BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum 2.1.1 Teori Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin Communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya dan kemampuan penyesuaian dengan pihak yang diajak berkomunikasi. Dalam buku ilmu komunikasi suatu pengantar, (Deddy Mulyana, 2007: 67), Definisi komunikasi dapat dikategorikan dalam tiga konseptual yaitu: (1) Komunikasi sebagai tindakan satu arah, yaitu suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain, baik secara langsung ataupun melalui media, seperti media surat kabar, majalah, radio, televisi, internet. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap sebagai suatu tindakan yang sengaja dilakukan dalam proses penyampaian pesan untuk memenuhi kebutuhan komunikator, seperti membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu. (2) Komunikasi sebagai interaksi, dalam pandangan
ini,
komunikasi dianggap sebagai suatu proses sebab akibat yang arahnya tidak pasti. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, dan penerima bereaksi dengan memberikan jawaban verbal atau
8
non verbal. (3) Komunikasi sebagai
9
transaksi, pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi sebagai proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Dr. KH. Abdul Hamid, M.Ag. Komunikasi dan public relations (2012: 40), Harold
lasswell mendefinisikan
komunikasi dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan “ Who says what in which channel to whom with what effect ?”, paradigma laswell pada pernyataan tersebut menunjukan bahwa, komunikasi itu meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang di ajukan, yaitu: -
Komunikator ( Communicator, Source and sender ) Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan yang ada di dalam hatinya ( perasaan dan pikiran ), komunikator mengubah perasaan atau pikiran tersebut ke seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang dapat dipahami oleh si penerima pesan. Proses ini disebut juga sebagai Encoding.
-
Pesan ( Message ) Pesan merupakan apa yang akan dikomunikasikan oleh sender kepada receiver. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan . Pesan mempunyai tiga komponen yaitu: Makna, symbol, dan bentuk atau organisasi pesan.
-
Media ( Channel, Media) Media adalah sebuah alat yang digunakan oleh sender kepada si receiver. Saluran dapat berupa saluran verbal atau saluran non verbal.
10
-
Penerima ( Receiver, Recipient ) Penerima yaitu orang yang menerima pesan dari sumber. Penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses ini disebut sebagai decoding.
-
Efek ( Effect, Impact, Influence ) Efek adalah apa yang terjadi pada receiver setelah ia menerima pesan. Efek tersebut dapat berupa penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan sebagainya. Berdasarkan
definisi komunikasi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan atau informasi dari sender ke receiver dengan proses secara langsung atau tidak langsung. Komunikasi juga dapat dilakukan secara satu arah, dengan pengertian bahwa si sender tidak mengharapkan adanya balasan dari si receiver,
sedangkan
komunikasi dua arah, si sender
mengharapkan adanya hubungan timbal balik antara si receiver dan sender, yang kemudian pesan itu akan berubah menjadi efek, dimana efek tersebut ada yang positif dan negatif yang berupa perubahan sikap, keyakinan, perilaku dan sebagainya.
2.1.1.1
Komunikasi Massa
Komunikasi massa menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu komunikasi Teori dan Praktek, yaitu: “Komunikasi dengan menggunakan media massa, yang meliputi surat kabar, yang mempunyai sirkulasi yang luas, radio dan televisi yang siarannya ditujukan kepada umum dan film-film yang dipertujukan digedung-gedung bioskop”
11
Sedangkan menurut (Meletzke, 1983), yang dikutip jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi komunikasi: 1.
komunikasi diartikan sebagai setiap komunikasi massa yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.
2.
Komunikasi massa dibedakan dengan komunikasi lainnya dengan kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagai khusus populasi.
3.
Bentuk komunikasi massa dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama, sebagai berikut: diarahkan pada khalayak, secara serentak, bersifat sekilas, komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang komplek dan melibatkan biaya yang besar.
2.1.1.1.1
Fungsi dan Karakteristik Komunikasi Massa
menurut Romly dalam buku (Kadar Nurjaman, 2012: 236) mengemukakan bahwa karakteristik komunikasi massa terdiri dari lima hal, yaitu: 1.
Komunikasi massa bersifat umum Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk
semua orang. Meskipun bersifat umum dan terbuka, pesan komunikasi massa yang sama sekali terbuka juga jarang diperoleh, disebabkan faktor yang bersifat paksaan timbul karena struktur sosial.
12
2.
Komunikan bersifat heterogen Massa dalam komunikasi massa terjadi
dari orang-orang yang heterogen,
meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat.
3.
Media massa menimbulkan keserempakan Keserempakan adalah keserempakan dengan sejumlah besar penduduk dalam
jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
4.
Hubungan Komunikator-komunikan bersifat non pribadi Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan
bersifat nonpribadi karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam perannya yang bersifat umum sebagai komunikator.
5.
Berlangsung satu arah (one way communication) Berlangsung antara komunikator kepada komunikan. Tanggapan atau reaksi
muncul belakangan.
2.1.1.1.2 Model Alir Banyak-Tahap (Multi-Step Flow Model) Model ini menyatakan bahwa pesan-pesan mdia massa menyebar ke khalayak melalui suatu interaksi yang amat kompleks. Media mencapai khalayak dapat secara langsung dan dapat pula melalui macam-macam penerusan secara beranting, baik melalui opinion leaders maupun melalui situasi saling berhubungan antarsesama anggota khalayak.
13
Model Alir-Banyak Tahap dilandasi pada suatu fungsi penerusan yang sering terjadi dalam sebagian besar situasi komunikasi. Model ini tidak memerlukan suatu jumlah tertentu dari tahap-tahap yang mesti dilalui. Juga tidak menerangkan bahwa suatu pesan harus mengalir dari suatu sumber lewat saluran-saluran media massa. Model Alir Banyak-Tahap menyatakan bahwa terdapat sejumlah variabel penerusan dalam arus komunikasi massa dari sumber media massa kepada khalayak luas.
Gambar 2.1 Model Alir Banyak-Tahap Komunikasi Massa merupakan bagian yang penting dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh public relations. Tanpa adanya komunikasi massa, maka hal tersebut akan menjadi hambatan bagi public relations untuk melakukan berbagai kegiatan yang membutuhkan khalayak luas. PT. Philips Indonesia tentunya juga membutuhkan komunikasi massa untuk berinteraksi dengan para konsumen yang ada di Indonesia, tanpa ada komunikasi massa maka kegiatan seperti publisitas, periklanan melalui televisi, radio, surat kabar tidak dapat terealisasikan.
2.1.2
Pengertian Strategi
Strategi adalah sebuah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Dalam setiap program-program kegiatan maupun dari setiap perencanaan, tujuan strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
14
menunjukan jalan saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. Menurut Gregory (2004: 98-99) makna dari kata strategi adalah sebagai berikut: “Strategi adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntut, ide utama, dan pemikiran di balik program taktik”.
2.1.2.1
Tipe-Tipe Strategi
Pada umumnya Ada 3 jenis tipe strategi, yaitu: 1.
Strategi Manajemen Strategi ini biasanya dilakukan dalam sebuah manajemen dengan orientasi untuk
pengembangan strategi secara makro, misalnya strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, dan strategi pengembangan pasar. 2.
Strategi Investasi Strategi ini lebih berorientasi pada investasi. Dimana perusahaan yang ingin ada
pertumbuhan atau ingin melakukan penetrasi pasar, biasanya akan melakukan strategi ini.
3.
Strategi Bisnis Strategi ini berorientasi pada fungsi kegiatan manajemen, seperti strategi
pemasaran, strategi distribusi dan strategi yang mempunyai hubungan dengan hal keuangan. Setiap perusahaan memerlukan sesuatu yang namanya strategi. Strategi merupakan sebuah langkah-langkah yang dipersiapkan untuk menjalankan berbagai kegiatan perusahaan, baik strategi jangka panjang maupun jangka pendek. Sebagai sebuah perusahaan yang mempunyai target audience yang beraneka-ragam maka
15
strategi komunikasi yang baik dan benar perlu di aplikasikan, sehingga dengan strategi komunikasi tersebut diharapkan
pesan yang dikirimkan dapat
sampai
kepada target audience yang diinginkan oleh perusahaan.
2.1.2.2
Komponen Strategi Komunikasi
Dalam buku Manajemen public relations (Morissan: 190-203), menyatakan bahwa ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh public relations ketika berkomunikasi, yang akan dipaparkan sebagai berikut: 1.
Membingkai Pesan Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-
cara komunikator saat membangun fakta. Membingkai pesan adalah strategi dalam memilih, menonjolkan dan menghubungkan fakta kedalam bentuk pesan (berita) agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat. Kegiatan membingkai pesan diperlukan untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, membingkai pesan adalah kegiatan untuk memilih isu dan menulis berita yang akan menentukan fakta apa saja yang akan di ambil, bagian mana yang akan menentukan fakta apa saja yang akan diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa ke mana berita tersebut. 2.
Nilai berita Praktisi humas harus membingkai pesan yang ingin disampaikannya agar pesan
itu memiliki nilai berita. Pesan juga harus mudah dipahami, tidak rumit dan tidak mengandung jargon. Pesan harus diarahkan pada topic-topik tertentu serta memiliki muatan local agar pesan dapat menarik minat khalayak. Isi pesan harus dibingkai sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan dapat menjawab pertanyaan,
16
dapat menimbulkan minat, ketertarikan dan kepentingan khalayak serta memberikan kekuatan kepada khalayak untuk bertindak berdasarkan minat dan kepentingan mereka. 3.
Simbol Simbol memainkan peran penting dalam bidang kehumasan. Berbagai
perusahaan, baik yang bertujuan profit ataupun nonprofit, menggunakan symbol yang mereka buat guna menciptakan citra atau persepsi di kalangan khalayak. Simbol ditunjukan agar manusia dapat langsung mengenal perusahaan atau organisasi yang diwakili oleh simbol itu. 4.
Stereotip Komunikasi sering mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan
dalam berkomunikasi dapat dialami oleh sumber pesan maupun mereka yang menerima pesan. Hambatan yang muncul dalam berbagai bentuk mulai dari hambatan sosial, hambatan umur, hambatan bahasa, hambatan perbendaharaan kata, hambatan politik, hambatan ekonomi. Komponen dalam
strategi komunikasi, merupakan unsur yang perlu
diperhatikan oleh setiap public relations dalam menyusun pesan. Karena komponen tersebut juga merupakan hal yang mendukung keberhasilan pesan tersebut untuk dapat mencapai khalayak yang menjadi target audience dari PT. Philips Indonesia.
2.1.2.2.1
Kriteria komunikasi yang Berhasil
Ada 7 kriteria yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah komunikasi , yaitu:
17
1.
Kredibilitas komunikasi dimulai dengan iklim atau situasi kepercayaan. Iklim dibangun
melalui
menggambarkan
tindakan kesungguhan
oleh
perusahaan
untuk
atau
melayani
organisasi pihak-pihak
yang yang
berkepentingan dan masyarakat. Penerima menerima pesan harus memiliki kepercayaan pada diri pengirim serta memiliki penghormatan terhadap kompetensi pengirim pesan atas masalah yang menjadi perhatian. 2.
Konteks; suatu program komunikasi harus disesuaikan dengan realita lingkungan. Komunikasi yang efektif memerlukan lingkungan sosial yang mendukung
3.
Isi pesan; pesan harus memiliki makna bagi mereka yang menerimanya dan harus sesuai dengan system nilai yang mereka anut. Pesan harus memiliki relevansi dengan situasi yang dihadapi penerima pesan.
4.
Kejelasan; pesan harus disampaikan dengan menggunakan istilah-istilah yang sederhana. Kata-kata harus mengandung makna yang sama, baik bagi penerima maupun pengirimnya.
5.
Kontinuitas dan konsistensi; komunikasi adalah proses yang tiada akhir. Komunikasi memerlukan repitisi (pengulangan) untuk mencapai penetrasi. Repitisi dengan variasi memberikan sumbangan untuk pembelajaran dan persuasi.
6.
Saluran; praktisi humas harus menggunakan saluran yang sudah mapan (established) untuk menyampaikan pesan. Saluran yang digunakan dan juga dihormati oleh khalayak sasaran. Saluran yang berbeda yang hanya akan efektif pada tahapan berbeda serta proses penyebaran yang berbeda.
18
Pemilihan saluran harus dilakukan secara selektif agar betul-betul dapat mencapai khalayak sasarannya. 7.
Kemampuan penerima; komunikasi harus memperhitungkan kemampuan penerima. Komunikasi menjadi sangat efektif ketika penerima memerlukan upaya paling sedikit untuk memahami pesan yang disampaikan.
2.1.3 Public Relations Dalam buku Effective
Public Relations merancang dan melaksanakan
kegiatan kehumasan dengan sukses (Cutlip: 2005) menyatakan bahwa,
public
relations adalah, fungsi manajemen yang mengidentifikasikan, menetapkan, dan memelihara hubungan saling menguntungkan antara organisasi dan segala lapisan masyarakat yang menguntungkan antara organisasi dan segala lapisan masyarakat yang menentukan keberhasilan atau kegagalan public relations. Sedangkan menurut Dough Newsom dan Alan Scoot dalam This is
public relations, edisi ketiga,
menyatakan bahwa public relations adalah tanggung jawab dan sikap tanggap dalam kebijakan dan informasi demi kepentingan utama lembaga bersangkutan dan masyarakatnya. Sedangkan menuru okereke dalam jurnal (Mathew.J & Ogedebe. P.M, The Role of Publoc Relations in a Non-Govenrnment Organization, 2012: 204) menyatakan bahwa, “ Public relations as a top management function for company planning, for positioning of organizations, monitoring environmental trends and predicting their consequensces” Dari definisi
public relations, dapat disimpulkan bahwa rublic relations
berperan dalam mengatur komunikasi antara sebuah perusahaan dengan publiknya,
19
supaya kesepakatan dan kejelasan di antara mereka dapat terjaga, dapat mencegah terjadinya salah pengertian serta isu-isu negatif yang dapat memberikan dampak yang tidak diinginkan dalam hubungan kedua belah pihak atau lebih, menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi, menciptakan jati diri, memasyaratkan produk. Selain itu, dalam jurnal (Karadeniz, Journal of Naval Science and Engineering, 2009, vol 5, no 2: 47). Ia menyatakan bahwa: “ Public relations has powerful effect in creating public awareness at a lower cost from advertising. If a company creates an interesting and remarkable story, that story will be published by several different media and this will be the same effect with the million-dollor paid advertisement” Pernyataan tersebut menyatakan betapa pentingnya public relations di dalam sebuah perusahaan untuk mendukung kegiatan marketing.
2.1.3.1 Tujuan Public Relations Jefkin (2003:54) mendefinisikan tujuan
public relations adalah sebagai
berikut: 1.
Mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.
2.
Meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.
3.
Menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.
20
4.
Memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa baru.
5.
Mempersiapkan dan mengondisikan masyarakat bursa saham atas rencana perusahaan untuk menerbitkan saham baru atau saham tambahan.
6.
Memperbaiki hubungan antara perusahaan dan masyarakatnya, berkaitan dengan terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau salah paham di kalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan.
7.
Mendidik konsumen agar lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan.
8.
Meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis.
9.
Meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko pemgambilalihan oleh pihak lain
10.
Menciptakan identitas perusahaan yang baru.
11.
Menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan partisipasi para pimpinan perusahaan organisasi dalam kehidupan sosial sehari-hari.
12.
Mendukung keterlibatan perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara.
13.
Memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami kegiatan-kegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar perusahaan yang bersangkutan terhindar dari peraturan undang-undang, dan kebijakan pemerintah yang merugikan.
14.
Menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan oleh perusahaan agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan ini mengutamakan kualitas dalam berbagai hal.
21
2.1.3.2 Ruang Lingkup Public Relations Ruang lingkup seorang praktisi public relations dapat dibagi menjadi enam bidang pekerjaan menurut ( Morissan, 2008:14), yaitu: 1.
Publisitas, yaitu kegiatan yang menempatkan berita mengenai seseoarng, organisasi atau perusahaan di media massa sebagao upaya agar kegiatannya diberikan media massa. Publisitas lebih menekankan pada proses komunikasi satu arah sedangkan humas adalah komunikasi dua arah. Publisitas merupakan salah satu alat dalam kegiatan humas, namun humas tidak akan dapat berbuat tanpa adanya publisitas.
2.
Pemasaran, bagian pemasaran membutuhkan publisitas media massa bagi produknya dan karenanya membutuhkan fungsi
public relations untuk
melaksanakan hal ini karena biasanya seorang public relations mengetahui bagaimana menulis untuk media massa dan mengetahui bagaimana menangani wartawan daripada orang pemasaran. Namun demikian, kegiatan publisitas ini tetap merupakan upaya pemasaran yang bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan pelanggan atas produk perusahaan. 3.
Public Affair, Dapat didefinisikan sebagai bidang khusus public relations yang membangun dan mempertahankan hubungan dengan pemerintah dan komunitas local agar dapat mempengaruhi kebijakan publik.
4.
Manajemen Isu, merupakan upaya organisasi atau perusahaan untuk melihat kecenderungan isu atau opini publik yang muncul di tengah masyarakat dalam upaya organisasi atau perusahaan untuk memberikan tanggapan atau respon yang sebaik-baiknya.
22
5.
Lobi, adalah bidang khusus membangun dan
public relations yang tujuannya adalah
memelihara hubungan dengan pemerintah utamanya,
dengan tujuan untuk memengaruhi peraturan dan perundang-undangan. 6.
Hubungan Investor, yaitu Bidang khusus dari public relations Perusahaan yang
membangun
dan
mempertahankan
hubungan
yang
saling
menguntungkan dengan pemegang saham dan pihak lainnya dalam masyarakat keuangan untuk memaksimalkan nilai pasar.
2.1.3.3 Publik Public Relations (Soemirat dan ardianto, 2004) mengklasifikasikan publik dalam
public
relations menjadi beberapa kategori, yaitu: 1.
Publik internal dan eksternal. Publik internal, yaitu publik yang berada di dalam organisasi (perusahaan), seperti supervisor, karayawan pelaksana, manajer, pemegang saham, dan direksi perusahaan. Dan eksternal, yaitu publik yang secara organik tidak berkaitan langsung dengan perusahaan, seperti pers, pemerintah, pendidik/dosen, pelanggan, komunitas, dan pemasok.
2.
Publik primer, sekunder dan marginal. Publik primer bisa sangat membantu atau merintangi upaya perusahaan. Publik sekunder dan publik marjinal adalah publik yang kurang begitu penting.
3.
Publik tradisional dan publik masa depan. Karyawan dan pelanggan adalah publik
tradisional,
sedangkan
mahasiswa/pelajar,
peneliti,
konsumen
potensial, dosen, dan pejabat pemerintah (madya) adalah publik masa depan. 4.
Proponent, opponent, dan uncommitted. Di antara publik terdapat sekelompok yang menentang perusahaan (opponents), yang memihak
23
(proponents) dan ada yang tidak peduli ( uncommitted). Perusahaan perlu mengenal publik yang berbeda-beda ini agar dapat dengan jernih melihat permasalahan. 5.
Silent majority dan vocal minority. Dilihat dari aktivitas publik dalam mengajukan Compalint atau mendukung perusahaan, dapat dibedakan antara yang vocal (aktif) dan yang Silent (pasif). Publik penulis di surat kabar umumnya adalah the vocal minority, yaitu aktif menyuarakan pendapatnya, tetapi jumlahnya tak banyak, sedangkan mayoritas pembaca adalah pasif sehingga tidak kelihatan suara atau pendapatnya.
2.1.3.4 Peran Public Relations Menurut Dozier dan Broom dalam Konsep dan Aplikasi (Ruslan, 2007:19) peran public relations dalam suatu organisasi dapat dibagi menjadi empat, yaitu: 1.
Expert Prescriber:
public relations berperan sebagai penasehat ahli,
sehingga ditutun untuk mencarikan solusi dalam
menyelesaikan masalah
dengan public perusahaan atau organisasi. 2.
Communication Facilitator:
public relations berperan sebagai fasilitator
antara perusahaan dengan publiknya. Dimana public relations membantu pihak manajemen sebagai pendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publik. Begitu juga sebaliknya,
public relations diharapkan dapat
memberikan penjelasan informasi, keinginan dan harapan organisasi kepada publik, tujuannya adalah agar tercipta rasa saling mempercayai, menghargai, dan mendukung dengan yang lainnya. 3.
Public Solving Process Facilitator :
public relations menjadi fasilitator
dalam memecahkan permasalahan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
24
pimpinan organisasi baik sebagai penasihat hingga mengambil tindakan eksekusi dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional. 4.
Communications Technician :
Peranan ini menjadikan
public relations
sebagai Journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi, sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masingmasing bagian atau tingkatan, yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke atasan.
2.1.3.5 Strategi Public Relations Kampanye melalui Publisitas menurut (Morissan, 2008: 216), yaitu: -
Siaran Pers : Salah satu metode yang paling sering digunakan praktisi humas dalam
menyebarkan informasi adalah siaran pers. Siaran pers dapat didefinisikan sebagai: informasi dari individu atau organisasi yang disampaikan kepada media massa dengan maksud untuk diberitakan. Sebuah siaran pers yang baik harus menyajikan suatu berita yang sama bermutunya dengan biasa ditulis oleh para jurnalis. Informasi yang terungkap harus jelas, sepenuhya sesuai dengan kenyataan yang ada serta menaati segenap kaidah penulisan yang baik dan pengunaan bahasa yang sederhana. -
Mengundang pers Kegiatan mengundang wartawan ini dinamakan dengan acara pers (press event) yang secara umum terdapat tiga macam acara pers yaitu:
25
1.
Konferensi pers; pertemuan antara organisasi atau perusahaan dengan wartawan pada lokasi yang sudah ditentukan di mana pihak pertama ingin menyampaikan informasi dengan maksud untuk diberitakan.
2.
Resepsi pers; suatu acara yang mengundang wartawan untuk meliput suatu acara, mendengarkan keterangan-keterangan resmi atau sekadar bercakapcakap guna mendekatkan hubungan antara para jurnalis dengan organisasi atau perusahaan. perusahaan biasanya memberikan presentasi yang disertai dengan demonstrasi yang dilakukan dengan bantuan peralatan audiovisual.
3.
Kunjungan pers;
kegiatan humas mengundang wartawan mengunjungi
pabrik, menghadiri acara pembukaan kantor baru atau acara demonstrasi produk baru. Acara kunjungan ini juga disertai dengan fasilitas transportasi, jamuan dan terkadang akomodasi untuk menginap apabila lokasi yang dikunjungi tempatnya diluar kota. 1.
Iklan Iklan adalah alat yang sangat penting dalam pemasaran. Bagian humas suatu
organisasi atau perusahaan adakalanya cukup sering menangani penempatan iklan di media massa. Hal ini kemudian menimbulkan anggapan bahwa kegiatan humas dan kegiatan memasang iklan adalah sama. Kita dapat mendefinisikan iklan sebagai informasi yang ditempatkan di media oleh sponsor yang diketahui membayar untuk waktu dan tempat yang disediakan. Iklan merupakan metode terkontrol untuk menempatkan pesan pada media 2.
Jurnal Penggunaan media massa seperti radio, televisi, surat kabar adakalanya tidak
sesuai untuk menjangkau khalayak tertentu dalam rangka mencapai tujuan humas,
26
apalagi jika khalayak tersebut hanya terdiri dari beberapa kelompok kecil saja seperti saja seperti para distributor, agen atau karyawan perusahaan itu sendiri. Kelompok kecil ini akan lebih efisien jika dijangkau dengan menggunakan jurnal. Jurnal adalah newsletter dengan jumlah halaman tipis (2-8 halaman) dan majalah dinding, yaitu seperti poster kecil yang ditempelkan pada dinding. Jurnal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: - Jurnal Internal Jurnal internal harus disesuaikan dengan keseluruhan program humas dan dijadikan suatu wahana untuk mencapai khalayak yang hendak dituju dalam rangka mengejar tujuan. Isi jurnal dapat berupa laporan menegenai berbagai peristiwa yang sudah terjadi, memberitahu mengenai aspek-aspek tertentu organisasi, menyajikan suatu wahana komunikasi antara para pegawai atau anggota organisasi yang tersebar di beberapa tempat, membantu para dealer dalam rangka memahami dan menjual produk perusahaan sebagai suatu forum dimana para pembaca dapat saling bertukar pandangan dan pengalaman. - Jurnal Eksternal Perusahaan menerbitkan jurnal eksternal yang ditujukan kepada khalayak perusahaan seperti distributor, konsumen dan calon konsumen. Para distributor perlu mendapatkan jurnal eksternal dalam rangka mengakrabkan hubungan, mendidik mereka bagaimana caranya menggunakan produk atau jasa perusahaan dengan bagaimana caranya menggunakan produk atau jasa perusahaan dengan baik, membantu mereka menjalankan operasi usahanya secara lebih efisien serta meberi petunjuk bagaimana caranya mempromosikan penjualan.
27
Berdasarkan pengertian, peran, ruang lingkup, tujuan, publik dan strategi. Dapat diketahui bahwa public relations
mempunyai peran yang sangat penting
dalam menjalankan berbagai jenis kegiatan kehumasan dalam sebuah perusahaan. Dimana public relations mempunyai tugas untuk menjaga nama baik perusahaan, membangun hubungan dengan pihak internal maupun eksternal, mengkomunikasikan pesan perusahaan kepada masyarakat, mendorong suksesnya pemasaran sebuah produk di pasaran dan sebagainya. Pada umumuya public relations juga mempunyai beberapa jenis kampanye yang digunakan untuk melakukan publikasi kepada masayarakat, contohnya seperti: publisitas, periklanan, dan jurnal merupakan sebuah strategi yang menurut peneliti dapat meningkatkan brand awareness masyarakat pada suatu hal tertentu yang difokuskan oleh public relations. Seperti halnya pada PT. Philips Indonesia, berbagai jenis kegiatan
public relations
yang dapat
dimanfaatkan untuk mendongkrak awareness masyarakat dengan menggunakan publisitas untuk memberikan informasi seputar Consumer Lifestyle dan Healthcare yang menarik dan memiliki nilai berita sehingga dapat menarik minat media untuk menayangkan publisitas tersebut. Periklanan merupakan kegiatan yang memakan biaya, tetapi hal tersebut dapat memungkinkan perusahaan utuk mengendalikan informasi yang diinginkan oleh perusahaan untuk ditampilkan di dalam masyarakat. Sedangkan Jurnal merupakan newsletter dengan jumlah halaman tipis (2-8 halaman) dan majalah dinding, yaitu seperti poster kecil yang ditempelkan pada dinding, hal ini bukan hanya dapat dilakukan pada pihhak internal, tetapi dapat dilakukan pada pihak eksternal. Dengan adanya publisitas dan jurnal, bukan hanya dapat menekan biaya periklanan, tetapi dapat juga meningkatkan awareness masyarakat atas produk Consumer Lifesyle dan Healthcare. Tetapi Periklanan juga memainkan peran yang penting dalam kegiatan public relations untuk meningkatkan brand awareness
28
masyarakat, hanya sayangnya memerlukan biaya yang cukup besar untuk melakukan kegiatan tersebut.
2.1.4 Brand Brand atau merek Menurut Kotler (2005:82), merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan mutu, tetapi merek lebih dari sekedar simbol. Brand atau merek menurut Keller dalam Tjiptono (2005: 19) adalah “produk yang mampu memberi nilai tambahan yang secara unik membedakannya dari produk-produk lain yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan serupa.
2.1.4.1 Peran dan Manfaat Brand Kotler (2005:90) berpendapat bahwa merek memiliki peranan dilihat dari sudut pandang produsen, dimana merek memiliki peranan serta kegunaan sebagai berikut: 1.
Merek memudahkan penjual untuk memproses pesanan dan menelusuri bila terjadi kesalahan. Di samping itu juga lebih mudah bagi produsen untuk menemukan
kalau
ada
keluhan
dari
konsumen,
yang
setia
dan
menguntungkan. Kesetian merek memberikan perlindungan terhadap produsen dari pesaing serta pengendalian yang lebih besar dari perencanaan program pemasarannya. 2.
Merek dan tanda dagang produsen memberikan perlindungan hukum atas tampilan produk yang unik, tanpa itu akan dapat ditiru oleh pesaing.
3.
Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
29
4.
Merek yang baik membantu citra perusahaan. Dengan membawa nama perusahaan, merek membantu mengiklankan mutu dan ukuran perusahaan.
Berdasarkan pendapat peneliti diatas, peneliti membuat kesimpulan bahwa, brand adalah sebuah jendela dari sebuah produk bagi para konsumen untuk memilih merek apa yang akan mereka beli sebelum mereka memutuskan. Brand juga merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap perusahaan yang memiliki produk, karena brand dapat membantu dalam
melakukan segmentasi pasar,
melindungi merek dari tindakan plagiat dari para pesaing serta menjadi nilai tambah yang menjadi pembeda antara suatu brand dengan brand yang lain. Hal penting mengenai brand juga dinyatakan oleh Clifton dalam (Earle, Journal of Advertising, Public Relations and Marketing, 2011: 5), yang berbunyi: “ The brand must be true to itself and keep the promise it makes” Hal ini menandakan bahwa brand harus sesuai dengan apa daripada brand itu sendiri, dan memberikan sesuai dengan apa yang dijanjikan. Dimana bila hal tersebut tidak dapat dilakukan, maka brand tersebut tidak akan menjadi sebuah pilihan dalam pemilihan produk.
2.2
Teori Khusus 2.2.1
Brand Awarenes
Menurut Kotler Keller dalam bukunya yang berjudul
Marketing
Management 12e menyatakan bahwa brand awareness adalah “Ability to identify (Recognize or recall) the brand within the category, in sufficient detail to make a purchase”. Yang maksudnya adalah kemampuan untuk mengidentifikasi atau
30
mengingat suatu merek dalam kategori tertentu, dengan kecukupan informasi dalam kategori tertentu untuk melakukan pembelian.
2.2.1.1 Tingkatan Brand Awareness Menurut Durianto, Sugiarto dan Lie joko budiman (2004, 6-7), tingkatantingkatan dari piramida brand awareness dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu: 1.
Unaware of brand ( merek yang tidak disadari), tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen pada bagian ini, tidak menyadari akan eksistensi dari suatu merek.
2.
Brand Recognition (pengenalan merek) adalah, tingkat minimal kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (Aided recall).
3.
Brand Recall ( pengingatan kembali terhadap merek), pengingatan kembali terhadap merek dari sebuah perusahaan tanpa bantuan ( Unaided recall).
4.
Top of Mind (Puncak pikiran), merek yang diingat pertama didalam pikiran konsumen atas sebuah produk.
Gambar 2.2 David Aaker The awareness Pyramid
31
Level pada brand
awareness di atas ini adalah sebuah pyramid yang
menandakan seberapa efektif branding dalam sebuah perusahaan. De Pelsmacker et al (2007) menjelaskan bahwa, semakin kuat kesadaran seseorang akan produk anda, akan semakin kuat juga kemungkinan orang tersebut untuk membeli produk anda, dan proses tersebut akan berlanjut, dimana ketika orang tersebut merasa cocok atas produk anda maka ia akan terus membeli produk anda yang akhirnya akan akan membentuk yang namanya brand loyalty. Pernyataan tersebut juga didukung oleh pernyataan menurut Durianto, dalam (Suciningtyas, Wulan, Management Analysis Journal, 2013 3-4) yang menyatakan bahwa merek dengan top of mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak terseimpan dalam ingatan, mereka tersebut tidak aka dipertimbangkan dalam benak konsumen
2.2.1.2 Peran Brand Awareness Dalam buku strategi menaklukkan pasar (Dunianto-Sugiarto-Sitinjak, 2004) brand awareness dapat dijabarkan cara penciptaan nilai sebagai berikut: 1.
Anchor to which other association can be attached, artinya suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai menggambarkan asosiasi merek tersebut.
2.
Familiarity-Liking, artinya dengan mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk produk-produk yang bersifat low. Keterlibatan merek seperti pasta gigi, tissue dan lain-lain. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat suatu keputusan.
32
3.
Substance/Conmmitment
kesadaran
akan
nama
dapat
menandakan
keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena program iklan perusahaan yang eksistensi jaringan distribusi yang luas, eksistensi yang sudah lama dalam industri, dan lain-lain. Jika kualitas dua merek sama, brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen. 4.
Brand to Consider, langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah , menyeleksi dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk mempertimbangkan suatu merek, dimana merek tersebut kemudian akan diputuskan untuk dibeli atau tidak. Merek yang memiliki Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah yang disukai atau yang mereka benci.
2.2.1.3 Cara Mencapai Brand Awareness Berdasarkan buku (Keller, 2006: 264) Ada 6 elemen untuk membentuk brand awareness, yaitu: 1.
Memorable: yang perlu diperhatikan adalah seberapakah gampangnya nama brand tersebut diingat oleh konsumen? Seberapakah gampangnya untuk di sadari nama brand tersebut?
2.
Meaningful: untuk membuat nama merek itu mempunyai kredibilitas dan suggestif dengan produk dalam kategori tertentu?, Apakah nama merek itu merujuk kepada kateogri tertentu? , apakah nama merek tersebut merujuk
33
kepada orang yang kemungkinan akan memakainya ? dan perlu membuat sebuah nama merek yang bermakna , seperti DieHard auto battries, Mop and Glo floor wax, dan sejenisnya. 3.
Likeability: Apakah nama brand anda mempunyai kemiripan secara nama, visual dengan produk anda? , contohnya seperti Sunkist.
4.
Transferable: apakah nama brand tersebut dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dengan kategori yang berbeda?
5.
Adaptable: seberapa besarkah kemungkinan elemen brand tersebut dapat beradaptasi?
6.
Protectable: bagaimana secara legal brand elemen anda dilindungi? Apakah dapat dengan mudah untuk ditiru? Perlu diperhatikan di mana nama produk anda kemungkinan mempunyai kemiripan dengan nama merek anda. Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti membuat kesimpulan bahwa peran
brand awareness, merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam sebuah produk. Karena dengan adanya brand awareness produk Philips dalam benak masyarakat, maka mereka akan memasukan brand Philips dalam sebuah pertimbangan, sebelum mereka menentukan untuk membeli produk tersebut atau tidak. Pernyataan ini juga di dukung dengan pernyataan dari Durianto dalam (Widyakusuma, Jurnal Public Relations, 2011: 2) tingkatan brand awareness masyarakat atas produk Consumer Lifestyle dan Healthcare juga perlu di perhatikan oleh setiap public relations. Berhasil atau tidaknya sebuah produk di pasarkan kedalam masyarakat luas, juga tidak dapat lepas dari peran public relations dalam mengkomunikasikanya kepada khalayak luas. Menurut peneliti yang menjadi permasalahan pada PT. Philips Indonesia sekarang adalah, masih banyak produk dari kategori Consumer Lifestyle masih berada pada tingkatan brand recognition. Dimana tidak semua produk dari
34
kategori Consumer Lifestyle dikenal baik oleh masyarakat. Sedangkan produk kategori
dari Healthcare
termasuk dalam kategori unaware brand,
dimana
masyarakat pada umumnya tidak menyadari akan kehadiran atas produk tersebut.
2.2.2 Marketing Public Relations Philip
Kotler mengatakan bahwa: “Marketing
public relations works
because works it adds value to product through it’s unique ability to lend credibility to product message”. Yang artinya adalah Marketing public relations diciptakan untuk menambah atau memberikan nilai bagi produk melalui kemampuan yang unik untuk menunjukkan kredibilitas pesan produk.
2.2.2.1 Peran Marketing Public Relations Peranan Marketing public relations dalam upaya mencapai tujuan organisasi menurut Rosady Ruslan dalam yaitu: 1.
Menumbuh kembangkan kesadaran konsumennya terhadap produk yang tengah diluncurkan itu.
2.
Membangun kepercayaan konsumen terhadap citra perusahaan atau manfaat (benefit) atas produk yang ditawarkan / digunakan.
3.
Mendorong antusiasme (sales force)
melalui suatu artikel sponsor
(advertorial) tentang kegunaan dan manfaat suatu produk. 4.
Menekan biaya promosi iklan komersial, baik di media elektronik maupun media cetak dan sebagainya demi tercapainya efisiensi biaya.
35
5.
Komitmen untuk meningkatkan pelayanan-pelayanan kepada konsumen, termasuk upaya mengatasi keluhan-keluhan (complain handling) dan lain sebagainya demi tercapainya kepuasan pihak pelanggannya.
6.
Membantu mengkampanyekan peluncuran produk-produk baru dan sekaligus merencanakan perubahan posisi produk yang lama.
7.
Mengkomunikasikan terus menerus melalui Media public relations ( House PR Journal) tentang aktivitas dan program kerja yang berkaitan dengan kepedulian sosial dan lingkungan hidup agar tercapainya publikasi yang positif dimata masyarakat / publik.
8.
Membina dan mempertahankan citra perusahaan atau produk barang dan jasa, baik dari segi kuantitas maupun kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumennya.
9.
Berupaya secara proaktif dalam menghadapi suatu kejadiaan negatif yang mungkin akan muncul di masa mendatang.
2.2.2.2 Manfaat Marketing Public Relations Ada 4 manfaat marketing public relations, yaitu: 1.
Dapat lebih efektif dan efisien dalam penggunaan pembiayaan publikasi mengingat semakin tingginya biaya promosi di media massa.
2.
Saling melengkapi dengan promosi periklanan.
3.
Dapat meningkatkan kredibilitas dari pesan-pesan yang disampaikan melalui jalur
public relations, sehingga dapat menembus situasi yang relatif sulit
dijangkau oleh iklan atau memiliki kemampuan menjembatani kesenjangan informasi jika disampaikan melalui teknik periklanan serba terbatas.
36
4.
Kampanye melalui iklan memiliki keterbatasan pada ruang dan waktu yang tersedia di media elektronik dan media cetak, oleh karena itu penggunaan promosi iklan tersebut membeli ruang dan waktu siarnya agar pesan atau informasi dapat dimuat atau ditayangkan oleh media yang bersangkutan. Sedangkan kampanye melalui public relations tidak membeli space media agar dapat ditayangkan. Pesan-pesan atau informasi public relations tersebut diolah dan dikemas sedemikian rupa ke dalam bentuk suatu berita, advertorial atau feature sehingga mampu menarik perhatian bagi para pembaca atau pemirsanya.
2.2.2.3 Tujuan Marketing Public Relations Rosady Ruslan dalam (Siregar, Jurnal Online, 2013: 6) mengemukakan bahwa Marketing public relations mempunyai tujuan sebagia berikut: 1.
Mengembangkan citra perusahaan positif publik eksternal/masyarakat dan konsumen.
2.
Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan.
3.
Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relations.
4.
Efektif dalam membangun pengenalan produk dan pengetahuan produk.
5.
Mendukung bauran pemasaran
2.2.2.4 Strategi Marketing Public Relation Tujuh cara yang penting untuk menjadi tolak ukur dalam kegiatan Marketing
37
public relations menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (Kotler and Keller, 2006: 553), yaitu: 1. Publications (Publikasi) Perusahaan mempercayakan perluasan produk berdasarkan dari publikasi materi untuk mempengaruhi dan menarik pembeli yang dituju. Yang termasuk di dalamnya membuat laporan tahunan, brosur, artikel, koran perusahaan, majalah dan materi audiovisual. 2.
Identity Media
Perusahaan perlu membuat identitas yang bisa dikenal oleh masayarakat dengan mudah. Misalnya: logo perusahaan, alat-alat tulis, brosur, tanda, formulir perusahaan, kartu nama, bangunan, seragam dan peraturan pakaian.
3.
Events
Perusahaan bisa menarik perhatian mengenai produk baru ataupun kegiatan perusahaan dengan cara mengadakan acara khusus seperti wawancara, seminar, pameran, kompetisi, kontes dan ulang tahun dari barang itu supaya dapat menjangkau masyarakat luas.
3
News (Berita) Salah satu dari tugas utamanya public relations adalah untuk membuat ataupun
menemukan acara yang sesuai dengan perusahaan, produknya, orang-orangnya atau pegawainya, dan membuat media tertarik untuk memuat berita press release dan hadir dalam press conference.
38
4
Speeches (Pidato) Semakin tinggi kebutuhan perusahaan untuk dapat menjawab setiap keperluan
masyarakat dengan menjawab pertanyaan dari media atau memberikan pengarahan di asosiasi penjualan dan di meeting yang bertujuan untuk membicarakan soal penjualan dapat membangun citra perusahaan.
6. Public-Service Activities (Berperan serta dalam aktivitas sosial). Perusahaan bisa membangun image yang positif dengan cara menyumbang uang atau waktu dalam hal-hal yang positif.
7. Sponsorship Perusahaan bisa memasarkan barang mereka dengan mensponsori acara olah raga atau acara kebudayaan yang bermanfaat bagi kelangsungan perusahaannya.
2.2.2.5 Faktor Dibutuhkannya Strategi Marketing Public Relations Kotler menyebabkan diantara faktor dibutuhkannya strategi marketing public relations pada era kompetitif dan krisis moneter sekarang ini sebagai berikut: 1.
Meningkatnya biaya promosi periklanan yang tidak seimbang dengan hasil
keuntungan yang diperoleh dan keterbatasan tempat. 2.
Persaingan yang ketat dalam promosi dan publikasi baik melalui media
elektronik maupun media cetak dan sebagainya. 3.
Makin menurunnya perhatian atau minat konsumen terhadap tayangan iklan,
karena pesan dalam iklan yang kini cenderung berlebihan dan membosankan perhatian konsumennya.
39
2.2.2.6 Keterkaitan antara Marketing
Public Relations dan
Public
Relations Philip Kotler seorang tokoh pemasaran yang mengatakan, ”Marketing public relations work because it adds value to product throught its unique ability to lend credibility to product message”, maksudnya adalah konsep marketing
public
relations secara garis besar terdapat tiga taktik (Three ways strategy) untuk melaksanakan program dalam rangka mencapai tujuan, yaitu: 1.
public relations merupakan potensi untuk menyandang suatu taktik pull-
strategy maksudnya adalah public relations menyelenggarakan komunikasi dua arah yang bersifat timbal balik yang didasari oleh informasi dan kesan-kesan positif terhadap lembaga yang diwakilinya. 2.
Sebagai peyandang Push-Strategy baik dari segi perluasan pengaruh
maupun bidang pemasarannya. 3.
Pass-strategy sebagai upaya mempengaruhi atau menciptakan opini publik
yang menguntungkan.
Marketing
public relations merupakan perpaduan antara marketing dengan
public relations dengan tujuan untuk menambah atau memberikan nilai bagi produk melalui kemampuan yang unik untuk menunjukkan kredibilitas pesan produk melalui program marketing public relations, yaitu: publikasi, identity media, event, news, speeches, public- service activities dan sponsorships. Dengan acuan dari marketing public relations ini peneliti akan menganalisis berbagai strategi yang tengah dijalankan oleh public relations semasa penelitian peneliti dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013.
40
2.3
Kerangka Teori
Gambar 2.3 Kerangka Teori
41
Pada kerangka teori, peneliti akan menggunakan teori-teori yang ada di dalam buku, sebagai landasan teori
peneliti untuk mendukung proses berjalannya
penelitian. Pada dasarnya teori yang akan digunakan oleh peneliti, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: teori umum dan teori khusus. Dimana teori umum terbagi menjadi empat bagian yaitu komunikasi, strategi, public relations dan brand. Sedangkan pada teori khusus, peneliti akan membahas mengenai brand awareness dan marketing public relations. pada teori khusus ini peneliti akan menjadikan teori brand awareness dan teori marketing public relations, sebagai acuan untuk menjawab rumusan masalah yang telah peneliti kemukakan pada bab satu. dengan melakukan teknik wawancara dan observasi berserta pengumpulan data sekunder yang berupa foto. peneliti akan menganalisa hasil pengumpulan data tersebut dengan membandingkannya dengan kedua teori khusus tersebut, sehingga rumusan masalah tersebut dapat dijawab oleh peneliti.
42
2.4
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
43
Kerangka pemikiran ini merupakan pemikiran peneliti mengenai proses yang harus dilalui oleh PT. Philips Indonesia untuk meningkatkan brand awarenss. Sebelum kegiatan penelitian pada PT. Philips Indonesia tersebut dimulai. pada dasarnya perusahaan PT. Philips Indonesia itu memiliki tiga sektor yang berbeda, yaitu: sektor Lighting, Consumer Lifestyle dan Healthcare. Akan tetapi sektor Consumer Lifestyle dan Healthcare tidak memiliki awareness masyarakat akan kehadiran kehadiran kedua sektor tersebut, bila dibandingkan dengan sektor Lighting yang sudah sangat dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. oleh karena permasalahan awareness tersebut, kedua sektor tersebut memerlukan marketing public relations untuk menjalankan berbagai jenis strateginya untuk mendukung kegiatan dari sektor Consumer Lifestyle dan Healthcare. dengan berjalannya proses ini, diharapkan brand awareness masyarakat akan produk dari kedua sektor tersebut dapat meningkat.
44