BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini memuat hasil temuan dan kesimpulan mengenai Karakteristik Pola Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga di Kelurahan Setiamanah, Kota Cimahi sebagai Masukan bagi Upaya Konservasi Air, serta rekomendasi. Selain itu akan dibahas kelemahan-kelemahan dalam studi ini.
5.1 Temuan Studi Setelah dilakukan analisis dalam mengidentifikasi karaktersitik pola konsumsi air bersih rumah tangga di Kelurahan Setiamanah, diperoleh temuan sebagai berikut: •
Rata-rata konsumsi air bersih responden untuk keperluan minum, memasak, MCK, mencuci pakaian, kebersihan rumah, wudhu, menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dan mengisi akuarium adalah 147,74 liter per orang per hari. Distribusi konsumsi air bersih tersebut antara lain: untuk keperluan MCK sebesar 57,53%, wudhu sebesar 14,60%, mencuci pakaian sebesar 11,17%, memasak sebesar 9,01%, menyiram tanaman sebesar
4,33%,
kebersihan rumah sebesar 3,73%, mencuci kendaraan sebesar 2,46%, dan mengisi kolam atau akuarium sebesar 1,75%, dan minum sebesar 1,3%. •
Sistem penyediaan air bersih responden Kelurahan Setiamanah bersumber dari sumber air publik dan pribadi. Sebagian besar responden menggunakan satu sumber air untuk memenuhi kebutuhannya. Persentase responden yang menggunakan satu sumber air adalah 87,72% sedangkan yang menggunakan dua sumber air adalah 12,28%.
•
Rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air pribadi adalah sekitar 688,12 liter per RT sedangkan responden yang menggunakan sumber air publik adalah sekitar 635,38 liter. Berdasarkan analisis uji perbedaan rata-rata independen, perbedaan rata-rata konsumsi air
96
bersih responden yang menggunakan sumber air pribadi dan publik tidak terbukti secara signifikan. Jadi rata-rata konsumsi responden yang menggunakan sumber air publik dan pribadi relatif sama. •
Pola konsumsi air bersih rumah tangga dengan karakteristik sosial ekonomi yang berbeda relatif memiliki rata-rata konsumsi yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan dummy variable tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan tidak mempengaruhi konsumsi air bersih rumah tangga. Dan berdasarkan analisis pearson, jumlah anggota keluarga yang memiliki keterkaitan dengan jumlah anggota keluarga.
•
Rata-rata konsumsi air bersih responden yang menggunakan sumber air publik sama dengan responden yang menggunakan sumber air pribadi dengan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga yang sama.
•
Persentase responden yang tergolong boros dalam mengkonsumsi air bersih lebih besar dari 150 liter per orang per hari adalah sekitar 26,32%, dalam rentang 100-150 liter per orang per hari adalah 49,12%, dan yang kurang dari 100 liter per orang per hari adalah sekitar 24,56%. Jadi perlu dilakukannya penghematan air bersih.
•
Persentase responden yang bersedia melakukan penghematan air adalah 71,05%, responden yang tidak bersedia 18,4%, dan yang tidak menjawab sekitar 10,5%. Cara penghematan yang dapat dilakukan antara lain: mengubah frekuensi mencuci pakaian menjadi 2 atau 3 kali sehari, mengurangi konsumsi air untuk wudhu menjadi 15 liter per orang per hari dan MCK sebesar 50 liter per orang per hari, serta menggunakan air bekas cucian dapur untuk menyiram tanaman
•
Berdasarkan analisis sensitivitas, frekuensi mencuci pakaian 3 hari sekali lebih berpengaruh pada jumlah konsumsi air untuk keperluan mencuci dibandingkan frekuensi 2 hari sekali
97
•
Penghematan dapat mengubah kebutuhan air bersih responden dari 147,74 l/org/hr menjadi antara 98,53-142,49 l/org/hr. Jika perubahan kebutuhan air bersih diasumsikan juga terjadi dengan jumlah yang sama di Kelurahan Setiamanah dan Kota Cimahi maka konservasi air yang dapat dicapai di Kelurahan Setiamanah dan Kota Cimahi adalah antara 0,04-0,37 dan 1-9,39 miliar liter per tahun.
•
Penghematan air pun dapat meningkatkan debit air baku (kapasitas sumber air) sehingga kapasitas terpasang PDAM yang belum dimanfaatkan dapat dimanfaatkan. Selain itu, PDAM dapat menambah pelanggan PDAM golongan B sebesar 3,8%-39% (81-830 pelanggan).
