BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI
Rumusan akhir dalam studi karakteristik tundaan disajikan dalam dua bagian yang saling terkait dan melengkapi sebagai jawaban terhadap pertanyaan penelitian dalam rangka pencapaian maksud dan tujuan studi. Rumusan akhir tersebut adalah sebagai berikut : •
Kesimpulan, yaitu bagian yang menjelaskan beberapa bagian yang berkaitan dengan studi tundaan dan mencakup penjelasan tentang hasil identifikasi arus lalu-lintas, tingkat pelayanan jalan, dan tundaan empiris.
•
Arahan, yaitu bagian yang memberi masukan yang bersifat melengkapi dan menyempurnakan kesimpulan studi tundaan dengan solusi dan alternatif pemecahan masalah.
5.1 Kesimpulan Studi Berdasarkan analisis dan kajian studi tundaan karena kepadatan arus lalulintas pada wilayah studi, maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik berupa kinerja ruas jalan dengan pengelompokkan sebagai berikut : •
Waktu tunda kepadatan lalu-lintas pada jalan perkotaan merupakan informasi yang menginterpretasikan penurunan tingkat pelayanan jalan, dimana aspek arus lalu-lintas, tingkat pelayanan jalan, kajian antarjenis moda angkutan, dan perilaku pemakai jalan (berkendaraan dan pejalan kaki) sangat penting dalam mempertegas fenomena lalu-lintas dan penyebabnya sebelum diprioritaskan solusi.
•
Tundaan yang terjadi berupa waktu tunda keseluruhan kepadatan lalu-lintas di sepanjang ruas Jalan Sukajadi (berdasarkan perhitungan dengan variabel jarak antara dan kecepatan gerak rata-rata) pada hari kerja berkisar antara 56,93 – 56,95 detik pada hari libur berkisar antara 56,96-56,97 detik. Kedua waktu tunda ini tergolong realtif sama atau tidak berbeda secara signifikan. Dari perhitungan waktu tunda tersebut dapat juga berarti bahwa telah terjadi waktu
94
tunda yang melampaui batas standar bagi jalan perkotaan yaitu sebesar 12-33 detik dan berpotensi sebagai penyebab terjadi kemacetan. •
Kecepatan rata-rata kendaraan dan kecepatan pergerakan nyata berkisar ratarata antara 11,1 – 22 km/jam pada hari kerja dan hari libur. Artinya telah terjadi penurunan dari standar kecepatan rencana untuk Jalan Kolektor sebesar 50-60 km/jam, sehingga jarak yang ditempuh relatif kecil per jam dan akan berpengaruh pada tundaan serta tingkat pelayanan jalan.
•
Berikut ini adalah kesimpulan hasil perhitungan rata-rata waktu tunda dan persentase waktu tunda yang diakibatkan oleh masing-masing faktor penyebab tundaan selama pengamatan TABEL V.1 Rata-rata Waktu Tunda dan Persentase Waktu Tunda Tiap Penyebab Tundaan Rata-rata No
Penyebab Tundaan
Waktu Tunda (detik)
1
Lampu lalu-lintas
2
Kendaraan yang keluar masuk jalan
Persentase Waktu Tunda
78
41,6 %
6
3,15%
sekitar
12
6,3%
4
Arus kendaraan yang padat
47
24,7 %
5
Pasar, toko, dan PKL
7
3,68%
6
Kendaraan yang parkir di badan jalan
10
5,26 %
7
Kendaraan yang bergerak lamban
5
2,63 %
8
Angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang
10
5,26 %
9
Penyeberang jalan
7
3,68 %
10
Faktor
8
4,21 %
lingkungan sekitar 3
Kendaraan yang keluar masuk guna lahan
lainnya
kendaraan
kendaraan yang berbalik arah Sumber : Hasil Perhitungan, 2008
mogok,
95
•
Berdasarkan tabel V.1 di atas yang diiperoleh dari hasil pengamatan dan perhitungan secara empiris di lapangan, maka berdasarkan jenis penyebab tundaan dapat disimpulkan bahwa lampu lalu-lintas sebagai jenis tundaan tetap menyebabkan waktu tunda tertinggi yaitu rata-rata sebesar 76 detik yang terfokus pada perempatan Jalan Sukajadi dengan Jalan Sirnagalih dan Jalan Bunga Tanjung. Sedangkan arus kendaraan yang padat sebagai jenis tundaan operasional “menyumbangkan” waktu tunda tertinggi yaitu dapat mencapai rata-rata sebesar 57 detik dimana umumnya terjadi pada sore hari.
