BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4.1
Pengumpulan Data
4.1.1
Proses Produksi Sistem produksi yang dilakukan pada PT Sinar Sosro KPB Cakung merupakan sistem produksi dengan kategori batch production. Dengan sistem batch production, perusahaan dapat menerapkan fleksibilitas dalam kegiatan produksinya, sehingga perusahaan dapat melakukan berbagai variasi produksi yang dihasilkan dengan menerapkan sistem batch production tersebut. Sistem
produksi
perusahaan
dalam
memenuhi
kebutuhan
pelanggannya adalah jenis produksi Make To Order (MTO). Penetapan sistem produksi dengan jenis Make To Order diharapkan dapat membantu perusahaan dalam setiap pemenuhan kebutuhan pelanggan, sehingga produk yang dihasilkan tepat jumlah, tepat kualitas, tepat waktu, dan tepat biaya seperti yang dicanangkan oleh PT Sinar Sosro KPB Cakung. Sistem produksi yang dijalankan pada PT Sinar Sosro KPB Cakung berdasarkan sistem produksi berbasis otomasi mesin produksi. Jenis otomasi yang diterapkan pada perusahaan ditinjau dari sistem manufaktur (atas dasar
86
macam,
variasi,
dan
jumlah
produk)
dapat
dikategorikan
sebagai
programmable automation. Pada otomasi jenis ini, alat produksi dirancang dengan kemampuan dapat dirubah sesuai urutan operasinya, sehingga dapat mengakomodasikan perubahan konfigurasi sesuai dengan perubahan macam produk. Jenis ini ditandai dengan : • Modal besar untuk peralatan “general purpose” • Fleksibel untuk perubahan konfigurasi • Sangat cocok untuk “batch production” Pada penelitian ini, penulis menfokuskan ruang lingkupnya pada kegiatan produksi di lini ke-3 pada PT Sinar Sosro KPB Cakung. Adapun beberapa produk yang dihasilkan pada lini ke-3 tersebut antara lain Teh Botol Sosro (TBS), Fruit Tea Apple Botol (FTB Ap), Fruit Tea Blackcurrant Botol (FTB Bc), dan Joy Green Tea Botol (JTB). Dalam proses produksinya, setiap produk yang dihasilkan di lini ke-3 memiliki tahapan proses produksi yang sama. Perbedaannya hanya terjadi pada penyetelan beberapa komponen mesin di setiap proses produksi, salah satu contohnya adalah penyetelan starwheel pada mesin Empty Bottle Inspector.
87
4.1.1.1 Tahapan Proses Produksi 1.
Proses sebelum proses produksi Sebelum proses produksi dijalankan, terdapat beberapa kegiatan pemeriksaan terhadap bahan baku yang digunakan, antara lain adalah: A. Teh Kering a. Kadar air Kadar air diperiksa secara moisture balancance yang diperiksa dari awal untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme karena RH bahan dan suhu ruang yang tinggi. b. Kadar tanin Kada tanin diperiksa secara permanaganometri. Kadar tanin pada teh bervariasi sehingga dilakukan analisa awal dengan mengambil 5 gram teh yang dilarutkan dalam 500 ml akuades. Setelah melakukan pelarutan, kemudian disaring dan didapat filtrat yang dibagi menjadi dua, yaitu 1 untuk blanko dan 1 untuk sampel. Kedua filtrat ditetesi KMNO4 dengan indikator indigo karmin. c. Aroma, warna, dan rasa Aroma, warna, dan rasa diperiksa secara organoleptik oleh bagian quality control.
88
B. Gula a. Secara kimia • Menghitung presentasi brix dengan refractometer dengan prinsip polarimetri. • Memeriksa kadar besi dengan kalorimetri. Kadar Fe yang tinggi membuat warna teh menjadi lebih hitam. • Memeriksa kesadahan/hardness dengan complexometer. Kesadahan
yang
masih
tinggi
akan
mempengaruhi
produktivitas kerja dari semua sistem. • Mengukur pH dengan pHmeter. b. Secara fisik • Memeriksa ukuran kristal. • Memeriksa warna gula. • Mengukur basah atau tidaknya gula. C. Air • Memeriksa kesadahan air. • Memeriksa pH air. D. Botol Pengambilan
botol
sampel
secara
acak
untuk
dihitung
penyimpangan yang dapat diterima. Selanjutnya bagian quality control melakukan pemeriksaan, antara lain:
89
• Tinggi botol. • Berat botol. • Volume botol. • Diameter botol. • Cat printing. • Kejernihan botol. E. Crown Cork Cara pengambilan sampel hampir sama dengan pengambilan sampel pada botol, setelah itu bagian quality control melakukan pemeriksaan, antara lain: • Printing. • Diameter luar. • Diameter dalam. • PVC (dalam botol). • Ketinggian. • Tebal plat. • Berat. F. Krat Cara sampling juga dilakukan secara acak, dimana pemeriksan dilakukan meliputi pengukuran meliputi tinggi, lebar, dan panjang krat.
90
G. Pallet Pemeriksaan terhadap pallet yang akan digunakan pada proses produksi
dilakukan
dengan
metode
sampling.
Untuk
tiap
kedatangan 8 pallet maka akan dilakukan sampling sebanyak 2 pallet untuk dilakukan pemeriksaan pada lebar papan, lebar pallet, tinggi balok, tinggi pallet, dan tebal papan, serta kondisi fisik pallet tersebut. 2.
Proses produksi A. Tahapan proses produksi. Berikut merupakan proses pembuatan salah satu produk yang dihasilkan di lini ke-3 yaitu Teh Botol Sosro. Proses Pembuatan dari Teh Botol Sosro, terdiri dari 5 tahapan, yaitu: 1. TAHAP I : Penyeduhan TEH Teh wangi melati, diseduh di dalam tangki ekstraksi dengan air mendidih yang sudah melalui proses filtrasi dan pemanasan. Setelah proses penyeduhan teh selesai, maka Teh Cair Pahit (TCP) hasil seduhan tersebut dilewatkan ke filter cosmos dan ditampung di tangki pencampuran (mixing tank).
91
2. TAHAP II : Pelarutan Gula Gula pasir putih, dilarutkan dengan air panas di tangki pelarutan gula sampai menjadi sirup gula. Sirup gula ini kemudian disaring dan dipompa kedalam tangki penampungan. 3. TAHAP III : Pencampuran Dari tangki penampungan, sirup gula dipompa ke tangki pencampuran hingga kadar gula untuk Teh Cair Manis (TCM) mencapai standar yang telah ditentukan. 4. TAHAP IV : Pemanasan Teh Cair Manis Teh Cair Manis (TCM) adalah hasil pencampuran Teh Cair Pahit (TCP) dengan sirup gula yang kemudian dipompa ke unit pasteurisasi (proses pemanasan). Pada proses ini TCM dipanaskan dengan Heat Exchanger (pemanas tidak langsung) hingga mencapai temperatur diatas 90° C. 5. TAHAP V : Pengisian Dalam Botol Dari unit pasteurisasi ini TCM dipompa ke mesin pengisi botol. Di stasiun ini, TCM dengan temperatur diatas 90° C diisi kedalam botol panas yang sudah dicuci dan steril, sehingga bebas dari kuman. Dalam keadaan panas, botol langsung ditutup sehingga terjadi vacuum dan mikroorganisme tidak dapat berkembangbiak. Oleh karena itu, TBS (Teh Botol Sosro) tetap segar dan tahan
92
lama walaupun tanpa penambahan bahan pengawet selama kerapatan botol terjamin. B. Tahapan proses produksi di lini produksi (bottling). a. Proses di mesin depalletizer Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah memisahkan krat botol kosong dari pallet botol kosong. Adapun pada proses pemisahan tersebut, krat botol kosong akan dipindahkan secara bertahap dari pallet botol kosong sebanyak 5 kali dengan jumlah 24
buah
krat
botol
kosong
setiap
satu
kali
proses
pemindahannya. b. Proses di mesin decrater Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah memisahkan botol kosong dari krat. Adapun pada proses pemisahan tersebut, botol kosong akan dipindahkan secara bertahap dari krat botol kosong. Pada setiap proses pemindahannya, maka akan terjadi pemindahan sebanyak 192 buah botol kosong atau sama dengan 8 buah krat botol kosong. Setelah proses ini, botol kosong akan berpindah ke proses pencucian botol kotor di mesin bottle washer, sedangkan krat akan berpindah ke proses pencucian krat kotor di mesin crate washer.
93
c. Proses di mesin bottle washer Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah pencucian botol kotor. Adapun pada proses pencucian tersebut dibutuhkan waktu ± 15 menit untuk setiap 64 botol yang masuk di setiap prosesnya. d. Proses di mesin crate washer Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah pencucian krat kotor. Adapun pada proses pencucian tersebut dibutuhkan waktu ± 5 menit untuk setiap 24 krat yang masuk di setiap prosesnya. e. Proses di mesin Empty Bottle Inspector Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah penyeleksian botol bersih yang telah diproses di mesin bottle washer sebelumnya. Berikut ini merupakan kategori botol bersih nonstandar yang harus diseleksi antara lain inspeksi benda asing, botol asing, kotor cuci, kotor musnah, dan botol pecah. f. Proses di mesin filler Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah mengisi larutan Teh Cair Manis (TCM) ke dalam botol. Dalam sekali melakukan proses pengisian larutan TCM ke dalam botol, mesin ini dapat mengisi botol sebanyak 72 buah botol dalam 1 kali putarannya. g. Proses di mesin crowner Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah menutup botol yang terisi larutan Teh Cair Manis (TCM) dengan crown cork.
94
Dalam sekali melakukan prosesnya, mesin crowner tersebut dapat menutup 18 buah botol isi dalam 1 kali putarannya. h. Proses di mesin crater Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah penggabungan krat bersih dengan botol isi. Pada setiap proses pemindahannya, maka akan terjadi pemindahan sebanyak 192 buah botol isi ke dalam 8 buah krat bersih. Setelah melakukan proses di mesin crater krat botol isi akan berpindah ke proses di mesin palletizer. i. Proses di mesin palletizer Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah penumpukkan krat botol isi menjadi 1 buah pallet botol isi berukuran 4 x 3 x 5 krat botol isi (p x l x t). Adapun pada proses penumpukkan tersebut, krat botol isi akan dipindahkan secara bertahap sebanyak 5 kali dengan jumlah 24 buah krat botol isi pada setiap satu kali proses pemindahannya. Pada akhir proses di mesin palletizer, maka akan dihasilkan 2 buah pallet isi dengan jumlah 60 krat botol isi atau sama dengan 1440 botol isi. 4.1.1.2 Data Aliran Proses Berikut ini adalah data aliran proses berdasarkan hasil pengamatan penulis pada seluruh aktivitas kegiatan produksi di lini ke-3 pada PT Sinar Sosro KPB Cakung.
95
Suppliers Bahan Baku : A. Bahan Baku Isi (Teh Kering, Gula) B. Bahan Baku Bottling (Botol dan Crown) C. Bahan Baku Untuk Cleaning dan Sanitasi D. Bahan Baku Pendukung Komponen Mesin Produksi
Receiving
Gudang Pallet Botol
Gudang Material
Transport
Proses pada Mesin Depalletizer
Proses pada Mesin Inspeksi Pos 1 Bottle Washer Selektor Botol Bersih
Inspeksi Pos 1 Selektor Botol Kotor
Proses pada Mesin Decrater
Inspeksi Pos 3 Selektor Botol Kotor
Inspeksi Pos 2 Selektor Botol Kotor
Inspeksi Pos 3 Selektor Botol Bersih
Inspeksi Pos 4 Selektor Botol Bersih
Inspeksi Incoming Material
Inspeksi Pos 2 Selektor Botol Bersih
Proses pada Mesin EBI
Inspeksi Pos 2 Selektor Botol Isi
Proses pada Mesin Video Jet
Inspeksi Pos 1 Selektor Botol Isi
Proses pada Mesin Filer & Crowner
Inspeksi Pos 5 Selektor Botol Isi
Inspeksi Pos 6 Selektor Botol Isi
Proses pada Mesin Crater
Inspeksi Pos 7 Selektor Botol Isi
Proses ikat Pallet isi
Proses pada Mesin Palletizer
Proses Pemasakan di Kitchen
Gudang Pallet isi
Shipping
Transport
Diagram 4.1 Aliran Proses Produksi Produk Teh Botol Sosro Lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
96
Berdasarkan penggambaran diagram aliran
proses produksi untuk
produksi produk Teh Botol Sosro (TBS) pada lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung, terdapat dua aliran proses utama dalam proses produksinya. Aliran proses yang pertama yaitu aliran proses pembuatan Teh Cair Manis (TCM) dan proses yang kedua yaitu aliran proses pembotolan (bottling). Dalam penelitiannya kali ini, atas keterbatasan ruang lingkup observasi yang diberikan oleh perusahaan kepada penulis, maka ruang penelitian penulis difokuskan terhadap proses pembotolan (bottling). Berdasarkan diagram aliran proses produksi tersebut dapat terlihat bagaimana perusahaan ini sangat menjaga mutu dan kualitas dari proses maupun produk yang akan dihasilkan. Dalam diagram tersebut terlihat bagaimana kegiatan inspeksi dilakukan pada saat sebelum dan sesudah material diproses pada mesin-mesin yang digunakan dalam proses pembotolan (bottling). Kegiatan inspeksi dilakukan guna produk yang akan diserahkan kepada pelanggan dapat dikonsumsi dengan aman dan terjaga kualitasnya.
97
4.1.1.3 Data Histori Produksi Berikut ini adalah bar chart mengenai data histori produksi produk Teh Botol Sosro periode bulan Januari-Maret 2010, di lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung. Histori Jumlah Produksi Produk TBS tiap Shift (Jan - Mar 2010) 7000000
Jumlah Botol Isi
6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 Bulan
Jan Feb Mar Shift 1
Jan Feb Mar Shift 2
Jan Feb Mar Shift 3
Grafik 4.1 Histori Produksi Teh Botol Sosro Tiap Shift (Januari-Maret 2010) Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan data histori periode bulan Januari-Maret 2010 tersebut, dapat disimpulkan bahwa total produksi tiap bulan dan rata-rata produksi yang dihasilkan tiap shift untuk produk Teh Botol Sosro antara lain:
98
Tabel 4.1 Summary Produksi Teh Botol Sosro (Januari-Maret 2010) Bulan
Shift 1
Shift 2
Shift 3
Januari Februari Maret Rata-Rata
2706 2873 3412 2997
2505 2751 3244 2833
2435 2865 4332 3211
Total Produksi (Pallet) 7646 8489 10988
Total Produksi (Botol) 11010240 12224160 15822720
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
4.1.2
Pengendalian Kualitas
4.1.2.1 Aspek Pengendalian Kualitas PT Sinar Sosro KPB Cakung selalu berusaha untuk melakukan perbaikan dan pengendalian kualitas baik dari segi kualitas produk maupun dari segi sistem manajemen perusahaan serta sistem produksi yang dijalankan. Dalam aktivitas produksi di lini produksi, pengendalian kualitas dilakukan dengan cara menetapkan beberapa operator ke dalam pos inspeksi produk. Pos inspeksi tersebut lebih dikenal dengan istilah selektor. Bagian selektor di lini produksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu: 1.
Selektor botol kotor Kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan pada bagian ini difokuskan pada botol kotor yang masuk ke dalam sistem produksi, yaitu mulai dari kedatangan pallet botol kosong yang dibawa dari gudang pallet botol kosong hingga ke bagian pos 3 selektor botol kotor yang berada sebelum botol kotor akan masuk ke dalam mesin bottle washer untuk dilakukan pencucian. Pada selektor botol kotor terdapat beberapa
99
spesifikasi mengenai jenis produk non-standar yang harus dilakukan inspeksi agar tidak masuk ke dalam proses berikutnya, kategori produk non-standar tersebut antara lain: Tabel 4.2 Kategori Produk Non-Standar Selektor Botol Kotor Kategori Non-Sandar Kotor Cuci Benda Asing Botol Asing Kotor Musnah Botol Tertutup Pecah Luar Pecah Mesin Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Pada kegiatan inspeksi di selektor botol kotor terbagi menjadi 3 pos inspeksi, yaitu pos 1, pos 2, dan pos 3. Kegiatan inspeksi yang dilakukan pada pos tersebut dilakukan tanpa menggunakan alat bantu apapun, jadi inspeksi yang dilakukan terhadap produk yang datang pada pos tersebut akan diinspeksi secara manual. 2.
Selektor botol bersih Kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan pada bagian ini difokuskan pada botol bersih yang sebelumnya telah diproses di mesin bottle washer untuk dilakukan pencucian, hingga ke pos 4 dan 6 selektor botol bersih sebelum botol bersih akan diproses pada mesin filler dan mesin crowner. Pada selektor botol bersih terdapat beberapa spesifikasi mengenai jenis produk non-standar yang harus dilakukan inspeksi agar tidak masuk ke dalam proses berikutnya, kategori produk non-standar tersebut antara lain:
100
Tabel 4.3 Kategori Produk Non-Standar Selektor Botol Bersih Benda Asing Botol Asing
Kategori Non-Standar Kotor Cuci Botol Pecah Kotor Musnah
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Pada kegiatan inspeksi di selektor botol bersih terbagi menjadi 7 pos inspeksi, yaitu pos 1, pos 2 dan pos 2B, pos 3 dan pos 5, pos 4 dan pos 6. Kegiatan inspeksi yang dilakukan pada pos tersebut menggunakan layar yang diberi lampu untuk membantu operator dalam kegiatan inspeksi botol bersih yang telah melewati mesin Empty Bottle Inspector. 3.
Selektor botol isi Kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan pada bagian ini difokuskan pada botol isi yang telah diproses pada mesin filler dan mesin crowner hingga ke pos 7 dan 8 selektor botol isi. Pada selektor botol isi terdapat beberapa spesifikasi mengenai jenis produk non-standar yang harus dilakukan inspeksi agar tidak masuk ke dalam proses berikutnya, kategori produk non-standar tersebut antara lain: Tabel 4.4 Kategori Produk Non-Standar Selektor Botol Isi Kategori Non-Standar Benda Asing Tanpa Tutup Botol Asing Tutup Miring Volume Non-standard Tutup Asing Kosong Tertutup Botol Kotor Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Botol Pecah PI Ompong PI Pecah
101
Berikut ini merupakan uraian mengenai tugas utama dan tugas tambahan para operator yang bertugas di bagian pos selektor botol isi, antara lain adalah : 1. Tugas selektor pos 1 dan 3 •
Tugas utama : → Menyeleksi produk non-standar, antara lain : o Isi benda asing o Botol asing o Volume non-standar o Tutup miring o Kosong tertutup o Tanpa tutup o Tutup asing o Botol tua atau kusam o Botol pecah atau retak
•
Tugas tambahan : o Mendirikan botol yang roboh di pos tersebut. o Matikan conveyor T.17 (pos 1) dan T.18 (pos 2), bila terjadi banyak produk non-standar atau roboh. o Segera laporkan pada atasan atau operator filler bila ditemukan banyak produk non-standar di pos tersebut.
102
2.
Tugas selektor pos 2 dan pos 4 •
Tugas utama : → Menyeleksi poduk non-standar: o Isi benda asing o Volume non-standar o Botol asing o Tutup miring o Kosong tertutup o Tanpa tutup o Tutup asing o Botol tua atau kusam. o Botol pecah atau retak.
•
Tugas tambahan : o Mendirikan botol yang roboh di pos tersebut. o Matikan conveyor T.17 (pos 2) dan T.15 (pos 4) bila banyak botol roboh dan produk non-standar yang lolos dari pos 1. o Segera laporkan ke atasan atau operator filler bila ditemukan banyak produk-produk non-standar yang tertangkap di pos tersebut.
103
o Ambil sampel produk untuk pemeriksaan di laboratorium quality control sebanyak 2 botol untuk setiap 10 menit dan 2 botol untuk setiap 1 jam. o Menjaga kawasan agar tetap rapi dan bersih. 3.
Tugas selektor pos 5 •
Tugas utama : → Menyeleksi poduk non-standar: o Isi benda asing o Volume non-standar o Botol asing o Tutup miring o Kosong tertutup o Tanpa tutup o Tutup asing o Botol tua atau kusam. o Botol pecah atau retak.
•
Tugas tambahan : o Mendirikan botol yang roboh di pos tersebut o Menjaga kawasan agar tetap rapi dan bersih.
104
4.
Tugas selektor pos 6 •
Tugas utama : → Menyeleksi poduk non-standar: o Isi benda asing o Volume non-standar o Botol asing o Tutup miring o Kosong tertutup o Tanpa tutup o Tutup asing o Botol tua atau kusam. o Botol pecah atau retak.
•
Tugas Tambahan o Mendirikan botol yang roboh di pos tersebut o Menjaga kawasan agar tetap rapi dan bersih.
5.
Tugas selektor pos 7 dan pos 8 •
Tugas utama : o Mengisi atau melengkapi krat isi produk (PI) yang isinya kurang dari 24 botol (ompong) o Menyeleksi krat yang non-standar (bolong, pecah, dan kotor sekali), ambil isinya dan pisahkan krat non-standar tersebut.
105
•
Tugas tambahan : → Menyeleksi poduk non-standar: o Isi benda asing o Volume non-standar o Botol asing o Tutup miring o Kosong tertutup o Tanpa tutup o Tutup asing o Botol tua atau kusam. o Botol pecah atau retak. o Matikan motor roll conveyor di pos tersebut bila banyak botol yang ompong dari mesin crater. o Menjaga kawasan agar tetap rapi dan bersih.
6.
Pos ikat PI •
Berhentikan PI di conveyor keluar mesin palletizer, dengan cara menekan tombol off saklar pos ikat PI.
•
Pastikan bahwa susunan hasil produk jadi (PI) tersusun diatas pallet dengan susunan 3x4x5 (1 pallet = 60 krat)
•
Bila susunan PI tidak rapi, rapihkan dulu kmudian tempelkan nomer urut pallet dengan stiker produksi yang sudah diberi lem, ikat setiap
106
pallet produk jadi dengan tali rafia kemudian jalankan kembali conveyor. •
Pastikan bahwa PI yang standar sudah melalui dan sudah terhitung oleh counter PI yaitu dengan memantau hasil produksi (PI) standard dengan counter PI.
•
Tempelkan identitas untuk PI yang dinyatakan tidak standard dan pastikan bahwa PI tersebut tersusun diatas pallet dengan susunan maksimum 3x4x4 krat ( 1 pallet = 48 krat)
107
4.1.2.2 Data Histori Produk Non-Standar 1.
Produk Non-Standar Teh Botol Sosro pada Lini 3 KPB Cakung Berikut ini adalah bar chart mengenai data histori produk non-standar Teh Botol Sosro periode bulan Januari-Maret 2010, di lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung. Histori Total Produk Non-Standar pada Lini ke - 3 (Jan - Mar 2010) 180000
Jumlah Botol Non Standard
160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Bulan
Jan Feb Mar Shift 1
Jan
Feb Mar Shift 2
Jan
Feb Mar Shift 3
Grafik 4.2 Histori Produk Non-Standar Teh Botol Sosro (Januari-Maret 2010) Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan data histori periode bulan Januari-Maret 2010 tersebut, dapat disimpulkan bahwa total dan rata-rata produk non-standar Teh Botol Sosro yang dihasilkan pada lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung, antara lain:
108
Tabel 4.5 Summary Produk Non-Standar Teh Botol Sosro (Januari-Maret 2010) Bulan Januari Februari Maret Rata-Rata
Shift 1 Shift 2 Shift 3 74115 89095 90934 117450 124802 112398 132553 113599 163963 108039 109165 122432
Total Defect (Botol) 254144 354650 410115
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
2.
Produk Non-Standar Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol Kotor Lini 3 KPB Cakung Berikut ini adalah bar chart mengenai data histori produk non-standar Teh Botol Sosro periode bulan Januari-Maret 2010, pada bagian selektor botol kotor. Histori Produk Non-Standar pada Pos Selektor Botol Kotor (Jan - Mar 2010) 90000
Jumlah Botol Non Standard
80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 Bulan
Jan
Feb Mar Shift 1
Jan
Feb Mar Shift 2
Jan
Feb Mar Shift 3
Grafik 4.3 Histori Produk Non-Standar Teh Botol Sosro Tiap Shift pada Bagian Selektor Botol Kotor (Januari-Maret 2010) Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
109
Berdasarkan data histori periode bulan Januari-Maret 2010 tersebut, dapat disimpulkan bahwa total dan rata-rata produk non-standar Teh Botol Sosro yang dihasilkan pada bagian selektor botol kotor, antara lain: Tabel 4.6 Summary Produk Non-Standar Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol Kotor (Januari-Maret 2010) Bulan Januari Februari Maret Rata-Rata
Shift 1 37800 64104 76706 59537
Shift 2 48746 74892 67872 63837
Shift 3 47376 64808 88448 66877
Total Defect (Botol) 133922 203804 233026
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
3.
Produk Non-Standar Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol Bersih Lini 3 KPB Cakung Berikut ini adalah bar chart mengenai data histori produk non-standar Teh Botol Sosro periode bulan Januari-Maret 2010, pada bagian selektor botol bersih.
110
Histori Produk Non-Standar pada Pos Selektor Botol Bersih (Jan - Mar 2010)
Jumlah Botol Non Standard
60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 Bulan
Jan
Feb Mar Shift 1
Jan
Feb Mar Shift 2
Jan
Feb Mar Shift 3
Grafik 4.4 Histori Produk Non-Standar Teh Botol Sosro Tiap Shift pada Bagian Selektor Botol Bersih (Januari-Maret 2010) Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan data histori periode bulan Januari-Maret 2010 tersebut, dapat disimpulkan bahwa total dan rata-rata produk non-standar Teh Botol Sosro yang dihasilkan pada bagian selektor botol bersih, antara lain: Tabel 4.7 Summary Produk Non-Standar Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol Bersih (Januari-Maret 2010) Bulan Januari Februari Maret Rata-Rata
Shift 1 24588 38414 40589 34530
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Shift 2 27369 38388 32191 32649
Shift 3 29436 35157 56112 40235
Total Defect (Botol) 81393 111959 128892
111
4.
Produk Non-Standar Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol Isi Lini 3 KPB Cakung Berikut ini adalah bar chart mengenai data histori produk non-standar Teh Botol Sosro periode bulan Januari-Maret 2010, pada bagian selektor botol isi. Histori Produk Non-Standar pada Pos Selektor Botol Isi (Jan - Mar 2010)
Jumlah Botol Non Standard
20000
15000
10000
5000
0 Bulan
Jan
Feb Mar Shift 1
Jan
Feb Mar Shift 2
Jan
Feb Mar Shift 3
Grafik 4.5 Histori Produk Non-Standar Teh Botol Sosro Tiap Shift pada Bagian Selektor Botol Isi (Januari-Maret 2010) Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan data histori periode bulan Januari-Maret 2010 tersebut, dapat disimpulkan bahwa total dan rata-rata produk non-standar Teh Botol Sosro yang dihasilkan pada bagian selektor botol isi, antara lain:
112
Tabel 4.8 Summary Produk Non-Standar Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol Isi (Januari-Maret 2010) Bulan Januari Februari Maret Rata-Rata
Shift 1 11727 14932 15258 13972
Shift 2 12980 11522 13536 12679
Shift 3 14122 12433 19403 15319
Total Defect (Botol) 38829 38887 48197
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
4.1.2.3 Data Atribut di tiap Proses Produksi 1.
Data Atribut Proses Selektor Botol Kotor Tabel 4.9 Data Atribut pada Proses Selektor Botol Kotor Shift 2 (Januari-Maret 2010) Jenis Non-Standar
No
Tanggal
Total Pemakaian Botol
Kotor Cuci
1
02/01/2010
215154
1680
2
05/01/2010
294929
2880
3
06/01/2010
334917
1920
4
08/01/2010
260477
5
13/01/2010
6
14/01/2010
7
Pecah Luar
Pecah Mesin
Botol Asing
Benda Asing
Botol Tertutup
Total NonStandar
0
72
24
216
48
0
2040
0
288
24
240
24
0
3456
0
312
24
408
24
0
2688
2712
0
168
24
216
24
0
3144
437262
5184
0
216
48
552
48
0
6048
125600
4176
0
120
24
240
48
0
4608
15/01/2010
185929
1488
0
324
24
444
24
0
2304
8
19/01/2010
277284
1752
0
96
24
192
24
0
2088
Kotor Musnah
9
20/01/2010
307979
2640
48
168
24
240
0
0
3120
10
25/01/2010
253290
2160
0
144
24
264
168
0
2760
11
26/01/2010
389200
3360
0
216
24
408
72
0
4080
12
27/01/2010
193190
3600
0
216
24
360
96
0
4296
13
28/01/2010
421084
7200
0
312
24
552
26
0
8114
14
02/02/2010
373036
7752
0
240
48
576
72
0
8688
15
03/02/2010
438701
9840
0
216
48
648
48
0
10800
16
04/02/2010
317510
4776
0
96
24
336
0
0
5232
17
09/02/2010
372233
6048
0
240
24
336
48
0
6696
18
10/02/2010
419461
5280
0
216
24
288
24
0
5832
113
Tabel 4.10 Data Atribut pada Proses Selektor Botol Kotor Shift 2 (Januari-Maret 2010) Lanjutan Jenis Non-Standar
No
Tanggal
Total Pemakaian Botol
Kotor Cuci
Kotor Musnah
Pecah Luar
Pecah Mesin
Botol Asing
Benda Asing
Botol Tertutup
Total NonStandar
19
12/02/2010
270383
4656
0
96
24
216
96
0
5088
20
16/02/2010
211364
3360
0
216
24
24
420
0
4044
21
17/02/2010
250546
3000
0
168
24
168
48
0
3408
22
18/02/2010
169217
2400
0
120
0
120
24
0
2664
23
19/02/2010
194515
2640
0
216
24
192
24
0
3096
24
20/02/2010
171133
1680
0
96
0
72
0
0
1848
25
23/02/2010
294593
5304
0
216
48
360
72
0
6000
26
24/02/2010
293977
4656
0
192
24
360
48
0
5280
27
25/02/2010
309573
5520
0
240
24
384
48
0
6216
28
02/03/2010
395744
4176
0
240
24
288
72
0
4800
29
03/03/2010
25494
456
0
0
24
24
48
0
552
30
04/03/2010
293643
3408
0
144
24
192
48
0
3816
31
08/03/2010
61619
432
0
0
0
72
24
0
528
32
09/03/2010
388443
5760
0
192
24
384
72
0
6432
33
10/03/2010
446408
4632
0
216
0
576
48
0
5472
34
12/03/2010
243814
3120
0
120
0
120
24
0
3384
35
13/03/2010
182961
1440
0
144
168
24
0
0
1776
36
17/03/2010
297354
5400
0
120
24
312
48
0
5904
37
18/03/2010
407585
6288
0
144
48
624
96
0
7200
38
19/03/2010
307927
5472
0
120
48
480
48
0
6168
39
23/03/2010
448880
3696
0
648
0
24
384
24
4776
40
25/03/2010
441853
3480
0
576
0
24
336
24
4440
41
29/03/2010
114644
1080
0
120
0
96
48
0
1344
42
30/03/2010
284828
4320
0
312
0
360
24
0
5016
43
31/03/2010
443762
5040
0
768
0
408
48
0
6264
Sumber: PT. Sinar Sosro KPB Cakung
114
2.
Data Atribut Proses Selektor Botol Bersih Tabel 4.11 Data Atribut pada Proses Selektor Botol Bersih Shift 2 (Januari-Maret 2010) Jenis Non-Standar
No
Tanggal
Total Pemakaian Botol
Benda Asing
Botol Asing
Kotor Cuci
Kotor Musnah
Botol Pecah
Total NonStandar
1
02/01/2010
213114
28
0
336
0
600
964
2
05/01/2010
291473
64
0
1008
360
648
2080
3
06/01/2010
332229
54
0
960
432
792
2238
4
08/01/2010
257333
30
0
840
144
456
1470
5
13/01/2010
431214
75
9
1672
528
1272
3556
6
14/01/2010
120992
69
5
1440
1560
888
3962
7
15/01/2010
183625
69
4
960
48
816
1897
8
19/01/2010
275196
16
10
432
0
528
986
9
20/01/2010
304859
12
6
1032
0
720
1770
10
25/01/2010
250530
36
0
864
144
480
1524
11
26/01/2010
385120
37
0
1032
274
888
2231
12
27/01/2010
188894
23
0
1056
312
672
2063
13
28/01/2010
412970
36
0
1344
336
912
2628
14
02/02/2010
364348
57
11
2160
1104
1832
5164
15
03/02/2010
427901
48
7
2880
1032
1757
5724
16
04/02/2010
312278
36
5
1368
600
888
2897
17
09/02/2010
365537
13
8
1152
24
816
2013
18
10/02/2010
413629
16
6
1632
48
912
2614
19
12/02/2010
265295
44
8
1144
786
706
2688
20
16/02/2010
207320
23
2
864
240
936
2065
21
17/02/2010
247138
12
0
786
446
170
1414
22
18/02/2010
166553
18
4
916
408
118
1464
23
19/02/2010
191419
24
0
888
264
792
1968
24
20/02/2010
169285
24
0
864
144
408
1440
25
23/02/2010
288593
22
8
1118
436
1320
2904
26
24/02/2010
288697
34
11
1440
360
1104
2949
27
25/02/2010
303357
30
6
1440
384
1224
3084
28
02/03/2010
390944
10
14
840
0
768
1632
29
03/03/2010
24942
0
6
120
0
96
222
30
04/03/2010
289827
16
4
744
0
504
1268
115
Tabel 4.12 Data Atribut pada Proses Selektor Botol Bersih Shift 2 (Januari-Maret 2010) Lanjutan Jenis Non-Standar
No
Tanggal
Total Pemakaian Botol
Benda Asing
Botol Asing
Kotor Cuci
Kotor Musnah
Botol Pecah
Total NonStandar
31
08/03/2010
61091
17
0
82
24
48
171
32
09/03/2010
382011
33
0
1872
288
1128
3321
33
10/03/2010
440936
28
0
1920
312
1104
3364
34
12/03/2010
240430
32
0
1200
168
432
1832
35
13/03/2010
181185
27
0
672
264
1104
2067
36
17/03/2010
291450
42
9
1320
192
720
2283
37
18/03/2010
400385
46
6
2880
480
1032
4444
38
19/03/2010
301759
33
4
2400
528
936
3901
39
23/03/2010
444104
34
8
38
0
44
124
40
25/03/2010
437413
10
4
912
0
456
1382
41
29/03/2010
113300
20
0
264
120
120
524
42
30/03/2010
279812
28
0
1440
336
840
2644
43
31/03/2010
437498
36
0
1560
360
1056
3012
Sumber: PT. Sinar Sosro KPB Cakung
116
3.
Data Atribut Proses Selektor Botol Isi
Tabel 4.13 Data Atribut pada Proses Selektor Botol Isi Shift 2 (April-Mei 2010) Jenis Non-Standar No
Tanggal
Sampel
Volume NonStandar
Kosong Tertutup
Tanpa Tutup
Tutup Miring
Botol Pecah
Total NonStandar
1
01/04/2010
129600
106
82
58
32
100
378
2
03/04/2010
129600
185
68
82
34
86
455
3
06/04/2010
129600
112
136
47
24
108
427
4
08/04/2010
129600
74
188
24
16
96
398
5
12/04/2010
129600
68
82
46
40
72
308
6
13/04/2010
129600
72
104
54
31
87
348
7
14/04/2010
129600
84
108
52
28
96
368
8
15/04/2010
129600
66
92
58
34
76
326
9
17/04/2010
129600
76
88
45
34
84
327
10
20/04/2010
129600
116
90
75
52
96
429
11
21/04/2010
129600
177
57
47
65
148
494
12
22/04/2010
129600
128
43
65
43
103
382
13
23/04/2010
129600
64
58
48
50
56
276
14
24/04/2010
129600
192
98
36
28
118
472
15
27/04/2010
129600
110
168
36
44
119
477
16
28/04/2010
129600
108
166
24
36
100
434
17
29/04/2010
129600
99
140
66
54
96
455
18
30/04/2010
129600
89
171
34
47
79
420
19
04/05/2010
129600
74
100
53
51
70
348
20
05/05/2010
129600
86
96
55
44
96
377
21
07/05/2010
129600
84
114
48
38
75
359
22
11/05/2010
129600
136
85
72
48
104
445
23
12/05/2010
129600
176
134
60
72
93
535
24
14/05/2010
129600
121
93
48
27
72
361
25
18/05/2010
129600
108
136
34
26
92
396
26
19/05/2010
129600
116
130
48
45
106
445
27
21/05/2010
129600
90
153
44
38
97
422
28
25/05/2010
129600
94
108
53
30
72
357
29
26/05/2010
129600
118
114
69
56
84
441
Sumber: Hasil Pengamatan (April-Mei 2010)
117
4.1.2.4 Data Variabel Berat Botol Isi Produk Teh Botol Sosro Tabel 4.14 Data Variabel pada Proses Selektor Botol Isi (April-Mei 2010) Waktu Pengukuran No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Awal Shift (gram)
Tanggal
31/03/2010
01/04/2010
03/04/2010
06/04/2010
08/04/2010
12/04/2010
13/04/2010
14/04/2010
15/04/2010
Tengah Shift (gram)
Akhir Shift (gram)
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
536
538,5
535
538,5
536
540
538,5
535,5
538
538,5
535
535,5
537
537,5
537
538
534
539
540,5
538
538,5
537
537,5
540,5
541,5
535
537
538,5
540,5
535,5
536,5
532,5
534
537,5
538,5
536,5
537
548,5
533
534,5
533
539,5
537,5
541
538,5
533
533,5
535
536,5
537
547
532,5
535
534
538
549,5
534
537
536
538
536,5
539,5
532,5
532,5
532
535
537
538
536,5
544
535,5
539,5
537
538
535,5
535,5
535,5
536
537,5
538
534
535
537
539,5
535,5
538
538
537,5
537
535
537,5
536,5
536,5
535,5
538
540
535
537
536,5
534
536,5
539,5
534
536
538
537,5
535,5
536
538
538
539
536,5
535
537,5
535,5
535
538,5
536
539,5
535,5
533,5
539
539
537,5
539,5
541,5
535
537
538
537
535,5
538
536
537,5
534
535,5
538,5
534,5
536
538
540
539,5
533,5
536
535
536,5
538,5
533,5
539
533,5
538
534,5
533
537
537
537,5
533,5
537,5
534,5
536,5
534,5
539
538
543,5
539
534
534,5
535,5
537,5
534
538,5
535,5
539,5
537,5
540
537
535,5
539
536,5
534,5
536,5
537,5
541
537,5
536
536,5
537,5
535,5
535
538,5
534,5
536
538,5
537,5
535
548,5
537
539,5
538
538
537
538
539
537,5
535
537
537,5
533
547
532,5
535,5
538
536,5
539
539
534
538,5
538
538,5
534,5
536
539
535,5
537,5
534
536,5
537,5
535,5
536
534
540,5
533
535
538
535,5
537
536,5
535
539,5
538,5
540
539,5
535,5
539,5
534
535
536
539,5
539,5
537,5
541,5
534,5
538,5
540,5
536,5
537,5
538
537
537,5
537,5
534
535,5
535
536
535,5
538
536
541
549,5
538
538
536,5
536
535
537
538
538
538,5
534
538,5
534
536,5
534,5
536,5
538
538,5
538
540
538,5
537
537,5
533
537
544
535
535,5
537,5
536
537
539,5
535
537,5
538
533,5
536
535,5
537
538
535,5
539,5
535,5
533,5
535,5
539
536,5
535
538
539,5
539,5
540
536
535,5
538,5
536
118
Tabel 4.15 Data Variabel pada Proses Selektor Botol Isi (April-Mei 2010) Lanjutan Waktu Pengukuran No
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Tanggal
17/04/2010
20/04/2010
21/04/2010
22/04/2010
23/04/2010
24/04/2010
27/04/2010
28/04/2010
29/04/2010
30/04/2010
Awal Shift (gram)
Tengah Shift (gram)
Akhir Shift (gram)
535
535,5
538
537
539
533,5
540
534
537,5
533,5
536,5
538
536,5
539,5
543,5
537
536,5
537,5
537
534,5
534
539
534,5
534,5
538,5
537,5
539
537,5
534,5
534,5
535,5
535,5
538,5
533,5
539
535
532,5
536,5
535
537
536
534,5
538,5
537
538
538,5
535
535,5
537,5
537,5
537
534,5
534
539,5
540,5
536,5
538,5
537
537,5
535,5
539,5
535
537,5
534
540,5
535,5
536,5
537,5
534
537,5
538
538,5
537,5
536,5
533
534,5
533
539,5
537,5
541
538,5
533
533,5
535
534,5
539,5
541
532,5
535
534
538
541,5
534
537,5
536
538
536,5
543,5
532,5
532,5
536
536,5
537
538
536,5
539
535,5
539,5
537,5
533
535,5
535,5
535,5
537,5
537,5
538
534,5
534,5
537
539,5
535,5
538
538
537,5
537
533
537,5
536,5
536,5
534,5
538
540
537
537
536,5
534
536,5
534,5
534
536
538
537,5
535,5
533,5
540,5
533
539
533,5
535
537,5
535,5
535,5
538,5
536,5
539,5
533,5
534,5
539
539
540
539,5
541,5
535
537
538
537
535,5
539
536
537,5
534
534
538,5
534,5
536
538
540
539,5
533,5
535
548,5
536,5
538,5
536
535,5
544
535,5
535,5
537,5
538
538
538,5
537
536
538
535
538
535
538,5
539
533,5
537,5
537
537,5
539,5
535,5
538,5
539,5
534
535,5
536
536,5
536,5
535,5
539
539
537,5
534,5
536
535
536
536,5
537,5
532,5
537,5
539,5
537,5
534,5
534
536
537,5
537
538,5
543,5
533
536,5
537,5
535
536,5
539,5
536,5
538
538,5
538,5
540
532,5
535,5
535
537
537,5
533
541
535
537,5
536,5
537
539,5
532,5
539,5
540,5
534,5
534
534,5
532,5
538
535,5
539,5
535,5
533,5
536
535,5
536
534
540,5
533
535
539,5
537,5
533,5
539
535
536,5
537,5
534,5
539,5
535,5
539,5
540,5
537,5
539,5
539,5
536
535,5
537
537,5
538,5
540,5
536,5
537,5
538
534,5
535,5
532,5
536,5
539
535,5
538
537
536,5
537,5
541
541,5
537,5
538,5
535,5
536,5
540,5
536,5
534,5
538
538,5
534
538,5
534
538,5
536,5
537,5
533
537,5
539
534,5
535,5
537
540,5
534,5
536
535
532,5
538,5
533,5
536
535,5
537
538
537
539,5
539
537,5
535,5
535,5
536
535,5
538
539,5
539,5
538
536,5
539
538,5
534
119
Tabel 4.16 Data Variabel pada Proses Selektor Botol Isi (April-Mei 2010) Lanjutan Waktu Pengukuran No
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Tanggal
04/05/2010
05/05/2010
07/05/2010
11/05/2010
12/05/2010
14/05/2010
18/05/2010
19/05/2010
21/05/2010
25/05/2010
Awal Shift (gram)
Tengah Shift (gram)
Akhir Shift (gram)
540
537,5
535,5
538
537
535
538,5
537,5
534
533,5
540
540,5
536,5
535,5
535,5
539,5
536,5
534,5
539
537
536,5
535
539,5
538,5
538,5
540
537,5
538,5
539,5
537,5
533,5
533
534,5
537,5
541,5
534,5
534,5
537,5
534
535,5
538,5
540
538,5
535,5
538,5
538,5
535
535,5
535
536,5
538,5
533,5
539
539
540,5
538
538,5
537
537,5
540,5
539,5
537,5
534,5
536,5
534,5
535,5
536,5
532,5
534
537,5
538,5
536,5
537,5
534
538,5
535,5
539,5
539,5
537,5
541
538,5
533
533,5
535
536,5
535,5
536,5
532,5
535
537
538
537
535,5
538
536
538
540,5
539,5
532,5
532,5
532
538
540
539,5
533,5
536
535,5
539,5
533,5
538
535,5
535,5
535,5
534,5
534,5
537
537
537,5
537
539,5
535,5
533,5
538
537,5
537
540,5
539
536,5
534,5
535,5
538
541
535
532,5
536,5
534
536,5
537
535,5
539,5
536,5
534,5
535,5
536
536,5
538
539
536,5
535
537,5
535,5
535
538,5
536
539,5
535,5
533,5
539
540,5
537,5
539,5
541,5
537,5
535,5
538,5
540,5
534
537
532,5
535,5
537,5
538,5
536
534,5
538,5
535
537
538
536,5
537,5
537
537,5
537
538
534
533,5
539,5
536
537,5
538
534
535
534,5
538,5
537
538,5
540,5
539
538
535
537,5
536,5
536,5
535,5
535,5
539,5
536,5
534,5
533
537,5
540
539,5
534
536
538
537,5
535
539,5
537,5
536,5
539,5
537,5
532,5
532,5
535,5
537,5
537,5
535,5
537,5
535
536,5
539,5
537,5
534
532,5
536,5
536
535,5
536,5
532,5
537
537,5
533
541
538,5
536,5
536
535
535,5
538
537,5
538,5
534,5
534
534,5
532,5
539,5
535
536,5
540,5
538
537
533
533,5
534
540,5
533
535
533,5
538
537
536
539,5
538,5
537,5
536
539,5
535,5
539,5
540,5
536,5
539,5
535,5
534,5
539
536
534,5
537
540,5
536,5
537,5
538
539
537,5
536,5
538,5
535
535,5
538
534,5
534,5
536
538
537,5
535,5
534,5
539
537
537,5
537,5
535,5
538
536
537,5
538,5
536,5
539,5
541,5
534
536
536,5
538,5
537
537
536,5
534,5
537,5
534
535,5
537
536,5
534
540
534,5
537,5
540,5
535
537,5
541
538,5
535,5
539,5
539
533,5
538
537,5
536,5
534,5
539,5
540
536,5
536,5
539,5
539
538,5
540
536,5
537,5
538,5
535,5
120
Tabel 4.17 Data Variabel pada Proses Selektor Botol Isi (April-Mei 2010) Lanjutan Waktu Pengukuran No
Tanggal Awal Shift
30
26/05/2010
Tengah Shift
Akhir Shift
538,5
534,5
539
540,5
533
537,5
534
540,5
534,5
533
535,5
539,5
537,5
539,5
535,5
538,5
535
535
538
536
538,5
540
539,5
533,5
533,5
539,5
532,5
535,5
538,5
539,5
535,5
535
537
538,5
537
535,5
Sumber: Hasil Pengamatan (April-Mei 2010)
4.2
Pengolahan Data
4.2.1
Tahap Define Tahap Define merupakan langkah pertama dalam penerapan konsep Six Sigma. Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi terhadap suatu permasalahan. Pada penelitiannya, penulis melakukan beberapa langkah dalam tahap ini antara lain mendefinisikan permasalahan serta tujuan dari proyek
Six
Sigma
melalui
Project
Charter,
dan
membuat
dan
mengidentifikasikan gambaran umum proses produksi Teh Botol Sosro pada lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung dengan menggunakan SIPOC Diagram dan Peta Aliran Proses. 4.2.1.1 Penyusunan Project Charter Project Charter terdiri dari lima buah elemen utama antara lain ; Latar Belakang (Business Case), Pernyataan Masalah (Problem Statement), Pernyataan Tujuan (Goal Statement), Lingkup Proyek (Project Scope), dan
121
Batas Waktu (Milestone). Berikut ini tahapan penyusunan Project Charter dalam penelitian ini. 1.