5.2 Kesimpulan Responden yang menggunakan sumber air pribadi mengkonsumsi air bersih lebih tinggi dibandingkan responden yang menggunakan sumber air publik. Aspek sosial ekonomi responden (tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota keluarga) tidak berpengaruh terhadap konsumsi air bersih rumah tangga. Sebagian besar responden menggunakan air bersih dengan jumlah yang tinggi, untuk itu perlu dilakukan penghematan air dengan merubah pola konsumsi air bersih. Perubahan pola konsumsi dapat dilakukan dengan mengubah frekuensi mencuci pakaian, membatasi konsumsi air untuk MCK dan wudhu, dan menggunakan air bekas cucian dapur untuk menyiram tanaman. Dampak perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga dapat mengubah kebutuhan air bersih dan mengkonservasi air bersih dalam jumlah yang cukup besar. Dan konservasi air dapat meningkatkan pelayanan PDAM yaitu meningkatkan kapasitas sumber (debit air) dan memperluas wilayah pelayanan atau meningkatkan jumlah pelanggan PDAM.
98
5.3 Rekomendasi Berdasarkan hasil studi yang dilakukan maka beberapa rekomendasi yang dapat diberikan adalah: •
Saran untuk Pemerintah 9 Pemerintah harus berusaha mendorong rumah tangga yang menggunakan sumber air pribadi agar bersedia menggunakan sumber air publik dengan meningkatkan pelayanan PDAM sesuai keinginan penduduk (lihat sub bab 4.1.2.1), yaitu dengan:
Pemerintah memberikan insentif kepada penduduk yang akan berlangganan PDAM dengan pemberian subsidi atau penetapan sistem angsuran.
Air PDAM mengalir setiap saat atau 24 jam dengan debit air yang cukup.
9 Pemerintah harus mempertimbangkan karakteristik wilayah dalam pembangunan jaringan PDAM, apakah sumber air wilayah tersebut baik atau tidak. Jika potensi sumber air wilayah tersebut sudah baik dari segi kualitas dan kuantitas maka penduduk akan bersedia menggubah sumber air pribadinya menjadi sumber air publik. 9 Pemerintah pun harus menetapkan sistem disinsentif dalam bentuk tarif yang progresif dan rasional untuk melindungi sumber daya air bersih sehingga penduduk dapat menggunakan air bersih dengan bijaksana dan tidak boros. Progresif berarti semakin besar jumlah air yang digunakan maka semakin besar tarif yang harus dibayar dan rasional berarti tarif yang diterapkan layak, sesuai dengan kemampuan penduduk. Dan penduduk yang akan membuat sumur pribadi harus melapor dan mendapat izin dari pemerintah, jika tidak dikenakan sanksi berupa denda. Pemerintah pun harus memperhatikan kepadatan pengguna sumur pribadi dan membatasi penggunaan sumur pribadi.
99
•
Saran untuk Penduduk Penduduk diharapkan melakukan perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga sebagai upaya penghematan air dengan mengurangi frekuensi mencuci pakaian bagi penduduk yang mencuci tiap hari 3 hari sekali, membatasi konsumsi air bersih untuk keperluan MCK menjadi 50 liter per orang per hari, membatasi konsumsi air bersih untuk wudhu menjadi 15 liter per orang per hari, dan menggunakan air bekas cucian dapur (ikan, sayur, buah, dll) untuk menyiram tanaman. Cara ini merupakan tindakan kecil dalam upaya penghematan yang dapat memberikan dampak besar dalam konservasi air dan mengurangi kebutuhan air bersih perkotaan. Selain itu cara penghematan ini pun cukup mudah dilakukan dan cukup mempengaruhi kebutuhan konsumsi air bersih perkotaan. Namun perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga akan cukup sulit untuk dipantau dan harus dilakukan berdasarkan kesadaran penduduk. Selain itu, pemerintah (pusat-daerah), sektor swasta, LSM, organisasi profesi,
dan penduduk dapat melakukan kolaborasi dan kerjasama dalam berbagai program untuk mengkonservasi air diantaranya: 1. Advokasi melalui media masa; misalnya kolom khusus mengenai air di media cetak, slot program khusus di media elektronik, iklan layanan masyarakat, pemasangan spanduk dan poster, penyebaran pamflet, stiker, dan sebagainya. 2. Kampanye Hemat Air; di kalangan dunia pendidikan (SD, SMP, dan SMU) teritegrasi dengan mata pelajaran terkait. Di kalangan remaja (karang taruna, kelompok pecinta alam), melalui aksi nyata penyelamatan air. Kepada masyarakat umum (melalui ceramah keagamaan, dan forum-forum lain yang relevan). Gerakan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat tentang hemat air hendaknya dilakukan secara berkesinambungan.
100
5.4 Kelemahan Studi Sulitnya mendapatkan jumlah konsumsi air bersih per keperluan yang tepat, mengakibatkan studi ini memiliki kelemahan-kelemahan antara lain: 9 Dalam proses pengumpulan data kemungkinan terjadi distorsi dan informasi yang hilang, khususnya untuk konsumsi air bersih yang menggunakan kran. Dan data jumlah konsumsi yang dikumpulkan kemungkinan tidak tepat karena diperkirakan dengan ukuran wadah yang tidak tepat ukurannya. 9 Konsumsi air bersih untuk seluruh anggota keluarga dianggap sama, dan tidak memperhitungkan beberapa hal yaitu: kebutuhan atau konsumsi individu yang berbeda, umur dan faktor lainnya. Padahal tiap anggota individu memiliki pola konsumsi yang berbeda menurut perilaku dan umur. 9 Proporsi dalam pengambilan sampel untuk tiap karakteristik responden seperti tingkat penghasilan dan sumber air bersih tidak sama karena tidak diketahuinya jumlah responden berdasarkan karakteristik-karakteristik tersebut. Hal ini mengakibatkan faktor pembagi antar tiap kelompok sampel (variabel) berbedabeda. 9 Terdapat sejumlah responden yang menggunakan wadah besar untuk menampung air seperti toren, bak mandi, atau gentong, menyebutkan bahwa konsumsi air bersih untuk keperluan tertentu seperti mandi, mencuci pakaian atau keperluan lainnya dengan satuan wadah tersebut sehingga jumlah konsumsi air bersihnya menjadi besar. Padahal air dalam wadah tersebut kemungkinan digunakan untuk keperluan lain seperti membersihkan kamar mandi atau tidak diisi setiap hari. 9 Pengumpulan data jumlah konsumsi air bersih untuk pengguna sumur timba terdapat distorsi, karena sebagian besar responden cukup sulit menjawab berapa kali responden menimba air untuk setiap keperluan. Jadi frekuensi menimba yang dijawab responden tidak begitu meyakinkan. 9 Perhitungan dalam membandingkan total konsumsi air bersih sebelum dan sesudah melakukan penghematan menggunakan data yang tergolong kecil jika
101
dibandingkan dengan lingkup wilayah yang cukup luas. Jadi hasil analisis masih kurang mewakili lingkup wilayah yang cukup luas, dalam hal ini Kota Cimahi. 9 Dalam perhitungan anova jumlah responden yang menggunakan sumber air pribadi dan sumber publik cukup jauh berbeda sehingga terjadi ketimpangan dalam perhitungan nilai signifikansi dan nilai anova. Kelemahan-kelemahan tersebut mengakibatkan terjadinya ketimpangan atau rentang yang cukup besar antara konsumsi minimum dan maksimum untuk tiap keperluan dan karakteristik konsumsi air bersih berdasarkan aspek sosial ekonomi dengan pengujian menggunakan analisis statistik cenderung relatif sama dan tidak memiliki pola walaupun rata-rata konsumsi hasil survei berbeda. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam studi ini menunjukkan perlu adanya studi-studi lanjutan untuk menyempurnakan studi yang telah dilakukan. Berikut diusulkan saran untuk studi-studi di masa mendatang adalah: 9 Untuk mengukur jumlah konsumsi air bersih cobalah untuk melihat atau tinggal (live in) dengan responden untuk melihat pola konsumsi air bersihnya. 9 Data keluarga yang dikumpulkan agar lebih detail, seperti usia, lama tinggal di rumah, dan lainnya. 9 Proporsi sampel yang diambil diusahakan sama sehingga dapat dibandingkan rata-rata konsumsinya Beberapa studi lanjutan yang bisa dilakukan adalah sebagia berikut : 9 Analisis pola konsumsi air bersih rumah tangga berdasarkan aspek sosial ekonomi. Dalam analisis selanjutnya aspek-aspek ekonomi dan sosial yang dibahas tidak hanya tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan, tetapi juga aspek ekonomi dan sosial yang lain. 9 Identifikasi Partisipasi Masyarakat dalam Peningkatan Pelayanan PDAM. 9 Identifikasi Kesediaan Masyarakat untuk Berlangganan PDAM
102