BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) yang diadopsi dari Theory of Reasoned Action (TRA) dikembangkan oleh Davis (dalam Handayani, 2007) menawarkan sebuah teori sebagai landasan untuk memeroleh pemahaman yang lebih baik mengenai perilaku pemakai dalam penerimaan dan penggunaan sistem informasi. Model TAM menjelaskan perilaku para pengguna teknologi informasi dengan melihat dari perspektif kepercayaan (belief), sikap (attitude), minat (intention) dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relatioship). Tujuan model ini adalah untuk dapat menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan penggunaan teknologi informasi itu sendiri (Ferda, 2011; Seeman, 2009). Perluasan dari konsep Technology Acceptance Model (TAM) ini diharapkan akan dapat membantu dalam memrediksi sikap dan penerimaan seseorang terhadap teknologi dan dapat memberikan informasi mendasar yang diperlukan mengenai faktor-faktor yang menjadi pendorong sikap individu tersebut (Rose, 2006). Technology acceptance model berteori bahwa niat seseorang untuk menggunakan sistem atau teknologi ditentukan oleh dua faktor, yaitu persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) yang didefinisikan sebagai tingkat di mana seseorang percaya bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan kinerjanya,
12
dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) yang didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana seseorang percaya bahwa penggunaan teknologi akan membuat dirinya bebas dari upaya atau lebih mudah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan (Venkatesh dan Davis, 2000). Technology acceptance model merupakan model yang paling berpengaruh untuk dapat melihat penerimaan penggunaan sistem informasi. Technology acceptance model meyakini bahwa penggunaan sistem informasi akan meningkatkan kinerja individu atau perusahaan, dan penggunaan sistem informasi tersebut akan memermudah pemakainya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan (Dasgupta, 2002). Dengan dua faktor penentu utama, yaitu persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan, maka technology acceptance model diharapkan dapat menjelaskan penerimaan pemakai sistem informasi terhadap sistem informasi itu sendiri. Menurut Kumar dan Anderson (dalam McCoy, 2002) perkembangan dunia bisnis yang berkelanjutan menimbulkan adanya kebutuhan untuk melanjutkan studi mengenai penggunaan teknologi informasi. Penelitian mengenai faktor-faktor yang memrediksi diterimanya teknologi informasi menerima banyak perhatian karena banyak perusahaan mengadopsi dan menggunakan teknologi informasi dan technology acceptance model merupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk menyelidiki hal tersebut (Mohd, 2011). 2.1.2
Theory of Reasoned Action (TRA) Theory of Reasoned Action (TRA) disebutkan oleh Fishbein dan Ajzen
(dalam Nor et al, 2008) mengasumsikan bahwa perilaku didasarkan oleh niat
13
individu untuk terlibat dalam perilaku atau tindakan tertentu. Niat individu tersebut ditentukan oleh dua faktor, yaitu sikap individu terhadap hasil dari tindakan dan pendapat lingkungan sosial individu tersebut yang disebut dengan norma subyektif (Hamzah, 2009). Norma subyektif mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan oleh individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Teori ini menunjukkan bahwa seseorang sering bertindak berdasarkan persepsi mereka mengenai apa yang orang lain pikir mereka harus lakukan. Keinginan mereka untuk melakukan suatu tindakan juga dipengaruhi oleh orangorang yang dekat dengan mereka. Theory of Reasoned Action (TRA) berhubungan dengan sikap dan perilaku individu dalam melakukan kegiatan atau tindakan yang beralasan dalam konteks penggunaan teknologi informasi. Individu akan memanfaatkan penggunaan teknologi informasi dengan alasan bahwa teknologi informasi atau sistem informasi akan memberikan manfaat bagi dirinya. Theory of Reasoned Action telah banyak digunakan untuk memredikasi perilaku individu, seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Nor et al. (2008) yang meneliti mengenai penerimaan penggunaan internet banking di Malaysia dengan berdasarkan konsep theory of reasoned action ini. Hasil dari penelitian tersebut sesuai dengan harapan peneliti, di mana hasilnya sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa niat seseorang untuk menggunakan internet banking dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif.
