pada Teori Technology Acceptance Model (TAM) merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pengguna menentukan sikap dalam penggunaan suatu sistem atau dapat diartikan menentukan individu berniat tidak menggunakan sistem e-filing. Task Technology Fit (TTF) menyatakan bahwa jika sistem e-filing dirasakan memberikan manfaat positif bagi para pengguna maka wajib pajak akan menggunakan sistem e-filing. Hal inilah yang akan menentukan individu berniat atau tidak menggunakan e-filing secara berkelanjutan. Persepsi kegunaan adalah persepsi individu yang mempercayai bahwa kinerja individu akan meningkat dengan penggunaan suatu teknologi tertentu (Tjini, 2012). Wibowo (2008) menjelaskan bahwa persepsi kegunaan merupakan
28
persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana individu mempercayai penggunaan suatu teknologi memberikan manfaat bagi yang menggunakannya. Ada beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa persepsi kegunaan mempunyai pengaruh pada intensitas penggunaan teknologi. Wang (2002) menemukan bahwa persepsi kegunaan mempunyai pengaruh positif pada intensitas perilaku dalam penggunaan
e-filing. Nugroho (2012)
dalam
penelitiannya menemukan bahwa persepsi kegunaan mempunyai pengaruh positif pada penggunaan Online Banking. Laihad (2012) dalam penelitiannya juga menemukan hasil bahwa persepsi kegunaan mempunyai pengaruh positif pada penggunaan e-filing. Hasil yang sama ditemukan pada penelitian Puspa (2012) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan fasilitas e-filing oleh wajib pajak sebagai sarana penyampaian SPT masa secara online dan realtime (kajian empiris di Wilayah Kota Semarang). Begum dan Jahangir (2008) dalam Desmayanti (2012) mendapatkan hasil bahwa persepsi kegunaan mempunyai pengaruh positif pada sistem perbankan elektronik. Firmawan (2009) juga mendapatkan hasil bahwa persepsi kegunaan mempunyai pengaruh positif pada penggunaan internet banking. Kesimpulan yang dapat diambil adalah semakin wajib pajak menganggap efiling memberikan manfaat pada peningkatan produktivitas maka wajib pajak akan mempunyai keinginan untuk menggunakan e-filing untuk melaporkan SPT di masa sekarang maupun masa depan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
29
H1 : Persepsi kegunaan mempunyai pengaruh positif pada intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing.
2.2.2 Pengaruh Persepsi Kemudahan pada Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-Filing Teori Technology Acceptance Model (TAM) menjadi dasar hipotesis kedua mengenai kemudahan teknologi e-filing yang akan menentukan niat individu untuk menggunakan e-filing secara berkelanjutan atau tidak. Persepsi kemudahan dapat diartikan sebagai kepercayaan individu bahwa penggunaan suatu teknologi dapat dengan mudah digunakan dan dipahami (Tjini, 2012). Ada beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa persepsi kemudahan mempunyai pengaruh pada intensitas penggunaan teknologi. Penelitian yang dilakukan oleh Laihad (2012) meneliti mengenai pengaruh perilaku wajib pajak terhadap penggunaan e-filing di Kota Manado. Hasil yang didapat bahwa persepsi kemudahan mempunyai pengaruh positif pada penggunaan e-filing. Pikkarainen et al. (2004) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan sistem online banking oleh pelanggan pada perusahaan perbankan di Finlandia. Hasil penelitian menunjukan variabel kemudahan mempunyai pengaruh positif pada penerimaan sistem online banking. Wang et al. (2003) meneliti tentang faktor-faktor yang memperngaruhi user acceptance sistem internet banking di Taiwan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa variabel kemudahan mempunyai pengaruh positif pada user acceptance sistem internet banking. Amijaya (2010) menemukan juga bahwa variabel
30
kemudahan dalam penggunaan mempunyai pengaruh positif terhadap minat ulang nasabah menggunakan internet banking. Kemudahan penggunaan akan mempengaruhi penggunaan sistem e-filing. Jika pengguna menganggap bahwa sistem e-filing mudah digunakan maka sistem e-filing akan menjadi pilihan dalam melaporkan SPT. Jika pengguna sistem memiliki kemampuan untuk usaha yang terbaik (baik waktu dan tenaga) maka pengguna sistem berpotensi akan dilakukan secara terus-menerus sehingga intensitas perilaku dalam pengguna e-filing dapat meningkat. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut : H2 : Persepsi Kemudahaan mempunyai pengaruh positif pada intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing.
