BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan. Kehadiran pasar modal sebagai salah satu mobilisasi dana masyarakat, sangat berperan aktif dalam pengumpulan dana investasi. Pasar modal juga merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan dan merupakan sarana pendanaan bagi perusahaaan maupun institusi lain (pemerintah) serta sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi sarana dan prasarana jual beli instrumen keuangan jangka panjang. Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. (Tandelilin,2001:13). Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Sedangkan menurut Sunariyah (2003:4) pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara efek. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan tempat transaksi jual beli surat berharga dengan memakai jasa perantara efek. 2. Peranan Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Menurut Sunariyah (2003:9) peran pasar modal dibagi menjadi 2 aspek yaitu: a. Aspek mikro 1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk
menentukan
harga
saham
atau
surat
berharga
yang
diperjualbelikan. 2) Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil yang diharapkan. 3) Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. 5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. b. Aspek makro 1) Fungsi Tabungan Nilai mata uang cenderung akan turun di masa yang akan datang, untuk mempertahankan nilai sejumlah uang yang dimiliki maka perlu mempertimbangkan agar kerugian yang bakal dideritanya tetap minimal. Dengan melihat gambaran tersebut, maka perlu memikirkan alternatif menabung ke wilayah lain yaitu investasi. 2) Fungsi Kekayaan Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan tidak mengalami depresiasi (penyusutan). Sebagai contoh mobil, gedung, kapal laut, semakin bertambah umur kekayaan tersebut akan semakin besar nilai penyusutannya. 3) Fungsi Likuiditas Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lainnya. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat.
4) Fungsi Pinjaman Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi dan investasi. Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan murah. 3. Manfaat Pasar Modal Adapun manfaat pasar pasar modal dapat ditinjau dari segi perusahaan (emiten), investor, lembaga penunjang dan pemerintah, (Sartono; 2003 : 38). a. Manfaat bagi perusahaan (emiten) 1) Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar dan dapat sekaligus diterima oleh emiten pada saat pasar perdana. 2) Tidak ada covenant
sehingga manajemen
dapat
lebih bebas
(mempunyai kekuasaan) dalam mengelola dana yang diperoleh perusahaan. 3) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga dapat memperbaiki citra perusahaan dan ketergantungan terhadap bank kecil dan jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. 4) Cash Flow hasil penjualan saham biasanya akan lebih besar dari pada harga nominal perusahaan. 5) Tidak ada beban finansial yang tetap, profesionalisme manajemen meningkat.
b. Manfaat bagi pemodal (investor) 1) Nilai
investasi
berkembang
mengikuti
pertumbuhan
ekonomi,
peningkatan tersebut akan tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain. 2) Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden, dan sebagai pemegang obligasi investor memperoleh bunga setiap tahun. 3) Bagi pemegang saham mempunyai hak suara dalam RUPS dan hak suara dalam RUPO bagi pemegang obligasi. 4) Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi. 5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk memperkecil
risiko
secara
keseluruhan
dan
memaksimumkan
keuntungan. 6) Kehadiran pasar modal memperbaiki pilihan investasi, sehingga kepastian akan return akan semakin besar. c. Manfaat bagi lembaga penunjang Berkembangnya pasar modal akan mendorong perkembangan lembaga penunjang lebih profesional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masing- masing dan munculnya lembaga penunjang baru sehingga semakin bervariasi, likuiditas, efek semakin tinggi. d. Manfaat bagi pemerintah 1) Sebagai sumber pembiayaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sehingga tidak lagi tergantung pada subsidi dari pemerintah.
2) Manajemen badan usaha menjadi lebih baik, manajemen dituntut untuk lebih profesional. 3) Meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, penghematan devisa bagi pembiayaan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja. Hal senada juga dikemukakan oleh Anoraga dan Pakarti, (2001:17) manfaat pasar modal dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Bagi perusahaan (emiten) Pasar modal merupakan wahana untuk pemenuhan modal perusahaan. Permodalan merupakan masalah utama yang biasa dihadapi setiap perusahaan dalam mengembangkan usaha walaupun dunia perbankan dan lembaga keuangan lain telah menyediakan dan membuka kesempatan kepada setiap pengusaha, namun tidak semua perusahaan memperoleh kesempatan karena adanya keterbatasan jaminan dan agunan. b. Bagi investor Pasar modal merupakan salah satu alat penyaluran dana (investasi), selain deposito dan instrumen simpanan lainya. Kehadiran pasar modal yang menerbitkan saham, obligasi, dan sekuritas memperbanyak pilihan investasi, jelas membuka kesempatan lebih mengoptimalkan perolehan dari dana yang dimilikinya. c. Bagi pemerintah Dengan berkembangnya pasar modal perusahaan-perusahaan menjual sahamnya di bursa efek, hal ini akan sejalan dengan tujuan pemerataan pembangunan yaitu:
1) Membuka kesempatan kerja, karena dana yang diperoleh perusahaan yang go public digunakan untuk memperluas jaringan usahanya jelas kondisi ini dapat membuka adanya kesempatan kerja. 2) Mengurangi ketegangan sosial di kalangan masyarakat (pemodal perorangan), karena memberikan kesempatan kepada masyrakat memiki saham yang selama ini dimiliki oleh keluarga tertentu atau pengusaha kaya saja. 3) Pendayagunaan secara optimal dana yang dimiliki oleh masyarakat untuk
dimanfaatkan
dalam
mendorong
pembangunan
karena
keterbatasan pembiayaan pembangunan dari sektor pemerintah diharapkan dapat dipenuhi dari masyarakat atau swasta sendiri. 2.1.2. Investasi 1. Pengertian Investasi Di era modern sekarang ini investasi merupakan kegiatan ekonomi yang sudah menjadi trend bagi masyarakat karena banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam kegiatan tersebut misalnya pendapatan yang lebih besar, kehidupan yang lebih layak di masa datang, mengurangi tekanan inflasi, dorongan untuk menghemat pajak dan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara. Menurut Moeljadi (2006:121) investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat ini dengan harapan dapat menghasilkan arus dana pada masa datang yang jumlahnya lebih besar dari pada jumlah dana yang dilepaskan pada saat investasi awal.
Sedangkan menurut Tandelilin (2001:3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan penanaman sejumlah dana atau sumber daya lain yang memiliki nilai lebih untuk dikorbankan dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. 2. Jenis-Jenis Investasi Menurut Moeljadi (2006:121) jenis-jenis investasi dapat ditinjau dengan dua pendekatan meliputi: a. Ditinjau dari ruang lingkup usahanya, investasi dibagi menjadi dua yaitu: 1) Investasi pada aktiva nyata (real assets atau real investment). Misalnya untuk pendirian pabrik-pabrik, pendirian hotel/restoran, perkebunan. 2) Investasi pada aktiva keuangan (financial investment). Seperti pembelian surat-surat berharga baik berupa saham maupun obligasi. b. Ditinjau dari segi kepastian memperoleh keuntungan, investasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) Investasi bebas risiko (Free Risk Invesment) Investasi yang akan memperoleh keuntungan secara pasti, seperti pembelian obligasi. 2) Investasi yang berisiko (Risk Invesment) Investasi yang ditunjukkan bagi pembelian saham biasa.
Halim (2003:4) mengemukakan hal senada bahwa pada umumnya investasi dibagi menjadi dua, yaitu: a. Investasi pada financial asset Investasi pada financial asset dilakukan di pasar uang. Misalnya berupa sertifikat deposito, comercial paper, surat berharga dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, waran, dan opsi. b. Investasi pada real asset. Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian aset yang produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya. Dalam investasi ada dua hal mendasar yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko investasi. Hubungan tingkat investasi dengan risiko adalah searah, artinya semakin tinggi risiko suatu investasi semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, demikian sebaliknya. Oleh karena itu sebelum melakukan investasi, investor berusaha melakukan penilaian antara tingkat keuntungan dengan risiko investasi. 3. Tujuan Investasi Menurut Tandelilin (2001:4) Tujuan investasi secara luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Sedangkan tujuan secara khusus adalah sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang yang bijaksana berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya
dari
waktu
ke
waktu
atau
setidaknya
bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan datang. b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaannya akibat pengaruh inflasi. c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan
kepada
masyarakat
yang
melakukan
investasi
pada
bidang-bidang usaha tertentu. 2.1.3. Saham 1. Pengertian Saham Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjualbelikan di pasar modal. Saham juga merupakan suatu bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.
Wujud
saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Menurut Anoraga dan Pakarti (2001:58) menyatakan bahwa saham adalah surat berharga sebagai penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Menurut Sunariyah (2003 : 30), saham adalah penyertaan modal suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten, pemilik saham merupakan pemilik sebagaian dari perusahaan tersebut.
Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhrudin (2008:6) saham (stock atau share) didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud saham adalah suatu surat bukti kepemilikan terhadap perusahaan. 2. Jenis - jenis saham Saham merupakan bentuk surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di masyarakat. Secara umum saham yang dikenal sehari- hari adalah saham biasa (common stock). Jenis saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (Tandelilin, 2001 : 18). a. Saham Biasa (common stock) Saham biasa adalah sekuritas yang menunjukan bahwa pemegang saham biasa tersebut mempunyai hak atas kepemilikan atas aset -aset perusahaan. Oleh karena itu pemegang saham biasa mempunyai hak suara (voting right) Untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). b. Saham preferen (Preferen Stock) Saham preferen adalah saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa. Saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapatkan hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah
dikurangi dengan pembayaran kewajiban pemegang obligasi dan hutang. Perbedaannya dengan saham biasa adalah bahwa saham preferen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan, seperti layaknya saham biasa. Menurut Jogiyanto (2004: 73-74), bahwa pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak, diantaranya : a. Hak kontrol Pemegang saham mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini berarti mempunyai hak untuk memilih pemimpin perusahaan. b. Hak untuk menerima pembagian keuntungan 1) Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba akan ditanamkan kembali kedalam perusahaan. Laba yang ditahan ini merupakan sumber dana intern perusahaan untuk digunakan sebagai modal kerja. 2) Laba yang tidak ditahan dibagikan dalam bentuk dividen. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen. c. Hak preemptive Hak
preemptive
merupakan
hak
untuk
mendapatkan
presentasi
kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai suatu saham.
3. Keuntungan dan Risiko Memiliki Saham Menurut
Darmadji
dan
Fakhrudin
(2008:11)
Pada
dasarnya
keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham, yaitu : a. Dividen Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. b. Capital Gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. c. Saham Bonus (jika ada) Merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana. Agio saham dapat dikembalikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham bonus. Sedangkan resiko bagi pemilik saham biasa yaitu: a. Tidak Mendapat dividen Perusahaan akan membagikan dividen jika perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian.
b. Capital Loss Para pemodal tidak selalu mendapatkan capital gain, ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. c. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka akan berdampak secara langsung kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Pada kondisi perusahaan dilikuidasi pemegang saham menempati posisi lebih rendah dari kreditur artinya setelah semua aset perusahaan dibagikan kepada kreditur terlebih dahulu kemudian jika masih ada sisa baru dibagikan kepada pemegang saham. d. Saham Di-delist dari Bursa (Delisting) Suatu saham di-delist dari Bursa Efek umumnya karena kinerja yang buruk. Saham yang didelist masih bisa diperdagangkan namun diluar bursa dengan konsekuensi tidak ada patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga jauh dari harga sebelumnya. e. Saham Di-Suspend Di-Suspend yaitu dihentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek sehingga saham tidak dapat dijual sampai suspend dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu yang singkat satu atau dua sesi perdagangan. Hal ini dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan krediturnya dan kondisi lain.
4. Nilai Saham Penting bagi Investor mengetahui nilai saham dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham. Investor akan membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Jika nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued) sehingga investor mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Sebaliknya jika nilai pasar saham dibawah nilai intrinsik, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalued) dan investor sebaiknya membeli saham tersebut. Menurut Jogiyanto (2004:82) dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik, yang digunakan untuk mengetahui saham- saham mana yang murah (undervalued), wajar dan mahal (overvalued). a. Nilai buku Nilai buku merupakan nilai saham yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham. Nilai buku suatu saham dapat dihitung dari nilai nominal, agio saham, modal yang disetor dan laba yang ditahan. b. Nilai pasar Nilai pasar adalah nilai saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang berlaku di pasar bursa.
c. Nilai intrinsik Nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi dari perusahaan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued). Dalam situasi seperti ini, biasanya para investor mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Dan jika nilai pasar saham dibawah nilai intrinsiknya, maka saham tergolong murah (undervalued), sehingga dalam situasi seperti ini para investor mengambil keputusan untuk membeli saham tersebut. 5. Harga Saham Harga saham diartikan sebagai harga pasar (market value) yaitu harga saham yang ditentukan oleh mekanisme pasar modal. Penetapan harga saham dalam proses kegiatan emisi saham oleh suatu perusahaan emiten merupakan hal yang sangat penting, karena proses ini mempengaruhi proses dari suatu emisi itu sendiri. Secara teoritis, harga suatu saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Oleh karena itu, untuk menaksir harga saham yang wajar hanya dapat dilakukan dengan tepat bila arus kas yang akan diterima tersebut dapat diestimasikan secara tepat pula. Dalam praktik tidak ada satu cara yang dapat memberikan hasil estimasi terbaik terhadap keadaan masa depan yang mengandung unsur ketidakpastian. Untuk keperluan analisis saham, telah dikembangkan beberapa pendekatan
dalam penilaian dan penetuan harga saham. Analisis terhadap harga saham meliputi analisis fundamental dan analisis teknikal. Menurut Sunariyah (2003 : 170), harga saham diartikan sebagai harga saham (market value) yaitu harga saham yang ditentukan oleh mekanisme modal. Harga saham pada hakikatnya merupakan penerima besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Harga saham dipasar sekunder bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham. Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli atau penjual tentang kondisi internal dan eksternal. Harga saham merupakan fungsi nilai perusahaan. Dengan demikian, seberapa jauh relevansi atau kegunaan suatu informasi dapat diketahui dengan mempelajari hubungan antara pergerakan harga saham dengan keberadaan informasi tersebut. Menurut Setyaningsih (2001:4) Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan membeli dan menjual yang menyelenggarakan transaksi di Bursa Efek. Pertimbangan itu mencakup kebijakan internal perusahaan, situasi dan kebijakan perekonomian, kondisi dunia usaha serta kemampuan menganalisis sekuritas. 2.1.4. Analisis Harga Saham Secara umum untuk menilai dan memprediksi harga saham, dapat menggunakan dua metode analisis yakni:
1. Analisis Fundamental Menurut Husnan (2001:315) analisis fundamental merupakan analisis untuk menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data fundamental yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (seperti: laba, deviden, penjualan dan sebagainya). Menurut Anoraga dan Pakarti (2001:108) analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Analisis ini disebut juga company analysis karena menyangkut analisis tentang kekuatan dan kelemahan dari perusahaan, kegiatan operasional dan prospeknya dimasa yang akan datang. 2. Analisis Teknikal Menurut Tandelilin (2001:248) menyatakan bahwa analisis teknikal mendasarkan diri pada data-data pasar pada masa lalu sebagai dasar untuk mengestimasi harga saham dimasa yang akan datang. Menurut Sunariyah (2003:349) Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan, indek harga saham gabungan, dan individu serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Asumsi-asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah: a. Nilai pasar barang dan jasa, ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran.
b. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor rasional maupun faktor yang tidak rasional. c. Harga-harga sekuritas secara individu dan nilai pasar secara keseluruhan cenderung bergerak mengikuti suatu trend selama jangka waktu yang relatif panjang. d. Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan hubungan permintaan dan penawaran. 2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Saham Harga saham dipasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Ada dua faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu faktor fundamental dan faktor teknikal. Faktor fundamental umumnya berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan. Adapun faktor fundamental yang diteliti antara lain: 1. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Debt to Equity Ratio (DER) mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini dapat menggambarkan struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tidak tertagihnya hutang. Menurut Sartono (2003 : 120) rumusnya adalah sebagai berikut : Total Hutang DER = –––––––––––––– X 100% Total Ekuitas Resiko perusahaan dengan Debt to Equty Ratio yang tinggi akan berdampak negatif pada harga saham yang menyebabkan harga saham perusahaan mengalami penurunan. Semakin tinggi Debt to Equty Ratio maka
semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Meskipun begitu menurut Aswath Damodaran (2001:706) perusahaan dengan leverage yang tinggi cenderung memberi dividen yang kecil dibanding perusahaan dengan leverage yang rendah, karena mereka memiliki kewajiban untuk menggunakan pendapatan mereka untuk membayar tagihan hutang. Leverage dapat mempengaruhi dividen, oleh karena itu akan mempengaruhi pendapatan saham perusahaan juga. Debt to Equity Ratio mempunyai dampak buruk bagi perusahaan yang lebih banyak menggunakan hutang dalam kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi hutang perusahaan akan mengurangi return yang diperoleh. Dalam kondisi resesi, perusahaan leverage akan mengalami kerugian karena perusahaan membutuhkan kas untuk membayar hutang dan harus membayar beban bunga. Karena rugi, perusahaan kesulitan menjual saham untuk mendapatkan modal dan menyebabkan pemberi pinjaman menaikkan suku bunga, sehingga hutang meningkat, dan hal ini semakin mengurangi return yang diperoleh investor. 2. Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga pasar dari setiap lembar saham terhadap pendapatan perlembar saham. Price Earning Ratio akan memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan pada periode
tertentu. Price Earning Ratio menurut Sartono (2003 : 123) dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Harga Saham Per Lembar PER = ––––––––––––––––––––– X 100% Laba Per Lembar Saham Price Earning Ratio menunjukkan seberapa besar investor bersedia untuk membayar persatuan mata uang dari keuntungan yang dilaporkan dan inilah yang menjadi instrumen yang cukup penting. Menurut Husnan (2001), apabila pasar modal efisien, Price Earning Ratio akan mencerminkan laba perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan pemodal. Kondisi ini tentu saja akan membuat ketertarikan tersendiri bagi investor. Price Earning Ratio yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan dimasa mendatang cukup baik, sehingga investor akan bersedia untuk menanamkan modalnya karena dengan tingginya Price Earning Ratio maka semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan investor, dimana akan berdampak pada kenaikan harga saham maupun kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen. Sebaliknya Price Earning Ratio yang rendah menunjukkan prospek perusahaan dimasa mendatang kurang baik sehingga investor tidak akan mendapatkan return saham yang tinggi. 3. Pengaruh Dividend Payout RatioTerhadap Harga Saham Dividen Payout Ratio merupakan rasio yang menunjukkan prosentase dari laba per lembar saham yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dalam bentuk kas dividen. Semakin besar Dividen Payout
Ratio maka akan semakin tinggi harga saham tersebut. Dividen Payout Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Dividen Per Share DPR= –––––––––––––––– X 100% Earning Per Share Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau digunakan dalam perusahaan sebagai retained earning (Riyanto, 2001). Semakin tinggi Dividen Payout Ratio maka investor atau pemegang saham akan semakin diuntungkan tapi di sisi lain akan memperkecil laba ditahan. Kebijakan dividen ini merupakan kebijakan yang sangat sulit, karena pihak perusahaan harus memutuskan apakah harus membagikan keuntungan kepada para pemegang saham atau menahannya, dan jika dibagikan maka berapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan sebagai dividen. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut maka perusahaan harus menempuh kebijakan dividen yang optimal. Kebijakan optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang yang akan memaksimumkan harga saham (Brigham dan Huston, 2001). Jika perusahaan menaikkan Dividen Payout Ratio maka harga saham juga akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan kebijakan dividen dapat memberi kesan kepada para investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang (Riyanto, 2001). Namun, jika Dividen Payout Ratio dinaikkan maka akan semakin sedikit dana yang tersedia untuk
reinvestasi sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan rendah di masa mendatang dan ini akan menekan harga saham (Brigham dan Houston, 2001). Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan pada para pemegang saham, dan laba yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Riyanto (2001), menurutnya Dividen Payout Ratio merupakan prosentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen tunai. 2.1.6. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel fundamental perusahaan terhadap harga saham antara lain : 1. Kharisma, dkk (2003), dalam penelitiannya berjudul “Analisis Pengaruh Variabel Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga saham”, studi di Bursa Efek
Surabaya
terhadap
industri
makanan
dan
minuman.
Dengan
menggunakan uji F menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama pada earning per share, return on equity, tingkat bunga deposito, dan harga saham masa lalu terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang go public di BEJ. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel earning per share, tingkat bunga deposito, dan harga saham masa lalu, sedangkan variabel return on equity tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. 2. Oetomo, (2006), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Beberapa Variabel Fundamental Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham
Perusahaan Telekomunikasi yang Tercartat di BEJ”, dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa secara simultan variabel price earning ratio, price to book value, current ratio, debt ratio, operating proft margin, net profit margin, dan total asset turnover mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi. Sementara itu, secara parsial variabel price to book value, current ratio, dan total asset turnover berpengaruh terhadap harga saham. 2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka kerangka pemikiran yang diajukan penulis pada penelitian ini yaitu meliputi faktor internal yang mempengaruhi harga saham dengan menggunakan laporan keuangan (financial statement) untuk mengukur kinerja perusahaan yang tercermin pada rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitan ini yaitu : Debt To Equity Ratio, Price Earning Ratio dan Dividend Payout Ratio sebagai variabel terikatnya adalah harga saham sebagaimana terlihat pada kerangka pemikiran sebagai berikut : Debt to Equity Ratio (X1)
Price Earning Ratio (X2)
Dividend Payout Ratio (X3)
Harga Saham (Y)
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis adalah suatu anggapan data atau jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dihadapi. Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu sebagai berikut : 3. Terdapat pengaruh signifikan secara simultan maupun parsial variabel Debt To Equity Ratio, Price Earning Ratio Dan Dividend Payout Ratio terhadap harga saham pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia 4. Variabel Dividend Payout Ratio merupakan variabel berpengaruh dominan terhadap harga saham pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia.