BAB 2 TINJAUAN TEORETIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1
Sejarah SAK ETAP Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, telah
menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK-ETAP)
atau
The
Indonesian
Accounting
Standards
for
Non-Publicly-Accountable Entities, dan telah disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 19 Mei 2009. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) sendiri beranggotakan 17 orang mewakili, antara lain : Akuntan Publik, Akademisi, Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan Manajemen. Alasan IAI menerbitkan standar ini adalah untuk mempermudah perusahaan kecil dan menengah (UKM) dalam menyusun laporan keuangan mereka. Dimana apabila standar ini tidak diterbitkan mereka juga harus mengikuti SAK baru (yang merupakan SAK yang sedang dalam tahap pengadopsian IFRS – konvergensi penuh tahun 2012) dalam menyusun laporan keuangan mereka. SAK berbasis IFRS ini relatif lebih kompleks dan sangat mahal bagi perusahaan kecil dan menengah untuk menerapkannya. SAK-ETAP mengadopsi sebagian IFRS
(International Financial
Reporting Standards) untuk usaha kecil-menengah (IFRS for Small-Medium-sized Entities/SMEs). Penetapan ini sehingga berdampak dikenalnya empat pilar akuntansi di Indonesia :
6
1.
Standar Akuntansi Keuangan yang diadaptasi IFRS
2.
SAK-ETAP
3.
Standar Akuntansi Syari’ah
4.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), PP 24 tahun 2005 yang direvisi dalam PP 71 tahun 2010 berbasis akrual Dalam definisi IFRS Small and Medium Entities atau Usaha Kecil
Menengah
(SMEs)
menurut
IFRS
(International
Financial
Reporting
Standards) diartikan sebagai berikut : a. Perusahaan kecil dan menengah adalah perusahaan yang tidak memiliki akuntabilitas publik, dan b. Menerbitkan laporan keuangan tujuan umum untuk pengguna eksternal, contoh pengguna eksternal termasuk pemilik yang tidak terlibat dalam pengelolaan bisnis, dan potensi yang ada kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. SAK ETAP ini berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011 namun penerapan dini diperkenankan. Jika SAK ETAP diterapkan dini, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010. Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektif, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat mata dapat dilihat dari
7
ketebalan SAK-ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan menyajikan 182 halaman dan 30 bab. 2.1.2
Definisi Akuntansi Definisi resmi yang mula-mula diajukan adalah definisi yang termuat
dalam Accounting Terminology Bulletin No. 1 yang diterbitkan oleh Accounting Principles Board (APB), yaitu suatu komite penyusun prinsip akuntansi yang dibentuk oleh American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Komite tersebut mendefinisikan akuntansi sebagai berikut : “Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dan cara yang berdaya guna dalam bentuk satuan uang, dan penginterprestasian hasil proses tersebut”. Suwardjono (1989:3) menyatakan bahwa pengertian seni dalam definisi dimaksudkan bahwa akuntansi bukan merupakan ilmu pengetahuan eksakta (science) karena dalam proses akuntansi banyak terlibat unsur kebijaksanaan (judgment). Jadi, seni disini lebih mempunyai konotasi seluk beluk atau tata cara sesuai kebutuhan dan bukan suatu ilmu pasti. Komite tersebut kemudian mengajukan revisi definisi akuntansi sebagai berikut : “Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan dan fungsi yang berhubungan dengan masalah pengadaan, pengabsahan, pencatatan, pengklasifian, pemrosesan, peringkasan, penganalisaan, penginterprestasian, dan penyajian secara sistematik informasi yang dapat dipercaya dan berdaya guna tentang transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan yang diperlukan untuk dasar penyusunan laporan yang harus disampaikan untuk memenuhi pertanggungjawaban pengurusan keuangan dan lainnya”. Kemudian definisi akuntansi menjadi lebih luas lagi sebagaimana
8
termuat dalam Statements of Accounting Principles Boards No. 4 1970 sebagai berikut : “Akuntansi adalah kegiatan atau fungsi penyediaan jasa”. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif tentang unit-unit usaha ekonomik, terutama yang bersifat keuangan yang diperkirakan bermanfaat dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomik (AICPA, dalam Suwardjono, 1989:3). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan akuntansi tidak berfokus pada pengolahan informasi tetapi lebih kepada masalah informasi apa yang diperlukan untuk menunjang dalam pengambilan keputusan ekonomik bagi pihak yang berkepentingan atas informasi tersebut. 2.1.3
Struktur Teori Akuntansi Struktur Teori Akuntansi menurut Belkaoui (2000:170) terdiri dari
beberapa elemen-elemen sebagai berikut : a. Pernyataan tujuan laporan keuangan. b. Pernyataan postulate dan konsep teoritis yang terkait dengan asumsi-asumsi lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulate dan konsep teoritis diturunkan dari pernyataan tujuan. c. Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulate dan konsep teoritis. d. Batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi. Sebagai gambaran elemen struktur teori akuntansi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
9
Tujuan Laporan Keuangan
Konsep Teoritis Akuntansi
Postulat Akuntansi
Prinsip – Prinsip Akuntansi
Teknik – Teknik Akuntansi
Gambar 1 Element Struktur Teori Akuntansi Sumber : Berkaoui, 2000:171
Definisi penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut : 1. Postulat Akuntansi, adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan, menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosial, dan hukum tempat akuntansi beroperasi. 2. Konsep Teoritis Akuntansi, adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan yang menggambarkan entitas akuntansi yang beroperasi dalam ekonomi bebas yang dikarakteristikkan oleh kepemilikan pribadi atas
10
karyawan. 3. Prinsip Akuntansi, adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan dan konsep teoritis akuntansi yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi. 4. Teknik Akuntansi, adalah aturan spesifik yang diturunkan dari prinsip akuntansi untuk memperlakukan transaksi atau peristiwa tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi. 2.1.4
Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan (Baridwan, 1992:17). Sedangkan menurut Harahap (2001:201) laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP, 2009:17) adalah : Laporan keuangan entitas meliputi Neraca, Laporan laba rugi, Laporan perubahan entitas, Laporan arus kas dan Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasannya. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan maupun pihak di luar perusahaan, juga sebagai informasi bagi para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan.
11
b. Unsur – Unsur Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan dampak keuntungan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas. Sedang unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laba rugi adalah penghasilan dan beban. Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan didefinisikan sebagai berikut : 1. Aktiva, adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan dapat diharapkan akan diperoleh perusahaan. 2. Kewajiban, merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan darimana manfaat ekonomi di masa depan dapat diharapkan akan diperoleh perusahaan. 3. Ekuitas, adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Sedangkan unsur-unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah : 1. Penghasilan (Income), adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
12
kontribusi penanam modal. 2. Beban (Expenses), adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Penyusunan laporan keuangan meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai arus dana), dan catatan atas laporan keuangan, laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan laporan integral dari laporan keuangan. c. Tujuan Laporan Keuangan Dalam Standar Akuntansi Keuangan dijelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, (IAI, 1999:3). Sedangkan dalam Accounting Principles Boards Statement No. 4 berjudul “Basic Concepts and Accounting Principles Underlying, Financial Statements Business Enterprises” (Harahap, 2001:126) terdapat tiga tujuan laporan keuangan, yaitu : 1.
Tujuan Khusus, adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP (General Accepted Accounting Principle).
2.
Tujuan Umum, adalah untuk memberikan informasi yang terpecaya tentang sumber-sumber ekonomi dan kewajiban dengan maksud : memberikan informasi yang terpecaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari
13
kegiatan usaha dalam mencari laba, memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba, memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban, mengumpulkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan. 3.
Tujuan Kualitatif
a. Relevance (Relevan), adalah memilih informasi yang benar – benar dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan. b. Understandability (Dapat dimengerti), adalah informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus dapat dimengerti para pemakainya. c. Verifying (Daya uji), adalah informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama. Pengukuran tidak sepenuhnya lepas dari pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Hal ini berhubungan dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektif yang semata. d. Neutrally (Netral), adalah netral terhadap pihak – pihak yang berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak – pihak tertentu saja. e. Timeleness (Tepat waktu), adalah Informasi harus disajikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan
ekonomi
dan
pengambilan keputusan tersebut.
14
untuk
menghindari
tertundanya
f. Comparability (Daya Banding) adalah Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan lainnya pada periode yang sama. g. Completeness (Lengkap) Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif di atas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. d. Para Pemakai Laporan Keuangan Pemakai laporan keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan adalah : 1. Investor Penanaman modal beresiko dan penasehat, mereka berkepetingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
15
3. Pemberi Pinjaman Pemberi
pinjaman
tertarik
dengan
informasi
keuangan
yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan Kreditur Usaha Lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5. Pelanggan Para
pelanggan
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
16
7. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang diperkerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 2.1.5
Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan Menurut FASB, definisi pendapatan dijelaskan sebagai berikut : “Pendapatan adalah arus masuk atau penambahan lainnya pada aktiva suatu satuan usaha atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama atau pusat sari satuan usaha yang berkesinambungan”. Pendapatan diukur dengan nilai sekarang dari uang atau ekuivalen uang yang akhirnya diterima menunjukkan bahwa semua retur, potongan penjualan, dan pengurangan lain dari harga yang dikenakan harus dikurangkan dari pendapatan yang dihasilkan dari transaksi-transaksi tertentu. Pengakuan pendapatan baru diakui apabila sampai dihasilkan, direalisasi atau dapat direalisasi. Pendapatan merupakan bagian dari laba, peraturan untuk pengakuan pendapatan adalah bagian dari peraturan untuk pengakuan laba. Karena itu, kunci untuk menentukan kapan laba harus diakui adalah penentuan kapan telah dihasilkan dan direalisasi.
17
b. Komponen Pendapatan Komponen pendapatan dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Pandangan yang luas dan mendalam Dalam Accounting Terminology Bulletin No 2, Belkoui (2000:179) menyatakan : “Pendapatan berasal dari penjualan barang atau pemberian jasa dan diukur dengan beban yang ditanggung pelanggan, klien, atau penyewa barang dan jasa yang disediakan untuk mereka”. Pendataan ini juga meliputi keuntungan dari penjualan atau pertukaran aktiva (selain saham yang diperdagangkan) dan deviden yang diperoleh dari investasi dan peningkatan lain dalam ekuitas pemilik kecuali peningkatan yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal. 2. Pandangan yang lebih sempit Pendapatan
merupakan
kelebihan
atas
kekurangan
pendapatan
dibandingkan dengan beban yang telah terpakai dan keuntungan serta kerugian lain perusahaan yang berasal dari penjualan, pertukaran atau konversi aktiva lainnya. c. Pengukuran Pendapatan Menurut pendapat Ikatan Akuntan Indonesia yang dituangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan dijelaskan bahwa : 1. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. 2. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atas pemakai aktiva tersebut. Jumlah
18
tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi dengan diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Menurut SAK ETAP (2009:114), entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan dan potongan volume. Entitas harus memasukkan dalam pendapatan manfaat ekonomi yang diterima atau masih harus diterima secara bruto. Entitas harus mengeluarkan dari pendapatan sejumlah nilai yang menjadi bagian pihak ketiga seperti pajak penjualan, pajak atas barang dan jasa, dan pajak pertambahan nilai. Dalam hubungan keagenan, entitas memasukkan dalam pendapatan hanya sebesar jumlah komisi. Jumlah yang diperoleh atas nama pihak prinsipal bukan merupakan pendapatan entitas tersebut. Dalam kontrak konstruksi, jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan kontrak dan beban kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi masing-masing sebagai pendapatan dan beban yang disesuaikan dengan tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada akhir periode pelaporan (seringkali dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian). Estimasi hasil yang andal membutuhkan estimasi tingkat penyelesaian, beban masa depan dan kolektabilitas tagihan yang andal.
19
d. Pengakuan Pendapatan Ikatan Akuntan Indonesia menyebutkan tentang pengakuan sebagai berikut : “Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu proses yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca dan laba rugi”. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca ataupun laporan laba rugi. Kelalaian untuk mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan maupun melalui catatan atau materi penjelasan. Pengakuan juga merupakan penentuan suatu transaksi harus dicatat dan untuk itu harus sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2009:19) menyatakan bahwa karakteristik tersebut adalah dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan menyebutkan pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui jika : 1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau kedalam perusahaan, dan 2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Adapun konsep Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi antara lain : a. Konsep matching, untung atau rugi selama jangka waktu tertentu harus ditentukan dengan mencocokkan pendapatan dan keuntungan dengan biaya – biaya dan kerugian yang berhubungan dengan periode atau jangka waktu
20
tersebut, b. Sifat pengukuran mengacu kepada sifat-sifat aset dan kewajiban yang harus diukur untuk tujuan Akuntansi Keuangan. Sifat-sifat yang harus diukur yaitu : 1. Nilai setara kas yang diharapkan atau diperkirakan diperoleh atau dibayarkan, 2. Relevansi aset, kewajiban dan investasi terbatas pada akhir periode akuntansi, 3. Kemampuan asset, kewajiban dan investasi terbatas untuk direvaluasi, 4. Sifat pengukuran alternative tetapi nilai setara kas. e. Prinsip Pengakuan Pendapatan Prinsip pengakuan pendapatan terdapat dua metode, antara lain : 1. Pada saat direalisasi, apabila barang – barang dan jasa – jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas (piutang) dan dapat direalisasikan bila aktiva yang diterima dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui. 2. Pada saat dihasilkan, apabila kesatuan sebagian besar telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan, yakni bila proses mencari laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai. f. Jenis – Jenis Pengakuan Pendapatan Transaksi penjualan produk disusun dengan berkisar topik-topik : 1. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan) Menurut FASB dalam Concepts Statement No. 5, ada dua syarat (sedang direalisasikan atau dapat direalisasikan, sedang dihasilkan untuk mengakui pendapatan biasanya dipenuhi pada saat produk atau barang dagang diserahkan
21
atau jasa-jasa diberikan kepada pelanggan serta pendapatan dari aktivitas pabrik serta penjualan biasanya diakui pada saat penjualan biasanya berarti penyerahan). 2. Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan Terdapat 2 (dua) metode akuntansi yang jelas berbeda untuk kontrak pembangunan jangka panjang yang dikenal oleh profesi akuntansi adalah : a. Metode persentase penyelesaian, pendapatan dan laba kotor diakui pada setiap periode, didasarkan atas kemajuan dalam pembangunan. Biaya pembangunan ditambah laba kotor yang diperoleh diakumulasikan ke dalam perkiraan persediaan (Bangunan Dalam Pelaksanaan) dan kemajuan penagihan diakumulasikan dalam perkiraan lawan persediaan (Penagihan atas Bangunan Dalam Pelaksanaan). Metode ini mengakui pendapatan, beban-beban dan laba kotor dengan terlaksananya kemajuan ke arah penyelesaian kontrak jangka panjang. Menunda pos-pos itu sampai selesainya seluruh kontrak merupakan penyajian usaha-usaha (beban) dan pencapaian (pendapatan) yang salah pada periode
akuntansi
sementara.
Untuk
menerapkan
metode
persentase
penyelesaian, harus dimiliki dasar atau standar untuk mengukur kemajuan penyelesaian pada tanggal sementara tertentu. Salah satu ukuran masukan yang lebih terkenal yang digunakan untuk menentukan kemajuan penyelesaian adalah metode
beban
ke
beban,
persentase
penyelesaian
diukur
dengan
membandingkan beban-beban yang sudah dikeluarkan dengan taksiran jumlah seluruh beban untuk menyelesaikan suatu kontrak seperti yang ditunjukkan dalam rumus :
22
Beban-beban yang dikeluarkan sampai akhir periode berjalan =
Persentase selesai
Taksiran jumlah seluruh beban yang terbaru
Sumber : Kieso dan Weygandt:2001 Persentase yang diperoleh dari perbandingan beban-beban yang dikeluarkan terhadap taksiran jumlah seluruh beban, diterapkan pada jumlah seluruh pendapatan atau taksiran seluruh laba kotor dalam kontrak, untuk mendapatkan jumlah pendapatan atau jumlah laba kotor yang diakui sampai sekarang. Jumlah pendapatan laba kotor yang diakui setiap tahun dihitung dengan rumus berikut : Beban - beban yang dikeluarkan
Jumlah taksiran
sampai saat sekarang
seluruh pendapatan x
Jumlah pendapatan
(atau laba kotor)
(atau laba kotor) - yang diakui pada
Taksiran seluruh beban
Pendapatan periode berjalan (atau laba =
kotor)
periode sebelumnya
Sumber : Kieso dan Weygandt:2001 b. Metode kontrak selesai, pendapatan dan laba kotor diakui hanya pada waktu kontrak diselesaikan. Biaya-biaya pembangunan diakumulasikan ke dalam perkiraan persediaan (Bangunan Dalam Pelaksanaan) dan kemajuan penagihan diakumulasikan dalam perkiraan lawan persediaan (Penagihan atas Bangunan Dalam Pelaksanaan). Sebagai ilustrasi penggunaan kedua metode di atas diberikan contoh sebagai berikut : PT Tina Guna menerima kontrak untuk membangun sebuah kompleks perumahan pada tanggal 1 Pebruari 2005 yang akan diperkirakan akan selesai dalam waktu 2 1/2 tahun dengan harga kontrak sebesar Rp. 30.000.000,-. Data lain yang diketahui adalah sebagai
23
berikut (dalam Rupiah) : 2005
2006
2007
7.000.000
11.000.000
9.300.000
saian (akhir tahun)
20.000.000
9.200.000
-
Uang muka
6.000.000
11.500.000
12.500.000
Beban dikeluarkan Taksiran beban penyele-
Dalam metode ini semua beban yang dikeluarkan untuk pembangunan dicatat dalam rekening bangunan dalam pelaksanaan. Penerimaan uang dari pemesanan dikreditkan ke uang muka pesanan. Setiap akhir periode dilakukan perhitungan laba atau rugi berdasarkan persentase penyelesaian. Taksiran laba dicatat dengan mendebit rekening bangunan dalam pelaksanaan dan mengkredit rekening pengakuan laba kontrak panjang. Dari data di atas, setiap akhir periode diadakan perhitungan laba atau rugi sebagai berikut (dalam Rupiah) : 2005 Harga kontrak
30.000.000
Taksiran beban ; Dikeluarkan tahun 2005 Taksiran biaya penyelesaian
7.000.000 20.000.000 27.000.000
Laba dari pembangunan
3.000.000
24
Taksiran laba untuk tahun 2005 : =
7.000.000 x 3.000.000 = 777.780,27.000.000
2006 Harga kontrak
30.000.000
Taksiran biaya ; Dikeluarkan 2005 & 2006 Taksiran biaya penyelesaian
18.000.000 9.200.000 27.200.000
Laba pembangunan
2.800.000
Taksiran laba untuk tahun 2005 & 2006 : = 18.000.000 x 2.800.000 = 1.852.940,27.200.000 Taksiran laba tahun 2005 & 2006
= 1.852.940
Taksiran laba tahun 2005
=
Taksiran laba tahun 2006
= 1.075.160
25
777.780
2007 Harga kontrak
30.000.000
Jumlah biaya ; Tahun 2005 & 2006
18.000.000
Tahun 2007
9.300.000 27.300.000
Laba dari pembangunan
2.700.000
Laba yang sudah diakui : Tahun 2005
=
777.780
Tahun 2006
= 1.075.160 1.852.940
Taksiran laba tahun 2007
847.060
26
Jurnal untuk mencatat transaksi di atas sebagai berikut :
Transaksi
Kontrak
Persentase
Selesai
Penyelesaian
Rekening
2005
Biaya pembangunan
Bangunan dalam pelaksanaan
7.000.000
Beban, Utang, Kas, dll
Uang muka pesanan
7.000.000
Kas
6.000.000
Uang muka pesanan
Pengakuan laba
7.000.000
6.000.000
6.000.000
Bangunan dalam pelaksanaan
7.000.000
-
6.000.000
777.780
Pengakuan laba kontrak
777.780
Panjang
2006
Biaya pembangunan
Bangunan dalam pelaksanaan
11.000.000
Beban, Utang, Kas, dll
Uang muka pesanan
11.000.000
Kas
11.500.000
Uang muka pesanan
Pengakuan laba
11.500.000
Bangunan dalam pelaksanaan
-
Pengakuan laba kontrak
11.000.000
11.000.000
11.500.000
11.500.000
1.075.160
1.075.160
Panjang
27
2007
Biaya pembangunan
Bangunan dalam pelaksanaan
9.300.000
Beban, Utang, Kas, dll
Uang muka pesanan
9.300.000
Kas
12.500.000
Uang muka pesanan
Pengakuan laba
9.300.000
9.300.000
12.500.000
12.500.000
Bangunan dalam pelaksanaan
12.500.000
-
847.060
Pengakuan laba kontrak
847.060
panjang
Bangunan dalam pelaksanaan
2.700.000
Laba pembangunan
Penyerahan bangunan
Kepada pemesan
-
2.700.000
Uang muka pemesan
30.000.000
Bangunan dalam pelaksanaan
30.000.000
30.000.000
30.000.000
Jumlah laba pembangunan yang dihitung dengan cara persentase penyelesaian atau kontrak selesai berjumlah Rp. 2.700.000. Dalam metode kontrak selesai laba diakui dalam tahun 2007 yaitu pada saat selesainya kontrak, dalam tahun 2005 dan 2006 tidak ada laba yang diakui. Dalam metode persentase penyelesaian laba sebesar Rp. 2.700.000 diakui dalam 3 periode yaitu tahun 2005, 2006 dan 2007.
28
3. Pengakuan pendapatan sesudah penyerahan Terdapat 2 (dua) metode yang dipakai untuk menangguhkan pengakuan pendapatan sampai diterimanya kas, sebagai berikut : a. Metode cicilan (installment method), menekankan penagihan daripada penjualan. Metode ini mengakui laba pada periode penagihan dan bukan pada saat periode penjualan. Dasar akuntansi cicilan dibenarkan atas dasar bahwa tidak ada lagi dasar yang cocok untuk menaksir tingkat yang dapat ditagih, pendapatan seharusnya tidak diakui sampai ditagihnya kas. b. Metode pemulihan kembali beban (cost recovery method), tidak ada laba yang diakui sampai pembayaran kas oleh pembeli melebihi harga pokok barang dagang yang dijual. 4. Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus - franchise dan konsinyasi. Perusahaan franchise memperoleh pendapatannya dari dua atau lebih sumber. Pertama, dari penjualan franchise awal dan aktiva jasa yang berkaitan dan kedua, dari mengalirnya iuran (fee) berdasarkan operasi franchise. Pendapatan konsinyasi diakui hanya setelah consignor (pabrikan yang mengirimkan barang dagangan) menerima pemberitahuan penjualan dan dilakukan pengiriman kas dari consignee (dealer yang bertindak sebagai agen dalam penjualan barang dagang).
29
2.1.6
Biaya
a. Pengertian Biaya Biaya merupakan elemen yang terdapat di suatu perusahaan yang sangat perlu diperhatikan oleh pihak manajemen agar dapat mengendalikan sehingga tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai yaitu memperoleh laba sebesar mungkin dengan cara menekan biaya serendah mungkin. Jusuf (2002:24) mendefinisikan biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan. Sedangkan menurut Mulyadi (2005:8) mendefinisikan biaya sebagai berikut “biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan dalam arti sempit biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”. Dari difinisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya memiliki empat unsur yaitu : 1) Pengorbanan sumber ekonomi, 2) Diukur dalam satuan uang, 3) Telah terjadi atau kemungkinan terjadi, 4) Untuk mencapai tujuan tertentu. b. Pengakuan Biaya Biaya menurut FASB, berhubungan dengan operasi terbesar atau utama dari perusahaan. Sedangkan kerugian berasal dari transaksi atau kejadian yang periferal atau insidental bagi operasi perusahaan. Pengakuan biaya yang paling umum adalah :
30
1. Biaya historis Alasan utama untuk menaati biaya historis adalah bahwa hal itu diasumsikan dapat diuji, karena merupakan pengeluaran kas oleh perusahaan. Beberapa menyatakan bahwa biaya historis merupakan nilai pertukaran barang dan jasa pada saat diperoleh perusahaan. 2. Pengukuran sekarang, seperti biaya penggantian Suatu pemecahan mungkin dapat ditemukan dalam harga pasar barang dan jasa yang diperoleh, atau dalam harga pasar barang yang diberikan dalam pertukaran. Jika barang atau jasa yang diberikan diperoleh sebelumnya secara tunai atau ekivalennya, biaya asal ini sekarang bisa diasumsikan sebagai biaya barang dan jasa yang baru diperoleh. 3. Biaya kesempatan dari ekivalen kas masa kini Pendapatan biasanya diukur dalam pengertian harga kini yang diterima untuk produk, seringkali dikemukakan bahwa biaya yang ditandingkan terhadap pendapatan ini juga harus diukur dalam satuan harga kini barang dan jasa yang digunakan atas konsumsi. Sehingga, pengukuran biaya dengan harga kini mempunyai manfaat untuk membedakan antara : a. Laba yang berasal dari transaksi. b. Keuntungan atau kerugian yang berasal dari penyimpanan aktiva sebelum digunakan.
31
Biaya terjadi ketika barang dan jasa dikonsumsi atau digunakan dalam proses perolehan pendapatan. Waktu atau perolehan biaya dilakukan dengan mencatat kegiatan ini dalam akun (account) atau menyertakannya dalam laporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2007:23) yaitu Penyajian Laporan Keuangan, bahwa pengakuan biaya adalah sebagai berikut : 1. Biaya diakui dalam laporan laba rugi apabila penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal, ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva. 2. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of cost with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang menghasilkan secara langsung dan bersama-sama dan transaksi atau peristiwa lain yang sama. 3. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, dan merk
32
dagang. 4. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aktiva. 5. Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya pengakuan aktiva, seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi produk. Menurut metode persentase penyelesaian, perusahaan akan mengakui pendapatan dan beban sesuai dengan tingkat kemajuan penyelesaian kontrak dan tidak menunggu sampai kontrak selesai. Jumlah pendapatan didasarkan pada ukuran tertentu dari kemajuan penyelesaian kontrak. Pengakuan ini memerlukan suatu taksiran-taksiran mengenai biaya-biaya yang masih harus dikeluarkan dan laba yang akan diakui selama periode pembangunan dibebankan pada persediaan bangunan dalam pelaksanaan. Jika suatu perusahaan memproyeksikan suatu kerugian atas kontrak sebelum penyelesaian jumlah seluruh kerugian harus segera diakui. Menurut SAK ETAP (2009:118) “Jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan jasa dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan yang berhubungan dengan transaksi sesuai dengan tahap penyelesaian
33
dari transaksi pada akhir periode pelaporan (terkadang dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian). Entitas melakukan penelaahan dan (jika perlu) mengubah estimasi pendapatan dan biaya saat transaksi jasa berlangsung. Entitas harus menentukan tingkat penyelesaian dari suatu transaksi atau kontrak dengan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal sebagian besar pekerjaan yang dilaksanakan. Metode yang mungkin meliputi : a) Proporsi biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai sekarang dibandingkan dengan total estimasi biaya. Biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai sekarang tidak termasuk biaya yang berhubungan dengan aktivitas masa depan, seperti bahan baku atau pembayaran di muka; b) survei atas pekerjaan yang telah diselesaikan; atau c) penyelesaian proporsi fisik dari transaksi jasa atau kontrak kerja. Entitas harus mengenali biaya yang berhubungan dengan aktivitas masa depan atas transaksi atau kontrak, misalnya bahan baku atau pembayaran di muka, sebagai suatu aset jika biaya tersebut memiliki kemungkinan besar untuk dipulihkan. Biaya seperti itu menandakan suatu jumlah yang terutang dari pelanggan dan tergolong sebagai pekerjaan yang sedang berjalan. Entitas harus secepatnya mengakui sebagai beban atas semua biaya yang tidak mungkin dipulihkan. Jika ada kemungkinan bahwa harga perolehan
34
kontrak akan melebihi jumlah pendapatan kontrak, maka ekspektasi kerugian harus segera diakui sebagai beban.” Didalam SAK ETAP (2009:118) juga dikatakan “Hasil suatu transaksi dapat diestimasi secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut : a) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal; b) Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas; c) Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal; d) Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat diukur secara andal”. 2.1.7
Kontrak Konstruksi “Suatu kontrak yang dinegoisasikan secara khusus untuk konstruksi
suatu asset atau suatu kombinasi asset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi dan fungsi atau tujuan atau penggunaan pokok”, merupakan pengertian Kontrak Konstruksi menurut PSAK No. 34, hal-hal yang berkaitan dengan kontrak konstruksi yaitu : a. Kontrak Harga Tetap, adalah kontrak konstruksi dengan syarat bahwa kontraktor telah menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarif tetap yang telah ditentukan per unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada ketentuan-ketentuan kenaikan biaya. b. Kontrak Biaya Plus, adalah kontrak konstruksi dimana kontraktor mendapatkan
35
penggantian untuk biaya-biaya yang telah diijinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan dengan persentase terhadap biaya atau imbalan tetap. c. Klaim, adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pemberi kerja atau pihak lain sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kontrak. Klaim dapat timbul, umpamanya dari keterlambatan yang disebabkan oleh pemberi kerja, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan, dan perselisihan penyimpangan dalam pengerjaan kontrak. d. Retensi, adalah jumlah termin (progress billing) yang tidak dibayar hingga pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut atau hingga telah diperbaiki. e. Termin (progress billing), adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang dilakukan dalam suatu kontrak baik yang dibayar ataupun yang belum dibayar oleh pemberi kerja. f. Uang Muka, adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum pekerjaan dilakukan. Dalam PSAK No. 34 menjelaskan bahwa kontrak kontruksi meliputi : 1. Kontrak pemberian jasa yang berhubungan langsung dengan konstruksi asset, umpamanya pelayanan jasa untuk manager proyek dan arsitek. 2. Kontrak untuk penghancuran atau restorasi asset dan restorasi lingkungan setelah penghancuran asset.
36
2.1.8 Laba a. Pengertian Laba Commite On Terminology (Harahap, 2004) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, beban lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.
Menurut Suwardjono
(2008:464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas beban (beban
total
yang
melekat
dalam
kegiatan
produksi
dan
penyerahan
barang/jasa). Menurut Soemarso (2004:227) angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss). Menurut Belkaoui (1993) laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. Laba biasa dianggap bersifat masa kini (current) dan berulang, sedangkan keuntungan dan kerugian luar biasa tidak demikian. (IAI, 1994) mengartikan penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
37
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Beberapa keunggulan laba akuntansi
yang dikemukakan oleh
(Belkaoui:1993) adalah : a. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi. b. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti. c. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme. d. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen. Namun demikian, laba akuntansi ini masih memiliki kelemahan, sehingga masih mendapat kritikan. Di bawah ini merupakan beberapa kelemahan dari laba akuntansi tersebut : a. Konsepsi laba dianggap belum dirumuskan dengan jelas, belum ada landasan teoritis jangka panjang dalam pelaporan laba akuntansi tersebut. b. Generally Accepted Accounting Principle (GAAP), masih memungkinkan dan membolehkan perhitungan laba atas penerapan metode dan teknik
38
akuntansi yang tidak konsisten. c. Laba akuntansi yang didasarkan pada konsep historical cost menjadi kurang bermakna apabila pengaruh perubahan harga diperhitungkan dalam penentuan angka laba tersebut. d. Laba akuntansi hanya laba di atas kertas saja karena angka laba yang tinggi belum tentu menggambarkan kemampuan likuiditas perusahaan atau menggambarkan kemampuan dalam memberikan cash deviden. Dari kelemahan-kelemahan yang melekat dalam angka laba akuntansi tersebut, maka dilakukan upaya untuk mengatasi kelemahan dari konsepsi laba tersebut, antara lain : a. Berusaha memperbaiki laporan laba akuntansi dengan memberikan tekanan pada data transaksi dan aktualisasi secara lebih mendalam. b. Sebaiknya ada konsep laba yang tunggal dan operasional yang dapat digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. Membuat konsep tunggal mengenai laba yang lebih sesuai dengan apa yang disebut konsep laba secara ekonomi. c. Seharusnya ada berbagai konsep laba untuk berbagai kepentingan (different income for different purposes). Menurut
(Belkaoui:1987),
laba
akuntansi
secara
operasional
didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul
39
dari transaksi periode tersebut dan beban historis yang sepadan dengannya. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Definisi tentang laba ini mengandung lima sifat : a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut. b. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu. c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil. d. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu. e. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip macthing artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama. 2.1.9 Accounting Principles (Prinsip Akuntansi) Prinsip akuntansi adalah peraturan spesifik untuk melakukan proses akuntansi. Prinsip akuntansi terdiri dari : a. Historical cost principle Prinsip yang menyatakan bahwa setiap transaksi dicatat berdasarkan harga/biaya perolehan. Harga/biaya perolehan disini berarti semua pengorbanan
40
yang dikeluarkan sampai aset tersebut siap dipakai. Contoh sangat sederhana : perusahaan mencatat pembelian mesin seharga 5 juta, biaya pemasangan agar mesin tersebut siap dipakai sebesar 1 juta. sehingga nilai mesin yang akan digunakan untuk disajikan di dalam laporan keuangan adalah 6 juta (meskipun harga aset tidak sesuai dengan pasar atau sepantasnya). b. Revenue recoqnition principle Prinsip yang menyatakan bahwa pendapatan diakui berdasarkan terjadinya. Syarat pengakuan pendapatan adalah ketika realized atau realizable dan ketika earned (terjadi). Pendapatan dikatakan realized (telah realisasi) adalah ketika barang atau jasa atau aset lainnya ditukar dengan kas dan dikatakan realizable (dapat direalisasi) adalah ketika aset yang diterima atau dimiliki (maksudnya adalah dijual atau ditukar di pasar aktif dan yang nilainya dapat diukur dengan andal tanpa penambahan biaya yang signifikan) dapat ditukar dengan kas. Pendapatan dikatakan earned jika perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli. Perusahaan tidak lagi mengola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual. Contoh sangat sederhana : Akuntan melakukan pencatatan yang membedakan bahwa : Kas diterima tetapi barang atau jasa belum di berikan-unearned-deferred revenue (realized or realizable but no yet earned).
41
Barang atau jasa diberikan tetapi belum menerima kas–receivable–accrual revenue (realized or realizable and earned). c. Matching principle Prinsip yang menyatakan bahwa biaya dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapat pendapatan pada periode tertentu. Contoh sangat sederhana : Untuk mendapatkan pendapatan pada periode X, perlu ada biaya yang dikeluarkan pada periode X. Biaya listik Desember 2009 harusnya dicatat di Desember 2009 (di-accrual), bukan pada periode berdasarkan pembayarannya. d. Full disclosure principle Prinsip yang menyatakan bahwa informasi yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan harus diungkapkan. Contoh sangat sederhana : suatu perusahaan mempunyai kontrak kerja sama dengan perusahaan lain yang signifikan, Akuntan harus mengungkapkan informasi tersebut ke dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to the Financial Statement).
42
2.2 Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat dari gambar di bawah ini : Teori Akuntansi Keuangan
Kajian Teori Pada CV Karya Hanif
Perlakuan Akuntansi Atas Pendapatan dan Biaya
Perlakuan CV Karya Hanif Atas Pendapatan dan Biaya
Rumusan Masalah : Apakah perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya CV Karya Hanif telah sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP dan bagaimana pengaruhnya terhadap pelaporan laba?
Alat Analisis : SAK ETAP 2009
Hasil Analisis : Untuk melihat perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya CV Karya Hanif apakah sudah sesuai dengan SAK ETAP dan bagaimana pengaruhnya terhadap pelaporan laba
Gambar 2 Rerangka Pemikiran
43