13 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1
Audit
2.1.1 Definisi Audit Menurut Darono(2007) “Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian Antara pernyataanpernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasilhasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Auditing juga didefinisikan sebagai akumulasi dan evaluasi informasi yang dilakukan oleh individu independen yang mempunyai kecakapan untuk melaksanakan hal itu, untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan suatu kriteria.” Menurut Arens, Elder, & Beasley (2013) “Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian Antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten, orang yang independen.” Menurut Boynton & Johnson (2006) “sebuah proses sistematis objektif untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai pernyataan tentang tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat korespondensi Antara pernyataan dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna yang tertarik.” Dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa auditing adalah proses sistematik oleh pihak independen dan secara objektif membandingkan hal yang ada dengan yang seharusnya, dilakukan dengan mengumpulkan dan memperbaiki bukti-bukti yang sebenar-benarnya.
2.1.2 Jenis-Jenis Audit Menurut Boynton & Johnson (2006) tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi auditing yang telah disampaikan di atas. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Sifat dasar dari setiap jenis audit akan diuraikan secara singkat berikut ini. 1. Audit Laporan Keuangan
14 Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Pada kebanyakan negara-negara di A.S. berlaku suatu ketentuan bahwa hanya CPA yang dapat melakukan audit eksternal, yang biasanya dilakukan melalui penunjukan kantor CPA oleh perusahaan yang laporannya akn diaudit. Hasil audit laporan keuangan tersebut didistribusikan kepada para pengguna dalam spektrum yang luas, seperti para pemegang saham, kreditor, kantor pemerintah dan masyarakat umum melalui laporan auditor atas laporan keuangan. Selain itu, auditor eksternal juga menyiapkan laporan kepada dewan direksi tentang pengendalian intern perusahaan serta temuan-temuan audit lainnya. 2. Audit Kepatuhan Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu. Kriteria yang ditetapkan dalam audit jenis ini dapat berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh, manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dalam program pension, serta pertentangan kepentingan. Audit kepatuhan juga harus didasarkan pada kriteria yang ditetapkan kreditor. Sebagai contoh, perjanjian obligasi dapat mensyaratkan untuk menjaga suatu rasio lancer tertentu. Aplikasi yang paling luas dari audir kepatuhan berkaitan dengan kriteria yang didasarkan pada ketentuan pemerintah. Sebagai contoh, perusahaan harus mematuhi sejumlah undang-undang yang berkaitan dengan tenaga kerja, seperti Equal Employment Opportunity Act and Fair Labor Standards Act, demikian pula halnya dengan para kontraktor pertahanan yang harus mematuhi berbagai persyaratan kontrak pemerintah. Kepatuhan tersebut diperlukan untuk memenuhi berbagai peraturan tentang penghasilan dan pajak lainnya. 3. Audit Operasional
15 Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukkti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Kadang-kadang audit jenis ini disebut juga sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Dalam suatu perusahaan bisnis, lingkup audit ini dapat meliputi seluruh kegiatan dari (1) suatu departemen, cabang, atau divisi, atau (2) suatu fungsi yang mungkin merupakan fungsi lintas unit usaha, seperti pemasaran atau pengolahan data. Audi operasional pada pemerintah federal dapat dilakukan pada seluruh kegiatan dari (1) suatu lembaga, seperti Federal Emergency Management Agency (FEMA), atau (2) suatu program tertentu, seperti distribusi kupon makanan. Kriteria atau tujuan yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas dapat ditentukan oleh manajemen atau lembaga yang berwenang. Pada sisi lain, auditor operasional dapat juga membantu menyusun kriteria yang akan digunakan. Secara khas, laporan untuk audit operasional tidak hanya memuat pengukuran efisiensi dan efektivitas saja, namun juga memuat rekomendasi untuk peningkatan kinerja. Apabila audit dilaksanakan oleh kantor CPA, biasanya audit itu akan melibatkan personel dari bagian konsultasi, atau orang orang yang memiliki keahlian industri yang luas, serta staf audit mereka.
2.1.3 Jenis-Jenis Auditor Menurut Boyton & Johnson (2006) para professional yang ditugaskan untuk melakukan audit atas kegiatan dan peristiwa ekonomi bagi perorangan dan entitras resmi. pada umumnya diklasifikasikan dalam tiga kelompok. 1. Auditor Independen Auditor independen biasanya adalah CPA yang bertindak sebagai praktisi perorangan ataupun anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing professional kepada klien. Sebagaimana halnya dengan profesi medis dan hukum, auditor independen bekerja berdasarkan imbalan. Meskipun terdapat kemiripan antara peran auditor independen dalam kantor akuntan publik dengan peran seorang kuasa hukum dari suatu kantor hukum, namun sesungguhnya terdapat suatu perbedaan besar di antara keduanya, dimana seorang auditor diharapkan independen dari
16 kliennya
sementara
seorang
kuasa
hukum
diharapkan
membela
kepentingan klien dalam jasa hukum yang diberikan. 2. Auditor Internal Auditor internal adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen, yang dinamakan audit internal, dalam lingkungan organisasi sebagai suatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggung jawaban yang efektif. Lingkup fungsi audit internal meliputi semua tahap dalam kegiatan organisasi. Para auditor internal terutama melibatkan diri pada audit kepatuhan dan operasional. Para auditor internal kebanyakan adalah pemegang sertifikat yang disebut sebagai Certified Internal Auditors (CIA), yang beberapa di antaranya juga bersertifikat CPA. Asosiasi internasional untuk para auditor internal adalah Institute of Internal Auditors (IIA), yang menetapkan kriteria sertifikasi serta mengelola ujian CIA. Selain itu IIA juga telah menetapkan standar praktis untuk audit internal dan sebuah kode etik. 3. Auditor Pemerintah Auditor
pemerintah
dipekerjakan
oleh
berbagai
kantor
pemerintahan. Pada tingkat federal, terdapat tiga kantor utama, yaitu the General Accounting Office (GAO), Internal Revenue Service (IRS), dan Defence Contract Audit Agency (DCAA). Para auditor GAO bertugas pada lingkup kegiatan audit yang luas, termasuk melakukan audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Para auditor IRS melakukan audit atas Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan para pembayar pajak untuk ketaatan pada perundangan pajak yang berlaku. Organisasi nasional untuk para akuntan pemerintah di A.S. ini adalah Association of Government Accountants (AGA). Sampai saat ini beberapa auditor pemerintah adalah pemegang sertifikat CPA dan atau CIA karena AGA belum mengembangkan program sertifikasi untuk para akuntan pemerintah.
17 2.1.4 Standar Auditing Berdasarkan Ramos (2007), audit yang dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing. Standar audit mencakup mutu profesional, auditor independen, pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor. 1. Standar Umum a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c) Dalam pelaksaan audit penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menemukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pemintaan keterangan
dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3. Standar Pelaporan a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. b) Laporan auditor harus menunjukan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c) Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. d) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
18 keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan kaporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2
Auditor Internal
2.2.1 Definisi Auditor Internal Menurut Boynton & Johnson (2006) “Auditor internal adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen, yang dinamakan audit internal, dalam lingkungan organisasi sebagai suatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggung jawaban yang efektif. Lingkup fungsi audit internal meliputi semua tahap dalam kegiatan organisasi. Para auditor internal terutama melibatkan diri pada audit kepatuhan dan operasional. Para auditor internal kebanyakan adalah pemegang sertifikat yang disebut sebagai Certified Internal Auditors (CIA), yang beberapa di antaranya juga bersertifikat CPA. Asosiasi internasional untuk para auditor internal adalah Institute of Internal Auditors (IIA), yang menetapkan kriteria sertifikasi serta mengelola ujian CIA. Selain itu IIA juga telah menetapkan standar praktis untuk audit internal dan sebuah kode etik.” Menurut Mulyadi (2002) “Auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan berstatus sebagai pegawai perusahaan tersebut bertugas membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja. Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan Negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efesiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.” Dari berbagai definisi menurut para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa auditor internal adalah auditor yang mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa perusahaan selalu bekerja sesuai prosedur dan selalu mengurangi hal-hal yang menimbulkan tidak ada efektif dan efisien.
19 2.2.2 Tujuan Auditor Internal Berdasarkan buku yang ditulis oleh Bayangkara(2008), audit internal bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program, dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut. Berkaitan dengan tujuan ini titik berat audit diarahkan terutama pada berbagai objek audit yang diperkirakan dapat diperbaiki di masa yang akan dating, disamping juga mencegah kemungkinan terjadinya berbagai kerugian. Dalam buku yang ditulis oleh Tunggal (2014), auditor internal
berperan
sebagai evaluator. Auditor internal memainkan peran penting dalam mengembangkan laporan manajemen yang menilai pengendalian internal, saat ini diharuskan oleh standar PCAOB No.2. Beberapa hal yang menjadi sasaran dalam audit internal adalah kegiatan, aktivitas, program, dan bidang-bidang dalam perusahaan yang diketahui atau diidentifikasi masih memerlukan perbaikan/peningkatan, baik dari segi ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas. Ada tiga elemen pokok dalam tujuan: 1. Kriteria (criteria) Kriteria
merupakan
standar
(pedoman,
norma)
bagi
setiap
individu/kelompok didalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya. 2. Penyebab (cause) Penyebab merupakan tindakan (aktivitas) yang dilakukan oleh setiap individu/kelompok didalam perusahaan. Penyebab dapat bersifat positif program/aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi atau sebaliknya. 3. Akibat (effect) Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang berhubungan dengan penyebab tersebut. Akibat negative menunjukkan program/aktivitas berjalan dengan tingkat pencapaian yang lebih rendah dari kriteria yang ditetapkan. Sedangkan akibat positif menunjukkan bahwa program/aktivitas telah terselenggara secara baik dengan tingkat pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan.
20 2.2.3 Ruang Lingkup Auditor Internal menurut Bayangkara (2008) ruang lingkup meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen. Ruang lingkup ini dapat berupa seluruh kegiatan atau dapat juga hanya mencakup bagian tertentu dari program/aktivitas yang dilakukan. Periode audit juga bervariasi, bisa untuk jangka waktu satu minggu, beberapa bulan, satu tahun bahkan untuk beberapa tahun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.2.4 Jumlah Personel Audit Internal Menurut buku yang ditulis oleh Kumaat(2011), auditor internal memliki dua soft competency sebagai berikut: 1. Soft Competency Kepribadian atau karakter positif yang kuat sekarang ini diakui sebagai penentu keberhasilan seseorang dalam meniti karier, lebih dari bekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Sosok auditor internal yang ideal harus memiliki keunikan tersendiri, yaitu perpaduan karakter yang jarang dijumpai pada posisi/profesi lain yang dapat dinotasikan dalam persamaan berikut ini: Integrity + Leadership = Compliance + Dominant.
2. Hard Competency Auditor tidak boleh hanya berbekal pengetahuan dasar tentang audit
dan
akuntansi
saja,
apalagi
sekedar
mengandalkan
hasil
studi/pelatihan formal, tetapi juga bersedia menjelajah secara self learning setiap informasi diluar serta pengalaman didalam institusi bisnis, baik yang bersifat technical maupun managerial, terkait seluruh bidang yang ditekuni para auditee.
2.3
Psikologi
2.3.1 Definisi Psikologi Menurut King(2010) “Psikologi secara formal didefinisikan sebagai kajian ilmiah mengenai perilaku dan proses-proses mental. Terdapat tiga istilah penting dalam definisi ini: ilmu pengetahuan, perilaku, dan proses-proses mental. Sebagai ilmu pengetahuan, psikologi menggunakan metode ilmu pengetahuan yang sistematis untuk mengamati perilaku manusia dan menarik kesimpulan. Perilaku adalah segala
21 sesuatu yang kita lakukan yang dapat diamati secara langsung. Proses mental adalah berbagai pikiran, perasaan, dan motivasi yang dialami oleh kita secara pribadi, namun tidak dapat diamati secara langsung.” Menurut Syah(2001)“Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainnya.” Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun tidak disadari.
2.3.2 Fungsi Psikis Manusia Menurut Wijaya (2014) ada beberapa hal yang mempengaruhi psikologi manusia, salah satunya yang harus diperhatikan adalah fungsi psikis dari orang tersebut. Berikut adalah jenis–jenis fungsi psikis manusia: a. Persepsi Merupakan kemampuan manusia dalam menggambarkan suatu pengamatan baik itu dari orang lain maupun dari lingkungan sekitar. Bagi auditor, untuk memberikan persepsi yang positif kepada auditee bisa dengan cara berpenampilan rapi, memiliki sopan santun, dan gaya bicara yang wajar selayaknya seorang auditor profesional. Secara faktual, satu objek yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleh dua orang atau lebih. Hal ini pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Perhatian Faktor ini disebabkan beda focus perhatian, contohnya adalah pada saat penugasan audit oleh dua orang auditor. Auditor A memfokuskan perhatian pada penerimaan auditee yang ramah, sedangkan auditor B memfokuskan perhatian pada lingkungan kantor yang kumuh.
22 2. Set Harapan seseorang akan rangsangan yang timbul. Perbedaan set akan menimbulkan perbedaan persepsi. Contohnya adalah perbedaan persepsi oleh dua orang mengenai paras seorang wanita. Seseorang mungkin mengatakan bahwa wanita tersebut berparas cantik, namun bisa saja orang yang lainnya berpendapat bahwa wanita tersebut berparas jelek. 3. Kebutuhan Kebutuhan yang ada pada diri seseorang juga akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu hal. Contohnya: pada saat penugasan audit, auditor A menganggap bahwa penugasan ini adalah kebutuhan bagi dirinya untuk mempelajari sesuatu yang baru, sedangkan bagi auditor B penugasan ini hanyalah untuk memperoleh penghasilan. 4. Sistem nilai Nilai yang berlaku di masyarakat juga dapat mempengaruhi persepsi, contohnya: seorang wanita cantik yang murah senyum dan banyak bicara. Dalam kondisi ini, bisa saja orang menganggap bahwa wanita ini adalah wanita yang genit, dikarenakan orang ini tinggal di lingkungan dimana wanita seperti itu dianggap genit. Namun bisa juga orang menganggap bahwa wanita itu adalah wanita yang supel dan ramah, dikarenakan lingkungan tempat orang ini tinggal memang demikian. 5. Ciri kepribadian Kepribadian seseorang juga akan mempengaruhi persepsi, contohnya: auditor yang pemalu pada saat berhadapan dengan direktur akan mempersepsikan dirinya tidak berada dalam tingkatan yang sama, sedangkan auditor yang supel akan bekerja dengan biasa dan bisa mendapatkan data-data yang dia butuhkan.
b. Berpikir dan belajar Belajar merupakan proses dimana seseorang menimbulkan atau memperbaiki tingkah laku melalui berbagai aksi atas situasi yang terjadi sehingga seseorang tersebut memperoleh pengetahuan yang baru. Proses
23 belajar tidak hanya melibatkan aktifitas fisik saja, tetapi juga kegiatan otak. Kegiatan otak inilah yang disebut dengan berpikir. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar: 1. Waktu istirahat 2. Pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh. 3. Pengertian terhadap materi yang dipelajari sebagai modal dalam belajar sesuatu. 4. Pengetahuan akan prestasi sendiri.
c. Emosi Emosi merupakan perasaan yang selalu menyertai perbuata kita sehari-hari. Setiap orang mempunyai emosi yang berbeda-beda, terkadang seseorang meluapkannya dengan cara yang kurang etis, namun ada juga yang meluapkannya dengan cara yang sopan. Pada dasarnya tidak mudah membedakan emosi dan menggolongkannya dalam suatu jenis, hal ini disebabkan oleh: 1. Adanya kesulitan dalam menentukan emosi pada kondisi emosi yang mendalam. 2. Satu orang dapat menghayati satu emosi dengan berbagai cara. 3. Emosi biasanya dipengaruhi oleh sifat rangsangannya, bukan pada keadaan emosinya. 4. Adanya pengaruh dari lingkungan.
d. Motif Motif berarti rangsangan atau dorongan terhadap terjadinya suatu tingkah laku. Sedangkan motivasi merupakan seluruh proses gerakan manusia, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang timbul oleh situasi tersebut, dan tujuan atau akhir dari pada perbuatan. Dalam upaya untuk memahami tingkah laku seseorang, kita perlu memahami dan mengerti terlebih dahulu apa, bagaimana motif tingkah lakunya atau apa yang dilakukannya, bagaimana ia melakukannya, serta mengapa ia melakukan itu. Contohnya: seorang auditor yang mendapat perlakuan kurang simpatik dan tidak mau terbuka dari pihak auditee, maka
24 auditor perlu mengetahui motif dari orang tersebut. Mungkin penyebab kurang simpatiknya auditee adalah karena ia baru mendapat masalah, atau baru saja dimarahi atasan, atau hal lainnya.
2.3.3 Peranan Psikologi Dalam Audit Menurut Wijaya (2014) manusia sebagai individu yang tidak dapat dipisahkan dari aspek fisiologis, psikologis, dan sosial: a. Aspek fisiologis: Manusia sebagai makhluk hidup dengan segala masalah biologis serta fungsinya seperti fungsi penginderaan, fungsi susunan syaraf pusat, dan sebagainya. b. Aspek psikologis: Manusia dengan segala fungsi kemampuan psikis seperti pengamatan, perasaan, pikiran, dan sebagainya. c. Aspek sosial: Manusia dengan penghayatan pada kedua hal di atas dalam interaksinya dengan lingkungan atau dunia luar. Setiap tingkah laku memiliki aspek-aspek yang berperan di dalamnya, dan dalam keadaan tertentu mungkin ada aspek yang menonjol sendiri. Sebagai contoh, tingkah laku auditee yang tidak mau memberikan informasi atau data yang diperlukan auditor karena auditor memintanya secara kasar. Peranan faktor psikologis pada auditor itu sendiri seharusnya adalah: 1.
Penguasaan personal yaitu keterampilan untuk mengklarifikasi dan memahami visi orang dan mempunyai kesabaran dalam mencapai tujuan.
2.
Keterampilan membuat asumsi, generalisasi, gambaran, atau kesan secara mendalam dalam memahami kehidupan dan menentukan sikap yang harus diambil.
3.
Keterampilan dalam menciptakan visi bersama, sehingga segala tujuan tersebut tercapai.
4.
Auditor harus bisa menciptakan suasana nyaman dan aman, sehingga auditee pun merasa tidak terancam dalam memberikan semua informasi atau data yang dibutuhkan auditor.
2.3.4 Pemahaman Diri Sebagai Auditor Menurut Wijaya (2014) sebagai seorang auditor, pemahaman terhadap dirinya sangatlah penting. Auditor harus sadar siapa dirinya dan apa tugasnya, sehingga hal ini akan membantu auditor bertugas selayaknya seorang auditor profesional, bukan
25 profesi lainnya. Hal ini juga digunakan agar auditor dapat meningkatkan dan mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan auditee. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh auditor mengenai dirinya: 1. Penampilan auditor a) Cara berdandan b) Gaya bicara c) Bahasa tubuh d) Nada suara e) Cara duduk 2. Kemampuan dan keahlian 3. Etika pergaulan 4. Sifat kepemimpinan a) Disiplin dan dapat dipercaya b) Teliti dan luwes c) Berkemauan keras dan ulet d) Inisiatif, kreatif, dan percaya diri 2.3.5 Pemahaman Terhadap Perilaku Auditee Menurut Wijaya (2014) memahami perilaku auditee merupakan hal yang penting karena auditor akan berhubungan langsung dengan auditee pada saat proses audit terjadi, yaitu pada saat pengumpulan data-data yang dibutuhkan. Manusia memiliki perilaku yang berubah-ubah dalam jangka waktu yang relatif pendek. Hal ini dapat saja disebabkan oleh kondisi, keadaan, dan lingkungan dimana orang tersebut berada. Dalam rangka memahami perilaku auditee ini, auditor harus memahami hal – hal berikut: 1. Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang membuat seseorang untuk berbuat agar ia bisa mendapat apa yang diinginkannya atau kebutuhannya. Kebutuhan hidup ini terdiri dari: a) Kebutuhan primer. b) Kebutuhan sekunder. c) Kebutuhan sosial dan rasa aman. d) Kebutuhan akan dihargai dan aktualisasi diri. 2. Tipe-tipe manusia
26 Pemahaman terhadap tipe manusia diperlukan agar memahami lebih luas mengenai perbedaan tiap individu. Tipe manusia sangat beragam berdasarkan pendekatan-pendekatan yang dipakai. Berdasarkan arah perhatiannya, Jung C.G. membedakan manusia menjadi tiga golongan: a. Tipe manusia extraverse (extravert) Ciri-cirinya adalah: 1. Mementingkan lingkungannya daripada diri sendiri. 2. Mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. 3. Berhati terbuka, gembira, ramah, luwes dalam pergaulan, dan mudah mendapat teman. b. Tipe manusia introverse (introvert) Ciri-ciri seorang introvert adalah: 1. Mementingkan dirinya sendiri. 2. Mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum. 3. Cenderung pendiam, egois, menyendiri, sukar bergaul, dan membutuhkan waktu lama untuk berteman. c. Tipe manusia ambiverse (ambivert): Tipe ambiverse ini merupakan gabungan dari kedua tipe di atas, kemunculan diantara keduanya tergantung ciri mana yang lebih menonjol. Berdasarkan fakta, manusia lebih banyak memiliki tipe yang ketiga ini. 3. Sikap manusia Sikap atau yang dikenal juga dengan istilah attitude merupakan kesediaan orang untuk bereaksi pada suatu hal. Biasanya objek yang dijadikan sasaran dari sikap manusia tersebut adalah orang-orang, bendabenda, ataupun sebagainya. 4. Sifat manusia Terdapat dua kecenderungan sifat manusia yaitu, positif dan negatif. Sifat yang baik perlu diarahkan dan dikembangkan sehingga menjadi pendorong yang kuat, sedangkan sifat yang negatif perlu dicegah, sehingga tidak menjadi faktor penghalang.
5. Tipe kepemimpinan
27 Tipe kepemimpinan merupakan ciri khas seorang pemimpin dalam me`mbimbing,
mengarahkan,
memepengaruhi,
dan
mengerahkan
bawahannya untuk mencapai tujuan tertentu. Auditor perlu mengetahui hal diatas karena dalam penugasan audit nanti auditor harus berhadapan dengan pimpinan dari sebuah organisasi atau lembaga yang akan diaudit. Tipe kepemimpinan umumnya diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Kepemimpinan otoriter 2. Kepemimpinan Demokratis 3. Kepemimpinan Bebas
2.3.6 Manfaat Psikologi Dalam Audit Menurut Wijaya (2014) dalam melakukan audit, auditor harus paham akan psikologi. Baik itu psikologi tentang pengetahuan tentang orang lain maupun tentang dirinya sendiri. Manfaat dari psikologi dalam audit itu sendiri adalah auditor mampu mengenal dirinya sendiri (mulai dari profesi, cara berpakaian, hingga etika) dan juga auditor mampu mengenal client-nya (memahami perilaku auditee, kesan pertama yang akan diciptakan, dan paham field tempat dia bekerja).
2.4
Pengembangan Hipotesis Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian.
Terdapat dua variabel independen yang biasa disebut dengan variabel bebas yang tercakup dalam unsur-unsur kompetensi dan dua variabel dependen atau dikenal dengan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian kali ini. Variabel independen terdiri dari: (1) Pengalaman yang disingkat menjadi (P), Gender yang disingkat menjadi (G), usia yang disingkat menjadi (U) dan Komunikasi yang disingkat menjadi K Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah: Efektifitas Audit yang disingkat menjadi (E)
2.4.1 Pengalaman kerja Menurut kamus Bahasa Indonesia Depdiknas (2005) “pengalaman dapat diartikan sebagai yang perna dialami (dijalani, dirasa, ditanggung, dsb)”.Pengertian pengalaman kerja terdiri dari beberapa macam yang diberikan oleh para ahli. Pengalaman dalam semua kegiatan sangat diperlukan, karena pengalaman adalah guru
28 yang terbaik. Maksud dari hal tersebut adalah bahwa seseorang belajar dari pengalaman yang perna dialaminya. Elaine B Johnson (2007) menyatakan bahwa, pengalaman memunculkan potensi seseorang. Potensi penuh akan muncul bertahap seiring berjalannya waktu sebagai tanggapan terhadap bermacam-macam pengalaman, jadi sesungguhnya yang penting diperhatikan dalam hubungan tersebut adalah kemampuan seseorang untuk belajar dari pengalamannya, baik pengalaman yang baik maupun buruk sekalipun. Maka pada hakikatnya pengalaman adalah pemahaman terhadap sesuatu yang dihayati dan dengan penghayatan serta mengalami sesuatu tersebut diperoleh pengalaman, keterampilan ataupun nilai yang menyatu pada potensi diri. Orang yang berpengalaman dalam bekerja memiliki kemampuan kerja yang lebih baik dari orang yang baru saja memasuki dunia kerja, karena orang tersebut telah belajar dari kegiatan-kegiatan dan permasalahan yang timbul dalam kerjanya. Dengan adanya pengalaman kerja maka telah terjadi proses penambahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan serta sikap pada diri seseorang, sehingga dapat menunjang dalam mengembangkan diri dengan perubahan yang ada. Dengan pengalaman yang didapat seseorang akan lebih cakap dan terampil serta mampu melaksanakan tugas pekerjaannya. Sejalan dengan hal tersebut, menurut hukum (law of exercise) dalam Mustaqim (2004: 50) diungkapkan bahwa dalam law of exercise atau the law disuse (hukum penggunaan) dinyatakan bahwa “Hubungan antara stimulus dan respon akan bertambah kuat atau erat bila sering digunakan (use) atau sering dilatih (exercise) dan akan berkurang, bahkan lenyap sama sekali jika jarang digunakan atau tidak pernah sama sekali”. Dari pendapat diatas diketahui bahwa latihan berulang-ulang akan memperkuat dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seseorang. Bagi seorang karyawan proses-proses dalam bekerja merupakan latihan yang akan menambah pengalaman, sehingga karyawan tersebut mampu menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapinya dalam proses bekerja. Karenanya pengalaman dapat membangkitkan dan mengundang seseorang untuk melihat semua pekerjaan sebagai peluang untuk terus berlatih dan belajar sepanjang hayat. Laily (2010) menunjukkan profesional berpengalaman lebih mendapat informasi yang lebih baik mengenai fakta yang prediktif dan yang mungkin menghasilkan judgement yang lebih valid. Pengalaman yang signifikan seperti kompleksnya tugas membuat para auditor berpengalaman memiliki pola pikir dan
29 strategi yang tersusun dengan baik sedangkan auditor yang kurang berpengalaman memiliki pola pikir yang kurang tersusun baik. Semakin banyak menimba pengalaman dan semakin baik mengenal diri, maka semakin mudah mengetahui posisi yang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilki. Untuk mengetahui posisi yang tepat, perlu dilakukan eksplorasi kemampuan diri secara cermat sehingga seluruh potensi yang dimilki dapat berguna secara optimal. Marinus, Wray dan Koroy (2005) mengatakan bahwa melalui rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu tugas, pengalaman seseorang akan dapat diukur. Pengalaman seseorang memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang akan mendorong seseorang untuk belajar melakukan dan memberikan hasil terbaik. Pengalaman kerja bagi seorang auditor dapat tercermin dari prestasi atau hasil pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik. Periode atau lamanya bekerja seorang akuntan public tidak menjamin kualitas atau prestasi kerja yang baik, pengalaman dapat dijadikan sebagai cerminana atau pedoman untuk menghasilkan prestasi yang lebih baik lagi adalah jumlah tugas yang dilaksanakan dan frekuensi pemberian jasa kepada klien oleh seorang akuntan publik. Dengan demikian hipotesis pertama penelitian adalah: H1: Pengalaman memiliki pengaruh terhadap efektifitas audit.
2.4.2 Gender Menurut Mulia (2004) Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women’s Studies Encyclopedia disebutkan bahwa gender merupakan konsep kultural untuk membedakan peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Dalam gender juga terdapat teori maskulin dan feminin. Maskulin dan feminine mempunyai gaya sendiri dalam berinteraksi, sebagai contoh: orang feminine cenderung mengungkapkan diri lebih sering ketimbang maskulin, dan lebih bersifat pribadi. Orang feminine cenderung berkomunikasi dengan rasa sayang, dengan keakraban, dan kepercayaan yang lebih besar daripada orang-orang maskulin. Orang maskulin mengharapkan kompetisi dalam interaksi meraka. Mereka menghindari interaksi yang bisa menunjukkan kelemahan dan kerentanan diri mereka.
30 MenurutChung & Monroe (2001)gender memiliki pengaruh terhadap kompleksitas tugas pada pertimbangan audit. Hasilnya membuktikan bahwa ada interaksi signifikan antara gender dengan ketepatan audit judgment. Penelitian gender lain yang hasilnya konsisten adalah penelitian oleh Johnson & Kaplan (1998) yang menggambarkan bahwa gender berpengaruh dalam mempertimbangkan evaluasi kinerja manajer audit. Menurut Ruegger & King (1992) menyatakan bahwa wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi dari pada pria. Gender bagi seorang auditor adalah hal yang dipandang sebagai suatu faktor penting karena dalam menentukan keputusan oleh laki-laki maupun perempuan dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, sehingga menimbulkan hasil yang berbeda pula. Dalam Zulaikha (2006) juga mengatakan bahwa perempuan memerlukan waktu yang cepat dibanding laki-laki dalam menyelesaikan tugas yang bersangkutan, dan perempuan memiliki kemampuan mengingat informasi lebih kuat terhadap informasi baru. Dengan demikian hipotesis kedua penelitian ini adalah: H2: Gendermemilki pengaruh terhadap ektifitas audit.
2.4.3 Usia Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (2005) usia adalah lamanya seseorang telah hidup berdasarkan perhitungan waktu tertentu. Usia sangat erat kaitannya dengan perkembangan individu namun tingkatan usia belum tentu menandakan tingkat perkembangan individu. Pembahasan mengenai tingkat perkembangan inilah yang akan lebih mempengaruhi pola perilaku seseorang yang biasanya memang sejalan dengan tingkat pertumbuhan usianya atau dikatakan sebagai perkembangan sepanjang rentang kehidupan menurut Wade dan Tavris (2007:234). Usia pekerja ialah perhitungan lamanya seorang pekerja tersebut telah hidup. Sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tentang usia kerja, maka usia minimal pekerja ialah 18 tahun dan maksimal hingga batas waktu pensiun maksimal pegawai yaitu 60 tahun. Menurut Desmita (2008:234) mengungkapkan bahwa terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status kedewasaan tersebut, pada umumnya psikolog menetapkan sekitar usia 18 atau 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40 atau 45 tahun, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 40 atau 45 sampai sekitar usia 60 atau 65 tahun, serta
31 masa dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun sampai meninggal. H3: Usia memiliki pengaruh terhadap efektifitas audit
2.4.4 Komunikasi MenurutWest
&
Turner
(2010)Introducing
Communication
Theory,
komunikasi adalah: “Sebuah proses sosialisasi dimana proses ini melibatkan orang-orang yang berinteraksi baik itu secara langsung (tatap muka) ataupun secara tidak langsung (online). Biasanya terjadi antara dua orang atau lebih yang bertindak sebagai pelaku (komunikator) dan penerima (komunikan).” Menurut Rosady Ruslan (2012), Manajemen : Public Relations & Media Komunikasi, komunikasi adalah: “kata yang berasal dari bahasa Latin: Communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Dengan demikian maka secara garis besar dalam suatu proses komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator dan komunikan. Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses perpindahan informasi antar manusia yang dilakukan untuk tujuan tertentu seperti untuk membuat orang lain melakukan sesuatu seperti yang kita kehendaki. Komunikasi sangatlah penting bagi auditor, terlebih saat auditor melakukan proses audit dimana auditor mengumpulkan data yang didapat dari kliennya untuk mencapai hasil audit. Dalam kaitan ini, auditor hendaknya mampu menciptakan suasana psikologis terhadap auditee. Suasana tersebut antara lain adalah suasana nyaman, aman, dan auditee tidak merasa terancam dalam memberikan informasi yang dibutuhkan bersangkutan dengan penyimpangan yang ditemukan auditor. Pemahaman mengenai unsur-unsur komunikasi merupakan hal yang penting bagi auditor agar komunikasi dapat dilakukan dengan baik. Unsur-unsur terjadinya komunikasi meliputi:
1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan.
32 2. Pesan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, himbauan, dan anjuran dengan bantuan bahasa, gerakan, ekspresi wajah, gambar, warna, dan isyarat lainnya. 3. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan. 4. Media, sarana yang digunakan untuk mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. 5. Efek, yaitu dampak sebagai pengaruh dari pesan. Dalam melakukan audit, auditor tidak akan lepas dari yang namanya komunikasi. Audit itu adalah interaksi, antara auditor dan auditee. Ketika melakukan auditnya, auditor akan meminta data-data yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya. Dalam meminta data-data inilah terjadi sebuah interaksi yang kita sebut dengan istilah komunikasi. Jadi dalam audit, auditor harus mempelajari komunikasi juga. Manfaat dari mempelajari komunikasi adalah dapat meningkatkan partisipasi auditor dalam tugasnya, pengawasan terhadap kecurangan yang mungkin terjadi akan lebih jelas, dan dengan mempelajari komunikasi maka auditor akan mampu untuk mempelajari psikologi baik itu psikologi auditee maupun psikologi auditor itu sendiri. H4: Komunikasi memiliki pengaruh terhadap efektifitas audit
2.4.5 Efektifitas Audit Internal Efektifitas dalam audit diartikan sebagai kemampuan bekerja auditor yang mampu mencapai tujuan utama dari pengerjaan audit itu sendiri. Menurut Institut Internal Auditor (2010) penjelasan utama terhadap efektifitas adalah tingkat (mencakup kualitas) yang mana dapat mencapai tujuan dari pengerjaan audit tersebut. Apabila secara efektif, audit dalam di lakukan, dioperasikan dan diatur dengan baik, keefektifitasan dalam proses audit ini merupakan hal penting dalam membatu perusahaan mencapai tujuan auditnya. Menurut Standart Profesi Audit Internal (SPAI) dalam Tugiman (1997) terdapat sembilan indikator efektivitas audit internal, yaitu sebagai berikut:
33 Tabel2.1 Indikator Efektifitas oleh SPAI dalam Tugiman (1997) Indikator Kelayakan dan arti penting temuan berserta rekomendasinya
Pengertian Tolak ukur ini untuk melihat apakah suatu temuan dan rekomendasi dari audit internal dapat memberikan nilai tambah bagi auditee dan apakah dapat dipergunakan oleh manajemen sebagai informasi berharga. Berkaitan dengan tolak ukur pertama tetapi berkenaan dengan umpan balik dan respon dari auditee. Apakah temuan atau rekomendasi tersebut dapat diterima dan Respon dari objek diperasionalisasikan oleh auditee. Temuan pemeriksaan dan rekomendasi dari auditor yang tidak dapat yang diperiksa dioperasionalisasikan dan tidak mendapat respon dari auditee kemungkinan pula terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atau sebab-sebab lainnya. Kriteria profesionalisme mencakupi independensi; integritas seluruh personil pemeriksa; kejelian dan ketajaman review pemimpin tim pemeriksa; penampilan, Profesionalisme sikap dan prilaku pemeriksa; kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan auditor auditee atas permasalahan yang diajukan; kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan didapatnya tanggapanb yang baik dari auditee atau manajemen puncak; dan pendidikan serta keahlian para pemeriksa Auditor dapat memberikan laporan peringatan dini baik dalam bentuk formal maupun informal mengenai Peringatan dini kelemahan atau permasalahan operasi perusahaan serta kelemahan pengendalian manajemen. Output dari suatu biaya pemeriksaan tidak dapat dikur. Bila pemeriksaan yang dilakukan mampu meminimalisasi Kehematan Biaya biaya tanpa mengurangi nilai tambah yang dihasilkan, maka pemeriksaan sudah efektif ditinjau dari tolak ukur ini. Jika pengembangan personil dianggap menjadi peran yang Pengembangan penting, maka pimpinan auditor akan menggunakan waktunya dalam pembinaan untuk penempatan dan Personil pengembangan stafnya. Umpan balik dari manajemen lainnya bersifat subjektif Umpan balik dari dan sangat dipengaruhi oleh profesi auditor itu sendiri. manajemen lainnya Sampai sejauh mana dukungan yang diberikan oleh para manahemen lainnya terhadap apra auditor dalam melaksanakan kegisatan pemeriksaan. Semain baik dan semankin meningkatnya kemampuan Meningkatnya auditor makan manfaat dari audit akan semakin dirasakan, Jumlah dengan semakin dirasakannya manfaat tersebut, maka jumlah pemeriksaan pun akan semakin meningkat seiring Pemeriksaan perkembangannnya. Tercapainya
Meliputi tindakan evaluasi terhadap risiko objek yang diperiksa serta jaminan bahwa bidang-bidang yang
34 Indikator program pemeriksaan
Pengertian beresiko tinggi telah ditempatkan sebagai prioritas utama dalam perencanaan pemeriksaan
Sumber: indikator efektifitas oleh SPAI dalam Tugiman
H5: Pengalaman kerja, gender, usia, dan komukisai memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap efektifitas audit
2.5
Kerangka Pemikiran Efektifitas audit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini,
penulis akan membahas tentang analisis beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas audit. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini akan disajikan pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran