BAB I PROFIL PERUSAHAAN
1.1. Sejarah Perusahaan PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. (BNP) berdiri pada tanggal 18 Januari 1972 sebagai PT. Bank Pasar Karya Parahyangan. Dengan terpenuhinya persyaratan tingkat kesehatan dan permodalan, status bank berubah dari Bank Pasar menjadi Bank Umum dengan nama PT. Bank Nusantara Parahyangan pada tanggal 10 Maret 1989. Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan jasa perbankan khususnya jasa transaksi luar negeri, PT. Bank Nusantara Parahyangan meningkatkan statusnya sebagai Bank Devisa pada tanggal 5 Agustus 1994.
Saat terjadi krisis moneter di Indonesia tahun 1997 yang berlanjut dengan terjadinya krisis perbankan, Pemerintah telah menerapkan program penyehatan dan restrukturisasi perbankan. Berdasarkan hasil evaluasi Pemerintah melalui BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional), PT. Bank Nusantara Parahyangan dinyatakan sebagai bank kategori A yang sehat, tidak masuk dalam daftar bank yang harus mengikuti program rekapitalisasi dan tidak menggunakan dana BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia).
Kinerja yang berkembang semakin baik dan didorong oleh keinginan pihak manajemen untuk mengikut sertakan publik dalam kepemilikan saham, maka PT. Bank Nusantara Parahyangan mengubah status badan hukum menjadi perusahaan terbuka dan resmi sebagai PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. pada tanggal 15 September 2000.
Sampai akhir tahun 2005, daftar pemegang saham dan rincian kepemilikan ditunjukkan pada Tabel 1.1. Merujuk Peraturan Bank Indonesia No. 5/25/PBI/2003 tanggal 10 November 2003 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test), pemegang saham pengendali (ultimate shareholders) adalah Keluarga Hermawan, melalui PT. Hermawan Sentral Investama dan PT. Hermawan Ladang Arta.
1.2. Lingkup Bidang Usaha Untuk melaksanakan kegiatan usaha, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. memiliki Kantor Pusat yang berlokasi di Jl. Ir. H. Djuanda No. 95 Bandung. Pada akhir tahun 2005 memiliki 29 jaringan Kantor Cabang/Cabang Pembantu/Service Point yang tersebar di 1
beberapa wilayah Indonesia yaitu Bandung, Cimahi, Jakarta, Cirebon, Indramayu, Semarang, Surabaya, dan Denpasar - Bali. Tabel 1.1. Daftar Pemegang Saham dan Rincian Kepemilikan (Kondisi Akhir Tahun 2005) No. 1 2 3 4 5 6 7
Nama Pemegang Saham Hermawan Sentral Investama, PT Hermawan Ladang Arta, PT Gucimas Sukses Makmur, PT Binadana Nata Arta, PT Gema Megah Korporindo, PT Teradana Megah, PT Publik/Masyarakat
Lokasi Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung
Total (Sumber: BNP, Laporan Tahunan 2005: 19)
Jumlah Saham
(%)
25.000.000 25.000.000 12.500.000 12.500.000 12.500.000 12.500.000 58.275.000
15,8 15,8 7,9 7,9 7,9 7,9 36,8
158.275.000
100
Dalam menjalankan fungsi perbankan yang mengacu pada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yaitu menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat lain yang membutuhkan guna meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. memiliki lingkup bidang usaha berupa produk dan jasa seperti terdapat pada Lampiran 1. Selain melaksanakan aktivitas utama melalui beberapa jenis produk simpan-pinjam, pengembangan berbagai jasa transaksi perbankan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan fee-based income sebagai peluang bagi peningkatan pendapatan bank.
1.3. Visi, Misi, Strategi, dan Tujuan Visi, misi, strategi dan tujuan PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatan usaha adalah sebagai berikut: Visi: Menjadi bank yang memiliki nilai kepercayaan lebih dari masyarakat dalam melakukan aktivitas perbankan dan pelayanan jasa keuangan serta tumbuh dan berkembang secara wajar dan sehat. Misi: Memperlakukan masyarakat/nasabah sebagai mitra usaha, sekaligus berperan serta dalam program pembangunan nasional melalui pelayanan jasa perbankan dan keuangan lainnya yang unggul dalam menjalankan prinsip prudential banking, guna meningkatkan nilai tambah pemegang saham dan karyawan. 2
Strategi: -
Memperluas market area melalui pembukaan jaringan kantor baru, relokasi kantor yang sudah ada maupun perluasan jaringan delivery channel (jaringan ATM/EDC untuk Debit Card) untuk mewujudkan pertumbuhan internal perseroan.
-
Mengembangkan produk simpanan dan berbagai jasa transaksi perbankan dengan memberdayakan kemampuan sumber daya perseroan dalam bidang teknologi informasi serta meningkatkan reputasi perseroan untuk menumbuhkan kepercayaan dan meningkatkan aktivitas penghimpunan dana masyarakat.
-
Mengutamakan penyaluran pinjaman jangka pendek pada sektor perdagangan (retail) skala usaha menengah ke bawah tanpa mengabaikan prinsip prudential banking.
Tujuan: Meningkatkan volume usaha sebesar 20% setiap tahunnya.
1.4. Struktur Organisasi Struktur organisasi PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. sampai dengan akhir tahun 2005 seperti pada Lampiran 2. Evaluasi terhadap struktur organisasi dilakukan sejalan dengan kebutuhan pengembangan dan perluasan jaringan usaha.
Sesuai ketentuan Otoritas Pasar Modal dalam hal ini Departemen Keuangan Republik Indonesia melalui Badan Pengawas Pasar Modal, sebagai perusahaan terbuka perseroan harus memiliki unit kerja independen Komite Audit yang telah dibentuk sejak tanggal 26 Desember 2001. Unit kerja ini berfungsi memberikan pendapat profesional yang independen kepada Dewan Komisaris terhadap laporan/informasi lain yang disampaikan oleh Dewan Direksi serta melakukan investigasi atas transaksi/kejadian yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris.
Sebagai upaya mewujudkan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik dan transparan (Good Corporate Governance), selain Komite Audit perseroan membentuk Komite Manajemen Risiko, Satuan Kerja Audit Internal (SKAI), dan Pengawasan Kredit sehingga peningkatan kinerja tetap dalam koridor kehati-hatian.
Reposisi, rotasi dan mutasi karyawan pelaksana dan pejabat tertentu secara periodik dilakukan untuk menciptakan suasana yang dapat meningkatkan motivasi kerja dan melindungi bank dari praktek-praktek yang dapat merugikan.
3
1.5. Sumber Daya Sumber daya yang dimiliki perseroan dalam menjalankan kegiatan usaha adalah sebagai berikut: 1.5.1. Sumber Daya Manusia Dewan Komisaris PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. yang memiliki tanggung jawab kepada para pemegang saham terdiri dari 3 orang. Presiden Komisaris: Bapak Tatang Hermawan memiliki latar belakang bisnis sebagai pengusaha tekstil yang sukses di Bandung. Komisaris Anggota: Bapak Halim Jonathan memiliki pengalaman sebagai Komisaris dan Direktur Utama pada beberapa perusahaan. Komisaris Anggota: Bapak Karel Tanok merangkap pula sebagai Komisaris Independen dan Ketua Komite Audit dengan latar belakang profesi sebagai Akuntan Senior serta memiliki kriteria yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Otoritas Pasar Modal dengan tugas utama antara lain memperjuangkan hak pemegang saham minoritas serta mewujudkan terciptanya prinsip pengelolaan perusahaan yang baik dan benar.
Dewan Direksi terdiri dari Presiden Direktur yang telah menjabat di PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. sejak tahun 1989, memiliki latar belakang pengalaman dalam bisnis retail dan pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan sejak tahun 1984-1989. Tiga Direktur yang lain adalah tenaga profesional dengan pengalaman pada bidangnya lebih dari 20 tahun dan pernah bekerja pada beberapa Bank terkemuka di Indonesia. Direksi diangkat dan diberhentikan melalui keputusan Rapat Umum Pemegang Saham dengan masa kerja selama 2 tahun setiap periodenya.
Dewan Komisaris dan seluruh Direksi pada tahun 2005 telah berperan aktif dalam keikutsertaannya untuk memperoleh sertifikasi Manajemen Risiko dari lembaga sertifikasi Indonesian Risk Professional Association (IRPA) yang bekerja sama dengan Bank Indonesia. Hal ini akan semakin memantapkan perseroan dalam penerapan strategi pengelolaan risiko perbankan, yang selanjutnya akan memberi kontribusi dalam penyempurnaan tata kelola perusahaan, pendekatan pasar yang lebih terarah dan peningkatan pemahaman terhadap kebutuhan nasabah.
Pada akhir tahun 2005 karyawan tetap perseroan adalah 540 orang, meningkat 22% dari tahun sebelumnya. Sebesar 52% dari jumlah karyawan berusia 20 – 30 tahun dan 49% memiliki latar belakang pendidikan sarjana. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, perseroan juga menggunakan karyawan kontrak yang pada tahun 2005 berjumlah 143 4
orang. Komposisi karyawan tetap menurut jenjang jabatan, pendidikan dan usia seperti pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Profil Karyawan Tetap PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk.1 Uraian
2005 Jumlah (Orang)
%
2004 Jumlah (Orang)
%
2003 Jumlah (Orang)
%
Menurut Jenjang Jabatan Manajemen Tinggi Manajemen Menengah Manajemen Operasional Pelaksana Jumlah
11 36 78 415 540
2 7 14 77 100
11 32 64 336 443
2 7 14 77 100
10 26 54 296 386
3 7 14 76 100
Menurut Jenjang Pendidikan Sarjana S1 & S2 Diploma Non Sarjana Jumlah
266 81 193 540
49 15 36 100
193 75 175 443
43 17 40 100
163 90 133 386
42 23 35 100
Menurut Jenjang Usia 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun Di atas 50 tahun Jumlah
284 194 53 9 540
52 36 10 2 100
202 196 36 9 443
46 44 8 2 100
159 182 35 10 386
41 47 9 3 100
Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi dalam situasi persaingan bisnis yang semakin ketat dan hal ini mendapat perhatian yang cukup serius dari manajemen perseroan. Rasio Biaya Pendidikan dan Pelatihan selama tahun 2005 adalah 10,4% dari biaya tenaga kerja, besaran ini telah melampaui yang ditetapkan oleh regulasi yang berlaku yaitu minimal 5%.
1.5.2. Sumber Daya Teknologi Menyadari bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengembangan produk dan jasa perbankan memegang peran kunci agar PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. tetap eksis dalam dunia usaha perbankan nasional maupun internasional, maka perseroan secara berkala melakukan pembaharuan dan pengembangan perangkat keras, perangkat lunak serta perangkat komunikasi pendukung.
Saat ini seluruh jaringan kantor PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. telah terkoneksi secara real time 24 jam dengan sentralisasi data di Kantor Pusat. Perseroan juga telah mengembangkan berbagai fitur jasa perbankan berbasis teknologi seperti pembayaran 1
Sumber: BNP, Laporan Tahunan 2004: 32 dan Laporan Tahunan 2005: 26. 5
tagihan telepon, listrik, Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) secara online melalui kerja sama dengan instansi terkait. Untuk internet banking direncanakan mulai beroperasi tahun 2007 (Mario Yahya, Wawancara Pribadi, 7 November 2006).
Dalam pengembangan perangkat lunak untuk mendukung jasa transaksi dan operasional bank, perseroan menerapkan kebijakan pengembangan secara internal dengan dukungan SDM yang kompeten pada bidangnya. Kebijakan ini lebih memberi keleluasaan bagi perseroan untuk melakukan kostumisasi (customization) dalam mengembangkan produk/jasa transaksi perbankan.
Pengembangan akses jaringan delivery channel dilakukan perseroan melalui kerja sama dengan PT. Artajasa (ATM dan Debit Bersama), PT. Daya Network Lestari (ATM ALTO), dan PT. Rintis Sejahtera (ATM dan Debit BCA) sehingga secara keseluruhan perseroan memiliki akses ke sekitar 9000 mesin ATM yang tersebar diseluruh Indonesia ditambah dengan fasilitas Debit Bersama dan Debit BCA.
1.5.3. Sumber Daya Finansial Pertumbuhan volume usaha/asset PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. sejak tahun 2000 ditunjukkan pada Gambar 1.1. Sedangkan laporan keuangan dalam tiga tahun terakhir ditunjukkan pada Lampiran 3. Selama periode tiga tahun tersebut perseroan berhasil meraih peningkatan volume usaha/asset sebesar 22% setiap tahunnya sehingga pada akhir tahun 2005 mencapai Rp. 2,84 triliun.
3,000,000 (Jutaan Rupiah)
2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
Gambar 1.1. Pertumbuhan Volume Usaha (Sumber: BNP, Laporan Tahunan 2005: 03)
6
Kegiatan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk Giro, Tabungan, dan Deposito Berjangka menunjukkan pertumbuhan yang positif seperti dapat dilihat pada Gambar 1.2. dan untuk tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 24% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan positif ini merupakan hasil usaha yang dilakukan perseroan melalui perluasan jaringan kantor dan penambahan jasa transaksi perbankan yang dapat dilakukan melalui ATM untuk produk simpanan Giro dan Tabungan. Kondisi ini juga menjadi indikator meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap reputasi perseroan meskipun tercatat pula selama periode tahun 2005 terjadi kenaikan suku bunga BI yang tentunya menimbulkan dorongan pada masyarakat untuk menyimpan dananya di bank.
3,000,000
(Jutaan Rupiah)
2,500,000 2,000,000
19%
24%
Deposito 73%
1,500,000 63% 55%
Tabungan Giro
1,000,000 500,000
14%
13%
9%
31%
24%
18%
2003
2004
2005
0
Gambar 1.2. Pertumbuhan dan Komposisi Dana Masyarakat2
Simpanan masyarakat yang berhasil dihimpun selanjutnya merupakan sumber dana aktivitas usaha perseroan. Struktur pendanaan yang tercermin dari neraca perseroan (Lampiran 3A) dan pada Gambar 1.2. menunjukkan persentase simpanan dengan bunga tinggi (Deposito Berjangka) yang semakin meningkat dan hal ini mempengaruhi cost of fund perseroan.
Pertumbuhan kegiatan penghimpunan dana dalam periode tersebut oleh perseroan dialokasikan pada aktiva produktif dengan peningkatan sekitar 21% setiap tahunnya dan dengan komposisi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.3. Terlihat cukup jelas pergeseran komposisi aktiva produktif, dimana alokasi untuk pinjaman terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukan pertumbuhan yang cukup signifikan dan menjadi indikator meningkatnya kinerja perseroan dalam melaksanakan fungsi intermediasi. 2
Sumber: Neraca PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. Tahun 2003, 2004, dan 2005. 7
3,000,000
(Jutaan Rupiah)
2,500,000
21%
2,000,000
Pinjaman
21% 57%
1,500,000
39%
51%
Efek-efek: SBI Penempatan
1,000,000
Giro pd. bank lain 500,000 0 2003
2004
2005
Gambar 1.3. Pertumbuhan dan Komposisi Aktiva Produktif 3
Portfolio penyaluran pinjaman/kredit memiliki porsi terbesar pada kredit jangka pendek untuk sektor perdagangan (28,10%), sektor yang relatif lebih stabil dengan tingkat risiko kredit yang lebih kecil.
Peningkatan penyaluran kredit di tengah kompetisi yang semakin tajam, tidak mengurangi pelaksanaan koridor kehati-hatian. Penerapan manajemen risiko dan pengawasan kredit yang ketat dilakukan untuk menjamin terpeliharanya kualitas kredit. Hal ini terbukti dengan nilai Rasio Kualitas Kredit (Non Performing Loan - NPL) yang semakin membaik (lihat Tabel 1.4.) dan untuk periode tahun 2005 adalah sebesar 0,16%, merupakan besaran yang jauh di bawah nilai maksimum yang disyaratkan BI yaitu sebesar 5%.
Kinerja perseroan yang baik tidak hanya ditunjukkan oleh pertumbuhan volume usaha tetapi juga dari besaran permodalan, dimana pada tahun 2005 telah mencapai Rp. 163,6 miliar yang berarti terjadi peningkatan 12,6% dari tahun 2004.
Seiring dengan meningkatnya aktiva produktif, Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (Capital Adequacy Ratio - CAR) cenderung terus mengalami penurunan (lihat Tabel 1.4.), dan pada tahun 2005 menjadi sebesar 10,78% yang berarti turun sebesar 2,08 % dari tahun sebelumnya, meskipun nilai ini masih di atas ketentuan minimal yang ditetapkan BI yaitu sebesar 8%.
3
Sumber: Neraca PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. Tahun 2003, 2004, dan 2005. 8
Data pertumbuhan pendapatan dan laba seperti pada Tabel 1.3. Pertumbuhan pendapatan bunga bersih tahun 2005 tercatat sebesar 13%, nilai ini jauh jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2004 yaitu sebesar 53%. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh meningkatnya beban bunga tahun 2005 sebesar 61% dari tahun sebelumnya sedangkan pendapatan bunga hanya meningkat sebesar 38%. Peningkatan beban bunga antara lain berkaitan dengan kondisi eksternal yang terjadi yaitu meningkatnya harga pasar minyak mentah dunia, diikuti kenaikan harga BBM dan tingkat inflasi dalam negeri, yang selanjutnya mendorong naiknya suku bunga BI yang semula 8,5% pada juli 2005 menjadi 12,75% pada akhir tahun 2005. Selain itu juga dipengaruhi oleh meningkatnya persentase simpanan dalam bentuk Deposito yang merupakan sumber dana yang high cost bagi perseroan (Gambar 1.2.). Dengan kondisi ini, pada tutup buku tahun 2005 perseroan mencatat perolehan laba operasional sebesar Rp. 40,986 miliar meningkat sebesar 1,78% dan laba bersih sebesar Rp. 28,315 miliar meningkat 0,97% dari tahun sebelumnya. Tabel 1.3. Pertumbuhan Pendapatan dan Laba 4 Pertumbuhan (%)
Uraian Pendapatan Bunga Beban Bunga Pendapatan Bunga Bersih Laba Operasional Laba Bersih
2004 7,04 (15,93) 53,33 34,08 31,89
2005 38,31 61,20 13,01 1,78 0,97
Setiap tahun perseroan melakukan pembagian dividen tunai yang diusulkan oleh Dewan Komisaris dan Dewan Direksi kepada RUPS dan disetujui pada kisaran nilai antara 30% sampai 50% laba bersih perseroan. Besaran ini ditetapkan dengan mempertimbangkan pertumbuhan volume usaha perseroan yang selanjutnya akan meningkatkan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (CAR) seperti yang dipersyaratkan oleh otoritas moneter, sehingga perseroan perlu melakukan kendali terhadap pembagian dividen tunai karena merupakan aktivitas yang secara langsung mempengaruhi besaran CAR.
Selama periode pencatatan saham PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. di PT. Bursa Efek Jakarta, harga saham BNP tidak mengalami gejolak yang signifikan. Harga penutupan pada akhir tahun 2004 dan 2005 adalah sebesar Rp. 700,- dan jumlah saham yang beredar adalah 158.275.000 lembar.
4
Sumber: Laporan Laba-Rugi PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. Tahun 2004 dan 2005. 9
Beberapa rasio keuangan PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. tersaji pada Tabel 1.4. Dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih seperti pada Tabel 1.3., Net Interest Margin perseroan mengalami penurunan pada tahun 2005 meskipun nilai ROA 1,59% masih termasuk bank dengan profitability baik menurut BI 5 dan ROE 19,12% masih memberikan marjin keuntungan yang baik bagi investor dan berada jauh di atas rata-rata suku bunga Deposito yang pada tahun 2005 berada pada kisaran 8%6. Tabel 1.4. Rasio Keuangan PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk.7 Rasio Permodalan - Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (CAR), min 8% - Aktiva Tetap terhadap Modal Aktiva Produktif - Aktiva Produktif Bermasalah - Kualitas Kredit (Non Performing Loan - NPL), maks. 5% Rentabilitas - Laba terhadap Total Aktiva (ROA) - Laba terhadap Modal (ROE) - Marjin Bunga Bersih ( Net Interest Margin - NIM) - Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) Likuiditas - Pinjaman terhadap Dana (Loan to Deposit Ratio – LDR) - Giro Wajib Minimum Rupiah (GWM), min. 6% kecuali tahun 2003 sebesar 5%
2005
(%) 2004
2003
10,78 13,76
12,86 15,55
13,67 18,20
0,09 0,16
0,40 0,80
0,16 0,31
1,59 19,12 4,05 86,43
1,98 21,82 4,40 82,37
1,84 19,17 3,48 83,40
57,03
52,39
40,43
9,19
7,47
5,14
BOPO tahun 2005 yang meningkat dari tahun sebelumnya antara lain disebabkan oleh aktifitas perluasan jaringan kantor dan penambahan fitur layanan yang dilakukan perseroan yang selanjutnya berdampak pada peningkatan biaya komunikasi, personalia, dan lain-lain, dan juga berkaitan dengan komitmen perseroan terhadap peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.
1.6. Tantangan Bisnis Saat ini, industri perbankan nasional berada pada fase konsolidasi yang diwarnai oleh langkah akuisisi dan merger antar bank bahkan sejumlah bank telah diakhiri kegiatan usahanya melalui tindakan likuidasi oleh Pemerintah. Gambar 1.4. memperlihatkan perkembangan jumlah bank umum di Indonesia sebelum dan sesudah krisis perbankan tahun 1997. 5
Sumber: Arsitektur Perbankan Indonesia, 2006: 24. Sumber: BNP, Laporan Tahunan 2005: 75. 7 Sumber: BNP, Laporan Tahunan 2004: 110 dan Laporan Tahunan 2005: 93. 6
10
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia tahun 1997, yang berlanjut dengan krisis perbankan nasional telah memberikan gambaran bahwa industri perbankan nasional belum memiliki landasan yang cukup kokoh untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun eksternal, apalagi jika diukur dari kemampuan dalam menghadapi globalisasi sistem perbankan yang semakin mendesak.
200 160 120 Bank Persero
80
BPD 40
BUSN Devisa & Non Devisa Bank Campuran & Asing
19 92 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05
0
Gambar 1.4. Jumlah Bank Umum di Indonesia Sebelum & Setelah Krisis Perbankan 1997 (Sumber: bi.go.id, 2006)
Bertitik tolak dari kebutuhan tersebut, maka pada tanggal 9 Januari 2004 Bank Indonesia telah menerbitkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang merupakan kerangka menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri perbankan nasional untuk masa 10 tahun ke depan. API merupakan strategi yang terkait dengan upaya konsolidasi untuk mewujudkan industri perbankan nasional yang mampu bersaing pada tataran internasional dengan sumber daya manusia yang unggul, teknologi informasi yang memadai, dan infrastruktur pendukung yang cukup.
Selanjutnya untuk melihat tantangan eksternal yang dihadapi PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. secara komprehensif, digunakan pendekatan analisa industri melalui bagan Porter’s Six Forces8 seperti pada Gambar 1.5. Analisa industri perbankan menurut fungsi utamanya yaitu simpan dan pinjam, dijelaskan sebagai berikut:
8
Sumber: Wheelen, 2006: 82. 11
Pendatang Baru
Pihak Lain yg. Berkepentingan
Pesaing Dalam Industri Pembeli
Pemasok
Persaingan Antar Perusahaan
Produk / Jasa Pengganti Gambar 1.5. Kekuatan-kekuatan yang Menentukan Persaingan Dalam Industri (Porter’s Six Forces) Bagi pendatang baru (bank umum konvensional), sejak diluncurkannya API tahun 2004 telah ditetapkan bahwa persyaratan modal disetor minimum adalah sebesar Rp. 3 triliun9. Selain juga adanya kebutuhan modal untuk mengembangkan jaringan kantor, pendatang baru juga harus berhadapan dengan bank–bank besar yang telah membangun entry barrier yang tinggi misalnya melalui gencarnya tingkat promosi melalui berbagai media massa seperti yang dilakukan oleh Bank Central Asia (BCA).
Persaingan didalam industri perbankan saat ini sangat ketat. Bank umum yang beroperasi di Indonesia pada bulan Desember tahun 2005 berjumlah 131 (lihat Tabel 1.5.). Setelah terjadinya krisis moneter tahun 1997, masuknya modal asing yang menguasai perbankan nasional meningkat signifikan. Beberapa contoh seperti BCA yang sekarang dikendalikan oleh Farallon Capital (Amerika Serikat), Bank Danamon dan Bank Internasional Indonesia oleh Temasek Holding (Singapura), Bank Niaga dan Bank Lippo oleh Khazanah National Berad (Malaysia), dan Bank Permata oleh Standard Chartered Bank (Inggris). Jika ditotal dengan cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia, modal asing telah menguasai lebih dari 50 persen asset perbankan nasional. Gencarnya perburuan bank lokal 9
Sumber: Arsitektur Perbankan Indonesia, 2006: 31. 12
