BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1
Kerangka Teori dan Literatur Dalam penelitian ini, terkait dengan beberapa referensi dari para ahli dan
penelitian sebelumnya mengenai beberapa teori yang digunakan sebagai dasar acuan penelitian. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai kerangka teori dan literatur dalam penelitian ini.
2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan suatu penentuan ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Nainggolan dalam Wiagustini (2010), kinerja keuangan menjadi salah satu aspek penilaian yang fundamental untuk menilai kondisi yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Fahmi (2011 : 2), “Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.”
2.2
Investasi Menurut Azis, Mintartim dan Nadir (2015 : 234), investasi adalah “sejumlah
dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.” Sedangkan menurut Hidayat (2011), investasi adalah “salah satu cara yang digunakan untuk mengembangkan harta kekayaan secara produktif.” Menurut Tandelilin (2010 : 2), “Pengertian investasi adalah komitmen atau sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.” Menurut Sunariyah (2010 : 4), “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.” Berdasarkan beberapa definisi dari ahli tersebut penulis menyimpulkan bahwa investasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara menempatkan dana kepada suatu aset dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang selama periode waktu tertentu. 13
14 2.2.1 Jenis-jenis Investasi Menurut Azis, Mintartim dan Nadir (2015 : 235) jenis-jenis investasi yang umum ada di lingkungan masyarakat yaitu: 1) Investasi Kekayaan Riil (real property) Investasi yang dilakukan pada aset yang tampak secara nyata seperti tanah, bangunan dan yang secara permanen melekat pada tanah, bangunan, dan yang secara permanen melekat pada tanah termasuk apartemen ruko, kondominium dan sebagainya. 2) Investasi Kekayaan Pribadi yang Tampak (tangible personal property) Investasi yang dilakukan pada benda seperti emas, berlian, barang antik dan termasuk benda-benda seni seperti lukisan dan lain-lain. 3) Investasi Keuangan (financial investment) Investasi yang dilakukan pada surat berharga baik yanga ada di pasar uang (money market) seperti deposito, SBI, SBPU maupun surat berharga di pasar modal (capital market) seperti saham, obligasi, dan berbagai bentuk surat berharga pasar modal lainnya. 4) Investasi Komoditas (commodity investment) Investasi yang dilakukan pada komoditas dalam artian barang seperti kopi, kelapa sawit dan lain-lain. Investasi pada sektor ini disebut sebagai perdagangan berjangka.
2.2.2 Tujuan Investasi Tujuan dari dilakukannya investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dari investor yang melakukan investasi. Menurut Tandelilin (2010 : 7), “Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang.” Dalam melakukan investasi setiap orang mempunyai tujuan yang berbeda, tapi pada dasarnya tujuan investasi adalah untuk memberikan keuntungan dari uang yang diinvestasikan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan investor itu sendiri. Tujuan investor menurut Tandelin (2010 : 8) adalah: 1) Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa yang akan datang. Seorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
15 mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pegaruh inflasi. 3) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
2.3
Pasar Modal
2.3.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995
dalam situs
www.idx.co.id mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.” Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2010 : 1) menyatakan bahwa pasar modal merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan investasi. Disisi lain definisi pasar modal menurut Tandelilin (2010 : 26) adalah: “Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.” Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa pasar modal adalah sarana bagi investor dan emiten untuk memperjualbelikan berbagai macam instrumen keuangan.
2.3.2
Instrumen Pasar Modal Menurut Hariyani dan Purnomo (2010 : 197) instrumen yang diperdagangkan
di Indonesia adalah efek atau surat berharga yang terbagi dalam lima kelompok besar yaitu:
16 1) Efek bersifat ekuitas (contoh: saham) 2) Efek bersifat utang (contoh: obligasi) 3) Produk derivatif (contoh: waran, right,opsi) 4) Produk reksadana 5) Produk pasar modal syariah Tandelilin (2010 : 30) menguraikan instrumen pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak dikenal dengan sebutan sekuritas. Sekuritas (securities), atau juga disebut efek atau surat berharga, yang merupakan aset finansial (financial asset) yang menyatakan klaim keuangan. Pasar uang menurut Tandelilin (2010 : 30), adalah ”Pasar yang memperjualbelikan sekuritas dalam jangka waktu yang pendek, baik yang dikeluarkan oleh bank, perusahaan, maupun pemerintah.” Sedangkan “Pasar modal (capital market) pada prinsipnya merupakan pasar untuk sekuritas jangka panjang baik berbentuk utang maupun ekuitas (modal sendiri) serta berbagai produk turunannya.” Di pasar uang, sekuritas yang diperjualbelikan antara lain adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat berharga pasar uang, commercial paper, promissory note, call money, repurchase agreement, banker’s acceptance, surat perbendaharaan negara. Adapun berbagai sekuritas jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal antara lain adalah saham biasa dan saham preferen, obligasi perusahaan dan obligasi konversi, obligasi negara, bukti right, waran, kontrak opsi, kontrak berjangka, dan reksa dana.
2.3.3 Peran dan Manfaat Pasar Modal Menurut Hariyani dan Purnomo (2010 : 11) pasar modal memiliki empat peran yaitu sebagai berikut: 1) Pasar modal berperan mempertemukan pihak penjual efek (pihak yang membutuhkan dana untuk modal usaha, yaitu perusahaan emiten) dengan pihak pembeli efek (pihak yang menawarkan dana, yaitu masyarakat atau investor). 2) Pasar modal berperan sebagai lembaga penghubung dalam pengalokasian dana masyarakat secara efisien, transparan, dan akuntabel. 3) Pasar modal berperan menyediakan berbagai macam instrumen investasi yang dapat memungkinkan adanya diversifikasi portofolio investasi.
17 4) Pasar modal berperan mengajak masyarakat atau investor (selain pendiri perusahaan) untuk ikut serta memiliki perusahaan publik yang sehat dan berprospek baik. Sedangkan manfaat dari keberadaan pasar modal adalah sebagai berikut menurut Hariyani dan Purnomo (2010 : 12): 1) Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan terciptanya alokasi sumber dana secara optimal. 2) Memberikan wadah investasi bagi investor, sekaligus meungkinkan adanya upaya diversifikasi portofolio investasi. 3) Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai ke lapisan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah. 4) Memberikan kesempatan bagi investor untuk memiliki saham perusahaan yang sehat dan prospektif. 5) Menciptakan iklim usaha yang sehat, terbuka, dan profesional. 6) Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik.
2.4
Saham
2.4.1 Pengertian Saham Menurut situs www.idx.co.id saham adalah tanda penyertaan individual atau badan usaha didalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan memiliki tanda penyertaan modal tersebut, maka pihak yang mempunyai penyertaan memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak untuk hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menurut Fahmi (2012) saham adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan dan kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya, serta persediaan yang siap untuk dijual. Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa saham adalah tanda penyertaan suatu pihak terhadap suatu perusahaan yang berbentuk kertas atau bentuk lainnya yang didalamnya tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, beserta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh pihak pemegang saham.
18 2.4.2 Jenis Saham Menurut pendapat Darmadji dan Fakhruddin (2010 : 6), ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas: 1) Saham Preferen (Preffered Stock) Merupakan bentuk penanaman modal pada suatu perusahaan yang tidak memiliki hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Namun, besarnya dividen telah pasti jumlahnya dan tetap dalam persentase tertentu yang telah ditentukan oleh nilai nominal (par value) serta pembayaran dividen dilakukan terlebih dahulu dari dividen saham biasa. 2) Saham biasa (Common Stock) Merupakan bentuk penyertaan modal (equity investment) kepada perusahaan yang memiliki hak suara dalam RUPS yang tergantung ada besarnya persentase saham yang dimiliki. Penerima dividen dilakukan setelah pembayaran dividen saham preferen dan besarnya tergantung kepada besarnya kepemilikan dan laba rugi yang didapat perusahaan.
2.4.3 Harga Saham Menurut Darmadji dan Fakhrudi (2010 : 102), harga saham merupakan harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham bisa berubah naik ataupun turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Harga saham dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena tergantung dengan permintaan dan penawaran antara pembeli saham dengan penjual saham. Menurut Dongmin Kong dkk dalam Azis, Sri Mintarti, dan Nadir (2015 : 1) harga saham dapat berubah-berubah karena perilaku dari investor yang memperdagangkan harga saham di pasar modal dan karena faktor internal serta eksternal dari perusahaan yang merupakan faktor fundamental yang sering digunakan oleh investor sebagai dasar dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Fluktuasi harga saham terjadi karena informasi yang asimetrik antara penjual, pembeli dan ekspektasi investor terhadap return yang diperoleh, informasi asimetris ini memiliki dampak signifikan dan positif terhadap kepekaan harga saham dalam berinvestasi saham.
19 Menurut Salim (2012:55-56), pergerakan harga saham tersebut setidaknya ada tiga macam yaitu : 1) Bullish, yaitu dimana harga saham naik terus-menerus dari waktu ke waktu. Hal ini bisa terjadi karena berbagi macam sebab, bisa dikarenakan keadaan finansial secara global atau kebijakan manajemen perusahaan. 2) Bearish, yaitu keadaan dimana harga saham turun terus-menurus dan merugikan investor. Investor yang mempunyai saham ini dapat melakukan penjualan di harga rendah dan rugi atau bisa juga melakukan pembelian ulang bila ada informasi akurat harga saham bisa naik di masa depan. 3) Sideways, yaitu keadaan dimana harga saham stabil. Dikatakan stabil karena harga saham hanya sedikit bergerak naik atau turun sehingga membentuk grafik cenderung mendatar dari waktu ke waktu.
2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Fahmi (2014), ada beberapa faktor dan situasi yang menentukan suatu saham itu akan mengalami fluktuasi/ naik dan turun: a. Kondisi Mikro dan Makro ekonomi. b. Keputusan perusahaan untuk ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub brand office) baik yang dibuka di dalam maupun di luar negeri. c. Pergantian direksi secara tiba-tiba. d. Adanya direksi atatu pihak komisaris yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan. e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya. f. Risiko sistematis, yaitu suatu risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan terlibat. g. Efek psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham.
2.4.5 Analisis Saham Terdapat dua metode analisis dalam menganalisis harga saham di masa depan, yaitu:
20 1) Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan hingga berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan. (Darmaji dan Fakhruddin, 2010 : 149). 2) Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk penilaian saham, dimana dengan metode ini para analisis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi. Dengan berbagai grafik yang ada serta pola-pola grafik terbentuk, analisis teknikal mencoba memprediksi arah pergerakan harga saham ke depan. (Darmaji dan Fakhruddin, 2010 : 160).
2.5
Laporan Keuangan
2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki beberapa definisi, berikut merupakan beberapa definisi dari laporan keuangan: 1) Menurut PSAK 1 no: 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. 2) Menurut Brigham (2011 : 56), laporan keuangan menghasilkan informasi yang sangat berguna untuk membantu manajer perusahaan dalam menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan. 3) Menurut Munawir (2010 : 5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah suatu bentuk pertanggungjawaban perusahaan/entitas pada suatu periode dalam menjalankan bisnis kepada para stakeholder dengan mengacu kepada standar yang akuntansi berlaku. Laporan keuangan diperuntukan untuk menilai kinerja perusahaan agar dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan.
21 2.5.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan Mengacu pada pendapat Weygandt, Kimmel dan Kieso (2011 : 21) setiap perusahaan mempersiapkan empat laporan keuangan yang digunakan untuk mencatat data keuangan perusahaan, yaitu: 1) Laporan laba rugi (income statement), menyajikan pendapatan dan beban serta hasil dari keuntungan bersih ataupun kerugian bersih dari suatu perusahaan pada waktu tertentu. 2) Laporan perubahan ekuitas (retained earnings statement), menyajikan perubahan ekuitas pada waktu tertentu. 3) Laporan posisi keuangan (statement of financial position), menyajikan laporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan pada waktu tertentu. 4) Laporan arus kas (statement of cash flows), menyajikan informasi yang tertuju pada kas masuk (penerimaan) dan kas keluar (pengeluaran) pada waktu tertentu.
2.5.3 Pengguna Laporan Keuangan Informasi yang terkandung didalam laporan keuangan dapat bermanfaat bagi para penggunanya untuk menilai prospek bisnis perusahaan dan menilai keadaan dari perusahaan tersebut. Mengacu pada Weygandt, Kieso dan Kimmel (2011 : 6-7) pengguna laporan keuangan terbagi atas: 1) Pihak Internal Yaitu pihak-pihak yang berada dalam ruang lingkup perusahaan yang merencanakan, mengorganisasikan, dan menjalankan bisnis seperti: a) Manajemen Manajemen menggunakan informasi yang berasal dari laporan keuangan untuk mengetahui perkembangan bisnis yang dilakukan dan merencanakan bisnis untuk masa yang akan datang. b) Karyawan Karyawan menggunakan informasi yang berasal dari laporan keuangan untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, pensiun, dan kesempatan kerja.
22 2) Pihak Eksternal Yaitu pihak-pihak yang berada diluar perusahaan seperti: a) Investor Investor menggunakan informasi yang terdapat didalam laporan keuangan untuk membuat keputusan dalam melakukan investasi baik dalam hal membeli, menahan, serta menjual saham suatu perusahaan dengan membandingkan risiko yang ada dengan keuntungan yang akan diperoleh. b) Kreditor (Supplier dan Bank) Kreditor menggunakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan untuk melihat bagaimana risiko dari pengembalian kredit yang diberikan kepada perusahaan, karena kreditor tidak akan
memberikan
pinjaman
kepada
perusahaan
yang
mempunyai kondisi keuangan yang tidak baik. c) Lembaga Perpajakan Lembaga pajak menggunakan informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh suatu perusahaan serta melihat tingkat kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perpajakan. d) Pemerintah Informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan digunakan oleh pemerintah untuk mengetahui tingkat kepatuhan atau ketaatan perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya terhadap peraturan yang berlaku. e) Konsumen Konsumen menggunakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terkait dalam jangka waktu yang lama. f) Serikat Pekerja Informasi yang terdapat di laporan keuangan, digunakan oleh serikat pekerja untuk melihat bagaimana pemberian upah/gaji, pencadangan ana pensiun oleh perusahaan untuk menjamin kesejahteraan pekerjanya.
23 2.6
Analisis Rasio Mengacu pada pendapat Munawir (2010), rasio merupakan suatu hubungan
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
2.6.1 Pengertian Rasio Keuangan Mengacu pada Weygandt, Kieso dan Kimmel (2011 : 667), analisis rasio mengekspresikan hubungan antara item yang dipilih dari data laporan keuangan. Rasio mengekspresikan hubungan matematika antara satu kuantitas dengan kuantitas lainnya. Menurut Brown dan Reilly (2012 : 266), rasio dimaksudkan untuk menyediakan hubungan antara nilai individu dengan individu lainnya dari laporan keuangan. Sedangkan menurut Kasmir (2010 : 93), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya sesuai dengan kebutuhan yang ada.
2.6.2 Penggolongan Rasio Keuangan Menurut Ross, Westerfield, Jordan, Lim, dan Tan (2012 :56), secara tradisional rasio keuangan dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu: 1) Short-term solvency, or liquidity, measures yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. 2) Long-term solvency, or financial leverage, ratios yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan jangka panjang perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. 3) Asset management, or turnover, ratios yang merupakan rasio untuk mengukur seberapa efisien atau intensif perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. 4) Profitability ratios yang merupakan rasio untuk mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan aset dan mengatur operasinya. 5) Market value ratios.
24 2.6.3 Solvabilitas 2.6.3.1 Pengertian Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban perusahaan yang meliputi utang jangka pendek dan utang jangka panjang, baik perusahaan masih berjalan maupun dalam keadaan dilikuidasi (Sunyoto, 2014:101) Menurut Harahap (2010 : 303) menyatakan “Rasio Solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibankewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.”
2.6.3.2 Debt To Equity Ratio Menurut Kasmir (2012 : 158) debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio DER menggambarkan seberapa besar perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang dan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Sedangkan menurut Gitman dan Zutter (2015 : 126) DER merupakan rasio untuk mengukur proporsi dari kewajiban dan ekuitas dalam membiayai aset perusahaan. Adapun rumus untuk menghitung DER adalah sebagai berikut: Debt To Equity Ratio (DER) = Total Debt Total Equity
2.6.4 Profitabilitas 2.6.4.1 Pengertian Profitabilitas Berikut merupakan beberapa pengertian profitabilitas menurut beberapa ahli: 1) Rasio profitabilitas mengukur pendapatan atau keberhasilan operasi suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu (Weygandt, 2014). 2) Menurut Gitman dan Zetter (2015), profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan
dalam
memperoleh
laba
dalam
hubungannya dengan tingkat penjualan, total aset, ataupun modal sendiri. 3) Pandia (2012 : 64) mendefenisikan rasio profitabilitas adalah alat ukur yang digunakan dalam mengukur efektivitas perusahaan untuk memperoleh laba.
25 2.6.4.2 Return On Assets Menurut Gitman dan Zutter (2015 : 130), Return On Assets mengukur keefektifan secara keseluruhan dari manajemen dalam menghasilkan laba dengan menggunakan asset yang ada. Sedangkan menurut Ross, Westerfield, Jordan, Lim dan Tan (2012 : 64), Return on Assets mengukur keuntungan per dollar dari asset. Adapun rumus dalam menghitung return on asset adalah: Return On Asset (ROA) = Earnings available for common stockholders Total asset
2.6.4.3 Earnings Per Share Menurut Gitman dan Zutter (2015 : 130), Earnings Per Share merepresentasikan jumlah uang (dollars) yang didapatkan per jumlah saham biasa yang beredar pada periode tertentu. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:674), earnings per share merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih yang diperoleh dari setiap saham biasa. Adapun rumus dari EPS adalah: Earnings Per Share (EPS) = Earnings available for common stockholders Number of shares common stock outstanding
2.6.5 Rasio Pasar Menurut Gitman (2015 : 131), rasio pasar berhubungan dengan nilai pasar perusahaan yang dapat diukur dengan harga pasar saham. Rasio pasar memberikan wawasan untuk bagaimana investor di dalam pasar modal melihat risiko dan return dalam berinvestasi.
2.6.5.1 Price Earnings Ratio Menurut Gitman (2015 : 131), price earnings ratio biasanya digunakan untuk menilai nilai saham dari pemilik saham. Price earnings ratio mengukur jumlah yang akan dibayar untuk setiap dollar dari earnings perusahaan. Semakin tinggi price earnings ratio, maka akan semakin besar kepercayaan dari investor. Adapun rumus dari price earnings ratio adalah: Price Earnings Ratio (PER) = Market price per share of common stock Earnings per share
26 2.7
Pengembangan Hipotesis
2.7.1 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham Menurut Kasmir (2012 : 158) debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai rasio antara hutang dengan ekuitas. Rasio DER menggambarkan seberapa besar perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang dan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi rasio DER, menunjukan semakin besarnya perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Semakin tinggi DER akan berpengaruh terhadap penurunan harga saham (berpengaruh negatif) karena perusahaan yang menggunakan banyak hutang akan mebuat para pemegang saham memiliki risiko yang lebih tinggi (Brigham dan Houston, 2011). Namun teori ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekawati (2013) dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Ekawati menunjukan bahwa DER berpengaruh positif terhadap harga saham. H1
: Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga saham.
2.7.2 Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Harga Saham Menurut Gitman dan Zutter (2015 : 130), Return On Assets mengukur keefektifan secara keseluruhan dari manajemen dalam menghasilkan laba dengan menggunakan asset yang ada. Sedangkan menurut Tandelilin (2010: 372) Return On Asset menggambaran sejauh mana kemampuan asset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai ROA, dapat diartikan bahwa perusahaan telah efisien dalam menciptakan laba dengan memanfaatkan semua aset yang dimilikinya, semakin tinggi angka laba perusahaan maka dapat mempengaruhi sudut pandang investor dan investor akan menanamkan modalnya, kemudian akan memberi pengaruh meningkatkan harga saham. Pernyataan juga didukung oleh penelitian Thim, Choong, dan Asri (2012) dengan hasil bahwa return on asset mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap harga saham. H2 saham.
: Return On Assets mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga
27 2.7.3 Pengaruh Earnings Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Menurut Fahmi (2012 : 96) EPS adalah bentuk dari pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Dengan menggunakan rasio EPS maka dapar diketahui seberapa besar keuntungan per lembar saham yang dihasilkan oleh perusahaan. Rasio EPS yang terus meningkat menggambarkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga menarik investor untuk membeli saham dan membuat permintaan pembelian dari saham naik. Permintaan pembelian saham yang naik ini akan membuat harga dari saham perusahaan pun akan naik. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2015) dimana EPS mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham. H3
: Earnings Per Share mempunyai pengaruh secara parsial terhadap
harga saham.
2.7.4 Pengaruh Price Earnings Ratio (PER) terhadap Harga Saham Menurut Gitman (2015 : 131), semakin tingginya PER akan membuat kepercayaan dari investor semakin tinggi sehingga akan membuat investor lebih cenderung untuk berani membeli saham yang memiliki rasio PER tinggi. Karena lebih banyaknya investor yang membeli saham dengan rasio PER tinggi, maka dapat disimpulkan harga saham yang memiliki PER tinggi pun akan naik. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sharif, Purohit, dan Pillai (2015) dimana PER mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham. H4
: Price Earnings Ratio mempunyai pengaruh secara parsial terhadap
harga saham.
2.7.5 Pengaruh DER, ROA, EPS, dan PER terhadap Harga Saham Pratiwi (2015) meneliti tentang pengaruh dari current ratio, debt to equity ratio, dan return on assets terhadap harga saham perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi tersebut menunjukan bahwa secara simultan variabel current ratio, debt to equity ratio, dan return on assets berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Al Hamzah (2015) tentang pengaruh laba akuntansi, return on assets return on equity dan leverage terhadap harga saham perusahaan bank, property dan real estate yang
28 terdaftar di BEI periode 2011-2013 menunjukan bahwa keempat variabel independen tersebut berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa debt to equity ratio, return on assets, earnings per share, dan price earnings ratio berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. H5
: DER, ROA, EPS, dan PER mempunyai pengaruh secara simultan terhadap harga saham
2.8
Kerangka Pemikiran Penelitian ini menggunakan empat variabel sebagai variabel independen,
yaitu debt to equity ratio (DER), return on assets (ROA), earnings per share (EPS), dan price earnings ratio (PER). Dalam penelitian ini, model kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Debt to Equity Ratio (DER) H1
Return On Assets (ROA)
Harga Saham Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate Periode 2013-2014
H2
H3
Earnings Per Share (EPS)
H4
Price Earnings Ratio (PER) Variabel independen terdiri dari debt to equity ratio (DER), return on assets (ROA), earnings per share (EPS), dan price earnings ratio (PER). Sedangkan variabel dependen terdiri dari harga saham.