BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori Umum 2.1.1 2.1.1.1
Komunikasi Pengertian Komunikasi Kata komunikasi atau communication berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi merujuk pada suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama. Harold Lasswell menggambarkan proses komunikasi mempunyai unsur-unsur sebagai berikut (Mulyana, 2004, p. 147148). a. Sumber
(who)
adalah
yang
memiliki
pesan
untuk
disampaikan. b. Pesan (says what) adalah seperangkat simbol verbal atau pun non-verbal yang mewakili gagasan, nilai atau maksud dari sumber. c. Saluran atau media (in which channel) adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada penerima. 9
10
d. Penerima (to whom) adalah penerima yang mendapatkan pesan dari sumber. e. Efek (with that effect) adalah akibat apa yang ditimbulkan pesan komunikasi massa pada khalayak pembaca, pemirsa, atau pendengar. Para pakar komunikasi sendiri memberikan definisi yang beragam mengenai komunikasi; a. Gerbner menyatakan bahwa komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial melalui pesan, b. Theodorson
M. Newcomb menyebutkan bahwa setiap
tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari ransangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima. c. Carl
I.
Hovland
memungkinkan rangsangan
“komunikasi
seseorang
(biasanya
adalah
(komunikator)
lambang-lambang
proses
yang
menyampaikan verbal)
untuk
mengubah perilaku orang lain (komunikan)” d. Everett M. Rogers “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka” e. Osgood menyatakan bahwa komunikasi terjadi jika suatu sistem, sumber informasi, mempengaruhi yang lain (kelompok atau orang), ada tujuan, dengan memanipulasi simbol-simbol
11
alternatif yang dapat dikirimkan melalui saluran yang menghubungkan mereka (Dennis McQuail, 1993:4), Dalam bukunya Communicating in Groups: Applications and Skills, Gloria JG menjelaskan bahwa kata “komunikasi” telah digunakan dalam berbagai bentuk oleh penulis yang berbeda. Kita menggunakan “komunikasi” untuk menunjukkan kepada proses penciptaan, pengiriman, penerimaan, pengartian tanda atau simbol oleh manusia. Komunikasi adalah persepsi atau pandangan, interpretasi, dan tanggapan orang kepada tanda atau simbol yang dihasilkan oleh orang lain. Pengertian yang kelihatannya sederhana ini mempunyai 5 implikasi utama: 1. Komunikasi adalah suatu proses, bukan sesuatu atau pernyataan. Proses ini terus berkelanjutan tanpa diketahui awal atau akhir yang jelas. Tanda atau simbol dari seseorang berawal dari perasaan
atau
pemikiran,
dan
tak
seorangpun
dapat
menjelaskan pengaruhnya pada bagian akhir yang lain. Pengalaman yang dialami manusia dan tanggapan yang diberikan tidak dapat diduplikasi atau diulang secara persis. Pesan dapat diulang dan dipelihara serta tidak berubah, seperti memo atau pernyataan. Anda tidak dapat masuk ke dalam sungai dengan aliran yang sama dua kali, meskipun
12
tidak terlihat namun kondisinya berbeda Sama halnya dengan aliran komunikasi antara manusia. Komunikasi adalah suatu proses yang sangat kompleks karena melibatkan perasaan, pengertian dan pengalaman kebudayaan manusia bukan hanya sekedar kata-kata saja. Selama proses, seseorang mengalami persepsi atau perasaan dan
mengekspresikan
pengalaman
ini
dengan
menerjemahkannya ke dalam kata-kata dan atau tanda-tanda non verbal. Ekspresi dikirimkan sebagai pulsa energi ke udara atau media lain, sehingga orang lain dapat merasakan dan memberikan tanggapan terhadap ekspresi itu. 2. Komunikasi manusia adalah fenomena penerima. Jika Anda tidak mempunyai penerima, Anda tidak memiliki komunikasi. Bila Anda berbicara sementara tidak seorangpun mendengarkan, komunikasi tidak terjadi. Bila Anda ingin menjadi komunikator yang baik dalam kelompok, Anda harus memberikan perhatian kepada bagaimana Anda mendengar dan mengartikan daripada bagaimana Anda berbicara. 3. Komunikasi adalah simbolis. Hal ini berimplikasi baik pada keuntungan dari kemampuan. Ada dua kategori utama signal dari orang: tanda dan simbol. Tanda
adalah
kejadian
alam
yang
secara
otomatis
berhubungan dengan yang diwakilinya. Simbol, bertentangan dengan tanda, adalah suatu bentuk signal yang dibuat oleh
13
manusia yang dapat berubah mewakili sesuatu dengan tidak memiliki hubungan secara langsung maupun alami. Simbol juga mungkin berarti sesuatu yang tidak memiliki bentuk nyata, seperti hubungan antara manusia. 4. Komunikasi antar muka (face to face) merupakan suatu proses transaksional.