14
2.1.3 Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior) Teori sikap dan perilaku (theory of attitudes and behavior) dikembangkan oleh Triandis (dalam Sumarsana, 2013) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh sikap yang terkait dengan apa yang orang-orang ingin lakukan serta terdiri dari keyakinan tentang konsekuensi dari melakukan perilaku, aturan-aturan sosial yang terkait dengan apa yang mereka pikirkan akan mereka, dan kebiasaan yang terkait dengan apa yang mereka biasa lakukan. Model perilaku interpersonal yang lebih komprehensif yang disajikan Triandis (dalam Sumarsana, 2013) menyatakan bahwa faktor-faktor sosial, perasaan dan konsekuensi yang dirasakan memengaruhi tujuan perilaku dan sebaliknya akan memengaruhi perilaku. Perilaku tidak mungkin terjadi jika situsasinya atau kondisi yang memfasilitasi tidak memungkinkan. Sesuai dengan Theory of Reasoned Action, jika seseorang bermaksud untuk menggunakan personal computer, tetapi tidak mempunyai kemudahan atau kesempatan untuk memerolehnya, maka manfaat yang dirasakan akan berkurang. 2.1.4
Sistem Informasi Berbasis Komputer Sistem informasi adalah sebuah sistem yang terdiri atas rangkaian
subsistem informasi terhadap pengolahan data untuk menghasilkan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan (Kusrini, 2007: 9). Sistem informasi berbasis komputer atau Computer Based Information System (CBIS) merupakan sistem pengolahan data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dapat dipergunakan sebagai alat bantu yang mendukung pengambilan keputusan, koordinasi dan kendali, serta visualisasi dan analisis. Fattah (2007) menyebutkan
15
bahwa sistem informasi berbasis komputer merupakan sebuah sistem informasi yang memergunakan teknologi komputer untuk melaksanakan beberapa atau seluruh tugasnya. Sistem informasi berbasis komputer terdiri dari komputer pribadi (PC) dan perangkat lunak, atau dapat pula terdiri atas beberapa ribu komputer dengan ratusan printer maupun alat lain seperti jaringan komunikasi dan database. Sumarsana (2013) menyebutkan Sistem informasi berbasis komputer menjadi suatu hal yang penting karena alasan sebagai berikut: 1) Komputer Komputer memberikan CBIS kemampuan yang tidak mungkin dilakukan dalam sistem informasi yang lain. 2) Organisasi modern Ukuran, kepadatan, penyebaran geografi, dan proses produksi yang kompleks banyak ditemukan dalam organisasi modern. 3) Sesuai dengan undang-undang dan lingkungan sosial Catatan
dan
sistem
pelaporan
pemerintah
dimudahkan
dengan
pemanfaatan CBIS. 4) Mempercepat teknologi Ketepatan yang tinggi dalam memonitori proses produksi diperlukan oleh industri yang berteknologi (memanfaatkan teknologi) yang tinggi.
16
5) Mengembangkan peran manajemen Para manajer menggunakan CBIS untuk pembuatan keputusan atas tugastugas yang tidak mungkin dilakukan pada saat sebelum diterapkannya CBIS. Seiring dengan berkembangnya dunia teknologi informasi, peran komputer saat ini tidak hanya dalam hal menghitung ataupun mengetik saja, tapi komputer saat
ini
juga digunakan pula sebagai
suatu
teknologi
yang mampu
menghubungkan satu orang dengan yang lainnya, sehingga mampu meningkatkan koordinasi serta meningkatkan kualitas pekerjaan. Dirga Yusa (2011) menyatakan bahwa komputer juga dapat menimbulkan permasalahan misalnya: apabila input buruk maka hasil output juga akan buruk, hilangnya kreativitas, fleksibilitas, dan akses data penyimpanan. Selain itu, ketergantungan yang tinggi pada komputer juga bisa menimbulkan masalah, misal data hilang karena virus atau listrik mati mendadak maka timbul kemacetan pekerjaan dan informasi. 2.1.5 Pemanfaatan Teknologi Informasi Thompson et al. (dalam Tjhai 2003) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi merupakan suatu manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem informasi dalam melaksanakan tugasnya atau perilaku dalam menggunakan teknologi pada saat melakukan pekerjaan. Sigatolang, dkk. (2006) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi menunjukkan keputusan seseorang untuk memanfaatkan atau tidak memanfaatkan teknologi dalam menyelesaikan tugasnya. Kesesuaian tugas dan teknologi dipengaruhi oleh interaksi antara
17
karakteristik-karakteristik seperti: individual pemakai, teknologi yang digunakan, dan tugas yang berbasis teknologi (Jurnali, 2001). Thompson et al (dalam Tjhai, 2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan teknologi informasi adalah sebagai berikut: 1) Faktor sosial Faktor sosial diartikan sebagai tingkat dimana seorang individu menganggap bahwa orang lain atau lingkungan meyakinkan dirinya untuk menggunakan teknologi informasi. Faktor sosial dapat ditunjukkan dari besarnya dukungan rekan kerja, atasan, dan organisasi. 2) Affect Affect dapat diartikan bagaimana perasaan individu saat memanfaatkan teknologi informasi. Apakah saat menggunakan teknologi informasi dalam berkerja mampu membuatnya senang (nyaman) atau tidak senang (tidak nyaman). Hal ini menunjukkan bahwa jika individu senang (nyaman) melakukan pekerjaan dengan menggunakan teknologi informasi, maka individu tersebut akan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi. 3) Kesesuaian tugas Tugas merupakan suatu hal yang wajib dikerjakan atau suatu hal yang menjadi tanggung jawab seseorang. Dalam konteks ini, tugas diartikan sebagai segala tindakan yang dilakukan oleh individu-individu dalam memroses input menjadi output. Karakteristik tugas mencerminkan sifat dan jenis tugas yang memerlukan bantuan teknologi. Kesesuaian antara
18
tugas dengan teknologi informasi akan menunjukan sejauh mana pemanfaatan teknologi informasi digunakan dalam menyelesaikan tugas. 4) Konsekuensi jangka panjang Konsekuensi jangka panjang diukur dari output yang dihasilkan apakah mempunyai keuntungan pada masa yang akan datang, seperti peningkatan karier dan peningkatan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih penting. Untuk beberapa individu, motivasi untuk menggunakan teknologi informasi dapat dihubungkan dengan rencana pada masa yang akan datang dan tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini. 5) Kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi Menurut Triandis (dalam Tjhai, 2003) kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi meliputi faktor objektif yang ada di lingkungan kerja yang memudahkan pemakai dalam melakukan suatu pekerjaan. Kondisi yang memfasilitasi dalam konteks pemanfaatan teknologi dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan teknologi informasi. 2.1.6
Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness) Persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) didefinisikan sebagai suatu
tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut (Rahadi, 2007). Adamson dan Shine (2003) mendefinisikan persepsi kemanfaatan sebagai konstruksi kepercayaan seseorang bahwa penggunaan sebuah teknologi tertentu akan mampu meningkatkan kinerja mereka. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
19
persepsi kemanfaatan sistem berkaitan dengan produktifitas dan efektifitas sistem dari kegunaan dalam tugas secara menyeluruh untuk meningkatkan kinerja orang yang menggunakan sistem tersebut. Venkatesh dan Morris (2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh penting manfaat dalam pemahaman respon individual dalam teknologi informasi. Venkatesh dan Davis (2000: 201) membagi dimensi persepsi kemanfaatan menjadi berikut: 1)
Penggunaan sistem mampu meningkatkan kinerja individu (improves job performance).
2)
Penggunaan sistem mampu menambah tingkat produktifitas individu (increases productivity).
3)
Penggunaan sistem mampu meningkatkan efektifitas kinerja individu (enhances effectiveness).
