BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1.
Tinjauan Teori
2.1.1 Pasar Modal 1.
Pengertian Pasar Modal Menurut Husnan (2004:33), Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public aothorities, maupun perusahaan swasta. Berdasarkan definisi di atas, disebutkan bahwa di pasar modal diperdagangkan berbagai komoditas modal sebagai instrument jangka panjang. Komoditas modal tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu modal hutang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah surat berharga yang bersifat penyertaan atau ekuitas seperti saham, waran, dan right. Sedangkan modal hutang adalah surat berharga yang bersifat hutang atau sering juga disebut sebagai surat berharga pendapatan tetap (fixed income) seperti obligasi dan obligasi konversi. Jogiyanto (2008:23), Pasar adalah suatu situasi dimana para pelakunya (penjual dan pembeli) dapat menegosiasikan pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas. Modal adalah suatu yang digunakan oleh perusahaan sebagai sumber dana untuk melaksanakan kegiatan perusahaan. Sedangkan
8
pasar modal merupakan suatu situasi dimana para penjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas dan komoditas yang dipertukarkan disini adalah modal. Berdasarkan definisi di atas, pengertian pasar modal tidak jauh berbeda dengan makna pasar pada umumnya yakni sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Namun yang membedakannya adalah komoditas yang diperjual belikan. Dimana, komoditas yang diperdagangkan di pasar modal adalah berupa komoditas modal. 2.
Peranan Pasar Modal Pasar modal mulai menunjukan peranan penting dalam mobilitas dana untuk menunjang pembangunan nasional. Akses dana dari pasar modal telah mengundang banyak perusahaan nasional untuk menyerap dana masyarakat tersebut dengan tujuan beragam. Menurut Tjiptono dan Fakhrudin (2002:32), Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan antara pihak investor dan pihak issuer. Pasar modal juga dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih Dari pernyataan diatas, maka peranan pasar modal meliputi: 9
a. Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi. Dalam hal ini, pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yeng memiliki kelebihan dana (Investor) dan pihak yang memerlukan dana (Issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu dana dari operasi perusahaan.
b. Pasar modal memiliki fungsi keuangan. Dalam hal ini perusahaan menyediakan dana yang diperlukan oleh para investor dan issuer tanpa harus adanya keterlibatan secara langsung pihak– pihak tersebut dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. 3.
Instrumen Pasar Modal Siaman (2002:85), Instrumen pasar modal pada prisipnya adalah semua surat-surat berharga (efek) yang umum diperjual belikan pasar modal diantaranya adalah saham biasa, saham preferent, obligasi, obligasi konversi, right insue, dan waran. Dari uraian tersebut diatas, dapat dijelakan instrument pasar modal sebagai berikut: a. Saham Biasa diantara surat-surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal, saham biasa(Common stock) adalah yang paling dikenal masyarakat. Diantara
10
emiten yang menerbitkan surat berharga, saham biasa juga merupakan sekuritas yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Secara sederhana, saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Deviden yang diterima dalam pemilikan saham biasa ini jumlahnya tidak tetap, dan pemilik saham biasa mempunyai hak memilih (vote) dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). b. Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividend dalam jumlah yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). c. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman sebagai kreditor kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi. d. Obligasi Konversi (convertible Bonds) adalah obligasi yang dapat dikonversikan (ditukar) menjadi saham biasa pada waktu tertentu atau sesudahnya.
11
e. Right Issue adalah Alat investasi ini merupakan produk turunan dari saham. Right issue merupakan pemberian hak kepada para pemegang saham untuk membeli saham baru dari perusahaan dengan harga tertentu dan dalam batas waktu tertentu. Kebijakan Right issue ini merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan. f. Waran Adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi atau saham. 2.1.2 1.
Investasi
Pengertian Investasi Menurut Husnan (2005:131), investasi adalah penanaman sumber dana yang mendapatkan hasil di masa yang akan datang. Menurut Halim (2005:24), investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan investasi adalah pengeluaran dana yang ditanamkan saat ini dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan.
2.
Tujuan Investasi Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Secara lebih khusus menurut (Tandelilin,
12
2001:25) ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain: a.
Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
b.
Mengurangi resiko inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c.
Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang – bidang usaha tertentu.
3.
