BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisi penjelasan mengenai temuan studi yang akan mengantarkan pada kesimpulan studi faktor pertimbangan untuk penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung berdasarkan hasil analisis yang dibahas pada bab sebelumnya. Pada bagian kedua akan dipaparkan kesimpulan studi dan rekomendasi, pada bagian ketiga akan dibahas keterbatasan studi serta studi lanjutan.
5.1
Temuan Studi Temuan studi ini didapatkan dari sasaran-sasaran studi yang telah tercapai.
Adapun temuan studi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelusuran studi literatur terdapat 16 faktor yang dijadikan pertimbangan dalam penataan dan pembangunan menara BTS dalam peraturan zonasi di kota-kota luar negeri dan peraturan-peraturan yang ada di dalam negeri. Ke-16 faktor tersebut adalah: a) Tempat-tempat bersejarah (untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai sejarah); b) Coverage menara (terkait dengan kualitas sinyal yang diberikan); c) Struktur dan konstruksi menara (untuk menghindari robohnya menara); d) Batas ketinggian menara (untuk menghindari banyaknya kerugian karena banyaknya bangunan yang tertimpa oleh menara yang roboh serta untuk penyesuaian dengan bangunan sekitar);
127
128
e) Jarak menara dengan bangunan terdekat (ada jarak tertentu dengan bangunan-bangunan tertentu khususnya fasilitas-fasilitas umum seperti rumah sakit, dan lain-lain); f)
Jalur lalulintas utama (untuk menghindari gangguan terhadap fungsi jalan utama, contohnya jika terdapat menara yang roboh);
g) Daerah rawan bencana (banjir, longsor, gempa); h) Guna lahan saat ini (kawasan permukiman, industri dan bisnis); i)
Jarak antarmenara (disesuaikan dengan jenis menara);
j)
Ruang terbuka hijau (untuk menjaga nilai estetika kota dan menjaga visualisasi);
k) Topografi wilayah (untuk menentukan kekuatan konstruksi dan jenis menara); l)
Kawasan lindung (perlindungan terhadap kawasan tertentu agar tidak terganggu oleh adanya pembangunan menara telekomunikasi);
m) Desain dan jenis menara untuk disesuaikan dengan daerah tertentu (termasuk jumlah menara yang ada saat ini); n) Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP); o) Kawasan Militer (tidak megganggu fungsi pengawasan militer); p) Menara bersama (konsep penggunaan menara bersama untuk mengurangi jumlah menara). 2. Hasil analisis faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung dengan menggunakan teknik Delphi yang diawali dengan eksplorasi pemahaman responden pada tahap I (21 faktor), umpan balik tahap II (10 faktor), dan umpan balik tahap III (9 faktor) dapat dilihat pada Tabel V.1 berikut.
129
TABEL V.1 EKPLORASI FAKTOR PERTIMBANGAN DAN YANG DISEPAKATI SELURUHNYA OLEH RESPONDEN Eksplorasi Tahap I -
-
-
-
-
-
-
Coverage menara (cakupan layanan) Kamuflase menara Kekuatan konstruksi (struktur dan fondasi menara untuk menampung beban antenna) Kawasan Keselamatan Penerbangan (KKOP) Jarak tertentu dengan bangunan berbahaya seperti bangunan listrik bertegangan tinggi) Batas ketinggian menara (untuk menghindari banyaknya bangunan yang rusak serta untuk menjaga estetika) Cagar budaya Menara eksisting (jumlah menara yang ada saat ini) Jarak antar menara. Penggunaan menara bersama Jarak tertentu dengan fasilitas umum (rumah sakit, sekolah, dll) Kawasan Militer
Umpan Balik Tahap II -
-
-
-
-
Coverage menara/kualitas pelayanan operator Kamuflase Kekuatan konstruksi menara Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Jarak tertentu dengan bangunan berbahaya (sutet,dll) Ketinggian menara Cagar budaya (bangunan bersejarah) Menara eksisting (jumlah menara saat ini) Jarak antar menara Menara bersama
Umpan Balik Tahap III - Coverage menara/kualitas pelayanan operator - Kamuflase - Ketinggian menara - Jarak tertentu dengan bangunan khusus yang berbahaya (sutet, dll) - Kawasan Keselamatan Penerbangan (KKOP) - Menara eksisting - Cagar budaya (bangunan bersejarah) - Jarak antar menara - Menara bersama
130
-