Latar Belakang (Business Case) Dalam usaha peningkatan produktivitas dan continous improvement dari segi kualitas baik dari sistem manajemen perusahaan dan kualitas produk yang diproduksi, PT Sinar Sosro KPB Cakung saat ini melakukan berbagai upaya untuk pencapaian sasaran mutu perusahaan tersebut. Adapun beberapa sasaran mutu utama yang ingin dicapai oleh perusahaan antara lain disebutkan dalam sebutan “4 T”. Kepanjangan dari istilah tersebut dapat dijabarkan menjadi Tepat waktu, Tepat jumlah, Tepat biaya, dan Tepat kualitas.
2.
Pernyataan Masalah (Problem Statement) Problem statement yang dijadikan dasar penulisan penelitian ini yaitu berdasarkan sasaran mutu perusahaan yang ditargetkan pada tahun ini. Sasaran mutu perusahaan PT Sinar Sosro KPB Cakung saat ini salah satunya menyebutkan mengenai permasalahan terhadap produk nonstandar yang dihasilkan. Dengan demikian yang menjadi problem statement untuk penelitian ini adalah: “Permasalahan dalam hal pengendalian produk non-standar di tiap proses produksi Teh Botol Sosro di lini produksi ke-3 pada PT Sinar Sosro KPB Cakung”
122
3.
Ruang Lingkup Proyek (Project Scope) Pembatasan ruang lingkup yang penulis lakukan pada penelitiannya, antara lain: • Penelitian dilakukan di PT Sinar Sosro KPB Cakung Lini ke-3. • Produk yang akan diteliti adalah Teh Botol Sosro. • Observasi penelitian dilakukan pada segala kegiatan dan kondisi yang terjadi pada waktu produksi Shift 2 (pukul 08.00 s/d 16.00) • Data pendukung perusahaan yang digunakan antara lain data laporan selektor dan data laporan sortir non-standar bulan Januari s/d Maret 2010. • Jangka waktu penelitian dilakukan selama bulan April s/d Mei 2010.
4.
Pernyataan Tujuan (Goal Statement) Tujuan dari penelitian ini adalah pendekatan Six Sigma dengan metode DMAIC untuk mengendalikan produk non-standar yang dihasilkan di tiap proses dan meningkatkan kualitas produk Teh Botol Sosro.
5.
Batas Waktu (Milestones) Batas waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan April-Mei 2010.
123
Tabel 4.18 DMAIC Project Charter DMAIC Project Charter
Project Title : Pendekatan Six Sigma terhadap permasalahan pengendalian produk non-standar di tiap proses produksi Teh Botol Sosro di Lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung Project Leader : Manager Produksi
Team Members : 1. Tri Nugroho Putro 2. Ferdy Farhan 3. Rizky Fitriningtyas
Business Case : Dalam usaha peningkatan produktivitas dan continous improvement dari segi kualitas, PT. Sinar Sosro KPB Cakung saat ini melakukan berbagai upaya untuk pencapaian sasaran mutu perusahaan tersebut. Adapun beberapa sasaran mutu utama yang ingin dicapai oleh perusahaan antara lain disebutkan dalam sebutan “4 T”. Kepanjangan dari istilah tersebut dapat dijabarkan menjadi Tepat waktu, Tepat jumlah, Tepat biaya, dan Tepat kualitas. Problem Statement :
Goal Statement :
“Permasalahan dalam hal pengendalian produk nonstandar di tiap proses produksi Teh Botol Sosro di lini produksi ke-3 pada PT Sinar Sosro KPB Cakung”
Mengendalikan produk non-standar di tiap proses produksi Teh Botol Sosro di lini produksi ke-3 pada PT Sinar Sosro KPB Cakung
Project Scope : Penelitian dilakukan di PT. Sinar Sosro KPB Cakung Lini Produksi ke – 3. Produk yang akan diteliti adalah Teh Botol Sosro. Observasi penelitian dilakukan pada segala kegiatan dan kondisi yang terjadi pada waktu produksi shift 2 (pukul 08.00 s/d 16.00) Data pendukung perusahaan yang digunakan antara lain data laporan tiap bagian selektor (selektor botol kotor, selektor bersih, dan selektor botol isi) dan data laporan sortir non-standard bulan Januari s/d Maret 2010. Jangka waktu penelitian dilakukan selama bulan April s/d Mei 2010.
Preliminary Plan
Target Date
Actual Date
30 Maret 2010
1 April 2010
DEFINE
3 April 2010
6 April 2010
MEASURE
11 April 2010
13 April 2010
ANALYZE
1 Mei 2010
30 Mei 2010
IMPROVE
On Progress
On Progress
CONTROL
On Progress
On Progress
Completion Date
On Progress
On Progress
Start Date
124
4.2.1.2 Penggambaran Proses Produksi 1. Diagram SIPOC (Supplier Input Process Output Customer) SUPPLIER
INPUT
PROCESS
OUTPUT
CUSTOMER
Operator forklift
Pallet botol kosong
Transportasi
Pallet Botol Kosong
Mesin depalletizer
Mesin depalletizer
Pallet botol kosong
Pemisahan pallet botol kosong
Krat botol kosong
Mesin depalletizer
Mesin depalletizer
Krat botol kosong
Inspeksi
Krat botol kosong
Operator pos 1 selektor botol kotor
Krat kosong Operator pos 1 selektor botol kotor
Krat botol kosong
Pemisahan krat botol kosong
Mesin decrater Botol kosong
Mesin decrater
Botol kosong
Inspeksi
Botol kosong
Operator pos 2 selektor botol kotor
Operator pos 2 selektor botol kotor
Botol kosong
Inspeksi
Botol kosong
Operator pos 3 selektor botol kotor
Operator pos 3 selektor botol kotor
Botol kosong
Transportasi
Botol kosong
Mesin bottle washer
Mesin bottle washer
Botol kosong
Pencucian botol kotor
Botol bersih
Operator pos 1 selektor botol bersih
Operator pos 1 selektor botol bersih
Botol bersih
Inspeksi
Botol bersih
Operator pos 2B, 2 selektor botol bersih
Operator pos 2B, 2 selektor botol bersih
Botol bersih
Inspeksi
Botol bersih
Mesin Empty Bottle Inspection 1, 2
Mesin Empty Bottle Inspection 1, 2
Botol bersih
Inspeksi
Botol bersih
Operator pos 3, 5 selektor botol bersih
Operator pos 3, 5 selektor botol bersih
Botol bersih
Inspeksi
Botol bersih
Operator pos 4,6 selektor botol bersih
Operator pos 4,6 selektor botol bersih
Botol bersih
Transportasi
Botol bersih
Mesin filler 1, 2
1
125
SUPPLIER
INPUT
PROCESS
OUTPUT
CUSTOMER
1
Mesin filler 1, 2
Botol bersih
Pengisian Teh Cair Manis (TCM)
Botol isi tanpa tutup
Mesin crowner 1, 2
Mesin filler 1, 2
Botol isi tanpa tutup
Penutupan botol isi dengan crown cork
Botol isi
Mesin crowner 1, 2
Mesin crowner 1, 2
Botol isi
Inspeksi
Botol isi
Operator pos 1, 3 selektor botol isi
Operator pos 1, 3 selektor botol isi
Botol isi
Inspeksi
Botol isi
Operator pos 2, 4 selektor botol isi
Operator pos 2, 4 selektor botol isi
Botol isi
Inspeksi
Botol isi
Operator pos 5, 6 selektor botol isi
Operator pos 5, 6 selektor botol isi
Botol isi Penggabungan botol isi dengan krat bersih
Krat botol isi
Mesin crater
Mesin crate washer
Krat bersih
Mesin crater
Krat botol isi
Inspeksi
Krat botol isi
Operator pos 7, 8 selektor botol isi
Operator pos 7, 8 selektor botol isi
Krat botol isi
Penggabungan krat botol isi menjadi pallet botol isi
Pallet botol isi
Mesin palletizer
Mesin palletizer
Pallet botol isi
Pemberian nomor stiker dan tali rafia
Pallet botol isi dengan nomor stiker dan tali rafia
Operator pos ikat PI
Operator pos ikat PI
Pallet botol isi dengan nomor stiker dan tali rafia
Transportasi
Pallet botol isi dengan nomor stiker dan tali rafia
Operator forklift
Operator forklift
Pallet botol isi dengan nomor stiker dan tali rafia
Transportasi
Pallet botol isi dengan nomor stiker dan tali rafia
Gudang PI
Diagram 4.2 SIPOC Diagram (Lanjutan) Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
126
Penggunaan SIPOC diagram ditujukan untuk memberikan informasi mengenai Supplier, Input, Process, Output, dan Customer yang berkaitan dengan kegiatan produksi khususnya pada bagian lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung. Berikut ini merupakan uraian dari penggambaran SIPOC diagram tersebut: 1. Supplier Pada bagian supplier dalam pembuatan diagram SIPOC di atas, terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian internal dan eksternal. Fungsi dari supplier eksternal antara lain adalah untuk memasok bahan baku dan bahan pendukung lainnya yang nantinya digunakan pada proses produksi. Berikut ini beberapa nama perusahaan yang mempunyai andil sebagai supplier eksternal bagi PT Sinar Sosro KPB Cakung antara lain PT Mulia Glass (pemasok bahan baku botol kaca), PT Ancol Terang Printing (pemasok crown cork), Thai Roong Ruang Industry co.ltd (pemasok refined sugar), PT Gunung Slamet (pemasok teh kering). Supplier internal pada pembuatan diagram SIPOC ini antara lain terdiri dari gudang PB untuk menyuplai pallet botol kosong, mesin pasteurisasi untuk menyuplai kebutuhan Teh Cair Manis ke mesin filler 1 dan 2, mesin box crowner untuk menyuplai crown cork ke mesin crowner, dan pos selektor botol bersih untuk menyuplai botol bersih ke mesin filler 1 dan 2. 2. Input Adapun input yang diberikan dari supplier eksternal tersebut yang nantinya akan digunakan pada proses produksi antara lain botol kaca (sebagai
127
wadah pada saat proses pengisian TCM di mesin filler), refined sugar (nantinya akan dilarutkan bersama teh kering dan air pada saat proses pencampuran di mixing tank pada bagian kitchen), teh kering (nantinya akan dilakukan ekstraksi pada awal proses, sehingga nantinya menjadi Teh Cair Pahit), crown cork (penggunaan crown cork digunakan pada saat proses pengisian botol isi pada mesin filler selesai, lalu proses selanjutnya pemberian crown cork dilakukan pada mesin crowner). Bagian input pada proses yang digambarkan pada diagram SIPOC tersebut antara lain crown cork, Teh Cair Manis (TCM), pallet botol kosong, krat botol kosong, botol kotor, krat bersih, botol bersih, botol isi, krat botol isi, dan pallet isi. Terdapat beberapa faktor penghambat terhadap input yang akan diproses untuk menjadi output diantara lainnya yaitu masih ada beberapa input produk non-standar baik dari bagian selektor botol kotor hingga selektor botol isi yang lolos masuk ke proses berikutnya dan masih adanya waktu delays pada saat suplai input. 3. Process Untuk bagian process, hampir seluruh proses yang dikerjakan di lini produksi ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung menggunakan mesin produksi. Kegiatan proses produksi yang dikerjakan oleh manusia, hanya berada pada saat pos ikat pallet isi. Hambatan pada saat melakukan proses tiap bagian selektor botol antara lainnya yaitu breakdown machine yang belum bisa diprediksi, penggunaan waktu untuk men-setting ulang maupun melakukan
128
inspeksi terhadap mesin yang cukup sering dilakukan, dan belum terkendalinya output non-standar yang dihasilkan pada tiap proses. 4. Output Bagian output pada proses yang digambarkan pada diagram SIPOC tersebut antara lain botol bersih, botol isi, krat botol isi, dan pallet isi dengan pemberian nomor stiker dan tali rafia. Terdapat beberapa faktor penghambat terhadap output yang dihasilkan pada tiap proses, yaitu faktor delays pada tiap proses yang menyebabkan jumlah output tidak sesuai target produksi harian dan masih banyaknya jumlah produk non-standar yang dihasilkan di tiap proses yang digambarkan pada diagram SIPOC tersebut. 5. Customer Pada bagian customer yang digambarkan pada diagram SIPOC tersebut antara lain mesin produksi seperti mesin depalletizer, mesin decrater, mesin bottle washer, mesin crate washer, mesin filler, mesin crowner, operator selektor botol kotor, operator selektor botol bersih, operator selektor botol isi, mesin crater, mesin palletizer, operator pos ikat pallet isi, operator forklift, dan gudang pallet isi. Untuk produk jadi yang dihasilkan PT Sinar Sosro KPB Cakung, nantinya akan didistribusikan ke Kantor Penjualan Wilayah untuk daerah Jabodetabek dan beberapa produk akan di ekspor ke luar negeri.
129
2. Peta Aliran Proses Tabel 4.19 PETA ALIRAN PROSES
130
Berdasarkan peta aliran proses diatas diketahui bahwa pada proses pembotolan TBS terdapat 42 aktivitas. Adapun ringkasan dari aktivitas-aktivitas tersebut adalah: Tabel 4.20 Ringkasan Aktivitas Proses Pembotolan Teh Botol Sosro Jenis Aktivitas Operasi Proses pemisahan krat botol kosong dari pallet botol kosong di mesin depalletizer Proses pemisahan krat botol kosong dengan botol kosong pada mesin decrater Proses pencucian botol kotor pada mesin bottle washer Proses pengisian TCM pada mesin filler dan pemasangan tutup pada mesin crowner Proses pemberian coding pada mesin printer video jet Proses penggabungan krat bersih dengan botol isi pada mesin crater Proses penggabungan krat botol isi menjadi pallet botol isi pada mesin palletizer Proses ikat tali rafia dan menempel stiker produksi pada pos ikat pallet botol isi Pemeriksaan Inspeksi krat botol kosong di pos 1 selektor botol kotor Inspeksi botol kotor pada pos 2 selektor botol kotor Inspeksi botol kotor pada pos 3 selektor botol kotor Inspeksi botol bersih pada pos 1 selektor botol bersih Inspeksi botol bersih pada pos 2 selektor botol bersih Inspeksi botol bersih pada mesin Empty Bottle Inspector (EBI) Inspeksi botol bersih pada pos 3 selektor botol bersih Inspeksi botol bersih pada pos 4 selektor botol bersih Inspeksi botol isi pada pos 1 selektor botol isi Inspeksi botol isi pada pos 2 selektor botol isi Inspeksi botol isi pada pos 5 selektor botol isi Inspeksi botol isi pada pos 6 selektor botol isi Inspeksi krat botol isi pada pos 7 selektor botol isi Transportasi Pemindahan pallet botol kosong ke mesin depalletizer Pemindahan krat botol kosong ke pos 1 selektor botol kotor Pemindahan krat botol kosong ke mesin decrater Pemindahan botol kotor ke pos 2 selektor botol kotor Pemindahan botol kotor ke pos 3 selektor botol kotor Pemindahan botol kotor ke mesin bottle washer Pemindahan botol bersih ke pos 1 selektor botol bersih Pemindahan botol bersih ke pos 2 selektor botol bersih Pemindahan botol bersih ke mesin Empty Bottle Inspector (EBI) Pemindahan botol bersih ke pos 3 selektor botol bersih Pemindahan botol bersih ke pos 4 selektor botol bersih Pemindahan botol bersih ke mesin filler dan crowner Pemindahan botol isi ke pos 1 selektor botol isi Pemindahan botol isi ke mesin printer video jet Pemindahan botol isi ke pos 2 selektor botol isi Pemindahan botol isi ke pos 5 selektor botol isi Pemindahan botol isi ke pos 6 selektor botol isi Pemindahan krat botol isi ke pos 7 selektor botol isi Pemindahan krat botol isi ke mesin palletizer Pemindahan pallet botol isi ke pos ikat pallet botol isi Pemindahan pallet botol isi ke tempat shipping forklift
131
Berdasarkan peta aliran proses tersebut, dapat terlihat bahwa aktivitas proses produksi yang terjadi pada lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung terbagi menjadi tiga jenis aktivitas yaitu, aktivitas operasi, aktivitas pemeriksaan, dan aktivitas transportasi. Adapun dari ketiga jenis aktivitas tersebut, aktivitas transportasi nampak mendominasi seluruh aktivitas yang ada. Dari tabel tersebut dapat terlihat total aktivitas transportasi sebanyak 21 aktivitas, total aktivitas pemeriksaan sebanyak 13 aktivitas, dan aktivitas proses sebanyak 8 aktivitas. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, hampir seluruh kegiatan proses produksi dilakukan menggunakan mesin yang bekerja dengan sistem otomatis, sehingga dalam hal ini kelancaran proses produksi sangat bergantung pada kelancaran mesin dalam melakukan proses. Dikarenakan proses produksi saling berkaitan satu sama lain maka apabila terjadi breakdown machine di tengah proses produksi akibatnya akan menimbulkan hambatan bagi proses lainnya. Adapun kegiatan proses produksi secara keseluruhan dibagi menjadi ke dalam 3 kegiatan utama yaitu kegiatan pada pos selektor botol kotor, selektor botol bersih, dan selektor botol isi.
132
4.2.2
Tahap Measure Measure merupakan fase kedua dari konsep Six Sigma. Dalam tahap ini akan dilakukan beberapa perhitungan untuk menentukan bagaimana kondisi proses yang sedang berjalan. Dari hasil perhitungan tersebut nantinya akan dijadikan acuan penulis untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang terjadi sehingga akan memberikan usulan perbaikan bagi perusahaan dengan konsep Six Sigma. Pada tahap ini dilakukan pengukuran untuk menentukan karakteristik kunci kualitas (CTQ) yang merupakan karakteristik produk yang berhubungan secara spesifik dengan kebutuhan pelanggan. Tahap measure memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas, karena dengan melakukan tahap ini penulis dapat mengetahui kinerja perusahaan saat ini melalui perhitungan data yang dijadikan dasar untuk melakukan analisa dan perbaikan. Dalam metode DMAIC terdapat dua konsep pengukuran yaitu pengukuran kinerja proses dan pengukuran kinerja produk. Pada penelitiannya, penulis melakukan kinerja proses dengan cara antara lain: •
Perhitungan peta kendali X dan peta kendali R berat botol isi Teh Botol Sosro Perhitungan peta kendali X dan peta kendali R berat botol isi dilakukan
untuk menghitung nilai tengah dan batas kontrol pada proses produksi Teh Botol Sosro dan penggambaran peta kontrol tersebut.
133
•
Perhitungan Kapabilitas Proses Perhitungan kapabilitas proses dilakukan untuk mengetahui seberapa baik proses dapat memproduksi produk yang bebas dari cacat. Untuk melakukan pengukuran kinerja produk, penulis melakukan
pengukuran terhadap: •
Perhitungan DPMO (Defect Per Million Opportunities), yaitu mengidentifikasikan berapa banyak produk defect yang muncul dalam satu juta kesempatan pada tiap proses produksi.
•
Perhitungan tingkat sigma, yaitu melakukan perhitungan kapabilitas sigma terhadap permasalahan munculnya produk non-standar pada tiap
proses produksi. 4.2.2.1 Penentuan Critical To Quality (CTQ)
Kepuasaan pelanggan dapat dipenuhi jika semua kriteria yang diinginkan oleh pelanggan dapat dicapai. Dalam konsep six sigma ditegaskan bahwa kebutuhan
pelanggan
harus
dipenuhi
dengan
cara
mengukur
dan
menyempurnakan proses dan produk, dan karakteristik CTQ. Pada tahap ini dilakukan penentuan karakteristik kualitas kunci yang mempersentasikan kebutuhan oleh pelanggan. Pada penelitiannya, penulis akan melakukan penentuan CTQ di tiap proses produksi yaitu pada bagian pos selektor botol kotor, pos selektor botol bersih , dan pos selektor botol isi.