Dasar Keputusan Investasi Adapun Dasar keputusan investasi menurut Tandelilin (2001:34) terdiri dari: a. Return Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return yang
13
diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Dalam berinvestasi perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor dimasa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan return yang telah diperoleh investor dimasa lalu. Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan resiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Sehingga dalam berinvestasi, disamping memperhatikan tingkat return, investasi harus selalu mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi. b. Risk Korelasi langsung antara pengembalian dengan resiko, yaitu : semakin tinggi pengembalian, semakin tinggi resiko. Oleh karena itu, investor harus menjaga tingkat resiko dengan pengembalian yang seimbang. c. The time factor Jangka waktu adalah hal penting dari definisi investasi. Investor dapat menanamkan modalnya pada jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Pemilihan jangka waktu investasi sebenarnya merupakan suatu hal penting yang menunjukkan ekspektasi atau harapan dari investor.
14
Investor selalu menyeleksi jangka waktu dan pengembalian yang bisa memenuhi ekspektasi dari pertimbangan pengembalian dan resiko. 4. Jenis-jenis Investasi Umumnya investasi dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu: a. Real Assets Yaitu penanaman dana dalam bentuk aktiva berwujud seperti mobil, rumah, emas, mesin dan tanah. b. Financial Assets Yaitu penanaman dana dalam bentuk aktiva tak berwujud seperti saham dan obligasi. 5.
Risiko investasi Menurut Siamat (2006:176), resiko-resiko yang mungkin akan dihadapi oleh para investor : a. Risiko Daya Beli (purchasing power risk) Investor ini akan mencari atau memilih jenis investasi yang akan memberikan keuntungan yang jumlahnya sekurang-kurangnya sama dengan investasi yang di lakukan sebelumnya. b. Risiko Bisnis (business risk) Risiko bisnis adalah suatu risiko menurunnya kemampuan memperoleh laba yang pada gilirannya akan mengurangi pula kemampuan perusahaan membayar bunga atau deviden.
15
c. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk) Naiknya tingkat bunga biasa menekan harga jenis surat – surat berharga yang berpendapatan tetap termasuk harga – harga saham. d. Risiko Pasar (market risk) Apabila pasar bergairah (bullish) umumnya hampir semua harga saham di bursa efek mengalami kenaikan, sebaliknya apabila pasar lesu (bearish) maka saham akan ikut pula mengalami penurunan. e. Risiko Likuiditas (liquidity risk) Risiko ini berkaitan dengan kemampuan surat berharga untuk dapat segera diperjual belikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
2.1.3 1.
Saham
Pengertian Saham Menurut Husnan (2005:29) Sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Dan pendapat Sartono (2005: 85), mengatakan saham adalah suatu jenis surat berharga jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. Sedangkan menurut Siamat (2006:68), Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal suatu perseroan terbatas.
16
Dengan demikian seorang pemegang saham pada hakikatnya merupakan peserta pemilik dari suatu perusahaan dimana investor turut mendapat hasil keuntungan yang di peroleh dan turut menanggung kerugian yang dialami perusahaan (Pradana, 2012:45) Sedangkan, investor yang memiliki saham preferen, dividen dibayar dalam jumlah atau nilai yang tetap. Selain itu, saham preferen dapat dikonversikan menjadi jenis saham biasa. Apabila perusahaan mengalami likuidasi, pemegang saham preferen mempunyai hak klaim lebih dahulu dibandingkan dengan jenis saham biasa. Perbedaan yang paling mencolok, saham preferen tidak diperdagangkan di bursa efek seperti halnya saham biasa. Keuntungan yang akan diperoleh para investor saham ketika melakukan investasi pada instrumen saham, antara lain: a. Capital Gain: Investor yang dalam investasinya mampu memilih saham yang bagus diharapkan akan memperoleh keuntungan pendapatan dalam bentuk capital gain. Keuntungan ini diperoleh dari selisih harga jual saham yang lebih tinggi daripada harga beli saham. Jika harga sahamnya naik cukup tinggi, investor akan memperoleh keuntungan sesuai dengan porsi saham yang dimilikinya. b. Dividen: Investor saham yang cerdas akan memilih saham dari emiten yang mempunyai kinerja pendapatan bagus. Dengan begitu, mereka dapat mengharapkan pembagian dividen tunai dari emiten tersebut. Berarti, investor saham akan memperoleh tambahan penghasilan dari investasinya selain kemungkinan penghasilan dari capital gain.
17
2. Jenis-jenis Saham Terdapat dua macam saham yang dikeluarkan oleh perusahaan, yaitu: 1 Saham Biasa Saham biasa (common stock) adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan. Saham sebagai sekuritas yang bersifat ekuitas, memberikan implikasi bahwa kepemilikan saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Sifat saham biasa :
2
a.
Berhak atas pendapatan emiten yang berupa deviden.
b.
Berhak atas harta perusahaan.
c.
Berhak mengeluarkan suara.
d.
Memiliki tanggung jawab terbatas.
e.
Memiliki hak memesan efek terlebih dahulu.
Saham Preferen Saham preferen (preferred stock) adalah penanaman modal atau kepemilikan pada suatu perusahaan pada tingkat terbatas. Para pemegang saham preferen tidak memiliki hak suara dalam RUPS, tetapi akan dijanjikan sejumlah deviden yang jumlahnya pasti dan tetap dalam persentase tertentu (tingkat bunga yang dijanjikan perusahaan) yang pembayarannya lebih didahulukan dibandingkan deviden saham biasa . Klasifikasi jenis saham biasa terdiri dari :
18
a. Blue Chip Stock Suatu saham dapat diklasifiksikan sebagai Blue Chip Stock bila perusahaan penerbitnya memiliki reputasi yang baik serta pengalaman jangka panjang emitennya mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dan konsisten membayar deviden tunai. Biasanya emitennya merupakan pemimpin dalam industrinya dan sudah dalam keadaan stabil. b. Income Stock Suatu saham yang emitennya mampu membayar deviden lebih tinggi dari rata – rata deviden yang dibayarkan tahun sebelumnya. c. Growth Stock (Well – known) Pengklasifikasian saham sebagai Growth Stock adalah jika emitennya merupakan pemimpin dalam industrinya, dan dalam beberapa tahun terakhir berturut – turut mampu mendapatkan hasil diatas rata – rata. d. Growth Stock (Lesser Known) Emiten saham jenis ini umumnya tidak menjadi pemimpin dalam industrinya, namun demikian saham ini tetap memiliki ciri seperti Growth stocks, yaitu mampu mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penghasilan rata – rata tahun terakhir. Emiten untuk saham jenis ini biasanya berasal dari daerah, yaitu perusahaan yang tidak memimpin dalam skala nasional, tetapi memiliki kedudukan yang cukup kuat di daerahnya. Saham jenis ini kurang begitu populer di kalangan investor.
19
e. Saham Spekulasi (Speculative stocks) Jenis saham ini digunakan untuk saham yang emitennya tidak bisa secara konsisten mendapatkan penghasilan dari tahun ke tahun, tapi emiten ini mempunyai potensi untuk mendapatkan penghasilan yang baik di masa – masa mendatang, meski penghasilan itu belum tentu dapat direalisasi. Investor yang mencoba saham jenis ini dapat disamakan dengan berjudi, sebab dalam jangka pendek saham ini hanya akan membagikan deviden yang kecil, atau bahkan tidak membayar deviden sama sekali. f. Saham Bersiklus (Cyclical stoks) Perkembangan saham ini jelas mengikuti perkembangan situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum. Selama ekonomi makro sedang mengalami ekspansi, emiten saham akan mendapatkan penghasilan yang tinggi, sehingga memungkinkan membayar deviden yang tinggi pula. g. Saham Bertahan (Defensive stocks) Saham jenis ini tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi, harga saham ini tetap tinggi, sebab mampu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat kemampuan emitennya mendapatkan penghasilan yang tinggi pada kondisi resesi. Penerbit saham ini biasanya bergerak dalam industri yang produknya benar – benar dibutuhkan oleh konsumen.
20
3.
Penilaian Saham Menurut Kertonegoro (2005:102) terdapat tiga jenis nilai saham yaitu: a. Nilai Nominal Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham dan pencantumannya berdasarkan keputusan dan dari hasil pemikiran perusahaan yang mempunyai saham tersebut. Jadi, nilai nominal sudah ditentukan pada saham itu diterbitkan. b. Nilai Buku Nilai buku menunjukan nilai bersih kekayaan perusahaan, artinya nilai buku merupakan hasil perhitungan dari total aktiva perusahaan yang dikurangkan dengan hutang serta saham preferren kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku seringkali lebih tinggi daripada nilai nominalnya. c. Nilai Intrinsik Nilai intrinsik adalah nilai yang mengandung unsur kekayaan perusahaan untuk menghimpun laba dimasa yang akan datang.
4.
Harga Pasar Saham Harga pasar saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor apabila investor menjual atau membeli saham, yang ditentukan berdasarkan harga penutupan atau closing price di bursa pada hari yang bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau closing price
21
merupakan harga saham terakhir kali pada saat berpindah tangan di akhir perdagangan. Harga pasar saham merupakan harga yang ada di pasar sekunder dimana pada pasar tersebut terjadi tawar menawar harga atas suatu efek yang diperjual belikan di bursa efek. Sedangkan berdasarkan kamus pasar modal memberikan definisi khusus untuk harga pasar saham yaitu nilai pasar sekuritas yang ditentukan berdasarkan kurs resmi terakhir (IAI,2005:21) 5.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut
Arifin
(2004:116),
faktor-faktor
yang
memicu
berfluktuasinya harga saham adalah : a. Kondisi Fundamental Emiten Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja emiten maka semakin besar kemungkinan merosotnya harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan. Selain itu, keadaan emiten akan menjadi tolak ukur seberapa resiko yang dapat ditanggung oleh investor. b. Hukum Permintaan dan Penawaran Faktor hukum permintaan dan penawaran berada di urutan kedua setelah faktor fundamental karena begitu investor tahu kondisi fundamental perusahaan, maka tentunya mereka akan melakukan
22
transaksi baik jual maupun beli. Transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasinya harga saham. c. Tingkat Suku Bunga Yang dimaksud suku bunga di sini adalah suku bunga yang diberlakukan Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral dengan mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pemerintah melalui BI akan menaikkan tingkat suku bunga guna mengontrol perekonomian nasional atau yang sering disebut Kebijakan Moneter. Selain kebijakan moneter, pemerintah juga bisa mengeluarkan kebijakan fiskal seperti pajak dan sebagainya. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investasi produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil risikonya dibanding investasi dalam bentuk saham. Karenanya, investor akan menjual sahamnya dan dananya kemudian ditempatkan di bank. Penjualan saham secara serentak ini akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan. d. Valuta Asing Dalam kehidupan perekonomian global dewasa ini hampir tak ada satupun negara di dunia yang bisa menghindari perekonomiannya dari pengaruh US dollar. Ketika suku bunga dollar naik, maka para investor terutama investor asing akan menjual sahamnya untuk ditempatkan di bank dalam bentuk dollar. Adanya penjualan saham tersebut otomatis harga saham menjadi turun.
23
e. Dana Asing di Bursa Dana asing di bursa perlu diketahui karena memiliki dampak yang sangat besar. Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing maka ada kecenderunagn transaksi saham sedikit banyak tergantung pada investor asing tersebut. f. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG sebenarnya lebih mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi jika dibandingkan menjadi ukuran kenaikan maupun penurunan harga saham. Karena bursa saham merupakan salah satu indikator perekonomian sebuah negara maka diperlukan sebuah standar perhitungan tentang transaksi yang terjadi dalam bursa sepanjang periode tertentu. Perhitungan ini yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur kondisi perekonomian dan investasi sebuah negara. Perhitungan tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan. g. News dan Rumors Yang dimaksud news dan rumors adalah semua berita yang beredar di tengah masyarakat yang menyangkut berbagai hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik dan lain sebagainya. Dengan adanya berita tersebut para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negeri ini sehingga kegiatan investasi bisa dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.
24
6. Cara Pengukuran Harga Saham Harga saham yang berlaku dibursa efek merupakan suatu harga yang tidak tetap (berfluktuasi), Untuk mengukur harga saham, ada banyak pendekatan yang dapat dilakukan investor. Namun secara keseluruhan pendekatan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua klasifikasi, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Adapun penjelasan dari dua pendekatan tersebut adalah : a. Analisis Teknikal (technical analysis) Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu pendekatan ini disebut juga pendekatan analisis pasar (market analisys) atau analisis internal (internal analisys). Asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah : 1). Terdapat ketergantungan sistimatik (sistematic dependencies) dalam keuntungan (return) yang dapat dieksploitasi ke return abnormal. 2). Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga dimasa lalu diamati ketika memprediksi distribusi return (keuntungan) sekuritas.