4)
Penggunaan sistem bermanfaat bagi individu (the system is useful). Adamson dan Shine (2003) menyebutkan bahwa hasil riset-riset empiris
menunjukkan bahwa persepsi kemanfaatan merupakan faktor yang cukup kuat memengaruhi penerimaan, adopsi dan penggunaan sistem oleh pengguna. 2.1.7
Persepsi Kemudahan Pemakaian (Perceived Ease of Use) Persepsi kemudahan pemakaian (perceived ease of use) didefinisikan
sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami (Rahadi, 2007). Definisi tersebut juga didukung oleh Arief Wibowo (2006) yang menyatakan bahwa persepsi tentang kemudahan pemakaian sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya
20
bahwa teknologi tersebut dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa kemudahan pemakaian mampu mengurangi usaha seseorang baik waktu maupun tenaga untuk memelajari sistem atau teknologi karena individu yakin bahwa sistem atau teknologi tersebut mudah untuk dipahami. Intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya (Rahadi, 2007). Venkatesh dan Davis (2000: 201) membagi dimensi persepsi kemudahan penggunaan menjadi berikut: 1)
Interaksi individu dengan sistem jelas dan mudah dimengerti (clear and understandable).
2)
Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan sistem tersebut (does not require a lot of mental effort).
3)
Sistem mudah digunakan (easy to use).
4)
Mudah mengoperasikan sistem sesuai dengan apa yang ingin individu kerjakan (easy to get the system to do what he/she wants to do).
2.1.8 Kompetensi Kompetensi merupakan sesuatu motif, konsep diri, sifat, pengetahuan, maupun keahlian yang melekat pada diri individu yang digunakan untuk memrediksi tingkat kinerjanya (Setyowati: 2006). Kompetensi yang berupa pengetahuan dan keahlian bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan.
21
Dalam literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain seperti definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003). Lanstanti (2005) mendefinisikan kompetensi sebagai keterampilan dari seorang ahli, dimana ahli didefinisikan sebagai seorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperolehnya dari pelatihan dan pengalaman. Trotter dalam Saifudin (2004) mendefinisikan bahwa seseorang yang berkompeten adalah seseorang yang memiliki keterampilan untuk mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan nonrutin. Lasmahadi ( 2002) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 2.1.9 Teknik Audit Berbantu Komputer (TABK) TABK merupakan suatu proses audit dalam memeriksa laporan keuangan dengan menggunakan teknologi komputer. Secara umum, Teknik Audit
22
Berbantuan Komputer (TABK) adalah setiap penggunaan teknologi informasi sebagai alat bantu dalam kegiatan audit. TABK dapat juga didefinisikan sebagai penggunaan perangkat dan teknik untuk mengaudit aplikasi komputer serta mengambil dan menganalisa data (Novrilin, 2009). Beberapa manfaat TABK menurut SPAP No.39 Sa Seksi 327 adalah tidak adanya dokumen masukan atau tidak adanya jejak audit (audit trail) dapat mengharuskan auditor menggunakan TABK dalam penerapan pengujian pengendalian dan pengujian substantif serta dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi prosedur audit dengan penggunaan TABK. Menurut Agoes (2004) terdapat tiga pendekatan dalam penggunaan Teknik Audit Berbantu Komputer antara lain: 1)
Auditing Around the Computer dapat dilakukan jika dokumen sumber tersedia dalam bahasa non mesin, dokumen-dokumen disimpan dengan cara yang memungkinkan pengalokasiannya untuk tujuan auditing, outputnya memuat detail yang memadai, yang memungkinkan auditor menelusuri suatu transaksi dari dokumen sumber ke output atau sebaliknya. Dalam metode ini, pelaksanaan penelaahan pengendalian intern dan pengujian atas transaksi serta prosedur verifikasi saldo perkiraan sama dengan yang dilaksanakan pada sistem pengolahan data biasa, tidak ada usaha menguji efektivitas pengendalian pada departemen EDP (meskipun auditor mengunakan komputer untuk melaksanakan prosedur auditing). Dalam hal ini, auditor memandang sistem dan program komputer sebagai kotak hitam dan hanya menelaah dokumen input. Data
23
input diseleksi dan diuji dibandingkan dengan hasil outputnya, jika cocok, sah, dan akurat maka pengendalian intern dapat dikatakan berjalan dengan baik. 2)
Auditing Through the Computer lebih ditekankan pada pengujian sistem komputer daripada pengujian output komputer. Auditor menguji dan menilai efektivitas prosedur pengendalian operasi dan program komputer serta ketepatan proses di dalam komputer. Hal ini dilakukan dengan menelaah dan mengesahkan sumber transaksi dan langsung menguji program logika serta program pengendalian komputer.