Radius tumbang menara (untuk memberikan asuransi penduduk di sekitarnya) - Kepadatan bangunan di sekitar - Radiasi antena - Kebutuhan lahan menara (Pagar pelindung properti menara dan sempadan bangunan menara) - Skyline - Kawasan padat kegiatan - Sistem link antar menara - Ketinggian menara - Kepadatan bangunan Sedangkan faktor pertimbangan yang diperoleh pada eksplorasi tahap I namun tidak disepakati hingga tahap III secara bulat oleh semua responden yaitu: kawasan militer, radius tumbang menara, radiasi menara, kebutuhan lahan menara, skyline, sistem link antar menara, kenyamanan antar operator, Jarak tertentu dengan fasilitas umum (rumah sakit, sekolah,dll), kepadatan bangunan di sekitar, CBD, ketinggian bangunan sekitar. 3. Berdasarkan hasil iterasi II dan III, diketahui bahwa responden cenderung memiliki pendapat yang sama terhadap faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dan penataan dan pembangunan menara BTS. Hal ini terlihat dari jumlah pendapat yang memiliki kesamaan diantara para responden tidak banyak berubah yaitu dari sepuluh faktor menjadi sembilan faktor. Selain itu, alasan yang diberikan oleh responden terhadap jawaban yang diberikan cenderung tidak berubah. 4. Dilakukan perbandingan antara hasil pelaksanaan Delphi dengan studi literatur di berbagai kota di dalam maupun luar negeri serta peraturan perundang-undangan
131
yang ada di Indonesia (Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi) dan Kota Bandung (Peraturan Walikota tentang Menara Telekomunikasi). Berdasarkan perbandingan tersebut dihasilkan kesamaan semua faktor yang menjadi pertimbangan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung antara lain pertimbangan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP), batas ketinggian menara, kamuflase, cagar budaya, coverage menara, menara bersama. jarak tertentu dengan bangunan khusus yang berbahaya, menara eksisting dan jarak antarmenara. Sementara itu, faktor-faktor yang dipertimbangkan di kota-kota luar negeri namun dari hasil studi literatur tidak dipertimbangkan di Kota Bandung adalah struktur dan konstruksi menara, ruang terbuka hijau, topografi wilayah, kawasan hutan lindung, daerah rawan bencana, guna lahan saat ini, kawasan militer, dan jalur lalulintas utama.
5.2
Kesimpulan dan Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat 9 faktor yang harus dipertimbangkan untuk penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung yaitu Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP), batas ketinggian menara, cagar budaya, coverage menara, menara bersama, jarak antarmenara, menara saat ini (eksisting), jarak tertentu dengan bangunan berbahaya, dan kamuflase. Kesembilan faktor tersebut dapat direkomendasikan sebagai bahan penyusunan peraturan zonasi terpadu yang di dalamnya terdapat peraturan mengenai penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. Rekomendasi tersebut dapat dilihat pada Tabel V.2.
132
TABEL V.2 FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG No 1
2
3
4
Faktor yang Harus Rekomendasi Pertimbangkan Tempat-tempat bersejarah (untuk Perlindungan estetika terhadap tapak menjaga dan melestarikan nilai-nilai bersejarah dan bernilai kebudayaan, sejarah) serta monumen-monumen seperti gedung pemerintahan (Gedung Sate), gedung yang dibangun setelah puluhan tahun (Hotel Savoy Homann) dan rumah-rumah yang memiliki nilai arsitektur tinggi Coverage menara (terkait dengan Menghindari terjadinya overlapping kualitas sinyal yang diberikan dan cakupan area, menggunakan standarluas cakupan area) standar tertentu seperti peraturan menteri komunikasi dan informatika, disesuaikan dengan kebutuhan, memaksimalkan coverage area dengan mengatur ketinggian menara. Batas ketinggian menara (untuk Menggunakan interval 22,5 - 75 melindungi properti dari menara meter. Maksimum 22,5 meter untuk yang roboh serta untuk penyesuaian menara di atas gedung, dan dengan bangunan sekitar) maksimum 75 meter untuk menara di atas tanah Jarak menara dengan bangunan Menggunakan interval jarak 3 - 234 tertentu (bangunan berbahaya) meter dari bangunan terdekat, atau 50% dari ketinggian menara,
5
Jarak antarmenara BTS
6
Desain dan jenis menara untuk Tekstur dan desain diserasikan dengan disesuaikan dengan daerah tertentu lingkungan sekitar seperti bentuk pohon, menggunakan warna yang netral (standar tertentu), desain menara yang bisa dipasang di papan iklan, di atas gedung dan lain-lain
Untuk jenis menara monopole berjarak 480 - 750 meter dengan menara lain, jenis lattice dan guyed harus berjarak 1500 meter dengan menara lain.
133
No 7
8
9
Faktor yang Harus Pertimbangkan Menara eksisting
Rekomendasi
Digunakan untuk mengatur penggunaan menara bersama yang bisa digunakan untuk mengakomodasi 2 - 4 atau lebih provider Kawasan Keselamatan Operasional Memenuhi standar sudut bahaya Penerbangan (KKOP) navigasi udara, radius 4800 meter dari kawasan bandara, kedekatan dengan landasan udara Menara bersama (konsep Pemanfaatan menara yang sudah ada penggunaan menara bersama untuk untuk bisa digunakan sebagai menara mengurangi jumlah menara) bersama dan bagi pembangunan menara baru minimal mampu mengakomodasi kebutuhan 3 provider. Konsep ini dapat digunakan di beberapa kelurahan yang memiliki menara BTS terpadat seperti Kelurahan Arjuna, Jamika, Pungkur, Cigereleng, Pasteur, Antapani Tengah, Paledang, Karanganyar, dan Babakan Asih.
2. Sembilan faktor tersebut memiliki fungsi yang berbeda bagi penyusunan peraturan zonasi dengan memperhatikan berbagai aspek, seperti aspek keselamatan dan keamanan, estetika kota, keterjangkauan pelayanan telekomunikasi dan efisiensi. Adapun sebagai bahan masukan bagi penyusunan peraturan zonasi, faktor-faktor tersebut dapat menjadi masukan bagi pengaturan: -
Syarat ketinggian dan area yang memiliki persyaratan tertentu (batas ketinggian menara, jarak tertentu dengan bangunan berbahaya, kamuflase, Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan, dan cagar budaya)
-
Penggunaan menara bersama/efisiensi (coverage menara, jarak antarmenara, menara saat ini).
3. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung lebih memperhatikan aspek keselamatan, efisiensi dan estetika kota dibandingkan dengan kota-kota lain. Hal ini terlihat dari perbedaan
134
faktor yang dijadikan pertimbangan bagi Kota Bandung, seperti KKOP, jarak tertentu dengan bangunan berbahaya, jarak antarmenara, kamuflase, menara yang ada saat ini, dan menara bersama. Oleh karena itu, penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung, hendaknya ditujukan untuk menjamin keselamatan dan menjaga estetika. 4. Aturan yang ada dalam Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun 2007, belum mempertimbangkan semua faktor yang seharusnya ada dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. Oleh karena itu, perlu ada tambahan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung seperti yang ada pada Tabel V.2. 5. Adanya UU N0 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang yang mengharuskan tiap daerah memiliki peraturan zonasi, akan memudahkan setiap daerah untuk melakukan pengendalian pemanfaatan ruang, sehingga semua bentuk pemanfaatan ruang dapat diatur dan dikendalikan dalam peraturan zonasi tersebut, termasuk untuk pembangunan menara BTS. Oleh karena itu, rekomendasi aturan mengenai penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung dapat dimasukan kedalam aturan tambahan seperti estetika, media reklame, view, dan lain-lain yang ada dalam zoning text/ zoning statement.
5.3
Keterbatasan Studi Kesimpulan studi di atas dihasilkan dengan berbagai keterbatasan studi antara
lain: 1. Tidak dilakukan analisis prioritas faktor pertimbangan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung.
135
2. Tidak dilakukan analisis rancangan aturan mengenai penataan dan pembangunan menara BTS sebagai bahan masukan bagi peraturan zonasi di Kota Bandung.
5.4
Studi Lanjutan Berdasarkan keterbatasan studi di atas, maka ada beberapa rekomendasi studi
lanjutan, antara lain: 1. Studi mengenai prioritas faktor pertimbangan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung. 2. Studi mengenai rancangan aturan penataan dan pembangunan menara BTS sebagai bahan masukan bagi peraturan zonasi di Kota Bandung