BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) TAM diperkenalkan pertama kali oleh Davis pada tahun 1986 merupakan adopsi dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dibuat khusus untuk pemodelan penerimaan pengguna terhadap sistem informasi. Menurut Davis et al. (1989), tujuan utama TAM adalah untuk memberikan dasar untuk penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap, dan tujuan pengguna. TAM menganggap bahwa 2 keyakinan individual, yaitu persepsi manfaat (perceived usefulness, disingkat PU) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived easy of use, disingkat PEOU), adalah pengaruh utama untuk perilaku penerimaan komputer. Kang (1998) menambahkan, TAM merupakan perbaikan dari model TRA (Theory of Reasoned Action), TAM mengadopsi komponen tetap dari model TRA umumnya dan menerapkannya komponen-komponen tersebut sebagai domain khusus dari teknologi komputer dan yang lainnya untuk teknologi informasi. Namun yang membedakan keduanya (TRA dan TAM) adalah penempatan faktorfaktor sikap dari TRA, dimana TAM memperkenalkan dua variabel kunci, yaitu perceived ease of use dan perceived usefulness, yang memiliki relevancy pusat untuk memprediksikan sikap penerimaan pengguna terhadap teknologi komputer. Model TAM dikembangkan dari teori psikologis yang menjelaskan perilaku pengguna teknologi, yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap
10
(attitude), intensitas (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna TI terhadap penerimaan penggunaan TI itu sendiri. Model TAM menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use). Secara empiris model ini telah terbukti memberikan gambaran tentang aspek perilaku pengguna komputer, dimana banyak pengguna komputer dapat dengan mudah menerima teknologi informasi karena sesuai dengan apa yang diinginkannya (Iqbaria et al., 1997). Pavlou (2002) menjelaskan bahwa sebenarnya, faktor yang mempengaruhi orang untuk menggunakan teknologi adalah motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan karena persepsi bahwa teknologi merupakan instrumen untuk meningkatkan value yang berbeda pada outcomes yang diperoleh dari aktivitas spesifik. Motivasi intrinsik tumbuh ketika kebutuhan utama dari sebuah aktivitas itu ada. Dalam penelitian ini motivasi intrinsik diperoleh dari perceived ease of use, sedangkan motivasi ekstrinsik diperoleh dari perceived usefullness. Motivasi ekstrinsik dan intriksi juga dapat disebabkan karena faktor kepercayaan dan resiko, khususnya untuk transaksi yang bersifat pribadi dan membutuhkan keamanan dalam penggunaan teknologi informasi tersebut. TAM adalah teori mengenai sistem informasi yang membuat model tentang bagaimana pengguna mau menerima dan menggunakan teknologi. Menurut Morris dan Dillon (1997), TAM adalah sebuah model untuk
11
memprediksikan bukan mendeskripsikan, yang digunakan untuk memprediksikan penerimaan dari sistem oleh user. Model ini mengusulkan bahwa ketika pengguna ditawarkan untuk menggunakan suatu sistem yang baru, sejumlah faktor mempengaruhi
keputusan
mereka
tentang
bagaimana
dan
kapan
akan
menggunakan sistem tersebut, khususnya dalam hal usefulness (pengguna yakin bahwa dengan menggunakan sistem ini akan meningkatkan kinerjanya), ease of use (di mana pengguna yakin bahwa menggunakan sistem ini akan membebaskannya dari kesulitan, dalam artian bahwa sistem ini mudah dalam penggunaannya). 2.1.2. Pengertian Sistem Informasi Menurut Jogiyanto (2005:1), sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Informasi merupakan hal yang fundamental dalam suatu organisasi khususnya dalam pengambilan keputusan. Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi adanya ketidakpastian di dalam pengambilan keputuasan tentang suatu keadaan. Informasi dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan diperoleh dari sistem informasi atau disebut juga dengan information processing system. Sejalan dengan pengertian sistem oleh Jogiyanto, sistem informasi (selanjutnya disebut dengan SI) didefinisikan sebagai kombinasi teratur dari kumpulan individu, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi (O’Brien, 2006: 5). Setiap organisasi harus menyesuaikan SI dengan
12
kebutuhan penggunanya. Tujuan penggunaan SI yang spesifik dapat berbeda-beda dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Namun utamanya terdapat tiga tujuan yang umum bagi semua sistem (Hall, 2009: 21), yaitu: 1) Untuk mendukung fungsi penyediaan (stewardship) manajemen. SI menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya kepada pengguna eksternal melalui laporan keuangan ataupun laporan lainnya yang diinginkan. SI juga menyediakan infomasi bagi para pengguna internal
seperti
pihak
manajemen,
melalui
berbagai
laporan
pertanggungjawaban. 2) Untuk
mendukung
pengambilan
keputusan
manajemen.
