BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini berisi rangkuman hasil temuan studi dan kesimpulan studi, rekomendasi studi, kelemahan studi, dan saran bagi studi lanjutan. Rangkuman hasil temuan studi dan kesimpulan studi diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan, dengan tujuan untuk menjawab tujuan dan rumusan persoalan yang terdapat pada bab satu.
5.1
Temuan dan Kesimpulan Studi Bagian ini akan menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan pada
bagian awal, yaitu mengenai pengalaman penanganan permukiman kumuh di Indonesia secara umum dan di Kota Bandung secara khusus berdasarkan lima aset produktif komunitas.
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan, beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai temuan studi adalah : 1.
Untuk program permukiman kumuh yang dilakukan di Indonesia,
•
KIP sebagai program awal dalam perbaikan kampung memfokuskan kegiatannya terhadap pembangunan aspek fisik lingkungan dan hanya memperhatikan aset fisik.
•
Sementara itu melalui P2BPK yang dilaksanakan di awal tahun 90-an, pemerintah mulai memperkenalkan pendekatan yang berbeda, yang bukan hanya memperhatikan perbaikan fisik lingkungan melainkan juga memperhatikan
aspek
non-fisik.
Pelaksanaan
P2BPK
mulai
memperhatikan tiga aset produktif komunitas, yang meliputi aset fisik, aset modal sosial, dan modal manusia dalam upaya penanganan permukiman kumuh. •
Program KIP dimunculkan kembali pada tahun 1998, dengan konsep yang berbeda dari KIP sebelumnya. KIP yang dilakukan pada tahun 1998
104
disebut dengan KIP Komprehensif yang dilakukan dengan pelibatan dan pemberdayaan masyarakat. •
P2KP yang mulai dilaksanakan tahun 1999 merupakan program pengentasan kemiskinan, yang dilakukan dengan pendekatan Tridaya. Program ini memperhatikan aset-aset produktif komunitas meliputi aset fisik, aset alam, aset modal sosial, aset modal manusia, dan aset ekonomi untuk membangun komunitas masyarakat miskin dan menangani kemiskinan perkotaan.
•
CoBILD dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk mengembangkan perumahan swadaya kepada masyarakat miskin. Program ini dilakukan sebagai program yang berbasis pada potensi prakarsa komunitas masyarakat. Program ini dilaksanakan pada bulan September 2000 sampai dengan Februari 2003.
•
NUSSP sebagai program permukiman kumuh yang berbasis pada masyarakat miskin dilakukan pada tahun 2004. Program ini memberikan perhatian terhadap pembentukan aset fisik, aset alam, aset modal sosial, aset modal manusia, dan aset ekonomi dalam penataan permukiman kumuh.
Gambar 5.1 berikut ini menunjukkan pelaksanan program-program permukiman kumuh di Indonesia tersebut beserta jumlah aset yang mendapat perhatian dan dibentuk di dalam masing-masing program.
105
GAMBAR 5.1 PROGRAM-PROGRAM PERMUKIMAN KUMUH DI INDONESIA DAN ASET-ASET YANG TERDAPAT DIDALAMNYA NUSSP CoBILD
P2KP P2BPK KIP Komprehensif
KIP
1965
’69 1970
1975
1980
Sumber: Hasil Analisis, 2007
Keterangan: = mengandung 1 aset = mengandung 3 aset = mengandung 5 aset
106
1985
’89 1990
1995
’98 ’99 2000
’02 ’03 ’04 2005
2010
Gambar tersebut menunjukkan adanya perhatian masing-masing program di Indonesia terhadap aset-aset produktif komunitas. •
Pada saat P2BPK masih berlangsung sebagai program yang tidak hanya memperhatikan perbaikan fisik, KIP Komprehensif pun dilakukan sebagai ekstensifikasi dari program KIP sebelumnya. Program KIP sebelumnya hanya
memperhatikan
perbaikan
fisik,
tetapi
KIP
komprehensif
memperhatikan pembentukan modal sosial dan ekonomi masyarakat dalam perbaikan permukiman kumuh. •
Selama KIP Komprehensif masih berjalan, dilakukan P2KP sebagai program pengentasan kemiskinan perkotaan. Berbeda dengan P2BPK dan KIP Komprehensif yang hanya memperhatikan tiga (3) aset, P2KP telah memperhatikan lima (5) aset komunitas untuk menanggulangi masalah kemiskinan.
•
Meskipun P2KP masih berlangsung, pemerintah melakukan CoBILD yang merupakan program perumahan yang berbasis pada masyarakat. Berbeda dengan P2KP yang telah memperhatikan lima (5), CoBILD hanya memperhatikan tiga (3) aset.
•
Sama halnya dengan CoBILD, P2BPK dan KIP Kompehensif, pelaksanaan NUSSP juga memperhatikan dan mengandung tiga (3) aset dalam upaya menangani masalah permukiman kumuh.
2.
Untuk program permukiman kumuh di Kota Bandung,
•
Eksperimen UNEP sebagai program perintis di Kota Bandung, menekankan kegiatannya terhadap perbaikan fisik lingkungan. Sedangkan BUDP Tahap I dan BUDP Tahap II yang juga merupakan program perbaikan kampung, mulai memperhatikan pembentukan aset fisik, alam, dan aset modal manusia. PLPKP2 sebagai program peremajaan memfokuskan kegiatannya terhadap pembangunan fisik lingkungan, melalui pembangunan rumah susun. Tetapi, PLPKP2 juga memperhatikan perbaikan aset alam, SDM, modal
107
sosial dan ekonomi untuk mewujudkan permukiman kawasan Industri Dalam yang sehat dan tertata rapi. •
JPS yang diluncurkan sebagai program yang meresponi krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, berupaya memberikan bantuan kepada masyarakat miskin untuk menghadapi krisis yang terjadi. Program ini menekankan perhatiannya terhadap perbaikan aset fisik, modal manusia, modal sosial, dan ekonomi masyarakat miskin, khususnya yang tinggal dipermukiman kumuh.
•
P2KP yang masih dilaksanakan sampai sekarang, merupakan program pemerintah yang juga ditujukan untuk menjawab masalah kemiskinan perkotaan dan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Program ini memandang masalah kemiskinan dan permukiman kumuh sebagai persoalan yang multisektor. Untuk mencapai tujuannya dalam mengatasi kemiskinan termasuk perbaikan permukiman kumuh, program ini memperhatikan perbaikan aset fisik, alam, SDM, modal sosial, dan ekonomi masyarakat.
Gambar
5.2
berikut
menunjukkan
pelaksanaan
program-program
permukiman kumuh di Kota Bandung dan jumlah aset yang diperhatikan dalam masing-masing program.
108
GAMBAR 5.2 PROGRAM-PROGRAM PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA BANDUNG DAN ASET-ASET YANG TERDAPAT DIDALAMNYA P2KP JPS PLPKP2
BUDP UNEP
1975
’78
1980 ’81
1985
’89 1990
’92
1995
’97
’99
2000
’02
2005
Sumber: Hasil Analisis, 2007
Keterangan : = mengandung 1 aset
= mengandung 4 aset
= mengandung 2 aset
= mengandung 5 aset
= mengandung 3 aset
109
Gambar tersebut menunjukkan program-progam permukiman kumuh Kota Bandung telah mengandung perhatian terhadap aset-aset produktif komunitas. •
Eksperimen UNEP sebagai program awal di Kota Bandung hanya mengandung satu (1) aset.
•
Kemudian program-program permukiman kumuh di Kota Bandung terus mengalami perkembangan, tidak hanya memperhatikan perbaikan fisik. Program-program selanjutnya seperti BUDP, PLPKP2, JPS, dan P2KP memperhatikan lebih dari satu (1) aset.
•
Selama JPS berlangsung, di beberapa lokasi dilakukan program P2KP yang juga merupakan program untuk menangani masalah kemiskinan dan permukiman kumuh perkotaan. Tetapi, dalam pelaksanaannya JPS hanya memperhatikan empat (4) aset, sedangkan P2KP memperhatikan kelima aset dalam aset-aset produktif komunitas. Dan P2KP Kota Bandung masih berlangsung sampai sekarang.
Tabel 5.1 berikut menunjukkan perhatian masing-masing program permukiman kumuh di Kota Bandung terhadap pembentukan aset-aset produktif komunitas.
110
Tabel 5.1 Perhatian Program-Program Permukiman Kumuh Kota Bandung Terhadap Pembentukan Aset-Aset Produktif Komunitas Tahun Pelaksanaan Program
Aset Alam
Aset Modal Manusia
√
√
√
KIP - BUDP II
√
√
√
PLPKP2
√
√
1998
Jaring Pengaman Sosial (JPS)
√
1999-2001
P2KP I Tahap I dan II
√
Program
Aset Fisik
Eksperimen UNEP
√
1981
Dewi Sartika (KIP BUDP I)
1986-1989
1978-1980
1990
√
Aset Modal Sosial
Aset Ekonomi
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Sumber : Hasil analisis, tahun 2007
Keterangan: √ : aset yang diperhatikan
Maka kesimpulan yang diperoleh adalah : Program-program permukiman kumuh Kota Bandung telah memberikan dampak terhadap aset-aset produktif komunitas, meskipun pada awalnya tidak secara khusus memperhatikan pembentukan lima aset tersebut. Oleh karena itu penting untuk membuat sebuah catatan yang menunjukkan kompilasi programprogram permukiman kumuh agar mengetahui aset-aset yang diperhatikan dan dampaknya terhadap penanganan permukiman kumuh.
5.2
Rekomendasi Studi Berdasarkan kesimpulan di atas, maka rekomendasi studi dari hasil kajian
ini yaitu : •
Masalah permukiman kumuh merupakan masalah yang multisektor. Oleh karena itu, untuk mewujudkan penanganan permukiman kumuh yang
111
berkelanjutan, sebaiknya perhatian program permukiman kumuh tidak hanya difokuskan pada pembentukan aset fisik tetapi juga perlu memperhatikan kelima aset produktif komunitas. •
Untuk mewujudkan perbaikan permukiman kumuh (slums upgrading), masyarakat yang mandiri, dan pembangunan yang berkelanjutan sebaiknya upaya penanganan masalah permukiman kumuh tidak hanya memperbaiki fisik tetapi juga membangun sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung upaya pembangunan yang berkelanjutan.
•
Perlu adanya catatan secara sistematis dan kompilasi yang menunjukkan fokus perhatian setiap program permukiman kumuh, khususnya yang menyangkut
pembentukan
aset-aset
produktif
komunitas
untuk
mengetahui keberhasilan yang diperoleh oleh setiap program. •
JPS sebagai program pengentasan kemiskinan belum dapat menangani masalah kemiskinan, hal ini dikarenakan kurang pengetahuan masyarakat dalam mengelola dana bantuan JPS. Oleh karena itu, untuk mengentaskan masalah kemiskinan sebaiknya pemerintah tidak hanya memberikan dana bantuan tetapi juga membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam pengelolaan dana bantuan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih sejahtera.
•
Perlu adanya kebijakan pemerintah untuk memasukkan kelima aset produktif komunitas dalam setiap konsep pelaksanaan program slums upgrading.
5.3
Kelemahan Studi Beberapa keterbatasan studi yang ditemukan, yaitu :
•
Studi ini mengggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui perhatian masing-masing program terhadap pembentukan aset-aset produktif komunitas, sehingga tidak dapat memberikan informasi kuantitatif terhadap perhatian masing-masing program dalam pembentukan aset-aset produktif komunitas.
112
•
Kajian dalam studi ini membahas perhatian program permukiman kumuh terhadap pembentukan aset-aset produktif komunitas tanpa melihat karakteristik masalah, kondisi masyarakat, dan lokasi yang dapat mempengaruhi pembentukan aset-aset produktif komunitas.
•
Bahasan dalam studi ini difokuskan pada perhatian program terhadap pembentukan aset-aset produktif komunitas tetapi tidak membahas keberhasilan atau dampak yang dihasilkan program terhadap daerahdaerah yang menjadi tempat pelaksanaan program.
5.4
Saran Studi Lanjutan Beberapa saran untuk studi lanjutan hasil analisis keterbatasan studi
adalah : •
Studi lanjutan dapat menganalisis perhatian program permukiman kumuh terhadap pembentukan aset-aset produktif komunitas yang dilaksanakan di daerah atau lokasi yang berbeda.
•
Studi lanjutan dapat membuat catatan sistematis dan kompilasi mengenai program-program permukiman kumuh yang memperhatikan pembentukan aset-aset produktif komunitas yang dilakukan di lokasi lain.
•
Studi lanjutan dapat menganalisis secara lebih mendalam perhatian satu program terhadap pembentukan lima aset produktif komunitas yang dilakukan di satu lokasi permukiman kumuh tertentu.
•
Studi lanjutan dapat menganalisis dan membandingkan keberhasilan satu program permukiman kumuh yang dilaksanakan di beberapa lokasi berbeda dengan menggunakan lima aset produktif komunitas sebagai indikator keberhasilan.
•
Studi lanjutan menganalisis secara lebih mendalam beberapa program yang dilaksanakan di satu lokasi permukiman kumuh dan menggunakan perhatian masing-masing program terhadap pembentukan aset produktif komunitas sebagai indikator untuk mengetahui dampak masing-masing program terhadap perbaikan yang dihasilkan di lokasi permukiman kumuh tersebut.
113
•
Studi lanjutan dapat membahas ketersediaan lima aset produktif komunitas dalam setiap program permukiman kumuh dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui persentase dampak yang dihasilkan dari masing-masing program.
•
Studi lanjutan dapat membahas kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung ketersediaan lima aset produktif komunitas dalam setiap konsep pelaksanaan program penanganan permukiman kumuh.
•
Studi lanjutan dapat membahas pengaruh ketersediaan lima aset produktif komunitas dalam menangani masalah kemiskinan dan dalam menangani masalah permukiman kumuh perkotaan.
114