BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1
Kerangka Teori dan Literatur Dalam mencapai sasaran studi diperlukan landasan dan kerangka teori
sebagai dasar dalam melakukan penelitian.
2.1.1 Teori Pengharapan Konsep dasar dari penelitian ini berhubungan dengan teori motivasi yang akan dibahas di sub bab setelah ini, yakni teori pengharapan (expectancy theory). Menurut Robbins (1996) dalam Setiyani (2005), Expectancy Theory merupakan kecenderungan individu untuk bertindak dengan cara tertentu yang tergantung pada kekuatan suatu pengharapan, dimana tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu bagi individu. Pengharapan individu akan mempengaruhi sikap individu tersebut. Sikap individu terbentuk dari tiga komponen yaitu: cognitive component, emotional component, dan behavioral component. (Robbins, 1996 dalam Setiyani, 2005) 1. Cognitive component merupakan keyakinan dari informasi yang dimiliki oleh seseorang yang akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap profesi yang dijalani. 2. Emotional component merupakan perasaan yang bersifat emosi yang dimiliki oleh seseorang untuk menyukai sesuatu, yang akan menyebabkan individu untuk cenderung mencapai keinginannya. 3. Behavioral component merupakan keinginan untuk bertindak secara lebih khusus dalam merespon kejadian dan informasi dari luar untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik.
2.1.2 Uraian Mengenai Motivasi Ada beberapa pengertian dari motivasi, diantaranya adalah: Menurut Robbins & Judge (2006) dalam Panggabean dan Kusumaningsih (2011): “Motivasi adalah proses yang berperan pada intensitas, arah dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapaian sasaran.”
9
10 Menurut Hasibuan (1996) dalam Perkasa (2014): “Motivasi merupakan pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.” Menurut Kusumastuti dan Waluyo (2013): “Motivasi merupakan dorongan yang ada di dalam diri manusia untuk melakukan suatu tindakan yang memiliki tujuan tertentu, yang merupakan penyebab terjadinya suatu aktivitas serta motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk memperoleh tujuan.” Menurut Sadirman (2007) dalam Putra dan Herawati (2015): “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu proses yang mendorong atau mempengaruhi seseorang untuk memenuhi suatu kebutuhan atau mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hamdani Ali (2012) dalam Meitiyah RS (2014) bahwa motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang, tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Adapun beberapa teori dari motivasi dari para ahli, yaitu: 1. Teori Kebutuhan Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow dalam tulisan Sudrajat (2008) pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu: a. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti: rasa lapar, haus, istirahat dan sex; b. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; c. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs); d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; e. Aktualisasi
diri (self actualization),
dalam
arti tersedianya
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
11 2. Teori Kebutuhan Berprestasi Dari McClelland dalam tulisan Sudrajat (2008), dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
3. Teori Dua Faktor Frederick Hezberg dalam Handoko dan Reksohadiprodjo (1996) yang dikutip oleh Meitiyah RS (2014) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor, higiene dan motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi dua bagian, yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat tingginya. Menurut Hezberg, faktor-faktor seperti kebijakan, administrasi perusahaan dan gaji yang memadai dalam suatu pekerjaan akan menentramkan karyawan. Bila faktor-faktor ini tidak memadai maka orangorang tidak akan terpuaskan. Dalam penelitian ini, akan dibahas empat jenis motivasi yang merupakan gabungan dari motivasi-motivasi yang sebelumnya pernah dibahas oleh Nurhayani (2012) dan Putra dan Herawati (2015), yakni: 1. Motivasi Karir Motivasi karir menurut Kusumastuti dan Waluyo (2013) adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka mencapai kedudukan, jabatan, karir yang lebih baik dari sebelumnya.
12 2. Motivasi Ekonomi Motivasi ekonomi menurut Apriani (2014) adalah dorongan untuk mencapai kemakmuran dengan melakukan tindakan ekonomi. Dengan motivasi ekonomi, seseorang akan melakukan kegiatan ekonomi agar mendapatkan kepuasan materi dan kesejahteraan pribadi maupun keluarga. 3. Motivasi Kualitas Widyawati, dkk. (2004) dalam Nisa (2012) menyatakan bahwa motivasi kualitas merupakan dorongan yang timbul dari diri seseorang yang memiliki dan meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya dalam bidang yang ditekuninya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik dan benar. 4. Motivasi Sosial Motivasi sosial menurut Nisa (2012) diartikan sebagai suatu dorongan seseorang untuk melakukan perbuatan dengan tujuan/bernilai sosial, memperoleh pengakuan maupun penghargaan dari lingkungan dimana seseorang berada. Motivasi sosial mendasari perilaku seseorang untuk bertindak agar diakui keberadaannya, dan untuk memperoleh penghargaan yang diinginkan.
2.1.3 Minat Minat adalah suatu dorongan dalam diri individu untuk melakukan atau menjalankan aktivitas tertentu atau ketertarikan individu dalam suatu objek. Kusumastuti dan Waluyo (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa minat adalah keinginan yang kuat yang timbul dari diri seseorang karena adanya ketertarikan, kesukaan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Putra dan Herawati (2015) seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang dikarenakan hal tersebut datang dari dalam diri seseorang yang didasarkan rasa suka dan tidak adanya paksaan dari pihak luar. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang memaksa. Benny, dan Yuskar (2006) yang dikutip oleh Apriani (2014) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada minat yaitu: a. Minat dianggap sebagai perantara faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku,
13 b. Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba melakukan sesuatu, c. Minat menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Taufani (2008:38) dalam Putra dan Herawati (2015), ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat: a. Faktor dorongan dalam, yaitu dorongan dari individu itu sendiri, sehingga timbul minat untuk melakukan aktivitas atau tindakan tertentu untuk memenuhinya. Misalnya, dorongan untuk belajar dan menimbulkan minat untuk belajar. b. Faktor motivasi sosial, yaitu faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini merupakan semacam kompromi pihak individu dengan lingkungan sosialnya. Misalnya, minat pada studi karena ingin mendapatkan penghargaan dari orangtuanya. c. Faktor emosional, yakni minat erat hubungannya dengan emosi karena faktor emosional selalu menyertai seseorang dalam berhubungan dengan objek minatnya. Kesuksesan seseorang pada suatu aktivitas disebabkan karena aktivitas tersebut menimbulkan perasaan suka atau puas, sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan tidak senang dan mengurangi minat seseorang terhadap kegiatan yang bersangkutan Minat memegang peranan penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
2.1.4 Profesi Akuntan Profesi akuntan tidak dapat dipungkiri telah menjadi bagian penting dalam berbagai aspek bisnis. International Federation of Accountants dalam Ellya Benny dan Yuskar (2006) yang dikutip oleh Apriani (2014) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan tidak ada proses akumulasi dan distribusi sumberdaya ekonomi yang tidak memerlukan campur tangan profesi Akuntan. Akuntan berperan disemua sektor: publik, privat, dan nirlaba. Profesi Akuntan menyebar di dalam dan di luar instansi pemerintah. (www.iaiglobal.or.id) Profesi akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu bidang profesi seperti organisasi lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Supaya dikatakan profesi
14 dan agar masyarakat yang sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi mempercayai hasil kerjanya, ia harus memiliki beberapa syarat. Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) dalam Rahayu dan Rusmawan (2010) adalah sebagai berikut: 1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman dalam melaksanakan keprofesiannya. 2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam profesi itu. 3. Berhimpun
dalam
suatu
organisasi
resmi
yang
diakui
oleh
masyarakat/pemerintah. 4. Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat. 5. Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai kepercayaan masyarakat. Menurut Nurdin (2010) dalam Yunus (2014), suatu pekerjaan dapat dikatakan profesional apabila memenuhi syarat atau kriteria berikut: 1. Memiliki spesialisasi ilmu dengan latar belakang teori yang baku. Sehingga ilmu yang dimaksud adalah suatu keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh pemegang profesi lain. 2. Memiliki kode etik dalam menjalankan profesi. Kode etik merupakan salah satu ciri persyaratan yang memberikan arti penting dalam penentuan, pemertahanan dan peningkatan standar profesi. 3. Memiliki organisasi profesi. Tujuan dari organisasi profesi adalah untuk meningkatkan peran serta dirinya dalam hal-hal yang berhubungan dengan keprofesian. 4. Diakui masyarakat. Diantara faktor yang menunjang keprofesionalan seorang pemegang profesi adalah pengakuan dari orang lain (masyarakat). 5. Sebagai panggilan hidup. Profesi itu dipilih karena dirasakan atau diyakini sebagai panggilan hidup. Suatu profesi bukan dimaksudkan mencari keuntungan dirinya, melainkan untuk pengabdian kepada masyarakat. 6. Harus dilengkapi kecakapan diagnostik.
15 Kecakapan diagnostik adalah kecakapan dalam mengidentifikasi masalah yang bersangkutan dengan klien, atau masalah yang berkaitan dengan teoriteori dalam profesinya. 7. Mempunyai klien yang jelas. Klien adalah pengguna jasa profesi, seorang guru dikatakan guru karena banyak yang menggunakan jasanya, baik masyarakat secara luas, maupun anak didik saja.
2.1.5 Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Pendidikan
Profesi Akuntansi
(PPAk) merupakan pendidikan
yang
diselenggarakan setelah menempuh pendidikan strata satu ekonomi jurusan akuntansi dengan tujuan untuk mendapatkan gelar Akuntan (Ak). Hal ini sesuai dengan isi SK Mendiknas No. 179/U/2001, perihal pemberian gelar akuntan (Ak), yaitu sejak tanggal 31 Agustus 2004 seluruh lulusan S1 Jurusan Akuntansi tidak lagi bergelar Akuntan (Ak). Keputusan Mendiknas ini membuka kesempatan pemakaian gelar akuntan di Indonesia dengan perlakuan yang sama kepada semua lulusan S1 akuntansi dari perguruan tinggi negeri maupun swasta. PPAk adalah suatu usaha yang bertujuan untuk menghasilkan akuntan profesional dengan standardisasi kualitas akuntan di Indonesia. Kurikulum dan silabus PPAk sudah didesain untuk untuk memenuhi persyaratan untuk menjadi akuntan professional yang ditentukan oleh International Financial Accounting Committee (IFAC). Adanya PPAk diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan khususnya akuntansi. Suwardjono dalam Apriani (2014) menyatakan pendidikan akuntansi selayaknya diarahkan untuk memberi pemahaman konseptual yang didasarkan pada penalaran sehingga ketika akhirnya masuk ke dalam dunia praktik dapat beradaptasi dengan keadaan sebenarnya dan memiliki resistance to change yang rendah terhadap gagasan perubahan atau pembaruan yang menyangkut profesinya tersebut. Kurikulum nasional Pendidikan profesi akuntansi paling sedikit 21 satuan kredit semester (SKS) dan paling banyak 40 SKS yang ditempuh 2 sampai dengan 6 semester (Rahayu dan Rusmawan, 2010:8). Kurikulum nasional yang dimaksud adalah:
16 1) Etika Bisnis dan Profesi 2) Perpajakan 3) Praktik Audit 4) Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial 5) Pengetahuan Pasar Modal dan Manajemen Keuangan 6) Pelaporan dan Akuntansi Keuangan 7) Akuntansi Manajemen dan Biaya International Federation of Accountants (IFAC) pada bulan Oktober 2003 yang lalu telah mengeluarkan 7 (tujuh) standar pendidikan internasional (International Education Standards/IES) yang seharusnya berlaku efektif mulai 1 Januari 2005. Standar yang dikeluarkan IFAC ini merupakan panduan global untuk membentuk akuntan yang profesional. Kemudian pada tahun 2008 IFAC mengeluarkan standar ke delapan (iaiglobal.or.id). Ketujuh IES tersebut meliputi: 1) IES – 1, Entry Requirement to a Program of Professional Accounting Education Standar mengenai persyaratan awal untuk memasuki pendidikan profesional akuntansi, yang sebaiknya paling tidak setara dengan persyaratan untuk memasuki program tingkat universitas atau ekuivalennya. Starting point program profesional akuntansi ini dapat bermacam-macam. Beberapa program dimulai pada post graduate level, program yang lain dimulai pada immediate post-secondary level, atau sebagian lagi pada higher education level dibawah undergraduate degree. 2) IES – 2, Content Of Professional Accounting Education Programs Standar yang menentukan muatan pengetahuan yang dipersyaratkan, untuk meyakinkan bahwa calon akuntan profesional memiliki pengetahuan profesional akuntansi yang cukup untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai Akuntan yang kompeten dalam menghadapi lingkungan yang kompleks dan berubah, yang terdiri dari 3 bidang pengetahuan utama, yaitu: 1. Accounting, finance and related knowledge; 2. Organizational and business knowledge; 3. Information technology knowledge and competences. Komponen akuntansi, keuangan dan pengetahuan terkait, sebaiknya meliputi materi berikut:
17 1. Financial accounting and reporting; 2. Management accounting and control; 3. Taxation; 4. Business and commercial law; 5. Audit and assurance; 6. Finance and financial management; 7. Professional values and ethics. Komponen organisasi dan bisnis meliputi materi berikut: 1. Economics; 2. Business environment; 3. Corporate governance; 4. Business ethics; 5. Financial markets; 6. Quantitative methods; 7. Organizational behavior; 8. Management and strategic decision making; 9. Marketing; 10. International business and globalization. Komponen tekhnologi informasi seharusnya meliputi materi dan kompetensi berikut: 1. General knowledge of IT; 2. IT control knowledge; 3. IT control competences; 4. IT user competences; 5. Salah satu atau gabungan dari kompetensi dan tanggung jawab manajer, evaluator atau designer sistem informasi. 3) IES – 3, Professional Skills Contents IES 3 mengatur tentang keahlian profesional serta pendidikan umum bagi Akuntan profesional. Seseorang yang berminat untuk menjadi Akuntan yang profesional sebaiknya memperoleh keahlian sebagai berikut: 1. Intellectual skills; 2. Technical and functional skills; 3. Personal skills; 4. Interpersonal and communication skills;
18 5. Organizational and business management skills. Selain keahlian profesional, program pendidikan profesional sebaiknya juga meliputi pendidikan umum. 4) IES – 4, Professional Values, Ethics and Attitudes Standar yang menentukan nilai profesional, etika dan sikap akuntan profesional yang seharusnya diperoleh selama pendidikan supaya memenuhi kualifikasi sebagai akuntan profesional. Program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan kerangka nilai, etika, dan sikap profesional untuk melatih judgement profesional calon Akuntan sehingga dapat bertindak secara etis ditengah kepentingan profesi dan masyarakat. 5) IES – 5, Practical Experience Requirements Standar ini mempersyaratkan suatu periode pengalaman praktis dalam melaksanakan pekerjaan sebagai bagian dari program pre kualifikasi Akuntan profesional. 6) IES – 6, Assessment of Professional Capabilities and Competence Standar ini menjelaskan persyaratan penilaian akhir kapabilitas dan kompetensi calon Akuntan sebelum dinyatakan sebagai Akuntan yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan. Standar ini secara spesifik menjelaskan bahwa calon Akuntan diharapkan dapat menunjukkan bahwa mereka: 1. Memiliki pengetahuan teknis memadai secara khusus sesuai dengan kurikulum pendidikan. 2. Dapat mengaplikasikan pengetahuan teknis secara analitis dan praktis. 3. Dapat menggabungkan berbagai pengetahuan yang diwajibkan untuk memecahkan permasalahan yang kompleks. 4. Dapat memecahkan masalah khusus melalui pembedaan informasi yang relevan dan irelevan berdasarkan data yang diberikan. 5. Dalam situasi multi masalah, dapat mengidentifikasi permasalahan dan
mengurutkannya
sehingga
dapat
menentukan
prioritas
penyelesaian. 6. Dapat mengintegrasikan keragaman bidang pengetahuan dan keahlian.
19 7. Dapat berkomunikasi secara efektif dengan user dan memberikan rekomendasi yang tepat. 8. Dapat mengidentifikasi dilema etika. 7) IES – 7, Continuing Professional Development: A Program of Lifelong Learning and Continuing Development of Professional Competence Standar ini mengharuskan profesi untuk mempromosikan pentingnya pengembangan berkelanjutan kompetensi akuntan dan komitmen untuk belajar seumur hidup bagi seluruh akuntan profesional. Seluruh akuntan profesional,
yang
bekerja
disektor
apapun,
diwajibkan
untuk
mengembangkan dan menjaga kompetensi profesional mereka sesuai dengan
pekerjaan
dan
tanggungjawab
profesionalnya.
Pelaksanaan
pengembangan profesional berkelanjutan ini dapat dilakukan melalui 3 (tiga) jenis pendekatan, yaitu: 1. Input based approach, dengan menentukan jumlah tertentu aktivitas pembelajaran yang dipertimbangkan secara tepat untuk dapat mengembangkan dan menjaga kompetensi Akuntan. Akuntan diwajibkan untuk: a. Memenuhi paling tidak 120 jam atau unit pembelajaran yang setara dari aktivitas pengembangan profesional yang relevan setiap periode 3 tahunan, dimana 60 jam harus dapat diverifikasi. b. Memenuhi paling tidak 20 jam unit pembelajaran yang setara setiap tahun. 2. Output based approach, dengan mewajibkan Akuntan untuk menunjukkan bahwa mereka telah mengembangkan dan menjaga kompetensinya.
Dalam
hal
ini
secara
periodik
Akuntan
menunjukkan bukti secara objektif bahwa telah diverifikasi oleh sumber yang kompeten dengan menggunakan metode penilaian kompetensi. 3. Combination approach. Merupakan kombinasi dua pendekatan di atas. 8) IES – 8, Competence Requirements for Audit Professionals Standar yang baru dikeluarkan pada tahun 2008 ini merupakan standar yang ditujukan bagi audit profesional. Standar ini akan mengatur pengetahuan
20 khusus bagi audit professional sebagai tambahan IES 2 yang dipersyaratkan bagi Akuntan secara keseluruhan. Tambahan pengetahuan tersebut meliputi 3 bidang, yaitu: 1. Financial statement audit; 2. Financial accounting and reporting; 3. Information technology. Adapun landasan hukum penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi (iaiglobal.or.id), yaitu: 1. UU Nomor 34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar akuntan. 2. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 179/U/2001 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi. 3. Perjanjian kerjasama antara Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Ketua Umum Ikatan Akuntan Indonesia Nomor 565/D/T2002 dan
2460/MOU/III/02
tentang
pengelolaan
sistem
dan
penyelenggaraan pendidikan profesi akuntansi. Suwardjono (1992) dalam Bawono, dkk (2006), mengharapkan dengan adanya PPAk dapat meningkatkan kualitas pendidikan khususnya akuntansi. Pendidikan akuntansi selayaknya diarahkan untuk memberi pemahaman konseptual yang didasarkan pada penalaran sehingga ketika akhirnya masuk ke dalam dunia praktik dapat beradaptasi dengan keadaan sebenarnya dan memiliki resistance to change yang rendah terhadap gagasan perubahan atau pembaruan yang menyngkut profesinya tersebut.
2.2
Tinjauan Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh berbagai penulis
merupakan pengembangan, baik dari variabel maupun pengambilan sampel yang digunakan sehingga dalam hasil penelitian yang dilakukan pun memiliki ragam yang berbeda dan tentunya dapat dijadikan sebagai pedoman dan dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut:
21 2.2.1 Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan 2006 untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Panggabean dan Kusumaningsih) Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Panggabean dan Kusumaningsih (2011) bertujuan untuk mengetahui apakah motivasi (kualitas, karir, ekonomi) mempengaruhi minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk. Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa akuntansi dan program ganda yang ada di Universitas Bina Nusantara. Data penelitian yang digunakan berupa data primer dan data sekunder dimana data primer tersebut diperoleh berdasarkan kuesioner sedangkan untuk data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan atau data literatur. Selain itu, data instrumen dalam kuesioner diuji kualitasnya dengan uji validitas dan reabilitas, setelah itu dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian Panggabean dan Kusumaningsih ini menghasilkan kesimpulan variabel motivasi kualitas dan karir mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk, sedangkan untuk motivasi ekonomi tidak signifikan mempengaruhi minat untuk mengikuti PPAk.
2.2.2 Determinan Minat Mahasiswa Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) : Studi Empiris Pada Calon Mahasiswa PPAk di Universitas Brawijaya (Apriani) Penelitian yang dilakukan oleh Apriani (2014) untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh motivasi kualitas, motivasi karir, motivasi ekonomi, biaya pendidikan dan lama pendidikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Metode penelitian ini menggunakan metode sampling pada mahasiswa akuntansi Universitas Brawijaya, dan dianalisis dengan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kualitas, motivasi karir, motivasi ekonomi, biaya pendidikan dan lama pendidikan secara simultan mempengaruhi minat mahasiswa mengikuti PPAk secara signifikan. Secara parsial, motivasi kualitas dan biaya pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk, motivasi ekonomi berpengaruh positif terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk, sedangkan motivasi karir dan lama
22 pendidikan tidak berpengaruh positif terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk.
2.2.3 Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan UU No.5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (Kusumastuti dan Waluyo) Penelitian yang dilakukan Kusumastuti dan Waluyo (2013) ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Undang-Undang No.5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Mengikuti Pendidikan
Profesi
Akuntansi.
Pemilihan
sampel
menggunakan
metode
proportionate stratified sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji linieritas dan uji heteroskedastisitas. Analisis data
untuk menguji hipotesis adalah dengan
menggunakan teknik analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Mengikuti PPAk, motivasi mengikuti USAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Mengikuti PPAk, motivasi kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Mengikuti PPAk, motivasi ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Mengikuti PPAk, pengetahuan UU no.5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Mengikuti PPAk, dan secara simultan motivasi karir, motivasi mengikuti USAP, motivasi kualitas, motivasi ekonomi, pengetahuan Undang-Undang No.5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik berpengaruh positif terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Mengikuti PPAk.
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) di Surakarta (Nisa) Penelitian yang dilakukan Nisa (2012) ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi karir, motivasi ekonomi, motivasi kualitas, motivasi sosial dan persepsi terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Penelitian ini merupakan survei yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi program studi Akuntansi pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi
23 program studi Akuntansi pada PTN dan PTS di Surakarta yang telah menempuh mata kuliah auditing dengan pertimbangan bahwa mahasiswa tersebut sudah mampu merencanakan karir ke depan setelah lulus dari Fakultas Ekonomi program studi Akuntansi. Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling yaitu pengambilan sampel secara kebetulan yang ditemui oleh peneliti dengan sampel 68 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan metode kuesioner yang diberikan secara langsung kepada mahasiswa Fakultas Ekonomi program studi Akuntansi pada PTN dan PTS di Surakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi pustaka. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa motivasi karir berpengaruh terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), motivasi ekonomi berpengaruh terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), motivasi kualitas berpengaruh terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), motivasi sosial berpengaruh terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), dan persepsi berpengaruh terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
2.2.5 Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Swasta Medan) (Nurhayani) Penelitian yang dilakukan Nurhayani (2012) ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi sosial, motivasi karir, dan motivasi ekonomi terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi dari tujuh perguruan tinggi swasta di Medan yang terakreditasi B berjumlah 280 mahasiswa, dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling selanjutnya terpilih sampel sebanyak 269 mahasiswa dengan tingkat kepercayaan yang diambil sebesar 95%. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan motivasi sosial, motivasi karir dan motivasi ekonomi berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
24 Sedangkan secara parsial motivasi sosial, motivasi karir dan motivasi ekonomi berpengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
2.2.6 Pengaruh Motivasi Kualitas, Karir, Ekonomi, dan Penghargaan Terhadap Minat Mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Untuk Mengikuti PPAk di Universitas Brawijaya (Putra dan Herawati) Penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Herawati (2015) ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh motivasi kualitas, karir, ekonomi, dan penghargaan/pengakuan terhadap minat mahasiswa Program Pendidikan Akuntansi (PPAk) untuk mengikuti PPAk di Universitas Brawijaya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Data primer yang digunakan adalah melalui keusioner yang diperoleh dari 69 responden, para mahasiswa PPAk Universitas Brawijaya aktif per Maret 2013. Pengujian menggunakan analisis regresi berganda, dengan dibantu aplikasi SPSS 17. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa motivasi kualitas dan motivasi karir merupakan faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa PPAk untuk mengikuti PPAk di Universitas Brawijaya. Mahasiswa PPAk berminat untuk mengikuti PPAk di Universitas Brawijaya dengan motivasi untuk meningkatkan kualitas dalam bidang akuntansi dan mendapatkan karir yang baik dengan bekal kualitas yang dimilikinya. Berbeda dengan motivasi kualitas dan karir, motivasi ekonomi dan penghargaan terbukti bukan merupakan faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa PPAk untuk mengikuti PPAk di Universitas Brawijaya. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa PPAk berminat untuk mengikuti PPAk di Universitas Brawijaya dengan motivasi untuk mengembangkan diri mereka daripada hanya untuk mendapatkan manfaat ekonomis maupun pengakuan dari masyarakat luas.
2.2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi UMS dan UMY) (Nugroho) Penelitian yang dilakukan Nugroho (2014) ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk pada Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Faktor-faktor yang diuji dalam penulisan ini yaitu motivasi sosial,
25 motivasi karir, motivasi ekonomi, motivasi gelar, motivasi mengikuti USAP, motivasi menuntut ilmu, kualitas, lama pendidikan, biaya pendidikan dan kompetensi. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi S1 UMS sejumlah 671 dan mahasiswa akuntansi S1 UMY sejumlah 609. Dengan jumlah sampel 192 responden, masingmasing populasi dibagi 96 kuesioner untuk mahasiswa UMS dan 96 kuesioner untuk mahasiswa UMY. Total kuesioner yang kembali sejumlah 161 kuesioner. Metode pengumpulan sampel menggunakan teknik convenience sampling. Alat analisis yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi dan kualitas berpengaruh terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk. Sedangkan motivasi sosial, motivasi karir, motivasi ekonomi, motivasi gelar, motivasi mengikuti USAP, motivasi menuntut ilmu, lama pendidikan, dan biaya pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi mengikuti PPAk.
2.2.8 Motivation and Distraction Factors Associated with Student Performance in Intermediate Accounting: An Empirical Investigation (Mostafa M. Maksy) Penelitian yang dilakukan MM. Maksy (2012) ini mengenai faktor motivasi dan faktor hambatan yang berhubungan dengan performa mahasiswa dalam akuntansi lanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan tidak mempengaruhi performa mahasiswa, dan menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi performa mahasiswa dan sebaliknya. Penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner di universitas yang terletak di salah satu kota besar di Amerika Serikat. Metode yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah one-way analysis of variance (ANOVA), regression statistical models, dan korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa mahasiswa dalam akuntansi lanjutan I dan IPK merupakan faktor penentu yang kuat dalam performa mahasiswa dalam akuntansi lanjutan II, bahwa mahasiswa yang sebelumnya bernilai tinggi akan berakhir dengan grade yang tinggi pada akuntansi lanjutan II, begitu juga sebaliknya.
26 2.2.9 Factors Associated with Student Performance in Intermediate Accounting: A Comparative Study at Commuter and Residential Schools (Mostafa M. Maksy) Penelitian yang dilakukan oleh MM. Maksy (2014) ini meneliti tentang faktor-faktor yang terhubung dengan performa mahasiswa pada akuntansi lanjutan. Tujuan utama penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor motivasi yang berupa grade yang ingin didapatkan mahasiswa pada mata kuliah tersebut, minat mahasiswa untuk mengikuti ujian CPA (Certified Public Accountant),
dan
minat
mahasiswa
untuk
mengikuti
sekolah
pascasarjana, serta performa mahasiswa pada mata kuliah akuntansi lanjutan II pada commuter school dan residential school. 2. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang menimbulkan gangguan/distraksi, yaitu jam kerja mahasiswa dalam satu minggu, jenis pekerjaan mahasiswa yang tidak berhubungan dengan akuntansi ataupun bisnis, dan jumlah mata kuliah yang mahasiswa ambil per semester, serta performa mahasiswa. 3. Untuk meneliti apakah siswa membuat evaluasi yang cukup akurat tentang kemampuan menulis mereka, matematika, membaca, dan kemampuan mendengarkan mereka. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner pada mahasiswa yang sedang mengikuti mata kuliah akuntansi lanjutan II pada commuter school dan residential school. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah One-Way Analysis of Variance (ANOVA), analisis regresi, Spearman correlations nonparametric test, dan Pearson correlations test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pada commuter school lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras dan mendapatkan nilai yang tinggi pada mata kuliah akuntansi lanjutan II daripada residential school.
2.2.10 Revisiting the Determinants of Students' Performance in an Undergraduate Accountancy Degree Programme in Singapore (Seow, dkk) Penelitian yang dilakukan Seow, dkk (2014) ini membahas tentang deterninan performa mahasiswa dalam program gelar sarjana akuntansi, yang bertujuan untuk untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi akademik yang berhasil, baik dalam modul akuntansi entry-level atau lebih
27 dari program gelar seluruh akuntansi. Perolehan data kinerja mahasiswa pada seluruh program gelar akuntansi didapat dari records database mahasiswa. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu Spearman correlation dan regresi analisis. Hasil dari penelitian ini memberikan bukti bahwa prestasi akademik sebelumnya, wawancara masuk, critical thinking, kecakapan matematika, dan gender berpengaruh terhadap keberhasilan performa akademik seluruh program sarjana gelar akuntansi di sebuah universitas di Singapura.
2.3 Pengembangan Hipotesis 2.3.1 Perumusan Hipotesis Motivasi karir merupakan suatu dorongan dalam diri individual untuk mencapai suatu posisi atau jabatan karir tertentu yang lebih baik. Widyawati, dkk (2004) dalam Nisa (2012) menyatakan motivasi karir dapat diukur dengan mengetahui seberapa besar keinginan seseorang dalam meningkatkan karirnya yaitu memperoleh kesempatan promosi jabatan, pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang, mendapat perlakuan profesional, mendapatkan pengetahuan berkaitan dengan pertanggungjawaban dalam bekerja, meningkatkan kemampuan berprestasi, mampu melaksanakan beban pekerjaan dengan baik dan mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan dunia pekerjaannya. Selain itu, sekarang sudah banyak lulusan S1 akuntansi yang belum mendapat pekerjaan sehingga menurut Apriani (2014) meningkatkan gelar adalah salah satu cara agar dapat bersaing di dunia kerja dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan. Kusumastuti dan Waluyo (2013) berpendapat bahwa sebagai sebuah pendidikan profesi, PPAk dapat memberikan kontribusi positif untuk mahasiswa yang ingin mengembangkan kemampuan & keahliannya di bidang akuntansi. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diajukan hipotesis alternatif sebagai berikut: H1: Motivasi Karir Mempengaruhi Minat Mahasiswa untuk Mengikuti PPAk Salah satu bentuk motivasi ekonomi adalah pemberian penghargaan finansial atas hasil kerja seseorang. Penghargaan finansial merupakan salah satu usaha untuk dapat mengarahkan tindakan seseorang terhadap pencapaian tujuan perusahaan, maka manajemen perusahaan memberikan balas jasa atau reward dalam berbagai bentuk, termasuk di dalamnya financial reward. Carpenter dan Strawser (1970)
28 dalam Nisa (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui kriteria mahasiswa jurusan akuntansi pada tingkat akhir di Pennsylvania State University dalam memilih karir. Hasil penulisan tersebut menunjukkan bahwa sifat pekerjaan, kesempatan promosi, dan gaji awal merupakan tiga karakter terpenting dalam pemilihan karir di antara sebelas faktor pekerjaan. Penelitian lain yang dilakukan Fitria (2004) dalam Nisa (2012) menyatakan bahwa berkarier di Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan suatu karier yang memberikan penghargaan secara finansial dan pengalaman bekerja yang bervariasi. Wijayanti, (2000) dalam Nisa (2012) yang menyatakan bahwa salah satu harapan mahasiswa akuntansi yang memilih karier sebagai akuntan publik yaitu gaji awal yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas mengenai penghargaan finansial dari pekerjaan maka dapat diajukan hipotesis alternatif sebagai berikut: H2: Motivasi Ekonomi Mempengaruhi Minat Mahasiswa untuk Mengikuti PPAk Apriani (2014) menyatakan kualitas seseorang dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh tingkat pendidikannya termasuk pendidikan berkelanjutan terstruktur maupun mandiri.Pendidikan akuntansi yang berkelanjutan dapat ditempuh dalam Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Dengan PPAk, seorang akuntan
dapat
mencapai
dan
meningkatkan
kualitas,
kompetensi,
serta
profesionalismenya. Menurut Apriani (2014) hal ini sesuai dengan tujuan diselenggarakannya PPAk yaitu menghasilkan lulusan yang menguasai keahlian dibidang akuntansi, dengan mengikuti PPAk mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai akuntansi dan peraturan akuntansi terkini sehingga kualitas pengetahuan mahasiswa akan semakin tinggi sehingga dapat menjadi akuntan yang potensial. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diajukan hipotesis alternatif sebagai berikut: H3: Motivasi Kualitas Mempengaruhi Minat Mahasiswa untuk Mengikuti PPAk Nisa (2012) mengartikan motivasi sosial sebagai suatu dorongan seseorang untuk melakukan perbuatan dengan tujuan/bernilai sosial, memperoleh pengakuan maupun penghargaan dari lingkungan dimana seseorang berada. Martameh (1982) dalam Nurhayani (2012) menyatakan motivasi sosial adalah motivasi yang mendasari aktivitas yang dilakukan individu dalam reaksinya terhadap orang lain, jika ia dalam membuat pilihan memperhitungkan akibatnya bagi orang lain.
29 Hasil penelitian Amir Mahmud (2008) dalam Nisa (2012) menyatakan bahwa minat mengikuti PPAk dalam penelitian juga didorong oleh motivasi sosial. Temuan ini menunjukkan bahwa dengan mengikuti PPAk, maka akan muncul kebanggaan dan prestise dalam diri mahasiswa. Mereka beranggapan bahwa dengan menyandang gelar akuntan, maka harga diri di hadapan orang lain akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diajukan hipotesis alternatif sebagai berikut: H4: Motivasi Sosial Mempengaruhi Minat Mahasiswa untuk Mengikuti PPAk
2.3.2 Model Penelitian Gambar 2.1 menunjukkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini :
Motivasi Karir X1
Motivasi Ekonomi X2
Minat Mengikuti PPAk Y
Motivasi Kualitas X3
Motivasi Sosial X4 Variabel Independen
Variabel Dependen Gambar 2.1 Model Pemikiran
30