30
BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1
Pengumpulan Data
4.1.1 Perencanaan Produk Sebelum dilakukan perancangan produk yang akan dibuat, terlebih dahulu pernyataan misi yang nantinya akan digunakan sebagai input yang dibutuhkan dalam tahapan pengembangan produk yang akan dibuat. Adapun pernyataan misi untuk mengembangkan produk meja notebook ini dapat dilihat sebagi berikut :
Tabel 4.1 Mission Statement Mission Statement Product Name : Meja Kerja untuk Pengguna Notebook By
: Agung, Fara, Rizki
Urain Produk
:
• Produk meja kerja yang ditujukan bagi pengguna notebook di Indonesia, dimensinya disesuaikan dengan ukuran tubuh orang Indonesia dengan memperhatikan aspek-aspek ergonomis serta memperhatikan nilai estetis. Meja notebook dirancang dengan menambahkan kipas pendingin pada alas dan sudut kemiringan alas yang dapat disesuaikan kenyamanan penggunanya. Target konsumen utama: • Pengguna notebook di perkantoran • Lembaga kursus komputer dan desain Target konsumen lainnya: • Pengguna notebook yang mengutamakan keergonomisan dan nilai estetis
31
Asumsi-asumsi dan batasan : • Kursi yang digunakan dianggap ergonomis dan fleksibel. • Ukuran meja dirancang sesuai dimensi tubuh orang Indonesia. • Meja dirancang memiliki fitur yang berbeda dengan meja yang sudah ada. • Penentuan
sudut
kemiringan
alas
notebook
dikembangkan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
4.1.2 Ukuran Meja Notebook Dalam merancang sebuah meja notebook maka diperlukan data pendukung agar meja yang dihasilkan ergonomis. Langkah pertama yang dilakukan menentukan ukuran meja yang dirancang sesuai dengan ukuran tubuh orang Indonesia (Nurmianto, 2008). Data anthropometri untuk ukuran meja notebook yang akan dirancang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Ukuran Meja Tinggi popliteal + tinggi siku duduk + kelonggaran sepatu Jenis
Tinggi
Tinggi siku
Kelamin
popliteal
duduk
P95
P50
Pria
445
Wanita
428
Kelonggaran
Tinggi
(sepatu)
meja
231
25
701
229
40
697
Sumber: Pengolahan Data, 2012.
Ada beberapa ukuran tubuh yang digunakan dalam menentukan tinggi meja yang akan dirancang adalah tinggi popliteal, tinggi siku duduk dan kelonggaran sepatu. Pada tinggi popliteal digunakan persentil 95% karena dengan menggunakan persentil 95%, ruang bagi lutut orang dewasa besar dapat tercakup. Sedangkan tinggi siku duduk dengan persentil 50%, dapat mengidentifikasikan tinggi meja tersebut, agar semua rentang tubuh baik itu yang kecil maupun ekstrim dapat menggunakan meja tersebut. Kelonggaran yang digunakan lebih mengarah pada sepatu yaitu kelonggaran sepatu pria sebesar 25 mm dan kelonggaran sepatu wanita sebesar 40 mm.
32
Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan data anthropometri tubuh orang Indonesia, ukuran tinggi meja yang ideal untuk pria adalah 701 mm dan untuk wanita adalah 697 mm. Untuk mendapatkan ukuran yang akan digunakan dalam rancangan meja untuk notebook, maka ketinggian meja dirumuskan (Nurmianto, 2008):
Tinggi meja = Tinggi popliteal + tinggi siku duduk + kelonggaran sepatu – ketebalan notebook = 445 mm + 231 mm + 25 mm – 20mm = 681 mm
Tinggi meja yang dipilih menggunakan tinggi meja yang ideal untuk pria karena apabila menggunakan tinggi meja untuk wanita maka pria yang akan menggunakan meja tersebut akan merasa tidak ideal yang akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi tubuh. Jadi tinggi meja yang dipilih adalah tinggi meja untuk pria, sehingga apabila pengguna wanita ingin menggunakan meja tersebut disarankan harus menggunakan tempat duduk yang sudah ergonomis serta fleksibel dalam melakukan pengaturan tinggi bangku yang digunakan. Sedangkan untuk panjang dan lebar meja ini memiliki ukuran 1200 mm dan 700 mm sesuai dengan dimensi rentang tangan orang Indonesia.