3)
Auditing with the Computer dilakukan dengan menggunakan komputer dan software untuk mengotomatiskan prosedur pelaksanaan audit. Tentunya metode ini lebih sulit dan kompleks dari kedua metode diatas, serta biaya yang besar. Akan tetapi jika kemampuan dan keahlian dimiliki, hasil yang diperoleh akan lebih tepat. PSA NO.59 SA seksi 327 yang mengatur tentang Teknik Audit Berbantu
Komputer menyatakan ada dua atau lebih tipe TABK yang lebih umum, yaitu perangkat lunak audit dan data uji yang digunakan untuk tujuan audit. 1)
Perangkat Lunak Audit Perangkat lunak audit terdiri dari program komputer yang digunakan oleh
auditor sebagai bagian prosedur auditnya, untuk mengolah data audit yang signifikan dari Standar Profesional Akuntan Publik sistem akuntansi entitas. Perangkat lunak audit dapat terdiri dari program paket, program yang dibuat dengan tujuan khusus (purpose-written programs), dan program utilitas (utility
24
programs). Terlepas dari sumber program, auditor harus meyakini validitas program tersebut untuk tujuan audit sebelum menggunakan program tersebut. a.
Program paket (package programs) adalah program komputer yang dirancang untuk melaksanakan fungsi pengolahan data yang mencakup pembacaan file komputer, pemilihan informasi, pelaksanaan perhitungan, pembuatan file data, dan pencetakan laporan dalam suatu format yang telah ditentukan oleh auditor.
b.
Program yang dibuat dengan tujuan khusus (purpose-written programs) adalah program komputer yang dirancang untuk melaksanakan tugas audit dalam keadaan khusus. Program ini dapat disiapkan oleh auditor, oleh entitas, atau oleh pemrogram luar yang di oleh auditor. Dalam beberapa hal, program entitas yang ada dapat digunakan oleh auditor dalam bentuk aslinya atau dalam bentuk yang sudah dimodifikasi karena hal ini dapat lebih efisien dibandingkan dengan jika program tersebut dikembangkan secara independen.
c.
Program utilitas (utility programs) adalah program yang digunakan oleh entitas untuk melaksanakan fungsi pengolahan umum seperti penyortasian, pembuatan, dan pencetakan file. Program ini umumnya dirancang untuk tujuan audit dan, oleh karena itu, mungkin tidak memiliki kemampuan seperti penghitungan record secara otomatis (automatic record count) atau total kontrol (control totals).
25
2)
Data Uji (Test Data) Teknik data uji digunakan dalam pelaksanaan prosedur audit dengan cara
memasukkan data (misalnya suatu contoh transaksi) ke dalam sistem komputer entitas, dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang telah ditentukan sebelumnya. Contoh penggunaan teknik data uji adalah: a. Data uji digunakan untuk menguji pengendalian khusus dalam program komputer, seperti on-line password dan pengendalian akses data. b. Transaksi uji yang dipilih dari transaksi yang telah diproses atau telah dibuat sebelumnya oleh auditor untuk menguji karakteristik pengolahan tertentu yang dilakukan entitas dengan sistem komputernya. Transaksi ini umumnya diolah secara terpisah dari pengolahan normal yang dilakukan oleh entitas. c. Transaksi uji yang digunakan dalam suatu pengujian terpadu dengan cara menciptakan “dummy unit" (seperti departemen atau karyawan) untuk mem posting transaksi uji ke dalam dummy unit tersebut dalam siklus pengolahan normal entitas. 2.1.10 Generalized Audit Software (GAS) Generalized Audit Software (GAS) adalah pendekatan yang menggunakan suatu perangkat lunak tertentu yang dimanfaatkan untuk menyeleksi, mengakses, mengorganisasikan data untuk kepentingan pengujian substantif (Wahyuni,2010). GAS ini dapat berupa perangkat lunak yang memang dibuat untuk membantu fungsi audit (misalnya IDEA, ACL), manajemen basisdata (misalnya MS-
26
Access), bahasa query (misalnya SQL) ataupun perangkat lunak lembar kerja spreadsheet software (misalnya M-Excel) (Darono, 2010). Menurut (Mahyuni, 2010) ada banyak software GAS yang saat ini beredar dan digunakan oleh kantor-kantor akuntan publik di seluruh dunia. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
ACL (Audit Command Language) ACL for Windows dirancang khusus untuk menganalisa data dan menghasilkan
laporan
audit
baik
untuk
pengguna
biasa
(common/nontechnical users) maupun pengguna ahli (expert users). Dengan menggunakan ACL, pekerjaan auditing akan jauh lebih cepat daripada proses auditing secara manual yang memerlukan waktu sampai berjam-jam bahkan sampai berhari-hari. 2.
IDEA (Interactive Data Analysis Software) IDEA adalah software yang powerful dan mudah dioperasikan untuk membantu akunting dan professional keuangan meningkatkan keahlian auditing, mendeteksi kecurangan, dan memenuhi dokumen-dokumen standar. Software ini memungkinkan kita untuk mengimpor data dengan cepat, menyertakan, menganalisa, mengambil sample dan mengekstrak data dari berbagai macam sumber, termasuk laporan yang dicetak dari sebuah file.
3.
APG (Audit Program Generator) APG memungkinkan tim audit memersiapkan daftar perencanaan audit mereka. APG memungkinkan tim audit untuk menambah, menghapus atau
27
melakukan modifikasi item-item individual dalam daftar perencanaan audit untuk menyesuaikan antara pekerjaan auditor dengan keperluan klien mereka. 4.
Microsoft Excel Software lain yang kemungkinan digunakan oleh Kantor Akuntan Publik dalam melakukan audit berbantuan komputer adalah dengan menggunakan Microsoft Excel. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa Microsoft Excel adalah program aplikasi spreadsheet yang paling populer saat ini. Dengan kemampuannya membaca file database seperti DBF dan MDB, serta ditambah dengan dukungan fungsi-fungsi/formula-formula yang ada, maka dapat dikatakan bahwa Microsoft Excel juga dapat dijadikan sebagai software GAS.
5.
AUDIT-Easy Adalah software yang digunakan untuk mengembangkan dan melakukan audit kepatuhan internal dan eksternal.
6.
EZ-R Stats Adalah software audit dengan beberapa kegunaan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi duplikasi, selisih-selisih, jumlah populasi, klasifikasi dan stratifikasi data, univariate statistik, menentukan ukuran sample, persentil/quartile, histogram, dan lainnya. b. Menentukan prosedur-prosedur seperti misalnya test Hukum Benford (Benford’s Law) besaran nilai kumulatif moneter sampling, interval sampling,cross tabulasi,
28
c. Dapat digunakan untuk melakukan beberapa pengujian statistik seperti Chi Square, pemeriksaan nomor kartu kredit, penyusunan nomor keatas dan kebawah. d. Menghasilkan grafik – histogram, garis trend, grafik pareto, dan lainlain 7.
QSAQ Software ini digunakan untuk menjadwalkan, mengelola analisis dan mengadakan internal audit, penilaian, pengujian dan pemeriksaan. Software
ini
didesain
untuk
mengorganisasikan,
melangsungkan,
mendokumentasikan, dan melaporkan dalam internal audit dan eksternal audit. 8.
Random Audit Assistant Adalah software untuk mendapatkan sample audit yang valid dari batasan audit yang telah ditetapkan.
9.
RAT-STATS Adalah paket software statistik yang didesain untuk membantu auditor dalam menetapkan sample audit secara acak dan mengevaluasi hasilnya.
10. Auto Audit Software ini merupakan sistem informasi audit yang terintegrasi. Software ini memungkinkan departemen audit untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dalam satu database. Dengan fasilitas untuk menaksir risiko, perencanaan, penjadwalan, kertas kerja, dan lainnya, maka menggunakan
29
software ini merupakan pilihan yang tepat untuk mengelola sebuah departemen audit. 11. GRC on Demand Adalah software dengan kegunaan untuk manajemen pengendalian keuangan, otomatisasi audit, risiko manajemen, teknologi informasi pemerintahan. 2.1.11 Microsoft Excel sebagai Sofeware Audit Beberapa audit tools, seperti ACL dan IDEA, merupakan audit tools yang dikembangkan dan diakui secara internasional. Memang pengakuan secara internasional belum tentu selalu sesuai dengan kondisi masing-masing negara, organisasi KAP, atau sektor organisasi bisnis yang lain. Bagi kebanyakan KAP menengah dan kecil maupun organisasi bisnis sektor UKM, harga audit tools seperti ACL dan IDEA merupakan investasi yang sangat besar. Seringkali investasi besar tersebut cukup memberatkan KAP dan sektor organisasi UKM yang ada (Yuliana,2006). Software lain yang kemungkinan digunakan oleh Kantor Akuntan Publik dalam melakukan audit berbantuan komputer adalah dengan menggunakan Microsoft Excel. Microsoft Excel merupakan sebuah program paket dari Microsoft office yang berfungsi untuk mengoah data angka dengan dukungan fungsi fungsi/formula-formula yang dimilikinya (Putri, 2013). Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa Microsoft Excel adalah program aplikasi spreadsheet yang paling populer saat ini. Dengan kemampuannya membaca file database seperti DBF dan MDB, serta ditambah dengan dukungan fungsi fungsi/formula-
30
formula yang ada, maka dapat dikatakan bahwa Microsoft Excel juga dapat dijadikan sebagai software GAS. Dengan memilih menggunakan Microsoft Excel sebagai GAS, maka berarti Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan telah melakukan efisiensi biaya. Hal ini karena Microsoft Excel adalah program aplikasi yang cukup populer, yang dapat dipastikan ada pada setiap PC, terlepas dari apakah software tersebut asli atau bajakan. Cara kerja audit berbantuan komputer dengan Microsoft Excel sebenarnya hampir sama dengan software GAS yang lain, yaitu setelah file data diimpor atau disalin, maka selanjutnya dapat dilakukan pengolahan/manipulasi data sesuai keperluan audit yang dilakukan, tentunya dengan menginputkan formula-formula yang diperlukan. Sekalipun demikian, tetap harus diakui bahwa penggunaan Microsoft Excel untuk audit tetap memiliki kekurangan dibandingkan dengan paket software yang memang dikhususkan untuk audit. Hal ini karena file yang telah diimpor atau disalin bukanlah jenis file read only sehingga sangat rentan kesalahan yang diakibatkan kesalahan pengetikan dan pengeditan yang dilakukan. Keterbatasan lainnya adalah keterbatasannya dalam mengenali dan membaca file sumber data, jika dibandingkan dengan program seperti ACL dan IDEA yang mempunyai kemampuan membaca file dalam banyak tife/ekstensi (Mahyuni, 2010).
