PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN

No.20/04/91 Th. X, 01 April 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN PROVINSI PAPUA BARAT NTP Provinsi Papua Barat Maret 2016 sebesar 99,74 atau naik 0,45 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan laju Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik 0,51 persen lebih cepat dibandingkan laju Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,06 persen. Pada Maret 2016, menurut subsektor, NTP Perikanan (NTN) merupakan subsektor yang memiliki indeks tertinggi, yaitu sebesar 104,33. Sebaliknya, NTP Tanaman Pangan (NTPP) merupakan subsektor yang memiliki indeks terendah, yaitu sebesar 95,08. Menurut laju pertumbuhan indeks dibandingkan bulan sebelumnya, NTP Hortikultura (NTPH) memiliki laju pertumbuhan tertinggi, yaitu naik 1,49 persen. Sebaliknya, NTP Tanaman Pangan (NTPR) memiliki laju pertumbuhan terendah, yaitu turun 1,05 persen. Pada Maret 2016 terjadi inflasi perdesaan di Provinsi Papua Barat sebesar 0,09 persen terutama disebabkan oleh indeks kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau, yaitu naik 0,31 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Papua Barat Maret 2016 sebesar 108,61 atau naik 0,49 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

1. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami

Berita Resmi Statistik No. 20/04/91 Th. X, 01 April 2016

1

perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 8 (delapan) Kabupaten di Provinsi Papua Barat pada bulan Maret 2016, menunjukan bahwa NTP Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen dibanding bulan Februari 2016 yaitu dari 99,29 menjadi 99,74. Hal ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian umumnya naik lebih cepat dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian umumnya. Tiga dari lima subsektor pada bulan Maret 2016 mengalami laju kenaikan indeks NTP. Berikut Laju kenaikan menurut subsektor, NTP subsektor hortikultura (1,49%); NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,45%) dan NTP subsektor perikanan (0,19%). Sedangkan, laju penurunan terjadi pada NTP subsektor peternakan (-0,23%) dan NTP subsektor tanaman pangan (-1,05%).

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam sesuai komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Maret 2016, secara agregat indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen apabila dibandingkan dengan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada bulan Februari 2016, yaitu dari 120,98 menjadi 121,60. Laju kenaikan It di Provinsi Papua Barat bulan Maret 2016 disebabkan oleh adanya laju kenaikan indeks terima pada tiga dari lima subsektor. Tiga subsektor tersebut meliputi, subsektor Hortikultura (1,54%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,45%); dan subsektor perikanan (0,36%). Sementara penurunan indeks terima terjadi pada subsektor tanaman pangan (-0,95%) dan subsektor peternakan (-0,19%) .

2


Tabel 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor Maret 2016 (2012=100) Bulan Februari'16

Maret'16

Persentase Perubahan

[2]

[3]

[4]

a . Indeks ya ng Di teri ma (It)

119,15

118,01

-0,95

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib)

124,01

124,12

0,09

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPP)

96,08

95,08

-1,05


124,54

126,47

1,54


123,11

123,18

0,06

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPH)

101,16

102,66

1,49


119,80

121,54

1,45


120,90

120,90

0,00

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPR)

99,09

100,52

1,45


115,72

115,50

-0,19


118,19

118,24

0,04

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPT)

97,91

97,69

-0,23


127,13

127,59

0,36


122,09

122,30

0,17

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN)

104,13

104,33

0,19


129,37

129,91

0,42


122,05

122,26

0,17

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN)

106,00

106,26

0,25


109,90

109,71

-0,17


122,43

122,62

0,16

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPi )

89,76

89,47

-0,32


120,98

121,60

0,51


121,85

121,92

0,06

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP)

99,29

99,74

0,45


120,23

120,87

0,53


121,82

121,88

0,05

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP)

98,70

99,17

0,48

Subsektor [1]

1. Tanaman Pangan

2. Hortikultura

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

4. Peternakan

5. Perikanan

5.1. Perikanan Tangkap

5.2. Pembudidaya Ikan

NTP Gabungan/ Provinsi Papua Barat NTP Gabungan

NTP Gabungan Tanpa Ikan

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.


3

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Indeks harga yang dibayar petani (Ib) berfluktuasi diakibatkan oleh harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Maret 2016, Ib di Provinsi Papua Barat dilaporkan secara agregat mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen bila dibandingkan Februari 2016, yaitu dari 121,85 menjadi 121,92. Kenaikan Ib tersebut terjadi karena empat dari lima subsektor mengalami kenaikan indeks bayar. Berikut kenaikan indeks menurut subsektor, subsektor tanaman pangan (0,09%); subsektor hortikultura (0,06%); subsektor peternakan (0,04%) dan subsektor perikanan (0,17%). Sementara, subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,00%) tidak mengalami perubahan.

4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada bulan Maret 2016 NTPP di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 1,05 persen di bandingkan bulan Februari 2016 yaitu dari 96,08 menjadi 95,08. Penurunan NTPP ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,95 persen bila dibandingkan dengan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,09 persen. Penurunan It Maret 2016 karena adanya penurunan indeks kelompok padi sebesar 0,93 persen dan indeks kelompok palawija sebesar 0,98 persen, Disisi lain, kenaikan Ib Maret 2016 karena adanya kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga petani sebesar 0,06 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,28 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada bulan Maret 2016, NTPH di Provinsi Papua Barat dilaporkan mengalami kenaikan sebesar 1,49 persen apabila dibandingkan bulan Februari 2016 yaitu dari 101,16 menjadi 102,66. Kenaikan NTPH ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 1,54 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yakni naik sebesar 0,06 persen. Kenaikan It bulan Maret 2016 karena adanya kenaikan indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 1,87 persen, indeks harga kelompok buah-buahan sebesar 0,81 persen dan indeks harga kelompok tanaman obat, yakni sebesar 0,24 persen. Disisi lain, kenaikan Ib bulan Maret 2016 ini dipicu oleh kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,07 persen dan penurunan indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,02 persen.

4


Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya Maret 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok [1]

Bulan Februari'16

Maret'16


[2]

[3]

[4]

1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani

119,15

118,01

-0,95

- Pa di

117,20

116,11

-0,93

- Pa l a wi ja

121,15

119,96

-0,98

124,01

124,12

0,09

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga

125,64

125,72

0,06

- Indeks BPPBM

115,04

115,36

0,28

124,54

126,47

1,54

- Sa yur-s a yura n

121,63

123,90

1,87

- Bua h-bua ha n

131,89

132,96

0,81

- Ta na ma n Oba t

112,54

112,81

0,24

123,11

123,18

0,06


125,63

125,72

0,07

- Indeks BPPBM

112,92

112,90

-0,02

119,80

121,54

1,45

119,80

121,54

1,45

120,90

120,90

0,00


125,62

125,73

0,09

- Indeks BPPBM

111,18

110,96

-0,20

115,72

115,50

-0,19

- Terna k Bes a r

129,16

128,68

-0,37

- Terna k Keci l

117,13

116,93

-0,17

- Ungga s

116,75

116,46

-0,25

- Ha s i l Terna k

108,70

108,62

-0,07

118,19

118,24

0,04


125,96

126,07

0,08

- Indeks BPPBM

107,90

107,87

-0,03 0,36

b. Indeks Dibayar Petani

2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani


3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks DiterimaPetani - Ta na ma n Perkebuna n Ra kya t (TPR) b. IndeksDibayarPetani

4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani

b. Indeks Dibaya rPetani

5. Perikanan Tangkap Dan Pembudidaya a. Indeks Diterima Petani

127,13

127,59

- Pena ngka pa n

129,37

129,91

0,42

- Budi da ya

109,90

109,71

-0,17


122,09

122,30

0,17


127,80

128,06

0,21

- Indeks BPPBM

111,18

111,28

0,09

a. Indeks Diterima Petani

129,37

129,91

0,42

- Pena ngka pa n La ut

129,37

129,91

0,42


5.1. Perikanan Tangkap

122,05

122,26

0,17


127,85

128,11

0,21

- Indeks BPPBM

111,48

111,58

0,10


5

(Lanjutan Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya) Bulan Februari'16

Maret'16


[2]

[3]

[4]

a. Indeks Diterima Petani

109,90

109,71

-0,17

- Budi da ya Ai r Ta wa r

118,54

117,77

-0,65

- Budi da ya La ut

107,32

107,32

0,00

- Budi da ya Ai r Pa ya u

100,00

100,00

0,00


122,43

122,62

0,16


127,42

127,67

0,19

- Indeks BPPBM

108,90

108,93

0,03

Kelompok dan Sub kelompok [1]

5.2. Perikanan Budidaya


c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada bulan Maret 2016 NTPR mengalami kenaikan sebesar 1,45 persen apabila dibandingkan dengan Februari 2016 yaitu dari 99,09 menjadi 100,52. Kenaikan NTPR ini disebabkan oleh laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 1,45 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang tidak mengalami perubahan sebesar 0,00 persen. Kenaikan It pada Maret 2016 ini karena adanya kenaikan indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 1,45 persen yaitu dari 119,80 menjadi 121,54. Disisi lain, stagnannya Ib pada bulan Maret 2016 dikarenakan adanya laju indeks kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 0,09 persen dan penurunan laju indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,20 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada bulan Maret 2016, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,23 persen apabila dibandingkan bulan Februari 2016 yaitu dari 97,91 menjadi 97,69, hal ini terjadi karena laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,19 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen. Penurunan It pada Maret 2016 ini disebabkan karena terjadi penurunan pada indeks harga pada kelompok ternak besar yakni sebesar 0,37 persen, kelompok ternak kecil yakni sebesar 0,17 persen, kelompok unggas sebesar 0,25 dan kelompok hasil ternak sebesar 0,07 persen. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Maret 2016 ini disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,08 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,03 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada bulan Maret 2016, terjadi kenaikan NTNP sebesar 0,19 persen dibandingkan bulan Februari 2016 yaitu dari 104,13 menjadi 104,33. Kenaikan NTNP ini dikarenakan laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif

6


lebih cepat yakni sebesar 0,36 persen, dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen. Kenaikan It bulan Maret 2016 dikarenakan kenaikan indeks harga kelompok perikanan tangkap yang sebesar 0,42 persen. Sebaliknya, terjadi penurunan indeks harga terima pada kelompok budidaya, yakni sebesar 0,17 persen. Di sisi lain, kenaikan Ib pada Maret 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,21 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,09 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada Maret 2016, terjadi kenaikan NTN sebesar 0,25 persen dibandingkan Februari 2016 yaitu dari 106,00 menjadi 106,26. Kenaikan NTN ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 0,42 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen. Kenaikan It Maret 2016 disebabkan adanya kenaikan pada indeks harga kelompok penangkapan laut sebesar 0,42 persen. Disisi lain, kenaikan Ib Maret 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,21 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,10 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada Maret 2016, terjadi penurunan NTPi sebesar -0,32 persen dibandingkan Februari 2016 yaitu dari 89,76 menjadi 89,47. Penurunan NTPi ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,17 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen. Penurunan It Maret 2016 disebabkan adanya penurunan indeks harga kelompok budidaya air tawar sebesar 0,65 persen. Sementara kelompok budidaya air payau dan indeks harga kelompok kelompok budidaya laut tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib Maret 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,19 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,03 persen.

5. Indek Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Maret 2016, terjadi inflasi di daerah perdesaan secara regional di Provinsi Papua Barat sebesar 0,09 persen, hal ini terjadi karena dua dari tujuh kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami kenaikan atau inflasi. kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,68%) mengalami perubahan yang paling signifikan, yaitu naik sebesar 0,31 persen. Berikutnya, Kelompok bahan makanan (0,14%). Sementara kelompok yang tidak mengalami perubahan indeks harga meliputi kelompok sandang (0,00%); dan kelompok


7

pendidikan, rekreasi dan olah raga (0,00%). Sedangkan kelompok yang mengalami penurunan indeks harga adalah kelompok perumahan (-0,16%); kelompok kesehatan (-0,21%) dan kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,09 persen. Tabel 3 Inflasi Pedesaan Provinsi Papua Barat dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran, Maret 2016 (2012=100)

Inflasi Pedesaan Provinsi

Inflasi Pedesaan Nasional

Maret 2016

Maret 2016

[2]

[3]

Konsumsi Rumah Tangga

0,09

0,95

Bahan Makanan

0,14

1,88

Makanan Jadi, Minuman, rokok, dan tembakau

0,31

0,48

Perumahan

-0,16

0,18

Sandang

0,00

0,25

Kesehatan

-0,21

0,29

Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga

0,00

0,09

Transportasi dan Komunikasi

-0,09

0,03

Kelompok Pengeluaran

[1]


6. NTUP Subsektor NTUP merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produksi pertanian dengan faktor produksi yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. Pada Maret 2016 terjadi kenaikan NTUP Provinsi Papua Barat sebesar 0,49 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini karena perubahan indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat, yakni sebesar 0,51 persen, dibandingkan laju indeks BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen. Menurut subsektor, kenaikan NTUP terdapat pada tiga dari lima subsektor penyusun NTUP. Subsektor yang mengalami kenaikan tersebut yaitu subsektor hortikultura naik sebesar 1,56 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 1,66

8


persen dan subsektor perikanan naik sebesar 0,27 persen. Sebaliknya subsektor tanaman pangan mengalami penurunan sebesar 1,23 persen dan subsektor peternakan turun sebesar 0,16 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Provinsi Papua Barat per Subsektor, dan Persentase Perubahannya, Maret 2016 (2012=100) Subsektor

Februari'16

Maret'16

Perubahan

(1)

(2)

(3)

(4)

1. Tanaman Pangan

103,57

102,30

-1,23

2. Hortikultura

110,29

112,01

1,56

3. Tanaman Perkebunan Raky at

107,75

109,54

1,66

4. Peternakan

107,25

107,08

-0,16

5. Perikanan

114,35

114,66

0,27

a. Tangkap

116,05

116,43

0,32

b. Budiday a

100,92

100,72

-0,19

108,08

108,61

0,49

NT UP Provinsi Papua Barat



9

Diterbitkan oleh : Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Jl. Trikora-Sowi IV No.99, Manokwari 98312. Contact Person: Kepala Bidang Statistik Distribusi Hendra Wijaya, SST, M.Si (0813 4444 1704)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN

Recommend Documents