4.1.3 Pengukuran Suhu Notebook Pengukuran suhu yang dimaksud adalah pengukuran suhu notebook pada saat digunakan oleh pekerja, dengan kondisi tanpa kipas, dan dengan kipas pendingin. Tujuan pengukuran suhu ini adalah untuk menentukan jumlah optimum kipas pendingin yang akan digunakan dalam rancangan meja kerja. Berikut ini adalah hasil percobaan pengukuran suhu notebook dengan menggunakan satu kipas dan dua kipas.
33
Tabel 4.3
Hasil Percobaan Tingkat Suhu Notebook dengan 1 dan 2 Kipas Suhu Tanpa
Deskripsi
Tanpa Kipas
Kipas
(41.55 menit)
(0 menit) 35°C
Suhu Harddisk
48°C
Penggunaan
Penggunaan
1 kipas
2 kipas
(30.29 menit)
(16.41 menit)
45°C
44°C
Sumber: Pengolahan Data, 2012.
Tabel 4.3 merupakan hasil percobaan yang dilakukan untuk menentukan jumlah kipas yang dibutuhkan untuk mengurangi panas notebook. Percobaan dilakukan dengan cara menonton DVD hingga mendapatkan suhu yang stabil pada masing-masing percobaan dan pengukuran suhu notebook menggunakan software Speedfan. Suhu awal notebook adalah 35°C, suhu didapatkan saat kondisi notebook tanpa melakukan pekerjaan. Pada saat notebook melakukan percobaan, suhu notebook mengalami kenaikan yang cukup signifikan mencapai 48°C. Saat melakukan percobaan dengan menggunakan coolingpad untuk mengurangi panas notebook dengan menggunakan satu kipas, suhu notebook mengalami penurunan
hingga
mendapatkan
45°C
tingkat
dengan
kestabilan
membutuhkan suhu
tersebut.
waktu
30;29
Sedangkan
untuk dengan
menggunakan dua kipas penurunan suhu notebook mengalami penurunan 44°C, penurunan tersebut memerlukan waktu 16;41. Dapat dilihat bahwa waktu penurunan suhu dengan menggunakan dua kipas membutuhkan waktu yang lebih cepat dibanding dengan menggunakan satu kipas. Sehingga produk meja notebook ini memilih menggunakan dua buah kipas sebagai alat peredam panas dari notebook yang digunakan.
4.1.4 Ukuran Notebook yang Digunakan Ukuran alas notebook pada meja rancangan ditentukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap ketersediaan ukuran notebook dari beberapa merk ternama yang sering digunakan oleh konsumen di Indonesia. Para produsen notebook tersebut memproduksi notebook dengan ukuran sebagai berikut:
34
Tabel 4.4 Ukuran Notebook yang Digunakan UKURAN (inchi) Merk 11
13
13,1
13,3
14
×
×
Toshiba Asus Apple Sony
15
× ×
×
15,4
15,5
×
15,6
16,4
Acer
×
×
×
×
17,3
×
×
×
×
× ×
17
× ×
×
×
×
Sumber: Pengolahan Data, 2012.
Dapat dilihat dari tabel 4.4 notebook sendiri terdiri dari berbagai macam ukuran, mulai dari 11” sampai dengan 17,3”. Dari berbagai macam merk diatas, notebook yang sering diproduksi mulai dari 13,3” dan yang terbesar adalah 17,3”. Oleh sebab itu, alas notebook yang dirancang akan mengacu pada ukuran notebook terbesar, yaitu 17,3” yang memiliki ukuran 380 mm x 290 mm agar alas tersebut dapat mencakup semua ukuran notebook yang umumnya digunakan di Indonesia.
4.1.5 Perancangan Alas Notebook untuk Percobaan Untuk membuat meja notebook yang sesuai dengan kebutuhan pengguna notebook, maka perlu ditambahkan suatu alat yang dapat mendukung fungsi dari suatu meja kerja yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Maka dari itu perlu ditambahkan suatu alas notebook yang memiliki sudut yang baik dan direkomendasikan untuk pengguna notebook agar dalam menggunakan notebooknya, pengguna tidak merasakan kelelahan otot yang berlebihan. Langkah pertama yaitu melakukan percobaan untuk menentukan sudut kemiringan alas notebook yang direkomendasikan pada meja rancangan. Untuk menjalankan percobaan dibuat alas notebook sederhana yang memiliki kemiringan sudut 8°, 10°,12°, dan 20° yang mengacu pada penelitian yang dilakukan (Asundi, Odell, Luce, & Dennerlein, 2012). Meskipun pada jurnal tersebut telah diperoleh sudut yang disarankan, atas pertimbangan bahwa ukuran postur orang Indonesia berbeda, maka percobaan dilakukan untuk
35
mengetahui kemiringan mana yang paling nyaman bagi orang Indonesia terutama pekerjaan yang melibatkan kegiatan pengetikan. Dalam perancangan sudut kemiringan alas notebook untuk percobaan, memiliki desain sebagai berikut:
Gambar 4.1 AutoCad Alas Notebook
Prototipe alas notebook dibuat dari bahan kayu dengan ukuran kemiringan sudut alas yang dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan untuk kepentingan percobaan.
