BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2011 sebesar 7,11% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,77% (y.o.y). Rentannya aspek pasokan serta meningkatnya permintaan masyarakat menyebabkan peningkatan harga-harga komoditas bahan makanan. Peningkatan ini diperkirakan sejalan dengan mulai masuknya pola historis dimana inflasi akan meningkat hingga puncaknya pada periode lebaran.
2.1 INFLASI GORONTALO Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2011 sebesar 7,11% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,77% (y.o.y). Menguatnya tekanan inflasi periode laporan terutama akibat dari meningkatnya volatile food sebesar 12,07% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,57% (y.o.y). Sementara itu, core inflation sebesar 4,64% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,53% (y.o.y). Sedangkan administered price sebesar 5,47% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,52% (y.o.y). Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo Disagregasi Total Inflasi Core Inflation Volatile Food Administered Price
MAR 3.59% 3.32% 5.05% 2.13%
APR 2.74% 3.05% 3.50% 1.07%
Total Inflasi Core Inflation Volatile Food Administered Price
-0.47% 0.09% -1.71% 0.16%
-0.87% -0.11% -2.59% 0.00%
2010 MEI JUNI SEPT DES 2.69% 2.73% 7.60% 7.43% 3.09% 3.41% 3.40% 2.68% 2.28% 1.95% 15.71% 16.30% 2.41% 2.39% 5.30% 5.25% Inflasi Bulanan (mtm) 0.43% 0.20% 0.36% 0.59% 0.08% 0.23% 0.03% 0.19% 0.23% 0.29% 0.22% 1.22% 1.45% -0.02% 1.24% 0.46%
JAN 7.13% 2.79% 15.41% 4.90%
FEB 5.28% 3.43% 8.40% 4.69%
0.10% 0.56% -0.32% -0.21%
-0.07% 0.55% -0.83% -0.20%
2011 MAR APR 5.77% 6.17% 3.53% 4.23% 8.57% 8.69% 6.52% 6.75% -0.01% 0.20% -1.56% 1.92%
-0.50% 0.56% -2.49% 0.21%
MAY 6.69% 4.27% 11.35% 5.30%
JUN 7.11% 4.64% 12.07% 5.47%
0.92% 0.12% 2.68% 0.08%
0.60% 0.59% 0.94% 0.14%
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
Menguatnya tekanan inflasi diperkirakan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (i) mulai berkurangnya pasokan komoditas bahan makanan terutama beras, telur, dan barito (bawang, rica/cabe, dan tomat), (ii) mulai meningkatnya tekanan permintaan masyarakat, (iii) masih persistennya tren kenaikan harga komoditas internasional, dan (iv) mulai masuknya pola historis dimana inflasi akan meningkat hingga puncaknya pada periode lebaran. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price relatif minimal, seiring dengan belum adanya kebijakan strategis pemerintah. Namun, kekhawatiran terhadap kelangkaan pasokan bensin bersubsidi di Gorontalo patut mendapat perhatian, yang ditandai dengan antrian panjang di SPBU. Hal ini diperburuk dengan banyaknya depot bensin liar yang menjamur di Kota Gorontalo.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
25
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo
2.1.1
FAKTOR FUNDAMENTAL Core inflation atau inflasi inti pada triwulan II-2011 sebesar 4,64% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,23% (y.o.y) seiring dengan meningkatnya berbagai tekanan faktor fundamental terutama ekspektasi inflasi, imported inflation, dan output gap. Ekspektasi inflasi diperkirakan optimis meningkat seiring dengan tren peningkatan ekspektasi konsumsi masyarakat yang diperkirakan mencapai puncaknya pada periode lebaran. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen di Gorontalo (hasil Survei Konsumen) yang mulai menunjukkan tren peningkatan pada triwulan-II 2011.
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo Grafik 2.2 Indeks Keyakinan Konsumen
26
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Faktor kenaikan harga-harga barang yang diimpor (imported inflation) dari luar daerah atau luar negeri turut mempengaruhi pergerakan tingkat inflasi inti di Gorontalo. Tren kenaikan harga komodtias internasional seperti emas ikut memberi sumbangan kepada kenaikan core inflation.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 2.3 Perkembangan Harga Emas Internasional
Output gap diperkirakan memberi tekanan inflasi terkait dengan meningkatnya permintaan masyarakat meskipun kapasitas produksi juga menunjukkan perbaikan. Para pelaku usaha berusaha untuk meningkatkan kapasitas produksinya dalam rangka memenuhi peningkatan permintaan masyarakat dan mempersiapkan kebutuhan saat Ramadhan dan Lebaran. Hal ini didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan peningkatan pada indeks kapasitas produksi. Namun, permintaan masyarakat diperkirakan masih cukup tinggi untuk memberikan tekanan inflasi dari sisi output gap.
Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo Grafik 2.4 Kapasitas Produksi
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
27
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.1.2
FAKTOR NON – FUNDAMENTAL Faktor non-fundamental memiliki kontribusi yang dominan terhadap kenaikan inflasi
Gorontalo terutama dari volatile food inflation. Peningkatan inflasi terutama terlihat dari subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dan sub kelompok bumbu-bumbuan. Adapun beberapa komoditas penyumbang inflasi utama adalah naiknya harga-harga komoditas pokok seperti beras dan barito (bawang, rica/cabe, dan tomat). Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) di Pasar Central Kota Gorontalo (Pasar Tradisional) menunjukkan komoditas utama bahan makanan seperti beras, tomat, ikan, daging, telur, cabe dan bawang merah mulai mengalami peningkatan. Peningkatan harga-harga bahan makanan diperkirakan sejalan dengan mulai masuknya pola historis dimana inflasi akan meningkat hingga puncaknya pada periode lebaran.
Sumber : BPS Prov. Gorontalo Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi kelompok Bahan makanan Tabel 2.2 Perkembangan Harga-Harga
No Komoditas 1 Beras Super Win Ciheran IR 64 Dolog 2 Cabe Merah Cabe Rawit Cabe Keriting 3 Bawang Merah 4 Tomat Tomat Sayur
Satuan
Tgl 7/3
Tgl 21/3
Tgl 11/4 Tgl 25/4 Tgl 9/5 Tgl 23/5 Tgl 6/6 Tgl 20/6
kg kg kg kg
8000 7000 7000
8000 7000 7000
8000 7000 7000
8000 7000 7000
8000 7000 7000
7500 6500 6000
7000 6000 5000
8500 7000 6000
kg kg
70000 20000
50000 16000
45000 20000
48000 18000
40000 18000
40000 14000
40000 16000
45000 20000
kg
30000
25000
25000
27000
20000
24000
27000
28000
kg
3000
3000
4000
6000
5000
6000
6000
10000
Sumber : Survei Pemantauan Harga, KBI Gorontalo
28
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Sementara itu, administered price relatif minimal karena belum terdapat kebijakan strategis pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Namun, Keterbatasan stok atau terlambatnya pasokan bensin diperkirakan menjadi faktor risiko yang berpotensi menekan kenaikan inflasi. Walaupun pada tahun 2011 belum terdapat tanda-tanda kebijakan strategis pemerintah untuk menaikkan harga Premium, namun terhambatnya pasokan stok BBM menimbulkan antrian panjang di SPBU Gorontalo. Adanya antrian panjang ini diperkirakan dapat menghambat faktor distribusi barang. Di sisi lain, pedagang bensin eceran masih tetap menjamur dan cenderung terus menaikkan harga. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah menyusun rekomendasi kebijakan dalam menghadapi permasalahan pasokan BBM di Gorontalo. Dalam pertemuan TPID bulan Juni 2011, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan untuk mengatasi hambatan distribusi pasokan BBM, mengoptimalkan pemakaian Pertamax, serta penguatan koordinasi terkait pengamanan pasokan BBM.
