BAB I PROFIL PERUSAHAAN
1.1
Sejarah Perusahaan
1.1.1 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah perusahaan informasi dan komunikasi (InfoCom) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berstatus perseroan terbuka serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. Kepemilikan pada 31 Desember 2005 tercatat sebesar 51,2% saham dimiliki oleh pemerintah Indonesia dan 48,8% saham dimiliki oleh publik. Dari total 48,8% saham, sebagian besar saham sejumlah 46,2% dimiliki oleh investor asing dan sisanya sebesar 2,6% dimiliki oleh investor lokal Pada akhir kuartal ketiga 2005, Telkom memiliki jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 12,4 juta, sementara pelanggan selular yang diwakili oleh unit bisnis Telkomsel berjumlah 23,5 juta. Visi Telkom "menjadi perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan regional" diwujudkan dengan melakukan proses transformasi menjadi suatu organisasi berbasis pada pelanggan yang mampu bersaing dalam industri telekomunikasi di Indonesia. Telkom menyadari bahwa kemampuan adaptasi terhadap perubahanperubahan industri telekomunikasi dan kapabilitas untuk memberikan layanan yang terbaik bagi pelanggan adalah kunci utama untuk bertahan dalam persaingan di dalam industri komunikasi. Telkom adalah National Flag Carrier di bidang telekomunikasi, oleh karena itu kepentingan Telkom untuk tetap menjadi pelopor di bidang telekomunikasi juga menjadi kepentingan nasional. Sehingga, untuk mencapai tujuan ini, Telkom berusaha menjadi yang terdepan pada setiap lini usahanya yang mencakup telepon tetap kabel, telepon tetap nirkabel, telepon seluler, data & internet serta jaringan & interkoneksi. Perjalanan Telkom sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia telah melalui panjang. Berikut ini adalah tonggak perjalanan sejarah Telkom :
1
1842 Pada masa pemerintahan kolonial didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap dengan nama 'Post en Telegraafdienst'. 1906 Pemerintah kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/PTT). 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai Negara merdeka dan berdaulat, lepas dari pemerintahan Jepang. 1948 Setelah merdeka tahun 1945, PTT kemudian dinasionalisasikan. 1961 Status Jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). 1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). 1974 PN Telekomunikasi dipecah menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional dan PT INTI yang memproduksi peralatan telekomunikasi. 1976 Satelit Palapa A1 diluncurkan tanggal 9 Juli 1976 dan berakhir operasinya tahun 1983. 1977 Satelit Palapa A2 diluncurkan tanggal 11 Maret 1977 dan masa operasi hingga 1987. 1980
PT
Indonesian
SatelliteCorporation
(Indosat)
didirikan
untuk
menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel. 1983 Satelit Palapa B1 diluncurkan 16 Juni 1983 dan beroperasi hingga 1990. 1984 Satelit Palapa B2 diluncurkan 26 Februari 1984 namun gagal mengorbit. 1987 Tanggal 21 Maret 1987, Satelit Palapa B2P diluncurkan dengan masa operasi hingga 1996. 1989 Berlakunya Undang-Undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, yang antara lain mengatur peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi. 1990 Satelit Palapa B2R diluncurkan 14 April 1990 dengan akhir operasi tahun 2000. 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) berdasarkan PP No. 25 tahun 1991. 1992 Satelit Palapa B4 diluncurkan 14 Mei 1992 dan berakhir tahun 2005. 1995 Penawaran umum perdana saham Telkom (Initial Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. Sejak itu saham Telkom tercatat dan
2
diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange. Telkomsel berdiri pada tanggal 26 Mei dengan pemegang saham Telkom sebesar 51% dan Indosat sebesar 49%. 1996 Kerja Sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada tanggal 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatera - dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten - dengan mitra PT AriaWest International (AWI); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta - dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan - dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra), dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia - dengan mitra PT Bukaka SingTel International. KPN dan Sedco masuk ke Telkomsel sehingga komposisi kepemilikan saham Telkomsel adalah Telkom 42,72%, Indosat 35%, KPN 17,28%, dan Sedco 5%. 1999 Undang-Undang nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi ditetapkan antara lain berisi penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi. UU ini berlaku efektif sejak tanggal 8 September 2000. Satelit Telkom-1 diluncurkan 13 Agustus 1999 dan akan beroperasi hingga 2016. 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dengan Indosat. Setelah transaksi ini, Telkom menguasai 77,72% saham Telkomsel. Telkom membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan Telkom. 2002 Telkom membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003, dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. Telkom menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd. (SingTel) sehingga setelah penjualan ini Telkom memiliki 65% saham Telkomsel.
3
Sejak Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan jasa telekomunikasi lokal. 2003 Telkom membeli seluruh saham AWI. Telkom melakukan pelepasan kepemilikan pada PT Telekomindo Seluler Raya, PT Komunikasi Seluler Indonesia, PT Menara Jakarta, dan PT Metro Seluler Nusantara, serta meningkatkan kepemilikan saham pada PT Multimedia Nusantara, PT Indonusa Telemedia, dan PT Pasifik Satelit Nusantara. 2004 Telkom meluncurkan layanan baru Telkom International Call (TIC) 007. Trafik TIC disalurkan melalui 3 stasiun gerbang internasional (gateway) di Jakarta, Surabaya dan Batam. Layanan SLI dengan kode akses 007 berbasis clear channel ini akan menambah layanan telepon internasional yang sudah ada yaitu TelkomGlobal 017 yang berbasis VoIP. Telkom meluncurkan layanan akses internet berkecepatan tinggi yang dengan nama TelkomSpeedy, di Jakarta dan Surabaya. Speedy merupakan layanan berbasis teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL), yang memisahkan layanan data dan suara pada satu kabel telepon sehingga memudahkan pemakai untuk mengakses internet dan bertelepon pada saat bersamaan. Berdasarkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tanggal 30 Juli 2004, Telkom mengumumkan perubahan nilai nominal saham Perseroan dari Rp 500 menjadi Rp 250 per saham dan sekaligus perubahan pasal 4 ayat 1 dan 2 Anggaran Dasar Perseroan. Realisasi stock split 1 saham lama menjadi 2 saham telah disetujui oleh RUPST pada tanggal 30 Juli, 2004. Pada saat yang sama, Telkom mengubah rasio untuk ADS, perbandingan sebelumnya 1 ADS setara dengan 20 saham biasa, menjadi 1 ADS setara dengan 40 saham biasa. 2005 Telkom memperingati 10 tahun sebagai perusahaan publik dan bertekad untuk melanjutkan melakukan dual listing di Bursa Efek Jakarta dan di New York Stock Exchange. Telkom berhasil meluncurkan satelit Telkom-2, melengkapi layanan satelit Telkom-1, yang memiliki cakupan yang luas di Asia Pasifik. Pada bulan November 2005 mengumumkan rencana untuk membeli kembali saham (share buyback) dengan jumlah maksimal sebesar 5% dari saham seri B yang beredar.
4
1.1.2
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Divisi InfraTEL
Kegiatan usaha dari Telkom adalah penyelenggara jaringan dan layanan telekomunikasi di Indonesia. Unit-unit Bisnis Telkom terdiri dari Divisi, Centre, Yayasan dan Anak Perusahaan, sebagai berikut : a.
Divisi, terdiri dari 20 Divisi meliputi: 1. Divisi Long Distance 2. Carrier & Interconnection Service 3. Divisi Multimedia 4. Divisi Fixed Wireless Network 5. Enterprise Service 6. Divisi Regional I - Sumatera 7. Divisi Regional II – Jakarta 8. Divisi Regional III - Jawa Barat 9. Divisi Regional IV - Jawa Tengah dan Yogyakarta 10. Divisi Regional V - Jawa Timur 11. Divisi Regional VI - Kalimantan 12. Divisi Regional VII - Kawasan Timur Indonesia 13. Maintenance Service Center 14. Training Center 15. Carrier Development Support Center 16. Management Consulting Center 17. Construction Center 18. I/S Center 19. R&D Center 20. Community Development Center(CDC)
b.
Yayasan,terdiri dari 4 yayasan meliputi: 1. Dana Pensiun (Dapentel) 2. Yayasan Pendidikan Telkom 3. Yayasan Kesehatan 4. Yayasan Sandhykara Putra Telkom (YSPT)
c.
Anak perusahaan dengan kepemilikan lebih dari 50%, terdapat 9 anak perusahaan meliputi: 1. PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) : Telekomunikasi (Selular GSM) (baru)
5
2. PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra) : Telekomunikasi (KSO-VI Kalimantan) 3. PT Infomedia Nusantara (Infomedia) : Layanan Informasi (baru) 4. PT AriWest International (AriaWest) : Telekomunikasi Telepon Tetap (KSO-III Jawa Barat & Banten) 5. PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo) : Telekomunikasi Telepon Tetap (KSO-I Sumatra) 6. PT Multimedia Nusantara (Metra) :Multimedia, pay special TV 7. PT Napsindo Primatel International (Napsindo) : Network Access Point 8. PT Indonusa Telemedia (Indonusa) : TV Cable (baru) 9. PT Graha Sarana Duta (GSD) : Properti, Konstruksi dan Jasa (baru) d.
Anak perusahaan dengan kepemilikan antara 20-50%, terdapat
3 anak
perusahaan meliputi: 1. PT Patra Telekomunikasi Indonesia (Patrakom) : Layanan VSAT 2. PT Citra Sari Makmur (CSM) : VSAT dan layanan telekomunikasi lainnya 3. PT
Pasifik
Satelit
Nusantara
(PSN)
:
Transponder
Satelit
dan
Komunikasi e.
Anak perusahaan dengan kepemilikan kurang dari 20%, terdapat 3 anak perusahaan meliputi: 1. PT Mandara Selular Indonesia (MSI) : Layanan NMT - 450 Selular dan CDMA 2. PT Batam Bintan Telekomunikasi (Babintel) Telepon Tetap di Batam dan Pulau Bintan 3. PT Pembangunan Telekomunikasi Indonesia (Bangtelindo) : Pengelolaan Jaringan dan Peralatan Telco Salah satu unit bisnis yang dimiliki Telkom adalah Divisi Long Distance.
Divisi Long Distance (InfraTEL) merupakan salah satu unit bisnis PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang berdiri pada tahun 2002, divisi ini merupakan hasil strukturisasi dari DOVNet dan berkedudukan di Jakarta. DLD (InfraTEL) mengelola jasa layanan telekomunikasi jarak jauh (back bone) yang terdiri dari Network Panggilan Jarak Jauh, Network Domestik, Network Internasional, Satelit dan Intelligent Network (IN). Penetapan DLD (InfraTEL)
6
sebagai Divisi Product Owner dituangkan dalam Keputusan Direksi nomor KD.43/PS 150/CTG-00/2003,. Unit ini kemudian berubah menjadi Divisi InfraTEL yang dibentuk
berdasarkan KD.68/PS150/COP-B003000/2006 (Lampiran1), hasil strukturisasi dari Divisi Long Distance yang berkedudukan di Jakarta. InfraTEL dibentuk untuk mengelola jasa infrastruktur telekomunikasi jarak jauh (back bone) yang terdiri dari Network Panggilan Jarah Jauh, Network Domestik, Network Internasional, Satelit dan Intellegent Network (IN). Sama seperti halnya DLD, divisi InfraTEL ditetapkan sebagai Divisi Product Owner yang dituangkan Keputusan Direksi nomor KD.68/PS150/COPB003000/2006, InfraTEL sebagai product owner bertugas melayani jasa telekomunikasi melalui penyediaan produk dan infrastrukturnya. Fungsi pemasaran produk dialihkan kepada Delivery Channel (DC) melalui DIVRE, CISC (Carrier and Interconnection Service Center) dan ESC (Enterprise Service Center)/UCC (Unit Corporate Customer). Divisi InfraTEL memiliki infrastruktur jaringan dengan cakupan wilayah nasional dan regional. 1.2
Lingkup Bidang Usaha Pengelolaan seluruh infrastruktur Telkom (Semua jaringan, elemen
jaringan dan sarana pendukung terkait di luar jaringan akses) yang diperlukan dalam rangka menyelenggarakan jasa/service infokom merupakan lingkup bidang usaha Divisi Long Distance (InfraTEL) dan dimuat dalam KD.08/PS 150/CTG10/2006.
InfraTEL juga bertanggung jawab menyediakan alat produksi untuk memenuhi permintaan Product Owner internal seperti DIVFWN dan Divisi Multi Media yang bertanggung jawab terhadap proses penyiapan ketersediaan jasa/service dan proses capacity planning. Divisi Multi Media berfungsi sebagai penyelenggara aktivitas service operation dan production plan serta berperan melakukan dukungan pelaksanaan layanan jasa/service kepada unit bisnis Delivery Channel. Setelah itu Delivery Channel bertugas mengelola customer untuk masing-masing segmen seperti Divisi Regional (DIVRE) untuk segmen retail/personal, Divisi Enterprise Service (DIVES) unutk segmen bisnis (Corporate
7
Customer) dan Divisi Carrier & Interconnection Service (DIVCIS) untuk segmen Other Licenced Operator (OLO).
Gambar1.1 Lingkup Bisnis InfraTEL
Divisi InfraTEL menyelenggarakan dua jasa infrastruktur yaitu •
Bandwith (Core Network) Bandwith merupakan jasa peyewaan jaringan komunikasi baik berupa clear channel maupun jaringan managed IP, yang terdiri dari elemen-elemen network transmisi terrestrial (Radio, Kabel Optik), transmisi satelit dan IP Network.
•
Service Node. Service Node adalah jasa Switching dan interkoneksi baik voice maupun data, melibatkan elemen network sentra lokal, trunk dan internasional (TDM dan Softsitch) dan juga sentral Intelligent Network serta IP service Node. Sarana
pendukung
yang
dipergunakan
Divisi
InfraTEL
dalam
menyelenggarakan jasa Bandwith dan Service Node tersebut terdiri dari Mechanical-Electrical / ME (Catu daya, Genset, Battere dll), sarana penunjang (ruangan, perangkat, menara antenna dll), Network Management System (NMS), jaringan sinkronisasi nasional dan jaringan IT. 1.3
Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Perusahaan Melalui KD 08/PS 150/CTG-10/2006 tertanggal 16 Januari 2006 disebutkan
tentang perumusan organisasi Divisi Long Distance
(InfraTEL). Keputusan
Direksi tersebut menerangkan kedudukan Divisi Long Distance (InfraTEL) unit organisasi di bawah Direktorat
Network & Solution yang bertanggungjawab
8
sebagai pengelola seluruh infrastruktur (semua jaringan, elemen jaringan dan sarana pendukung terkait di luar jaringan akses) perusahaan yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan jasa/layanan telekomunikasi 1.3.1 Visi Divisi InfraTEL Selaras
dengan
Visi
dan
Misi
Telkom
sebagai
penyelenggara
telekomunikasi terbesar di Indonesia, maka visi Divisi InfraTEL adalah: ”To become the leading Infocom Infrastructure provider in the Region” Visi di atas mencerminkan tujuan Divisi InfraTEL untuk menjadi penyelenggara jasa infrastruktur jaringan backbone dengan cakupan nasional dan regional (Asia Pasific) yang terkemuka. Melalui Visi ini, Divisi InfraTEL akan berusaha untuk menjadi sebuah Unit Bisnis Produk Owner Infrastructure yang akan merealisasikan visi Telkom di kawasan regional Asia Pasifik dengan performansi unggul setara atau bahkan lebih baik dibandingkan operator-operator besar dalam kawasan regional yang sama. Performansi unggul yang dimaksud adalah pencapaian sebagai leader dalam pengelolaan infrastruktur dalam bisnis Bandwith dan Service Node. 1.3.2 Misi Divisi InfraTEL Pertimbangkan
kondisi
lingkungan
bisnis
eksternal
dan
internal
berpengaruh terhadap misi Divisi InfraTEL, Misi tersebut adalah: •
‘To provide the best infocom infrastructure solutions thru competitive advantages’. Misi Divisi InfraTEL adalah menyediakan solusi infrastruktur infokom dengan kualitas yang baik dan harga yang kompetitif serta mempunyai performansi yang setara dengan perusahaan benchmark.
•
“Managing infocom infrastructure thru best practices, optimizing superior human resource, and synergizing partners. Misi Divisi InfraTEL adalah mengelola infrastruktur infokom melalui upaya yang difokuskan pada pencapaian Service Level Guarantee (SLG), Quality of Service (QoS), Network Realibility, kehandalan SDM dan integrasi yang baik dengan partner.
Melalui kedua misi diatas Divisi InfraTEL menegaskan tentang:
9
•
Penyediakan solusi infrastruktur infokom yang lebih baik dibanding kompetitor utama.
