No.15/03/91 Th. X, 01 Maret 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN PROVINSI PAPUA BARAT NTP Provinsi Papua Barat Februari 2016 sebesar 99,29 atau naik 0,15 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan laju Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik 0,60 persen lebih cepat dibandingkan laju Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,45 persen. Pada Februari 2016, menurut subsektor, NTP Perikanan (NTN) merupakan subsektor yang memiliki indeks tertinggi, yaitu sebesar 104,13. Sebaliknya, NTP Tanaman Pangan (NTPP) merupakan subsektor yang memiliki indeks terendah, yaitu sebesar 96,08. Menurut laju pertumbuhan indeks dibandingkan bulan sebelumnya, NTP Hortikultura (NTPH) memiliki laju pertumbuhan tertinggi, yaitu naik 1,10 persen. Sebaliknya, NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) memiliki laju pertumbuhan terendah, yaitu turun 0,93 persen. Pada Februari 2016 terjadi inflasi perdesaan di Provinsi Papua Barat sebesar 0,57 persen terutama disebabkan oleh indeks kelompok bahan makanan, yaitu naik 0,76 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Papua Barat Februari 2016 sebesar 108,08 atau naik 0,49 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
1. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami
Berita Resmi Statistik No. 11/03/91 Th. X, 01 Maret 2016
1
perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 8 (delapan) Kabupaten di Provinsi Papua Barat pada bulan Februari 2016, menunjukan bahwa NTP Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen dibanding bulan Januari 2015 yaitu dari 99,14 menjadi 99,29. Hal ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian umumnya naik lebih cepat dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian umumnya. Dua dari lima subsektor pada bulan Februari 2016 mengalami laju kenaikan indeks NTP. Berikut Laju kenaikan menurut subsektor, NTP subsektor hortikultura (1,10%) dan NTP subsektor perikanan (0,99%). Sedangkan, laju penurunan terjadi pada NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (-0,93%); NTP subsektor peternakan (-0,16%) dan NTP subsektor tanaman pangan (-0,25%).
2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam sesuai komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Februari 2016, secara agregat indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen apabila dibandingkan dengan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada bulan Januari 2015, yaitu dari 120,26 menjadi 120,98. Laju kenaikan It di Provinsi Papua Barat bulan Februari 2016 disebabkan oleh adanya laju kenaikan indeks terima pada empat dari lima subsektor. Empat subsektor tersebut meliputi, subsektor tanaman pangan (0,30%), subsektor Hortikultura (1,59%); subsektor peternakan (0,26%) dan subsektor perikanan (1,23%). Sementara penurunan indeks terima terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat (-0,48%).
2
Berita Resmi Statistik No. 11/03/91 Th. X, 01 Maret 2015
Tabel 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor Februari 2016 (2012=100) Bulan Januari'16
Februari'16
Persentase Perubahan
[2]
[3]
[4]
a . Indeks ya ng Di teri ma (It)
118,79
119,15
0,30
b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib)
123,33
124,01
0,55
c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPP)
96,32
96,08
-0,25
a . Indeks ya ng Di teri ma (It)
122,60
124,54
1,59
b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib)
122,52
123,11
0,48
c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPH)
100,06
101,16
1,10
a . Indeks ya ng Di teri ma (It)
120,38
119,80
-0,48
b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib)
120,36
120,90
0,45
c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPR)
100,01
99,09
-0,93
a . Indeks ya ng Di teri ma (It)
115,42
115,72
0,26
b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib)
117,70
118,19
0,42
c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPT)
98,06
97,91
-0,16
a . Indeks ya ng Di teri ma (It)
125,59
127,13
1,23
b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib)
121,81
122,09
0,23
c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN)
103,10
104,13
0,99
a . Indeks ya ng Di teri ma (It)
127,62
129,37
1,38
b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib)
121,78
122,05
0,22
c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN)
104,79
106,00
1,15
a . Indeks ya ng Di teri ma (It)
110,00
109,90
-0,10
b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib)
122,04
122,43
0,33
c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPi )
90,14
89,76
-0,42
a . Indeks ya ng Di teri ma (It)
120,26
120,98
0,60
b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib)
121,30
121,85
0,45
c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP)
99,14
99,29
0,15
a . Indeks ya ng Di teri ma (It)
119,61
120,23
0,52
b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib)
121,23
121,82
0,48
c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP)
98,66
98,70
0,04
Subsektor [1]
1. Tanaman Pangan
2. Hortikultura
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
4. Peternakan
5. Perikanan
5.1. Perikanan Tangkap
5.2. Pembudidaya Ikan
NTP Gabungan/ Provinsi Papua Barat NTP Gabungan
NTP Gabungan Tanpa Ikan
Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.
Berita Resmi Statistik No. 11/03/91 Th. X, 01 Maret 2016
3
3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Indeks harga yang dibayar petani (Ib) berfluktuasi diakibatkan oleh harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Februari 2016, Ib di Provinsi Papua Barat dilaporkan secara agregat mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen bila dibandingkan Januari 2016, yaitu dari 121,30 menjadi 121,85. Kenaikan Ib tersebut terjadi karena seluruh subsektor mengalami kenaikan indeks bayar. Berikut kenaikan indeks menurut subsektor, subsektor tanaman pangan (0,55%); subsektor hortikultura (0,48%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,45%); subsektor peternakan (0,42%) dan subsektor perikanan (0,23%).
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada bulan Februari 2016 NTPP di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 0,25 persen di bandingkan bulan Januari 2016 yaitu dari 96,32 menjadi 96,08. Penurunan NTPP ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,30 persen bila dibandingkan dengan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,55 persen. Kenaikan It Januari 2016 karena adanya kenaikan indeks kelompok palawija sebesar 0,60 persen, sementara indeks kelompok padi tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib Februari 2016 karena adanya kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga petani sebesar 0,60 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,24 persen.
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada bulan Februari 2016, NTPH di Provinsi Papua Barat dilaporkan mengalami kenaikan sebesar 1,10 persen apabila dibandingkan bulan Januari 2016 yaitu dari 100,06 menjadi 101,16. Kenaikan NTPH ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 1,59 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yakni naik sebesar 0,48 persen. Kenaikan It bulan Februari 2016 karena adanya kenaikan indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 2,11 persen dan indeks harga kelompok buah-buahan sebesar 0,41 persen. Sebaliknya, terjadi penurunan pada indeks harga kelompok tanaman obat, yakni sebesar 0,63 persen. Disisi lain, kenaikan Ib bulan Februari 2016 ini dipicu oleh kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,55 persen dan indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,17 persen.
4
Berita Resmi Statistik No. 11/03/91 Th. X, 01 Maret 2015
Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya Februari 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok [1]
Bulan Januari'16
Februari'16
Persentase Perubahan
[2]
[3]
[4]
1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani
118,79
119,15
0,30
- Pa di
117,20
117,20
0,00
- Pa l a wi ja
120,43
121,15
0,60
123,33
124,01
0,55
- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga
124,88
125,64
0,60
- Indeks BPPBM
114,77
115,04
0,24
122,60
124,54
1,59
- Sa yur-s a yura n
119,11
121,63
2,11
- Bua h-bua ha n
131,35
131,89
0,41
- Ta na ma n Oba t
113,25
112,54
-0,63
122,52
123,11
0,48
- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga
124,94
125,63
0,55
- Indeks BPPBM
112,73
112,92
0,17
120,38
119,80
-0,48
120,38
119,80
-0,48
120,36
120,90
0,45
- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga
124,84
125,62
0,62
- Indeks BPPBM
111,13
111,18
0,04
115,42
115,72
0,26
- Terna k Bes a r
128,93
129,16
0,18
- Terna k Keci l
117,13
117,13
0,00
- Ungga s
116,07
116,75
0,59
- Ha s i l Terna k
108,33
108,70
0,34
117,70
118,19
0,42
- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga
125,24
125,96
0,58
- Indeks BPPBM
107,72
107,90
0,17 1,23
b. Indeks Dibayar Petani
2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks DiterimaPetani - Ta na ma n Perkebuna n Ra kya t (TPR) b. IndeksDibayarPetani
4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibaya rPetani
5. Perikanan Tangkap Dan Pembudidaya a. Indeks Diterima Petani
125,59
127,13
- Pena ngka pa n
127,62
129,37
1,38
- Budi da ya
110,00
109,90
-0,10
b. Indeks Dibayar Petani
121,81
122,09
0,23
- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga
127,21
127,80
0,47
- Indeks BPPBM
111,48
111,18
-0,27
a. Indeks Diterima Petani
127,62
129,37
1,38
- Pena ngka pa n La ut
127,62
129,37
1,38
b. Indeks Dibayar Petani
5.1. Perikanan Tangkap
121,78
122,05
0,22
- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga
127,26
127,85
0,47
- Indeks BPPBM
111,80
111,48
-0,29
Berita Resmi Statistik No. 11/03/91 Th. X, 01 Maret 2016
5
(Lanjutan Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya) Bulan Januari'16
Februari'16
Persentase Perubahan
[2]
[3]
[4]
a. Indeks Diterima Petani
110,00
109,90
-0,10
- Budi da ya Ai r Ta wa r
118,99
118,54
-0,38
- Budi da ya La ut
107,32
107,32
0,00
- Budi da ya Ai r Pa ya u
100,00
100,00
0,00
b. Indeks Dibayar Petani
122,04
122,43
0,33
- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga
126,83
127,42
0,47
- Indeks BPPBM
109,04
108,90
-0,13
Kelompok dan Sub kelompok [1]
5.2. Perikanan Budidaya
Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.
c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada bulan Februari 2016 NTPR mengalami penurunan sebesar 0,93 persen apabila dibandingkan dengan Januari 2016 yaitu dari 100,01 menjadi 99,09, penurunan NTPR ini disebabkan oleh laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,48 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen. Penurunan It pada Februari 2016 ini karena adanya penurunan indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 0,48 persen yaitu dari 120,38 menjadi 119,80. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Februari 2016 dikarenakan adanya laju indeks kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 0,62 persen dan penurunan laju indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,04 persen.
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada bulan Februari 2016, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,16 persen apabila dibandingkan bulan Januari 2016 yaitu dari 98,06 menjadi 97,91, hal ini terjadi karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,26 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen. Kenaikan It pada Februari 2016 ini disebabkan karena terjadi kenaikan pada indeks harga pada kelompok kelompok ternak besar yakni sebesar 0,18 persen, kelompok unggas sebesar 0,59 dan kelompok hasil ternak sebesar 0,34 persen. Sementara, indeks harga yang diterima terjadi pada kelompok ternak kecil tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Februari 2016 ini disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,58 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,17 persen.
e. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada bulan Februari 2016, terjadi kenaikan NTNP sebesar 0,99 persen dibandingkan bulan Januari 2016 yaitu dari 103,10 menjadi 104,13. Kenaikan NTNP ini dikarenakan laju indeks harga yang diterima petani (It) naik
6
Berita Resmi Statistik No. 11/03/91 Th. X, 01 Maret 2015
relatif lebih cepat yakni sebesar 1,23 persen, dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen. Kenaikan It bulan Februari 2016 dikarenakan penurunan indeks harga kelompok perikanan tangkap yang sebesar 1,38 persen. Sebaliknya, terjadi penurunan indeks harga terima pada kelompok budidaya, yakni sebesar 0,10 persen. Di sisi lain, kenaikan Ib pada Februari 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,47 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,27 persen.
1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada Februari 2016, terjadi kenaikan NTN sebesar 1,15 persen dibandingkan Januari 2016 yaitu dari 104,79 menjadi 106,00. Kenaikan NTN ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 1,38 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen. Kenaikan It Februari 2016 disebabkan adanya kenaikan pada indeks harga kelompok penangkapan laut sebesar 1,38 persen. Disisi lain, kenaikan Ib Februari 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,47 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,29 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada Februari 2016, terjadi penurunan NTPi sebesar 0,42 persen dibandingkan Januari 2016 yaitu dari 90,14 menjadi 89,76. Penurunan NTPi ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,38 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen. Penurunan It Februari 2016 disebabkan adanya penurunan indeks harga kelompok budidaya air tawar sebesar 0,38 persen. Sementara kelompok budidaya air payau dan indeks harga kelompok kelompok budidaya laut tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib Februari 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,47 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,13 persen.
5. Indek Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Februari 2016, terjadi inflasi di daerah perdesaan secara regional di Provinsi Papua Barat sebesar 0,57 persen, hal ini terjadi karena enam dari tujuh kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami kenaikan atau inflasi. Kelompok bahan makanan mengalami perubahan yang paling signifikan, yaitu naik sebesar 0,76 persen. Berikutnya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,68%); kelompok perumahan (0,33%); kelompok sandang (0,49%); kelompok kesehatan (0,65%) dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah
Berita Resmi Statistik No. 11/03/91 Th. X, 01 Maret 2016
7
raga (0,40%). Sementara kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,09 persen.
Tabel 3 Inflasi Pedesaan Provinsi Papua Barat dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran, Februari 2016 (2012=100)
Inflasi Pedesaan Provinsi
Inflasi Pedesaan Nasional
Februari 2016
Februari 2016
[2]
[3]
Konsumsi Rumah Tangga
0,57
0,09
Bahan Makanan
0,76
-0,10
Makanan Jadi, Minuman, rokok, dan tembakau
0,68
0,50
Perumahan
0,33
0,10
Sandang
0,49
0,29
Kesehatan
0,65
0,28
Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga
0,40
0,13
Transportasi dan Komunikasi
-0,09
-0,16
Kelompok Pengeluaran
[1]
Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.
6. NTUP Subsektor NTUP merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produksi pertanian dengan faktor produksi yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. Pada Februari 2016 terjadi kenaikan NTUP Provinsi Papua Barat sebesar 0,49 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini karena perubahan indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat, yakni sebesar 0,60 persen, dibandingkan laju indeks BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen. Menurut subsektor, kenaikan NTUP terdapat pada empat dari lima subsektor penyusun NTUP. Subsektor yang mengalami kenaikan tersebut yaitu subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,06 persen; subsektor hortikultura naik sebesar 1,41
8
Berita Resmi Statistik No. 11/03/91 Th. X, 01 Maret 2015
persen; subsektor peternakan naik sebesar 0,09 persen dan subsektor perikanan naik sebesar 1,50 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,53 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Provinsi Papua Barat per Subsektor, dan Persentase Perubahannya, Februari 2016 (2012=100) Subsektor
Januari'16
Februari'16
Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan
103,51
103,57
0,06
2. Hortikultura
108,76
110,29
1,41
3. Tanaman Perkebunan Raky at
108,32
107,75
-0,53
4. Peternakan
107,15
107,25
0,09
5. Perikanan
112,66
114,35
1,50
a. Tangkap
114,15
116,05
1,67
b. Budiday a
100,89
100,92
0,03
107,56
108,08
0,49
NT UP Provinsi Papua Barat
Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.
Berita Resmi Statistik No. 11/03/91 Th. X, 01 Maret 2016
9
Diterbitkan oleh :
Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Jl. Trikora-Sowi IV No.99, Manokwari 98312. Contact Person: Kepala Bidang Statistik Distribusi Hendra Wijaya, SST, M.Si (0813 4444 1704)