2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA 2.2.1
INFLASI TAHUNAN (y.o.y) Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan II-2011 sebesar 7,22% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,77% (y.o.y). Kenaikan tekanan inflasi terutama disebabkan oleh menguatnya inflasi kelompok bahan makanan. Tabel 2.3 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y) Inflasi Tahunan
No
Inflasi Umum 1 Bahan makanan 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 4 Sandang 5 Kesehatan 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
2010 3 3.59% 5.10% 5.93% 3.06% -0.18% 9.35% 0.36% -0.06%
6 2.73% 2.03% 5.56% 3.57% 2.25% 7.36% 0.35% -0.40%
9 7.60% 15.63% 7.87% 3.45% 3.05% 2.37% 0.41% 2.57%
2011 12 7.43% 16.20% 13.43% 12.53% 6.39% 2.32% 0.51% 2.53%
1 7.13% 15.26% 6.10% 3.13% 3.37% 3.36% 0.42% 2.16%
2 5.28% 8.33% 5.56% 4.44% 3.84% 3.28% 1.11% 1.86%
3 5.77% 8.50% 8.32% 4.21% 4.14% 2.22% 1.18% 2.44%
4 6.17% 8.70% 8.71% 4.74% 5.86% 2.53% 1.28% 2.78%
5 6.69% 11.38% 5.86% 5.09% 6.19% 3.33% 0.60% 3.10%
6 7.11% 12.04% 7.44% 5.05% 5.12% 3.43% 0.60% 3.36%
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan terutama didorong oleh inflasi sub kelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya dan sub kelompok bumbu-bumbuan. Pada triwulan II-2011, inflasi tahunan kelompok bahan makanan sebesar 7,11% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,77% (y.o.y). Kenaikan harga-harga kelompok bahan makanan terutama disumbangkan oleh komoditas beras, cabe, bawang merah, dan tomat. Tren peningkatan harga-harga bahan makanan diperkirakan akan terus berlanjut memasuki pertengahan tahun. Disamping karena stok sudah mulai menipis, permintaan masyarakat akan bahan pangan terus meningkat dan mencapai puncaknya saat lebaran. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
29
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.4 Inflasi Tahunan Sub-kelompok Bahan Makanan (y.o.y) 2010
Kelompok / Sub kelompok UMUM BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya
MAR 3.59 5.1 7.46 0.31 5.58 10.14 -2.47 25.92 4.09 27.79 -17.84 6.45 2.3
JUNI
2011
SEPT
2.73 2.03 5.97 0.63 -8.8 9.94 -2.91 30.25 9.04 -4.61 26.78 -7.23 0.95
7.6 15.63 16.62 5.29 15.86 8.01 -0.92 21.8 4.57 20.07 49 -7.73 0.83
DEC 7.43 16.20 20.20 6.19 8.83 6.86 3.27 -0.96 14.95 9.93 77.12 -3.42 4.37
JAN 7.13 15.26 15.58 6.8 2.7 1.39 3.74 10.05 12.1 0.3 112.85 -2.62 4.37
FEB 5.28 8.33 6.47 4.2 -3.94 1.48 3.59 18.12 13.41 -22.44 103.47 -5.58 4.78
MAR
APR
5.77 8.5 8.41 3.88 -1.17 2.46 5.21 0.86 16.27 -20.58 97.34 -4.95 4.78
6.17 8.7 9.65 4.7 1.91 9.76 3.76 14.74 16.02 -8.45 54.6 -1.89 4.78
MEI 6.69 11.38 12.76 6.20 15.66 13.71 3.09 4.39 13.01 -1.74 18.00 7.95 4.78
JUNI 7.11 12.04 13.18 6.68 9 8.67 5.74 -17.05 13.74 34.39 45.46 8.38 5.25
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
2.2.2
INFLASI TRIWULANAN (q.t.q) Secara triwulanan, perkembangan harga-harga di Gorontalo pada triwulan II-2011
mengalami inflasi sebesar 1,01% (q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,02% (q.t.q). Rentannya aspek pasokan serta meningkatnya permintaan menyebabkan peningkatan harga-harga komoditas bahan makanan. Tabel 2.5 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q)
No
Inflasi Triwulanan
Umum 1 Bahan makanan 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 4 Sandang 5 Kesehatan 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
2010 3 1.59 4.25 7.45 9.85 2.34 1.67 -0.05 0.05
6 -0.25 -2.07 1.57 0.42 1.33 -0.08 0.19 -0.21
2011 9 5.63 12.57 4.24 2.11 1.00 0.69 0.26 2.91
12 0.36 1.12 -0.29 -0.11 1.58 0.03 0.11 -0.21
1 1.63 3.50 0.26 1.06 1.10 1.08 -0.06 0.68
2 0.62 0.03 0.25 2.13 0.44 1.38 0.55 -0.23
3 0.02 -2.66 2.61 1.73 0.18 1.57 0.62 -0.04
4 -0.58 -4.73 2.64 1.38 1.91 0.72 0.73 0.63
5 0.40 -1.34 2.09 0.87 2.44 1.22 -0.31 1.07
6 1.01 1.12 0.74 1.23 2.28 1.11 -0.38 0.69
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Secara triwulanan, subkelompok bahan makanan pada triwulan II-2011 mengalami inflasi sebesar 1,12% (q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -2,66% (q.t.q). Komoditas utama yang menyumbang inflasi bahan makanan yaitu tomat sayur dengan sumbangan sebesar 0,45% terhadap total inflasi daerah. Adapun beberapa komoditas bahan makanan lainnya yang memberikan sumbangan yang tinggi terhadap inflasi daerah adalah Ikan ekor kuning, buah pepaya, ikan cakalang, sayur kangkung, dan daging ayam ras. Di sisi lain, terdapat komoditas core inflation yang memberikan sumbangan yang cukup tinggi terhadap inflasi daerah yaitu adalah biaya tukang bukan mandor sebesar 0,12% dan semen sebesar 0,06%.
30
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.6 Sumbangan Komoditas Terhadap Inflasi Triwulanan di Gorontalo
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Komoditas Tomat Sayur Ikan Ekor Kuning Pepaya Tukang Bukan Mandor Ikan Cakalang Kangkung Mie Daging Ayam Ras Semen
Sumbangan Inflasi (%) 0.45 0.26 0.16 0.12 0.10 0.09 0.07 0.06 0.06 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
31
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BOX 2 : ANTISIPASI TEKANAN INFLASI MENGHADAPI TREN KENAIKAN MINYAK DUNIA
GORONTALO
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu komoditas yang menjadi kebutuhan utama masyarakat. Dalam pembentukan inflasi, secara langsung BBM memiliki bobot terhadap inflasi Gorontalo (IHK) yang cukup tinggi yaitu komoditas bensin sebesar 1,85% dan solar sebesar 0,05% (Juni 2011). BBM dapat berperan sebagai komoditas yang dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat atau sebagai bagian dari proses produksi barang dan jasa. Sehingga apabila terjadi shock kenaikan harga atau gangguan pasokan komoditas dimaksud akan memberikan dampak langsung dan dampak tidak langsung kenaikan harga-harga barang lain karena meningkatnya biaya produksi.
Tren Harga Internasional Ditengah turbulensi perekonomian dunia, transaksi/simpan asset dalam bentuk komoditas seringkali dianggap lebih menguntungkan dan aman dibandingkan dengan transaksi/simpan asset dalam bentuk uang/surat berharga. Hal ini mendorong terjadinya peningkatan harga komoditas internasional salah satunya minyak dunia.
Data terakhir
menunjukkan bahwa harga minyak dunia terus menunjukkan tren kenaikan, bahkan telah menembus 100 $/bbl.
$/bbl 135
Minas
WTI
$/bbl 135
10 per. Mov. Avg. (WTI)
131
125
125
115
115
112.8
105
105
95
95
85
85
75
75 Sumber: Bloomberg
01 Apr
01 Feb
01 Mar
01 Jan
01 Dec
01 Nov
01 Oct
01 Sep
01 Jul
01 Aug
01 Jun
01 Apr
01 May
01 Feb
01 Mar
65
01 Jan
65
Grafik 2.6 Perkembangan Harga Minyak Dunia
Adapun beberapa faktor fundamental yang diperkirakan mempengaruhi kenaikan harga komoditas minyak dunia diantaranya yaitu tingginya pertumbuhan permintaan dunia 32
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
akibat prospek ekonomi global yang membaik, cuaca ekstrim yang terjadi di beberapa negara Eropa dan sebagian besar wilayah AS, dan meningkatnya ketegangan politik di negara produsen minyak di Timur Tengah dan Afrika Utara. Sementara itu, faktor nonfundamental yang mempengaruhi kenaikan harga komoditas minyak internasional berasal dari aktivitas spekulasi di pasar komoditas akibat tren pelemahan dolar AS.
Tekanan inflasi daerah terkait BBM Tren kenaikan harga internasional diperkirakan mempengaruhi kondisi pasokan BBM di dalam negeri/daerah karena Indonesia saat ini merupakan negara net impor minyak. Di tengah tren kenaikan harga minyak dunia, pemerintah pusat tetap mempertahankan kebijakan BBM bersubsidi/bensin sebesar Rp.4.500,- per liter. Belum adanya kebijakan strategis pemerintah pusat untuk menaikkan harga BBM diperkirakan tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap inflasi daerah. Namun, apabila kebijakan kenaikan BBM dilakukan diperkirakan dapat memberikan tekanan inflasi baik secara langsung maupun second round effect. Di sisi lain, permasalahan terkait dengan isu keterlambatan dan keterbatasan stok BBM di Gorontalo perlu segera diantisipasi dengan baik karena dapat menggangu distribusi barang/jasa dan memberi tekanan inflasi ke depan. Permintaan kebutuhan BBM masyarakat Gorontalo terus menunjukkan peningkatan sehingga terhambatnya pasokan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas ekonomi daerah.
Grafik 2.7 Konsumsi BBM Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
33
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Mengingat pentingnya pengamanan dan ketersediaan pasokan BBM di daerah, maka Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daereh (TPIPED) Gorontalo telah menyusun rekomendasi kebijakan, meliputi:
Mengoptimalkan fungsi pengawasan dan larangan pengisian galon/jerigen baik oleh Kepolisian, Pemda, Hiswana Migas, dan masyarakat.
Memperkuat Koordinasi dalam rangka pengamanan stok BBM.
Menjaga ekspektasi inflasi masyarakat melalui informasi kecukupan stok di media massa.
Beberapa rekomendasi kebijakan telah dijalankan dan upaya-upaya pengamanan dan ketersediaan pasokan BBM di daerah terus dilakukan oleh seluruh pihak terkait. Para pemilik kebijakan telah melakukan rapat koordinasi dan peninjauan secara langsung, informasi mengenai ketersediaan dan pengamanan BBM dikomunikasikan melalui media massa, peraturan daerah telah diterbitkan untuk mengurangi pengisian jirigen dan penimbunan, dan aparat hukum terus mengawasi proses distribusi bahan bakar agar tidak terjadi penyelewengan. Berbagai tindakan nyata oleh pihak terkait diperkirakan telah memberikan hasil dalam rangka mengamankan kebutuhan masyarakat terhadap bahan bakar sehingga aktivitas ekonomi di Gorontalo dapat berjalan dengan baik.
34
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Selama
triwulan
II-2011,
aktivitas
perbankan
di
Provinsi
Gorontalo
terus
menunjukkan peningkatan dibanding triwulan I-2011, sebagaimana tercermin dari beberapa indikator perbankan antara lain penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit.
Hingga triwulan laporan, DPK yang berhasil dihimpun oleh bank umum tumbuh
sebesar 15,64% (y.o.y) dan BPR sebesar 34,33% (y.o.y). Sedangkan penyaluran kredit mengalami pertumbuhan sebesar 42,99% (y.o.y)
pada bank umum dan 17,76% (y.o.y)
pada BPR. Angka tersebut di atas menunjukkan bahwa permintaan kredit di Gorontalo cukup tinggi seperti ditunjukkan oleh angka LDR yang mencapai 170,16% pada bank umum dan 146,68% pada BPR.
Dari rasio LDR tersebut, hal yang perlu mendapat perhatian
adalah NPLs pada Bank Perkreditan Rakyat yang masih cukup tinggi yaitu 15,53%, sedangkan NPLs bank umum masih terjaga pada level wajar yaitu sebesar 3,26%. 3.1 FUNGSI INTERMEDIASI Fungsi intermediasi perbankan sebagaimana tercermin dari angka LDR perbankan memberikan indikasi bahwa peran perbankan dalam membantu masyarakat yang membutuhkan dana di Gorontalo cukup baik. Hingga triwulan II-2011 indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah sebesar 170,16% pada bank umum, dan 146,68% pada BPR, artinya bahwa dana yang disalurkan lebih besar daripada dana yang dihimpun bank. Dari jenis penggunaan, penyaluran kredit bank umum masih didominasi untuk jenis konsumsi , yakni sebesar 52,20% dari total kredit yang disalurkan, sedangkan untuk BPR terlihat bahwa pangsa terbesar penyaluran kredit adalah untuk kredit modal kerja yakni 49,12% dari total kredit yang disalurkan. Sementara itu jika dilihat secara sektoral, kredit terbesar disalurkan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa sebesar 30,13% pada bank umum dan 36,75% pada BPR.
3.1.1
PERKEMBANGAN KANTOR BANK Jumlah bank di Gorontalo hingga triwulan II-2011 tercatat sebanyak 11 Bank Umum
Konvensional, 3 Bank Umum Syariah dan 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dari jumlah bank tersebut, jaringan kantor Bank di Provinsi Gorontalo terdiri dari 15 kantor cabang, 28 kantor cabang pembantu, 14 kantor kas serta 22 kantor unit. Sementara itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 4 kantor cabang dan 2 kantor kas.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
35
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.1.2
PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT Pada posisi akhir triwulan II-2011 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp2,43 triliun
atau tumbuh sebesar 15,64% (y.o.y). Namun demikian, pertumbuhan DPK triwulan laporan relatif lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,57% (y.o.y). Tabungan sebagai komponen DPK dengan share tertinggi yakni sebesar 53,97% mengalami pertumbuhan sebesar 15,09% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 19,56% (y.o.y). Dari series data terlihat bahwa share tabungan terhadap pembentukan DPK pada triwulan laporan relatif meningkat dibandingkan periode triwulan I2011 yang tercatat sebesar 52,23%. Sementara itu simpanan giro masih memiliki share terhadap DPK terkecil yaitu sebesar 14,72%, dengan pertumbuhan negatif sebesar -7,82% (y.o.y). Komponen pembentuk DPK lainnya yaitu deposito, pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 32,58% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 27,54% (y.o.y).
Share deposito terhadap
pembentukan DPK juga menunjukkan peningkatan yaitu menjadi sebesar 31,31% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 30,80%.
DPK
100.00%
Giro
Deposito
Tabungan
Giro
Deposito
Tabungan
80.00% 60.00%
15%
40.00%
54%
20.00%
31%
2010
MEI
JUN
APR
FEB
MAR
JAN
DES
NOV
SEP
OKT
JULI
AGT
MEI
JUN
APR
FEB
-40.00%
MAR
-20.00%
JAN
0.00%
2011
-60.00%
Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga
Untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penghimpunan DPK hingga triwulan II-2011 tercatat
sebesar
Rp.15,02
milliar
atau tumbuh
sebesar
34,33%
(y.o.y),
namun
pertumbuhannya relatif lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 40,97% (y.o.y).
Peningkatan jumlah penghimpunan dana BPR
tersebut terutama terjadi karena peningkatan jumlah tabungan sebesar 35,71% (y.o.y) yakni dari Rp4,55 milliar menjadi Rp6,17 milliar. Hal yang sama juga terjadi pada deposito yang meningkat dari Rp6,63 milliar menjadi Rp8,85 miliiar atau tumbuh 33,39% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. 36
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Khusus untuk penghimpunan dana pihak ketiga melalui Program TabunganKu, respons masyarakat Gorontalo masih cukup baik yang tercermin dari jumlah rekening dan nominal dana yang berhasil dihimpun hingga triwulan II-2011.
Jumlah rekening
TabunganKu hingga Juni 2011 sebanyak 9.521 rekening dengan nominal dana terhimpun sebesar Rp18,57 milliar, mengalami peningkatan dibandingkan dengan posisi triwulan I2011 yang tercatat sebanyak 8.362 rekening dengan nominal dana sebesar Rp16,20 milliar. Jumlah ini diharapkan akan terus meningkat pada setiap tahunnya dengan terus mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat khususnya pelajar antara lain melalui penyediaan layanan bank mini di sekolah untuk memberikan kemudahan akses bagi siswa untuk menabung. Berdasarkan angka statistik perbankan tersebut di atas, terlihat bahwa secara umum penyerapan dana masyarakat di Gorontalo sudah cukup baik namun demikian masih diperlukan upaya yang secara berkelanjutan dari perbankan dan masyarakat untuk mendorong kesadaran masyarakat untuk menabung atau menyimpan uang di perbankan. Untuk itu, perbankan, termasuk Bank Indonesia, hendaknya terus mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menabung.
3.1.3
PENYALURAN KREDIT Penyaluran kredit/pembiayaan perbankan di Gorontalo hingga triwulan II-2011
adalah sebesar Rp4,13 triliun, tumbuh 42,99% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 33,71% (y.o.y).
Pertumbuhan
kredit yang relatif tinggi terutama didorong oleh perkembangan kredit investasi yang tercatat tumbuh sangat tinggi yaitu sebesar 142,25% (y.o.y) namun pertumbuhannya relatif lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 166,23% (y.o.y).