oleh investor asing yang bermodal raksasa masih terus berlangsung seperti Bank IndoMonex yang pada akhir tahun 2005 sebesar 76 persen sahamnya telah diambil alih oleh Bank of India selanjutnya Bank Haga dan Bank Hagakita oleh Rabobank International (Belanda). Saat laporan ini disusun, Bank Halim Indonesia sedang dibidik oleh Industrial & Commercial Bank of China yang merupakan bank terbesar di Cina dengan asset sekitar US$ 800 milliar (Rp. 7.300 triliun) atau sekitar 30 kali asset Bank Mandiri yang merupakan bank terbesar di Indonesia. Demikian juga Bank of TokyoMitsubishi UFJ Ltd., yang berasset US$ 1,4 triliun bersama dengan Acom Co Ltd. (lembaga pembiayaan terbesar kedua di Jepang) telah menyampaikan niatnya kepada Bapepam untuk membeli lebih dari 50 persen saham PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk.10 Tabel 1.5. Data Bank Umum di Indonesia Menurut Kepemilikan (Desember 2005) Kategori
Jumlah
Bank Persero
5
Bank Umum Swasta Nasional Devisa
35
Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa
36
Bank Pemerintah Daerah
26
Bank Campuran
18
Bank Asing
11
Jumlah Bank (Sumber: bi.go.id, 2006)
131
Produk/jasa pengganti adalah produk/jasa yang nampak berbeda namun dapat memenuhi kebutuhan yang sama. Dengan mengingat bahwa bisnis utama bank adalah simpan dan pinjam maka lembaga keuangan non perbankan seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan perum pegadaian harus diperhitungkan sebagai penghasil produk/jasa pengganti. Keterbukaan dan kemudahan akses sumber-sumber informasi serta semakin bertambahnya perusahaan nasional yang menjadi perusahaan terbuka telah membuka peluang bagi masyarakat untuk melalukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga di pasar modal, hal ini juga merupakan produk pengganti simpanan konvensional yang selama ini ditawarkan oleh bank yaitu Tabungan dan Deposito.
Pemasok perbankan adalah masyarakat penyimpan dana/nasabah surplus/kreditur yang memiliki daya tawar (bargaining power) tinggi mengingat bahwa semua bank yang ada memiliki kepentingan yang sama atas materi pasokan yaitu simpanan dana sebagai sumber 10
Sumber: Majalah Tempo, 15 Oktober 2006: 124-125. 13
utama bagi kelangsungan hidup perusahaan. Kondisi ini menawarkan banyak alternatif bagi pemasok perbankan dalam penyimpanan dana dan tentunya pilihan akan berdasarkan penawaran yang memberi banyak kemudahan dan mendatangkan keuntungan (return) terbesar. Selain itu bagi masyarakat yang telah menyimpan dananya pada sebuah bank, akan sangat mudah baginya untuk memindahkan dananya ke bank lain yang dapat memberikan penawaran yang lebih menarik mengingat bahwa biaya pengalihan (switching cost) yang merupakan biaya untuk menutup rekening pada bank mula-mula dan biaya pembukaan rekening pada bank baru adalah sangat rendah.
Pembeli/pengguna produk utama perbankan adalah nasabah minus/debitur yang juga memiliki daya tawar tinggi karena produk utama perbankan yang ‘dijual’ adalah dana pinjaman/kredit dengan koridor penetapan suku bunga pada kisaran suku bunga BI (BI rate) sehingga produk utama perbankan yang ditawarkan memiliki karakteristik produk komoditi. Dalam kondisi ini perbedaan suku bunga pinjaman antar bank yang merupakan biaya pengalihan akan cukup berperan bagi pembeli untuk menetapkan pilihan.
Pihak lain yang sangat berkepentingan terhadap keberadaan industri perbankan adalah Pemerintah, didasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut: -
Bank merupakan ’lembaga kepercayaan masyarakat’, karena 80% - 90% sumber dana yang dipergunakan bagi kelangsungan operasional bank berasal dari dana masyarakat.
-
Kredit yang disalurkan bank sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
-
Jasa perbankan seperti transaksi-transaksi perdagangan melalui bank setiap hari, sangat membantu kegiatan perekonomian nasional.
Mengingat perannya yang strategis dalam struktur perekonomian nasional, maka industri perbankan adalah industri yang paling ketat diatur dan diawasi oleh Pemerintah.
Tantangan bisnis yang juga tidak boleh diabaikan adalah perkembangan teknologi informasi yang menyebabkan perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank semakin pesat disamping risiko-risiko yang muncul menjadi bertambah besar dan bervariasi. Oleh karenanya perbankan dituntut untuk mampu beroperasi secara lebih efisien dengan pemanfaatan teknologi informasi.
14