31
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh kemanfaatan pada keberhasilan penerapan teknik audit berbantu komputer Kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat bermanfaat untuk meningkatkan prestasi kerja orang tersebut (Rahadi, 2007). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kemanfaatan berkaitan dengan produktifitas dan efektifitas kegunaan sistem dalam menyelesaikan tugas secara menyeluruh untuk meningkatkan kinerja orang yang menggunakan sistem tersebut. Kemanfaatan pada penelitian ini merupakan pandangan positif auditor mengenai manfaat yang diperoleh dalam peningkatan kinerjanya karena menerapkan teknik audit berbantu komputer. Ketika auditor telah menerapkan teknik audit berbantu komputer berkali-kali, maka auditor telah merasakan manfaat dari penerapan teknik audit berbantu komputer tersebut. Sikap positif dalam penerapan teknik audit berbantu komputer timbul karena auditor yakin bahwa penerapan teknik audit berbantu komputer dapat meningkatkan kinerja, produktifitas dan efektifitas kinerja bagi auditor. Oleh karena itu, kemanfaatan memengaruhi keberhasilan penerapan teknik audit berbantu komputer. Venkatesh dan Morris (2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh penting manfaat dalam pemahaman respon individual dalam teknologi informasi. Adamson dan Shine (2003) menyebutkan bahwa hasil riset-riset empiris menunjukkan bahwa
kemanfaatan merupakan faktor
yang cukup kuat
memengaruhi penerimaan, adopsi dan penggunaan sistem oleh pengguna. Hasil penelitian Santoso (2014) juga membuktikan adanya pengaruh yang positif
32
kemanfaatan terhadap penerimaan teknologi informasi. Penelitian lainnya dilakukan oleh Tangke (2004) membuktikan bahwa kemanfaatan memiliki pengaruh yang positif terhadap penerimaan penerapan teknik audit berbantu komputer. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H1:
Kemanfaatan berpengaruh positif pada keberhasilan penerapan teknik audit berbantu komputer.
2.2.2
Pengaruh kemudahan pemakaian pada keberhasilan penerapan teknik audit berbantu komputer Kemudahan pemakaian didefinisikan sebagai suatu tingkatan dimana
seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami (Rahadi, 2007). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa kemudahan pemakaian mampu mengurangi usaha seseorang baik waktu maupun tenaga untuk memelajari sistem atau teknologi karena individu yakin bahwa sistem atau teknologi tersebut mudah untuk dipahami. Intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya (Rahadi, 2007). Kemudahan pemakaian pada penelitian ini berarti auditor percaya bahwa teknik audit berbantu komputer mudah untuk dipahami dan memberikan kemudahan bagi auditor dalam melakukan pekerjaannya. Kemudahan akan mengurangi usaha baik waktu maupun tenaga para auditor dalam melakukan
33
pekerjaannya. Dengan demikian, bila penerapan teknik audit berbantu komputer mudah digunakan oleh para auditor maka teknik audit berbantu komputer tersebut akan sering digunakan. Oleh karena itu, kemudahan pemakaian memengaruhi keberhasilan penerapan teknik audit berbantu komputer. Hasil penelitian Santoso (2014) membuktikan adanya pengaruh yang positif kemudahan terhadap penerimaan teknologi informasi. Penelitian lainnya dilakukan oleh Tangke (2004) membuktikan bahwa kemudahan memiliki pengaruh yang positif terhadap penerimaan penerapan teknik audit berbantu komputer. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H2:
Kemudahan pemakaian berpengaruh positif pada keberhasilan penerapan teknik audit berbantu komputer.
2.2.3 Pengaruh kompetensi auditor pada keberhasilan teknik audit berbantu komputer Kompetensi merupakan suatu motif, konsep diri, sifat, pengetahuan, maupun keahlian yang melekat pada diri individu yang digunakan untuk memrediksi tingkat kinerjanya (Setyowati: 2006). Dalam standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2011) disebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan
penyusunan
laporannya,
auditor
wajib
menggunakan
kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. Esya (2008) menyatakan bahwa auditor harus berkompeten dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Selain itu, auditor juga harus mengikuti perkembangan yang terjadi untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya sehingga kinerjanya akan menjadi lebih baik.
34
PSA No 57.SA Seksi 335 menyatakan bahwa pengetahuan dan pengalaman auditor dalam penggunaan software merupakan hal yang penting dalam mengaudit dengan bantuan komputer. Oleh karena itu setiap auditor wajib memiliki kompentensi dalam menggunakan pendekatan audit dengan teknik audit berbantu komputer. Penelitian yang dilakukan Sumarsana (2013) membuktikan bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap penerapan teknik audit sekitar komputer. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H3:
Kompetensi auditor berpengaruh positif pada keberhasilan penerapan teknik audit berbantu komputer.
35