BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Technology Acceptance Model TAM diadaptasi dari Theory of Reasoned Action yang diperkenalkan oleh Ajzen dan Fishbein (1980) dan diusulkan oleh Davis (1989). TAM mengasumsikan bahwa penerimaan seseorang atas teknologi informasi dipengaruhi oleh dua variabel utama yaitu Perceived Usefulness (Persepsi Kebermanfaatan) dan Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan) Hakim (2008). Berikut adalah gambar konstruk awal TAM yang diperkenalkan oleh Davis (1989):
Perceived Usefulness (U) External Variabels
Attitude Toward Using ( A)
Behavioral Intention to Use (BI)
Acctual System Use
Perceived Ease of Use (E)
Gambar 2.1 Technology Acceptance Model (TAM) Davis Bagozzi dan Warshaw (1989)
Perceived Usefulness (Persepsi Kebermanfaatan) dan Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Penggunaan) mempengaruhi Attitude Toward Using individu terhadap penggunaan teknologi. Peningkatan pada Perceived Ease of Use secara instrumental mempengaruhi kenaikan
Universitas Sumatera Utara
dari Perceived Usefulness karena sebuah sistem yang mudah digunakan tidak membutuhkan waktu lama untuk dipelajari sehingga individu memiliki kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang lain sehingga berkaitan dengan efektifitas kinerja (Davis, Bagozzi dan Warshaw, 1989: 987). Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi dapat dilihat dari sikap pengguna terhadap teknologi tersebut seperti motivasi untuk tetap menggunakan serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain. Actual System Usage adalah kondisi nyata penggunaan sistem yang dikonsepkan dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi (Arief Wibowo, 2006). Bila dilihat secara rinci, gambar konstruk awal TAM yang diperkenalkan oleh Davis (1989) tidak jauh beda dengan model yang digunakan dalam penelitian ini. Tetapi dalam penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel independen saja, dimana variabel independen tersebut adalah: Persepsi Kemudahan Penggunan, Persepsi Manfaat dan Minat Perilaku Penggunaan. Berikut adalah gambar konstruk awal TAM yang digunakan dalam penelitian ini:
Persepsi Manfaat Minat Perilaku Penggunaan
Variabel independen Persepsi Kemudahaan Penggunaan
Universitas Sumatera Utara
Persepsi Kemudahaan Penggunaan dan Persepsi Manfaat mempengaruhi Minat perilaku Penggunaan terhadap penggunaan teknologi. Dimana Persepsi Kemudahan Penggunaan merupakan tingkatan dimana seseorang percaya bahwa teknologi mudah untuk dipahami, Davis (1989). Persepsi Kemudahaan Penggunaan juga mempengaruhi Persepsi Manfaat yang merupakan suatu sistem yang berkaitan dengan produktifitas dan efektifitas sistem dari kegunaan dalam tugas secara menyeluruh untuk meningkatkan kinerja orang yang menggunakan sistem tersebut Adamson dan Shine (2003). Minat Perilaku Penggunaan merupakan bentuk keyakinan seseorang dalam penggunaan teknologi informasi akan meningkatkan minat seseorang yang pada akhirnya akan menggunakan teknologi informasi dalam melakukan pekerjaan Venkatesh, et al (2003). Menurut Gefen dan Straub (2004) menyatakan bahwa peranan persepsi kemudahan penggunaan sebenarnya lebih kompleks karena persepsi kemudahan penggunaan mengukur penilaian kemudahan penggunaan (perceived ease of use) dan easy of learning dari pengguna teknologi informasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan mempengaruhi persepsi manfaat. Wijaya (2005) menyatakan bahwa TAM mendeskripsikan terdapat dua faktor yang secara dominan mempengaruhi integrasi teknologi. Faktor pertama adalah persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi. Sedangkan faktor kedua adalah persepsi pengguna terhadap kemudahan penggunaan teknologi. Kedua faktor tersebut mempengaruhi kemauan untuk memanfaatkan teknologi. Selanjutnya kemauan untuk memanfaatkan teknologi akan mempengaruhi penggunanan teknologi yang sesungguhnya. Pada umumnya penguna teknologi akan memiliki persepsi positive terhadap teknologi yang disediakan. Persepsi negative akan muncul sebagai
Universitas Sumatera Utara
dampak dari penggunaan teknologi tersebut. Artinya persepsi negative berkembang setelah pengguna pernah mencoba teknologi tersebut atau pengguna berpengalaman buruk terhadap penggunaan teknologi tersebut. Sehingga model TAM dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan upaya-upaya yang diperlukan untuk mendorong kemauan menggunakan teknologi. Tujuan utama TAM adalah untuk memberikan dasar penelusaran dari pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap dan tujuan pengguna. TAM menyediakan suatu basis teoritis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap suatu teknologi dalam suatu organisasi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat antara keyakinan (akan manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya) dan perilaku, tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari pengguna/user suatu sistem informasi (Nugroho, 2008). Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA (Theory of Reasoned Action) yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi (Ajzen dan Fishbein, 1980). Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behaviour relationship). Tujuan model ini adalah untuk
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan faktor‐faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensi‐dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna (user). Model ini menempatkan pengunaan (usage) sebagai dependent variabel, serta perceived usefulness (U) dan perceived ease of use (EOU) sebagai independen variabel. Kedua variabel independen ini dianggap dapat menjelaskan perilaku penggunaan (usage). Berbagai penelitian empiris pun telah banyak diajukan, seperti yang telah dinyatakan oleh Hermana (2005) bahwa sejumlah meta analisis pada TAM telah menunjukkan bahwa TAM adalah model yang valid, kuat dan sangat berkuasa. Model TAM ini sendiri dijumpai dalam penggunaan komputer serta internet. Agar pengguna dapat menggunakan aplikasi internet dengan baik dibutuhkan pelatihan dan pembelajaran (Compeau and Higgins, 1995). Dengan pembelajaran dan pelatihan mengenai aplikasi internet, pengguna dapat mengerti tentang apa yang diharapkan nantinya. Pembelajaran tersebut antara lain seperti bagaimana agar dapat berhubungan dengan internet, pencarian informasi dalam internet, pertukaran informasi melalui internet, dan sebagainya. Pengetahuan teknologi internet sangat berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan pengguna dalam bertransaksi melalui website. Penelitian Shivraj dan Vikas (2004), mempelajari niat untuk membeli menggunakan website. Responden yang dituju adalah siswa yang lulus program MBA pada universitas di Washington DC, USA. Responden secara acak diminta untuk mengunjungi website Amazon (www.amazon.com) atau GE Appliances (www.geappliances.com) dengan menggunakan 183 responden dari 300 kuesioner yang disebarkan.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian shivarj dan Vikas (2004), yang dipengaruhi oleh variabel yaitu, perceived risk, perceived usefulness dan perceived ease of use dapat mempengaruhi intention to purchase secara langsung. Selain itu perceived risk merupakan mediator hubungan antara gender dan product category dengan intention to purchase. Perceived ease of use juga mempengaruhi perceived usefulness. 2.1.2 E-commerce Perkembangan teknologi dan informasi sudah semakin meningkat dalam abad ini. ecommerce merupakan perkembangan dalam sistem perdagangan. Menurut Baum (1999) dalam Purbo (2000 : 2), e-commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik. Menurut Turban, et al. (2001 : 4) e-commerce merupakan suatu bentuk konsep baru yang menggambarkan proses transaksi pembelian dan penjualan ataupun pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan internet termasuk Internet. Selain itu juga, Kalakota dan Whinston dalam buku Suyanto (2003 : 11) mendefinisikan e-commerce dari beberapa perspektif sebagai berikut: 1. Perspektif Komunikasi : e-commerce penyampaian informasi dari suatu produk atau jasa, atau pembayaran melalui sambungan telepon, jaringan komputer atau hal lain yang terkait dengan elektronik. 2. Perspektif Proses Bisnis : e-commerce merupakan penerapan teknologi dalam hal otomatisasi dari transaksi bisnis ke aliran kerja. 3. Perspektif Jasa : e-commerce merupakan suatu perangkat yang ditujukan bagi perusahaan, konsumen, dan manajemen dalam rangka untuk meminimalisasi biaya
Universitas Sumatera Utara
jasa atau layanan dan meningkatkan kualitas produk serta meningkatkan kecepatan proses pengiriman jasa layanan. 4. Perspektif Online : e-commerce berkaitan dengan kapasitas jual beli produk dan informasi di internet dan jasa online lainnya. Menurut Turban, et al. (2003 : 11) e-commerce pada umumnya dapat diklasifikasikan berdasarkan transaksi. Jenis-jenis e-commerce dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Business to business (B2B). Tipe ini sudah meliputi transaksi IOS (aliran informasi antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya) serta transaksi antar organisasi yang dilakukan di pasar elektronik. 2. Business to customer (B2C). Merupakan transaksi eceran yang dilakukan oleh pembeli perorangan. 