Gambar 4.2 Prototipe Alas Notebook
4.1.6 Pengujian Penggunaan Alas Notebook Untuk mendapatkan ukuran sudut untuk penggunaan notebook yang paling nyaman, dilakukan percobaan penggunaan alas oleh 20 orang
36
responden. Alas notebook tersebut diletakkan pada meja percobaan yang memiliki ukuran yang telah disesuaikan dengan ukuran alas notebook dan meja yang akan dirancang nantinya. Kemudian, dalam melakukan percobaan, digunakan kursi yang dapat diatur ketinggiannya (adjustable) sesuai dengan keinginan dan kenyamanan penggunanya.
Gambar 4.3 Meja untuk Percobaan Alas
Gambar 4.4 Kursi untuk Percobaan Alas Notebook
Percobaan dilakukan dengan cara melakukan pengetikan selama 15 menit untuk masing-masing sudut kemiringan alas yang telah ditentukan. Posisi tubuh responden selama proses pengetikan dinilai dengan menggunakan RULA
37
(Rapid Upper Limb Assessment) untuk mengidentifikasikan skor RULA setiap sudut kemiringan. Skor RULA yang diperoleh dimaksudkan untuk menilai apakah kondisi responden di setiap sudut kemiringan memiliki potensi penyebab cedera. Skor RULA ini menganalisis postur, gaya, dan penggunaan otot responden selama percobaan. Nordic kuesioner digunakan untuk mengetahui keluhan dari responden saat mereka menggunakan meja standar dalam bekerja menggunakan notebook. Selain itu, responden diminta memberikan penilaian sudut kemiringan mana yang paling nyaman bagi mereka setelah percobaan dilakukan.
4.1.7 Hasil Kuesioner Percobaan Penentuan Kemiringan Notebook Berdasarkan pada kuesioner yang diberikan kepada responden, dengan pertanyaan yang dapat dilihat pada Lampiran 2, diperoleh data umum mengenai responden yang menjalani percobaan pengujian sudut kemiringan alas notebook. Data tersebut antara lain berisi tentang ukuran tubuh responden dan mengenai penggunaan notebook yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Data Umum Responden Keterangan
Pria
Wanita
Jenis kelamin
10
10
Keterangan
Ya
Tidak
Pengguna notebook
20
0
Frekuensi penggunaan meja standar
13
7
Keterangan Tinggi badan
Data Anthropometri
Tinggi duduk
Tinggi mata duduk
Standard
Min
Max
Mean
153
179.5
165.54
8.27
118
134.5
127.05
4.35
107.5
120.5
115.58
3.80
Deviasi
38
Tabel 4.6 Lanjutan Data Umum Responden Tinggi
37.8
49
43.52
3.12
56.9
72.9
66.49
3.60
5
14
8.81
2.77
Keterangan
<3 bln
<6 bln
Waktu penggunaan notebook
2
0
popliteal Tinggi siku
Data Anthropometri
duduk Jarak paha ke meja
<12 bln >12 bln 1
17
Sumber: Kuisioner (Daftar Pertanyaan terlampir)
Pada tabel 4.5 dan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti percobaan kemiringan alas notebook memiliki ukuran tubuh standar orang Indonesia dan telah terbiasa menggunakan notebook sebagai media untuk melakukan pekerjaan. Namun dalam penggunaan notebooknya masih banyak yang menggunakan meja standar yang kurang sesuai untuk penggunaan notebook, sehingga diharapkan setelah melakukan percobaan dengan tinggi meja dan juga adanya kemiringan alas yang dianjurkan, dapat memberikan kenyamanan pada pengguna notebook.
4.1.7.1 Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Melihat tabel 4.5 didapatkan frekuensi penggunaan meja standar sebesar 13 orang responden dari 20 orang responden. Untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan oleh responden terhadap penggunaan meja standar ini, digunakan kuesioner Nordic (dapat dilihat pada Lampiran 3) dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.7.
39
Tabel 4.7 Hasil Nordic Questionnaire Masalah pada Tubuh No.
Bagian
Kurun Waktu 12
Tubuh
Bulan Ya
1
Leher
Bahu 9 4
3
Siku 3 7
4
5
6
7 8 9
Tidak
Ya
8
12
12 3
2
Ket.
Kanan
2 8
kedua-
8
duanya kanan
3 13
kedua-
5
duanya kanan
7
Pergelangan Tangan
7
Punggung Atas Punggung Bawah Pinggul/Paha /Bokong Lutut Pergelangan Kaki/Kaki Total Responden * Jumlah Pertanyaan Kuisoner Persentase
Kurun Waktu 7 Hari
6
keduaduanya
6
Ket.
Tindakan Pencegahan
Tidak
Ya
Tidak
8
5
15
10
5
15
12
1
19
7
7
13
kanan keduaduanya kanan keduaduanya kanan keduaduanya
15
5
11
9
5
15
12
8
9
11
6
14
9
11
7
13
5
15
2
18
5
15
4
16
1
19
2
18
1
19
84
96
77
103
39
141
180
180
180
180
180
180
47%
53%
43%
57%
22%
78%
Sumber: Kuisioner (Daftar Pertanyaan terlampir)
Melihat hasil Nordic Questionnaire di atas diperoleh hasil bahwa dalam penggunaan meja standar bagi responden dalam kurun waktu 12 bulan
40
sebesar 47% responden merasakan ketidaknyamanan dan rasa sakit sedangkan 53% responden merasakan sebaliknya. Dalam kurun waktu 7 hari terakhir responden yang merasakan ketidaknyaman sebanyak 43% dan 57% merasakan kenyamanan. Sedangkan tindakan pencegahan yang dilakukan responden terhadap ketidaknyamanan dalam penggunaan meja standar sebesar 22% dan 78% mengatakan tidak pernah melakukan tindakan pencegahan dalam penggunaan meja standar untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan ataupun rasa sakit. Dari 47% responden dalam jangka 12 bulan yang mengatakan merasakan ketidaknyaman atau rasa sakit didapatkan sebesar 54% merasakan sakit pada bagian leher, siku, bahu dan pergelangan tangan yang merupakan bagian yang banyak bergerak saat mengetik dan 46% dirasakan pada bagian punggung atas, bawah, pinggul/paha/bokong, lutut, dan pergelangan kaki/kaki. Sedangkan dalam 43% responden jangka 7 hari terakhir diperoleh 56% merasakan sakit pada bagian leher, siku, bahu dan pergelangan tangan yang merupakan bagian yang banyak bergerak saat mengetik dan 44% dirasakan pada bagian punggung atas, bawah, pinggul/paha/bokong, lutut, dan pergelangan kaki/kaki. Berikut merupakan hasil dari Nordic bagi responden yang merasakan ketidaknyamanan ataupun rasa sakit:
Tabel 4.8 Keluhan dalam jangka waktu 12 bulan dan 7 hari
Keluhan
Total Leher, Bahu, Siku,Pergelangan tangan
Jangka waktu 12 bulan
Jangka Persentase
waktu 7
Persentase
hari
45 keluhan
54%
44 keluhan
56%
39 keluhan
46%
34 keluhan
44%
84 keluhan
100%
78 keluhan
100%
Total Punggung atasbawah,pinggul/paha/bokong, pergelangan kaki/kaki Total Nordic
Sumber: Pengolahan Data, 2012.
41
Dari pengamatan yang dilakukan selain meja standar, keluhan-keluhan juga dapat dirasakan dalam penggunaan notebook dikarenakan berbagai faktor yaitu: 1. Jangka waktu Semakin lama waktu penggunaan notebook akan mengakibatkan keluhan pada bagian-bagian tubuh yang bergerak saat melakukan pengetikan. 2. Postur tubuh Semakin tinggi ukuran badan pengguna, akan mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam penggunaan meja yang digunakan. Apabila meja yang digunakan kurang sesuai dengan tinggi badan pengguna, maka akan menyebabkan ketidaknyamanan ataupun rasa sakit pada anggota badan tertentu. 3. Posisi tubuh Posisi tubuh mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam penggunaan notebook karena apabila posisi tubuh dari pengguna tersebut tidak ideal seperti bungkuk maka akan menyebabkan kelelahan otot lebih cepat daripada orang dengan posisi tubuh yang ideal.
4.1.8 Hasil Ukuran Kemiringan Sudut Alas Notebook Untuk menentukan kemiringan alas notebook, dilakukan percobaan kepada 20 responden yang akan melakukan percobaan mengetik menggunakan notebook dengan alas. Pengamatan menggunakan RULA (Rapid Upper Limb Assessment ) dengan percobaan sudut 8°, 10°, 12° dan 20°. Setiap satu sudut dilakukan percobaan dengan kegiatan pengetikan selama 15 menit. Pengamatan dilakukan dengan melihat postur tubuh responden selama melakukan pengetikan. Hasil RULA yang dicatat merupakan hasil percobaan dari masing-masing sudut. Contoh perhitungan RULA yang didapatkan dari pengamatan postur tubuh responden, dapat dilihat pada Lampiran 4. Dan hasil rekapitulasi data RULA dengan sudut terbaik berdasarkan pilihan responden yang telah melakukan percobaan dapat dilihat pada Lampiran 5. Untuk mendukung hasil RULA, terdapat kuesioner data pendukung yang berguna untuk mendapatkan sudut terbaik yang dirasakan dan dipilih oleh masing-masing responden dan pengaruh dari penggunaan alas notebook dengan
42
kondisi tubuh responden setelah melakukan percobaan. Pertanyaan untuk kuesioner data pendukung dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 4.9 Data Pendukung Responden No.
Pertanyaan
1
Penggunaan alas Notebook menunjang pekerjaan?
2
Sudut paling nyaman?
3
Alasan pemilihan sudut?
4
Perbedaan yang dirasakan?
5
Sudut yang dipilih memberikan kenyamanan pada? Leher Bahu Siku Pergelangan Tangan Punggung Atas Punggung Bawah Pandangan Mata ke Monitor
Jawaban Ya
Tidak
20
-
8° = 8 orang, 10° = 3 orang, 12° = 6 orang, 20° = 3 orang kenyamanan pada saat mengetik, tidak menimbulkan rasa sakit, posisi pas pada pergelangan tangan, posisi pas untuk pandangan mata ke monitor, tidak perlu menahan tangan posisi lebih nyaman, posisi lebih enak, tidak cepat lelah, tidak menimbulkan rasa sakit pada anggota tubuh, duduk lebih santai Ya
Pegal
18 17 17 18 18 16 19
2 3 3 2 2 4 1
Sumber: Kuisioner (Daftar Pertanyaan terlampir)
Setelah mendapatkan hasil terhadap percobaan sudut kemiringan alas untuk notebook, langkah selanjutnya adalah menentukan sudut terbaik yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna notebook. Terdapat tiga cara penentuan sudut untuk alas pada meja notebook, yaitu sebagai berikut : 1) Melihat hasil rata-rata total skor RULA dari masing-masing sudut yaitu sebesar nilai dari sudut 8° yaitu 2,25, nilai sudut 10° sebesar 2,33, nilai sudut 12° sebesar 2,33 dan nilai sudut 20° sebesar 3,00. Dari hasil ratarata tersebut sudah dapat dilihat bahwa yang akan dipilih dalam penentuan sudut alas meja notebook yang akan dirancang yaitu sudut 8°,
43
10°, dan 12° dikarenakan hasil dari nilai rata-rata total skor dapat diterima dengan melihat rentang nilai 2, sesuai dengan hasil RULA bahwa dengan nilai 2 mempunyai hasil diterima. 2) Mengunakan pengujian statistik yaitu ANOVA Dalam pengujian perhitungan menggunakan ANOVA (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7), digunakan taraf
nyata sebesar 1% dan
diperoleh F hitung sebesar 0.73. F hitung tersebut lebih kecil dari F tabel yang ada yaitu sebesar 5,29, maka kesimpulan yang diterima adalah menerima H0 yaitu menganggap sudut yang diujikan tidak beda signifikan sehingga semua derajat dianggap memiliki bobot yang sama. 3) Dari data pengamatan menggunakan RULA pada Lampiran 5, terlihat bahwa sebanyak 8 responden memilih sudut 8°, 3 responden memilih sudut 10°, 6 responden memilih sudut 12° dan 3 responden memilih sudut 20°. Dapat dibuat dalam persentase dari tiap pemilihan sudut yaitu pada sudut 8° sebesar 40% , sudut 10° sebesar 15%, sudut 12° sebesar 30%, dan sudut 20° sebesar 15%. Berdasarkan dari hasil pengamatan dan perhitungan maka sudut kemiringan alas notebook adalah sudut 8°, sudut 10°, dan sudut 12° karena hasil dari rata-rata total skor RULA untuk sudut 8°,10°, dan 12° tidak mencapai angka 3 sehingga dapat diterima, dan dari perhitungan ANOVA didapatkan bahwa hipotesis awal diterima sehingga dapat dipilih sudut kemiringan yang sesuai dengan kenyamanan saat penggunaan tetapi melihat responden yang memilih sudut 8° dan sudut 12° lebih banyak maka pilihan dijatuhkan pada kedua sudut tersebut serta sudut 10° dapat diterima karena hasil rata-rata total skor RULA tidak mencapai nilai 3.
4.2
Analisis Hasil Pengumpulan Data
4.2.1 Desain Produk Gambar di bawah ini merupakan rancangan meja notebook berdasarkan hasil penelitian pada langkah sebelumnya. Rancangan meja notebook bertema atau bergaya modern minimalis. Pemilihan desain tersebut karena produk meja notebook ini fungsional serta menggunakan unsur garis tegak lurus dan bidang
44
dan menghindari elemen arsitektur ornamen, dan lain-lain, sehingga memberikan kesan yang praktis apabila diletakan di dalam suatu ruangan.
Gambar 4.5 AutoCad Meja Notebook 3D
Gambar 4.6 Meja Notebook Tampak Atas
45
Gambar 4.7 Meja Notebook Tampak Depan
Gambar 4.8 Meja Notebook Tampak Samping
Material yang digunakan pada meja notebook ini adalah plywood serta dilapisi oleh HVL. Penggunaan bahan baku plywood tersebut dikarenakan bahan baku tersebut ramah lingkungan dan plywood memiliki sifat fleksibel, murah, tahan retak dan dapat didaur ulang. Sedangkan dalam melakukan finishing produk meja notebook akan menggunakan bahan HVL/Tacon Sheet karena HVL memiliki motif kayu sehingga terlihat alami dan memiliki berbagai varian warna. Dalam produk meja notebook terdapat komponen alumunium pada alas notebook yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara antara panas yang
46
dihasilkan notebook dengan kipas pendingin. Pemilihan penggunaan bahan baku alumunium tersebut dikarenakan bahan alumunium memiliki sifat yang tidak mudah berkarat sehingga alas notebook tersebut tidak mudah rusak dan alumunium merupakan bahan isolator yang baik bagi panas yang ditimbulkan oleh udara yang keluar dari notebook yang digunakan.
4.2.2 Desain Industri Berikut ini penjelasan mengenai konsep ergonomi dan estetika yang dibutuhkan sesuai dengan desain industri, berdasarkan pada tingkat kepentingan kriteria yang ada : Tabel 4.10 Desain Industri Meja Notebook Konsep Ergonomi Kriteria
Tingkat Kepentingan Rendah Menengah Tinggi
Penjelasan
Kemudahan
Meja notebook dapat digunakan
pemakaian
dengan mudah karena memiliki fitur alas yang mudah disesuaikan dengan kebutuhan.
Kemudahan
Produk ini memerlukan sedikit
perawatan
perawatan dan mudah dibersihkan. Bagian yang perlu diperhatikan lebih dalam perawatan
adalah
bagian kipas pendingin Kuantitas
Meja
ini
interaksi
pengguna
pemakai
mengutamakan
digunakan
untuk
notebook
yang
keergonomisan
sehingga meja dapat menunjang kinerja pengguna Pembaruan
Meja
didesain
memiliki
alas
interaksi
notebook dan dapat diatur sudut
pemakai
kemiringannya sehingga pengguna dapat memilih posisi ternyaman.
Keamanan
Alas
notebook
dibuat
dengan
menambahkan karet/busa sehingga
47
notebook tidak mudah bergeser. Sumber: Pengolahan Data, 2012.
Tabel 4.11 Lanjutan Desain Industri Meja Notebook Estetis Produk Level Kepentingan
Kriteria
Rendah
Menengah
Penjelasan Peringkat Tinggi
Diferensiasi produk
Produk yang dibuat memiliki disain dam fiture yang berbeda dibanding dengan meja kantor yang belum disesuaian dengan pengguna notebook .
Gengsi kepemilikan, mode, atau kesan
Meja notebook yang dirancang memiliki keunikan sehingga pengguna akan merasa bangga karena bentuk fisik meja yang berbeda dengan meja kantor lainnya.
Motivasi tim
Karena produk memiliki keunggulan dalam tingkat ergonomi dan memilki estetistika yang baik sehingga memberikan motivasi kepada tim untuk terus mengembangkan produk ini.
Sumber: Pengolahan Data, 2012.
4.2.3 Arsitektur Produk Dalam menentukan arsitekur produk maka sangat dibutuhkan pemahaman mengenai kondisi dan fungsi produk. Untuk langkah awal dalam pembuatan arsitektur produk adalah membuat skema produk. Berikut ini gambar chunk dari meja notebook.
48
Sumber: Pengolahan Data, 2012.
Gambar 4.9 Chunk Meja Notebook Pada gambar skema produk menunjukan komponen-komponen utama pada produk meja notebook tersebut. Komponen utama pada produk ini adalah penutup depan meja, alas meja dan kaki meja. Pada komponen utama alas meja terdapat dua komponen yang memiliki fungsi tertentu, yaitu: 1. Kipas, berfungsi sebagai pendingin laptop, pada pemakaian laptop dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan laptop sering mengalami peningkatan panas yang cukup tinggi. 2. Alas kipas, dalam alas kipas ini memiliki bahan dasar alumunium yang dapat menjadi isolator panas pada laptop. Alas kipas berfungsi menyebarkan angin pada seluruh bagian bawah laptop. Setelah
skema
disusun,
kemudian
dilakukan
pengelompokan
komponen tersebut kedalam kelompok chunk. Pada masing-masing chunk memiliki fungsi yang berbeda-beda, untuk komponen-komponen yang memiliki fungsi yang sama dapat dijadikan dalam satu kelompok atau chunk. Pada produk meja notebook yang akan dibuat terdapat satu chunk yaitu kipas.
4.2.4 Design for Manufacturing Dalam Design for Manufacturing ini akan dibahas mengenai Operation Process Chart (OPC), Assembly Chart (AC), Struktur Produk dan Bill of Material (BOM). Dimana keempat hal tersebut menerangkan secara detail
49
langkah pembuatan, material yang dibutuhkan, alat-alat dan waktu pembuatan produk meja notebook. Dengan mengetahui proses pembuatan dapat diketahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan sehingga dapat digunakan untuk menghitung total biaya pembuatan 1 buah produk. 1. Assembly Chart (AC) AC terdiri dari 23 komponen utama yang digabungkan sehingga membentuk satu produk meja notebook. Assembly Chart meja notebook dapat dilihat pada Lampiran 8. 2. Operation Process Chart (OPC) OPC berisi urutan proses pembuatan meja notebook seperti operasi atau proses, inspeksi atau pemeriksaan, penggabungan dengan material tambahan, dan waktu masing-masing proses per komponen. Dari OPC yang dibuat, dihasilkan total waktu pembuatan satu buah meja notebook yang dihitung dengan penyesuaian dan kelonggaran yang terdapat pada Lampiran 10, sehingga total waktu pembuatan meja notebook yang didapatkan yakni selama 6 jam 44 menit. OPC dapat dilihat pada Lampiran 9. 3. Struktur Produk Pada struktur produk ditampilkan penggabungan bahan baku mejadi 1 buah produk diikuti dengan penambahan bahan material lainya. Di struktur produk ditampilkan secara explotion. Struktur produk dapat dilihan pada Lampiran 11. 4. Bill Of Material (BOM) Pada BOM ditampilkan daftar dari material bahan baku, material tambahan, dan assembly serta kuantitas dari material dan assembly tersebut. Berikut ini Bill Of Material dari meja notebook.
50
Tabel 4.12 Bill Of Material (BOM) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Level
Description 1 Assembly 12 .2 Assembly 11 ..3 Assembly 10 …4 Assembly 9 ….5 Assembly 8 …..6 Assembly 7 ……7 Assembly 6 …….8 Assembly 5 ……..9 Assembly 4 ………10 Assembly 3 ……….11 Assembly 2 ………..12 Assembly 1 …………13 Sub Assembly 1 ………….14 Sub Sub Assembly 1 …………..15 Daun Meja …………..15 Tulang Panjang …………..15 Sekrup ………….14 Tulang Pendek 1 ………….14 Sekrup …………13 Tulang Pendek 2 …………13 Sekrup ………..12 Sub Assembly 2 …………13 Sub Sub Assembly 2 ………….14 Kaki Kiri ………….14 Penutup ………….14 Sekrup …………13 Kaki Kanan …………13 Sekrup ………..12 Sekrup ……….11 Sub Assembly 3 ………..12 Alas Notebook ………..12 Pelat Alas ………..12 Sekrup ………10 Karet Pelat 1 ……..9 Karet Pelat 2 …….8 Kipas ……7 Engsel 1 …..6 Engsel 2
Code A12 A11 A10 A9 A8 A7 A6 A5 A4 A3 A2 A1 SA1 SSA1 DM TPan Sekrup TPen1 Sekrup TPen2 Sekrup SA2 SSA2 Kki P Sekrup Kka Sekrup Sekrup SA3 AN PA Sekrup KP1 KP2 K E1 E2
Quantity 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 3 1 3 1 1 1 1 2 1 2 6 1 1 1 4 1 1 2 1 1
Keterangan Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Lembar Lembar Buah Lembar Buah Lembar Buah Unit Unit Unit Lembar Buah Unit Buah Buah Unit Lembar Lembar Buah Buah Buah Buah Buah Buah
51
39
….5
Sub Assembly 9
SA9
1
Unit
Sumber: Pengolahan Data, 2012.
Tabel 4.13 Lanjutan Bill Of Material (BOM) No. 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Level …..6 ……7 ……7 …..6 …4 ..3 …4 ….5 ….5 …4 .2 1 1
Description Sub Sub Assembly 9 Dudukan Sanggahan 1 Penyangga 1 Baut 1 Baut Pen 1 Sub Assembly 11 Sub Sub Assembly 11 Dudukan Sanggahan 2 Penyangga 2 Baut 2 Baut Pen 2 Karet Slip Paku
Code SSA9 DS1 Pe1 B1 BP1 SA11 SSA11 DS2 Pe2 B2 BP2 KS Paku
Quantity 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4
Keterangan Unit Unit Unit Buah Buah Unit Unit Unit Unit Buah Buah Buah Buah
Sumber: Pengolahan Data, 2012.
4.2.5 Pembuatan Prototipe Setelah menentukan ukuran yang sesuai dan fitur yang dibutuhkan untu meja notebook, maka selanjutnya adalah pembuatan prototipe dari desain yang dirancang sebagai contoh produk dalam bentuk nyata. Pembuatan prototipe ini dilakukan disebuah bengkel furnitur dengan menggunakan bahan utama kayu meranti atau plywood. Berikut adalah gambar dari prototipe meja notebook;
52
Gambar 4.10 Prototipe Meja Notebook Tampak Atas
Gambar 4.11 Prototipe Meja Notebook Tampak Samping
Gambar 4.12 Prototipe Meja Notebook Tampak Depan
4.2.6 Biaya Pembuatan Produk Dari pembuatan prototipe meja, diketahui biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 1.450.000,- Biaya ini merupakan biaya subkontrak atau biaya yang harus dibayar untuk pembuatan produk yang diinginkan. Biaya ini menjadi Harga Pokok Penjualan (HPP) karena biaya tersebut sudah mencakup biaya material, tenaga kerja, dan biaya overhead (detail dapat dilihat pada Lampiran 14). Setelah memperoleh penjualan untuk menetukan harga jual, maka
53
diperlukan
penentuan
profit
yang
diinginkan.
Selanjutnya
setelah
mendapatkan harga jual produk, maka dapat dihitung nilai breakeven point.
Tabel 4.14 Harga Jual dan Breakeven Point Meja Notebook Aktivitas
Sub Total
Fixed Cost Biaya research & development Sub Total
2,000,000
Variable Cost Biaya subkontrak Sub Total
1,450,000
Total
2,000,000
Harga Pokok Penjualan (Biaya material, tenaga kerja & overhead) Harga Jual Produk (Profit 10%) Break-even Point
1,450,000 1,450,000 IDR 1,595,000 IDR 14 Unit
Sumber: Pengolahan Data, 2012.
Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui bahwa harga jual untuk meja notebook sebesar Rp 1.595.000,- dengan keuntungan yang didapat sebesar 10%. Sehingga, nilai breakeven point yang didapatkan sebesar 14 unit. Oleh karena itu, diperlukan 14 unit produk terjual untuk mencapai titik impas.