SI akan
menyediakan informasi yang diperlukan oleh pihak manajemen, yang diperlukan olehnya untuk melaksanakan tanggung jawab pengambilan keputusan tersebut. 3) Mendukung kegiatan operasional perusahaan. SI dapat menyediakan informasi bagi setiap personel dalam perusahaan untuk membantu mereka dalam menyelesaikan pekerjaan hariannya secara efisien dan efektif. Menurut Hall (2009:19), informasi yang dihasilkan oleh SI dapat digunakan dalam pengambilan keputusan apabila informasi tersebut berkualitas dan berguna, di mana hal tersebut berarti informasi tersebut harus memenuhi empat kriteria, yaitu: 1) Relevan (relevance) Informasi harus memberikan manfaat bagi penggunanya, serta dapat mendukung keputusan yang dibuat oleh penggunanya. Relevansi informasi
13
untuk tiap-tiap individu satu dengan yang lainnya berbeda. Misalnya informasi mengenai penyebab kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan bila ditujukan kepada tekniksi perusahaan. 2) Akurasi (accuracy) Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan, dan harus jelas mencerminkan maksudnya. Ketidakakuratan dapat terjadi karena sumber informasi (data) mengalami gangguan atau kesengajaan sehingga merusak atau merubah data-data asli tersebut. 3) Tepat waktu (timeliness) Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus tidak melebihi periode waktu dari tindakan yang didukungnya (usang). Informasi yang usang akan berakibat negatif apabila tetap digunakan sebagai dasar pengabilan keputusan, karena tidak sesuai dengan kondisi yang berlangsung. Oleh karena itu, informasi perlu diolah dan dikirimkan secara cepat kepada pengguna, sehingga memerlukan teknologi-teknologi baru dan mutakhir untuk memenuhi harapan tersebut. 4) Lengkap (completeness) Semua bagian informasi yang penting bagi pengguna harus tersedia. Sebagai contoh, sebuah laporan harus menyajikan semua perhitungan yang diperlukan dan menyajikannya dengan jelas sehingga tidak ambigu.
14
5) Ringkas Informasi yang dikumpulkan harus sesuai dengan kebutuhan pengguna. Para manajer di tingkat yang lebih rendah cenderung lebih memerlukan informasi yang sangat rinci. Ketika informasi mengalir melalui perusahaan sampai ke manajemen puncak, maka informasi akan semakin ringkas. Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah bahwa SI merupakan sarana penyedia informasi yang berkualitas dan berguna bagi para pengambil keputusan dalam perusahaan, dan menyajikan informasi yang menambah pengetahuan penggunanya sehingga dapat mengurangi ketidakpastian bagi para pengguna informasi. 2.1.3 Sistem Informasi Akuntansi Bodnar dan Hopwood (1995) mendefinisikan sistem dalam lingkup SI sebagai sumber daya yang bekerja sama untuk memenuhi tujuan tertentu. Pada dasarnya setiap organisasi membutuhkan sistem dalam mengelola informasi yang ada di dalam perusahaannya khususnya dalam masalah keuangan diperlukan sebuah program yang dapat mengelola dan mengatur seluruh kegiatan pengelolaan informasi keuangan tersebut. Menurut George Bodnar dan Hopwood (2006:3) Informasi sendiri pada hakekatnya merupakan data yang diorganisasi yang dapat mendukung ketepatan pengambilan keputusan sedangkan sistem merupakan sekumpulan sumber daya yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan. Dijelaskan lagi oleh George H. Bodnar (2006:3) Sistem Informasi Akuntansi (SIA) merupakan kumpulan sumberdaya, seperti manusia dan peralatan, yang
15
dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya ke dalam informasi. Informasi tersebut dikomunikasikan kepada para pembuat keputusan. 2.1.4 Sistem Visual Hotel Program (VHP) VHP (Visual Hotel Program) adalah sebuah software bisnis yang terintegrasi dan modular untuk semua kebutuhan industri hotel. Lebih lebih dari dua puluh tahun pengalaman spesialis telah berubah menjadi solusi ini perangkat lunak profesional. Menggunakan VHP, operator hotel mampu memberikan layanan pelanggan yang lebih baik dengan mencapai peningkatan efisiensi manajemen operasi hotel mereka sehari-hari. Hal ini didasarkan pada 4GL RDBMS dan jaminan kinerja tinggi serta stabilitas tertinggi. User interface grafis sepenuhnya di bawah MS-Windows menawarkan lingkungan operasi yang nyaman dan halus. Jadi, sangat mudah bagi pengguna VHP untuk belajar dan mengoperasikan sistem aplikasi dalam waktu singkat. Sebuah integrasi lengkap dengan MS-Office menjamin Mudah dan cepat mengikuti alur kerja. Selain itu, VHP tersedia dan beroperasi dalam berbagai bahasa, termasuk Cina dan Rusia. Program ini dapat dioperasikan oleh mouse, tombol fungsi atau keyboard juga. Setiap bidang terkait dengan bantuan tombol dan masukan membantu memberikan bimbingan pengguna permanen. VHP adalah sistem manajemen perhotelan yang sangat aman. Beberapa tingkat keamanan diaktifkan oleh pengguna didefinisikan akses hak istimewa. VHP mengintegrasikan modul Front Office, food and beverage, Point of Sales, Banquet & Konferensi Manajemen, Manajemen Klub, Back Office,
16
Akuntansi, Aktiva Tetap dan Sistem Reservasi online menjadi All In One solusi dengan Single Entry Filsafat. Entri transaksi di Front Office, Point of Sales dan modul Persediaan otomatis memproses dan memperbarui General Ledger benar. Gambar 2.1 VHP Back office Operation Diagram
Sumber PT. Supranusa Sindata 2.2
Hipotesis Penelitian dan Kerangka Teoritis Pemikiran. Uma (2007:135) mendefinisikan hipotesis sebagai suatu hubungan yang
diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Berdasarkan pokok permasalahan yang diuraikan, tujuan penelitian dan kajian-kajian teori yang relevan, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut. 2.2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu Mengetahui hasil pemakai akhir terhadap penerapan TI sangat perlu dalam suatu perusahaan yang akhinya memicu dilakukannya berbagai penelitian, antara lain: penerimaan TI dalam profesi medis (Succi and Walter, 1999) dan penerimaan terhadap surat elektronik atau e-mail (Hubona and Jones, 2002). Melalui penelitian-penelitian di atas, dapat diketahui faktor-faktor penentu
17
penerimaan pemakai terhadap penerapan TI sehingga organisasi dapat mengevaluasi dan menentukan langkah selanjutnya. Melalui hasil dari penelitian-penelitian tentang tingkat penerimaan terhadap TI yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, ditemukan suatu model yang mencerminkan tingkat penerimaan terhadap teknologi yaitu Technology Acceptance Model (TAM). Tujuan utama TAM adalah memberikan penjelasan tentang penerimaan komputer secara umum, memberikan penjelasan tentang perilaku/sikap pemakai dalam suatu populasi (Davis F.D, 1989). Penggunaan TAM pada penelitian tentang penerimaan penerapan teknologi sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain di negara yang berbeda dan penerapan teknologi yang berbeda pula sehingga diharapkan dapat menguji TAM itu sendiri. Berdasarkan model TAM dapat diketahui aspek keperilakuan pemakai yang juga turut mempengaruhi persepsi dan sikap dalam menerima penggunaan sistem core banking dengan variabel kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use). Penelitian tentang penerimaan penggunaan teknologi informasi, mikro komputer dan personal computer dengan Model TAM telah banyak dilakukan oleh para peneliti pada berbagai jenis dan karakteristik organisasi. Beberapa diantaranya yang berkaitan langsung dengan penelitian ini yang menggunakan model TAM dengan model penelitian yang beragam. Penelitian lainnya yang menggunakan model TAM dapat dilihat pada lampiran 2.
18
2.2.2 Pengaruh Persepsi Kegunaan terhadap Sikap Pengguna Perceived usefulness (kebermanfaatan persepsian) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang meyakini bahwa penggunaan sistem informasi tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Dari definisi tersebut diketahui bahwa kegunaan persepsian merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akan menggunakannya. Konsep ini juga menggambarkan manfaat sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan productivity (produktivitas), job performance atau effectiveness (kinerja tugas atau efektivitas), importance to job (pentingnya bagi tugas), dan overall usefulness (kebermanfaatan secara keseluruhan) (Davis, 1989). Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa konstruk persepsi kegunaan mempengaruhi positif dan signifikan terhadap penggunaan sistem informasi Davis dalam penelitianya terhadap 107 responden persepsi kegunaan menunjukkan pengaruh positif signifikan terhadap sikap pengguna (Davis, 1989). Begitu juga sependapat dengan Davis penelitian yang dilakukan oleh (Adam, Ryan et al., 1992) juga mendapatkan hasil yang serupa dari 118 responden yang dia teliti dalam penelitiannya ia menemukan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif dan signifikan pada sikap pengguna. Szajna (1994) juga menguji secara empiris model TAM revisian Davis (1989) dengan menggunakan mahasiswa sebagai responden. Teknologi yang diuji penerimaannya oleh pengguna adalah e-mail. Metode yang digunakan adalah
19
eksperimen dengan instrumen yang sama seperti yang digunakan oleh Davis et al. (1989). Sampel terdiri dari mahasiswa yang 96%-nya tidak memiliki pengalaman dalam menggunakan e-mail. Demonstrasi penggunaan e-mail dilakukan selama satu jam dan selama itu mahasiswa diharuskan mengisi kuesioner yang terdiri dari 12 item untuk kegunaan persepsian dan kemudahan penggunaan persepsian. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
intensi
mahasiswa
dalam
menggunakan e-mail lebih banyak selama lima belas minggu akhir dibandingkan pada minggu awal diterapkannya e-mail. Dengan kata lain, dalam waktu lima belas minggu eksperimen, terdapat progress naik penggunaan e-mail oleh responden. Pada tahap pre-implementation ternyata kegunaan persepsian berdampak postif dan signifikan terhadap intentions to use. Selain itu, pada tahap ini juga ditemukan hasil bahwa kemudahan penggunaan persepsian tidak berdampak pada kegunaan persepsian. Pada tahap post-implementations, kegunaan persepsian berdampak positif dan signifikan terhadap niat untuk menggunakan. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kegunaan persepsian merupakan konstruk yang paling banyak menunjukkan hubungan positif signifikan dan penting yang mempengaruhi sikap, minat dan perilaku dalam penggunaan teknologi dibanding konstruk yang lain. Kesimpulan dari beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan semakin besar kegunaan atau manfaat yang diberikan oleh sistem kepada pengguna akan berpengaruh juga terhadap sikap pengguna terhadap sistem tersebut , maka Hipotesis 1 (H1) dituliskan sebagai berikut:
20
H1: Persepsi kegunaan (perceived usefulness (PU)) berpengaruh positif terhadap sikap pengguna (attitude (ATT)) dalam pemanfaatan sitem informasi akuntansi berbasis teknologi informasi pada departemen akuntasi hotel di Kabupaten Gianyar. 2.2.3 Pengaruh
Persepsi
Kemudahan
Penggunaan
terhadap
Sikap
Pengguna Konsep perceived ease of use menunjukan tingkat dimana seseorang menyakini bahwa penggunaan sistem informasi adalah mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya untuk bisa menggunakannya. Konsep ini mencakup kejelasan tujuan penggunaan sistem informasi dan kemudahan penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan keinginan pemakai Davis et al., (1989). Konsep ini memberikan pengertian bahwa apabila sistem informasi mudah digunakan, maka user akan cenderung untuk menggunakan sistem informasi tersebut. Oleh karena itu, dalam mengembangkan suatu sistem informasi perlu dipertimbangkan faktor perceived usefulness dan perceived ease of use dari pemakai terhadap sistem informasi. Kemudahan penggunaan persepsian merupakan salah satu faktor dalam model TAM yang telah diuji dalam penelitian Davis et al. (1989). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor ini terbukti dapat menjelaskan alasan seseorang dalam menggunakan sistem informasi dan memperlihatkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positf dan signifikan terhadap sikap pengguna. Igbaria pada tahun 1994 juga melakukan penelitian serupa dengan responden 77 perusahaan di Amerika Utara hasil penelitian menunjukkan bahwa
21
variabel kemudahan penggunaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap penggunaan. Szajna (1994) juga menemukan bahwa variabel persepsi kemudahan
penggunaan
ini
berpengaruh
positif
dan
signifikan
dalam
penelitiannya. Begitu juga dengan Natalia Tangke pada tahun 2004 penemuan hasil yang konsisten juga ditemukan. Dan diperkuat lagi pada tahun 2010 oleh Rini Handayani dalam penelitiannya ditemukan hasil yang sama bahwa persepsi kemudahan penggunaan ini berpengaruh positif dan signifikan. Jika suatu kemudahan telah dirasakan oleh pengguna dalam pemakaian suatu sistem semakin sering pula sistem tersebut digunakan oleh pengguna sehingga kemudahan penggunaan tersebut akan berpengaruh pada sikap pengguna itu sendiri, maka Hipotesis 2 (H2) dituliskan sebagai berikut: H2: Persepsi kemudahan pengggunaan (perceived ease of use (PEOU)) berpengaruh positif terhadap sikap pengguna (attitude (ATT)) dalam pemanfaatan sitem informasi akuntansi berbasis teknologi informasi pada departemen akuntasi hotel di Kabupaten Gianyar. 2.2.4 Pengaruh
Persepsi
Kenyamanan
Penggunaan
terhadap
Sikap
Pengguna Dalam penelitian ini, model penelitian di adopsi dari Tangke (2004) yang dikembangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Davis et al. (1989) Yang menggunakan external variables, perceived usefulness (PU) dan perceived ease of use (PEOU) sebagai dasar teori hubungan sebab akibat dari dua faktor yang membangun sikap (attitude) serta dengan menambahkan variabel perceived enjoyment yang diadopsi dari penelitian Al-Gahtani (1999) yaitu variabel yang
22
memprediksikan tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh user selama menggunakan sistem teknologi informasi dalam bekerja. Dalam penelitian AlGahtani variabel yang diteliti hanya dibatasi pada 5 variabel yaitu persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam menggunakan sistem teknologi informasi (perceived ease of use), persepsi pengguna terhadap kegunaan sistem teknologi informasi (perceived usefulness), persepsi pengguna terhadap kenyamanan menggunakan sistem teknologi informasi (perceived enjoyment), sikap pengguna terhadap penggunaan sistem teknologi informasi (attitude toward using) dan penerimaan pengguna terhadap sistem teknologi informasi (acceptance of IT). Hasil dari penelitian AL-Gahtani dan King (1999) menunjukkan bahwa variabel perceived enjoyment memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan teknologi informasi melalui variabel intervening sikap (attitude) dan perhatian perilaku (behavior intention). Diperkuat oleh penelitian dari Norazah Mohd Suki dan Norbayah Mohd Suki (2011) yang melakukan penelitian pada 100 responden pengguna 3G Mobile Services pada hasil penelitian mereka ditunjukkan bahwa persepsi kenyamanan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap sikap
(attitude).
Semakin
besar
tingkat
kenyamanan
pengguna
dalam
menggunakan suatu sistem akan berpengaruh juga terhadap sikap pengguna itu sendiri. Sehingga hubungan antara perceived enjoyment dengan attitude dituliskan pada Hipotesis 3 (H3) sebagai berikut: H3: Persepsi kenyamanan pengguna (perceived enjoyment (PE)) berpengaruh positif terhadap sikap pengguna (attitude (ATT)) dalam pemanfaatan sitem
23
informasi akuntansi berbasis teknologi informasi pada departemen akuntasi hotel di Kabupaten Gianyar. 2.2.5 Pengaruh Sikap Pengguna terhadap Penerimaan Teknologi Informasi Penelitian AL-Gahtani dan King (1999) mengindentifikasi variabel sikap (attitude) sebagai variabel intervening dan variabel tersebut memberikan pengaruh positif signifikan terhadap penerimaan teknologi. Rini Handayani pada penelitiannya terhada 83 Responden mail survey perusahaan juga menemukan adanya pengaruh positif signifikan antara variabel sikap pengguna dan penerimaan teknologi. Norazah Mohd Suki dan Norbayah Mohd Suki juga menemukan hasil yang sama dengan penemuan Rini dan Gahtani. Walaupun dari 3 peneliti yang sudah dijelaskan penulis menemukan bahwa sikap berpengaruh positif pada penerimaan teknologi penelitian. Natalia Tangke (2004) dalam penelitiannya terhadap 47 Auditor BPK ditemukan bahwa variabel sikap pengguna tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel penerimaan teknologi. Sikap atau keinginan pengguna dalam menggunakan suatu sistem akan berpengaruh terhadap penerimaan pengguna tersebut pada sistem yang digunakan. Karena apabila pengguna dapat menerima sistem yang digunakan, secara kontinu sistem tersebut akan dipakai oleh pengguna. Sehingga hipotesis terakhir dalam penelitian ini ditunjukkan sebagai berikut: H4: Sikap pengguna (attitude (ATT)) berpengaruh positif terhadap penerimaan TI (acceptance of IT (ACTI)) dalam pemanfaatan sitem informasi akuntansi berbasis teknologi informasi pada departemen akuntasi hotel di Kabupaten Gianyar.
24