3. Customer to customer (C2C). Dalam kategori ini, pelanggan melakukan penjualan secara langsung ke konsumen lainnya melalui internet atau iklan elektronik. 4. Customer to business (C2B). Termasuk dalam kategori ini adalah individu – individu yang melakukan proses organisasi nirlaba. 5. Non business E-commerce. Dewasa ini makin banyak lembaga non-bisnis dan lembaga pemerintahan yang menggunakan berbagai tipe e-commerce untuk mengurangi biaya atau untuk meningkatkan operasi dan layanan publik. 6. Intrabusiness (Organizational). Pada jenis ini organisasi menggunakan e-commerce untuk meningkatkan kegiatan operasi organisasinya. Hal ini juga dikenal dengan sebutan business-to-employee (B2E). Berikut ini, keunggulan dan kerugian e-commerce bagi pembeli yang disajikan pada tabel 2.1 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Keunggulan dan Kerugian E-commerce Bagi Pembeli No Keunggulan No Kerugian 1. lebih cepat / nyaman dalam pembelian 1. Masalah keamanan 2. Pilihan produk /layanan terus 2. Tidak semuanya pembeli ditingkatkan mengggunakan teknologi yang sama 3. Memiliki akses yang lebih banyak 3. Masalah hukum/aspek legal terhadap informasi 4. Dapat memperbaiki harga (pasar yang 4. Bukan pengalaman belanja di lebih kompetitif) dunia nyata 5. Dapat melakukan umpan balik 5. Tidak semua orang memiliki terhadap supplier, vendor, dan biro akses terhadap internet iklan 6. Metode pembelian yang lebih mudah 6. Kemungkinan informasi yang dan cepat melimpah 7. Meningkatkan ketersediaan dalam 7. Konsumen takut kepada penjual pelayanan konsumen yang belum diketahui/dikenal 8. Meningkatkan kepercayaan konsumen 8. Akses bukan hal yang mudah bagi pemula Sumber : Gaertner dan Smith (2001) Berdasarkan tabel di atas, pada sisi keuntungan diketahui bahwa dengan menggunakan ecommerce pembeli dapat melakukan transaksi pembelian secara lebih leluasa, terutama dalam memilih dan membandingkan barang atau jasa yang hendak dibeli di antara beberapa vendor. Dengan demikian, pembeli akan memperoleh barang atau jasa yang tepat, baik harga maupun fiturnya. Sedangkan pada sisi kerugian banyak menyangkut pada aspek keamanan, pengetahuan pembeli, dan ketersediaan infrastruktur internet. Oleh karena itu, seiring dengan semakin berkembangnya teknologi keamanan e-commerce, banyaknya informasi dan komunitas bagi pengguna e-commerce, serta semakin banyaknya infrastruktur internet yang tersedia, maka kerugian yang dihadapi oleh pembeli semakin dapat diperkecil. Selain keunggulan dan kerugian e-commerce bagi pembeli, dapat diindentifikasi pula keunggulan dan kerugian e-commerce bagi penjual. Hasil identifikasi tersebut sebagaimana disajikan pada tabel 2.2 berikut:
Universitas Sumatera Utara
No 1.
2.
3.
4.
5.
6. 7.
8.
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
16. 17.
Tabel 2.2 Keunggulan dan Kerugian e-commerce Bagi Penjual Keunggulan No Kerugian Manajemen 1. Organisasi/ manajer butuh informasi/komunikasi yang lebih untuk meningkatkan baik pengetahuan mengenai teknologi informasi Peningkatan level layanan dapat 2. Permasalahan dengan tersedia pengembangan web yang jelek Kemampuan untuk menyediakan 3. Masalah hukum/aspek legal layanan konsumen yang lebih baik Meningkatkan daya saing 4. Informasi yang dikirim oleh supplier dapat diganggu oleh hacker Mengurangi biaya/meningkatkan 5. Merek dagang/kepercayaan pendapatan menjadi hal yang paling utama Mengurangi siklus waktu 6. Kompetisi yang ketat bagi supplier dan vendor Sedikit hambatan dalam 7. Biaya penerapan metode penjualan implementasi/advertensi menjadi lebih tinggi Semua perusahaan dapat 8. Tidak cukup metode untuk berkompetisi pada level yang pembayaran sama Memperbaiki dukungan 9. Harus memiliki konsumen distributor yang loyal Kemampuan untuk membangun 10. Pengguna dikenai biaya investasi infrastruktur informasi transaksi Dapat memperbaiki manajemen 11. Bahasa, zona waktu, dan logistik perbedaan mata uang Dapat memperbaiki image 12. Permasalahan perlindungan perusahaan hak cipta Cara yang lebih mudah untuk 13. Gangguan pada rantai mencari partner bisnis pasokan Lebih banyak tersedia bagi 14. Kemudahan pembeli untuk informasi elektronik berganti supplier atau vendor Dapat memperbaiki akses 15. Populasi web mungkin tidak informasi mengenai transaksi mewakili populasi target yang sedang terjadi Cara langsung lebih banyak 16. Tidak ada standar internet untuk pembelian bagi perusahaan web hosting Kemampuan untuk melewati 17. Butuh restrukturisasi proses hambatan global dalam bisnis marketing
Universitas Sumatera Utara
18.
