BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1
Teori Technology Acceptance Model (TAM) Teori tentang penggunaan teknologi sistem informasi dikenal dengan
nama Technology Acceptance Model (TAM) yang mengasumsikan bahwa penggunaan sistem pada kenyataannya ditentukan oleh niat perilaku pengguna yang didasarkan pada persepi kebermanfaatan (Perceived Usefulness) dan kemudahan penggunaan (Perceived Ease of Use). TAM menyatakan bahwa secara keseluruhan prilaku manusia dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan kepercayaannya. Dapat dikatakan bahwa seorang individu akan menggunakan teknologi sistem informasi dengan baik apabila sistem tersebut mudah digunakan serta menghasilkan manfaat dan menguntungkan dalam peningkatan kinerjanya (Davis et al., 1989). 2.1.2
Sistem Informasi Akuntansi Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan (Baridwan, 2009:3). Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama (Hall, 2009:6). Onaolapo and Odetayo (2012) menyatakan bahwa sitem akan memproses data dan mengubah mereka menjadi informasi akuntansi selama input, proses, dan output
10
tahap yang akan digunakan oleh berbagai pengguna internal dan pengguna eksternal. Informasi dari suatu perusahaan, terutama informasi keuangan, dibutuhkan oleh berbagai macam pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak di luar perusahaan, seperti kreditur, calon investor, kantor pajak dan lain-lainnya memerlukan informasi ini dalam kaitannya dengan kepentingan mereka. Pihak intern perusahaan yaitu manajemen juga memerlukan informasi keuangan untuk mengetahui, mengawasi, dan mengambil keputusan untuk menjalankan usahanya (Baridwan, 2009:3). Turban et al. (2006:52) menyatakan bahwa informasi adalah data yang telah diatur sehingga memiliki makna dan nilai bagi penerimanya. Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, mengolah data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan. Akuntansi adalah bahasa bisnis karena dengan akuntansi sebagian besar informasi bisnis dikomunnikasikan. Perusahaan mendistribusikan laporan akuntansi yang meringkas kinerja keuangan perusahaan kepada pemilik, kreditur, pemerintah, dan calon investor (Jusuf, 2011:4). Bordnar dan Hopwood (2006:6) menyatakan bahwa sistem informasi adalah suatu proses yang mengubah atau memproses data menjadi sebuah informasi. Data yang disimpan merupakan suatuu penegasan selama proses berlangsung, semua input yang masuk diolah menjadi keluaran semuanya. Data yang masuk atau keluar yang keluar dihasilkan dapat disimpan, kemudian pada saat diperlukan akan diolah kembali atau bersama input yang baru, atau diambil
11
kembali dari penyimpanan untuk menjadi sebuah informasi yang bermanfaat bagi pengguna informasi. Onaolapo dan Odetayo (2012) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi berfungsi untuk memberikan nilai kuantitatif dari masa lalu, sekarang dan masa depan ekonomi kejadian melalui komputerisasi akuntansi sistem (kontrak plus) menghasilkan laporan keuangan yaitu laporan laba rugi, neraca dan aliran pernyataan. Soudani (2012) menyatakan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah alat yang ketika dimasukkan ke dalam bidang informasi dan sistem teknologi (IT), yang dirancang untuk membantu dalam pengelolaan dan pengendalian topik dengan organisasi ekonomi daerah keuangan. Salehi et al. (2011) menyatakan bahwa kendala dalam melaksanakan sistem informasi akuntansi adalah kurangnya dukungan dari manajer. Sistem informasi akuntansi adalah komponen dan elemen dari suatu organisasi yang menyediakan informasi bagi pengguna dengan pengolahan peristiwa keuangan (Zare, 2012). Sistem informasi akuntansi memberikan kesempatan bagi pebisnis untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengambilan keputusan sehingga memunngkinkan perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif (Edison et al, 2012). Sistem informasi dianggap sebagai faktor penting dalam pencapaian kinerja yang lebih besar terutama dalam proses pengambilan keputusan (Al-eqab and Adel, 2013).
12
2.1.3
Sistem Informasi Berbasis Komputer Turban et al. (2006:49) menyatakan bahwa sistem informasi berbasi
komputer (computer-based information system- CBIS) adalah sistem informasi yang menggunakan teknologi komputer untuk melakukan beberapa atau seluruh pekerjaan yang diberikann. Sistem informasi berbasis komputer merupakan satu rangkaian perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk menstransformasi data menjadi informasi yang berguna (Gangga, 2013). Sistem informasi berbasis komputer adalah komputer yang memproses transaksi keuangan dan transaksi non-keuangan dan dukungan tugas keputusan dalam konteks koordinasi dan pengendalian kegiatan organisasi. Sistem informasi berbasis komputer memiliki lima komponen yaitu : input, proses, penyimpanan, output dan pengendalian internal dan berlaku dibawah kondisi kepastian, resiko dan ketidakpastian (Mollanazari and Abdolkarini, 2012). Sistem informasi berbasis komputer dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu: sistem batch, dan sistem real-time. Sistem Batch terdapat jeda antara waktu terjadinya kegiatan ekonomi dengan waktu pencatatannya dan umumnya menggunakan lebih sedikit sumber daya (peranti keras, pemrograman, pelatihan) yang dibutuhkan serta record tertentu diperoses setelah peristiwa terjadi untuk menghindari penundaan operasional. Sistem real-time pemprosesan dilakukan ketika kegiatan ekonomi terjadi dan lebih banyak sumber daya yang dibutuhkan daripada pemprosesan batch serta semua record yang berkaitan dengan peristiwa diperoses segera (Hall, 2009:97).
13
2.1.4
Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi Handoko dalam Damayanthi (2012) menyatakan bahwa efektivitas sistem
informasi akuntansi merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran sejauh mana target dapat dicapai dari suatu kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data elektronik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik secara kualitas maupun waktu. Model pengukuran keberhasilan sistem innformasi akuntansi
dalam
Aditya dan Suardikha (2013) terdiri dari enam variabel, yaitu : 1) System quality, yang mengevaluasi sistem pengolahan informasi itu sendiri. System quality meliputi keterkinian data, akurasi sistem, efisiensi sistem, pemahaman sumber daya, kegunaan fasilitas dan fungsi, kenyamanan dalam mengakses, waktu respon, dan turnaround. 2) Information quality, berkaitan dengan output sistem informasi. Information quality meliputi dapat dimengerti, dapat dibaca, kejelasan, format, ketidakbiasan, akurasi informasi, ketepatan, keandalan, keterkinian, tingkat kepentingan, keunikkan, dan tampilan. 3) Service quality, berkaitan dengan tingkat pengendalian user atas sistem, kepercayaan user terhadap sistem, upgrade hardware baru, standarisasi hardware, sikap positif staf pendukung terhadap user, efektivitas biaya sistem informasi, dan tingkat pelatihan bagi user. 4) Information use, berkaitan dengan penggunnaan output dari sietem informasi oleh penerima. Information use tersebut
14
meliputi motivasi untuk
menggunakan, penggunaan sesuai tujuan, frekuensi mengakses, jumlah record yang diakses, frekuensi permintaan report, jumlah report yang diberikan, dan jumlah inquiry. 5) User satisfaction, berkaitan dengan respon penerima terhadap penggunaan output sistem informasi. User satisfaction meliputi akurasi informasi, ketepatan, kelengkapan informasi, keandalan informasi, pemahaman aplikasi, kecepatan respond dan kualitas respon. 6) Net benefit, berkaitan dengan keuntungan dari penggunaan sistem informasi. Net benefit meliputi mendorong tindakan manajemen, memperbaiki kualitas perencanaan, memperbaiki kinerja tugas, kesadara akan adanya informasi meningkatkan kekuatan individu dalam memberikan pengaruh dan penilaian secara individu, mempersingkat waktu membuat keputusan dan menjamin kebenaran keputusan.
2.1.5
Kemampuan Teknik Pemakai Sistem Informasi Akuntansi Kemampuan adalah kapasitas seorang individu dalam melakukan berbagai
tugas dalam sebuah pekerjaan (Robbins, 2008:45). Kemampuan teknik pemakai merupakan rata-rata pendidikan atau tingkat pengalaman dari seseorang. Pemakai sistem informasi merupakan focus yang penting berkaitan dengan efektifitas sistem informasi, karena pemakai sistem informasi lebih banyak mengetahui permasalahan yang terjadi dilapangan. Keberhasilan suatu pengembangan sistem informasi tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan sistem tersebut tetapi ditentukan oleh kesesuaiannya dengan para pemaki sistem tersebut (Kusumastuti
15
dan Irwandi, 2012). Septriani (2010) menyatakan bahwa pemakai sistem merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan penerapan sistem teknologi, selain itu keberadaan manusia penting dalam pemanfaatan dan penggunaan suatu teknologi. Pemakai sistem sangat memiliki peranan yang penting dalam kemajuan suatu perusahaan karena pemakai sistem informasi dapat mendorong kinnerja sistem informasi menjadi baik. Kinerja sistem informasi berjalan dengan baik apabila para pemakai dapat memahami, menggunakan, dan mengaplikasikan sebuah teknologi menjadi sebuah informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan sehingga tujuan perusahaan dapat terpenuhi dan kinerja individual dapat dinilai baik. Robbins (2008:45) menyatakan kemampuan teknik pemakai sistem informasi dapat dibagi menjadi tiga hal, yaitu : 1) Pengetahuan (knowledge) Memiliki pengetahuan mengenai sistem informasi akuntansi dan memahami pengetahuan tentang tugas dari pekerjaanya sebagai pemakai sistem innformasi akuntansi. 2) Kemampuan (ability) Kemampuan menjalankan sistem informasi akuntansi yang ada, kemampuan mengekspresikan kebutuhan informassi, kemampuan untuk mengekspresikan bagaimana sistem seharusnya, kemampuan mengerjakan tugas dari pekerjaan yang menjadi tanggung jawab, dan kemampuan menyelaraskan pekerjaan dengan tugas.
16
3) Keahlian (skills) Keahlian dalam pekerjaan yang menjadi tanggung jawab, keahlian dalam mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan dalam pekerjaan.
2.1.6
Kinerja Individual Kinerja individual adalah suatu kondisi yang harus diketahui dan
dikonfirmasikan kepada pihak yang berkepentingan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi (George et al., 2012). Kinerja individu dapat menunjukkan dampak positif dan dampak negatif dari suatu kebijakan operasional suatu organisasi. goodhue dan Thompson dalam Diantari (2012) menyatakan bahwa keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan bergantung kepada bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem itu bagi para pemakainya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan. Sistem informasi akuntansi yang digunakan dapat memonitoring dan membantu proses kinerja sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada lembaga tersebut (Damayanti, 2012). Andhika (2007) menyatakan bahwa terdapat enam indikator yang menjadi alat ukur kinerja individual, yaitu : 1) Kuantitas kerja (quantity) Kuantitas kerja mengukur kinerja dengan cara menilai tingkat penyelesaian laporan dan jumlah hasil kinerja individu.
17
2) Kualitas kerja (quality) Kualitas kerja mengukur kinerja dengan cara menilai kualitas laporan dalam hal kesesuaian penyajian dan penyelesaiannya terhadap standar kerja yang berlaku. 3) Ketepatan waktu (timeliness) Kinerja diukur dengan cara menilai ketepatan waktu individu dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. 4) Pengawasan supervisor (need for supervisor) Kinerja diukur dengan cara menilai apakah individu dapat bekerja dengan baik tanpa diawasi atau sebaliknya. 5) Pengaruh rekan kerja (interpersonal impact) Kinerja diukur dengan menilai hasil pekerjaan yang dilakukan dalam tim dengan bekerja sama dengan rekan karyawan lainnya.
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1
Pengaruh Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi pada Kinerja Individual Efektivitas sistem informasi akuntansi adalah gambaran sejauh mana
target dicapai dari suatu kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data elektronik, kemudian mengubahnya menjadi informasi yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik secara kualitas maupun waktu (Damayanthi, 2012). TAM meyakini bahwa penggunaan sistem informasi akan meningkatkan kinerja individu atau organisasi (Gupta et al, 2007). Ismail dan King (2007) menyatakan
18
bahwa sistem informasi akuntansi memperlancar pekerjaan karena mereka menghubungkan informasi dari bagian atas dan bawah yang membantu para pekerja di perusahaan-perusahaan untuk mencapai tujuan mereka. Marlinawati dan Suaryana (2012) menyatakan bahwa efektivitas sistem informasi akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja individual. Wahyu (2012) menyatakan bahwa efektivitas teknologi sistem informasi akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Aditya dan Suardikha (2013) menyatakan bahwa tingkat efektivitas sistem informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Marlita dan Dharmadiaksa (2014) menyatakan bahwa efektifitas sistem informasi akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Suratini (2015) menyatakan bahwa efektivitas sistem informasi akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja individual. Bertolak belakang dengan hasil penelitian tersebut, Jen (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak dapat mempengaruhi kinerja individual. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah : H1
2.2.2
: Efektivitas sistem informasi akuntansi berpengaruh positif pada kinerja individual. Pengaruh Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi pada Kinerja Individual Dimoderasi Oleh Kemampuan Teknik Pemakai Pemakai sistem informasi akuntansi berperan penting dalam kemajuan
suatu perusahaan. Pemakai sistem informasi akuntansi dapat mendorong kinerja sistem informasi menjadi lebih baik. Kinerja sistem informasi berjalan dengan baik apabila para pemakai dapat memahami, menggunakan, dan mengaplikasikan
19
sebuah teknologi menjadi sebuah informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan sehingga tujuan perusahaan dapat terpenuhi dan kinerja individual dapat dinilai baik. Kemampuan teknik personal pemakai sistem informasi berperan penting dalam mengembangkan sistem informasi untuk dapat menghasilkan informasi guna menciptakan laporan perencanaan yang akurat, oleh karena itu setiap karyawan harus dapat menguasai penggunaan sistem berbasis komputer agar dapat memproses sejumlah transaksi dengan cepat dan terintegrasi, dapat menyimpan data dan mengambil data dalam jumlah yang besar, dapat mengurangi kesalahan matematik, menghasilkan laporan tepat waktu dalam berbagai bentuk, serta dapat menjadi alat bantu keputusan (Yullian, 2011:6 dalam Setyawan, 2013). Aditya dan Suardikha (2013) menyatakan bahwa keahlian pemakai komputer dan kenyamanan fisik tidak mampu meningkatkan pengaruh tingkat efektivitas sistem informasi akuntansi terhadap kinerja karyawan. Alannita (2014) menyatakan bahwa kemampuan teknik pemakai sistem informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap kinerja individu. Widyasari (2015) menyatakan bahwa kemampuan pemakai sistem informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap kinerja individual. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah : H2 :
Kemampuan teknik pemakai memoderasi pengaruh efektivitas sistem informasi akuntansi pada kinerja individual.
20