2.2.3 Pengaruh Keamanan dan Kerahasiaan pada Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-Filing Teori Task Technology Fit (TTF) menjadi dasar hipotesis pengaruh keamanan dan kerahasiaan pada intensitas penggunaan e-filing. Hal ini diartikan bahwa keamanan dan kerahasiaan merupakan aspek positif yang ada di dalam sistem e-filing yang mempengaruhi perilaku wajib pajak sebagai pengguna dalam penggunan secara berkelanjutan. Rasa aman dan adanya jaminan kerahasiaan data pengguna merupakan alasan mengapa pengguna memilih untuk menggunakan Teknologi Informasi (TI). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa keamanan dan kerahasiaan mempunyai pengaruh positif pada sikap penggunaan teknologi. Hasil penelitian Wahyuni, dkk. (2015) menyatakan bahwa variabel keamanan dan
31
kerahasiaan mempunyai pengaruh yang positif pada intensitas perilaku penggunaan e-filing. Hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Poon (2008) bahwa variabel keamanan dan kerahasiaan mempunyai pengaruh yang positif pada tingkat penggunaan e-banking. Hasil penelitian Wibisono dan Agus (2014) menyimpulkan bahwa keamanan dan kerahasiaan mempunyai pengaruh positif pada minat Wajib Pajak dalam menggunakan e-filing di Surabaya. Keamanan sistem e-filing ditandai dengan adanya e-FIN yang merupakan nomor unik untuk dapat memperoleh akses ke aplikasi e-filing. Wajib Pajak dapat membuat username dan password yang bisa diganti secara periodik untuk mengakses laman e-filing sehingga keamanan data bisa diandalkan. Pelaporan dengan menggunakan e-filing wajib pajak akan memperoleh digital certificate (DC). DC merupakan sertifikat yang digunakan untuk proteksi data SPT dalam bentuk encryption (pengacakan) sehingga benar-benar terjamin kerahasiaannya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut : H3 : Keamanan dan Kerahasiaan mempunyai pengaruh positif pada intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing.
2.2.4 Pengaruh Kesiapan Teknologi Informasi Wajib Pajak Terhadap Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-Filing Pengaruh kesiapan teknologi informasi wajib pajak pada intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing didasarkan oleh Theory of Planned Behavior (TPB). Theory
of
Planned
Behavior
(TPB)
ini
memiliki
faktor-faktor
yang
mempengaruhi minat pada penggunaan sistem. Salah satunya adalah faktor
32
keyakinan perilaku. Keyakinan perilaku ini diartikan sebagai individu siap atau tidak siap untuk melakukan perilaku. Ini dapat diartikan bahwa dalam hipotesis keempat ini bahwa setiap individu yang siap menerima teknologi informasi wajib pajak maka individu ini akan memutuskan untuk menggunakan sistem e-filing secara berkelanjutan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kesiapan teknologi wajib pajak mempunyai pengaruh pada sikap penggunaan teknologi. Desmayanti (2012) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan fasilitas e-filing oleh wajib pajak sebagai sarana penyampaian SPT masa secara online dan realtime (kajian empiris di Wilayah Kota Semarang). Hasil yang didapat bahwa variabel kesiapan teknologi informasi wajib pajak mempunyai pengaruh positif pada intensitas perilaku dalam penggunaan e-filing. Kesiapan teknologi mempengaruhi keinginan dalam menggunakan sistem informasi. Muncul minat untuk menggunakan sistem e-filing apabila pada dasarnya pribadi seseorang tersebut bersedia menerima sebuah teknologi baru dalam pelaporan pajak. Dapat disimpulkan jika tingkat kesiapan teknologi tinggi maka minat pengguna semakin meningkat. Peningkatan minat ini akan mempengaruhi intensitas pengguna sistem informasi secara berkelanjutan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut : H4 : Kesiapan Teknologi Informasi Wajib Pajak mempunyai pengaruh positif pada Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-filing.
33