•
Penyediakan solusi infrastruktur infokom terintegrasi yang mempunyai keunggulan kompetitif dalam biaya, kualitas pelayanan dan kecepatan layanan.
•
Penyediakan infrastruktur infokom terintegrasi dalam cakupan yang lebih luas secara nasional dan internasional.
•
Pengelolaan serta penyediaan infrastruktur infokom melalui praktek bisnis yang baik, kehandalan SDM dan integrasi yang baik dengan partner. Agar tercapai visi dan misi maka dianut Budaya Korporasi Telkom yang
disebut “The Telkom Way 135”(TTW135) mencakup: •
1 (satu) asumsi dasar yang disebut Committed 2U
•
3 (tiga) nilai inti, mencakup: customer Value, Excellent Service dan Competent People.
•
5 (lima) langkah perilaku unutk memenangkan persaingan, yang terdiri dari: Stretch the Goals, Simplify, Involve Everyone, Quality is My Job dan Reward the Winner
1.3.3 Strategi Divisi InfraTEL Dengan mempertimbangkan Visi dan Misi di atas Divisi InfraTEL Menerapkan Strategic Objectives Divisi Long Distance (InfraTEL) 2006-2010 sebagai berikut: “Network and Services Excellence” 1.3.4 Tujuan Divisi InfraTEL Sebagai usaha untuk memperdalam misinya, Divisi InfraTel menerapkan tujuan utama yang akan dicapai pada tahun 2010. Pencapaian tujuan yang dimaksud adalah menjadi yang terbaik pada bisnis telekomunikasi.
Pencapaian
tujuan ini mengacu kepada aspek-aspek sebagai berikut: •
Cost Efficiency.
•
Quality of Service
•
Customer Satisfaction
10
Pencapaian tujuan ini akan diselaraskan dengan melakukan benchmarking terhdap perusahaan lain yang bergerak pada sektor yang sama. Poin-poin utam dalam proses benchmarking akan mengacu kepada data historis, faktor ekonomi makro dan mikro, faktor eksterna dan internal, iklim kondisi industri telekomunikasi serta tingkat kompetisi bisnis. 1.4
Struktur Organisasi Struktur Organisasi PT Telkom dijelaskan pada Gambar 1.2. Dalam
struktur Organisasi PT Telkom, Divisi Long Distance (InfraTEL) berada di bawah ruang lingkup Direktorat Bisnis Jasa. Dengan demikian Divisi Long Distance sepenuhnya bertanggung jawab pada Direktur Bisnis Jasa.
Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia
Sebagai Unit bisnis dari perusahaan yang sudah go public, divisi InfraTEL diharuskan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam kegiatan pengelolaan bisnisnya. Hal ini diperkuat dengan keputusan Direksi
11
Nomor KD.31/PR180/CTG-00/2004, tertanggal 24 Juni 2004. Masing-masing unit juga diwajibkan mengikuti Sarbanes Oxley Act Section 302/404 sebagai salah satu persyaratan perusahaan yang sudah listing di New York Stock Exchange, dengan melakukan control internal menggunakan Kerangka Kerja COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission). Sebelumnya Telkom Long Distance telah dua kali mengalami perubahan struktur organisasi pada bulan Mei 2003 dan Juni 2004.
Gambar 1.3 Struktur Organisasi Divisi InfraTEL
Struktur Organisasi InfraTEL terdiri atas 3 bidang utama, yang dipimpin senior manager yang bertanggung jawab kepada Deputi EGM. Lima OSM yang dipimpin oleh Operation Senior Manager serta tiga General Manager bertanggung jawab kepada Deputi EGM Divisi InfraTEL, sedangkan Deputi GM Sub Divisi Telin dan Deputi GM Network Regional yang bertanggung jawab pada GM Sub Divisi Tellin Dan GM Network. Struktur organisasi InfraTEL digambarkan pada Gambar 1.3, menjelaskan tanggung jawab EGM Divisi InfraTEL dalam penyelenggaraan bisnis strategi Divisi
12
InfraTEL domestik dan internasional. Deputi EGM Divisi InfraTEL bertanggung jawab menyelenggarakan seluruh kegiatan operasional Divisi InfraTEL. 1.5
Sumber Daya
1.5.1 Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia Divisi InfraTEL sebanyak 1606 karyawan, dikelompokkan berdasarkan pendidikan dan umur, yang dijelaskan pada Tabel 1.1. sedangaka pengalokasian sumber daya manusia disalurkan ke seluruh unit pada divisi Long Distance (existing InfraTEL) dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.1 Komposisi Sumber Daya Manusia berdasarkan Pendidikan dan Umur Usia Pendidikan
0-25
26-30
31-35
36-40
41-45
46-50
51-55
Jumlah
Sampai SMU
68
0
13
55
229
86
50
501
D1
0
5
4
43
105
5
1
163
D2
0
0
0
33
92
114
59
298
D3
0
3
12
56
105
37
16
229
S1
1
15
131
81
75
43
22
368
S2
0
2
4
20
16
4
1
47
TOTAL
69
25
164
288
622
289
149
1606
Tabel 1.2 Distribusi Sumber Daya Manusia Band I
II
III
IV
V
VI
Kantor DLD
3
5
0
0
0
0
0
8
Bid. Pranjanis
0
1
8
9
9
1
2
30
Bid. SDM & Log
0
1
13
11
10
7
6
48
Bid. Keuangan
0
1
4
9
9
7
3
33
Bid. Sinpernet
0
1
3
11
12
4
1
32
SubDiv. Terestrial
0
1
19
14
19
14
1
68
SubDiv Satelit
0
1
13
14
34
34
17
113
SubDiv Trunk IN
0
2
14
11
19
16
1
63
SebDiv Telin
0
2
6
16
19
4
1
48
Pro T2TIS
0
2
6
3
5
1
3
20
Loker
VII Jumlah
13
RO
0
0
45
154 265 339 340
1143
TOTAL
3
17
252 252 401 427 375
1606
Perlakuan dan fasilitas yang diberikan kepada karyawan berbeda atas dasar tingkatan posisi pegawai yang bersangkutan. Komposisi berdasarkan umur dan tingkat pendidikan merupakan dasar pengalokasian pegawai ke setiap unit sesuai dengan kompetensi di bidang masing-masing. Tugas administrasi yang dirasakan tidak terlalu esensial diserahkan kepada pihak ke tiga dalam ikatan kontrak berjangka waktu tertentu. Fasilitas yang disediakan bagi pegawai kontrak bersifat umum, termasuk didalmnya adalah fasilitas kesehatan, perjalanan dinas serta overtime. Serikat Karyawan (SEKAR) didirikan pada tanggal 1 Maret 2000, merupakan suatu organisasi yang berfungsi sebagai mitra oleh manajemen didalam advokasi pegawai. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara SEKAR dan Telkom diantaranya telah ditandatangani pada tahun 2002. Divisi InfraTEL telah menetapkan rumusan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), asuransi kerja dan kesehatan, serta memfasilitasi aktivitas Iman, Budaya dan Olah Raga (IBO) bagi seluruh karyawan Pengelolaan SDM Telkom berdasarkan pada Competence Based Human Resources Management (CBHRM) serta penerapan budaya Telkom (The Telkom Way 135). Sistem pengelolaan SDM berbasis (CBHRM), kompetensi merupakan hal yang penting menyangkut penilaian kinerja/performansi dan pengembangan jenjang karir. Karyawan dengan tingkat kompetensi yang tinggi akan mempunyai kesempatan besar dalam pengembangan jenjang karir. 1.5.2 Infrastruktur Untuk mendukung kinerja perusahaan di tengah tingkat persaingan yang semakin ketat, penyediaan infrastuktur yang handal dengan kualitas tinggi merupakan kunci utama dalam memenangkan kompetisi. Divisi InfraTEL selaku unit yang bertanggung jawab dalam penyediaan dan pengelolaan infrastruktur telah melakukan langkah-langkaf optimal untuk menyediakan infrastruktur dengan kualitas, harga dan ketepatan waktu sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pelanggan.
14
Komitmen Divisi InfraTEL dalam membantu meningkatkan revenue Perusahaan diaplikasikan dalam penyedian sistem transmisi yang beraneka ragam, mula dari Sistem transmisi Radio Gelombang Mikro Digital (GMD), Fiber Optik yang telah digelar baik didarat maupun dilaut (SKSO dan SKKL), satelit Telkom-2 yang baru diluncurkan , serta penyediaan switching TDM berbagai merk (EWSD, NEAX dan 5ESS) dan switching dengan teknologi IP atau Soft Switch yang didukung dengan sistem signaling CCS#7. Sedangkan beberapa kegiatan yang mengandung risiko loss revenue seperti belum optimalnya tingkat performansi serta tingkat kepuasan pelanggan akan terus diperbaiki. Network Telkom yang terdiri dari beberapa Network Elemen yang masingmasing elemen menggunakan bermacam-macam teknologi dan setiap teknologi tersebut berfungsi untuk suatu layanan tertentu. Kondisi ini mengakibatkan kerumitan dan kesulitan pengintegrasian teknologi, ditambah faktor pemberian layanan yang beraneka ragam (multiservice) serta adanya ketidakselarasan antara business life cycle dengan technology life cycle.
Tabel 1.3. Infrastruktur Divisi InfraTEL Bidang Bisnis
Alpro
Rincian
Terrestrial
Nasional • SKKL-SDH (1.670 E1) • FO-SDH/PDH (13.330 E1) • GMD-SDH/PDH (4398E1)
Satelit
Telkom-1 (36 Xpdr) dan Telkom-2 (24Xpdr)
IP Network
Menggunakan transport terrestrial dan satelit
SGI
SGI Combine 252E1 di lokasi Batam, Jakarta dan Surabaya
Sentral Trunk
• TDM (29 lokasi) kapasitas 17.492E1 • Softswitch (5 lokasi) kapasitas 1200E1 dan 51 STM1 • JSN (pair-mated JKT-SB)
Internasional • SKKL TIS 30GB • DMCS 20GB • GMD BatamSingapura 2 STM1 • GMD Batam-Johor 2 STM 1
Bandwith
Service Node
15
Sentral Lokal
UNR-I (525 lokasi), UNR-II (182), UNR-III (118), UNR-IV (179), UNR-V (319), UNR VI (106 lokasi)
IN
• SSP (6 lokasi, 2 diantaranya CombinedTrunkSSP) • STP ( 6 lokasi) • SCP (pair-mated JKT-SB)
IP Service Node
Gateway (9 lokasi), Router P (19), Router PE (133), TDM Mainsteet (96), Data Center (4 lokasi)
1.5.3 Finansial Telkom mengelompokkan jenis pendapatan usaha pada kategorisasi pendapatan sebagai berikut:: a.
Telepon
b.
Sambungan Telepon Tetap
c.
Selular
d.
Kerjasama Operasi (KSO)
e.
Interkoneksi
f.
Data dan Internet
g.
Jaringan
h.
Perjanjian Bagi Hasil
i.
Jasa Telekomunikasi lainnya Tabel 1.4 Laporan Keuangan PT Telkom bidang Pendapatan Usaha
16
1.6
Tantangan Bisnis Sejak
diberlakukannya
sistem
duopoli,
Telkom
mulai
mengalami
opportunity lost, karena hak eksklusif monopoli yang semula diberikan hingga tahun 2010 untuk fixed line dan 2005 untuk jasa SLJJ diperpendek menjadi tahun 2002 dan 2003. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sejumlah regulasi di bidang telekomunikasi pada tahun 2005, yang isinya melakukan regulasi pengelolaan frekuensi 3G, kewajiban regristrasi bagi pelanggan kartu pra-bayar, penerapan SKTT (Sistem Kliring Trafik Telekomunikasi), peraturan interkoneksi berbasis biaya, penerapan kode akses SLJJ, dan alokasi frekuensi baru untuk layanan telepon tetap nirkabel. Seiring dengan munculnya regulasi baru industri telekomunikasi Indonesia juga ditandai dengan meningkatnya persaingan dalam beberapa tahun terakhir. Berdirinya operator regional serta pemodal asing yang mengakuisisi saham operator lokal di pasar seluler, menunjukkan bahwa industri telekomunikasi Indonesia merupakan lahan yang masih akan terus tumbuh. Persaingan industri telekomunikasi telah meningkat tajam tidak diimbangi dengan
pertumbuhan
infrastruktur backbone sehingga muncul titik jenuh yang mengakibatkan operator berlomba-lomba untuk mendapatkan jatah kue pasar yang tersisa. Oleh karena itu peran regulator sangat penting untuk membuat regulasi yang dapat dijadikan acuan bagi para pelaku di industri telekomunikasi, sekaligus menjamin persaingan yang sehat serta perlindungan yang memadai bagi investasi di sektor telekomunikasi. Mengingat kondisi pasar saat ini, Telkom menghadapi tantangan yang berat dimana tugas pokoknya sebagai BUMN adalah memberi layanan terhadap rakyat tetapi di sisi lain jarus berusaha bertahan di tengah persaingan yang ketat. Tantangan-tantangan ini harus di jawab dengan tepat agar misi BUMN sebagai pelayan masyarakat dan misi bisnis untuk tetap bertahan mendapat keuntungan dapat berjalan. 1.6.1 Lingkungan Kompetitif Untuk mencapai tujuan utama Telkom yaitu sebagai pemimpin di kawasan regional dalam bisnis Infocom, Divisi InfraTEL telah membuat rumusan strategi yang memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: •
Performansi produk yang prima
17
•
Ketersediaan Alat Produksi yang optimal dan efisien
•
Performansi layanan yang berkualitas
•
Sistem Manajemen Mutu di setiap proses bisnis
•
SDM Profesional yang mempunyai kompetensi dan bermotivasi tinggi.
Perubahan-perubahan penting pada Divisi InfraTEL yang berimplikasi pada peta persaingan nasional adalah sebagai berikut: •
Isu perubahan kode akses SLJJ ”0” menjadi kode akses tiga digit
•
Kanibalisasi layanan produk TIC007 dan TelkomGlobal017
•
Pemberian diskon panggilan internasional oleh provider selular.
•
Pelanggan menginginkan service excellence
•
Kompetitor membangun link transmisi di daerah potensial
•
Price War untuk produk transmisi terestrial dan transponder.
1.6.2
Regulasi Penerapan regulasi oleh Divisi InfraTEL dilakukan secara regulasi internal
dan
regulasi
eksternal.
Regulasi
Nasional
yang
mempengaruhi
bisnis
telekomunikasi Indonesia antara lain: •
UU No.36 Tahun 1999 tentang perubahan dari monopoli ke kompetisi,
•
UU No.5 menyangkut monopoli,
•
UU No.8 perihal Perlindungan konsumen,
•
UU No.22 menyangkut Otonomi Daerah, No.5 tentang perimbangan Pusat dan daerah
•
KM 20 dan 21 tentang Pembedaan penyedia jaringan dan jasa. Pengaruh Undang-Undang Perlindungan Konsumen berdampak sangat
serius bagi perkembangan bisnis telekomunikasi, sehingga perlu adanya perumusan regulasi internal yang spesifik dan antisipatif melalui legal audit atas segala peraturan, keputusan dan perjanjian yang telah ada agar tetap konsisten dan sejalan dengan peraturan yang berlaku. Agar tercipta sistem pelayanan terpadu yang berkualitas kepada pelanggan.
18
Tabel 1.5. Penerapan Regulasi Oleh Divisi Long Distance Aspek
Peraturan yang berlaku
Eksternal
Organisasi Bisnis
• UU.36/1999: Telekomunikasi • UU.5/1999: Larangan Praktek Monopoli dan persaingan Usaha tidak sehat • UU.8/1999: Perlindungan Konsumen
Lingkungan
• UU.23/1997 : Manajemen Lingkungan
Operasi IDD
Indonesia Telecomunication Blue Print, DEPHUB 1999 ITU Regulations
Lisensi
Berita Negara R.I No.5 tanggal 17 Januari 1992
Finansial
• UU.16/2000 (Pajak)
Frequency
• DGPT License Aspek
Peraturan yang berlaku
Internal
Kesehatan dan keamanan tenaga kerja
• KD.38/2000 : Fasilitas Kesehatan • KD.4/1996 : Alat Kerja • KD.36/2000 : regulasi perusahaan ”Perjanjian Kerja Bersama” antara Telkom dan SEKAR Telkom
Organisasi
• KD.69/2003 : Pembentukan organisasi Long Distance • KD.30/2004 : Daftar Posisi dan Formasi Organisasi • KV33/2003 : Posisi SDM dan Formasi di RO Divis Long Distance • KD.39/PS150/CTG‐10/2004 : Penyelarasan Organisasi Divisi Long Distance.
19