BAB I PROFIL PERUSAHAAN
1.1
Sejarah Singkat Sumber yang dipergunakan untuk membuat profil PT PINDAD adalah
www.pindad.com dan www.wikipedia.org. Dengan menggunakan kedua website tersebut sebagai sumber, Profil Bisnis singkat dari PT PINDAD ini disusun. PT. PINDAD adalah Perusahaan Industri Manufaktur Indonesia yang memproduksi Produk Militer, dan dewasa ini mulai masuk ke Produk Komersial. Kegiatan PT. PINDAD mencakup desain dan pengembangan, rekayasa, perakitan dan fabrikasi serta perawatan. Berdiri pertama kali pada tahun 1808 sebagai bengkel peralatan militer di Surabaya dengan nama Artillerie Constructie Winkel (ACW). Bengkel ini kemudian berkembang menjadi sebuah pabrik dan sesudah mengalami perubahan pengelola, pabrik ini dipindahkan lokasinya ke Bandung pada tahun 1923. Pemerintah Belanda pada tahun 1950 menyerahkan pabrik tersebut kepada Pemerintah Indonesia, kemudian pabrik tersebut diberi nama Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) yang berlokasi di PT. PINDAD sekarang ini. Sejak saat itu PT. PINDAD berubah menjadi sebuah industri peralatan militer yang dikelola oleh Angkatan Darat. PT. PINDAD kemudian berubah status menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan nama PT. PINDAD (Persero) pada tanggal 29 April 1983, kemudian pada tahun 1989 perusahaan ini berada dibawah pembinaan Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang kemudian pada tahun 1999 berubah menjadi PT. Pakarya Industri (Persero) dan kemudian berubah lagi namanya menjadi PT. Bahana Pakarya Industri Strategis (Persero). Tahun 2002 PT. BPIS (Persero) dibubarkan oleh Pemerintah, dan sejak itu PT. PINDAD beralih status menjadi PT. PINDAD (Persero) yang langsung berada dibawah pembinaan Kementerian BUMN.
1.2
Visi dan Misi Perusahaan
1.2.1
Visi Perusahaan Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan yang sehat yang mempunyai
inti usaha terpadu beroperasi secara fleksibel serta mandiri secara finansial. 1
1.2.1
Misi Perusahaan PT. PINDAD mengembangkan misi untuk melaksanakan kegiatan usaha
dalam bidang "alat dan peralatan untuk mendukung kemandirian pertahanan dan keamanan negara" serta " alat dan peralatan industri" dengan mendapatkan laba untuk pertumbuhan perusahaan melalui keunggulan teknologi dan efisiensi.
1.3
Organisasi Untuk meningkatkan daya saingnya, PT. PINDAD mengembangkan desain
organisasi yang fleksibel dan desentralistis sehingga dapat meningkatkan kemampuan masing-masing divisi untuk dapat lebih gesit dalam menjalankan usahanya.
1.4
Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang bergabung dengan PT. PINDAD adalah paran
tenaga profesional yang memiliki kompetensi khusus di bidang teknologi persenjataan, metalurgi, permesinan dan lain-lain. Kemampuan mereka ditempa oleh pengalaman dan pelatihan khusus. Pengembangan
SDM
mengacu
kepada
manajemen
SDM
berbasis
kompetensi yang mengintegrasikan semua kebijakan dibidang karir, pelatihan, perekrutan pegawai, penilaian /prestasi kerja dan lain sebagainya.
1.5
Bidang Usaha Kegiatan usaha didalam pembuatan berbagai macam Produk Militer dan
Produk Komersial merupakan inti kegiatan perusahaan ini. Pabrik dan perkantoran yang berada di Bandung dan di Turen Malang serta kantor pemasaran di Jakarta, menunjang keberhasilan bisnis kedua kelompok produk diatas. Kemampuan memproduksi produk-produk militer yang menuntut tingkat ketelitian yang tinggi menjadi modal bagi PT PINDAD untuk mulai membuat produk komersial. Kegiatan usaha produk komersial dijalankan oleh empat divisi di Bandung, yaitu: Divisi Mekanik, yang memproduksi peralatan kapal dan air brake serta mesin industri, Divisi Elektrik yang memproduksi motor listrik dan peralatan pembangkit, Divisi Tempa dan Cor yang memproduksi komponen tempa dan cor serta Divisi Rekayasa Industri dan Jasa yang memproduksi peralatan pabrik dan jasa pembangunan pabrik serta jasa pengujian kalibrasi. 2
Divisi Senjata yang bergerak dalam kegiatan pembuatan produk militer berupa berbagai jenis senjata laras panjang dan pendek juga berlokasi di Bandung. Satu diivisi di Turen Malang memproduksi produk militer lainnya yang berupa berbagai jenis munisi dan bahan peledak militer serta bahan peledak untuk kepentingan komersial antara lain pertambangan. Kualitas produksi maupun jasa yang memenuhi harapan pelanggan akan berpengaruh terhadap suksesnya bisnis perusahaan. Untuk itu PT. PINDAD telah menerapkan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001/9002 dan ISO Guide 25. Dalam menjaga komitmen perusahaan terhadap mutu produk, maka motto " tidak ada kompromi untuk kualitas" mendasari pola pikir dan tindakan seluruh jajaran operasional perusahaan. Konsistensi komitmen manajemen tersebut selalu dipelihara dengan melakukan peningkatan dan penyesuaian sistem manajemen mutu secara berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan produk-produk PT. PINDAD dapat memenuhi kepuasan pelanggan dan dapat membangun kesetiaan pelanggan terhadap produk-produk PT. PINDAD.
1.6
Pengembangan Bisnis Disamping bertujuan untuk memperoleh bisnis baru yang menguntungkan
dan kompetitif, pengembangan bisnis pada dasarnya adalah usaha untuk menyempurnakan dan atau memperbaiki bisnis yang ada dengan menggunakan metoda dan teknologi mutakhir, sehingga mendapatkan bisnis yang kompetitif dengan biaya dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan pasar. Mengikuti tuntutan alamiahnya guna dapat bertahan dan terus berkembang didalam kondisi ekonomi yang belum stabil, telah dilakukan upaya reorientasi dan pengembangan usaha agar perusahaan lebih dapat menanggapi dengan baik perubahan lingkungan eksternalnya. Melanjutkan upaya pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2001 telah diinisiasi usaha-usaha bisnis baru yang ditunjang oleh kompetensi yang sudah dimiliki. Sebagai perusahaan yang memproduksi produk-produk militer dan komersial sebenarnya PT PINDAD sudah memiliki modal yang baik dalam mengembangkan bisnisnya. Peralatan manufaktur yang tersedia sudah sanggup untuk memproduksi berbagai macam produk yang berkualitas. 3
Beberapa produk PT PINDAD yang cukup dikenal antara lain adalah senapan SS1 yang digunakan oleh banyak kesatuan militer di Indonesia. Produk tersebut akan segera disusul oleh jenis SS2. Di bidang produk baru, PINDAD juga pernah
membuat
kendaraan
bernama
“Maleo”
yang
sayangnya
tidak
dikembangkan lebih lanjut. Diharapkan usaha-usaha bisnis baru ini akan memberikan kontribusi cukup besar pada perusahaan di tahun yang akan datang.
1.7
Industri Manufaktur di Indonesia
1.7.1
Perkembangan Industri Pada awalnya, sektor pertanian menjadi sektor perekonomian yang
mempunyai peranan paling besar, tetapi hal ini berubah pada dekade 90-an dimana sektor industri mulai mengalami perkembangan yang pesat. Pesatnya perkembangan sektor industri tidak terlepas dari peranan pemerintah yang mendorong investasi ke sektor industri. Kontribusi sektor perekonomian yang besar pada Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) Indonesia mulai digantikan oleh sektor industri. Kontribusi yang besar dari sektor industri ini menyebabkan sektor tersebut menjadi engine of growth perekonomian Indonesia, menggantikan sektor pertanian. Perbandingan kontribusi sektor industri dan sektor pertanian ini bisa dilihat pada Gambar 1.1, dimana garis merah mewakili sektor industri.
Gambar 1.1 Prosentase Pangsa Sektor Pertanian dan Industri Manufaktur pada PDB Indonesia tahun 1985-2000 (Hidayati dan Kuncoro, 2004)
4
Dengan semakin berkurangnya nilai ekspor migas Indonesia, maka nilai ekspor non migas yang dihasilkan oleh sektor industri menjadi semakin meningkat peranannya. Gambaran peningkatan yang terjadi pada sektor industri yang berorientasi ekspor bisa terlihat pada Tabel 1.1. Nilai ekspor yang dilakukan oleh industri manufaktur memberikan sumbangan yang sangat besar dari ekspor non migas, yaitu 85% dari keseluruhan ekspor non migas. Atau menyumbang 67% dari keseluruhan ekspor Indonesia pada periode 1994 – 2001.
Tabel 1.1 Peranan Industri Manufaktur tahun 1994-2001 (Kuncoro, 2005)
Besarnya nilai ekspor non migas ini sesungguhnya tidak semua berasal dari industri dengan skala besar, tetapi juga menunjukkan peranan dari industri dengan skala kecil dan menengah. Data yang diperoleh dari BPS menunjukkan bahwa komposisi sektor industri di Indonesia adalah sebagai berikut, 24% termasuk dalam industri besar dan 74% adalah industri dengan skala kecil dan menengah.
5
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut:
Gambar 1.2 Perbandingan Jumlah Industri Berdasarkan Statistik Industri tahun 2003 (www.bps.go.id)
Dari gambar bisa dilihat bahwa persentase dari industri skala menengah cukup besar, yaitu lebih dari 70%. Dari data ini bisa ditarik kesimpulan bahwa industri besar di Indonesia sebenarnya mendapat dukungan yang cukup besar dari industri kecil dan menengah tersebut. Perkembangan dari sektor Usaha Kecil dan Menengah
(UKM)
mengalami
perkembangan
yang
cukup
pesat.
BPS
mengeluarkan data bahwa pada periode 2001 – 2004, kontribusi dari sektor ini mencapai 56,04% bagi PDB Indonesia (pada tahun 2000, sektor UKM memberikan kontribusi 26,16% pada PDB).
1.7.2
Tantangan Industri Pada tahun 1997, krisis ekonomi menimpa Indonesia. Dampak yang
ditimbulkan pada sektor industri cukup besar, dimana banyak perusahaan yang terpaksa mengurangi karyawannya, mengurangi kapasitas produksi, atau bahkan tidak sedikit yang terpaksa harus menghentikan usahanya. Salah satu dampak yang terlihat adalah meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Situasi makro ekonomi yang tidak stabil menyebabkan banyak investor asing menjadi ragu untuk melakukan investasi di Indonesia sehingga pada akhirnya semakin memperparah kondisi perekonomian Indonesia pada saat itu. Dampak
yang
ditimbulkan
oleh
krisis
ekonomi
tersebut
pada
perekonomian Indonesia masih terasa sampai sekarang, walaupun sudah
6
berlangsung hampir 10 tahun. Dampak atau tantangan yang dirasakan oleh sektor industri, khususnya industri manufaktur, antara lain adalah:
Sentralisasi lokasi industri manufaktur Berdasarkan data tahun 2000, 81% dari industri manufaktur di Indonesia masih berpusat atau bertempat di Pulau Jawa (Tabel 1.2). Konsentrasi industri yang berpusat di Pulau Jawa menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi yang tidak merata. Pengelolaan sumber daya di luar Pulau Jawa menjadi kurang baik. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab tingginya urbanisasi ke Pulau Jawa. Yang menjadi daya tarik utama adalah pendapat bahwa lapangan pekerjaan di Pulau Jawa lebih banyak dibandingkan di daerah mereka sendiri. Hal ini pada akhirnya semakin memperlebar kesenjangan yang terjadi antara Pulau Jawa dan pulau-pulau lain. Perekonomian di daerah juga menjadi kurang berkembang, walaupun sebenarnya masih banyak potensi daerah yang bisa dikembangkan.
Tabel 1.2 Perbandingan Jumlah Industri Besar dan Sedang tahun 1997-2000 (www.bps.go.id) Lokasi
1997
1998
1999
2000
18,024 17,236 17,925 17,995 Jawa (80.51) (80.46) (81.22) (81.15) 4,362
4,187
4,145
4,179
Luar Jawa (19.49) (19.54) (18.78) (18.85) Total
22,386 21,423 22,070 22,174
Konsentrasi industri di Pulau Jawa berakibat pada konsentrasi tenaga kerja. Konsentrasi terbesar terjadi di Pulau Jawa. Tetapi kemudian konsentrasi ini mulai berkurang dengan meningkatnya permintaan tenaga kerja di Pulau Sumatera, seperti terlihat pada Tabel 1.3, dimana pada periode 1985 – 1990 distribusi tenaga kerja untuk Pulau Sumatera meningkat, dan distribusi di Pulau Jawa turun secara cukup signifikan.
7
Tabel 1.3 Distribusi Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Menurut Pulau (% dari total) tahun 1976-2001 (Kuncoro, 2005)
Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi Industri manufaktur di Indonesia, harus diakui masih kurang mampu dalam menerapkan teknologi yang terbaru dalam perusahaan mereka. Proses transfer teknologi yang lambat pada industri manufaktur di Indonesia, menyebabkan daya saing industri manufaktur kita menjadi rendah dibanding industri sejenis di egara lain. Terutama untuk industri dengan basis teknologi tinggi.
Kualitas SDM yang rendah Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya tingkat pendidikan dari rata-rata tenaga kerja pada industri manufaktur di Indonesia. Rendahnya tingkat pendidikan ini juga berdampak pada sedikitnya ide-ide baru yang sebenarnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kurangnya inisiatif untuk melakukan perubahan dan perbaikan dari kondisi yang ada juga bisa disebabkan oleh kondisi tingkat pendidikan dari SDM yang rendah tersebut.
Lain-lain Berbagai tantangan lain yang dihadapi oleh industri manufaktur di Indonesia adalah seperti: & Penggunaan bahan baku yang sebagian besar mengandung komponen
impor membuat industri ini sangat rentan terhadap fluktuasi nilai mata uang & Upah minimum buruh yang meningkat dan peraturan ketenagakerjaan
yang kurang mendukung menyebabkan banyak investor asing yang memindahkan investasinya ke Vietnam maupun Cina & Rendahnya kualitas pelayanan publik, birokrasi yang penuh KKN, serta
berbagai kenaikan tarif dan pajak
8