134
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam penentuan CTQ pada tiap proses. 1. Pos Selektor Botol Kotor
Berikut ini merupakan beberapa penjabaran mengenai Critical To Quality (CTQ) yang ditetapkan perusahaan pada kategori produk non-standar di bagian pos selektor botol kotor, antara lain adalah: Tabel 4.21 Critical To Quality (CTQ) Produk Non-standar pada Pos Selektor Botol Kotor
1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Produk Non-standar Kotor Cuci Kotor Musnah Pecah Luar Pecah Mesin Benda Asing
6.
Botol Asing
7.
Botol Tertutup
No
Penjelasan
Karat, logo hitam, label rusak, debu, dan lumpur. Buram, semen, cat. Botol pecah di luar produksi. Botol pecah karena kegagalan mesin produksi. Botol terdapat benda asing seperti plastik, sedotan, lumut, dan lain-lain. Botol yang masuk ke dalam proses bukan merupakan botol untuk produk yang akan diproduksi, contohnya botol dari “merk” lain dan botol fruit tea, joy tea, maupun tebs. Botol yang masuk ke dalam proses masih dalam keadaan tertutup crown cork.
Sumber: PT. Sinar Sosro KPB Cakung
2. Pos Selektor Botol Bersih
Berikut ini merupakan beberapa penjabaran mengenai Critical To Quality (CTQ) yang ditetapkan perusahaan pada kategori produk non-standar di bagian pos selektor botol bersih, antara lain adalah:
135
Tabel 4.22 Critical To Quality (CTQ) Produk Non-Standar pada Pos Selektor Botol Bersih
1.
Kategori Produk Non-standar Kotor Cuci
2. 3.
Kotor Musnah Benda Asing
4.
Botol Asing
5.
Botol Pecah
No
Penjelasan
Karat, logo hitam, label rusak, debu, dan lumpur. Buram, semen, cat. Botol terdapat benda asing seperti plastik, sedotan, lumut, dan lain-lain. Botol yang masuk ke dalam proses bukan merupakan botol untuk produk yang akan diproduksi, contohnya botol dari “merk” lain dan botol fruit tea, joy tea, maupun tebs. Botol pecah akibat kesalahan operator maupun akibat pecah dari mesin dan pecah akibat botol roboh saat di conveyor.
Sumber: PT. Sinar Sosro KPB Cakung
3. Pos Selektor Botol Isi
Berikut ini merupakan beberapa penjabaran mengenai Critical To Quality (CTQ) yang ditetapkan perusahaan pada kategori produk non-standar di bagian pos selektor botol isi, antara lain adalah: Tabel 4.23 Critical To Quality (CTQ) Produk Non-Standar pada Pos Selektor Botol Isi No
1.
Kategori Produk Non-standar Benda Asing
Penjelasan • • •
2.
Botol Asing
•
Timbul akibat proses pencucian botol kotor di mesin bottle washer tidak sempurna. Timbul akibat kurang fokusnya operator di pos selektor botol bersih dalam melakukan inspeksi botol bersih. Timbul akibat terdapat kotoran atau serpihan yang menempel di mesin filler ataupun mesin crowner. Timbul akibat kurang fokusnya operator di pos selektor botol bersih dalam melakukan inspeksi botol bersih.
136
Tabel 4.24 Critical To Quality (CTQ) Produk Non-Standar pada Pos Selektor Botol Isi (Lanjutan) No
3.
Kategori Produk Non-standar Volume Non-Standar
Penjelasan • • •
4.
Kosong Tertutup
• • •
Timbul akibat kesalahan penyetelan pada guide yang ada pada mesin filler. Timbul akibat kerusakan komponen mesin filler, seperti karet bocor, pegas error, filling valve terlalu turun. Botol gumpil ataupun botol retak pada saat pengisian Teh Cair Manis di mesin filler. Timbul akibat kesalahan penyetelan pada guide yang ada pada mesin filler. Timbul akibat kerusakan pada komponen mesin filler, antara lain karet bocor, pegas error, filling valve terlalu turun. Botol gumpil ataupun botol retak pada saat pengisian Teh Cair Manis di mesin filler.
5.
Tanpa Tutup
•
Timbul akibat crown cork macet, sehingga proses crowning tidak sempurna, sehingga pada botol isi tidak terproses di mesin crowner.
6.
Tutup Miring
•
Timbul akibat kesalahan penyetelan pada deck in-feed dan center starwheel. Umur piston stamp yang sudah tua. Drag ring yang cacat.
• •
7.
Tutup Asing
•
8.
Botol Kotor/Buram
•
9.
Botol Pecah
•
10. PI Pecah
•
11. PI Ompong
• •
Sumber: PT. Sinar Sosro KPB Cakung
Timbul akibat adanya tutup asing yang ikut terproses pada saat crowning di mesin crowner. Timbul akibat kurang fokusnya operator di pos selektor botol bersih dalam melakukan inspeksi botol bersih. Timbul akibat kesalahan penyetelan pada deck in-feed, center starwheel, spring dan guide rod. Timbul akibat robohnya PI saat di conveyor atau robohnya PI saat dibawa forklift ke gudang PI. Timbul akibat kesalahan proses pada saat di mesin crater. Timbul akibat kurangnya pengawasan dari operator 7 dan 8 pada bagian selektor botol isi.
137
4.2.2.2 Pengukuran Kinerja Proses 1. Perhitungan Data Kualitas Variabel
Pada penelitian ini penulis akan melakukan pengukuran kinerja proses dari proses produksi Teh Botol Sosro pada lini ke-3 di PT. Sinar Sosro KPB Cakung. Untuk melakukan pengukuran kinerja proses, maka penulis melakukan beberapa perhitungan, antara lain: •
Perhitungan peta kontrol X dan peta kontrol R berat botol isi
•
Perhitungan Kapabilitas Proses
Berdasarkan informasi dari perusahaan, penetapan spesifikasi terhadap berat botol isi pada produk Teh Botol Sosro adalah sebesar 536 ± 8 gram. Berat tersebut diukur berdasarkan berat dari botol kosong, berat volume isi dan crown cork yang digunakan. A. Perhitungan Peta Kendali X dan Peta Kendali R Berat Botol Isi produk Teh Botol Sosro i. Perhitungan Peta Kendali X dan Peta Kendali R Berat Botol Isi pada Awal Shift • Perhitungan Peta Kendali X CL = X = 536,811 UCL = X + A 2 R = 536,811 + (0,729 )5,15 = 540,562 LCL = X − A 2 R = 536,811 − (0,729 )5,15 = 533,060
138
• Perhitungan Peta Kendali R CL = R = 5,15 UCL = D 4 R = (2,282 )5,15 =11,75
LCL = D 3 R = (0 )5,15 = 0
Xbar-R Chart of Berat Botol Isi TBS pada Awal Shift U C L=540,562
Sample M ean
540 538
_ _ X=536,811
536 534 LC L=533,060 532 1
1
16
Sample Range
10
1
19
28
37
1
46 Sample
55
64
73
82
1
12
U C L=11,75
8 _ R=5,15
4 0
LC L=0 1
10
19
28
37
46 Sample
55
64
73
82
Grafik 4.6 Peta Kendali X dan R Berat Botol Isi pada Awal Shift (April-Mei 2010) Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan grafik peta kendali X dan peta kendali R di atas, menunjukkan terdapat data yang keluar dari batas kontrol spesifikasi, sehingga perlu dilakukan revisi terhadap data tersebut. Revisi data dilakukan guna mengkondisikan semua data berada dalam batas kontrol spesifikasi. Hasil revisi terhadap data yang keluar dari batas kontrol spesifikasi adalah sebagai berikut.
139
•
Perhitungan Peta Kendali X CL = X = 536,712 UCL = X + A 2 R = 536,712 + (0,729 )4,35 = 539,877 LCL = X − A 2 R = 536,712 − (0,729 )4,35 = 533,546
•
Perhitungan Peta Kendali R CL = R = 4,35 UCL = D 4 R = (2,282 )4,35 = 9,91
LCL = D 3 R = (0 )4,35 = 0
Revisi 2 Xbar-R Chart of Berat Botol Isi TBS pada Awal Shift 540,0
U C L=539,877
Sample M ean
538,5 _ _ X=536,712
537,0 535,5 534,0
LC L=533,546 1
9
17
25
33
41 49 Sample
57
65
73
81
Sample Range
10,0
U C L=9,91
7,5 _ R=4,35
5,0 2,5 0,0
LC L=0 1
9
17
25
33
41 49 Sample
57
65
73
81
Grafik 4.7 Revisi Akhir Peta Kendali X dan R Berat Botol Isi pada Awal Shift (April-Mei 2010) Sumber: Hasil Pengolahan Data
140
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa berat rata-rata botol isi untuk produk Teh Botol Sosro pada waktu pengamatan di awal shift produksi adalah sebesar 536,712 gr. Berdasarkan grafik peta kendali X dan peta kendali R di atas, menunjukkan bahwa data yang telah dilakukan revisi sebelumnya telah memenuhi batas spesifikasi kontrol. Dengan demikian, data tersebut dapat digunakan selanjutnya untuk mengukur kapabilitas proses berat botol isi Teh Botol Sosro pada awal shift. ii. Perhitungan Peta Kendali X dan Peta Kendali R Berat Botol Isi pada Tengah Shift •
Perhitungan Peta Kendali X CL = X = 536,994 UCL = X + A 2 R = 536,944 + (0,729 )5,19 = 540,775 LCL = X − A 2 R = 536,994 − (0,729 )5,19 = 533,214
•
Perhitungan Peta Kendali R CL = R = 5,19 UCL = D 4 R = (2,282 )5,19 =11,84
LCL = D 3 R = (0 )5,19 = 0
141
Xbar-R Chart of Berat Botol Isi TBS pada Tengah Shift U C L=540,775 Sample M ean
540,0 538,5 _ _ X=536,994
537,0 535,5 534,0
LC L=533,214 1
10
1
16
19
28
37
46 Sample
55
64
73
82
1
Sample Range
1
12
U C L=11,84
8 _ R=5,19
4 0
LC L=0 1
10
19
28
37
46 Sample
55
64
73
82
Grafik 4.8 Peta Kendali X dan R Berat Botol Isi pada Tengah Shift (April-Mei 2010) Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan grafik peta kendali X dan peta kendali R di atas, menunjukkan terdapat data yang keluar dari batas kontrol spesifikasi, sehingga perlu dilakukan revisi terhadap data tersebut. Revisi data dilakukan guna mengkondisikan semua data berada dalam batas kontrol spesifikasi. Hasil revisi terhadap data yang keluar dari batas kontrol spesifikasi adalah sebagai berikut.
142
•
Perhitungan Peta Kendali X CL = X = 536,915 UCL = X + A 2 R = 536,915 + (0,729 )4,66 = 540,309 LCL = X − A 2 R = 536,915 − (0,729 )4,66 = 533,522
•
Perhitungan Peta Kendali R CL = R = 4,66 UCL = D 4 R = (2,282 )4,66 = 10,63
LCL = D 3 R = (0 )4,66 = 0
Revisi 1 Xbar-R Chart of Berat Botol Isi TBS pada Tengah Shift U C L=540,309
Sample M ean
540,0 538,5
_ _ X=536,915
537,0 535,5 534,0
LC L=533,522 1
10
19
28
37
46 Sample
55
64
73
82
U C L=10,63
Sample Range
10,0 7,5
_ R=4,66
5,0 2,5 0,0
LC L=0 1
10
19
28
37
46 Sample
55
64
73
82
Grafik 4.9 Revisi Akhir Peta Kendali X dan R Berat Botol Isi pada Tengah Shift (April-Mei 2010) Sumber: Hasil Pengolahan Data
143
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa berat rata-rata botol isi untuk produk Teh Botol Sosro pada waktu pengamatan di tengah shift produksi adalah sebesar 536,915 gr. Berdasarkan grafik peta kendali Xbar dan peta kendali R di atas, menunjukkan bahwa data yang telah dilakukan revisi sebelumnya telah memenuhi batas spesifikasi kontrol. Dengan demikian, data tersebut dapat digunakan selanjutnya untuk mengukur kapabilitas proses berat botol isi Teh Botol Sosro pada tengah shift. iii. Perhitungan Peta Kendali X dan Peta Kendali R Berat Botol Isi pada Akhir Shift •
Perhitungan Peta Kendali Xbar CL = X = 536,847 UCL = X + A 2 R = 536,847 + (0,729 )4,30 = 539,976 LCL = X − A 2 R = 536,847 − (0,729 )4,30 = 533,718
•
Perhitungan Peta Kendali R CL = R = 4,30 UCL = D 4 R = (2,282 )4,30 = 9,80
LCL = D 3 R = (0 )4,30 = 0
144
Xbar-R Chart of Berat Botol Isi TBS pada Akhir Shift
Sample M ean
540,0
U C L=539,976
538,5 _ _ X=536,847
537,0 535,5 534,0
LC L=533,718 1
10
19
28
37
46 Sample
55
64
73
82
Sample Range
10,0
U C L=9,80
7,5 5,0
_ R=4,30
2,5 0,0
LC L=0 1
10
19
28
37
46 Sample
55
64
73
82
Grafik 4.10 Peta Kendali X dan R Berat Botol Isi pada Akhir Shift (April-Mei 2010) Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa berat rata-rata botol isi untuk produk Teh Botol Sosro pada waktu pengamatan di akhir shift produksi adalah sebesar 536,847 gr. Berdasarkan grafik peta kendali X dan peta kendali R di atas, menunjukkan bahwa data yang telah dilakukan revisi sebelumnya telah memenuhi batas spesifikasi kontrol. Dengan demikian, data tersebut dapat digunakan selanjutnya untuk mengukur kapabilitas proses berat botol isi Teh Botol Sosro pada akhir shift.
145
B. Perhitungan Kapabilitas Proses i. Perhitungan Kapabilitas Proses Berat Botol Isi pada Awal Shift
Berikut ini merupakan perhitungan kapabilitas proses untuk berat botol isi produk Teh Botol Sosro pada awal shift. a. Indeks Kapabilitas Proses (Cp) Cp =
(USL − LSL)
→s =
6s
R 4,35 = = 2,113 d 2 2,059
USL = 536 + 8 = 544 gr LSL = 536 − 8 = 528 gr Cp =
(544 − 528) 6(2,113)
16 = = 1,26 12,678
Berdasarkan nilai kapabilitas yang diperoleh dari perhitungan di atas, maka hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai Cp mencapai angka 1,26 (Cp = 1,26). Dengan nilai Cp tersebut, maka kemampuan proses pengendalian kualitas pada berat botol isi TBS pada awal shift tersebut hampir mencapai tingkat kemampuan proses pada tingkat 4-sigma (catatan : Nilai Cp pada tingkat 4-sigma = 1,33). b. Indeks Performansi Kane (Cpk) C pk = min (CPL, CPU ), dimana :
146
CPL =
(X − LSL) = (536,712 − 528) = 1,37
CPU =
(USL − X ) = (544 − 536,712) = 1,15
3s
3s
3(2,113)
3(2,113)
Berdasarkan ukuran indeks performansi Kane diketahui bahwa Cpk = CPU. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata berat botol isi produk Teh Botol Sosro yang terjadi pada awal shift , yaitu sebesar 536,712 gr, adalah lebih dekat ke batas spesifikasi atas yang ditetapkan, USL = 544 gr, sekaligus menunjukkan bahwa proses mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL = 544 gr) karena nilai CPU = 1,15. Nilai tersebut menunjukkan bahwa CPU > 1,00 (memenuhi batas spesifikasi atas, USL). Untuk nilai CPL sebesar 1,37 menunjukkan bahwa proses sangat mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL = 528 gr), karena nilai CPL = 1,37 berada dalam kriteria CPL > 1,33 (sangat mampu memenuhi batas spesifikasi bawah, LSL).
147
ii. Perhitungan Kapabilitas Proses Berat Botol Isi pada Tengah Shift
Berikut ini merupakan perhitungan kapabilitas proses untuk berat botol isi produk Teh Botol Sosro pada tengah shift. a. Indeks Kapabilitas Proses (Cp) Cp =
(USL − LSL)
→s =
6s
R 4,66 = = 2,263 d 2 2,059
USL = 536 + 8 = 544 gr LSL = 536 − 8 = 528 gr Cp =
(544 − 528) 6(2,263)
16 = = 1,17 13,578
Berdasarkan nilai kapabilitas yang diperoleh dari perhitungan di atas, maka hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai Cp mencapai angka 1,17 (Cp = 1,17). Dengan nilai Cp tersebut, maka kemampuan proses pengendalian kualitas pada berat botol isi TBS pada tengah shift tersebut mencapai tingkat kemampuan proses dengan tingkat 3,5-sigma (catatan : Nilai Cp pada tingkat 3,5-sigma = 1,17). b. Indeks Performansi Kane (Cpk) C pk = min (CPL, CPU ), dimana :
148
CPL =
(X − LSL) = (536,915 − 528) = 1,31
CPU =
(USL − X ) = (544 − 536,915) = 1,04
3s
3s
3(2,263)
3(2,263)
Berdasarkan ukuran indeks performansi Kane diketahui bahwa Cpk = CPU. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata berat botol isi produk Teh Botol Sosro yang terjadi pada tengah shift , yaitu sebesar 536,915 gr, adalah lebih dekat ke batas spesifikasi atas yang ditetapkan, USL = 544 gr, sekaligus menunjukkan bahwa proses mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL = 544 gr) karena nilai CPU = 1,04. Nilai tersebut menunjukkan bahwa CPU > 1,00 (memenuhi batas spesifikasi atas, USL). Untuk nilai CPL sebesar 1,31 menunjukkan bahwa proses mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL = 528 gr), karena nilai CPL = 1,31 berada dalam kriteria CPL > 1,00 (mampu memenuhi batas spesifikasi bawah, LSL).
149
iii. Perhitungan Kapabilitas Proses Berat Botol Isi pada Akhir Shift
Berikut ini merupakan perhitungan kapabilitas proses untuk berat botol isi produk Teh Botol Sosro pada akhir shift. a. Indeks Kapabilitas Proses (Cp) Cp =
(USL − LSL)
→s =
6s
R 4,30 = = 2,088 d 2 2,059
USL = 536 + 8 = 544 gr LSL = 536 − 8 = 528 gr Cp =
(544 − 528) 6(2,088)
16 = = 1,27 12,528
Berdasarkan nilai kapabilitas yang diperoleh dari perhitungan di atas, maka hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai Cp mencapai angka 1,27 (Cp = 1,27). Dengan nilai Cp tersebut, maka kemampuan proses pengendalian kualitas pada berat botol isi TBS pada akhir shift tersebut hampir mencapai tingkat kemampuan proses dengan tingkat 4-sigma (catatan : Nilai Cp pada tingkat 4sigma = 1,33).
b. Indeks Performansi Kane (Cpk) C pk = min (CPL, CPU ), dimana :
150
CPL =
(X − LSL) = (536,847 − 528) = 1,41
CPU =
(USL − X ) = (544 − 536,847) = 1,14
3s
3s
3(2,088)
3(2,088)
Berdasarkan ukuran indeks performansi Kane diketahui bahwa Cpk = CPU. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata berat botol isi produk Teh Botol Sosro yang terjadi pada akhir shift , yaitu sebesar 536,847 gr, adalah lebih dekat ke batas spesifikasi atas yang ditetapkan, USL = 544 gr, sekaligus menunjukkan bahwa proses mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL = 544 gr) karena nilai CPU = 1,14. Nilai tersebut menunjukkan bahwa CPU > 1,00 (memenuhi batas spesifikasi atas, USL). Untuk nilai CPL sebesar 1,41 menunjukkan bahwa proses sangat mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL = 528 gr), karena nilai CPL = 1,41 berada dalam kriteria CPL > 1,33 (sangat mampu memenuhi batas spesifikasi bawah, LSL).
151
2. Perhitungan Data Kualitas Atribut
Dalam melakukan perhitungan terhadap seluruh data atribut yang penulis peroleh dari pihak perusahaan dan data pengamatan penulis selama di lapangan, maka data tersebut akan penulis kelompokkan berdasarkan tahapan proses produksi untuk produk Teh Botol Sosro. Adapun pengelompokkan perhitungan data atribut dibagi menjadi 3 kelompok. Untuk perhitungan pada bagian selektor botol kotor dan bagian selektor botol bersih, penulis melakukan pengolahan data atribut yang diperoleh berdasarkan laporan produk non-standar harian perusahaan menggunakan peta kendali p (p-chart). Untuk perhitungan pada bagian selektor botol isi, penulis melakukan pengolahan data atribut berdasarkan pengamatan penulis pada tiap produksi produk Teh Botol Sosro yang berlangsung selama bulan April-Mei 2010 menggunakan peta kendali np (np - chart). Menurut Ariani (1999,p.129), peta pengendali p dan np digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang diisyaratkan. Untuk peta pengendali p dan np digunakan bila kita memakai ukuran cacat berdasarkan proporsi produk cacat dalam setiap sampel yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama, maka kita dapat menggunakan peta pengendali p dan peta pengendali np. Namun bila sampel yang diambil
152
bervariasi untuk setiap kali melakukan observasi berubah-ubah jumlahnya maka kita harus menggunakan peta pengendali p (p - chart). A. Perhitungan p-Chart i. Bagian Selektor Botol Kotor
Berdasarkan penentuan CTQ yang telah ditetapkan sebelumnya, terdapat 7 kategori produk non-standar yang perlu diperhatikan oleh operator/selektor dalam melakukan tahap inspeksi pada bagian selektor botol kotor. Setelah melakukan perhitungan batas spesifikasi produk non-standar pada bagian selektor botol kotor yang terdapat pada tabel (Lampiran B), berikut ini merupakan contoh perhitungan batas spesifikasi kontrol pada bagian selektor botol kotor. Contoh Perhitungan : 1. Proporsi Cacat jumlah produk cacat jumah unit yang diproses 2040 = 215154 = 0,0094816
p=
2. Central Line (CL) total produk non standar total unit yang diproses 191510 = 12567496 = 0,01524
CL =
153
3. Upper Control Limit (UCL) UCL = p + 3
p (1 − p) n i
= 0,01524 + 3
0,01524(1 - 0,1524) = 0,01579 215154
4. Lower Control Limit (LCL) LCL = p − 3
p (1 − p) n i
= 0,01524 − 3
Berdasarkan
0,01524(1 - 0,1524) = 0,01469 215154
hasil perhitungan dari seluruh data atribut yang
diperoleh, maka hasil perhitungan tersebut akan digambarkan dalam bentuk peta pengendali p (p-chart). Berikut ini merupakan penggambaran peta pengendali p (p-chart) pada bagian selektor botol kotor.
154
P Chart of Total Produk Non-Standar pada Bagian Selektor Botol Kotor 0,040 1
0,035
Proportion
0,030 0,025
1
1
1
1
0,020
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0,015 1 1
1
0,010 1
1
1
1 1
1
1
11
1
1
1
9
13
17
21 25 Sample
29
1
1 11
1
1
1
5
1
33
37
UCL=0,01579 _ P=0,01524 LCL=0,01469
1
41
Tests performed with unequal sample sizes
Grafik 4.11 Peta Pengendali p (p-chart) Produk Non-Standar pada Bagian Selektor Botol Kotor Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan penggambaran dari peta pengendali p (p-chart) pada bagian Selektor Botol Kotor, dapat terlihat bahwa data tersebut masih berada di luar batas spesifikasi kontrol. Data yang keluar dari spesifikasi kontrol merupakan variasi penyebab khusus pada bagian selektor botol kotor. Variasi penyebab khusus yang mempengaruhi pada bagian Selektor Botol Kotor terjadi karena banyaknya faktor eksternal dari proses produksi yang mempengaruhi, terutama cara konsumen dalam meletakan, menyimpan dan menggunakan botol yang menyebabkan botol menjadi tidak standar untuk digunakan kembali.
155
ii. Bagian Selektor Botol Bersih
Berdasarkan penentuan CTQ yang telah ditetapkan sebelumnya, terdapat 5 kategori produk non-standar yang perlu diperhatikan oleh operator/selektor dalam melakukan tahap inspeksi pada bagian selektor botol bersih. Setelah melakukan perhitungan batas spesifikasi produk non-standar pada bagian selektor botol bersih yang terdapat pada tabel (Lampiran B), berikut ini merupakan contoh perhitungan batas spesifikasi kontrol pada bagian selektor botol bersih. Contoh Perhitungan : 1.
Proporsi Cacat jumlah produk cacat jumah unit yang diproses 964 = 213114 = 0,0045234
p=
2.
Central Line (CL)
total produk non standar total unit yang diproses 97948 = 12375986 = 0,00791
CL =
156
3.
Upper Control Limit (UCL)
UCL = p + 3
p (1 − p) n i
= 0,00791 + 3
4.
0,00791(1 - 0,00791) = 0,00832 213114
Lower Control Limit (LCL)
LCL = p − 3
p (1 − p) n i
= 0,00791 - 3 Berdasarkan
0,00791(1 - 0,00791) = 0,00751 213114
hasil perhitungan dari seluruh data atribut yang
diperoleh, maka hasil perhitungan tersebut akan digambarkan dalam bentuk peta pengendali p (p-chart). Berikut ini merupakan penggambaran peta pengendali p (p-chart) pada bagian selektor botol bersih.
157
P Chart of Total Produk Non-Standar pada Bagian Selektor Botol Bersih 0,035
1
0,030
Proportion
0,025 0,020 1
0,015 1
0,010 0,005
1
11 1
111
1
1 11
1
1
1
1
1
1
1
111
1
1
1 1
1
1
1 1
1
0,000
1
1
UCL=0,00832 _ P=0,00791 LCL=0,00751
1
1
1
5
9
13
17
21 25 Sample
29
33
37
41
Tests performed with unequal sample sizes
Grafik 4.12 Peta Pengendali p (p-chart) Produk Non-Standar pada Bagian Selektor Botol Bersih Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan penggambaran dari peta pengendali p (p-chart) pada bagian Selektor Botol Bersih, dapat terlihat bahwa data tersebut masih berada di luar batas spesifikasi kontrol. Data yang keluar dari spesifikasi kontrol merupakan variasi penyebab khusus pada bagian selektor botol bersih. Variasi penyebab khusus yang mempengaruhi pada bagian Selektor Botol Bersih terjadi karena banyaknya faktor eksternal dari proses produksi yang mempengaruhi, terutama cara konsumen dalam meletakan, menyimpan dan menggunakan botol yang menyebabkan botol tidak dapat dibersihkan dengan mesin sehingga harus dicuci lagi secara manual dan ketika diproses di bagian Selektor
158
Botol Bersih juga mudah pecah karena kondisi botol saat masuk proses produksi pun sudah tidak optimal untuk diproduksi kembali. B. Perhitungan np-Chart i. Bagian Selektor Botol Isi
Berdasarkan penentuan CTQ yang telah ditetapkan sebelumnya, terdapat 11 kategori produk non-standar yang perlu diperhatikan oleh operator / selektor dalam melakukan tahap inspeksi pada bagian selektor botol isi, akan tetapi pada penelitian ini penulis melakukan pembatasan terhadap kategori produk non-standar yang akan diamati. Untuk penggambaran peta pengendali np (np - chart) pada bagian selektor botol isi, penulis melakukan pengamatan dan pengambilan secara langsung di lapangan selama periode bulan April-Mei 2010, berbeda dengan kondisi penggambaran peta pengendali p (p - chart) dimana data yang digunakan berasal dari laporan produk non-standar harian di bagian selektor botol kotor dan selektor botol bersih. Setelah melakukan perhitungan batas spesifikasi produk nonstandar pada bagian selektor botol isi yang terdapat pada tabel (Lampiran B), berikut ini merupakan contoh perhitungan batas spesifikasi kontrol pada bagian selektor botol isi. Contoh Perhitungan : 1.
Proporsi Cacat
Proporsi cacat = Produk non standar pada data pengamatan
159
2.
Central Line (CL)
⎛ total produk non standar ⎞ ⎟⎟ × jumlah sampel CL np = ⎜⎜ total sampel ⎝ ⎠ ⎛ 11660 ⎞ =⎜ ⎟×120960 ⎝ 3507840 ⎠ = 402,1 3.
Upper Control Limit (UCL) ⎛ total produk non standar ⎞ ⎟⎟ UCL np = CL np + 3 CL np⎜⎜1 total sampel ⎝ ⎠ 11660 ⎞ ⎛ = 402,1 + 3 402,1⎜1 − ⎟ = 462,1 ⎝ 3507840 ⎠
4.
Lower Control Limit (LCL) ⎛ total produk non standar ⎞ ⎟⎟ LCL np = CL np − 3 CL np⎜⎜1 total sampel ⎝ ⎠ 11660 ⎞ ⎛ = 402,1 − 3 402,1⎜1 − ⎟ = 342,0 ⎝ 3507840 ⎠
Berdasarkan hasil perhitungan dari seluruh data atribut yang diperoleh, maka hasil perhitungan tersebut akan digambarkan dalam bentuk peta pengendali np (np-chart). Berikut ini merupakan penggambaran peta pengendali np (np-chart) pada bagian selektor botol isi.
160
NP Chart of Produk Non-Standar Selektor Botol Isi (April - Mei 2010) 550
1
1
Sample Count
500
1 1
UCL=462,1
450
__ NP=402,1
400
350
LCL=342,0 1 1
300
1 1
1
4
7
10
13 16 Sample
19
22
25
28
Grafik 4.13 Peta Pengendali np (np-chart) Produk Non-Standar pada Bagian Selektor Botol Isi Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan grafik peta pengendali np (np-chart) di atas, menunjukkan terdapat data yang keluar dari batas kontrol spesifikasi, sehingga perlu dilakukan revisi terhadap data tersebut. Revisi data dilakukan guna mengkondisikan semua data berada dalam batas kontrol spesifikasi. Data yang keluar dari spesifikasi kontrol merupakan variasi penyebab khusus pada bagian selektor botol isi. Adapun variasi penyebab khusus yang mempengaruhi pada bagian selektor botol isi antara lainnya seperti terjadinya breakdown machine khususnya mesin filler yang digunakan untuk mengisi
TCM pada botol, beberapa komponen pada mesin rusak, dan kesalahan pada
161
set-up mesin pada awal produksi. Berikut ini merupakan penggambaran peta
kendali np-chart setalah dilakukan revisi. Revisi NP Chart of Produk Non-Standar Selektor Botol Isi (April - Mei 2010) 475 UCL=462,2
Sample Count
450
425 __ NP=402,1
400
375
350
LCL=342,1 1
3
5
7
9
11 13 Sample
15
17
19
21
Grafik 4.14 Revisi Peta Pengendali np (np-chart) Produk Non-Standar pada Bagian Selektor Botol Isi Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan grafik revisi peta pengendali np (np-chart) di atas, menunjukkan data tersebut tidak ada yang keluar dari batas kontrol spesifikasi. Dengan kondisi tersebut menunjukkan bahwa proses pada selektor botol isi telah stabil dan berada dalam pengendalian statistikal, serta variasi penyebab khusus telah dihilangkan hingga variasi yang tersisa diakibatkan oleh variasi penyebab umum.
162
4.2.2.3 Pengukuran Kinerja Produk 1. Perhitungan DPMO dan Tingkat Sigma Proses di Bagian Selektor Botol Kotor
Berikut ini merupakan langkah-langkah perhitungan DPMO dan tingkat sigma pada proses produksi bagian pos selektor botol kotor, antara lain:
1. Unit (U) Merupakan jumlah unit yang yang dihasilkan atau jumlah unit yang akan diproses ke proses selanjutnya yaitu pada proses selektor botol bersih. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari laporan selektor botol kotor maka didapatkan jumlah total unit yang diproses (U), yaitu: (U) = Jumlah Botol Kotor yang Diproses (Januari - Maret 2010) = 40076029 Botol
2. Opportunities (OP) Merupakan variasi yang ditimbulkan dari proses, sehingga akan menghasilkan produk non-standar. Variasi proses tersebut sama dengan penentuan Critical To Quality (CTQ) yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam penelitian ini, jumlah opportunities yang diamati adalah sebanyak 7 kategori. 3. Defect (Df) Merupakan jumlah cacat yang terjadi selama proses di bagian selektor botol kotor pada bulan Januari-Maret 2010.
163
Defect (Df) = Jumlah Produk Non - Standar (Januari - Maret 2010) = 570752 Botol
4. Defect Per Unit (DPU) Merupakan jumlah rata-rata dari defect terhadap jumlah total unit. Df U 570752 = = 0,01424 40076029
Defect Per Unit (DPU) =
5. Total Opportunities (TOP) Merupakan total peluang (opportunity) dari seluruh total unit. TOP = U × OP = 40076029 × 7 = 280532203
6. Defect Per Opportunities (DPO) Merupakan proporsi defect atas jumlah total peluang dalam sebuah kelompok. Df TOP 570752 = = 0,0020 280532203
DPO =
7. Defect Per Milion Opportunities (DPMO) Merupakan jumlah defect yang akan muncul jika ada satu juta peluang. DPMO = DPO × 1.000.000 = 0,0020 × 1.000.000 = 2000
164
8. Level Six Sigma Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh DPMO sebesar 2000. Hasil ini apabila dikonversikan ke dalam Tabel Konversi Sigma, berada di antara nilai 3,09 ≤ x ≤ 3,10 sigma. 2000 - 2002 x - 3,09 = 1935 - 2000 3,10 - x
- 2 x - 3,09 = - 65 3,10 - x 2(3,10 - x ) = 65(x − 3,09 )
(6,2 - 2x ) = (65x − 200,85) 67 x = 207,05 x = 3,091 Berdasarkan hasil perhitungan tingkat sigma pada bagian selektor botol kotor maka diperoleh nilai tingkat sigma pada proses tersebut sebesar 3,091 sigma. Nilai tingkat sigma tersebut menunjukkan bahwa kapabilitas proses
memiliki peluang terhadap produk defect sebesar 2000 DPMO.
165
2. Perhitungan DPMO dan Tingkat Sigma Proses di Bagian Selektor Botol Bersih
Berikut ini merupakan langkah-langkah perhitungan tingkat sigma pada proses produksi bagian pos selektor botol bersih, antara lain: 1. Unit (U) Merupakan jumlah unit yang yang dihasilkan atau jumlah unit yang akan diproses ke proses selanjutnya yaitu pada proses selektor botol isi. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari laporan selektor botol bersih maka didapatkan jumlah total unit yang diproses (U), maka didapatkan : (U) = Jumlah Botol Bersih yang Diproses (Januari - Maret 2010) = 39505277 Botol
2. Opportunities (OP) Merupakan variasi yang ditimbulkan dari proses, sehingga akan menghasilkan produk non-standar. Variasi proses tersebut sama dengan penentuan Critical To Quality (CTQ) yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam penelitian ini, jumlah opportunities yang diamati adalah sebanyak 5 kategori. 3. Defect (Df) Merupakan jumlah cacat yang terjadi selama proses di bagian selektor botol bersih pada bulan Januari-Maret 2010.
166
Defect (Df) = Jumlah Produk Non - Standar (Januari - Maret 2010) = 322244 Botol
4. Defect Per Unit (DPU) Merupakan jumlah rata-rata dari defect terhadap jumlah total unit. Df U 322244 = = 0,00816 39505277
Defect Per Unit (DPU) =
5. Total Opportunities (TOP) Merupakan total peluang (opportunity) dari seluruh total unit. TOP = U × OP = 39505277 × 5 = 197526385
6. Defect Per Opportunities (DPO) Merupakan proporsi defect atas jumlah total peluang dalam sebuah kelompok. Df TOP 322244 = = 0,0016 197526385
DPO =
7. Defect Per Milion Opportunities (DPMO) Merupakan jumlah defect yang akan muncul jika ada satu juta peluang. DPMO = DPO × 1.000.000 = 0,0016 × 1.000.000 = 1600
167
8. Level Six Sigma Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh DPMO sebesar 1600. Hasil ini apabila dikonversikan ke dalam Tabel Konversi Sigma, berada di antara nilai 3,15 ≤ x ≤ 3,16 sigma. 1600 - 1633 x - 3,15 = 1578 - 1600 3,16 - x
- 33 x - 3,15 = - 22 3,16 - x 33(3,16 - x ) = 22(x − 3,15)
(104,28 - 33x ) = (22 x − 69,3) 55x = 173,58 x = 3,156 Berdasarkan hasil perhitungan tingkat sigma pada bagian selektor botol bersih maka diperoleh nilai tingkat sigma pada proses tersebut sebesar 3,156 sigma. Nilai tingkat sigma tersebut menunjukkan bahwa kapabilitas proses memiliki peluang terhadap produk defect sebesar 1600 DPMO.
168
3. Perhitungan DPMO dan Tingkat Sigma Proses di Bagian Selektor Botol Isi
Berikut ini merupakan langkah-langkah perhitungan tingkat sigma pada proses produksi bagian pos selektor botol isi, antara lain: 1. Unit (U) Merupakan jumlah unit yang yang diproses pada bagian selektor botol isi. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari laporan selektor botol isi maka didapatkan jumlah total unit yang diproses (U), maka didapatkan : ( U) = Jumlah Botol Isi yang Diproses (Januari - Maret 2010) = 39183033 Botol
2. Opportunities (OP) Merupakan variasi yang ditimbulkan dari proses, sehingga akan menghasilkan produk non-standar. Variasi proses tersebut sama dengan penentuan Critical To Quality (CTQ) yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam penelitian ini, jumlah opportunities yang diamati adalah sebanyak 11 kategori. 3. Defect (Df) Merupakan jumlah cacat yang terjadi selama proses di bagian selektor botol isi pada bulan Januari-Maret 2010. Defect (Df) = Jumlah Produk Non - Standar (Januari - Maret 2010) = 125913 Botol
169
4. Defect Per Unit (DPU) Merupakan jumlah rata-rata dari defect terhadap jumlah total unit. Df U 125913 = = 0,00321 39183033
Defect Per Unit (DPU) =
5. Total Opportunities (TOP) Merupakan total peluang (opportunity) dari seluruh total unit. TOP = U × OP = 39183033 × 11 = 431013363
6. Defect Per Opportunities (DPO) Merupakan proporsi defect atas jumlah total peluang dalam sebuah kelompok. Df TOP 125913 = = 0,00029 431013363
DPO =
7. Defect Per Milion Opportunities (DPMO) Merupakan jumlah defect yang akan muncul jika ada satu juta peluang. DPMO = DPO × 1.000.000 = 0,00029 × 1.000.000 = 290
170
8. Level Six Sigma Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh DPMO sebesar 290. Hasil ini apabila dikonversikan ke dalam Tabel Konversi Sigma, berada di antara nilai 3,62 ≤ x ≤ 3,63 sigma. 290 - 295 x - 3,62 = 283 - 290 3,63 - x
- 5 x - 3,62 = - 7 3,63 - x 5(3,63 - x ) = 7(x − 3,62 )
(18,15 - 5x ) = (7 x − 25,34 ) 12 x = 43,49 x = 3,624 Berdasarkan hasil perhitungan tingkat sigma pada bagian selektor botol isi maka diperoleh nilai tingkat sigma pada proses tersebut sebesar 3,624 sigma. Nilai tingkat sigma tersebut menunjukkan bahwa kapabilitas proses
memiliki peluang terhadap produk defect sebesar 290 DPMO.
171
4.2.3
Tahap Analyze
4.2.3.1 Analisis Diagram Pareto
Analisis diagram pareto digunakan penulis untuk menganalisis masalah yang terjadi pada tiap bagian proses produksi berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Dengan menganalisis menggunakan diagram pareto penulis akan menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya suatu masalah atau penyebab dari masalah yang ada. Data yang digunakan penulis dalam analisis diagram pareto pada bagian selektor botol kotor dan selektor botol bersih, diperoleh berdasarkan laporan harian produk non-standar di tiap bagian proses produksi periode bulan Januari-Maret 2010. Untuk analisis diagram pareto pada bagian selektor botol isi menggunakan data hasil pengamatan penulis di lapangan periode bulan April-Mei 2010. 1. Bagian Selektor Botol Kotor
Berikut ini analisis diagram pareto pada bagian proses selektor botol kotor dengan menggunakan data laporan harian produk non-standar harian pada bagian selektor botol kotor periode bulan Januari-Maret 2010.
172
Tabel 4.25 Data Produk Non-Standar Selektor Botol Kotor (Januari-Maret 2010) No
Jenis Cacat
1 2 3 4 5 6 7
Kotor Cuci Botol Asing Pecah Luar Benda Asing Pecah Mesin Kotor Musnah Botol Tertutup Total
Frekuensi (pcs) 165864 12420 9084 2966 1080 48 48 191510
Frekuensi Kumulatif 165864 178284 187368 190334 191414 191462 191510
Persentase dari Total Unit 86,61 6,49 4,74 1,55 0,56 0,03 0,03 100,00
Persentase Kumulatif 86,61 93,09 97,84 99,39 99,95 99,97 100,00
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Pareto Chart of Produk Non-Standar bagian SBK (Jan - Mar 2010) 200000
100
Count
60 100000 40 50000
0 Count Percent Cum %
Percent
80
150000
20
Kotor Cuci 165864 86,6 86,6
Botol Asing 12420 6,5 93,1
Pecah Luar 9084 4,7 97,8
Other 4142 2,2 100,0
0
Diagram 4.3 Diagram Pareto Produk Non-Standar Bagian Selektor Botol Kotor (Januari-Maret 2010) Sumber: Hasil Pengolahan Data
173
Berdasarkan diagram pareto tersebut, dapat diketahui frekuensi tertinggi timbulnya permasalahan produk non-standar pada bagian selektor botol kotor adalah mengenai permasalahan kotor cuci dengan persentase sebesar 86, 6%. Sesuai dengan prinsip pareto aturan 80/20 yang artinya 80% masalah yang terjadi diakibatkan oleh 20% penyebab kecacatan, maka kategori produk non-standar yaitu kotor cuci yang akan dijadikan fokus dalam menyelesaikan masalah produk non-standar pada bagian selektor botol kotor. 2. Bagian Selektor Botol Bersih
Berikut ini analisis diagram pareto pada bagian proses selektor botol bersih dengan menggunakan data laporan harian produk non-standar harian pada bagian selektor botol bersih periode bulan Januari-Maret 2010. Tabel 4.26 Data Produk Non-Standar Selektor Botol Bersih (Januari-Maret 2010) No
Jenis Cacat
1 2
Kotor Cuci Botol Pecah Kotor Musnah Benda Asing Botol Asing Total
3 4 5
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Frekue nsi (pcs) 49892 33043
Frekuensi Kumulatif 49892 82935
Persentase dari Total Unit 50,94 33,74
Persentase Kumulatif 50,94 84,67
13486
96421
13,77
98,44
1362 165 97948
97783 97948
1,39 0,17 100,00
99,83 100,00
174
100000
100
80000
80
60000
60
40000
40
20000
20
0 Count Percent Cum %
Kotor Cuci 49892 50,9 50,9
Botol Pecah 33043 33,7 84,7
Kotor Musnah 13486 13,8 98,4
Other 1527 1,6 100,0
Percent
Count
Pareto Chart of Produk Non-Standar Bagian SBB (Jan - Mar 2010)
0
Diagram 4.4 Diagram Pareto Produk Non-Standar Bagian Selektor Botol Bersih (Januari-Maret 2010) Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan diagram pareto tersebut, dapat diketahui frekuensi tertinggi timbulnya permasalahan produk non-standar pada bagian selektor botol bersih adalah mengenai permasalahan kotor cuci dengan persentase sebesar 50,9% dan permasalahan botol pecah dengan persentase sebesar 33,7%. Sesuai dengan prinsip pareto aturan 80/20 yang artinya 80% masalah yang terjadi diakibatkan oleh 20% penyebab kecacatan, maka kategori produk non-standar yaitu kotor cuci dan botol pecah yang akan dijadikan fokus dalam menyelesaikan masalah produk non-standar pada bagian selektor botol bersih.
175
3. Bagian Selektor Botol Isi
Berikut ini analisis diagram pareto pada bagian proses selektor botol isi dengan menggunakan data pengamatan pada bagian selektor botol isi periode bulan April-Mei 2010. Tabel 4.27 Data Produk Non-Standar Selektor Botol Isi (April-Mei 2010) No
Jenis Cacat
1 2 3 4 5
Kosong Tertutup Volume Non Std Botol Pecah Tanpa Tutup Tutup Miring Total
Frekuensi (pcs) 3202 3129 2681 1481 1167 11660
Frekuensi Kumulatif 3202 6331 9012 10493 11660
Persentase dari Persentase Total Unit Kumulatif 27,46 27,46 26,84 54,30 22,99 77,29 12,70 89,99 10,01 100,00 100,00
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Pareto Chart of Produk Non-Standar Bagian SBI (Apr - Mei 2010) 12000
100
10000
Count
60
6000
40
4000
20
2000 0
ng so Ko
Count Percent Cum %
Percent
80
8000
Te
p tu r tu m lu Vo 3202 27,5 27,5
e
n No
d St to Bo
3129 26,8 54,3
ah ec P l Ta
2681 23,0 77,3
a np
p tu Tu
1481 12,7 90,0
p tu Tu
ng i ri M
0
1167 10,0 100,0
Diagram 4.5 Diagram Pareto Produk Non-Standar Bagian Selektor Botol Isi (April-Mei 2010) Sumber: Hasil Pengolahan Data
176
Berdasarkan diagram pareto tersebut, dapat diketahui frekuensi tertinggi timbulnya permasalahan produk non-standar pada bagian selektor botol isi adalah mengenai permasalahan kosong tertutup dengan persentase sebesar 27,5%, selanjutnya permasalahan volume non-standar dengan persentase 26,8%, dan permasalahan botol pecah dengan persentase sebesar 23%. Sesuai dengan prinsip pareto aturan 80/20 yang artinya 80% masalah yang terjadi diakibatkan oleh 20% penyebab kecacatan, maka kategori produk non-standar yaitu kosong tertutup, volume non-standar, dan botol pecah yang akan dijadikan fokus dalam menyelesaikan masalah produk non-standar pada bagian selektor botol isi. 4.2.3.2 Analisis Fishbone Diagram
Diagram Fishbone adalah diagram yang menunjukkan hubungan sebab-akibat dari sebuah permasalahan yang terjadi. Diagram fishbone digunakan untuk mencari faktor penyebab dari suatu permasalahan secara detail dan mencari hubungannya dengan penyimpangan kualitas kerja yang ditimbulkan. Pembuatan diagram ini berdasarkan brainstorming dengan pihak perusahaan mengenai faktor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya produk non-standar. Oleh karena pada bagian selektor botol kotor dan selektor botol isi faktor penyebab non-standar didominasi oleh faktor eksternal dari
177
proses produksi maka pada penelitian ini hanya dilakukan pembuatan diagram fishbone pada proses di bagian selektor botol isi. Berikut ini merupakan
beberapa faktor penyebab terjadinya produk non-standar yang terjadi pada proses di bagian selektor botol isi antara lain faktor manusia (man), mesin (machine), metode (method), bahan baku (material), dan keadaan lingkungan (environment). Analisa diagram fishbone dilakukan pada jenis produk nonstandar yang telah ditentukan berdasarkan diagram pareto. 1. Analisis Diagram Fishbone terhadap jenis defect Kosong Tertutup
Botol kosong tertutup adalah botol yang melewati mesin filler tanpa terisi TCM dan ditutup oleh crown cork pada mesin crowner. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan pihak perusahaan guna menganalisis penyebab kosong tertutup dengan menggunakan diagram fishbone.
Diagram 4.6 Diagram Fishbone Kosong Tertutup Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
178
Jenis defect kosong tertutup terjadi pada proses bagian selektor botol isi, yaitu pada saat pengisian TCM ke dalam botol oleh mesin filler. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Man a. Kurang terampil Faktor manusia yang kurang terampil karena kurangnya pemahaman mengenai SOP yang telah ditetapkan perusahaan dan hanya
mengandalkan
kebiasaan
pada
saat
melakukan
pekerjaannya, mengakibatkan permasalahan yang timbul pada saat berlangsungnya produksi tidak ditangani dengan solusi yang tepat. Apabila tiap operator telah paham akan SOP yang telah ditetapkan perusahaan, maka operator akan lebih teliti dalam menjalankan mesin, dan dengan segera memperbaiki apa yang salah pada saat pengoperasian mesin. b. Kurang Konsentrasi Faktor kurangnya konsentrasi akibat mengantuk, lelah ataupun terlalu banyak mengobrol dengan operator/selektor lainnya menyebabkan selektor lalai saat mengawasi botol yang melintasi di posnya. Kurangnya konsentrasi juga mengakibatkan para operator tidak tanggap terhadap botol yang jatuh di conveyor. Botol yang terjatuh di conveyor seharusnya langsung diposisikan
179
kembali dengan benar di conveyor, sehingga botol yang berada di belakangnya tidak menabrak sehingga botol tersebut pecah. 2. Machine Umur mesin yang sudah tua, dan penggunaan beberapa komponen mesin
yang
tidak
orisinil
yang
dikarenakan
sulitnya
untuk
mendapatkan komponen tersebut sama seperti aslinya mengakibatkan beberapa kesalahan pada saat mesin filler beroperasi. Berikut ini merupakan beberapa kesalahan yang terjadi pada saat mesin filler beroperasi yang dapat mengakibatkan terjadinya produk non-standar dengan kategori kosong tertutup, antara lain: a. Karet Bocor Karet pada filling valve berfungsi untuk menjaga kondisi vacuum (hampa udara) dalam botol pada saat dilakukan proses penghisapan udara yang ada di dalam botol oleh mesin vacuum yang ada pada bagian mesin filler. Dengan keadaan yang vacuum tersebut, akan memicu Teh Cair Manis (TCM) yang ada pada bagian tangki mesin filler turun mengisi botol tersebut. Apabila karet tersebut bocor maka udara yang dihisap tidak optimal, dan keadaan dalam botol tidak sepenuhnya hampa udara. Hal ini yang menyebabkan TCM yang turun juga tidak optimal sehingga volume TCM yang terisi pada botol tidak sesuai dengan standar yang ditentukan.
180
b. Pegas Error Pada komponen filling valve terdapat pegas yang berfungsi untuk menyesuaikan filling valve dengan tinggi botol yang masuk ke mesin filler. Kemampuan elastisitas pegas dalam menyesuaikan tinggi botol dengan filling valve akan mempengaruhi pada saat pengisian TCM ke dalam botol. Pegas yang sudah tidak memiliki elastisitas yang baik akan mengakibatkan filling valve masuk ke dalam botol dalam keadaan yang tidak standar, akibatnya proses pengisian TCM menjadi tidak sesuai batas standar yang telah ditetapkan perusahaan. c. Kurang Maintenance Kesalahan pada saat mesin beroperasi dapat terjadi antara lain karena kurang teliti pada saat melakukan maintenance sehingga error pada mesin tidak dapat dihindari. Selain itu kesalahan mesin
yang tidak segera diperbaiki pada saat maintenance akan mengakibatkan bertambahnya jumlah produk non-standar. 3. Method a. Guide Infeed Filler Guide infeed filler berfungsi untuk mengatur posisi botol saat
masuk ke mesin filler. Setting yang tidak tepat dapat menyebabkan posisi botol miring pada saat masuk ke mesin filler. Hal ini
181
menyebabkan TCM tidak terisi sempurna karena sebagian TCM tidak masuk ke dalam botol. 4. Material a. Botol Sudah Retak atau Gumpil Apabila botol yang digunakan pada proses produksi sudah retak atau gumpil, maka pengisian TCM menjadi tidak sesuai batas standar yang telah ditetapkan. Hal ini diakibatkan karena pada saat proses penghisapan udara oleh mesin vacuum yang ada pada bagian mesin filler tidak optimal, karena ada bagian botol yang retak / gumpil, sehingga keadaan dalam botol tidak dapat menjadi hampa udara. Dengan keadaan yang tidak hampa udara filling valve tidak dapat mengisi TCM ke dalam botol dengan optimal.
Botol yang retak / gumpil tersebut dapat lolos hingga ke proses bagian selektor botol isi karena mesin EBI tidak mendeteksi botol non-standar tersebut pada saat melewatinya. Selain itu juga disebabkan karena selektor yang lalai sehingga produk nonstandar tersebut tidak diseleksi di pos selektor. 5. Environment a. Suasana Tidak Nyaman Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, kondisi lingkungan pada lantai produksi memiliki tingkat temperatur dan kebisingan yang
cukup
tinggi.
Kondisi
seperti
ini
menyebabkan
182
operator/selektor tidak nyaman dalam melakukan pekerjaan sehingga kehilangan konsentrasi saat sedang bekerja. Selain itu kondisi kebersihan yang kurang terawat pada lantai produksi juga mempengaruhi kenyamanan operator/selektor saat bekerja. 2. Analisis Diagram Fishbone terhadap jenis defect Volume Non-Standar
Berdasarkan analisis diagram pareto yang penulis lakukan pada bagian sebelumnya, kategori produk non-standar yaitu volume non-standar memiliki frekuensi tertinggi kedua dalam permasalahan produk nonstandar pada bagian selektor botol isi dengan persentase sebesar 26,8 %. Volume non-standar terjadi akibat kesalahan pada saat pengisian Teh Cair Manis (TCM) di mesin filler, yang mengakibatkan volume TCM dalam botol isi tidak sesuai dengan ukuran standar yang telah ditetapkan perusahaan. Botol isi dengan volume non-standar akan melalui proses recycling, baik pada botol yang akan dilakukan proses pencucian kembali
pada mesin bottle washer dan cairan TCM yang terisi pada botol akan dilakukan pemasakan kembali. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan pihak perusahaan guna menganalisis penyebab volume non-standar dengan menggunakan diagram fishbone.
183
Diagram 4.7 Diagram Fishbone Volume Non-Standar Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab kemungkinan terjadinya produk defect volume non-standar pada saat pengisian TCM di mesin filler, antara lain: 1. Man a. Kurang terampil Faktor manusia yang kurang terampil karena kurangnya pemahaman mengenai SOP yang telah ditetapkan perusahaan dan hanya
mengandalkan
kebiasaan
pada
saat
melakukan
pekerjaannya, mengakibatkan permasalahan yang timbul pada saat berlangsungnya produksi tidak ditangani dengan solusi yang tepat. Apabila tiap operator telah paham akan SOP yang telah ditetapkan
184
perusahaan, maka operator akan lebih teliti dalam menjalankan mesin, dan dengan segera memperbaiki apa yang salah pada saat pengoperasian mesin. b. Kurang Konsentrasi Faktor kurangnya konsentrasi akibat mengantuk, lelah ataupun terlalu banyak mengobrol dengan operator/selektor lainnya menyebabkan selektor lalai saat mengawasi botol yang melintasi di posnya. Kurangnya konsentrasi juga mengakibatkan para operator tidak tanggap terhadap botol yang jatuh di conveyor. Botol yang terjatuh di conveyor seharusnya langsung diposisikan kembali dengan benar di conveyor, sehingga botol yang berada di belakangnya tidak menabrak sehingga botol tersebut pecah. 2. Machine Volume non-standar terjadi karena proses pengisian TCM pada botol kosong yang tidak standar di mesin filler, hal tersebut disebabkan karena posisi botol yang miring pada saat pengisian dan kesalahan lain pada mesin filler diantaranya: a. Karet Bocor Karet pada filling valve berfungsi untuk menjaga kondisi vacuum (hampa udara) dalam botol pada saat dilakukan proses penghisapan udara yang ada di dalam botol oleh mesin vacuum yang ada pada bagian mesin filler. Dengan keadaan yang vacuum
185
tersebut, akan memicu Teh Cair Manis (TCM) yang ada pada bagian tangki mesin filler turun mengisi botol tersebut. Apabila karet tersebut bocor maka udara yang dihisap tidak optimal, dan keadaan dalam botol tidak sepenuhnya hampa udara. Hal ini yang menyebabkan TCM yang turun juga tidak optimal sehingga volume TCM yang terisi pada botol tidak sesuai dengan standar yang ditentukan. b. Pegas Error Pada komponen filling valve terdapat pegas yang berfungsi untuk menyesuaikan filling valve dengan tinggi botol yang masuk ke mesin filler. Kemampuan elastisitas pegas dalam menyesuaikan tinggi botol dengan filling valve akan mempengaruhi pada saat pengisian TCM ke dalam botol. Pegas yang sudah tidak memiliki elastisitas yang baik akan mengakibatkan filling valve masuk ke dalam botol dalam keadaan yang tidak standar, akibatnya proses pengisian TCM menjadi tidak sesuai batas standar yang telah ditetapkan perusahaan. c. Filling Valve Terlalu Turun Filling valve adalah pipa/saluran untuk mengalirkan TCM yang
berada pada mesin filler ke dalam botol. Posisi filling valve yang terlalu turun dapat mengakibatkan proses pengisian TCM ke dalam botol tidak tepat, sehingga volume TCM yang berada dalam
186
botol tidak standar karena cairan TCM akan terisi pada botol berdasarkan pada batas filling valve yang masuk ke dalam botol. d. Kurang Maintenance Troubleshooting atau kesalahan pada saat mesin beroperasi dapat
terjadi antara lain karena kurang teliti pada saat melakukan maintenance sehingga error pada mesin tidak dapat dihindari.
Selain itu kesalahan mesin yang tidak segera diperbaiki pada saat maintenance akan mengakibatkan bertambahnya jumlah produk
non-standar. 3. Method a. Guide Infeed Filler Guide infeed filler berfungsi untuk mengatur posisi botol saat
masuk ke mesin filler. Setting yang tidak tepat dapat menyebabkan posisi botol miring pada saat masuk ke mesin filler. Hal ini menyebabkan TCM tidak terisi sempurna karena sebagian TCM tidak masuk ke dalam botol. 4. Material a. Botol Sudah Retak atau Gumpil Apabila botol yang digunakan pada proses produksi sudah retak atau gumpil, maka pengisian TCM menjadi tidak sesuai batas standar yang telah ditetapkan. Hal ini diakibatkan karena pada saat proses penghisapan udara oleh mesin vacuum yang ada pada
187
bagian mesin filler tidak optimal, karena ada bagian botol yang retak / gumpil, sehingga keadaan dalam botol tidak dapat menjadi hampa udara. Dengan keadaan yang tidak hampa udara filling valve tidak dapat mengisi TCM ke dalam botol dengan optimal.
Botol yang retak / gumpil tersebut dapat lolos hingga ke proses bagian selektor botol isi karena mesin EBI tidak mendeteksi botol non-standar tersebut pada saat melewatinya. Selain itu juga disebabkan karena selektor yang lalai sehingga produk nonstandar tersebut tidak diseleksi di pos selektor. 5. Environment a. Suasana Tidak Nyaman Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, kondisi lingkungan di lantai produksi memiliki tingkat temperatur dan kebisingan yang
cukup
tinggi.
Kondisi
seperti
ini
menyebabkan
operator/selektor tidak nyaman dalam melakukan pekerjaan sehingga kehilangan konsentrasi saat sedang bekerja. Selain itu kondisi kebersihan yang kurang terawat pada lantai produksi juga mempengaruhi kenyamanan operator/selektor saat bekerja.
188
3. Analisis Diagram Fishbone terhadap jenis defect Botol Pecah
Salah satu produk non-standar yang terjadi pada tiap proses di bagian selektor adalah botol pecah. Botol pecah merupakan botol yang telah terisi maupun belum terisi TCM dan pecah pada saat proses produksi. Banyaknya botol pecah pada saat proses produksi tentunya merupakan bentuk pemborosan dari segi penggunaan bahan baku material. Pada kasus terjadinya botol pecah di bagian selektor botol isi, botol non-standar tersebut dihancurkan karena tidak dapat di recycling. TCM yang tersisa juga harus dibuang karena menghindari penggunaan TCM yang telah tercampur kaca pecahan botol. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan pihak perusahaan mengenai penyebab botol pecah.
Diagram 4.8 Diagram Fishbone Botol Pecah Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
189
Berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab kemungkinan terjadinya produk defect botol pecah pada saat pengisian TCM di mesin filler, antara lain: 1. Man a. Kurang terampil Faktor manusia yang kurang terampil karena kurangnya pemahaman mengenai SOP yang telah ditetapkan perusahaan dan hanya
mengandalkan
kebiasaan
pada
saat
melakukan
pekerjaannya, mengakibatkan permasalahan yang timbul pada saat berlangsungnya produksi tidak ditangani dengan solusi yang tepat. Apabila tiap operator telah paham akan SOP yang telah ditetapkan perusahaan, maka operator akan lebih teliti dalam menjalankan mesin, dan dengan segera memperbaiki apa yang salah pada saat pengoperasian mesin. b. Kurang Konsentrasi Faktor kurangnya konsentrasi akibat mengantuk, lelah ataupun terlalu banyak mengobrol dengan operator/selektor lainnya menyebabkan selektor lalai saat mengawasi botol yang melintasi di posnya. Kurangnya konsentrasi juga mengakibatkan para operator tidak tanggap terhadap botol yang jatuh di conveyor. Botol yang terjatuh di conveyor seharusnya langsung diposisikan
190
kembali dengan benar di conveyor, sehingga botol yang berada di belakangnya tidak menabrak sehingga botol tersebut pecah. 2. Machine a. Botol Terjepit Mesin Pegas yang terdapat pada mesin crowner berfungsi sebagai pendorong pada saat pemasangan crown cork. Elastisitas pegas yang tidak sesuai dapat menyebabkan mesin crowner menekan botol terlalu keras sehingga botol tersebut menjadi retak. Apabila botol sudah retak pada saat memasuki mesin crowner akan menyebabkan botol pecah. b. Botol Jatuh di Conveyor Conveyor yang tidak berjalan dengan normal/tersendat dapat
mengakibatkan botol yang berdiri di atas conveyor terjatuh. Botol yang terjatuh tersebut apabila tidak segera dikembalikan ke posisi semula dan terbawa sampai ke tikungan, akan jatuh ke lantai dan pecah. c. Kurang Maintenance Kesalahan pada saat mesin beroperasi dapat terjadi antara lain karena kurang teliti pada saat melakukan maintenance sehingga error pada mesin tidak dapat dihindari. Selain itu kesalahan mesin
191
yang tidak segera diperbaiki pada saat maintenance akan mengakibatkan bertambahnya jumlah produk non-standar. 3. Method a. Setting Gigi Spiral Gigi spiral berfungsi untuk mengarahkan botol pada starwheel infeed. Kemudian dari starwheel infeed botol masuk ke mesin filler. Setting gigi spiral yang tidak tepat menyebabkan botol yang
melewatinya menjadi terjepit dan menyebabkan botol retak maupun pecah. b. Setting Mesin Filler Pada mesin filler terdapat komponen berbentuk katup yang dinamakan filling valve. Filling valve berfungsi mengisi TCM ke dalam botol yang melewati mesin filler. Setting yang tidak tepat pada filling valve menyebabkan botol terjepit dan pecah saat memasuki mesin filler. c. Setting Sliding Plat, Table Plat dan Top Chain Pada saat botol memasuki filler posisi top chain harus lebih tinggi ± 1 mm dari sliding plat. Sedangkan pada saat keluar dari filler posisi sliding plat harus lebih tinggi ± 1 mm dari top chain. Untuk setting posisi table plat di filler, pada saat botol masuk filler
posisinya harus lebih rendah dari sliding plat dan posisinya harus lebih tinggi dari sliding plat pada saat keluar dari mesin filler.
192
Apabila posisi ketiganya tidak sesuai dengan semestinya, maka botol akan menabrak dan kemungkinan akan terjatuh sehingga pecah. d. Setting Guide Infeed Crowner Guide infeed crowner berfungsi untuk mengatur posisi botol saat
masuk ke mesin crowner dari mesin filler. Setting yang tidak tepat dapat menyebabkan botol miring pada saat masuk ke crowner sehingga pada saat crowner menekan botol tersebut akan pecah. 4. Material a. Botol Sudah Retak atau Gumpil Apabila botol yang digunakan pada proses produksi sudah retak atau gumpil, maka pengisian TCM menjadi tidak sesuai batas standar yang telah ditetapkan. Hal ini diakibatkan karena pada saat proses penghisapan udara oleh mesin vacuum yang ada pada bagian mesin filler tidak optimal, karena ada bagian botol yang retak / gumpil, sehingga keadaan dalam botol tidak dapat menjadi hampa udara. Dengan keadaan yang tidak hampa udara filling valve tidak dapat mengisi TCM ke dalam botol dengan optimal.
Botol yang retak / gumpil tersebut dapat lolos hingga ke proses bagian selektor botol isi karena mesin EBI tidak mendeteksi botol non-standar tersebut pada saat melewatinya. Selain itu juga
193
disebabkan karena selektor yang lalai sehingga produk nonstandar tersebut tidak diseleksi di pos selektor. 5. Environment a. Suasana Tidak Nyaman Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, kondisi lingkungan di lantai produksi memiliki tingkat temperatur dan kebisingan yang
cukup
tinggi.
Kondisi
seperti
ini
menyebabkan
operator/selektor tidak nyaman dalam melakukan pekerjaan sehingga kehilangan konsentrasi saat sedang bekerja. Selain itu kondisi kebersihan yang kurang terawat pada lantai produksi juga mempengaruhi kenyamanan operator/selektor saat bekerja.
4.2.3.3 Analisis Five Whys Diagram
Diagram five whys adalah diagram yang menunjukkan akar dari sebuah permasalahan dengan cara bertanya lima kali mengapa terhadap suatu ketidaksesuaian yang terjadi dalam proses produksi. Diagram five whys dibuat berdasarkan informasi yang telah diperoleh pada pembuatan diagram fishbone. Faktor - faktor yang sebelumnya dipisahkan pada diagram fishbone
dapat saling berkaitan pada diagram Five Whys sehingga akar permasalahan dapat ditemukan dan dicarikan solusi tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
194
1. Analisis Diagram Five Whys terhadap jenis defect Kosong Tertutup
Berikut ini merupakan analisis terjadinya produk dengan kategori kosong tertutup pada bagian selektor botol isi menggunakan diagram five whys.
Diagram 4.9 Diagram Five Whys Kosong Tertutup Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan analisis menggunakan diagram five whys tersebut maka dapat terlihat faktor utama yang menyebabkan produk non-standar dengan kategori kosong tertutup, antara lain:
•
Botol yang Sudah Retak / Gumpil Botol retak/gumpil dapat lolos sampai ke mesin filler antara lain disebabkan karena selektor yang lalai dan karena mesin EBI yang tidak mendeteksi saat melewatinya. Penyebab selektor lalai antara lain adalah karena kurangnya konsentrasi yang disebabkan suasana yang
195
tidak nyaman karena panas, bising dan keadaan area kerja yang kurang bersih. Sedangkan penyebab mesin EBI tidak mendeteksi botol retak/gumpil adalah karena kurangnya ketelitian saat maintenance. Sedangkan kelalaian selektor disebabkan antara lain karena kurangnya konsentrasi. Faktor lingkungan menjadi pemicunya, yaitu suasana yang tidak nyaman seperti panas, bising, dan kurangnya kebersihan di tempat kerja.
•
Posisi Botol Miring Sedangkan penyebab terjadinya kosong tertutup lainnya seperti posisi botol yang miring saat memasuki mesin filler dan pengisian TCM yang tidak optimal antara lain diakibatkan karena terjadi masalah pada mesin yang tidak segera ditindaklanjuti dan kesalahan saat melakukan setting awal. Hal ini disebabkan operator yang kurang memahami SOP.
•
Pengisian TCM pada mesin filler yang tidak optimal Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pengisian TCM pada mesin filler tidak optimal antara lain karena pegas error dan karet bocor. Faktor tersebut sebenarnya dapat dihindari dengan cara melakukan maintenance yang teliti dan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan perusahaan.
196
2. Analisis Diagram Five Whys terhadap jenis defect Volume Nonstandar
Berikut ini merupakan analisis terjadinya produk dengan kategori volume non-standar pada bagian selektor botol isi menggunakan diagram five whys.
Diagram 4.10 Diagram Five Whys Volume Non-Standar Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan analisis menggunakan diagram five whys tersebut maka dapat terlihat faktor utama yang menyebabkan produk non-standar dengan kategori volume non-standar, antara lain:
197
•
Botol yang Sudah Retak / Gumpil Botol retak / gumpil dapat lolos sampai ke mesin filler antara lain disebabkan karena selektor yang lalai dan karena mesin EBI yang tidak mendeteksi saat melewatinya. Penyebab selektor lalai antara lain adalah karena kurangnya konsentrasi yang disebabkan suasana yang tidak nyaman karena panas, bising dan keadaan area kerja yang kurang bersih. Sedangkan penyebab mesin EBI tidak mendeteksi botol retak / gumpil adalah karena kurangnya ketelitian saat maintenance. Sedangkan kelalaian selektor disebabkan antara lain karena kurangnya konsentrasi. Faktor lingkungan menjadi pemicunya, yaitu suasana yang tidak nyaman seperti panas, bising, dan kurangnya kebersihan di tempat kerja.
•
Posisi Botol Miring Sedangkan penyebab terjadinya volume non-standar lainnya seperti posisi botol yang miring saat memasuki mesin filler dan pengisian TCM yang tidak optimal antara lain diakibatkan karena terjadi masalah pada mesin yang tidak segera ditindaklanjuti dan kesalahan saat melakukan setting awal. Hal ini disebabkan operator yang kurang memahami SOP.
198
•
Pengisian TCM pada mesin filler yang tidak optimal Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pengisian TCM pada mesin filler tidak optimal antara lain karena pegas error, karet bocor, dan posisi filling valve yang terlalu turun. Faktor tersebut sebenarnya dapat dihindari dengan cara melakukan maintenance yang teliti dan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan perusahaan.
3. Analisis Diagram Five Whys terhadap jenis defect Botol Pecah
Diagram 4.11 Diagram Five Whys Botol Pecah Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
199
Berdasarkan analisis menggunakan diagram five whys tersebut maka dapat terlihat faktor utama yang menyebabkan produk non-standar dengan kategori botol pecah, antara lain:
•
Botol yang Sudah Retak/Gumpil Botol retak/gumpil dapat lolos sampai ke mesin filler antara lain disebabkan karena selektor yang lalai dan karena mesin EBI yang tidak mendeteksi saat melewatinya. Penyebab selektor lalai antara lain adalah karena kurangnya konsentrasi yang disebabkan suasana yang tidak nyaman karena panas, bising dan keadaan area kerja yang kurang bersih. Sedangkan penyebab mesin EBI tidak mendeteksi botol retak/gumpil adalah karena kurangnya ketelitian saat maintenance. Sedangkan kelalaian selektor disebabkan antara lain karena kurangnya konsentrasi. Faktor lingkungan menjadi pemicunya, yaitu suasana yang tidak nyaman seperti panas, bising, dan kurangnya kebersihan di tempat kerja.
•
Botol Jatuh di Conveyor Berdasarkan hasil brainstorming penulis dengan pihak perusahaan, faktor yang menyebabkan botol jatuh di conveyor antara lain disebabkan oleh kesalahan pada saat setting posisi sliding plat, table plat, dan top chain, serta pergerakan dari conyevor yang error. Faktor
tersebut seharusnya bisa ditangani apabila dilakukan maintenance
200
yang teliti dan tepat sesuai dengan SOP yang ditentukan oleh perusahaan.
•
Botol Terjepit di Mesin Berdasarkan hasil brainstorming penulis dengan pihak perusahaan, faktor yang menyebabkan botol terjepit di mesin antara lain disebabkan oleh pegas yang error, setting filling valve, setting gigi spiral, setting guide infeed crowner yang tidak tepat. Faktor tersebut seharusnya bisa ditangani apabila dilakukan maintenance yang teliti dan tepat sesuai dengan SOP yang ditentukan oleh perusahaan.
4.2.3.4 Analisis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan alat yang
digunakan untuk mengidentifikasikan dan menilai resiko yang berhubungan dengan potensial kegagalan. Dalam pembuatan FMEA ditentukan terlebih dahulu efek yang ditimbulkan dari kegagalan pada proses, penyebab dari kegagalan dan kontrol yang dilakukan untuk mencegah terjadinya efek dari kegagalan proses tersebut. Penyelesaian masalah yang ada ditentukan dengan menghitung nilai RPN (Risk Priority Number) yang merupakan hasil perkalian antara nilai Severity (S), Occurance (O), dan Detectability (D). Penilaian terhadap nilai Severity (S), Occurance (O), dan Detectability (D) adalah berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di lapangan dan analisa
201
terhadap laporan produk non-standar harian yang diperoleh dari perusahaan. Berikut ini merupakan tabel analisis dengan metode FMEA. 1. Analisis Jenis Kegagalan Kosong Tertutup
Tabel 4.28 Analisis FMEA Jenis Kegagalan Kosong Tertutup Fungsi Proses
Jenis Kegagalan
Efek dari Kegagalan
S
Penyebab Kegagalan Botol sudah retak atau gumpil
Pengisian TCM Pada Mesin Filler
Kosong Tertutup
Menghasilkan Produk Non-Standar, Menyebabkan proses recycling, dan Pemborosan dalam hal bahan baku.
Posisi botol miring
O
4
3
5
Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar
2
Kontrol yang dilakukan Peningkatan pengawasan pada selektor botol bersih Melakukan pengecekan setiap 10 menit pada tiap botol yang masuk ke dalam proses Melakukan pengecekan terhadap komponen mesin filler seperti pegas, karet, dan posisi filling valve
D
3
6
8
RPN
Penanggulangan
60
Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI
90
Melakukan setting guide infeed filler dengan tepat
80
Mengganti komponen mesin filler tepat pada waktunya
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai bobot nilai yang diberikan penulis dalam perhitungan RPN (Risk Priority Number) untuk kategori jenis kegagalan kosong tertutup pada proses pengisian TCM di mesin filler.
202
a. Severity Severity rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan tingkat
keseriusan atau keparahan dari efek yang ditimbulkan akibat adanya kegagalan. Untuk bobot nilai Severity pada jenis kegagalan kosong tertutup, penulis memberikan bobot nilai sebesar 5 poin. Nilai 5 poin tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki efek yang rendah, karena 100% produk dapat di-rework. Proses recycling yang dilakukan yaitu dengan cara pencucian ulang botol
pada mesin bottle washer. Adapun dengan jenis kegagalan kosong tertutup pada produk, maka akan mengakibatkan terhambatnya proses produksi di bagian selektor botol isi, karena dengan timbulnya kondisi seperti ini, operator mesin filler akan melakukan pemberhentian sementara proses pengisian Teh Cair Manis guna melakukan pengecekan terhadap komponen yang ada pada mesin filler dan tentunya pemborosan waktu produksi karena terjadinya proses recycling botol ke dalam mesin bottle washer untuk dilakukan
pencucian kembali. b. Occurance Occurance rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan rating frekuensi kemunculan kegagalan. Berikut ini merupakan
penjabaran occurance rate pada tiap faktor penyebab kegagalan.
203
•
Botol sudah retak atau gumpil Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan karena botol sudah retak/gumpil, penulis memberikan bobot nilai sebesar 4 poin. Nilai 4 poin tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya penyebab kegagalan
dengan
tingkat
sedang
dan
memiliki
tingkat
kemungkinan kegagalan 1 dari 2000.
•
Posisi botol miring Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan karena posisi botol miring, penulis memberikan bobot nilai sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya penyebab kegagalan
dengan
tingkat
rendah
dan
memiliki
tingkat
kemungkinan kegagalan 1 dari 15000.
•
Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan karena pengisian TCM pada mesin filler tidak standar, penulis memberikan bobot nilai sebesar 2 poin. Nilai 2 poin tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya penyebab kegagalan dengan tingkat rendah dan memiliki tingkat kemungkinan kegagalan 1 dari 150000.
204
c. Detectability Detectability adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan rating
atau tingkat kemampuan dari sistem pengendalian saat ini untuk mendeteksi atau menemukan setiap modus kegagalan.
•
Botol sudah retak atau gumpil Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan karena botol sudah retak atau gumpil, penulis memberikan bobot nilai sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut menunjukkan bahwa diperlukan inspeksi terhadap produk untuk memastikan bahwa terdapat keretakan atau gumpil pada bagian botol. Adapun hal yang biasa operator lakukan untuk membuktikan bahwa botol tersebut sudah retak atau gumpil yaitu dengan mengecek kondisi fisik pada botol khususnya pada bagian bibir botol yang rentan terhadap retak atau gumpil.
•
Posisi botol miring Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan karena posisi botol miring, penulis memberikan bobot nilai sebesar 6 poin. Nilai 6 poin tersebut menunjukkan bahwa diperlukan inspeksi dan pembongkaran sederhana terhadap komponen mesin filler untuk memastikan keadaan botol tidak miring pada saat masuk. Adapun hal yang biasa operator lakukan
205
dalam hal pengecekan posisi botol miring yaitu dengan cara melakukan cek terhadap botol yang masuk ke dalam mesin filler setiap 10 menit, apabila timbul produk non-standar yang signifikan maka operator akan melakukan setting ulang pada guide infeed filler.
•
Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan karena pengisian TCM pada mesin filler yang tidak standar, penulis memberikan bobot nilai sebesar 8 poin. Nilai 8 poin tersebut
menunjukkan
bahwa
diperlukan
inspeksi
dan
pembongkaran yang kompleks terhadap komponen mesin filler. Adapun hal yang biasa operator lakukan dalam hal pengecekan terhadap kegagalan proses pengisian TCM ke dalam botol adalah dengan cara melakan pengecekan terhadap komponen mesin filler seperti pegas, karet, dan posisi filling valve.
206
2. Analisis Jenis Kegagalan Volume Non-standar
Tabel 4.29 Analisis FMEA Jenis Kegagalan Volume Non-Standar Fungsi Proses
Jenis Kegagalan
Efek dari Kegagalan
S
Penyebab Kegagalan Botol sudah retak atau gumpil
Pengisian TCM Pada Mesin Filler
Menghasilkan produk non-standar, Menyebabkan proses recycling, dan Pemborosan dalam penggunaan TCM.
Volume NonStandar
Posisi botol miring
O
4
3
5
Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar
2
Kontrol yang dilakukan Peningkatan pengawasan pada selektor botol bersih Melakukan pengecekan setiap 10 menit pada tiap botol yang masuk ke dalam proses Melakukan pengecekan terhadap komponen mesin filler seperti pegas, karet, dan posisi filling valve
D
3
6
8
RPN
Penanggulangan
60
Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI
90
Melakukan setting guide infeed filler dengan tepat
80
Mengganti komponen mesin filler tepat pada waktunya
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai bobot nilai yang diberikan penulis dalam perhitungan RPN (Risk Priority Number) untuk kategori jenis kegagalan volume non-standar pada proses pengisian TCM di mesin filler.
a. Severity Severity rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan tingkat
keseriusan atau keparahan dari efek yang ditimbulkan akibat adanya
207
kegagalan. Untuk bobot nilai Severity pada jenis kegagalan volume non-standar, penulis memberikan bobot nilai sebesar 5 poin. Nilai 5 poin tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki efek yang rendah, karena 100% produk dapat di-rework. Proses recycling yang dilakukan yaitu dengan cara mengolah kembali Teh Cair Manis yang masih dalam keadaan standar dan pencucian ulang botol pada mesin bottle washer. Adapun dengan jenis kegagalan volume non-standar pada produk, maka akan mengakibatkan terhambatnya proses produksi di bagian selektor botol isi, karena dengan timbulnya kondisi seperti ini, operator mesin filler akan melakukan pemberhentian sementara proses pengisian Teh Cair Manis guna melakukan pengecekan terhadap komponen yang ada pada mesin filler dan tentunya pemborosan baik waktu produksi karena terjadinya
proses recycling botol ke dalam mesin bottle washer untuk dilakukan pencucian kembali dan pemborosan bahan baku jika TCM sudah tidak layak untuk dilakukan proses recycling. b. Occurance Occurance rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan rating frekuensi kemunculan kegagalan. Berikut ini merupakan
penjabaran occurance rate pada tiap faktor penyebab kegagalan.
208
•
Botol sudah retak atau gumpil Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan karena botol sudah retak atau gumpil, penulis memberikan bobot nilai sebesar 4 poin. Nilai 4 poin tersebut menunjukkan bahwa produk
non-standar
tersebut
memiliki
peluang
terjadinya
penyebab kegagalan dengan tingkat sedang dan memiliki tingkat kemungkinan kegagalan 1 dari 2000.
•
Posisi botol miring Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan karena posisi botol miring, penulis memberikan bobot nilai sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya penyebab kegagalan
dengan
tingkat
rendah
dan
memiliki
tingkat
kemungkinan kegagalan 1 dari 15000.
•
Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan karena pengisian TCM pada mesin filler tidak standar, penulis memberikan bobot nilai sebesar 2 poin. Nilai 2 poin tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya penyebab kegagalan dengan tingkat rendah dan memiliki tingkat kemungkinan kegagalan 1 dari 150000.
209
c. Detectability Detectability adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan rating
atau tingkat kemampuan dari sistem pengendalian saat ini untuk mendeteksi atau menemukan setiap modus kegagalan.
•
Botol sudah retak atau gumpil Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan karena botol sudah retak atau gumpil, penulis memberikan bobot nilai sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut menunjukkan bahwa diperlukan inspeksi terhadap produk untuk memastikan bahwa terdapat keretakan atau gumpil pada bagian botol. Adapun hal yang biasa operator lakukan untuk membuktikan bahwa botol tersebut sudah retak atau gumpil yaitu dengan mengecek kondisi fisik pada botol khususnya pada bagian bibir botol yang rentan terhadap retak atau gumpil.
•
Posisi botol miring Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan karena posisi botol miring, penulis memberikan bobot nilai sebesar 6 poin. Nilai 6 poin tersebut menunjukkan bahwa diperlukan inspeksi dan pembongkaran sederhana terhadap komponen mesin filler untuk memastikan keadaan botol tidak miring pada saat masuk. Adapun hal yang biasa operator lakukan
210
dalam hal pengecekan posisi botol miring yaitu dengan cara melakukan cek terhadap botol yang masuk ke dalam mesin filler setiap 10 menit, apabila timbul produk non-standar yang signifikan maka operator akan melakukan setting ulang pada guide infeed filler.
•
Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan karena pengisian TCM pada mesin filler yang tidak standar, penulis memberikan bobot nilai sebesar 8 poin. Nilai 8 poin tersebut
menunjukkan
bahwa
diperlukan
inspeksi
dan
pembongkaran yang kompleks terhadap komponen mesin filler. Adapun hal yang biasa operator lakukan dalam hal pengecekan terhadap kegagalan proses pengisian TCM ke dalam botol adalah dengan cara melakan pengecekan terhadap komponen mesin filler seperti pegas, karet, dan posisi filling valve.
211
3. Analisis Jenis Kegagalan Botol Pecah
Tabel 4.30 Analisis FMEA Jenis Kegagalan Botol Pecah Fungsi Proses
Jenis Kegagalan
Efek dari Kegagalan
S
Penyebab Kegagalan Botol sudah retak atu gumpil
Pengisian TCM Pada Mesin Filler
Botol Pecah
Menghasilkan produk non-standar, Pemborosan dalam penggunaan botol, dan Tidak tercapainya target produksi.
O
4
Jatuh di conveyor
2
Terjepit pada mesin
2
7
Kontrol yang dilakukan Peningkatan pengawasan pada selektor botol bersih Melakukan pengecekan pada bagian sliding plat, table plat, top chain, dan pergerakan conveyor Melakukan pengecekan pada bagian filling valve, gigi spiral, dan guide infeed crowner
D
3
RPN
Penanggulangan
84
Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI
3
42
7
98
Melakukan setting pada bagian sliding plat, table plat, top chain, dan, pergerakan conveyor dengan tepat pada set up awal produksi Melakukan setting pada bagian filling valve, gigi spiral, dan guide infeed crowner dengan tepat pada set up awal produksi
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai bobot nilai yang diberikan penulis dalam perhitungan RPN (Risk Priority Number) untuk kategori jenis kegagalan botol pecah pada proses pengisian TCM di mesin filler. a. Severity Severity rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan tingkat
keseriusan atau keparahan dari efek yang ditimbulkan akibat adanya kegagalan. Untuk bobot nilai Severity pada jenis kegagalan botol pecah, penulis memberikan bobot nilai sebesar 7 poin. Nilai 7 poin
212
tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki efek yang tinggi, karena sedikit mengganggu kelancaran produksi dan sebagian besar menjadi scrap dan sebagian dapat diproses kembali untuk di-recycling menjadi botol baru. Adapun dengan jenis kegagalan botol pecah pada produk, maka akan mengakibatkan terhambatnya proses produksi di bagian selektor botol isi, karena dengan timbulnya kondisi
seperti
ini,
operator
mesin
filler
akan
melakukan
pemberhentian sementara proses pengisian Teh Cair Manis guna melakukan pengecekan terhadap komponen yang ada pada mesin filler dan tentunya pemborosan baik dari segi penggunaan waktu produksi serta terhadap penggunaan bahan baku produksi yaitu botol. b. Occurance Occurance rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan rating frekuensi kemunculan kegagalan. Berikut ini merupakan
penjabaran occurance rate pada tiap faktor penyebab kegagalan.
•
Botol sudah retak atau gumpil Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan karena botol sudah retak atau gumpil, penulis memberikan bobot nilai sebesar 4 poin. Nilai 4 poin tersebut menunjukkan bahwa produk
non-standar
tersebut
memiliki
peluang
terjadinya
213
penyebab kegagalan dengan tingkat sedang dan memiliki tingkat kemungkinan kegagalan 1 dari 2000.
•
Jatuh di conveyor Untuk bobot nilai Occurance pada faktor penyebab kegagalan karena botol pecah pada saat jatuh di conveyor penulis memberikan bobot nilai sebesar 2 poin. Nilai 2 poin tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya penyebab kegagalan dengan tingkat rendah dan memiliki tingkat kemungkinan kegagalan 1 dari 150000.
•
Terjepit pada mesin Untuk bobot nilai Occurance pada faktor penyebab kegagalan karena botol pecah karena terjepit pada mesin penulis memberikan bobot nilai sebesar 2 poin. Nilai 2 poin tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya penyebab kegagalan dengan tingkat rendah dan memiliki tingkat kemungkinan kegagalan 1 dari 150000.
c. Detectability Detectability adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan rating
atau tingkat kemampuan dari sistem pengendalian saat ini untuk mendeteksi atau menemukan setiap modus kegagalan.
214
•
Botol sudah retak atau gumpil Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan karena botol sudah retak atau gumpil, penulis memberikan bobot nilai sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut menunjukkan bahwa diperlukan inspeksi terhadap produk untuk memastikan bahwa terdapat keretakan atau gumpil pada bagian botol. Adapun hal yang biasa operator lakukan untuk membuktikan bahwa botol tersebut sudah retak atau gumpil yaitu dengan mengecek kondisi fisik pada botol khususnya pada bagian bibir botol yang rentan terhadap retak atau gumpil.
•
Jatuh di conveyor Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan karena botol pecah pada saat jatuh di conveyor penulis memberikan bobot nilai sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut menunjukkan
bahwa
diperlukan
inspeksi
terhadap
bagian
conveyor agar botol tidak terjatuh pada saat berdiri di atas conveyor. Adapun hal yang biasa operator lakukan dalam hal botol
pecah pada saat jatuh di conveyor yaitu dengan cara melakukan cek pada bagian sliding plat, table plat, top chain, serta pergerakan conveyor.
215
•
Terjepit pada mesin Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan karena botol pecah karena terjepit pada mesin penulis memberikan bobot nilai sebesar 7 poin. Nilai 7 poin tersebut menunjukkan bahwa diperlukan inspeksi dan pembongkaran terhadap komponen mesin filler. Adapun hal yang biasa operator lakukan dalam hal botol pecah pada saat jatuh di conveyor yaitu dengan cara melakukan cek pada bagian filling valve, gigi spiral, dan guide infeed crowner.
4.2.4
Tahap Improve
Fase atau tahap keempat dalam metodologi Six Sigma adalah tahap improve. Pada tahap ini usaha-usaha peningkatan kinerja kualitas produk
dimulai dengan cara melakukan analisis FMEA untuk memberikan usulan perbaikan dalam hal pengendalian produk non-standar dan memberikan usulan dalam hal tindakan pencegahan akan terjadinya produk non-standar yang muncul pada setiap proses produksi. Berikut ini merupakan beberapa usulan perbaikan terhadap penanganan kategori jenis produk defect kosong tertutup, volume non-standar, dan botol pecah yang terjadi pada proses pengisian TCM di mesin filler.
216
1.
Usulan Perbaikan terhadap Penanganan Jenis Defect Kosong Tertutup
Berdasarkan analisis tabel FMEA untuk jenis defect kosong tertutup, dapat terlihat bahwa prioritas penyebab kegagalan adalah karena kurang cermatnya operator mesin filler dalam melakukan setting pada bagian guide infeed filler. Hal ini akan mengakibatkan posisi botol yang masuk pada mesin filler menjadi miring. Pada tabel analisis FMEA untuk jenis defect kosong tertutup, modus kegagalan karena posisi botol miring memiliki nilai RPN yang tertinggi yaitu sebesar 90. Untuk itu, diperlukan kontrol terhadap botol yang telah selesai dilakukan pengisian TCM di mesin filler setiap 10 menit dan melakukan setting pada bagian guide infeed filler dengan tepat sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.
Berdasarkan analisis tabel FMEA, maka usulan perbaikan terhadap penanganan jenis defect kosong tertutup antara lain:
• Melakukan setting pada bagian guide infeed filler Hal ini menjadi sangat penting, karena berdasarkan nilai RPN pada analisis tabel FMEA menunjukkan bahwa modus kegagalan posisi botol miring memiliki nilai yang lebih tinggi dari modus kegagalan lainnya. Pemberlakuan dan penetapan SOP pada setiap mesin di lini produksi ke-3 sudah dilakukan dengan sangat baik oleh perusahaan. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan adalah masih kurangnya
217
tingkat kedisiplinan dan kepatuhan dari tiap operator untuk menjalankan SOP dengan baik. Oleh karena itu, penulis menilai perlunya adanya review terhadap kinerja tiap operator dalam penguasaan SOP. Operator yang memiliki nilai KPI (Key Performance Index) yang di bawah standar perusahaan, nantinya akan
diberikan pelatihan untuk meningkatkan KPI tiap operator.
• Mengganti komponen pada mesin filler tepat pada waktunya Umur mesin yang sudah tua menyebabkan sulitnya melakukan prediksi akan terjadinya kesalahan pada waktu proses produksi berjalan. Oleh karena itu, penulis menilainya perlu diberlakukan implementasi Total Productive Maintenance (TPM) guna melakukan pencegahan kerusakan mesin atau peralatan dan meningkatkan umur mesin/peralatan. Bentuk TPM
tidak sama seperti departemen
maintenance yang melakukan perbaikan karena mesin tersebut
mengalami kerusakan. Dengan demikian TPM merupakan suatu proses untuk memaksimumkan produktivitas peralatan dan mesin sepanjang masa pakai mesin dan perlatan tersebut.
218
• Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI (Empty Bottle Inspector)
Kegunaan mesin EBI pada bagian selektor botol bersih berguna untuk menyeleksi botol bersih yang telah dicuci pada mesin bottle washer. Dengan kemampuan berbasis teknologi yang canggih, mesin ini dapat menyeleksi seluruh keadaan botol dan memutuskan botol tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan atau tidak. Apabila botol tersebut ternyata merupakan produk yang tidak sesuai standar, maka dengan otomatis botol tersebut keluar dari conveyor utama, sehingga botol tersebut tidak dapat melanjutkan ke proses berikutnya. Oleh karena itu performance mesin EBI harus dilakukan pengontrolan pada tiap proses produksi. Kemampuan mesin EBI dalam menyeleksi botol memiliki perbedaan signifikan dengan kemampuan operator, sehingga dengan kemampuannya tersebut, dapat membantu operator dalam penyeleksian botol pada bagian selektor botol bersih.
219
2.
Usulan Perbaikan terhadap Penanganan Jenis Defect Volume Nonstandar
Berdasarkan analisis tabel FMEA untuk jenis defect volume nonstandar, dapat terlihat bahwa prioritas penyebab kegagalan adalah karena kurang cermatnya operator mesin filler dalam melakukan setting pada bagian guide infeed filler. Hal ini akan mengakibatkan posisi botol yang masuk pada mesin filler menjadi miring. Pada tabel analisis FMEA untuk jenis defect volume non-standar, modus kegagalan karena posisi botol miring memiliki nilai RPN yang tertinggi yaitu sebesar 90. Untuk itu, diperlukan kontrol terhadap botol yang telah selesai dilakukan pengisian TCM di mesin filler setiap 10 menit dan melakukan setting pada bagian guide infeed filler dengan tepat sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.
Berdasarkan analisis tabel FMEA, maka usulan perbaikan terhadap penanganan jenis defect volume non-standar antara lain:
• Melakukan setting pada bagian guide infeed filler Hal ini menjadi sangat penting, karena berdasarkan nilai RPN pada analisis tabel FMEA menunjukkan bahwa modus kegagalan posisi botol miring memiliki nilai yang lebih tinggi dari modus kegagalan lainnya. Pemberlakuan dan penetapan SOP pada setiap mesin di lini produksi ke-3 sudah dilakukan dengan sangat baik oleh perusahaan. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan adalah masih kurangnya
220
tingkat kedisiplinan dan kepatuhan dari tiap operator untuk menjalankan SOP dengan baik. Oleh karena itu, penulis menilai perlunya adanya review terhadap kinerja tiap operator dalam penguasaan SOP. Operator yang memiliki nilai KPI (Key Performance Index) yang di bawah standar perusahaan, nantinya akan diberikan
pelatihan untuk meningkatkan KPI tiap operator.
• Mengganti komponen pada mesin filler tepat pada waktunya Umur mesin yang sudah tua menyebabkan sulitnya melakukan prediksi akan terjadinya kesalahan pada waktu proses produksi berjalan. Oleh karena itu, penulis menilainya perlu diberlakukan implementasi Total Productive Maintenance (TPM) guna melakukan pencegahan kerusakan mesin atau peralatan dan meningkatkan umur mesin/peralatan. Bentuk TPM
tidak sama seperti departemen
maintenance yang melakukan perbaikan karena mesin tersebut
mengalami kerusakan. Dengan demikian TPM merupakan suatu proses untuk memaksimumkan produktivitas peralatan dan mesin sepanjang masa pakai mesin dan perlatan tersebut.
221
• Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI (Empty Bottle Inspector)
Kegunaan mesin EBI pada bagian selektor botol bersih berguna untuk menyeleksi botol bersih yang telah dicuci pada mesin bottle washer. Dengan kemampuan berbasis teknologi yang canggih, mesin ini dapat menyeleksi seluruh keadaan botol dan memutuskan botol tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan atau tidak. Apabila botol tersebut ternyata merupakan produk yang tidak sesuai standar, maka dengan otomatis botol tersebut keluar dari conveyor utama, sehingga botol tersebut tidak dapat melanjutkan ke proses berikutnya. Oleh karena itu performance mesin EBI harus dilakukan pengontrolan pada tiap proses produksi. Kemampuan mesin EBI dalam menyeleksi botol memiliki perbedaan signifikan dengan kemampuan operator, sehingga dengan kemampuannya tersebut, dapat membantu operator dalam penyeleksian botol pada bagian selektor botol bersih.
222
3.
Usulan Perbaikan terhadap Penanganan Jenis Defect Botol Pecah
Berdasarkan analisis tabel FMEA untuk jenis defect botol pecah, dapat terlihat bahwa prioritas penyebab kegagalan adalah karena kurang cermatnya operator mesin filler dalam melakukan setting pada bagian filling valve, gigi spiral, dan guide infeed crowner dengan tepat pada set up awal produksi. Hal ini akan mengakibatkan botol terjepit pada mesin.
Pada tabel analisis FMEA untuk jenis defect botol pecah, modus kegagalan karena botol terjepit pada mesin memiliki nilai RPN yang tertinggi yaitu sebesar 98. Untuk itu, diperlukan kontrol terhadap bagian filling valve, gigi spiral, dan guide infeed crowner apabila banyak muncul
produk defect botol pecah pada saat pengisian TCM di mesin filler maupun pada saat botol masuk ke dalam mesin crowner untuk proses crowning pada botol.
Berdasarkan analisis tabel FMEA, maka usulan perbaikan terhadap penanganan jenis defect botol pecah antara lain:
• Melakukan setting pada bagian filling valve, gigi spiral, dan guide infeed crowner dengan tepat pada set up awal produksi
Hal ini menjadi sangat penting, karena berdasarkan nilai RPN pada analisis tabel FMEA menunjukkan bahwa modus botol terjepit pada mesin memiliki nilai yang lebih tinggi dari modus kegagalan lainnya. Pemberlakuan dan penetapan SOP pada setiap mesin di lini produksi
223
ke-3 sudah dilakukan dengan sangat baik oleh perusahaan. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan adalah masih kurangnya tingkat kedisiplinan dan kepatuhan dari tiap operator untuk menjalankan SOP dengan baik. Oleh karena itu, penulis menilai perlunya adanya review terhadap kinerja tiap operator dalam penguasaan SOP.
Operator yang memiliki nilai KPI (Key Performance Index) yang di bawah standar perusahaan, nantinya akan diberikan pelatihan untuk meningkatkan KPI tiap operator.
• Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI (Empty Bottle Inspector)
Kegunaan mesin EBI pada bagian selektor botol bersih berguna untuk menyeleksi botol bersih yang telah dicuci pada mesin bottle washer. Dengan kemampuan berbasis teknologi yang canggih, mesin ini dapat menyeleksi seluruh keadaan botol dan memutuskan botol tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan atau tidak. Apabila botol tersebut ternyata merupakan produk yang tidak sesuai standar, maka dengan otomatis botol tersebut keluar dari conveyor utama, sehingga botol tersebut tidak dapat melanjutkan ke proses berikutnya. Oleh karena itu performance mesin EBI harus dilakukan pengontrolan pada tiap proses produksi. Kemampuan mesin EBI dalam menyeleksi botol memiliki perbedaan signifikan dengan kemampuan operator, sehingga
224
dengan kemampuannya tersebut, dapat membantu operator dalam penyeleksian botol pada bagian selektor botol bersih.
• Melakukan setting pada bagian sliding plat, table plat, top chain, dan, pergerakan conveyor dengan tepat pada set up awal produksi Untuk modus kegagalan botol pecah karena terjatuh di conveyor, penyebab utamanya adalah karena sliding plat, table plat, top chain, dan, pergerakan conveyor tidak sinkron satu dengan lainnya. Apabila salah satu bagian tidak dilakukan penyetelan dengan tepat pada set up awal produksi maka akan menimbulkan banyaknya botol terjatuh di conveyor dan akhirnya pecah. Banyaknya kejadian botol jatuh di atas conveyor
tentunya
akan
menyulitkan
operator
untuk
segera
merapihkan kondisi botol-botol yang roboh tersebut. Pada saat operator merapihkan botol tersebut, operator mesin filler akan memberhentikan jalannya proses pengisian TCM pada botol pada mesin filler untuk sementara guna mencegah botol yang telah selesai diproses menabrak botol yang roboh di depannya. Oleh karena itu frekuensi banyaknya botol jatuh di conveyor harus diminumkan, guna kelancaran proses produksi.
225
4.2.5
Tahap Control
Fase terakhir dalam metodologi Six Sigma adalah fase control. Pada tahap ini akan dilakukan penentuan cara untuk mengurangi atau cara untuk menjaga variabel-variabel permasalahan produk non-standar pada proses produksi Teh Botol Sosro yang telah teridentifikasi dengan menggunakan berbagai analisis dalam penelitian kali ini (diagram pareto, fishbone diagram, five whys diagram, dan FMEA), sehingga variabel tersebut dapat berada dalam
batas kontrol perusahaan. Berikut ini merupakan usulan control pada tiap bagian selektor yang diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengatasi permasalahan produk non-standar, antara lain: 1.
Evaluasi kinerja proses dengan melakukan perhitungan peta kendali
X dan peta kendali R terhadap berat botol isi Teh Botol Sosro. 2.
Evaluasi kinerja proses dengan menghitung kapabilitas proses (Cp dan Cpk).
3.
Evaluasi proporsi jumlah cacat produksi pada tiap bagian selektor dengan menggunakan peta kendali baik p-chart dan np-chart.
4.
Evaluasi kinerja produk dengan menghitung nilai DPMO dan nilai tingkat sigma di tiap proses.
Dalam fase ini, seluruh usaha-usaha peningkatan yang ada akan dilakukan pengujian secara trial error terhadap hasil yang dicapai secara teknis. Tahap control bertujuan untuk mengevaluasi proses perbaikan yang
226
telah dilakukan dengan efektif dan efisien serta menjaga kestabilan dari proses perbaikan tersebut guna mencegah terjadinya penurunan kembali performance proses tersebut. Pada tahap control ini seluruh usaha peningkatan yang ada dikendalikan secara teknis untuk kemudian dibuat usaha-usaha pengontrolan dengan metode trial error dengan mereduksi cacat dari 10% hingga 90% pada tiap proses di bagian selektor. Asumsi pada perhitungan trial error pada penelitian ini yaitu diasumsikan jumlah unit yang akan diproses pada tiap proses di bagian selektor sama dengan jumlah unit yang diproses pada periode bulan Januari-Maret 2010. Usulan perbaikan yang telah diberikan penulis pada uraian di tahap improve, diharapkan dapat memberikan peningkatan kinerja kualitas produk
yang dapat diukur melalui nilai DPMO dan nilai tingkat sigma pada proses tersebut. Apabila hasil peningkatan kinerja kualitas produk dilakukan permodelan dengan metode trial error dengan mereduksi 10% hingga 90% dari jumlah cacat produk yang dihasilkan pada tiap proses bagian selektor, maka hasilnya perhitungan trial error adalah sebagai berikut.
227
Tabel 4.31 Hasil Trial Error Peningkatan Kualitas Produk Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol Kotor Trial Error Pengurangan Defect Awal (Januari Maret 2010) 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
DPO
DPMO
Tabel Sigma Level
40076029 570752 0,0142417 280532203
0,002
2000
3,09
40076029 40076029 40076029 40076029 40076029 40076029 40076029 40076029 40076029
0,0018 0,0016 0,0014 0,0012 0,001 0,0008 0,0006 0,0004 0,0002
1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200
3,12 3,15 3,19 3,23 3,29 3,35 3,43 3,54 3,71
Unit
Defect
513677 456602 399526 342451 285376 228301 171226 114150 57075
DPU
0,0128176 0,0113934 0,0099692 0,008545 0,0071209 0,0056967 0,0042725 0,0028483 0,0014242
TOP
280532203 280532203 280532203 280532203 280532203 280532203 280532203 280532203 280532203
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.32 Hasil Trial Error Peningkatan Kualitas Produk Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol Bersih Trial Error Pengurangan Defect Awal (Januari Maret 2010) 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
Unit
Defect
DPU
TOP
DPO
DPMO
Tabel Sigma Level
39505277 322244
0,008157
197526385 0,0016
1600
3,15
39505277 39505277 39505277 39505277 39505277 39505277 39505277 39505277 39505277
0,0073413 0,0065256 0,0057099 0,0048942 0,0040785 0,0032628 0,0024471 0,0016314 0,0008157
197526385 197526385 197526385 197526385 197526385 197526385 197526385 197526385 197526385
1500 1300 1100 1000 800 700 500 300 200
3,17 3,21 3,26 3,29 3,35 3,39 3,48 3,61 3,71
Sumber: Hasil Pengolahan Data
290020 257795 225571 193346 161122 128898 96673 64449 32224
0,0015 0,0013 0,0011 0,001 0,0008 0,0007 0,0005 0,0003 0,0002
228
Tabel 4.36 Hasil Trial Error Peningkatan Kualitas Produk Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol Isi Trial Error Pengurangan Defect Awal (Januari Maret 2010) 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
Unit
Defect
DPU
TOP
DPO
DPMO
Tabel Sigma Level
39183033
125913
0,0032135
431013363
0,00029
290
3,62
39183033 39183033 39183033 39183033 39183033 39183033 39183033 39183033 39183033
113322 100730 88139 75548 62957 50365 37774 25183 12591
0,0028921 0,0025708 0,0022494 0,0019281 0,0016067 0,0012854 0,000964 0,0006427 0,0003213
431013363 431013363 431013363 431013363 431013363 431013363 431013363 431013363 431013363
0,00026 0,00023 0,0002 0,00018 0,00015 0,00012 0,00009 0,00006 0,00003
260 230 200 180 150 120 90 60 30
3,65 3,68 3,71 3,74 3,79 3,84 3,91 4,01 4,17
Sumber: Hasil Pengolahan Data
4.3
Analisis Data
Sesuai dengan konsep dari Six Sigma, nilai yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengidentifikasikan permasalahan produk non-standar pada lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung dengan melakukan pengukuran dan analisis terhadap kinerja proses dan produk, serta memberikan usulan perbaikan dan pengontrolan terhadap produk non-standar tersebut, sehingga terjadi peningkatan tingkat kinerja perusahaan dengan kualitas Six Sigma, dimana perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau bahwa 99,99966 % dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk.
229
Pada tahap define, dikemukakan bahwa pada proses produksi Teh Botol Sosro lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung terdapat permasalahan dalam pengendalian produk non-standar. Dengan adanya permasalahan tersebut, penulis akhirnya menfokuskan penelitian ini guna membantu perusahaan mengatasi permasalahan tersebut dengan pendekatan konsep Six Sigma. Pada tahap ini, penulis melakukan beberapa langkah antara lain
penentuan Project Charter penelitian, dan penggambaran proses produksi keseluruhan dengan SIPOC Diagram serta Peta Aliran Proses. Berdasarkan hasil observasi, penulis melihat permasalahan produk non-standar belum memiliki metode penyelesaian yang optimal. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan pendekatan konsep Six Sigma terhadap permasalahan tersebut. Pada tahap measure, langkah pertama yang dilakukan penulis adalah melakukan penentuan Critical To Quality (CTQ) produk pada tiap proses produksi. Pada tahap ini dilakukan pengukuran untuk menentukan karakteristik kunci kualitas (CTQ) yang merupakan karakteristik produk yang berhubungan secara spesifik dengan kebutuhan pelanggan. Tahap berikutnya yaitu melakukan pengukuran kinerja proses dan kinerja produk. Pada
tahap
pengukuran
kinerja
proses,
penulis
melakukan
perhitungan peta kendali X dan peta kendali R serta kapabilitas proses untuk pengukuran data variabel kualitas yaitu berat botol isi Teh Botol Sosro. Pada
230
pengukuran tersebut, penulis melakukan perhitungan berat botol isi pada tiga kondisi yang berbeda yaitu pada awal shift produksi, tengah shift produksi, dan akhir shift produksi. Hasil yang diperoleh dari pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata berat botol isi pada kondisi pengukuran tersebut sudah sesuai dengan rata-rata berat botol isi yang telah ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 536 gr. Untuk perhitungan kapabilitas proses, hasil yang diperoleh dari tiga kondisi pengukuran yang dilakukan oleh penulis, menunjukkan bahwa proses tersebut memiliki kemampuan proses hampir mencapai tingkat 4-sigma. Penulis juga mengukur tingkat proporsi cacat pada tiap bagian selektor dengan menggunakan peta kendali p-chart pada bagian selektor botol kotor dan selektor botol bersih dengan menggunakan laporan produk non-standar harian periode bulan Januari-Maret 2010. Untuk bagian selektor botol isi, penulis melakukan tingkat proporsi produk cacat dengan menggunakan peta kendali np-chart dengan menggunakan data pengamatan langsung di lapangan pada periode bulan April-Mei 2010. Hasil dari perhitungan p-chart pada bagian selektor botol kotor, menunjukkan bahwa jumlah produk cacat yang terjadi hampir seluruhnya belum berada pada batas kontrol. Hasil yang sama tersebut juga ditujukkan pada bagian selektor bersih. Adapun variasi penyebab khusus yang mempengaruhi pada bagian Selektor Botol Kotor terjadi karena banyaknya faktor eksternal dari proses produksi yang mempengaruhi, terutama cara
231
konsumen dalam meletakan, menyimpan dan menggunakan botol yang menyebabkan botol menjadi tidak standar untuk digunakan kembali. Untuk variasi penyebab khusus yang mempengaruhi pada bagian Selektor Botol Bersih terjadi karena banyaknya faktor eksternal dari proses produksi yang mempengaruhi, terutama cara konsumen dalam meletakan, menyimpan dan menggunakan botol yang menyebabkan botol tidak dapat dibersihkan dengan mesin sehingga harus dicuci lagi secara manual dan ketika diproses di bagian Selektor Botol Bersih juga mudah pecah karena kondisi botol saat masuk proses produksi pun sudah tidak optimal untuk diproduksi kembali. Pada
tahap
pengukuran
kinerja
produk,
penulis
melakukan
perhitungan nilai DPMO dan nilai tingkat sigma di tiap proses. Hasil nilai DPMO yang diperoleh penulis pada bagian selektor botol kotor yaitu sebesar
2000 dan nilai tingkat sigma sebesar 3,091. Hasil nilai DPMO yang diperoleh penulis pada bagian selektor botol bersih yaitu sebesar 1600 dan nilai tingkat sigma sebesar 3,156. Hasil nilai DPMO yang diperoleh penulis pada bagian
selektor botol isi yaitu sebesar 290 dan nilai tingkat sigma sebesar 3,624. Berdasarkan hasil tersebut, menujukkan bahwa kinerja produk teh botol saat ini sudah cukup baik, dan tentunya perlu peningkatan kinerja produk tersebut guna pencapaian tingkat 6-sigma. Setelah melakukan pengukuran kinerja proses dan kinerja produk pada tahap measure, maka tahap selanjutnya adalah tahap analyze. Pada tahap ini,
232
penulis menfokuskan analisisnya di bagian proses selektor botol isi, khususnya pada fase pengisian TCM pada botol di mesin filler. Hal ini dilakukan karena data yang diperoleh banyak mengandung variasi khusus yang berasal dari eksternal proses produksi, maka tidak dilakukan analisis lebih lanjut. Penulis menggunakan beberapa analisis antara lainnya diagram pareto, fishbone diagram, five whys diagram, dan FMEA untuk melakukan analisis
terhadap keseluruhan data yang telah diukur pada tahap sebelumnya. Hasil yang diperoleh berdasarkan analisis diagram pareto menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi munculnya defect pada bagian selektor botol isi adalah jenis defect kosong tertutup. Dengan menggunakan analisis fishbone diagram, penulis mendapatkan hasil bahwa faktor manusia, mesin, material, metoda, dan lingkungan mempengaruhi timbulnya jenis defect kosong tertutup. Dengan mengkombinasikan hasil dari analisis five whys diagram dan analisis FMEA, penulis mendapatkan hasil nilai RPN menunjukkan bahwa modus kegagalan utama penyebab terjadinya jenis defect kosong tertutup adalah karena posisi botol miring. Hal ini terjadi dimungkinkan kurang cermatnya operator mesin filler dalam melakukan setting pada bagian guide infeed filler. Untuk itu, diperlukan kontrol terhadap botol yang telah selesai
dilakukan pengisian TCM di mesin filler setiap 10 menit dan melakukan setting pada bagian guide infeed filler dengan tepat sesuai dengan SOP yang
telah ditentukan.
233
Untuk
melakukan
improvement
guna
mencegah
sekaligus
mengendalikan terjadinya jenis defect kosong tertutup pada bagian selektor botol isi, maka penulis memberikan beberapa usulan kepada perusahaan, antara lain :
•
Melakukan setting pada bagian guide infeed filler
•
Mengganti komponen pada mesin filler tepat pada waktunya
•
Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI (Empty Bottle Inspector)
Fase terakhir dalam metodologi Six Sigma adalah fase control. Pada tahap ini akan dilakukan penentuan cara untuk mengurangi atau cara untuk menjaga variabel-variabel permasalahan produk non-standar pada proses produksi Teh Botol Sosro yang telah teridentifikasi, berikut ini merupakan usulan control pada tiap bagian selektor yang diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengatasi permasalahan produk non-standar, antara lain: 1.
Evaluasi kinerja proses dengan melakukan perhitungan peta kendali X dan peta kendali R terhadap berat botol isi Teh Botol Sosro.
2.
Evaluasi kinerja proses dengan menghitung Cp dan Cpk.
3.
Evaluasi proporsi jumlah cacat produksi pada tiap bagian selektor dengan menggunakan peta kendali baik p-chart dan np-chart.
4.
Evaluasi kinerja produk dengan menghitung nilai DPMO dan nilai tingkat sigma di tiap proses.