•
Dari tabel di atas juga dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan total ratarata waktu tunda akibat sepuluh faktor penyebab tundaan tersebut, lampu lalulintas menduduki peringkat teratas sebagai penyebab tundaan terbesar dengan persentase waktu tunda sebesar 41,6 % yang disusul kemudian oleh faktor arus kendaraan yang padat sebesar 24,7 %. Sedangkan peringkat persentase waktu tunda terkecil diakibatkan oleh kendaraan yang bergerak lamban (5 %) dan juga termasuk oleh faktor lainnya seperti kendaraan yang mogok atau kendaraan yang berbalik arah (8%) karena lebih bersifat insidental.
•
Faktor keberadaan guna lahan komersial seperti mall, pertokoan, hotel, restoran yang mendominasi mulai dari persimpangan Jalan Sukawangi hingga persimpangan
dengan
Jalan
Eyckman
mengakibatkan
dampak
yang
berkelanjutan yaitu dengan munculnya penyebab tundaan lain seperti arus kendaraan yang keluar masuk guna lahan tersebut, aktivitas parkir badan jalan, arus kendaraan dari jalan lingkungan sekitar hingga menimbulkan arus moda pada ruas jalan tersebut semakin padat. •
Hasil kajian dalam tingkat toleransi standar tersebut perlu untuk mempertimbangkan tingkat optimalisasi pemanfaatan fasilitas lingkungan jalan seperti halte dan shelter; sistem rambu-rambu lalu-lintas; jalur pejalan kaki; kontrol kapasitas jalan; dan kecepatan rencana.
•
Keadaan dan kondisi di atas terjadi akibat kecepatan rata-rata dan waktu tunda per ruas pengamatan yang bervariasi dan berpengaruh pada kecepatan perjalanan yang relatif rendah serta waktu antara kendaraan yang menurun terhadap potensi dan kondisi rencana.
96
•
Perhitungan dengan standar Indonesian High Capacity Manual 1997 dengan hasil empiris mengidentifikasi bahwa telah terjadi fenomena tundaan dengan indikasi penurunan kecepatan rata-rata dan nyata pada keadaan waktu antara kendaraan yang menurun akibat kepadatan lalu-lintas.
•
Faktor utama yang teridentifikasi dan dianggap berpengaruh terhadap karakteristik tundaan diantaranya yang dominan adalah arus kendaraan yang padat dimana dipengaruhi oleh kendaraan yang keluar masuk guna lahan maupun jalan lingkungan sekitar, kendaraan yang parkir maupun akitivitas perdagangan yang aktif di badan jalan serta perilaku dari para pengguna kendaraan pribadi maupun angkutan umum yang dengan sembarangan memberhentikan kendaraan atau menaikkan/menurunkan penumpang di sembarang tempat yang tentunya berpotensi menimbulkan tundaan, selain juga akibat perilaku pejalan kaki yang menyeberang di sembarang tempat.
•
Waktu tunda yang diakibatkan oleh masing-masing penyebab tundaan pada kondisi nyatanya saling berakumulasi menyebabkan waktu tundaan secara keseluruhan di ruas Jalan Sukajadi tersebut. Jadi tidak dapat diartikan bahwa waktu tundaan tersebut hanya dapat dilihat dan diukur dari satu penyebab tundaan dan waktu tunda yang ditimbulkan.
•
Adapun identifikasi beberapa faktor penyebab karakteristik tundaan pada wilayah studi diamati pada keadaan jam puncak lalu-lintas selama tujuh hari pengamatan.
5.2 Arahan Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan studi tundaan pada wilayah studi, maka dirumuskan beberapa arahan untuk melengkapi dan memberikan alternatif pemecahannya sebagai berikut : •
Dengan banyaknya aktivitas daerah komersial seperti mall, restoran dan pertokoan di ruas Jalan Sukajadi ini, sehingga para pengelola dan pengembang beserta pemerintah daerah harus dapat memberikan alternatif untuk keberadaan lahan parkir off street yang mencukupi dengan arus kendaraan
97
yang datang. Salah satunya dapat menggunakan beberapa lahan kosong yang tidak terfungsikan di beberapa ruas jalan Sukajadi ini seperti lahan di seberang depan Minimarket Circle K dan juga lahan di sebelah SDN 3 Sukajadi. •
Relokasi keberadaan pasar dan pedagang kaki lima yang berada hingga simpang tiga lampu lalu-lintas Jalan Sukajadi agar tidak menyesaki badan maupun trotoar jalan sehingga para pejalan kaki dapat berjalan pada posisi daerah trotoar yang tepat tanpa harus berjalan hingga sampai menggunakan badan jalan.
•
Timbulnya aktivitas penyeberang jalan di lokasi-lokasi yang padat kendaraan (sebagai dampak dari aktivitas perdagangan dan jasa) telah menyebabkan waktu tundaan yang cukup berpengaruh sebesar 8 hingga 10 detik. Sehingga pembangunan jembatan penyeberang jalan pada lokasi sekitar Paris Van Java maupun mendekati ke arah selatan (daerah pertokoan) dapat menjadi perhatian khusus dari aparat terkait.
•
Kecepatan rata-rata dan pergerakan nyata yang rendah akan berpengaruh pada penurunan waktu antara kendaraan, sehingga diperlukan peningkatan kapasitas optimal jaringan jalan dengan pengaturan keseimbangan antar jalan (lingkungan) sehingga tetap pada batas kecepatan standar (85% kecepatan normal/pergerakan bebas)
•
Guna menanggulangi terjadinya tundaan akibat arus lalu-lintas yang mendekati kapasitas, maka dapat dikelola dengan tindakan atau pemberlakuan sistem aliran per waktu padat lalu-lintas (siang dan sore hari) pada setiap lajur dari arah berlawanan kedua jalur.
•
Diperlukan adanya tindakan yang konkret dari aparat Pemerintah Daerah dan Dishub serta aparat lainnya untuk menyusun peraturan dalam proses pengaturan rute atau trayek angkutan kota agar tidak terakumulasi (berkumpul) pada titik-titik dimana angkutan umum dapat menaikkan dan menurunkan penumpang di wilayah studi (pola tersebar) sebagai perimbangan penerapan Kawasan Tertib Lalu-lintas yang telah diberlakukan. Salah satunya dengan proses pembangunan halte tambahan pada titik-titik yang memiliki
98
arus kepadatann penumpang yang tinggi seperti di titik setelah perempatan Jalan Sukajadi. •
Manajemen lalu-lintas dalam mengatasi fenomena tundaan diharap dapat diprioritaskan pelaksanaannya pada waktu-waktu puncak (peak hour), terutama pada arah lalu-lintas dari selatan ke utara kota, karena merupakan lokasi yang rawan tundaan akibat kepadatandan faktor-faktor lainnya. Adapun penanganan penyebab tundaan itu sendiri harus dilihat sebagai suatu pendekatan penanganan dengan sudut pandang dengan secara menyeluruh melihat terhadap seluruh faktor penyebab tundaan yang telah dijabarkan pada bagian analisis.
•
Adanya rekomendasi kepada aparat yang terkait seperti di dalamnya termasuk Pemerintah Daerah atau Dinas Perhubungan sebagai aktor penyusun Peraturan Pemerintah maupun Undang-undang yang mengatur tentang klasifikasi hierarki/kelas jalan. Dimana dalam kasus ini standar berdasarkan IHCM untuk kecepatan kenderaan untuk jalan kolektor primer sebesar 50-60 km/jam, dan berdasarkan PP no.34 tahun 2006 standar kecepatan jalan kolektor sebesar 40 km/jam. Sedangkan realitas yang ditemukan berdasarkan observasi dan perhitungan, bahwa kecepatan rata-rata kendaraan di ruas Jalan Sukajadi ini hanya berkisar 11-22 km/jam. Sehingga diperlukan adanya arahan rekomendasi untuk mengkaji ulang peraturan untuk standar kecepatan jalan kolektor atau arahan untuk menurunkan hierarki/kelas Jalan Sukajadi.
•
Perilaku berlalu-lintas bagi pengendara dan pejalan kaki merupakan faktor yang berpotensi utama sebagai penyebab tundaan dan kemacetan lalu-lintas. Penerapan kedisplinan berupa proses sosialisasi etika berlalu-lintas akan bermanfaat bagi usaha penurunan waktu tunda kecepatan kendaraan dan peningkatan tingkat pelayanan jalan.
•
Diperlukan adanya proses studi lanjut tentang tundaan lalu-lintas dalam tinjauan perbandingan pada kondisi atau perlakuan yang berbeda, dimana seyogyanya dapat mempertimbangkan aspek satuan kapasitas dasar antar pendekatan yang berbeda; perilaku pengendara; kesan visual lingkungan; serta ukuran kota.