9
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Menurut Sofjan Assauri (2004:176) untuk mengendalikan persediaan maka harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: a. Terdapat gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan tempat bahan atau barang yang tetap dan diidentifikasi bahan atau barang tertentu. b. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat dipercaya terutama penjaga gudang. c. Suatu system pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau barang. d. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang. e. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang. f. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara langsung. g. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan. Barang-barang yang telah lama dalam gudang dan barang-barang yang sudah using dan ketinggalan jaman. h. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.
2.2 Persediaan 2.2.1 Pengertian Persediaan Menurut Sofjan Assauri (2004:169) adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Sofjan Assauri (2004:169) adalah sebagai berikut:
10
1.
Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari satu tingkat proses yang lain disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
2.
Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat jadwal operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.
Menurut Sofjan Assauri (2004 : 170), persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi antara lain berguna untuk : 1.
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahanbahan yang dibutuhkan perusahaan.
2.
Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3.
Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4.
Mempertahankan
stabilitas
operasi
perusahaan
atau
menjamin
kelancaran arus produksi. 5.
Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6.
Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaikbaiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi adalah memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.
7.
Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.
2.2.2 Fungsi Persediaan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:82), persediaan dapat melayani 4 fungsi yang menambah fleksibilitas bagi operasi perusahaan: a. Decouple atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi, sebagai contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk memerlukan decouple proses produksi dari pemasok.
11
b. Melakukan decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis eceran. c. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang. d. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga. Menurut Render (2001:314) persediaan (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan. Ada enam penggunaan persediaan, yaitu: 1.
Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
2.
Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya, bila permintaan produknya tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan dapat membentuk stok selama musim dingin, sehingga biaya kekurangan stok dan kehabisan stok dapat dihindari. Demikian pula, bila pasokan suatu perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan baku ekstra mungkin diperlukan untuk “memasangkan” proses produksinya.
3.
Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.
4.
Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5.
Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. “stok pengaman” misalnya, barang ditangan ekstra, dapat mengurangi risiko kehabisan stok.
6.
Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan “barang-dalam-proses” dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu untuk memproduksi barang dank arena sepanjang berlangsungnya proses, terkumpul persediaan-persediaan.
12
2.2.3 Jenis-Jenis Persediaan Menurut Jay heizer dan Barry Render (2010 : 82-83), ada 4 jenis persediaan yang harus dipelihara perusahaan untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan: a.
Persediaan bahan mentah (raw material inventory): bahan-bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses manufaktur dan digunakan untuk melakukan decouple (memisahkan) pemasok dari proses produksi.
b.
Persediaan barang setengah jadi (WIP inventory): komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus).
c.
MRO (Maintenance, Repair, Operating): persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesindan proses-proses tetap produktif.
d.
Persediaan barang jadi: produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman tetapi masih merupakan aset dalam pembukuan perusahaan.
Menurut Fien Zulfikarijah (2005 : 9), dalam manajemen persediaan terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1.
Keputusan persediaan yang bersifat umum merupakan keputusan yang menjadi tugas utama dalam penentuan persediaan baik kuantitatif maupun kualitatif. Keputusan kuantitatif bertujuan untuk mengetahui : a. Barangapa yang akan di stock? b. Berapa banyak jumlah barang yang akan diproses dan berapa banyak barang yang akandipesan? c. Kapan pembuatan barang akan dilakukan dan kapan melakukan pemesanan? d. Kapan melakukan pemesanan ulang (Reorder Point)? e. Metode
apakah
persediaan?
yang
digunakan
untuk
menentukan
jumlah
13
2. Keputusan kualitatif adalah keputusan yang berkaitan dengan teknis pemesanan yang mengarah pada analisis data secara deskriptif. Keputusan kualitatif bertujuan untuk mengetahui: a. Jenis barang yang masih tersedia di perusahaan? b. Perusahaan atau individu yang menjadi pemasok barang yang di pesan perusahaan? c. Sistem pengendalian kualitas persediaan yang digunakan perusahaan?
Tujuan manajemen persediaan menurut Lukas Setia Atmaja (2003 : 405) adalah mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum.
2.2.4 Faktor-Faktor Persediaan Menurut Bambang Riyanto (2001:74) besar kecilnya persediaan yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh beberapa factor, yaitu: 1.
Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan menghambat atau mengganggu jalannya produksi.
2.
Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume penjualan yang direncanakan.
3.
Besar pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal.
4.
Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan diwaktu-waktu yang akan datang.
5.
Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.
6.
Harga pembelian bahan mentah.
7.
Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang.
8.
Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.
2.2.5 Jenis-Jenis Biaya Persediaan Menurut Sudana (2011:226) biaya yang berkaitan dengan persediaan dikelompokkan menjadi:
14
1.
Biaya penyimpanan (carrying cost) yang terdiri atas biaya modal atau dana yang terkait pada persediaan, biaya penyimpanan dan penanganan persediaan, biaya asuransi, penyusutan atau keausan.
2.
Biaya pemesanan(ordering cost) yang terdiri atas biaya pengiriman barang dan penanganannya. Biaya pemesanan jumlahnya tetap pada setiap kali pemesanan dilakukan.
3.
Biaya kehabisan persediaan (cost of running short) yang terdiri dari kerugian penjualan, kehilangan goodwill pelanggan, biaya akibat kemacetan jadwal produksi. Semakin kecil jumlah persediaan semakin besar biaya kehabisan persediaan dan sebaliknya.
Menurut Ishak (2010:167), model-model persediaan menjadikan biaya sebagai parameter dalam mengambil keputusan, biaya-biaya dalam sistem persediaan secara umum dapat diklasifikasikan sebgai berikut : 1.
Biaya pembelian (Purchasing Cost = c) Biaya pembelian (purchase cost) dari suatu item adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal dari sumber eksternal atau biaya produksi per unit bila item tersebut berasal dari internal perusahaan. Biaya pembelian ini bisa bervariasi untuk berbagai ukuran pemesanan bila pemasok menawarkan potongan harga untuk untuk ukuran pemesanan yang lebih besar.
2.
Biaya Pengadaan (Procument Cost) Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal-usul barang,
yaitu : a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost = k) Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini pada umumnya meliputi, antara lain: 1) Pemrosesan pesanan 2) Biaya ekspedisi 3) Biaya telepon dan keperluan komunikasi lainnya 4) Pengeluaran surat menyurat, foto kopi dan perlengkapan administrasi lainnya
15
5) Biaya pengepakan dan penimbangan 6) Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan 7) Biaya pengiriman ke gudang b. Biaya Pembuatan (Set Up Cost = k) Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan memproduksi barang. Biaya ini biasanya timbul di dalam pabrik,
yang
meliputi
biaya
menyetel
mesin
dan
biaya
mempersiapkan gambar benda kerja.
3.
Biaya Penyimpanan (Holding Cost = h) Biaya penyimpanan (holding cost) merupakan biaya yang timbul akibat disimpannya suatu item, biaya ini meliputi : a. Biaya Memiliki Persediaan (Biaya Modal) Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, di manamodal perusahaan mempunyai ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentasi nilai persediaan untuk periode tertentu. b. Biaya Gudang Biaya yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya. d. Biaya Kadaluarsa (Absolence) Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut. e. Biaya Asuransi
16
Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi. f. Biaya Administrasi dan Pemindahan Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memudahkan barang dari, ke dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan peralatan handling. Dalam manajemen persediaan, terutama yang berhubungan dengan masalah kuantitatif, biaya simpan per-unit diasumsikan linier terhadap jumlah barang yang disimpan (misalnya: Rp/unit/tahun).
4.
Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost = p) Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi permintaan produk atau kebutuhan bahan.
a.
Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan persediaan adalah
sebagai berikut: 1). Kehilangan Penjualan, ketika perusahaan tidak mampu memenuhi suatu pesanan maka ada nilai penjualan yang hilang bagi perusahaan. 2). Kehilangan Langganan, pelanggan yang merasa kebutuhannya tidak dapat dipenuhi perusahaan akan beralih ke perusahaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan mereka. 3). Biaya Pemesanan Khusus, perusahaan melakukan pemesanan khusus agar barang item tersebut diterima tepat waktu. Pemesanan khusus mengakibatkan pertambahanbiaya pada biaya ekspedisidan harga item yang dibeli. 4). Terganggunya Proses Produksi, jika kekurangan persediaan terjadi pada persediaan bahan, dan hal ini tidak diantisipasi sebelumnya, maka kegiatan produksi akan terganggu. 5). Tambahan pengeluaran kegiatan manejerial.
b. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari :
17
1). Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya penalty (p) atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuan misalnya: Rp/unit.
2). Waktu Pemenuhan Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapat keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan misalnya: Rp/unit.
3). Biaya Pengadaan Darurat Kelebihan biaya dibanding pengadaan normal dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan dengan satuan misalnya: Rp/setiap kali kekurangan.
5.
Biaya Sistemik Biaya ini meliputi biaya perancangan dan perencanaan system persediaan serta biaya-biaya untuk mengadakan peralatan (misalnya komputer) serta melatih tenaga yang digunakan untuk mengoperasikan system. Biaya sistemik ini dapat dianggap sebagi biaya investasi bagi pengadaan suatu system pengadaan. Identifikasi biaya persediaan adanya perbedaan pengertian antara biaya persediaan aktual yang dihitung secara akuntansi dan biaya persediaan yang digunakan di dalam menentukan kebijaksanaan persediaan. Dalam penentuan kebijaksanaan persediaan, biaya persediaan yang diperhitungkan
hanyalah biaya-biaya yang bersifat variabel,
sedangkan biaya yang bersifat tetap tidak akan mempengaruhi hasil optimasi yang diperoleh sehingga keberadaanya tidak harus diperhitungkan. Selain itu biaya kekurangan persediaan yang secara aktual tidak pernah tercatat akuntansi akan diperhitungkan di dalam penentuan kebjaksanaan persediaan, karena itu yang dimaksud dengan biaya persediaan bukanlah
18
biaya persediaan aktual yang dihitung secara akuntansi, tetapi biaya persediaan untuk keperluan penentuan kebijaksanaan.
2.2.6 Tujuan Persediaan Menurut Ishak (2010:164), untuk devisi yang berbeda dalam industri manufaktur akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda yaitu: 1. Pemasaran
ingin
melayani
konsumen
secepat
mungkin
sehingga
menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak. 2. Produksi beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilakn persediaan yang besar (untuk mengurangi set up mesin). Disamping itu juga produk menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan. 3. Pembelian (purchasing) dalam rangka efisiensi, juga menginginkan persamaan produksi yang besar dalam jumlah sedikit daripada pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak. Pembelian ini juga ingin ada persediaan sebagai pembatas kenaikan harga dan kekuranga produk. 4. Keuangan (finance) menginginkan minimasi semua bentuk investasi persediaan karena biaya investasi dan efek negative yang terjadi pada perhitungan pengembalian asset (return of asset) perusahaan. 5. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan. 6. Rekayasa
(engineering)menginginkan
persediaan
minimal
untuk
mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa/engineering.
2.3 Bahan Baku 2.3.1 Pengertian Bahan Baku Pengertian bahan baku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:114) adalah bahan untuk diolah melalui proses produksi menjadi barang jadi.
19
2.4 Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:162), peramalan adalah seni atau ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan dan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model sistematis. Menurut Singgih Santoso (2009:8), peramalan adalah kegiatan yang bersifat teratur, berupaya memprediksi masa depan dengan menggunakan tidak hanya metode ilmiah, namun juga mempertimbangkan hal-hal yang bersifat kualitatif. Menurut Arman Hakim Nasution (2006:235), peramalan adalah proses memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam urusan kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasa. Jadi, peramalan adalah teknik untuk meramalkan kejadian dimmasa depan yang menggunakan model matematis dan melibatkan data masa lalu.
2.4.1 Meramalkan Horizon Waktu Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:163), permalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dilingkupinya. Horizon waktu terbagi menjadi beberapa kategori: a.
Peramalan Jangka Pendek Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, dan tingkat produksi.
b.
Peramalan Jangka Menengah Peramalan jangka menengah atau intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacam-macam rencana operasi.
c.
Peramalan Jangka Panjang Umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun mendatang atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan, modal, lokasi atau pembangunan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang).
20
2.4.2 Jenis-Jenis Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:164), pada umumnya berbagai organisasi menggunakan tiga jenis peramalan yang utama dalam perencanaan operasi di masa depan: a. Peramalan ekonomi (Economic Forecast) menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. b. Peramalan teknologi (Technological Forecast) memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru. c. Peramalan permintaan (Demand Forecast) adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut peramalan penjualan atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut peramalan penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.
2.4.3 Metode-Metode Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:167-197) ada 2 macam peramalan yaitu peramalan kualitatif dan peramalan kuantitatif. Peramalan kualitatif adalah yang menghubungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal sedangkan peramalan kuantitatif adalah yang menggunakan model matematis yang beragam dengan data masa lalu dan variabel sebab akibat untuk meramalkan permintaan. Peramalan kuantitatif terbagi menjadi 2 model yakni model deret waktu dan model kausal/sebab akibat dengan penjelasan maisng-masing-masing sebagai berikut: 2.
Dekomposisi deret waktu Menganalisis deret waktu berarti membagi data masa lalu menjadi komponen-komponen, kemudian memproyeksikan ke masa depan.
21
3.
Pendekatan Naive (Naive Approach) Cara yang paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan di periode mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir. Ft = Yt-1
4.
Rata-rata Bergerak (Moving Average) Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan. Secara sistematis, rata-rata bergerak
sederhana
(merupakan
prediksi
permintaan
periode
mendatang) dinyatakan sebagai berikut: Ft = ∑ Permintaan pada periode n sebelumnya n n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak.
5.
Rata-rata Bergerak tertimbang (Weighted Moving Average) Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktik ini membuat teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat. Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti kat]rena tidak ada rumus untuk menetapkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan pengalaman. Rata-rat bergerak dengan pembobotan atau rata-rata bergerak tertimbang dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut: Ft = ∑ (bobot periode n) (permintaan dalam periode n) n
6.
Penghalusan Eksponensial (Eksponential Smoothing) Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih tetapi masih mudah digunakan. Metode ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang
22
sangat
sedikit.
Rumus
penghalusan
eksponensial
dasar
dapat
ditunjukkan sebagai berikut: Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1) Keterangan : Ft = peramalan baru Ft-1 = peramalan sebelumnya α = konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1) At-1 = permintaan aktual periode lalu
Konstanta penghalusan untuk penerapan di bidang bisnis biasanya berkisar dari 0,05 hingga 0,5. Pendekatan penghalusan eksponensial mudah digunakan dan telah berhasil diterapkan pada hampir setiap jenis bisnis. Walaupun demikian, nilai yang tepat untuk konstanta penghalusan dapat membuat diferensiasi antara peramalan yang akurat dan yang tidak akurat. Nilai α yang tinggi dipilih pada saat rata-rata cenderung berubah. Nilai α yang rendah digunakan saat ratarata cukup stabil. Tujuan pemilihan suatu nilai untuk konstanta penghalusan adalah mendapatkan peramalan yang akurat. 7.
Penghalusan Eksponensial dengan Tren (Exponential Smoothing with Trend) Penghalusan eksponensial yang sederhana gagal memberikan respon terhadap tren yang terjadi. Inilah alasan penghalusan eksponensial harus diubah saat ada tren. Untuk memperbaiki peramalan, maka digunakan model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung ratarata data penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan (lag) positif atau negatif pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi rata-rata, dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, dihitung rata-rata dan tren untuk setiap periode. Ft = α (At-1) + (1 – α)(Ft-1 + Tt-1) Tt = β (Ft – Ft-1) + (1 – β) Tt-1 Keterangan:
23
Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode t Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t At = permintaan aktual pada periode t α = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1) β = konstanta penghalusan untuk tren (0 ≤ β ≤ 1) Jadi, tiga langkah menghitung peramalan dengan yang disesuaikan dengan tren adalah sebagai berikut: a. Menghitung Ft, peramalan eksponensial yang dihaluskan untuk periode t, menggunakan persamaan Ft b. Menghitung tren yang dihaluskan, Tt, menggunakan persamaan Tt c. Menghitung peramalan dengan tren, FITt, dengan rumus FITt = Ft + Tt
8.
Regresi Linier (Linear Regression) Model matematika garis lurus untuk menggambarkan hubungan fungsional antara variabel-variabel yang bebas maupun variabel terikat. Persamaan garisnya dapat dinyatakan sebagai: ŷ = a + bX Keterangan: ŷ = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi (variabel terkait) a = persilangan sumbu y b = kemiringan garis regresi (tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x) X = variabel bebas X = nilai variabel bebas yang diketahui Y = nilai variabel terkait yang diketahui
9.
Metode Dekomposisi Metode Dekomposisi sering juga disebut sebagai metoda Time Series. Metoda ini didasarkan pada kenyataan bahwa biasanya apa yang telah terjadi itu akan berulang kembali dengan pola yang
24
sama. Artinya yang dulu selalu naik , pada waktu yang akan datang biasanya akan naik juga; yang biasanya berkurang biasanya akan berkurang juga; yang biasanya berfluktuasi akan berfluktuasi dan biasanya tidak teratur, biasanya akan tidak teratur. Perubahan suatu hal itu biasanya mempunyai pola yang agak kompleks, misalnya ada unsur kenaikan, berfluktuasi dan tidak teratur. Untuk dianalisa dan diramal
sekaligus
sangat
sulit,
sehingga
biasanya
diadakan
dekomposisi atau pemecahan yang komponen perubahnya terdiri dari; Trend (T), Fluktuasi Musiman (M), Fluktuasi Siklis (S), dan perubahan-perubahan yang bersifat Random (R).
2.4.4 Menghitung Kesalahan Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:177-180) ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total. Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan peramalan yang berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation - MAD) dan kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error – MSE).
a. Deviasi Mutlak Rerata (Mean Absolute Deviation - MAD) Ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model adalah MAD. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n).
b. Kesalahan Kuadrat Rerata (Mean Squared Error – MSE) MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati.
Menurut Vincent Gasperz (2004:80) peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD dan MSE semakin kecil.
25
2.5 Metode Economic Order Quantity (EOQ) Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:92), EOQ adalah sebuah teknik kontrol persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan serta berdasar pada beberapa asumsi: a. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen. b. Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan. c. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. d. Tidak tersedia diskon kuantitas. e. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan atau membawa). f. Kehabisan atau kekurangan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Ada 3 cara dalam menetukan jumlah pesanan ekonomis (EOQ) menurut Sofjan Assauri (2004:182) yaitu: 1. Tabular Approach Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan Tabular Approach dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau table jumlah pesanan dan jumlah biaya per tahun.
2. Graphical Approach Penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan cara Graphical Approach dilakukan dengan cara menggambar grafik-grafik carrying cost dfan total cost dalam satu gambar, dimana sumbu horizontal jumlah pesanan (order) per tahun, sumbu vertical besarnya biaya dari ordering cost, carrying cost dan total cost. 3. Dengan menggunakan rumus (Formula Approach) Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan didalam
rumus-rumus
matematika
dapat
dilakukan
dengan
cara
memperhatikan jumlah biaya persediaan yang minimum terdapat, jika ordering cost sama dengan carrying cost.
26
Hampir semua model persediaan bertujuan untuk meminimalkan biaya-biaya total dengan asumsi yang tadi dijelaskan.
Metode EOQ (Economic Order Quantity) ini adalah metode yang digunakan untuk mencari titik keseimbangan antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan agar diperoleh suatu biaya yang minimum. Menurut Sudana (2011:278) model EOQ dapat dioperasionalkan dengan asumsi sebagai berikut: a.
Jumlah penjualan atau kebutuhan persediaan dalam satu periode
b.
Biaya penyimpanan per unit per periode tetap
c.
Biaya pemesanan untuk setiap kali pesan tetap
d.
Harga per satuan barang tetap berapapun jumlah yang dipesan
e.
Barang yang dipesan datang pada saat yang sama sekaligus
f.
Barang yang dibutuhkan harus selalu tersedia di pasar.
Cara menentukan EOQ dengan rumus sebagai berikut: a.
Menentukan besar EOQ EOQ =
2.D.S H
Keterangan: Q*
: Jumlah pesanan yang ekonomis
D
: Jumlah kebutuhan bahan dalam satuan (unit) per tahun
S
: Biaya pemesanan untuk setiap kali pesan
H
: Biaya penyimpanan per unit per tahun
Selain rumus EOQ, terdapat beberapa rumus untuk mendukung perhitungan biaya persediaan, antara lain: a.Persediaan rata-rata yang tersedia = Q*/2 b.Jumlah pesanan yang diperkirakan = D/Q* c.Biaya pemesanan tahunan = D/Q* × S d.Biaya penyimpanan tahunan = Q*/2 × H e.Total harga per unit = Harga per unit x D f.Total Harga Keseluruhan = Total harga per unit + Biaya pemesanan tahunan + Biaya penyimpanan tahunan b. Menentukan frekuensi pembelian
27
F= Keterangan: F
: Frekuensi pembelian
D
: Permintaan yang diperkirakan per periode
Q*
: Jumlah pembelian dengan EOQ
c. Menentukan total biaya persediaan TC = (D/Q* × S) + (Q/2 × H)
Keterangan: TC
: Total biaya persediaan
Q*
: Jumlah barang setiap pemesanan
D
: Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit
S
: Biaya pemesanan untuk setiap pemesanan
H
: Biaya penyimpanan per unit per tahun
2.5.1 Tujuan Perhitungan EOQ Tujuan dari perhitungan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah untuk mengetahui: 2.5.1.1 Lead Time Menurut Zulfikarijah (2005:96) lead time adalah merupakan waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang sampai diperusahaan, sehingga lead time berhubungan dengan reorder point dan saat penerimaan barang. Lead time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak semua pesanan bias terpenuhi seketika, sehingga selalu ada jeda waktu. Lead time sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan akan segera tiba diperusahaan. Dalam EOQ, lead time diasumsikan konstan artinya dari waktu ke waktu selalu tetap misal lead time 7 hari, maka akan berulang dalam setiap periode. Akan tetapi dalam prakteknya lead time banyak berubah-ubah, untuk mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan safety stock.
28
2.5.1.2 Safety Stock Pengertian Safety Stock menurut Sofjan Assauri (2004:96) yaitu persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadi kekurangan bahan (Stock Out). Sedangkan menurut Render (2005:76) persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang memungkinkan permintaan yang tidak seragam; sebuah cadangan. Tujuan safety stock adalah untuk meminimalkan terjadinya stock out dan mengurangi penambahan biaya penyimpanan danbiaya stock out total, biaya penyimpanan disini akan bertambah seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari reorder point oleh karena adanayasafety stock. Keuntungan adanya safety stock adalah pada saat jumlah permintaan mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan untuk menutup permintaan tersebut. Menentukan besarnya persediaan pengaman (Safety Stock)
Keterangan: SD : Standart Deviasi X
: Jumlah pemakaian bahan baku : Jumlah rata-rata pemakaian bahan baku
N : Jumlah data
2.5.1.3 Reorder Point Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:99), ROP adalah titik pemesanan ulang adalah tingkat atau titik persediaan dimana tindakan harus diambil untuk mengisi kembali persediaan barang. Menurut Bambang Riyanto (2001:83) faktor untuk menentukan ROP adalah:
29
a. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement lead time).
b. Besarnya Safety Stock Reorder Point = (Lead Time × Penggunaan per hari) + Safety Stock.
Keterangan: Lead time : Waktu tunggu Safety Stock
: Persediaan pengaman
2.6 Minimum – Maximum System (Min – Max) Cara kerja sistem ini yaitu apabila telah melewati batas minimum dan mendekati batas safety stock maka pemesanan ulang harus dilakukan. Jadi batas minimum (minimum stock) merupakan batas tingkat pemesanan ulang. Batas maksimum (maximum stock) adalah batas kesediaan perusahaan untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan bahan baku. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah batas minimum dan maksimum untuk dapat menentukan order quantity. Pada metode ini, terdapat perbedaan cara dalam menghitung safety stock yakni metode ini tidak memerlukan standar deviasi dan tingkat pelayanan melainkan hanya membutuhkan rata-rata permintaan per bulan. Pada data yang bersifat stochastic, metode ini mempunyai beberapa persamaan dalam perhitungannya seperti berikut: SS = D n Minimum stock = (DL) + SS Maximum stock = 2(DL) + SS Q* = Max stock – Min stock
Banyak pemesanan : N = D Q*
30
I = SS + (½ Q*) TOR = D I TC(Min-Max) =
Keterangan : SS = safety stock D = permintaan per periode L = lead time I = average inventory control Q* = order quantity TOR = turn over ratio TC(Min-Max) = total cost
2.7 State of the Art Tabel 2. 1 State of the Art
Metode
Judul Jurnal
Nama
Hasil Penelitian
Penelitian
Pengarang
Forecasting
Analysis of an Jose L. Gonzalez Perusahaan
dan
Economic Order and
Inventory
Quantity Reorder
and Gonzales Point
Inventory Control for
mencari
Daniel alternative untuk tetap dapat bersaing secara kompetitif dan
memiliki
kerugian Model
Company
cara
masalah penjualan.
Perusahaan direkomendasikan
untuk
XYZ. March 10,
menggunakan
2010
persediaan dengan metode EOQ
dan
pengontrolan
Reorder
Point
untuk memecahkan masalah tersebut. Perusahaan mampu mengurangi
total
biaya
31
keseluruhan dari $ 13.654 menjadi
$
5.366.
hal ini adalah pengurangan biaya sekitar
61%,
yang
menyimpulkan
total
penghematan sekitar $ 8.300 per kuartal. Economic
Proceedings
Order
the
Quantity
Congress
(EOQ)
Computer
of Sakon
Hasil
perhitungan
World Wongmongkolrit produk and Bordin Rassameethes
Auxiliary
pada contact
menunjukkan,
1no+1nc
optimal lot size = 3,698 unit,
Science 2011 Vol (2011)
actual lot size = 4 unit, actual
II WCECS 2011,
purchasing = 12 unit, dan
October 19 – 21,
safety stock = 9 unit. ROP
2011,
San
dilakukan apabila persediaan
Francisco, USA
mendekati safety stock. Hasil
The Modification
perhitungan
of EOQ Model
Battery
under the Spare
PLC)menunjukkan,
Parts
Discrete
lot size = 0,667 unit, actual
Demand: A Case
lot size = 1 unit, actual
Study
purchasing = 8 unit, safety
of
Slow
pada
produk (for optimal
stock = 16 unit.
Moving Items EOQ, ROP Jurnal
Edi
dan
Safety Manajemen
SE., MM, Eman hasil penelitian yaitu jumlah
Vol.10 No.1
S, SE., MM., Ria bahan baku yang dibutuhkan
Stock
Oktober
Suswardji, Data yang diperoleh dari
2012 Ratnaningsih,
Analisis
SE.
selama satu tahun adalah 309.688,7
Kg,
biaya
Pengendalian
pemesanan setiap kali pesan
Persediaan
adalah Rp. 989.600,00 harga
Bahan Pada
Baku Pt
Nt
pembelian
per
kg
yang
dibayar Rp. 213.440 dan
32
Piston
Ring
biaya
penyimpanan
dan
Indonesia di
pemeliharaan digudang
Karawang
sebesar 167,00. Biaya total pemesanan sebesar
bahan
baku
Rp.11.875.200,00
dan biaya total persediaan sebesar Rp 16.185.034,41. Perbandingan
biaya
persediaan dilakukan antara Pengendalian
persediaan
yang dilakukan perusahaan dengan metode EOQ.
Pengendalian
persediaan yang dilakukan perusahaan menghasilkan biaya persediaan sebesar Rp 16.185.034,41 biaya
Sedangkan
persediaan
dengan
pengendalian persediaan
EOQ
menghasilkan
biaya
persediaan Rp 15.175.989,43. Penghematan sebesar Rp 1.009.044,98 dapat
atau
terjadi
perusahaan
6.23% apabila
melakukan
pengendalian persediaan dengan metode EOQ.
33
2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian
Identifikasi Masalah Naive Method pada CV. Karya Nata Cahaya
Moving Average Weighted Moving Average Penggunaan Metode
Linear
Forecasting
Regression Exponential Smoothing Exponential Smoothing with Trend
Decomposition Method
Perhitungan MAD dan MSE
Perhitungan Persediaan Metode EOQ dan Min-Max
34