25
3). Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran. b. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan metode penilaian harga saham yang menggunakan financial analysis dan economic analysis untuk memperkirakan pergerakan harga saham. Informasi fundamental yang digunakan untuk dianalisis meliputi laporan-laporan keuangan perusahaan dan informasi non-financial seperti perkiraan pertumbuhan permintaan produk-produk pesaing, perbandingan industri, perubahan peraturan dan perubahan demografi, serta perubahan ekonomi secara luas. Adapun dalam penelitian yang dimaksud cara mengukur kinerja harga saham dengan menggunakan analisis fundamental melalui financial Analisys yang berupa data laporan keuangan perusahaan. Sedangkan harga saham yang diukur adalah harga saham biasa yang diterbitkan oleh perusahaan, harga saham tersebut adalah harga saham pada akhir tahun pada saat closing price yang diproyeksikan dengan laporan keuangan akhir tahun.
2.1.4 1.
Kinerja Keuangan
Pengertian Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk
26
melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka diperusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik. (Munawir, 2005:85) (Hanafi, 2003:69) Pengukuran kinerja adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akutansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektifitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. 2.
Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan Menurut Mulyadi dan Setyawan (2005:127) Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standart perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran organisasi. Secara umum tujuan penilaian kinerja keuangan adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui likuiditas yaitu : kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan di perusahaan.
27
2) Untuk memenuhi tingkat solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk mengetahui kewajiban keuangan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 3) Untuk mengetahui tingkat profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 4) Untuk mengetahui stabilitas usaha yaitu kemampuan perusahaan dalam melakukan usahanya secara stabil yang diukur dalam pertimbangan kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga atas hutanghutangnya termasuk membayar kembali pokok hutang tepat pada waktunya. Serta kemampuan untuk membayar dividen secara teratur pada para pemegang saham. 3.
Cara Pengukuran Kinerja keuangan Kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai oleh perusahaan pada saat tertentu dengan menggunakan perhitungan berdasarkan tolak ukur analisis rasio yang didasarkan pada laporan keuangan. Pengukuran kinerja sangat penting dilakukan dengan tujuannya untuk menilai efektivitas dan efesiensi perusahaan. Horne dan Wachowicz (2005 : 201 – 202) mengemukakan agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya, analis keuangan perlu melakukan pemeriksaan atas berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang sering digunakan selama pemeriksaan tersebut adalah rasio keuangan (financial ratio), yang menghubungkan data angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Praktek yang
28
umum dilakukan adalah membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan pola rasio untuk industri atau lini bisnis di mana perusahaan beroperasi. Dalam bukunya Halim (2003:37) yang berjudul analisis investasi menyebutkan bahwa ide dasar dari pendekatan fundamental ini adalah harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Dari ukuran kinerja keuangan dilihat dari sudut pandang secara menyeluruh maka tujuan pengukuran kinerja keuangan adalah untuk mengetahui aspek yang berkaitan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan yang mana dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio-rasio tertentu yang dapat mewakili masing-masing aspek keuangan yaitu : Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas. 2.1.5
Analisis Rasio Keuangan Perbankan Menurut Mulyono (2006:86) Analisis rasio perbankan untuk mengukur
kinerja bank yang digunakan adalah : a.
Analisis rasio likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain adalah sebagai berikut : 1) Cash Rasio Cash ratio adalah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. Rasio ini digunakan
29
untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan (deposan) pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam praktik akan dapat mempengaruhi profitabilitasnya 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
alat likuid x 100% pinjaman yang harus segera dibayar
2) Reserve Requirement Reserve requirement atau lebih dikenal juga dengan likuiditas wajib minimum adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia. Besarnya reserve requirement adalah 5%. Untuk mengetahui besarnya reserve requirement dapat mengunakan perbandingan berikut : RR =
jumlah alat likuid x100% jumlah dana simpanan pihak ketiga
Alat likuid terdiri atas : a)
Kas Pos ini pada neraca bank terdiri atas uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
b)
Giro pada Bank Indonesia Pos ini adalah giro milik bank pelapor pada Bank Indonesia. Jumlah tersebut tidak boleh dikurangi dengan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada bank pelapor dan tidak
30
boleh ditambah dengan fasilitas kredit yang sudah disetujui BI, tetapi belum digunakan. c)
Komponen pada pihak ketiga terdiri atas : 2) Giro. 3) Deposito berjangka. 4) Sertifikat deposito 5) Tabungan. 6) Kewajiban jangka pendek lainnya.
3) Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu likuiditas. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. dirumuskan sebagai berikut : 𝐿𝐷𝑅 =
jumlah kredit yang diberikan x 100% total dana pihak ketiga + KLBI + Modal inti
Dana yang diterima bank adalah sebagai berikut : a.
KLBI (kredit likuiditas Bank Indonesia)(jika ada)
b.
Giro, deposito, dan tabungan masyarakat.
c.
Pinjaman bukan dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi.
31
d.
Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan
e.
Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.
f.
Modal pinjaman
g.
Modal inti Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. 4) Loan to Assets Ratio Loan to assets ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total assets yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝐿𝐴𝑅 =
jumlah kredit yang diberikan x 100% jumlah aset
5) Liability Call Money Ratio Persentase dari rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank. Jika rasio ini semakin kecil nilainya, likuiditas bank 32
dikatakan cukup baik karena bank dapat segera menutup kewajiban dalam kegiatan pasar uang antar bank dengan alat likuid yang dimilikinya. Aktiva lancar adalah berupa uang kas, giro pada BI, Sertifikat Bank Indonesia, dan surat berharga pasar uang (SPBU) yang telah di-endors oleh bank lain (kesemuanya dalam rupiah). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Liability Call Money Ratio =
kewajiban bersih call money x100% aktiva lancar
b. Analisis rasio rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. 1) Return On Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi pengunaan asset. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : 𝑅𝑂𝐴 =
Laba Bersih x 100% Total Aktiva
33
2) Return On Equity Return On Equity adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝑅𝑂𝐸 =
Laba Bersih x 100% Modal Sendiri
Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan meyebabkan kenaikan harga saham bank. 3) Operating Ratio Rasio biaya operasional ini adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Biaya Beban Operasional x 100% Pendapatan Operasional
Rasio biaya operasional digunakan digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga.
34
4) Net Profit Margin Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan opersaionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝑁𝑃𝑀 =
Laba Bersih x 100% Pendapatan Operasional
Sebagaimana halnya dengan perhitungan rasio sebelumnya, rasio NPM pun mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai resiko, seperti risiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas), dan lain-lain. c. Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajibankewajiban jika terjadi likuidasi bank. 1)
Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
35
𝐶𝐴𝑅 = 2)
Modal Bank x 100% Total loans + Securitie S
Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utangutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 =
Jumlah utang x 100% Jumlah Modal Sendiri
Dalam bisnis perbankan, sebagian besar dana yang ada pada suatu bank berasal dari simpanan masyarakat, baik berupa simpanan giro, tabungan ataupun deposito. Dengan demikian, hanya sebagian kecil saja dana yang berasal dari modal sendiri. Selain memperoleh utang (kewajiban) dari deposan (penyimpan dana), bank juga memperoleh pinjaman dari lembaga-lembaga perbankan, baik dalam maupun luar negeri, serta pinjaman dari Bank Indonesia (KLBI, BLBI, dan fasilitas lain-lain). 3) Long Term Debt to Assets Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva bank dibiayai atau dananya diperoleh dari sumbersumber utang jangka panjang. Dalam bisnis perbankan, utang jangka panjang ini biasanya diperoleh dari simpanan masyarakat dengan jatuh tempo di atas satu tahun, dana pinjaman dari bank 36
lain dalam rangka kerja sama antar bank, pinjaman luar negeri (biasanya dalam valuta asing), pinjaman dari Bank Indonesia serta pinjaman dari pemegang saham. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐿𝑇𝐷𝐴𝑅 =
2.2
Utang Jangka Panjang x 100% Total Aktiva
Penelitian Terdahulu Penelitian untuk menganalisis pengaruh berbagai faktor fundamental
terhadap tingkat harga saham pada berbagai sektor perbankan telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan penggunaan variabel dependen dan variabel independen yang beragam. Namun hasil akhir dari penelitian ini adalah pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut, walaupun terdapat hasil signifikan yang relatif kecil. 1.
Penelitian yang dilakukan Haryetti adalah “Analisis pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang go publik di Bursa Efek Indonesia” dengan menggunakan variabel CAR, RORA, NPL, ROE, GWM serta LDR. Hasil pengujian menemukan bahwa variabel CAR, RORA, NPL, ROE, GWM serta LDR terhadap harga saham secara simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan yang go publik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dengan enam variabel yang berpengaruh signifikan yaitu CAR, RORA, ROE serta LDR sedangkan NPL, dan GWM berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan
37
perbankan. Berdasarkan hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa variabel ROE berpengaruh dominan terhadap harga saham. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Anita ardiani adalah “Analisis pengaruh kinerja keuangan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta” Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan antara CAR, BOPO, dan LDR terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta secara parsial, artinya Ha diterima. Sedangkan hasil uji parsial untuk RORA, ROA dan NPM terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta berpengaruh tidak signifikan, artinya Ha ditolak. Untuk uji secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2 , X3, X4, X5 dan X6 secara bersama-sama terhadap variabel Y (harga saham) pada perusahaan perbankan go public, Ha diterima. Besarnya pengaruh tersebut adalah 0.521 atau 52.1%. Sedangkan sisanya sebesar 47.9% dipengaruhi faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Untuk besarnya pengaruh secara parsial diketahui bahwa besarnya pengaruh X1 terhadap Y sebesar 11.56%, X2 terhadap Y sebesar 13.76%, X3 terhadap Y sebesar 1.46%, X4 terhadap Y sebesar 15.85%, X5 terhadap Y sebesar 2.65% dan besarnya pengaruh antara X6 terhadap Y sebesar 3.24%.
3.
Penelitian Adhi Pradana adalah “Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” yang diukur melalui Curret Ratio, Debt to Total Assets, Net Profit Margin, Total Assets Turnover, dan Price Earning Ratio. Hasil
38
pengujian secara simultan yang telah dilakukan menunjukkan pengaruh current ratio, net profit margin, total assets turnover dan price earning ratio secara bersama – sama terhadap harga saham pada perusahaan farmasi adalah signifikan, yang di indikasikan dengan perolehan nilai signifikansi masih dibawah α = 5%. Kondisi ini diperkuat dengan perolehan koefisien korelasi berganda sebesar 96,4% yang memperlihatkan korelasi antara variabel tersebut secara bersama – sama terhadap harga saham memiliki hubungan yang sangat kuat. Hasil uji secara parsial menunjukkan 4 variabel yang digunakan model penelitian yaitu current ratio, net profit margin, total assets turnover, dan price earning ratio, yang menunjukkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham adalah variabel net profit margin, total aseets turnover, dan price earning ratio. Sedangkan untuk variabel current ratio tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hasil pengujian koefisien determinasi parsial menunjukkan variabel net profit margin memiliki nilai koefisien determinasi yang tertinggi. Bedasarkan ketiga hasil penelitian diatas maka dapat dibuat maping nya sebagai berikut :
39
Nama Judul Penelitian Peneliti Haryett Analisis Pengaruh i Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia
Variabel Penelitian CAR,RORA, NPL,ROE, GWM, serta LDR
Metode Analisis
Hasil
Regresi Linier Beganda Uji Asumsi Klasik
2
Anita Ardiani
CAR, RORA, LDR, ROA, BOPO, NPM
Regresi Linier Berganda Uji Asumsi Klasik
3
Adhi Pengaruh Kinerja Pradana Keuangan Perusahaan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Current Ratio, Debt to Total Assets, Net Profit Marjin, Total Asset Turnover, dan Price Earning Ratio
Regresi Linier Berganda Uji Asumsi Klasik Koefisien Determinasi R2 Koefisien Determinasi Parsial Koefisien Determinasi Parsial
CAR, RORA, NPL, ROE, GWM serta LDR secara simultan berpengaruh terhadap Harga Saham. CAR, RORA, ROE, serta LDR Berpengaruh signifikan. NPL dan GWM berpengaruh tidak signifikan. CAR, RORA, LDR, ROA, BOPO dan NPM secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. CAR, LDR dan BOPO berpengaruh signifikan, sedangkan RORA, ROA dan NPM berpengaruh tidak signifikan Current Ratio, NPM, TATO, PER,secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. NPM, TATO, dan PER berpengaruh Signifikan, sedangkan Current Ratio berpengaruh tidak signifikan
4
Maria Ulfa
LDR, ROA, NPM, dan LDR
Regresi Linier Berganda Uji Asumsi Klasik Koefisien Determinasi R2 Koefisien Deteminasi Parsial
No 1
Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham pada perusahaan Perbankandi Bursa Efek Indonesia
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Bank Umum Milik Pemerintah yang Listing di BEI
40
__
Dari hasil maping diatas maka di dapat hasil persamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu sebagai berikut : Hasil penelitian yang dilakukan Haryetti, menunjukkan bahwa variabel CAR, RORA, NPL, ROE, GWM, serta LDR secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Anita Ardiani dimana variabel CAR, RORA, LDR, ROA, BOPO, dan NPM secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Adhi Pradana dimana TATO, PER dan NPM secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan hasil uji secara persial yang dilakukan Haryetti. Menunjukkan pengaruh CAR, RORA, ROE, serta LDR berpengaruh signifikan sedangkan NPL dan GWM berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham penelitian tersebut didukung oleh temuan yang di lakukan Anita Ardiani. Dimana CAR, LDR dan BOPO berpengaruh signifikan, sedangkan RORA, ROA dan NPM berpengaruh tidak signifikan. Hasil temuan ini tidak mendukung Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adhi Pradana hasil penelitian diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan antara NPM, TATO, dan PER terhadap harga saham.
2.3
Rerangka Pemikiran Dari ketidak jelasan hasil yang diperoleh penelitian sebelumnya maka
penelitian ini mengukur kinerja keuangan Bank Umum Milik Pemerintah dengan menggunakan rasio: Capital Adequacy Ratio, Net Profit Marjin, Return On Assets, dan Loan to Deposit Ratio.
41
Dimana CAR merupakan rasio jumlah Equity yang diklasifikasikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan, yang menunjukkan kemampuan permodalan dan cadangan yang digunakan untuk menunjang operasi perusahaan. Pada dasarnya semakin tinggi CAR maka semakin tinggi pula harga saham, karena bank yang mempunyai modal yang cukup untuk melakukan kegiatan usahanya dan cukup pula menanggung resiko, apabila bank tersebut dilikuidasi. Semakin tinggi CAR juga dapat menggambarkan bank tersebut semakin solvable. NPM menunjukkan untuk mengetahui secara langsung keuntungan bersihnya. Semakin tinggi NPM suatu bank berarti semakin baik kinerja bank. Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi NPM suatu bank maka akan semakin tinggi pula keuntungan marjinal yang diperoleh bank tersebut (Sartono, 2005:78). Sehingga akan diperoleh tanggapan positif dari pelaku pasar modal terutama dari sudut harga sahamnya. Dengan kata lain, semakin tinggi NPM maka suatu bank akan semakin tinggi pula harga sahamnya. ROA untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dan manajerial effisiensi secara overall. Tinggi rendahnya ROA juga memepengaruhi harga saham. ROA yang tinggi, berarti rasio profitabilitasnya juga tinggi. Tinggi rendahnya LDR juga mempengaruhi harga saham. Dari aspek likuiditas, LDR yang tinggi berarti resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi. Dengan likuiditas bank yang rendah maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat pada bank tersebut.
42
Fundamental Mikro Factor Capital Market
Financial
Share
Fundamental makro factor
Cash Ratio Reserve Requirement Likuiditas
S H A R E
Loan to deposit ratio Loan to assets ratio
P R I C E
Liability Call Money Ratio Return on assets
Interest Rate Inflation Economic Grouth rate Regulation
Return on equity Rentabilitas
Economic, Legal & Political Ccondition
Foreign Exchange Rate
Operating Ratio
Net profit marjin Capital adequacy rasio Solvabilitas
Debt to equity ratio Long term debt to assets ratio
Share trading valume
Share transaction volume
Technical analysis
Gambar 1 Rerangka Berfikir 43
Capital gain
2.4
Model Konseptual Berdasarkan Rerangka pemikiran dan hasil maping penelitian terdahulu, model konseptual dalam penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut :
LDR ROA Harga Saham NPM CAR Gambar 2 Model Konseptual
2.5
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiyono, 2007:51) Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada panelitian ini serta tinjauan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :
44
1.
Diduga Capital Adequacy Ratio, Net Profit Marjin , Return On Assets, Loan to Deposit Ratio secara parsial berpengaruh signifikan tarhadap Harga saham pada Bank Umum Milik pemerintah yang listing di Bursa Efek Indonesia
2.
Diduga Return On Assets, mempunyai pengaruh dominan terhadap harga saham pada Bank Umum Milik Pemerintah yang listing di Bursa Efek Indonesia.
45