Kredit modal kerja juga tercatat tumbuh sebesar 49,46% (y.o.y) lebih tinggi
dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 40,24% (y.o.y). Secara umum peningkatan kredit investasi dan modal kerja memberikan indikasi perkembangan permintaan kredit produktif di Gorontalo yang digunakan oleh para pengusaha dan masyarakat untuk pengembangan usaha produktif. Dilihat dari pangsa kredit penggunaan, kredit/pembiayaan di Gorontalo masih didominasi oleh kredit konsumsi yang tercatat sebesar Rp2,16 trilliun, dengan pangsa sebesar 52,20%. Namun demikian jika diamati perkembangannya pada setiap periode, terlihat bahwa pangsa kredit konsumsi relatif menurun dibandingkan trilwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 54,81% atau turun sebesar 2,61%. Share kredit investasi terhadap
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
37
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
total kredit/pembiayaan menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 12,57% menjadi 10,70% pada triwulan II-2011.
Sedangkan share kredit modal kerja
terhadap total kredit tercatat meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 32,62% menjadi 37,11%.
Diharapkan trend pertumbuhan positif kredit non konsumsi ini akan
berlanjut dan menjadi sinyal meningkatnya peran perbankan dalam menstimulus percepatan pembangunan ekonomi di Provinsi Gorontalo. Pertumbuhan kredit penggunaan dan share masing-masing jenis kredit terhadap total kredit di Gorontalo, dapat dilihat pada grafik berikut ini.
250%
Total Kredit
Pertumbuhan (yoy) (%)
200%
Kredit Investasi
Investasi
Modal Kerja
Kredit Modal Kerja
Kredit Konsumsi
Konsumsi
11% 150%
100%
52%
37%
50%
MEI
JUN
APR
FEB
MAR
JAN
DES
NOV
SEP
OKT
JULI
AGT
MEI
JUN
APR
FEB
MAR
JAN
DES
NOV
SEP
OKT
AGT
JUN
JULI
0%
-50% 2010
2011
Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan
Untuk BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan laporan tercatat sebesar Rp22,03 milliar atau tumbuh sebesar 17,76% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya 2,74%. Walaupun pangsa terbesar kredit BPR adalah untuk modal kerja, namun penyumbang pertumbuhan kredit BPR tertinggi adalah kredit konsumsi dimana pada triwulan laporan tercatat Rp10,77 milliar atau tumbuh sebesar 42,36% yang diperkirakan dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan kredit yang sifatnya musiman antara lain untuk kebutuhan biaya sekolah. Sedangkan pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi, pertumbuhannya (y.o.y) relatif lebih rendah yaitu masing-masing tercatat sebesar 0,73% (modal kerja) dan 10,05% (investasi). Untuk kredit sektoral bank umum, penyaluran kredit terbesar adalah pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada triwulan II-2011, kredit sektor ini tercatat sebesar Rp1,25 trilliun atau 30,13% dari total kredit perbankan. Kredit tersebut tumbuh sebesar 41,75% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 41,98% (y.o.y).
Permintaan kredit pada sektor ini, khususnya sektor
perdagangan antara lain disebabkan faktor penyediaan barang sebagai antisipasi meningkatnya permintaan sehubungan dengan tahun akademik baru dan menjelang puasa yang jatuh pada bulan Juli dan Agustus 2011. Hal ini tercermin dari arah pertumbuhan 38
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
ekonomi pada sektor perdagangan triwulan II-2011 yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,89%. Sedangkan kredit sektor pertanian, pada triwulan laporan hanya tumbuh sebesar 1,34% yang dipengaruhi oleh adanya panen pada sebagian daerah pertanian sehingga permintaan kredit sektor ini relatif tidak meningkat signifikan.
Pada
triwulan laporan, tidak terdapat sektor yang mengalami kontraksi permintaan seperti yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Hal ini searah dengan asesmen pertumbuhan ekonomi (PDRB) dimana seluruh sektor ekonomi tumbuh positif. Adapun rincian pertumbuhan dan komposisi kredit sektoral pada triwulan II-2011, dapat dilihat pada grafik berikut ini.
700.00%
Pertanian Konstruksi Angkutan
Pertumbuhan (yoy) (%)
600.00% 500.00%
Kredit Sektoral - Outstanding (Jutaan Rp)
Industri Perdagangan
400.00%
Angkutan
300.00%
Perdagangan
200.00%
Konstruksi
100.00%
Industri
0.00%
MEI
JUN
FEB
APR
MAR
JAN
DES
NOV
SEP
OKT
JULI
AGT
MEI
JUN
APR
FEB
MAR
JAN
DES
NOV
SEP
OKT
JUN
JULI
Pertanian AGT
-100.00%
2010
500,000
1,000,000
1,500,000
2011
Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral
Untuk BPR, dari total kredit sebesar Rp.22,03 milliar, kredit terbesar disalurkan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar Rp.8.09 milliar atau 36,75% dari total kredit. Sektor perdagangan, hotel dan restoran nampaknya masih menjadi sektor yang mendominasi kredit/pembiayaan dari perbankan di Gorontalo. Sedangkan sektor pertanian, meskipun menjadi penyumbang terbesar bagi pembentukan PDRB Gorontalo, namun jumlah kredit sektor ini masih relatif kecil yaitu dengan share sebesar 1,16% dari total kredit. Adapun untuk kredit UMKM pada bank umum, hingga triwulan II-2011, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp1.72 triliun atau mengambil pangsa sebesar 41,56% dari total kredit di Gorontalo, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya 40,42%.
Dilihat dari pertumbuhan kredit UMKM, jumlahnya mengalami
penurunan yaitu dari Rp2,29 trilliun pada triwulan II-2010 menjadi Rp1,72 trilliun pada triwulan II-2011 atau tumbuh negatif sebesar -6,38%, yang merefleksikan bahwa selama triwulan II-2011 kredit yang disalurkan di Gorontalo mengalami pergeseran dari dominasi kredit UMKM menjadi kredit menengah ke atas. Penurunan kredit terbesar adalah untuk jenis kredit skala mikro dimana pada triwulan laporan hanya tercatat sebesar Rp389,34 milliar atau turun sebesar 39,22% dibanding triwulan II-2010 yang tercatat sebesar Rp640,57 milliar. Penurunan serupa juga terjadi untuk jenis kredit skala kecil dimana pada BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
39
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,03 trilliun atau menurun sebesar -28,29% dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebesar Rp1,44 trilliun. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian mengingat jika dilihat dari kualitas kredit UMKM, rasio kredit bermasalah (NPLs) untuk jenis mikro dan kecil masih relatif kecil yaitu tercatat masingmasing sebesar 5,44% dan 4,28%. Untuk itu diharapkan penyaluran kredit UMKM dapat terus ditingkatkan sebagai komponen penyumbang perekonomian daerah Gorontalo dan peningkatan pendapatan masyarakat. Adapun gambaran perkembangan penyaluran kredit UMKM pada bank umum, secara ringkas dapat dilihat pada grafik berikut ini.
80.00%
Pertumbuhan Kredit UMKM (%)
Kredit UMKM -Plafon s.d. 5 M 60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
JUN
AGT
OKT
DES
FEB
APR
JUN
AGT
OKT
DES
FEB
APR
JUN
-20.00% 2010
2011
-40.00%
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Ditinjau dari aspek stabilitas sistem perbankan di Gorontalo, risiko kredit relatif terkendali sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPLs) yang masih berada di bawah batas wajar sesuai ketentuan Bank Indonesia (5%).
Hal yang perlu mendapat
perhatian adalah risiko likuiditas yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) karena angkanya masih berada di ambang „tidak wajar‟ yaitu mencapai 170,16% yang berpotensi mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. Sedangkan volatilitas kurs menunjukkan angka yang relative cukup baik dan terkendali.
3.2.1 RISIKO KREDIT Kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum hingga triwulan II-2011 secara umum masih berada pada level wajar yaitu 3,26% (bruto) yang tercatat sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,13%. 40
Angka NPLs tersebut merefleksikan bahwa penyaluran kredit kredit di
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Gorontalo cukup baik dan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian karena rasio kredit bermasalah masih terjaga pada level wajar sesuai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 5% (bruto). Secara sektoral, kualitas kredit yang masih perlu mendapat perhatian adalah kredit sektor konstruksi dan industri karena sepanjang tahun 2011 (Januari-Juni) rasio NPLs kedua sektor tersebut masih cukup tinggi dimana pada Juni-2011 tercatat NPLs kedua sektor tersebut masing-masing tercatat sebesar 24,85% dan 10,85%. Untuk BPR, nominal kredit bermasalah (NPLs) pada triwulan II-2011 adalah sebesar 15,53%, mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,75%.
30.00
NPLs Gross (%)
25.00
4.00
20.00
NPL (%)
3.50 3.00
15.00
2.50
10.00
2.00
5.00
1.50 1.00
Lainnya
(Konsumsi)
Jasa Sosial
Jasa Dunia Usaha
Angkutan
Konstruksi
Perdagangan
2011
NPLs Gross (%)
Industri
Pertanian
JUN
APR
FEB
DES
OKT
AGT
JUN
FEB
APR
DES
OKT
AGT
JUN
0.00
2010
Pertambangan
0.00
0.50
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.8 Perkembangan NPL
Grafik 3.9 NPL per Sektor
Selain kredit bermasalah, konsentrasi penyaluran kredit pada jenis kredit konsumsi khususnya pada bank umum perlu mendapat perhatian bersama, karena 59,82% kredit sektoral yang disalurkan adalah untuk keperluan lainnya seperti tampak pada grafik di bawah ini. Meskipun jenis tidak dapat dipungkiri bahwa jenis kredit ini memiliki eksposure risiko yang relatif rendah, namun untuk mendorong perekonomian diperlukan adanya keseimbangan dengan kredit sektor produktif. 3% 0% 1% 1% 0%
Pertanian Pertambangan Industri 30%
Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan
60%
Angkutan Jasa Dunia Usaha 3%
1% 1%
Jasa Sosial
Lainnya (Konsumsi)
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
41
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio menunjukkan risiko likuiditas pada tahun 2011 masih perlu mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dibanding dana jangka pendek, walaupun terlihat adanya pergeseran dari tabungan ke deposito. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito pada triwulan laporan tercatat mencapai 31,31% dari total DPK, relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 30,80% dari total DPK. Sementara itu, dana jangka pendek mencapai lebih dari 69,20% dalam struktur dana pihak ketiga yaitu giro sebesar 14,72% dan tabungan sebesar 53,97%. Hal tersebut menunjukkan bahwa dana pihak ketiga di Gorontalo masih likuid sehingga berpotensi mengganggu likuiditas bank.
Giro
100%
Deposito
Tabungan
80% 60% 40%
20% 0% JUN
AGT
OKT
DES
FEB
APR
JUN
AGT
OKT
2010
DES
FEB
APR
JUN
2011
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK
Rasio kredit terhadap dana simpanan pihak ketiga (LDR) pada triwulan laporan sebesar 170,16% (bank umum) dan 146,68% (BPR) menunjukkan bahwa likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Angka LDR yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit jauh melebihi pertumbuhan DPK di Gorontalo atau merefleksikan masih rendahnya kemandirian penyaluran kredit/pembiayaan perbankan di Gorontalo karena hanya sekitar 60% dari kebutuhan kredit yang mampu dibiayai oleh dana yang dihimpun perbankan di Provinsi di Gorontalo, sedangkan selebihnya selebihnya bersumber dari dana perbankan di luar Gorontalo.
Hal ini tentunya dapat mengganggu kondisi likuiditas
perbankan dan untuk itu perlu mendapat perhatian serta upaya optimal untuk mendorong penghimpunan dana sehingga perbankan di Gorontalo lebih mandiri dalam memberikan pembiayaan kepada dunia usaha maupun masyarakat secara umum, dan pada akhirnya tercapai tingkat LDR yang dinilai wajar/optimal yaitu berada pada kisaran tidak jauh dari 90%. Secara ringkas, gambaran kondisi LDR perbankan di Gorontalo dapat dilihat pada grafik berikut ini. 42
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Loan to Deposit Ratio (%)
180.00 170.00 160.00
L D R (%)
150.00 140.00 130.00 120.00 110.00 100.00 JUN
AGT
OKT
DES
FEB
APR
JUN
AGT
OKT
DES
FEB
2010
APR
JUN
2011
Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo
3.2.3 RISIKO PASAR Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas suku bunga dan kurs. Suku bunga acuan (BI Rate) selama tahun 2011 relatif tidak berfluktuasi dan sejak Februari 2011 berada pada level 6,75%. Hal serupa juga terjadi pada suku bunga perbankan yang relatif stabil dan bahkan cenderung menurun sehingga memberikan akses kredit yang lebih besar kepada masyarakat. Sementara itu, volatilitas kurs juga relatif tidak mengalamia fluktuasi yang signifikan atau relatif stabil pada kisaran Rp8500 per dollar, dan pada posisi Juni 2011 kurs tengah rupiah terhadap mencapai Rp8.597 per dollar Amerika.
Kondisi suku bunga dan kurs yang relatif stabil tersebut
merefleksikan bahwa risiko pasar relatif cukup baik dan kondusif dalam mendukung aktivitas perbankan baik nasional maupun daerah, termasuk Gorontalo.
9600
6.80%
KURS TENGAH
BI RATE (%) 6.75%
9400
6.70% 9200 6.65% 9000
6.60%
8800
6.55%
6.50%
8600
6.45% 8400 6.40%
8200
6.35%
Jun-11
May-11
Apr-11
Mar-11
Feb-11
Jan-11
Dec-10
Oct-10
Nov-10
Sep-10
Jul-10
Aug-10
Jun-10
Apr-10
May-10
Feb-10
Mar-10
6.30%
Jan-10
8000
Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.13 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
43
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BOKS 3 : PENGEMBANGAN USAHA KERAJINAN KARAWO GORONTALO Sulaman karawo merupakan kerajinan khas Gorontalo yang sudah dikenal sejak abad ke 17 di sebuah desa bernama Ayula. Kerajinan ini berasal dari akar kata “mokarawo” yang artinya mengikat. Proses pembuatan karawo diawali dengan dengan mengiris atau mencabut helai demi helai benang sesuai dengan bidang motif. Proses selanjutnya yang dilakukan adalah menyulam sesuai dengan desain yang ada, dan setelahnya mengikat kembali dengan benang pada bidang yang telah dicabut tadi. Itulah mengapa karawo identik dengan “ikatan” itu sendiri. Pada awalnya motif desain yang ada sangatlah sederhana dan masih berupa bangun geometris. Baru pada tahun 70-an, seorang pemuda bernama John Koraag membuat rancangan desain yang lebih menarik dan mulai memasukkan unsur-unsur makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan. Produk yang dibuat pun pada mulanya hanya berupa sapu tangan atau taplak meja berukuran kecil. Pada tahun 80-an hingga 90-an, karawo pernah mengalami masa kejayaannya. Saat itu, karawo begitu booming di pasar lokal maupun regional. Produk-produk turunan seperti kipas, mukena, hingga pakaian pesta mulai bermunculan. Sayangnya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, perkembangan karawo kembali meredup. Hal ini disebabkan motif desain yang ada di pasaran tidak berubah dan cenderung sama dari waktu ke waktu, karena selama hampir 30 tahun John Koraag menjadi desainer tunggal. Namun demikian berdasarkan penelitian yang dilakukan Bank Indonesia Gorontalo pada tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa karawo masih digemari masyarakat dan menyimpan potensi untuk terus dikembangkan. Dari jumlah tenaga kerja maupun lokasi pengerjaan, diketahui bahwa karawo tersebar di seluruh kabupaten/kota yang ada di Gorontalo. Pada tahun 2011, karawo secara resmi di daulat menjadi komoditas unggulan, dan Bank Indonesia Gorontalo secara all out mengembangkan komoditas ini. Program bantuan teknis pun digulirkan, mulai dari pelatihan motif/desain hingga iris kain karawo. Total peseta pelatihan telah mencapai 150 orang yang terdiri dari pengrajin maupun siswa SMK di beberapa Kabupaten di Gorontalo. Kedua pelatihan ini dilaksanakan setelah diidentifikasi bahwa permasalahan yang dihadapi di lapangan adalah tidak adanya regenerasi desainer dan tenaga pengiris. Disamping itu, juga diberikan fasilitasi terhadap pelaku usaha karawo untuk ambil bagian dalam pameran Kerajinan Nusantara yang berlangsung di Jakarta Convention Centre (JACC) pada tanggal 3 hingga 7 Agustus 2011. Selain bantuan teknis berupa pelatihan, program kerja KBI Gorontalo terkait pengembangan komoditas karawo adalah Festival Karawo. Latar belakang dilakukannya kegiatan ini adalah adanya tendensi bahwa sulama karawo mulai kehilangan pamor 44
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
ditengah masyarakatnya sendiri sehingga diperlukan upaya pelestarian dan pengembangan untuk menjaga agar karawo tetap menjadi kebanggan rakyat Gorontalo. Festival Karawo diagendakan untuk dilaksanakan pada bulan Oktober 2011. Beragam kegiatan dilaksanakan mulai lomba-lomba kreasi yang melibatkan pelajar, parade busana karawo, bincang karawo hingga bazar intermediasi perbankan-UMKM. Tujuan dari kegiatan ini antara lain; Menggugah kepedulian masyarakat Gorontalo dalam menggunakan karawo sebagai identitas budaya yang memiliki nilai seni yang tinggi. Kemudian, Karawo memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga apabila dikembangkan dengan baik akan mendongkrak pemberdayaan masyarakat, khususnya kaum perempuan. Disamping dengan adanya kegiatan ini diharapkan