Ada
2
(dua)
pengertian
utama
dari
"transaksional" yaitu: a. Dalam penerapannya bahwa komunikasi merupakan proses
yang berkelanjutan dan multi direksional
(berbagai arah). b. Semua
unsur
dalam
sistem
komunikasi
saling
mempengaruhi. 5. Membuat komunikasi yang produktif adalah tanggung jawab dari tiap anggota (masyarakat). Ada kecenderungan untuk saling menyalahkan apabila ada suatu pernyataan tidak didengar, disalah artikan, dilupakan dan diabaikan. Jadi setiap orang harus bagaimana proses komunikasi
terjadi
tetap mengawasi dan menyelesaikan
permasalahan seperti yang diharapkan. Hal ini merupakan suatu penerapan langsung dari definisi komunikasi sebagai transaksional, kompleks, dan simbolik. Pelaksanaan
komunikasi
bermedia
dilaksanakan
dengan
menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan
14
kepada komunikan yang jauh tempatnya serta dengan lebih dari satu komunikan. Komunikasi ini sering disebut tak langsung dan sebagai konsekuensinya arus balik tidak terjadi pada saat komunikasi dilangsungkan. Komunikator tidak dapat langsung mengetahui tanggapan komunikannya pada saat berkomunikasi. Oleh sebab itu dalam melancarkan komunikasi bentuk ini komunikator harus matang dalam perencanaan dan persiapan agar komunikasi itu tercapai. 2.1.1.2
Konsep Dasar Komunikasi Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot (Dalam Mulyana, 2004, p. 61-69) setidaknya ada tiga kerangka pemahaman komunikasi, yaitu: a. Komunikasi sebagai tindakan satu arah Komunikasi dipahami sebagai proses penyampaian pesan searah dari seseorang/ lembaga kepada seseorang/kelompok lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemahaman komunikasi sebagai suatu proses satu arah ini oleh Michael Burgoon disebut sebagai
“definisi
berorientasi
sumber”
(source-oriented
definition). b. Komunikasi sebagai interaksi Komunikasi dipahami sebagai proses aksi-reaksi, sebab-akibat, yang arahnya bergantian. Komunikasi interaksi dipandang lebih
15
dinamis daripada komunikasi satu arah. Unsur penting dalam komunikasi interaksi adalah feedback (umpan balik). c. Komunikasi sebagai transaksi Komunikasi dipahami sebagai kegiatan menafsirkan perilaku orang lain. Ada proses encoding dan decoding pesan verbal maupun nonverbal. Semakin banyak peserta komunikasi maka transaksi yang terjadi akan semakin rumit. Kelebihan konsep ini adalah komunikasi dipahami sebagai konsep yang tidak membatasi pada komunikasi yang disengaja saja. 2.1.1.3
Karakteristik Komunikasi Massa Dalam bukunya Komunikasi Massa Suatu Pengantar (2005, p.7), Ardianto Elvinaro, dkk. menuliskan 8 karakteristik dalam komunikasi massa sebagai berikut: a. Komunikator terlambangkan. Ciri komunikasi masa yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi
massa
itu
melibatkan
lembaga
dan
komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. b. Pesan bersifat umum. Komuniksai massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan ditujukan untuk sekelompok orang tertentu.
16
c. Komunikannya anonim dan heterogen. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya mengunakan media dan tidak tatap muka. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda. d. Media massa menimbulkan keserempakan. Effendy mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan konteks dengan sejumlah besar penduduk dalam jumlah yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. e. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan. Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan,
sedangkan
dimensi
hubungan
menunjukkan
bagaimana cara mengatakanya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. f. Komunikasi massa bersifat satu arah. Karena
komunikasinya
melalui
media
massa,
maka
komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan,
17
komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. g. Stimulasi Alat Indera Terbatas. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar. h. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan tidak langsung (Indirect) Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam proses komunikasi massa. Efektivitas komunikasi sering dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. 2.1.1.4
Fungsi Komunikasi Massa Dominick menyebutkan ada 5 fungsi dari komunikasi massa, seperti yang di jabarkan di bawah ini: 1. Surveillance (pengawasaan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang suatu ancaman; fungsi pengawasan
instrumental
adalah
penyampaian
atau
penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
18
2. Interpretation (penafsiran) Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca, pemirsa atau pendengar untuk memperluas wawasan. 3. Linkage (pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga
membentuk
linkage
(pertalian)
berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of Values (penyebaran nilai-nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini disebut juga socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. 5. Entertainment (hiburan) Radio siaran, siarannya banyak memuat acara hiburan. Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat
19
dapat menikmati hiburan. meskipun memang ada radio siaran yang lebih mengutamakan tayangan berita. Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali. (Dominick dalam Ardianto, Elvinaro. Dkk. 2005, p. 14) 2.1.2
Media Radio 2.1.2.1 Pengertian Radio Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan, dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya. (Masduki, 2001, p. 9) Dalam bukunya, Prayuda (2004, p. 10) menyebutkan bahwa radio bisa menjadi kekuatan baru dalam masyarakat. Penyiaran radio sebagai media sering menjadi alat penghubung dalam kehidupan sehari-hari. Penyiaran radio merupakan suatu media yang paling pribadi dan merupakan media yang jauh lebih besar dari hidup ini, karena layarnya
20
adalah otak kita sendiri (theater of mind). Acara-acara yang ditawarkan oleh penyiaran radio biasanya mencerminkan kebutuhan pendengar yang sangat bernilai bagi masyarakat. Selama penyiaran radio terus-menerus menyiarkan program yang menjadi perhatian pendengar boleh jadi akan menimbulkan nilai dan hasrat bagi kepentingan masyarakat, dalam hal ini berarti ada kesesuaian antara harapan pendengar dan stasiun penyiaran radio. jika acara itu disukai oleh masyarakat maka acara tersebut bisa dikatakan berhasil secara positif. Lebih ekstrem lagi acara penyiaran radio bisa juga menimbulkan ketegangan bagi masyarakat. 2.1.2.2 Radio Digital Dalam jurnalnya Teknologi Digital dan Dunia Penyiaran (2007), Sri Hastjarjo menyebutkan bahwa perkembangan yang signifikan dari radio (siaran) digital terjadi sejak pertengahan 1990-an. Pada pertengahan tahun 1999, BRS Media menjadi host bagi sekitar 2000 stasiun radio Web; dan pada akhir tahun 2000, jumlah itu meningkat menjadi lebih dari 4500 stasiun radio (BRS Media 2000, 2001). Digitalisasi radio memiliki tiga unsur yang penting, yaitu: (1) penggunaan teknologi digital di dalam produksi, termasuk dalam penyimpanan, reproduksi, dan editing; (2) distribusi isi siaran (program, musik, dan iklan) dilaku-kan secara online (lewat Internet); dan (3) terjadi
21
peningkatan yang signi-fikan di dalam jumlah khalayak yang mendengarkan radio melalui Internet (Flew, 2002 p.106). Unsur yang terakhir itulah yang memiliki masa depan yang paling menarik. Dengan mulai dikembangkannya telepon genggam yang mampu mengakses internet, maka tidak akan terlalu lama lagi akan bermunculan alat-alat baru yang bisa digunakan untuk mendengarkan radio digital tanpa harus menggunakan komputer yang terhubung ke Internet dengan kabel telepon. Ini berarti batas-batas geografis yang selama ini menghambat akan bisa diatasi. Ini adalah sebuah terobosan besar, baik bagi khalayak, maupun bagi organisasi radio siaran. Radio digital yang dipancarkan melalui Internet memiliki dua daya tarik utama. Pertama, teknologi ini membuka peluang bagi munculnya siaran yang sangat bervariasi dan spesifik; misalnya siaran dari negara asal bagi komunitas imigran di yang tinggal di negara lain (Hastjarjo, 2003). Kedua, memampukan khalayak untuk mengakses siaran radio tanpa perlu dihambat oleh batas-batas geografis atau aturan pemerintah/penguasa; 2.1.2.3 Karakteristik Radio Karateristik radio dilihat dari keunggulan dan kelemahannya. a. Keunggulan Radio ‐
Cepat dan Langsung. Sasaran tercepat, lebih cepat dari Koran maupun TV, dalam menyampaikan informasi kepada publik tanpa
22
melalui proses yang rumit dan butuh waktu banyak. Hanya melalui
telepon,
reporter
radio
dapat
secara
langsung
menyampaikan berita atau melaporkan peristiwa yang ada di lapangan. ‐
Akrab. Radio adalah alat yang lekat dengan pemiliknya.
‐
Dekat. Suara penyiar hadir di rumah atau di dekat pendengar. Pemmbicaraannya langsung menyentuh aspek pribadi.
‐
Hangat. Paduan kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan beraksi atas kehangatan suara penyiar dan seringkali berfikir bahwa penyiar adalah teman dekat bagi mereka.
‐
Sederhana. Tidak rumit, tidak banyak pernik. Baik bagi pengelola maupun pendengar.
‐
Tanpa Batas. Siaran radio menembus batas-batas geografis, SARA, dan kelas sosial.
‐
Murah. Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga pesawat televisi, pesawat radio relatif lebih murah. Pendengar pun tidak dipungut bayaran sepeser pun untuk mendengar radio.
‐
Fleksibel. Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa mengganggu aktivitas yang lain. (Romli, 2004, p. 23)
23
b. Kelemahan Radio ‐
Selintas. Siaran radio cepat hilang dan gampang dilupakan. Pendengar tidak bisa mengulang apa yang didengarnya.
‐
Global. Siaran informasi radio bersifat global, tidak detail, karena angka-angka dibulatkan.
‐
Batasan waktu. Setiap berita atau informasi yang disiarkan sangat singkat berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
‐
Beralur linier. Program disajikan dan dinikmati berdasarkan urutan yang sudah ada.
‐
Mengandung gangguan. Seperti timbul tenggelam (fading) dan gangguan teknis “channel noise factor”. (Romli, 2004, p. 25)
2.1.2.4 Sifat Radio Wanda Yulia dalam bukunya Andai Aku Jadi Penyiar (2010) menuliskan sifat radio dan sifat pendengar radio sebagai berikut: 1. Sifat Radio: a. Auditif Sifat radio adalah auditif. Oleh karena itu isi siaran yang sampai di telinga pendengar hanya sepintas lalu saja. b. Mengandung gangguan Terkadang pendengar akan dihadapkan pada gangguan yang mungkin timbul dari siaran radio, seperti gangguan pemancar dan gangguan interferensi (dua atau lebih gelombang siaran yang bertabrakan).
24
c. Akrab Radio bersifat akrab dan intim. Sifat ini hanya dimiliki radio, karena penyiar dan pendengar dapat berkomunikasi secara lebih personal dan lebih dekat. 2. Sifat Pendengar Radio: Pendengar merupakan khalayak dari radio. “Berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak” (Cangara, 2008, p. 157). Ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Laswell, komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi dengan tujuan tertentu tetapi lebih ke efek komunikasi itu sendiri. Komunikasi tidak sekedar penyampaian informasi agar orang lain mengerti melainkan diharapkanm terjadi adanya perubahan sikap, tingkah laku dan pola berpikir. Dengan demikian, dalam proses komunikasi, komunikator akan menyampaikan pesan dengan unsur mempengaruhi. Berikut ini merupakan sifat-sifat pendengar radio: a. Heterogen Pendengar adalah massa (sejumlah orang yang sangat banyak) yang sifatnya heterogen dan terpencar di berbagai wilayah. Pendengar memiliki perbedaan baik dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, ekonomi, dan budaya.
25
b. Pribadi Karena sifatnya yang heterogen dan terpisah-pisah, suatu pesan atau informasi yang diterima akan dimengerti bila sifatnya personal (pribadi) sesuai dengan situasi tempat pendengar itu berada. c. Aktif Hasil penelitian yang dilakukan oleh tiga pakar komunikasi yaitu Wibur Schramm, Paul Lazarsfeld, dan Raymond Bauer berpendapat bahwa pendengar radio sebagai sasaran komunikasi massa bukanlah pendengar pasif. Mereka aktif apabila menjumpai informasi yang menarik dari sebuah stasiun radio. Mereka aktif berpikir dan melakukan interpretasi. Mereka bertanya mengenai kebenaran dari informasi yang diberikan oleh penyiar tersebut. d. Selektif Pendengar memiliki sifat selektif, yang membuat mereka secara bebas memilih program radio yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini sesuai dengan teori Uses and Gratification yang akan dijelaskan pada teori khusus bab ini. 2.1.2.5 Radio Sebagai Media Massa Media massa merupakan medium dari komunikasi massa untuk menyampaikan informasi atau pesan dari sumber kepada komunikan.
26
Medium tersebut terdiri dari media elektronik seperti televisi, radio, internet maupun media cetak seperti koran dan majalah. Radio termasuk dalam media massa karena ciri-ciri dari media massa antara lain (Cangara, 2008, p.126): a.
Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola terdiri dari banyak orang.
b.
Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan. Selain itu juga bergerak secara luas dan simultan dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada waktu yang sama.
c.
Menggunakan peralatan teknis atau mekanis.
d.
Bersifat terbuka. Artinya pesan dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa. Dengan kata lain, khalayaknya bersifat heterogen.
2.1.2.6 Program Radio Sebagai sebuah media massa, radio dituntut untuk menciptakan sebuah program yang dapat menyampaikan informasi kepada khalayak dengan cepat dan tepat. Selain itu, memproduksi sebuah program radio juga harus menarik. Ini diperlukan karena sifat dari radio sendiri yang sepintas lalu. Morissan (2008, p.221) mengatakan bahwa secara umum program radio terdiri dari dua jenis yaitu informasi dan musik. Dua jenis ini kemudian dikemas menjadi sebuah sebuah program yang dapat
27
memenuhi kebutuhan khalayak. Adapun program tersebut bisa terdiri dari berita radio, talk show, jinggle, dan info hiburan. a. Berita radio. Merupakan laporan atas suatu peristiwa yang dianggap penting dan menarik. Akan tetapi, siaran berita berbeda dengan siaran informasi. Siaran berita berasal dari fakta. Sedangkan siaran informasi tidak selalu berangkat dari fakta. Walau begitu, siaran berita dan siaran informasi selalu diolah berdasarkan kaidah-kaidah jurnalistik. b. Perbincangan radio (talkshow). Merupakan gabungan antara seni berbicara dan seni wawancara. Jenis program ini melibatkan penyiar sebagai pemandu acara. Tiga bentuk talkshow adalah: ‐
One on one show. Perbincangan penyiar dengan narasumber mendiskusikan suatu topik dengan keadaan posisi microphone terpisah pada studio yang sama.
‐
Panel discussion. Pewawancara sebagai moderator ada bersama sejumlah narasumber.
‐
Call in show. Perbincangan yang melibatkan pendengar melalui telepon mengenai suatu topik. Akan tetapi, tidak menutup
kemungkinan
apabila
pendengar
ingin
28
menyampaikan informasi lain yang dianggap penting. Dengan jenis perbincangan ini, khalayak dianggap aktif. c. Jinggel radio. Jinggel radio merupakan gabungan kata-kata dan musik yang memberikan identitas kepada sebuah stasiun radio tersebut. Tujuan lain dari diciptakannya jinggel radio adalah agar pendengar dapat selalu mengingat stasiun radio tersebut atau membentuk citra radio. 2.1.2.7 Radio Dan Jurnalisme Warga Citizen journalism atau jurnalisme warga adalah konsep dimana pembaca dan pendengar ikut serta dalam melaporkan sebuah berita, atau juga bisa disebut participatory journalism. Hal ini dilakukan dalam upaya sebuah organisasi media meningkatkan interaksi dengan audiens mereka. Kontributor tersebut biasa disebut sebagai “citizen journalists”, karena mereka bukanlah anggota organisasi berita walaupun mereka mungkin menulis blog di website. (Carole Rich, 2010, p. 26) Jurnalisme ini mengadopsi keterlibatan masyarakat untuk menyampaikan informasi kepada masyakarat lainnya. Dalam jurnalnya Jurnalisme Warga di Indonesia (2007, p. 71-78), Prospek Dan Tantangannya, Nunung Kurniawan menyebutkan bahwa jurnalisme ini merupakan konsep yang berbeda dengan publik journalism/jurnalisme publik. Jurnalisme publik, yang sering dipakai bergantian dengan civic journalism, pada dasarnya dikembangkan oleh wartawan profesional
29
menyikapi meningkatnya ketidakpercayaan publik terhadap media dan kesinisan publik terhadap politik di Amerika Serikat sekitar tahun 1988. Civic journalism (digunakan secara bergantian dengan jurnalisme publik) mencoba mendefinisi ulang nilai berita, mempertanyakan nilai objektivitas dan imparsialitas, mendorong keterlibatan wartawan lebih besar sebagai peserta aktif dalam masyarakat, dan menginginkan praktik jurnalisme yang mencerminkan keragaman kultural di masyarakat Amerika. Selama ini jurnalisme warga ini lebih dikenal dan populer melalui medium internet. Outing (2005) membuat kategori jurnalisme warga yang ada di situs internet sebagai berikut: 1. Situs internet mengundang komentar dari masyarakat. Pembaca diperbolehkan untuk bereaksi, mengkritik, memuji atau memberi tambahan ke berita yang ditulis oleh wartawan professional. 2. Liputan dengan sumber terbuka dimana reporter professional bekerja sama dengan pembaca yang tahu tentang suatu masalah. Berita tetap ditulis oleh reporter professional. 3. Rumah blog. Situs internet yang mengundang pembaca untuk menampilkan blognya. 4.
Situs internet publik teredit dan tidak teredit.
5.
Situs
“reporter
pro+warga”
berita dari reporter profesional
diperlakukan sama dengan berita dari publik. Ohmynews masuk dalam kategori ini. 6.
Wiki-jurnalisme.
30
2.2
Teori Khusus 2.2.1
Teori Kegunaan dan Gratifikasi Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Eliha Katz, dimana teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif dalam memilih dan menggunakan media. Dengan kata lain, pengguna
media
memainkan
peran
aktif
dalam
memilih
dan
menggunakan media, dimana pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. (Pengantar Komunikasi Massa: 2007 p. 191-192) Teori uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa, dimana manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Teoretikus kegunaan dan gratifikasi menganggap orang aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi. Teori kegunaan dan gratifikasi memberikan sebuah kerangka untuk memahami
kapan dan bagaimana konsumen media individu
menjadi lebih atau kurang aktif dan konsekuensi dari keterlibatan yang meningkat atau menurun. Banyak asumsi kegunaan dan gratifikasi secara jelas dinyatakan oleh para pencetus pendekatan ini (katz, blumler, & guretvitch, 1974). Mereka menyatakan bahwa terdapat lima asumsi dasar teori ini: (Richard West, Lynn H. Turner: 2008 p. 104)
31
a. Khalayak aktif dan pengguna medianya berorientasi pada tujuan b. Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak. c. Media berkompetisi dg smbr lainnya untuk kepuasan kebutuhan d. Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para peneliti. e. Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak. Teori Uses and Gratification seperti dirintis oleh Jack M. Leod dan
Lee
B.
Becker
(1981:69)
memberikan
penekanan
pada
kecenderungan audien yang aktif dalam mengkonsumsi media, yakni bahwa the person follows his/her interests, choosing media content according to needs and synthesize content to satisfy rhose/those needs. (Pawito: 2007) Teori ini merupakan kebalikan dar jarum hipodermik, dimana dalam teori tersebut media sangat aktif dan all powerfull, sementara audience berada di pihak yang pasif. Teori uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa, dimana manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. (Nurudin: 2007 p. 192). Dalam bukunya, Wright (1985) menyebutkan bahwa teori ini merupakan pengembangan dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada khalayak (what media do to
32
people) tetapi tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media (what people do to media). Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Khalayak aktif dan sangat selektif menerima setiap terpaan dari media massa yang sampai kepadanya dan ia tidak mau begitu saja menerima semua terpaan itu. Khalayak aktif berkaitan dengan terpaan selektif. Terpaan selektif artinya khalayak memilih media massa dan isi pesan yang mereka yakini paling sesuai dengan pandangan, pendapat dan pengalaman mereka (p. 134). Dengan kata lain, khalayak akan menggunakan media yang berguna bagi dirinya dan akan cenderung menghindari media yang kurang berguna bagi dirinya. Sehingga studi dalam bidang ini memusatkan perhatiannya pada penggunaan (uses) Imedia untuk mendapatkan kepuasan (gratification) atas kebutuhan khalayak. Teori ini mendasarkan asumsinya pada gagasan bahwa konsumen atau audiens media bersifat aktif. Hal ini berarti adanya sifat sukarela serta pilihan selektif audiens terhadap proses komunikasi. Jay G. Blumler (1979) mengemukakan sejumlah gagasan menggunakan media, yang mencakup: (Teori Komunikasi Massa: 2010 p. 80-81) 1. Kegunaan: media memiliki kegunaan dan orang dapat memanfaatkan kegunaan media. 2. Kehendak: motivasi menentukan konsumsi media, dimana ketika orang membutuhkan hiburan dari televisi maka mereka mencari program komedi.
33
3. Seleksi: penggunaan media oleh audiens mencerminkan ketertarikan atau preferensinya. 4. Tidak terpengaruh hingga terpengaruh: audiens menciptakan makna terhadap isi media yang akan mempengaruhi apa yang mereka pikirkan dan kerjakan, namun mereka juga secara aktif sering menghindar terhadap jenis pengaruh media tertentu. Teori Uses and Gratifications mendapat pijakan yang semakin kokoh dengan munculnya teori hierarki kebutuhan dan motivasi dari Abraham Maslow (1970): Gambar 2.1 Teori Hierarki Kebutuhan dan Motivasi
Aktualisasi diri Penghormatan diri
Sosial Keamanan Biologis/fisi
Sumber: Richard West & Lynn H. Turner, 2004 p. 394 Teori hierarki kebutuhan dan motivasi menyatakan bahwa orang akan selalu berupaya secara aktif untuk memuaskan hierarki kebutuhannya, dan orang yang berhasil mencapai satu tingkatan pada hierarki akan berupaya mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Berdasarkan gagasan Maslow, bahwa manusia secara aktif mencari segala hal yang dapat memenuhi kebutuhannya sangat sesuai dengan gagasan dari Katz, Blumler, dan Gurevitch mengenai bagaiman orang mengonsumsi
34
komunikasi massa. Manusia dapat dan secara aktif ikut serta dalam proses komunikasi massa. (Morrison, Wardhani, Hamid 2010, p. 83-84). Teori Uses and Gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini. Gambar 2.2 Bagan Teori Uses and Gratifications Sumber pemuasan kebutuhan yang berhubungan dengan non media: 1. Keluarga, temanteman 2. Komunikasi interpersonal 3. Hobi 4. Tidur Lingkungan Sosial 1. Ciri-ciri demogra fis 2. Afiliasi kelompo k 3. Ciri-ciri
Kebutuhan Khalayak 1. Kognitif 2. Afektif 3. Integratif personal 4. Integratif sosial 5. Pelepasan keteganga n
Penggunaan media massa: 1. Jenisjenis media SK, majalah, radio, TV dan film 2. Isi media 3. Terpaan media 4. Konteks sosial dan terpaan media
Pemuasan media (fungsi): 1. Pengamatan lingkungan 2. Diversi/hib uran 3. Identitas personal 4. Hubungan sosial.
Sumber: (Nurudin, 2007, p. 194-195) Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi,
pengetahuan,
dan
pemahaman
mengenai
lingkungan.
Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan,
35
dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. (Pengantar Komunikasi Massa: 2007. Hal 194-195) Schramm berusaha menegaskan bahwa audiens media massa menilai tingkat hasil (level of reward) atau kepuasan (gratification) yang mereka harapkan dari media dan pesan yang disampaikan dengan cara membandingkannya
dengan
banyaknya
pengorbanan
yang
harus
diberikan untuk mendapatkan hasil. (p. 83). Teori Uses and Gratifications memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu: (Baran & Davis, 2009, p. 242) Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Teori Uses and Gratifications Kelebihan Perhatian
fokus
Kelemahan
pada
individu
dalam proses komunikasi massa.
Mengandalkan analisis fungsional, yang dapat menciptakan bias terhadap status quo.
Menghormati
kecerdasan
dan
Tidak dapat dengan mudah mengetahui
kemampuan konsumen media
ada atau tidak adanya efek.
Menyediakan analisis mendalam
Terlalu banyak konsep kunci dikritik
tentang
sebagai sesuatu yang tidak dapat diukur.
bagaimana
pengalaman
seseorang terhadap suatu konten media. Membedakan pengguna aktif media dengan pengguna pasif media. Studi penggunaan media sebagai bagian dari interaksi sosial. Menyediakan informasi bermanfaat tentang adaptasi media baru
Terlalu berorientasi pada tingkat mikro
36
2.2.2
Pendekatan Teori Pendekatan Uses and Gratifications mencoba untuk menentukan fungsifungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak dan sebagian besar dilakukan dengan menanyakan langsung kepada khalayak dan sebagian besar dilakukan dengan menanyakan langsung kepada khalayak. Sama seperti paradigma pencarian infomasi, pendakatan ini mencerminkan perubahan tajam perhatian utama dari tujuan-tujuan komunikator kepada tujuan-tujuan khalayak penerima. Perbedaannya dengan paradigma pencarian informasi, terletak pada lingkup pendekatan masing-masing, meskipun belakangan ini keduanya memiliki kegunaan. Sebagai contoh, sebagian data yang disebutkan Atkin (dalam Severin dan Tankard Jr 1979), dalam penyajiannya tentang model pencarian informasi yang berasal dari Blumler dan buku Televisi dan Politik dari McQuail, merupakan salah satu di antara studi-studi besar yang menggunakan pendekatan ini. (Tommy Suprapto 2009 p. 44) Pendekatan ini pertama kali dikemukakan oleh Elihu Katz pada 1959. Di mana ia mengadakan reaksi terhadap klain dari Bernard Berelson (1959) yang menyatakan bahwa bidang penelitian komunikasi tampaknya telah “mati”. Katz berpendapat bahwa bidang yang telah mati itu adalah studi komunikasi massa yang mempelajari tentang persuasi. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar penelitian pada saat itu bertujuan untuk meneliti efek-efek kampanye persuasi terhadap khalayak. Katz
37
mengatakan bahwa penelitian-penelitian tersebtut bertujuan untuk menjawab pertanyaan: “Apa yang dilakukan media terhadap khalayak?” Sebagian besar dari penelitian itu memperlihatkan atau membuktikan bahwa komunikasi massa mempunyai efek yang kecil dalam meyakinkan khalayak dan para peneliti berusaha juga untuk mencari variabel-variabel yang memberikan lebih banyak efek, seperti pengaruh-pengaruh kelompok. Tommy Suprapto, seperti yang ditulis dalam bukunya Pengantar Teori
&
Manajemen
menegemukakan
bidang
Komunikasi penelitian
menyebutkan
bahwa
Katz
komunikasi
massa
dapat
dipertahankan eksistensinya dengan kembali pada pertanyaan: “Apa yang dilakukan khalayak terhadap media?” Ia mengutip beberapa studi yang mencerminkan tipe ini. Studi ini dilakukan pada tahun 1949 dengan melakukan wawancara orang-orang selama periode pemogokan surat kabar (Berelson, 1965) dengan meneliti: “Apakah surat kabar kehilangan arti?”. Contoh lainnya adalah studi dari Riley dan Riley (1951) yang memperlihatkan bahwa anak-anak berintegrasi secara baik dengan kelompok pergaulan sebaya (peers group) melalui penggunaan komunikasi sama yang memuat cerita fantastis dan khayal. Contoh terakhir memperlihatkan pentingnya pendekatan Uses and Gratifications bahwa orang-orang berbeda dapat menggunakan pesan komunikasi massa yang sama untuk berbagai tujuan yang berbeda. (p. 44-45)
38
Model Uses and Gratifications berguna untuk meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain (atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Menurut pendekatan ini, komunikasi massa mempunyai kapasitas menawarkan
sejumlah
pesan
yang
dapat
dimanfaatkan
oleh
komunikannya, juga sekaligus dapat memuaskan berbagai kebutuhannya. Dengan demikian, orang yang berbeda dapat menggunakan pesan-pesan media yang sama untuk berbagai tujuan atau maksud yang berbeda-beda.