Memperoleh pengetahuan melalui diskusi internet
18.
19.
Biaya stock dan produksi dapat dipotong melalui penawaran yang kompetitif Kemampuan untuk mengidentifikasi passar produk baru Mendukung hubungan melalui berbagi informasi secara real – time
19.
20.
21.
22.
Akselerasi terhadap proses bisnis 23. Mudah dalam memperbarui katalog online 24. Meningkatkan efisiensi transaksi Sumber : Gaertner dan Smith (2001)
Sulit untuk mengatasi keputusan pembelian yang licik Kesulitan untuk mengetahui pembeli yang sedang mencari
20.
Keharusan untuk merubah organisasi
21.
Penjualan melalui internet terbatas bagi orangketika mulai menggunakan internet untuk pembelian Hambatan oleh jangkauan jaringan komputer
22. 23.
Berdasarkan tabel di atas, pada sisi keuntungan terlihat bahwa penjual yang menggunakan e-commerce di antaranya dapat melakukan transaksi lebih efisien dan dapat mendekatkan diri kepada konsumen sehingga upaya untuk meningkatkan kepuasan konsumen bisa dilakukan secara lebih mudah. Sedangkan pada sisi kerugian, penjual harus dapat mengadopsi teknologi e-commerce secara tepat sehingga kerugian yang dihadapi dalam penggunaan e-commerce bisa diminimalisir. 2.1.3 Electronic Ticketing E-Ticketing
yang
berarti
sebuah
tiket
dalam
bentuk
digital
(id.wikipedia.org/tiket_elektronik), telah dapat digunakan sejak 1 Juni 2009, ketika Asosiasi Transportasi Udara Internasional/IATA (International Air Transport Association) memberikan mandat/kekuasaan kepada semua anggotanya untuk menggunakan e-ticket dalam segala bentuk transaksi. E-ticketing merupakan suatu cara untuk mendokumentasikan proses penjualan dari
Universitas Sumatera Utara
aktivitas perjalanan pelanggan tanpa harus mengeluarkan bukti – bukti atau dokumen berharga baik secara fisik ataupun paper ticket (Jati, 2012). Semua informasi mengenai e-ticket disimpan secara digital dalam sistem komputer milik airline. Sebagai bukti pengeluaran e-ticket, pelanggan akan diberikan Intinenary Receipt yang hanya berlaku sebagai alat bukti untuk masuk ke dalam bandara di Indonesia yang mengharuskan kepada penumpang untuk membawa tanda bukti perjalanan. e-ticket adalah suatu peluang untuk meminimalkan biaya serta mengoptimalkan kenyamanan bagi penumpang. e-tiket dapat mengurangi biaya dalam proses pembuatan tiket, menghilangkan formulir kertas dan meningkatkan fleksibilitas penumpang serta membantu agen perjalanan dalam membuat perubahan - perubahan dalam jadwal perjalanan (http://www.iata.org). Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, kini Internet muncul sebagai alternatif sistem distribusi informasi travel. Internet merupakan medium yang sempurna untuk menjual paket perjalanan, karena internet mampu membawa jaringan supplier yang luas dan basis customer yang besar ke sebuah market place terpusat (http://www.ebizzasia.com/). e-travel
merupakan proses pemesanan
kebutuhan travel yang dapat dilakukan secara online yang terhubung melalui situs web (website) perusahaan atau maskapai yang sudah menerapkan sistem e-travel. Tidak hanya dapat melakukan pemesanan, akan tetapi beberapa perusahaan juga telah menyediakan proses payment atau sistem pembayaran melalui website yang telah tersedia sehingga proses e-commerce tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya. e-travel sangat banyak memberikan kemudahan bagi para pelanggan dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam melakukan proses travel seperti memperoleh informasi mengenai jadwal penerbangan, pembelian tiket pesawat, maupun memesan atau membooking hotel, restoran dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bill (2003), perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang travel semakin terus berkembang dengan hadirnya teknologi yang maju di dunia bisnis seperti internet. Menurut Jenn (2007 : 774), selain internet, networking (jaringan) juga merupakan aspek penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Jadi dengan adanya internet dan di dukung oleh networking (jaringan) yang luas, semua aktivitas perusahaan dapat dipermudah dan memberikan banyak keuntungan baik untuk pihak perusahaan maupun para pelanggannya. Pada sisi lain bagi perusahaan atau maskapai penerbangan juga memperoleh keuntungan dari diterapkannya sistem e-travel pada salah satu proses bisnis mereka. Di antara keuntungan tersebut adalah promosi online, pengurangan pegawai dalam penjualan tiket, dan juga membantu dalam mengurangi biaya cetak tiket konvensional (Jati, 2012). Menurut Jati (2012) beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dalam penggunaan aplikasi e-ticket adalah: a. Proses reservasi/booking dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. b. Data transparan dan langsung dari airline. c. Proses reservasi/booking langsung dilakukan dari sistem airline. d. Dapat mencetak tiket sendiri dan dapat langsung digunakan. e. Pembayaran melalui transfer antar bank, sehingga lebih mudah, cepat, dan akurat. f. Tiket dapat dijual kembali dengan orang lain sesuai dengan harga pasar. Menurut Jati (2012) Namun dibalik keuntungan dari e-ticket juga terdapat beberapa kelemahan dari e-ticket diantaranya adalah: a. Belum semua orang bisa mengerti internet, artinya belum tahu cara mengoperasikan internet itu sendiri. b. Keterbatasan pihak maskapai penerbangan dalam memasarkan tiket secara online.
Universitas Sumatera Utara
c. Belum semua orang mengetahui bagaimana cara memesan tiket secara online, agar terhindar dari penipuan. Oleh karena itu, maka pada zaman sekarang sudah semakin banyak biro perjalanan atau travel agency yang melengkapi layanan dengan memberikan dukungan berupa sistem online untuk pemesanan tiket perjalanan bagi para calaon penumpang. 2.1.4 Kepercayaan Kepercayaan merupakan hal yang sangat penting dalam membantu mengatur kompleksitas, membantu mengembangkan kapasitas aksi, meningkatkan kolaborasi dan meningkatkan kemampuan pembelajaran organisasi. Kunci penting dalam membangun kepercayaan yang tinggi dalam organisasi adalah pencapaian hasil, bertindak secara integritas, dan pendemonstrasian perhatian. Peningkatan tingkat kepercayaan membutuhkan keseimbangan dari hal-hal penting yang telah disebutkan di atas, meskipun ada konflik di antara para pihak di dalam organisasi. Tindakan penyeimbangan membutuhkan desain organisasi yang dapat mendukung kepercayaan, baik struktur organisasi maupun budaya tidak formal (Shaw,1997). Banyak ahli yang telah mendefinsikan kepercayaan. Dalam konteks
e-commerce,
Anderson dan Narus,1990 (dalam Rusdin, 2007) mendefinisikan kepercayaan merupakan keyakinan suatu perusahaan terhadap perusahaan lainnya bahwa perusahaan lain tersebut akan memberikan outcome yang positif bagi perusahaan. Mayer (1995) memberikan definisi kepercayaan dalam definisi yang lain dinyatakan sebagai keinginan suatu pihak untuk menjadi pasrah atau menerima tindakan dari pihak lain berdasarkan pengharapan bahwa pihak lain tersebut akan melakukan sesuatu tindakan yang penting bagi pihak yang memberikan kepercayaan, terhadap kemampuan memonitor atau mengendalikan pihak lain. Doney et.al. (1998) juga memberikan definisi atau pengertian
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan sebagai sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama. Sementara itu, Moorman et al ,1999 (dalam Rusdin, 2007) mengemukakan definisi tentang kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas serta menjelaskan adanya pernyataan antara kedua belah pihak yang terlibat dalam suatu hubungan. Salah satu pihak dianggap berperan sebagai controlling assets (memiliki sumber-sumber, pengetahuan) sementara pihak lainnya menilai bahwa berbagi penggunaan sumber-sumber tersebut dalam suatu ikatan akan memberikan manfaat. Keyakinan pihak yang satu terhadap pihak yang lain akan menimbulkan
perilaku
interaktif
yang
akan
memperkuat
hubungan
dan
membantu
mempertahankan hubungan tersebut. Perilaku tersebut akan meningkatkan lamanya hubungan dengan memperkuat komitmen di dalam hubungan. Pada akhirnya, kepercayaan akan menjadi komponen yang bernilai untuk menciptakan hubungan yang sukses. Kepercayaan tersebut juga mengurangi risiko dalam bermitra dan membangun hubungan jangka panjang serta meningkatkan komitmen dalam berhubungan. 2.1.5 Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use) Persepsi kemudahan penggunaan merupakan tingkatan di mana seseorang percaya bahwa teknologi tersebut mudah untuk dipahami (Davis, 1989). Menurut Adam, et al. (1992), intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, serta lebih mudah untuk dioperasikan oleh penggunanya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang dalam mempelajari sistem. Perbandingan kemudahan tersebut memberikan indikasi bahwa orang yang menggunakan sistem yang baru
Universitas Sumatera Utara
akan bekerja lebih mudah bila dibandingkan dengan orang yang bekerja tanpa menggunakan sistem yang lama. Pengguna percaya bahwa teknologi informasi yang lebih fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dalam pengoperasiannya (comportible) merupakan karakteristik kemudahan penggunaan. Davis (1989) memberikan indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi antara lain: 1. Sistem sangat mudah untuk dipelajari. 2. Sistem dapat mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna. 3. Keterampilan pengguna akan bertambah dengan menggunakan sistem tersebut. 4. Sistem sangat mudah untuk dioperasikan. 2.1.6 Persepsi Manfaat (Perceived Usefulness) Persepsi Manfaat didefinisikan sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa dengan menggunakan suatu teknologi akan mampu meningkatkan kinerja dalam bekerja (Davis, 1989). Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa manfaat dari penggunaan e-ticket dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan, dan memberikan kepuasan bagi orang yang menggunakannya. Menurut Thompson, et al. (1994) kemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan bagi pengguna teknologi informasi dalam melaksanakan tugasnya.
Pengukuran
manfaat
tersebut
berdasarkan
frekuensi
penggunaan
dan
diversitas/keragaman aplikasi yang dijalankan. Menurut Wijaya (2005) persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi dapat diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: 1. Penggunaan teknologi dapat meningkatkan produktivitas pengguna. 2. Penggunaan teknologi dapat meningkatkan kinerja pengguna.
Universitas Sumatera Utara
3. Penggunaan teknologi dapat meningkatkan efisiensi proses yang dilakukan pengguna. Sedangkan Chin dan Todd (1995) membagi menjadi dua kategori yaitu: kemanfaatan dan efektivitas, dengan dimensi masing-masing yang dikelompokkan sebagai berikut: 1. Kemanfaatan meliputi dimensi: (1) Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier), (2) Bermanfaat (usefulness), (3) Menambah produktivitas (increase productivity). 2. Efektivitas
meliputi
dimensi:
(1)
Mempertinggi
efektivitas
(enchance
my
effectiveness), (2) Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve my job performance). 2.1.7 Minat Perilaku Pengguna (Behavioral Intention to Use) Minat perilaku pengguna merupakan betuk sikap atau perilaku yang cenderung untuk tetap menggunakan suatu teknologi (Davis, 1989). Tingkat pengguna sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap dan perhatian pengguna terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginan dalam menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap terus menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lai. Menurut Hermawan (dalam Suseno, 2009) mendefinisikan minat perilaku pengguna teknologi (behavioral intention to use) sebagai minat (keinginan) seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amoroso dan Gardner (2009) menggunakan 9 (sembilan) variabel penelitian yaitu: Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahaan Penggunaan, Sikap Terhadap Penggunaan, Minat Perilaku, Jenis Kelamin, Pengalaman, Kerumitan, Kesukarelaan dan Penggunaan Sesungguhnya. Hasil yang diperoleh
penelitian ini adalah
Pengalaman menggunakan internet sebagai var
Universitas Sumatera Utara
variabel yang mempengaruhi Persepsi Kegunaan terhadap internet, Kesukarelaan dan Pengalaman mempunyai pengaruh terhadap Minat Perilaku terhadap penggunaan internet, Kerumitan menggunakan internet mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Persepsi Kegunaan dan Jenis Kelamin mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan (Persepsi Kegunaan dan Persepsi Kemudahan). Penelitian yang dilakukan oleh Bandyopadhyay dan Fraccastoro (2007) dengan judul The Effect of Culture on User Acceptance of Information Technology, dan penelitian ini menggunakan 4 (empat) variabel penelitian yaitu: performance expectancy, effort expectancy, scial influence dan behavioral intention. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: performance expectancy, effort expectancy dan social influence berpengaruh positif terhadap behavioral intention. Penelitian yang dilakukan oleh Donald L Amoroso (2007) dengan judul Analisis Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Online, dan penelitian ini menggunakan 5 (lima) variabel penelitian yaitu: Pembelian Online, Privasi, Kepercayaan, Persepsi Resiko dan kepuasan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: terdapat pengaruh yang positif antara privasi, kepercayaan, persepsi resiko dan kepuasan terhadap pembelian online. Penelitian yang dilakukan oleh Dasgupta (2007) dengan judul User Acceptance of case tools in system Analysis and Design : An Empirical Study dan penelitian ini menggunakan 6 (enam) variabel penelitian yaitu: performance expectancy, effort expectancy, social influence dan faciliting conditions dan behavioral intention, use behavior. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Effort expectancy tidak berpengaruh signifikan terhadap behavioral intention, Faciliting conditions memiliki pengaruh signifikan terhadap behavioral intention.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Indrakusuma dan Ellitan (2008) dengan judul Analisis Multi Atribut Yang Mempengaruhi Preferensi Belanja Online Produk Tiket Pesawat di Kalangan Mahasiswa UKMWS, dan penelitian ini menggunakan 5 (lima) variabel penelitian yaitu: Preferensi Belanja Online, Preferensi Konsumen, Online Tiket, Analisis Atribut dan Multi Atribut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Hanya variabel waktu yang berpengaruh signifikan terhadap prefernsi belanja, hasil tersebut dapat berubah apabila sampel yang digunakan berbeda. Hal ini disebabkan keterbatasan sampel yang digunakan hanya dari kalangan Mahasiswa UKMWS. Penelitian yang dilakukan oleh Suseno (2009) dengan judul Evaluasi Perilaku Penerimaan Karyawan Terhadap Penggunaan Sistem E-Tiket di PT.KAI dan penelitian ini menggunakan 4 (empat) variabel penelitian yaitu: Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahaan Penggunaan, Sikap Terhadap Penggunaan dan Pengalaman. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Pengalaman (experience) tidak berpengaruh signifikan terhadap konstruk persepsi kegunaan (usefulness), Pengalaman (experience) berpengaruh signifikan dengan persepsi kemudahan penggunaan (ease of use), Kerumitan (complexity) berpengaruh signifikan terhadap konstruk persepsi kerumitan, penggunaan sesungguhnya kemudahan penggunaan (ease of use), Kerumitan (complexity) tidak berpengaruh signifikan terhadap konstruk persepsi kegunaan (usefulness). Penelitian yang dilakukan oleh Nelvia dan Harahap (2009), menggunakan 4 (empat) variabel penelitian yaitu: Perceived Ease Of Use (PEOU), Perceived Usefulness (PU), Intention to Use (ITU), Actual Use Behavior (AUB). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Kemudahan penggunaan (PEOU) mempunyai pengaruh terhadap penggunaan (PU), Penggunaan (PU) berpengaruh terhadap niat menggunakan (ITU), Keinginan menggunakan (ITU)
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap penggunaan senyatanya, Kemudahan penggunaan (PEOU) tidak mempunyai pengaruh terhadap keinginan untuk menggunakan (ITU). Judul penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut: Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Judul Penelitian
Amoroso dan Gardner (2004)
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan Penggunaan, Sikap Terhadap Penggunaan, Minat Perilaku, Jenis Kelamin, Pengalaman, Kerumitan, Kesukarelaan, Penggunaan
1. Pengalaman menggunakan internet sebagai variabel yang mempengaruhi Persepsi Kegunaan terhadap internet 2. Kesukarelaan dan pengalaman mempunyai pengaruh terhadap Minat Perilaku terhadap penggunaan internet 3. Kerumitan menggunakan internet mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Persepsi Kegunaan
Sesungguhnya
Bandyopadhyay dan Fraccastoro (2007)
The Effect of Culture on User Acceptance of Information Technology
Variabel Independen Performance expectancy, effort expectancy, social influence Variabel Dependen Behavioral Intention
4.Jenis Kelamin mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan (Persepsi Kegunaan dan Persepsi Kemudahan) 1. Performance expectancy, effort expectancy, dan social influence berpengaruh positif terhadap behavioral intention
Universitas Sumatera Utara
Donald L Amoroso (2007)
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Online
Pembelian Online, Privasi, Kepercayaan, Persepsi, Resiko, Kepuasan
Dasgupta, et al. (2007)
User Acceptance of case tools in system Analysis and Design: An Emperical Study
Variabel Independen Performance expectancy, effort expectancy, social influence, faciliting conditions Variabel Dependen Behavioral Intention, Use Behavior
Johanes Indrakusuma, dan Lena Ellitan (2008)
Analisis Multi Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Belanja Online Produk Tiket Pesawat di Kalangan Mahasiswa UKWMS
Preferensi Belanja Online, Preferensi Konsumen, Online Tiket, Analisis Atribut dan Multi atribut
Bontos Himawan Suseno (2009)
Evaluasi Perilaku Penerimaan Karyawan Terhadap Penggunaan Sistem E-Tiket di PT.KAI
Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahaan Penggunaan, Sikap Terhadap Penggunaan, Pengalaman
Terdapat pengaruh yang positif antara privasi, kepercayaan, persepsi resiko, ekepuasan terhadap pembelian online. 1. Effort expectancy tidak berpengaruh signifikan terhadap behavioral intention 2. Faciliting conditions memiliki pengaruh signifikan terhadap behavioral intention Hanya variabel waktu yang berpengaruh signifikan terhadap preferensi belanja. Hasil tersebut dapat berubah apabila sampel yang digunakan berbeda. Hal ini disebabkan keterbatasan sampel yang digunakan hanya dari kalangan Mahasiswa UKWMS. 1. Pegalaman (experience) tidak berpengaruh signifikan terhadap konstruk persepsi kegunaan (usefulness) 2. Pengalaman (experience) berpengaruh signifikan dengan persepsi kemudahan penggunaan (ease of use) 3. Kerumitan (complexity) berpengaruh signifikan terhadap konstruk persepsi kerumitan,
Universitas Sumatera Utara
penggunaan sesungguhnya kemudahan penggunaan (ease of use) 4. Kerumitan (complexity) tidak berpengaruh signifikan terhadap konstruk persepsi kegunaan (usefulness)
Desi Nelvia dan Rudy M. Harahap (2009)
Perceived Ease Of Use (PEOU), Perceived Usefulness (PU), Intention to Use (ITU), Actual Use Behavior (AUB)
1. Kemudahan penggunaan (PEOU) mempunyai pengaruh terhadap penggunaan (PU) 2. Penggunaan (PU) berpengaruh terhadap niat menggunakan (ITU) 3. Keinginan menggunakan (ITU) berpengaruh terhadap penggunaan senyatanya 4. Kemudahan penggunaan (PEOU) tidak mempunyai pengaruh terhadap keinginan untuk menggunakan (ITU)
Universitas Sumatera Utara
2.3
Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka kerangka konsep
penelitian adalah sebagai berikut:
H1 Persepsi Kemudahan Penggunaan
Persepsi Manfaat
Kepercayaan H2
H3 Minat Perilaku Penggunan
H3
H4
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Berdasarkan kerangka konseptual pada gambar 2.2 ditentukan bahwa dengan menerapkan persepsi kemudahaan penggunaan suatu teknologi rasa kepercayaan akan lebih tinggi daripada yang tidak, dengan persepsi manfaat yang besar juga dapat membantu meningkatkan rasa kepercayaan yang tinggi, dan sebagai tambahan penelitian ini juga meneliti hubungan minat perilaku penggunaan dari suatu teknologi juga mempengaruhi tingkat rasa kepercayaan. 2.4
Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual di atas dapat dirumuskan hipotesis
penelitiannya yaitu: H1 :
Persepsi Kemudahan Penggunaan berpengaruh positif secara signifikan positif terhadap Kepercayaan.
Universitas Sumatera Utara
H2 : Persepsi Manfaat berpengaruh positif secara signifikan terhadap Kepercayaan H3 :
Minat Perilaku Penggunaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap Kepercayaan
H4 : Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat, Minat Perilaku Penggunaan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepercayaan.
Universitas Sumatera Utara