itu,
dapat mengenalkan karawo secara luas tidak
hanya di Gorontalo, namun juga ke penjuru nusantara sebagai salah satu upaya promosi daerah. Bazar intermediasi perbankan-UMKM yang diletakkan di tengah acara tentunya akan Memperkuat fungsi financial inclusion perbankan (bank umum dan BPR) kepada masyarakat sehingga akses permodalan UMKM akan meningkat.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
45
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Halaman ini sengaja dikosongkan
46
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan II-2011 cenderung lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Demikian juga disisi penerimaan APBD juga mengalami peningkatan realisasi terutama didorong oleh dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Kenaikan penerimaan Pemerintah Provinsi yang kurang diimbangi oleh penyerapan belanja mendorong terjadinya kontraksi fiskal terhadap jumlah uang beredar di masyarakat. 4.1 PENDAPATAN DAERAH Pada triwulan II-2011, hampir semua pos penerimaan APBD mengalami peningkatan realisasi yang cukup baik dibandingkan triwulan II-2010. Peningkatan realisasi pendapatan asli daerah didorong oleh peningkatan bea balik kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar sementara peningkatan realisasi dana perimbangan didorong oleh penerimaan DAU dan DAK. Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan II-2011 sebesar Rp 356,64 Miliar dengan capaian 56,04% dari target anggaran APBD 2011. Capaian tersebut meningkat apabila dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebesar Rp 263,37 Miliar dengan capaian 49,32% dari target anggaran APBD 2010. Pendapatan Asli Daerah pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp 74,29 Miliar dengan capaian 60,52% sementara pada triwulan II-2010 realisasi tercatat sebesar Rp 56,55 Miliar dengan capaian 54,76%. Kondisi ini tentu memberikan efek positif bagi kemandirian pembiayaan fiskal daerah. Dilihat dari strukturnya, peningkatan penerimaan ini disumbang oleh peningkatan bea balik kendaraan bermotor dan pajak BBM. Tercatat, bea balik kendaraan bermotor yang terhimpun sampai dengan triwulan II-2011 mencapai Rp 35,34 Miliar atau 39% lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 25,37 Miliar. Peningkatan yang signifikan tampak dalam penghimpunan pajak BBM yang tumbuh hampir 36% lebih tinggi dibandingkan tahun 2010. Hal ini seiring dengan peningkatan volume penjualan kendaraan di Gorontalo. Hasil liason pada perusahaan leasing di Gorontalo, untuk tahun 2011 penjualan kendaraan di Gorontalo meningkat pesat, bahkan untuk tahun 2011 beberapa perusahaan leasing di Gorontalo semakin bertambah sehingga semakin memudahkan masyarakat dalam kepemilikan kendaraan. Kondisi ini tentu saja berimplikasi positif bagi penghimpunan pajak daerah. Di sisi dana perimbangan, realisasi DAU dan DAK lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan II-2011, penyerapan DAU telah mencapai 58,33% dari anggaran sementara DAK mencapai 30% dari anggaran. Sementara itu realisasi bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak masih relatif kecil berkisar 8,47% dari target anggaran. Di tahun anggaran BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
47
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
2011, Pemprov menerima alokasi DAK lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya baik untuk kepentingan infrastruktur jalan maupun irigasi. Rata-rata alokasi DAK meningkat hingga 100% dibandingkan tahun anggaran 2010. Pada tahun anggaran 2011 pula, Pemprov mendapatkan alokasi DAK untuk kegiatan Kelautan dan Perikanan sebesar Rp 4,6 Miliar Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo II-2010 Pendapatan Daerah
APBD 2010
Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan
103,283,066,210 93,420,724,011 11,742,615,224 25,000,000 57,322,124,099 15,000,000 24,180,984,688 120,000,000 15,000,000 550,000,000 9,312,342,199 430,749,380,658 19,263,660,658 400,750,820,000 10,734,900,000 534,032,446,868
Nominal
II-2011
Pencapaian (%)
56,552,833,250 52,428,876,535 17,581,193,253 25,373,482,200 9,450,430,027 17,549,155 6,221,900 4,123,956,715 206,822,645,664 3,226,763,664 200,375,412,000 3,220,470,000 263,375,478,914
54.76 56.12 149.72 44.26 39.08 14.62 41.48 44.28 48.01 16.75 50.00 30.00 49.32
APBD 2011
Nominal
122,766,740,520 110,427,278,321 36,478,606,599 25,000,000 49,512,687,034 15,000,000 24,180,984,688 160,000,000 55,000,000 550,000,000 11,789,462,199 513,873,300,000 24,698,000,000 461,118,100,000 28,057,200,000 636,640,040,520
74,298,885,907 69,936,370,487 21,701,108,225 35,343,951,750 12,883,799,467 7,511,045 4,362,515,420 279,495,157,404 2,092,434,404 268,985,563,000 8,417,160,000 2,994,044,200 356,788,087,511
Pencapaian (%) 60.52 63.33 59.49 71.38 53.28 4.69 37.00 54.39 8.47 58.33 30.00 56.04
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD triwulan II-2011 sebesar 78,34% hampir sama dibandingkan pangsa dana perimbangan pada triwulan II-2010 sebesar 78,53%. Sementara pangsa pembiayaan mandiri dari PAD menurun sedikit menjadi 20,82% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 21,47%. Namun secara nominal penghimpunan PAD triwulan II-2011 lebih baik dibandingkan tahun 2010. Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) II-2010 Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan
APBD 2010 103,283,066,210 93,420,724,011 11,742,615,224 25,000,000 57,322,124,099 15,000,000 24,180,984,688 120,000,000 15,000,000 550,000,000 9,312,342,199 430,749,380,658 19,263,660,658 400,750,820,000 10,734,900,000 534,032,446,868
Nominal 56,552,833,250 52,428,876,535 17,581,193,253 25,373,482,200 9,450,430,027 17,549,155 6,221,900 4,123,956,715 206,822,645,664 3,226,763,664 200,375,412,000 3,220,470,000 263,375,478,914
II-2011 Komposisi (%) 21.47 19.91 6.68 9.63 3.59 0.01 0.00 1.57 78.53 1.23 76.08 1.22 100.00
APBD 2011 122,766,740,520 110,427,278,321 36,478,606,599 25,000,000 49,512,687,034 15,000,000 24,180,984,688 160,000,000 55,000,000 550,000,000 11,789,462,199 513,873,300,000 24,698,000,000 461,118,100,000 28,057,200,000 636,640,040,520
Nominal
Komposisi (%)
74,298,885,907 69,936,370,487 21,701,108,225 35,343,951,750 12,883,799,467 7,511,045 4,362,515,420 279,495,157,404 2,092,434,404 268,985,563,000 8,417,160,000 2,994,044,200 356,788,087,511
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
48
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
20.82 19.60 6.08 9.91 3.61 0.00 1.22 78.34 0.59 75.39 2.36 0.84 100.00 -
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
4.2 BELANJA DAERAH Peningkatan penyerapan belanja APBD triwulan II-2011 terjadi hampir pada seluruh pos belanja. Penyerapan Pos Belanja Tidak Langsung relatif menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sementara untuk Pos Belanja Langsung relatif lebih baik. Kondisi tersebut terkait pembayaran gaji ke-13 yang realisasinya baru dapat dilaksanakan pada bulan Juli 2011. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 304,19 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 45,33%, lebih baik dibandingkan penyerapan belanja triwulan II-2010 yang mencapai Rp 217,41 Miliar (38,26%). Pada Pos Belanja Tidak Langsung jumlah penyerapan anggaran mencapai Rp 136,42 Miliar (43,78%) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 119,19 Miliar (45,50%). Menurunnya penyerapan belanja ini terkait pembayaran gaji ke-13 yang baru dapat direalisasikan di bulan Juli 2011. Penyerapan anggaran pada Pos Belanja Langsung menunjukkan peningkatan. Pada triwulan II-2011, penyerapan anggaran Belanja Langsung tercatat Rp 167,77 Miliar (46,67%) lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 98,22 Miliar (32,07%). Peningkatan terbesar terjadi pada pos Belanja Barang dan Jasa yang mencapai Rp 104,80 Miliar atau tumbuh 45% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal positif juga terlihat pada penyerapan anggaran belanja modal yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi penyerapan anggaran belanja modal pada triwulan II-2011 sudah mencapai Rp 51,79 Miliar (46,03%) lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 17,81 Miliar (15,93%). Hal ini diharapkan memberikan implikasi yang baik bagi perkembangan investasi daerah. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo II-2010 Belanja Daerah
APBD 2010
Belanja Tidak Langsung 261,960,951,852 Belanja Pegawai 173,594,813,052 Belanja Subsidi 5,300,000,000 Belanja Hibah 8,500,000,000 Belanja Bantuan Sosial 3,000,000,000 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,500,000,000 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa30,566,138,800 Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000 Belanja Langsung 306,256,934,706 Belanja Pegawai 23,969,649,454 Belanja Barang dan Jasa 170,441,404,162 Belanja Modal 111,845,881,090 Jumlah Belanja 568,217,886,558
II-2011 APBD 2011
Nominal 119,196,837,106 87,621,203,434 5,275,900,000 1,709,125,505 13,644,273,927 10,813,284,240 133,050,000 98,221,593,812 7,944,898,860 72,457,415,139 17,819,279,813 217,418,430,918
Pencapaian (%) 45.50 50.47 62.07 56.97 35.44 35.38 5.32 32.07 33.15 42.51 15.93 38.26
311,594,816,664.00 203,973,905,336.00 3,200,000,000.00 41,750,000,000.00 6,000,000,000.00 44,170,911,328.00 7,500,000,000.00 5,000,000,000.00 359,456,670,266.00 30,439,242,880.00 216,489,471,944.00 112,527,955,442.00 671,051,486,930.00
Nominal 136,425,463,427.00 92,268,130,533.00 20,909,400,000.00 3,397,557,300.00 16,029,427,394.00 3,218,698,200.00 602,250,000.00 167,773,642,149.00 11,176,870,113.00 104,802,849,720.00 51,793,922,316.00 304,199,105,576.00
Pencapaian (%) 43.78 45.24 50.08 56.63 36.29 42.92 12.05 46.67 36.72 48.41 46.03 45.33
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
49
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Kualitas APBD Gorontalo triwulan II-2011 lebih diarahkan pada kepentingan konsumsi meskipun disisi lain untuk kegiatan investasi turut ditingkatkan. Pada triwulan laporan, komposisi belanja konsumsi mencapai 83% sementara untuk belanja investasi mencapai 17%. Dilihat dari komposisinya lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana pangsa konsumsi mencapai 91% sementara belanja investasi hanya mencapai 9%. Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo II-2010 Belanja Daerah
II-2011
APBD 2010
Belanja Tidak Langsung 261,960,951,852 Belanja Pegawai 173,594,813,052 Belanja Subsidi 5,300,000,000 Belanja Hibah 8,500,000,000 Belanja Bantuan Sosial 3,000,000,000 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,500,000,000 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa30,566,138,800 Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000 Belanja Langsung 306,256,934,706 Belanja Pegawai 23,969,649,454 Belanja Barang dan Jasa 170,441,404,162 Belanja Modal 111,845,881,090 Jumlah Belanja 568,217,886,558
APBD 2011 Nominal Komposisi (%) 119,196,837,106 54.82 87,621,203,434 40.30 5,275,900,000 2.43 1,709,125,505 0.79 13,644,273,927 6.28 10,813,284,240 4.97 133,050,000 0.06 98,221,593,812 45.18 7,944,898,860 3.65 72,457,415,139 33.33 17,819,279,813 8.20 217,418,430,918 100.00
311,594,816,664.00 203,973,905,336.00 3,200,000,000.00 41,750,000,000.00 6,000,000,000.00 44,170,911,328.00 7,500,000,000.00 5,000,000,000.00 359,456,670,266.00 30,439,242,880.00 216,489,471,944.00 112,527,955,442.00 671,051,486,930.00
Nominal
Komposisi (%)
136,425,463,427.00 92,268,130,533.00 20,909,400,000.00 3,397,557,300.00 16,029,427,394.00 3,218,698,200.00 602,250,000.00 167,773,642,149.00 11,176,870,113.00 104,802,849,720.00 51,793,922,316.00 304,199,105,576.00
44.85 30.33 6.87 1.12 5.27 1.06 0.20 55.15 3.67 34.45 17.03 100.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal selama triwulan II-2011 belum menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 11,22%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 2,30%. Pangsa konsumsi pemerintah terhadap sektor riil mengalami kenaikan dibandingkan triwulan II-2010, hal ini terkait peringatan satu dasawarsa Provinsi Gorontalo. Pengaruh signifikan terasa pada sisi investasi, tercatat stimulan fiskal terhadap investasi sektor riil memberikan pangsa 2,30% meningkat dibandingkan triwulan II-2010 yang hanya mencapai 0,89%. Sementara apabila dilihat dari sisi anggaran masih terdapat surplus penerimaan sebesar Rp 52 Miliar dimana surplus tersebut lebih disebabkan karena realisasi belanja modal masih dibawah target anggaran. Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah
APBD 2010
Konsumsi Pemerintah 456,372,005,468 Belanja Pegawai 197,564,462,506 Belanja Subsidi 5,300,000,000 Belanja Hibah 8,500,000,000 Belanja Bantuan Sosial 3,000,000,000 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,500,000,000 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa30,566,138,800 Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000 Belanja Barang dan Jasa 170,441,404,162 Pembentukan Modal Tetap Bruto 111,845,881,090 Belanja Modal 111,845,881,090
II-2010 Nominal 199,599,151,105 95,566,102,294 5,275,900,000 1,709,125,505 13,644,273,927 10,813,284,240 133,050,000 72,457,415,139 17,819,279,813 17,819,279,813
APBD 2011
%PDRB 10.02 4.80 0.26 0.09 0.68 0.54 0.01 3.64 0.89 0.89
558,523,531,488 234,413,148,216 3,200,000,000 41,750,000,000 6,000,000,000 44,170,911,328 7,500,000,000 5,000,000,000 216,489,471,944 112,527,955,442 112,527,955,442
II-2011 Nominal 252,405,183,260 103,445,000,646 20,909,400,000 3,397,557,300 16,029,427,394 3,218,698,200 602,250,000 104,802,849,720 51,793,922,316 51,793,922,316
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
50
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
%PDRB 11.22 4.60 0.93 0.15 0.71 0.14 0.03 4.66 2.30 2.30
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan II-2011 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD. Surplus penerimaan mencapai Rp 52 Miliar lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 45 Miliar. Tabel 4.6 Dampak APBD Terhadap Uang Beredar APBD
APBD 2010
Pendapatan 534,032,446,868.00 Pendapatan Asli Daerah 103,283,066,210.00 Dana Perimbangan 430,749,380,658.00 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 19,263,660,658.00 Dana Alokasi Umum 400,750,820,000.00 Dana Alokasi Khusus 10,734,900,000.00 Dana Darurat Dana Penyesuaian Belanja 568,217,886,558.00 Belanja Pegawai 197,564,462,506.00 Belanja Subsidi 5,300,000,000.00 Belanja Hibah 8,500,000,000.00 Belanja Bantuan Sosial 3,000,000,000.00 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,500,000,000.00 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 30,566,138,800.00 Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000.00 Belanja Barang dan Jasa 170,441,404,162.00 Belanja Modal 111,845,881,090 Surplus/Defisit (34,185,439,690) Pembiayaan Netto (34,185,439,690) DAMPAK RUPIAH -
II-2010 Nominal 263,375,478,914.06 56,552,833,250.06 206,822,645,664.00 3,226,763,664.00 200,375,412,000.00 3,220,470,000.00 217,418,430,918.00 95,566,102,294.00 5,275,900,000.00 1,709,125,505.00 13,644,273,927.00 10,813,284,240.00 133,050,000.00 72,457,415,139.00 17,819,279,813 45,957,047,996 45,957,047,996
%PDRB 13.22 2.84 10.38 0.16 10.06 0.16 10.92 4.80 0.26 0.09 0.68 0.54 0.01 3.64 0.89 2.31 2.31
636,640,040,520.00 122,766,740,520.00 513,873,300,000.00 24,698,000,000.00 461,118,100,000.00 28,057,200,000.00
II-2011 Nominal 356,788,087,511.22 74,298,885,907.22 279,495,157,404.00 2,092,434,404.00 268,985,563,000.00 8,417,160,000.00
671,051,486,930.00 234,413,148,216.00 3,200,000,000.00 41,750,000,000.00 6,000,000,000.00 44,170,911,328.00 7,500,000,000.00 5,000,000,000.00 216,489,471,944.00 112,527,955,442 (34,411,446,410) (34,411,446,410) -
2,994,044,200.00 304,199,105,576.00 103,445,000,646.00 20,909,400,000.00 3,397,557,300.00 16,029,427,394.00 3,218,698,200.00 602,250,000.00 104,802,849,720.00 51,793,922,316 52,588,981,935 52,588,981,935
APBD 2011
%PDRB 15.86 3.30 12.43 0.09 11.96 0.37 0.13 13.53 4.60 0.93 0.15 0.71 0.14 0.03 4.66 2.30 2.34 2.34
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
51
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Halaman ini sengaja dikosongkan
52
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan II-2011 diwarnai oleh net outlow dan penurunan persediaan uang layak edar. Sementara itu, sistem pembayaran non tunai menunjukkan penurunan transaksi kliring dan peningkatan transaksi RTGS.
5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan II-2011 mengalami net outflow sebesar Rp33,86 miliar. Aliran uang kartal yang keluar dari dalam khasanah kas titipan lebih tinggi dibandingkan dengan aliran uang kartal yang masuk ke khasanah kas titipan.
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo
Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan
Kondisi net outflow pada triwulan laporan didominasi pada bulan April yang mencapai Rp43,492 miliar kemudian pada dua bulan berikutnya mengalami net inflow yaitu Mei sebesar Rp903 juta dan Juni sebesar Rp8,70 miliar. Net outflow pada triwulan II-2011 merupakan cerminan dari pergerakan uang kartal yang keluar dari perbankan untuk kebutuhan transaksi ekonomi masyarakat.
5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR Uang layak edar yang tersedia pada kas titipan Gorontalo pada akhir triwulan II-2011 sebesar Rp80,39 miliar lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp99,15 miliar. Adapun rincian uang layak edar dimaksud sebesar Rp80,39 miliar untuk uang kertas dan Rp2 juta untuk uang logam. Sementara itu, uang lusuh yang terdapat pada kas titipan pada triwulan laporan sebesar Rp16,29 miliar. Pecahan uang kertas sebesar Rp1000,merupakan pecahan yang memiliki tingkat kelusuhan tertinggi yaitu sebanyak 590.000 lembar, kemudian diikuti oleh pecahan uang kertas sebesar Rp2000,- yang memiliki tingkat
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
53
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
kelusuhan sebanyak 500.000 lembar, dan pecahan uang kertas sebesar Rp5000,- yang memiliki tingkat kelusuhan sebanyak 480.000 lembar. Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo (Dalam Rp.ribu) Jenis Pecahan (Rp) Uang Kertas 100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 Total Uang Logam 500 100 50 Total TOTAL UANG
Tw. II 2010 Tw. I 2011 Jumlah (ribu) Jumlah (ribu) Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh 24,600,000 1,000,000 25,600,000 39,300,000 4,000,000 43,300,000 20,350,000 2,000,000 22,350,000 39,300,000 5,000,000 44,300,000 6,720,000 1,300,000 8,020,000 9,320,000 460,000 9,780,000 3,320,000 700,000 4,020,000 5,220,000 250,000 5,470,000 940,000 450,000 1,390,000 4,880,000 175,000 5,055,000 300,000 300,000 1,002,000 1,000,000 2,002,000 10,000 305,000 315,000 66,000 130,000 196,000 56,240,000 5,755,000 61,995,000 99,088,000 11,015,000 110,103,000 50,000 63,000 63,000 10,000 1,000 1,000 60,000 64,000 64,000 56,300,000 5,755,000 61,995,000 99,152,000 11,015,000 110,167,000
Tw. II 2011 Jumlah (ribu) Layak edar Lusuh 33,900,000 2,000,000 35,900,000 31,800,000 5,000,000 36,800,000 9,280,000 2,100,000 11,380,000 2,900,000 3,200,000 6,100,000 1,250,000 2,400,000 3,650,000 1,238,000 1,000,000 2,238,000 20,000 590,000 610,000 80,388,000 16,290,000 96,678,000 112,500 112,500 2,000 2,000 2,000 112,500 114,500 80,390,000 16,402,500 96,792,500
Sumber : Bank Indonesia
5.1.3 UANG PALSU
Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo
Pecahan / Tahun Emisi
2009
2010
Tw I-2011 Tw II-2011
100.000 / 2004 50.000 / 2005 10.000 / 2005 5.000 / 2001
1 7 0 0
21 14 1 3
0 0 0 0
0 0 0 0
Jumlah
8
39
0
0
Hingga triwulan-II 2011, belum teridentifikasi temuan uang palsu di Kas Titipan Provinsi Gorontalo. Namun pada tahun 2010 terdapat temuan sebanyak 39 lembar uang palsu dengan rincian meliputi pecahan Rp100.000,- tahun emisi 2004 sebanyak 21 lembar, pecahan Rp50.000,- tahun emisi 2005 sebanyak 14 lembar, pecahan Rp10.000,tahun emisi 2005 sebanyak 1 lembar, dan pecahan Rp5.000,- tahun emisi 2001 sebanyak 3 lembar.
54
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp362,64 miliar dengan pertumbuhan sebesar 0,08% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,28% (q.t.q). Adapun jumlah warkat sebanyak 16.384 lembar dengan pertumbuhan sebesar 4.87% (q.t.q). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan I-2011 sebesar Rp6,044 miliar atau tumbuh 5,08% (q.t.q). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 281 lembar atau tumbuh sebesar 10,11% (q.t.q).
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo
Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari
Rata-rata rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan nominal warkat yang dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,88% pada triwulan I-2011 menjadi 0,72% pada triwulan II-2011. Sementara itu, rata-rata rasio warkat Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan juga mengalami penurunan dari 0,91% pada triwulan I-2011 menjadi 0,69% pada triwulan II2011.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011
55
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan II-2011 secara nominal sebesar Rp521 miliar atau tumbuh secara triwulanan sebesar 4,34% (q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -22,96% (q.t.q). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan selama triwulan II-2011 tercatat sebanyak 1.397 transaksi atau mengalami pertumbuhan secara triwulanan sebesar 22,86% (q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -37,45% (q.t.q). Peningkatan perkembangan transaksi RTGS diperkirakan karena pergerakan aktivitas ekonomi pada triwulan laporan lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
Bulan April Mei Juni Rata-rata tw II-10 Pertumbuhan (qtq) Juli Agustus September Rata-rata tw III-10 Pertumbuhan (qtq) Oktober November Desember Rata-rata tw IV-10 Pertumbuhan (qtq) Januari Februari Maret Rata-rata tw I-11 Pertumbuhan (qtq) April Mei Juni Rata-rata tw II-11 Pertumbuhan (qtq)
FROM TO FROM + TO Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 160 472 225 412 385 884 151 474 233 404 384 878 185 554 389 560 574 1114 165 500 282 459 448 959 33.49% 35.14% -7.36% 26.70% 4.44% 30.97% 216 636 402 630 618 1266 210 758 402 771 612 1529 160 720 371 755 531 1475 195 705 392 719 587 1423 17.97% 40.93% 38.76% 56.69% 31.08% 48.47% 200 742 392 744 591 1486 204 789 353 802 557 1591 280 1196 516 1182 796 2378 228 909 420 909 648 1818 16.89% 29.00% 7.22% 26.53% 10.43% 27.75% 155 574 360 474 515 1048 166 490 268 470 434 960 175 701 373 703 548 1404 165 588 334 549 499 1137 -27.42% -35.28% -20.54% -39.63% -22.96% -37.45% 196 725 267 611 464 1336 165 715 353 635 518 1350 216 796 365 710 581 1506 192 745 328 652 521 1397 16.26% 26.69% -1.57% 18.76% 4.34% 22.86%
Sumber : Bank Indonesia
56
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA