9 BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1 Teori Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi manusia (human communication) yang munculnya bersamaan dengan digunakannya alat-alat elektronik. Hal ini karena alat-alat elektronik dikembangkan sedemikian canggihnya hingga bisa melipatgandakan pesan-pesan komunikasi (Wiryanto, 2006:1). Konsep komunikasinya sangat berhubungan dengan khalayak, pemirsa, penonton, pendengar, atau pembaca. Secara sederhana, Bittner mendefinisikan komunikasi massa sebagai pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar. Definisini lain diungkap oleh Gerbner, bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berdasarkan pada teknologi atau lembaga dari arus pesan yang kontinyu, juga yang paling luas dimiliki orang dalam masyarakat individu. Menurut Freidson, komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya yaitu bahwa komunikasi massa ditujukan kepada sejumlah populasi dari kelompok-kelompok yang berbeda, dan bukan hanya satu atau beberapa individu, bukan juga hanya sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat diterima secara bersamaan oleh semua orang dari lapisan masyarakat yang berbeda. Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat sendiri, Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar
9
10 luas, berbeda-beda, anonim, melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara bersamaan dan cepat (Rakhmat, 2005:186). Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (Ardianto, 2004:15-18) adalah sebagai berikut: 1. Surveillance (Pengawasan) Pengawasan mengacu pada peranan berita dan informasi dari media massa. Media bekerja sebagai pengawal yang melakukan pengawasan terhadap kejadian-kejadian yang terjadi dan memiliki dampak pada khalayak banyak. 2. Interpretation (Penafsiran) Media massa tidak hanya menyajikan fakta atau data, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu kejadian. Tujuan penafsiran media adalah untuk mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih dalam dengan komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok. Hal ini untuk membagi opini dan memberikan sudut pandang yang lain dari suatu kejadian. 3. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan masyarakat yang berbeda-beda, sehingga
membentuk
pertalian
atau
hubungan
berdasarkan
kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai) Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara seseorang mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa
11 menyajikan penggambaran yang ada di masyarakat dan individu dapat mempelajari nilai penting dari bagaimana khalayak berperilaku dengan membaca, mendengar, atau menonton. 5. Entertainment (Hiburan) Fungsi menghibur dari komunikasi massa adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, terutama di masa modern yang memiliki tekanan lebih hebat ini. Dengan melihat berita-berita ringan atau melihat tayangan-tayangan hiburan di televisi, pikiran khalayak dapat disegarkan kembali. Menurut Chaffe, efek media massa dapat dilihat dari beberapa pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada diri khalayak seperti sikap, perasaan, dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri : 1. Efek Ekonomi Kehadiran media massa di tengah keseharian kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha dalam bidang produksi, distribusi atau konsumsi jasa media massa. 2. Efek Sosial Efek sosial berhubungan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status dari pemiliknya.
12
Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak itu sendiri: 1. Efek Kognitif Efek ini timbul karena adanya fungsi informatif dari media massa bagi kepentingan individu tersebut. Efek kognitif ini membahas bagaimana
media
massa
dapat
membantu
khalayak
dalam
mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Lewat realitas yang telah diseleksi oleh media, kita bisa mengetahui tentang sesuatu yang belum pernah kita lihat atau temui sendiri. Misalnya tempat wisata di luar negeri, bendabenda, atau sejarah. 2. Efek Proposional Kognitif Efek ini membahas mengenai bagaimana media massa memberikan manfaat memang diingini oleh masyarakat. Bila menonton televisi membuat kita lebih mengerti tentang Bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek proposional kognitif. 3. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekadar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi khalayak juga diajak untuk merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa. Efek afektif bisa dikatakan untuk menarik simpati atau empati dari penontonnya.
13 2.1.2 Media Massa Secara umum, media massa terbagi atas dua kategori. Kategori pertama adalah media cetak yang terdiri atas: 2.1.2.1 Surat Kabar Surat kabar adalah media komunikasi massa yang memuat pemberitaan dari berbagai jenis kategori, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan. Fungsi surat kabar adalah sebagai penyebar informasi pendidikan, menghibur, sebagai pengawas, atau mengatur massa. Adapun karakteristik dari surat kabar adalah: 1. Publisitas Surat kabar menyebarkan artikel-artikel berisi berita atau kejadian yang berdasarkan fakta pada masyarakat pembacanya. Karena ditujukan untuk khalayak, maka sifat surat kabar adalah umum. 2. Periodesitas Surat kabar terbit dengan periode waktu yang teratur, misalnya setiap hari, dua kali sehari, satu atau dua kali seminggu 3. Universalitas Menyampaikan pesan yang beragam, dan dapat diakses secara umum. 4. Aktualitas Baru saja terjadi atau sedang terjadi, untuk setiap media bersifat relatif karena tergantung periodesitas media misal surat kabar pagi,atau surat kabar sore. Aktualitas ini juga memiliki unsur kepentingan.
14 5. Terdokumentasi Surat kabar bisa disimpan dan disusun sesuai urutan keluarnya, agar apabila diinginkan, suatu kejadian dapat dilihat prosesnya dari awal hingga saat itu. 6. Faktualitas Faktual berarti sesuai dengan fakta yang ada. Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur. Surat kabar sore juga umum di beberapa negara.Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar harian dan isinya biasanya lebih bersifat umum atau bertujuan sebagai hiburan semata. 2.1.2.2 Majalah Majalah diterbitkan secara berkala seperti seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali tapi tidak terbit tiap hari. Isinya tak menampilkan pemberitaan atau sari berita, melainkan berupa artikel hiburan atau artikel yang bersifat menyeluruh dan mendalam. Menurut Mario Garcia, majalah adalah halaman demi halaman yang diikat dengan kawat serta menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih tebal atau mengkilat dibanding kertas halaman dalam. Pada dasarnya semua majalah bersifat menghibur dan informatif, sesuai dengan fungsi pers itu sendiri. Karakteristik majalah adalah : 1. Penyajiannya lebih mendalam karena periodesitasnya yang lebih lama sehingga pencarian informasi bisa lebih leluasa dan tuntas. 2. Nilai aktualitas lebih lama, karena isinya bukan mengenai peristiwa sehari-hari melainkan topik khusus yang membuat pembaca ingin
15 mengetahui lebih dalam tentang artikel tersebut dengan kemasan penyajian pihak majalah. 3. Gambar atau foto lebih banyak, dan desain sertas kualitas kertas yang bagus. 4. Cover didesain sedemikian rupa karena merupakan daya tarik awal. 5. Bersifat tersegmentasi yang berdasarkan segmen pasar tertentu seperti majalah anak-anak, Ibu rumah tangga, komunitas, atau kaum pria. Kategori kedua adalah media elektronik yang terdiri dari: 2.1.2.3 Radio Radio adalah alat komunikasi massa yang pertama kali ditemukan dan disiarkan menggunakan gelombang elektromagnetik. Radio bisa disebut sebagai media dengar atau media auditif. Penyiaran informasi dalam bentuk berita dan penyiaran musik oleh radio dimulai hampir bersamaan. Tetapi salah satu penyiaran terkenal adalah kegiatan pemilihan umum presidan Amerika Serikat pada tanggal 2 November 1920 yang dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara luas dan teratur kepada masyarakat. Radio memiliki beberapa kekuatan, antara lain (Yulia, 2010:63-68): 1. Menjangkau jumlah khalayak sasaran yang besar pada waktu yang bersamaan. 2. Menjangkau individu atau kelompok masyarakat yang hidup terpencil dan terpencar seperti kehidupan masyarakat agraris pada umumnya. 3. Cepat menyampaikan pesan sehingga dapat memberikan informasi yang berguna 4. Mengatasi berbagai kendala geografis
16 5. Mudah dimengerti dan tidak memerlukan kemampuan membaca yang memang belum banyak dimiliki rakyat kebanyakan. Radio juga memiliki kekuatan karakteristiknya, yang mencakup: 1. Kecepatan Radio memiliki kecepatan yang tidak mampu disaingi oleh media manapun, karena apabila ada suatu peristiwa, penyiar radio bisa langsung memberikan informasi tersebut lewat siaran yang sedang dilakukannya. Tidak lagi membutuhkan proses produksi seperti televisi atau media cetak. 2. Imajinatif Sifat auditif yang disajikan radio siaran memiliki keunggulan untuk merangsang imajinasi pendengar, yang belum tentu sesuai dengan faktanya. Karena inilah radio juga dikenal sebagai "Theatre of Mind". 3. Murah Pengertian karakteristik ini bisa dilihat dari dua sisi. Sisi pertama adalah dari pendengar yang tidak perlu membayar apapun untuk mendengarkan siaran radio. Sisi kedua dilihat dari biaya produksi yang dikeluarkan, karena produksi siaran radio jauh lebih murah dibanding produksi media cetak atau televisi. 4. Alternatif beragam Radio memberikan pilihan yang berbagai macam untuk pendengarnya. Pendengar bisa memilih radio mana yang disukainya atau memenuhi keinginannya.
17 5. Mobilitas tenaga Radio biasa disebut sebagai background activity, yang berarti bisa dilakukan bersamaan dengan kegiatan lainnya. Radio juga bisa dengan mudah dibawa ke mana-mana, terlebih lagi di jaman modern yang memungkinkan radio untuk didengarkan di telepon seluler melalu aplikasi. 6. Personal Meski tergolong komunikasi massa, ahli-ahli komunikasi tetap menggolongkan komunikasi yang dilakukan di radio siaran sebagai komunikasi personal. Hal ini menyebabkan adanya hubungan yang erat antara penyiar radio dengan pendengarnya. Tiap radio memiliki formatnya sendiri. Format ini digunakan sebagai dasar sebuah stasiun radio dalam menentukan target audiens dan membedakan siaran radio tersebut dengan stasiun radio lainnya. Format yang umum digunakan adalah: 1. Adult Contemporary (AC) Merupakan format yang memutarkan lagu pop dan rock yang dirilis dalam kurun waktu 15 hingga 20 tahun terakhir. 2. Contemporary Hits Radio (CHR) Format ini memainkan banyak lagu-lagu populer terkini yang rilis dalam setahun terakhir, baik yang berupa single maupun album. 3. Oldies Format yang menyiarkan lagu pop, rock dan rock ‘n’ roll yang diproduksi antara tahun 1950 hingga 1980. Lagu-lagunya dirilis pada masa keemasan industri musik dunia.
18 4. Rock Adult Contemporary Radio yang menyiarkan lagu rock dari 15 hingga 20 tahun terakhir. Ada juga format Modern Rock yang menayangkan lagu rock dari 5 hingga 10 tahun terakhir. 5. Smooth Jazz Radio yang menyiarkan lagu-lagu pop ringan bertempo medium yang memiliki sentuhan musik jazz. Format ini kadang juga disebut sebagai New Adult Contemporary, atau “NAC” 6. Urban Radio atau acara radio yang memutar lagu-lagu rap, hiphop, r&b, dan soul. 7. World Music Memutarkan lagu dari penyanyi dari negara yang berbeda-beda dan berbagai jenis musik. Rentang usia lagu yang diputarkan tidak memiliki batas. 2.1.2.4 Televisi Televisi adalah alat komunikasi massa yang memiliki pengaruh paling tinggi pada masyarakat karena kemampuannya menampilkan gambar sekaligus suara. Hal ini membuat televisi disebut sebagai media massa audio visual. Karakteristik Televisi yang sesuai dengan karakteristik media massa yaitu (Cangara, 2010:126-127): 1. Bersifat melembaga, yaitu pihak yang mengelola media terdiri dari banyak
orang
mulai
dari
proses
pengumpulan
informasi,
pengelolaannya, hingga penyajian informasinya dalam bentuk tayangan televisi.
19 2. Bersifat satu arah. Artinya komunikasi yang dilakukan tidak memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima dengan cepat. Reaksi atau umpan balik pasti memiliki jeda waktu, tidak bisa dilakukan secara langsung. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan. Pengiriman informasinya diterima secara bersamaan oleh khalayak. 4. Memakai peralatan teknis. Tentunya untuk menghasilkan suatu siaran televisi memerlukan proses yang mengugnakan peralatan teknis seperti kamera, mixer, dan lainnya. 2.1.3
Program Acara Televisi Pada umumnya isi program siaran di televisi meliputi acara seperti di bawah ini (Muda, 2005:9) : 1. Laporan Berita Berisi liputan mengenai peristiwa berita yang memiliki nilai news worthy. 2. Talk Show Sebuah acara yang mana orang terkemuka (ahli dalam bidang tertentu) berpartisipasi dalam diskusi atau diwawancarai dan kadangkala menjawab pertanyaan dari pemirsa atau pendengar. 3. Dokumenter Sebuah program yang berkaitan langsung dengan suatu fakta dan nonfiksi yang berusaha untuk menyampaikan kenyataan tanpa rekayasa, disusun sesuai urutan dan dibahas secara mendalam.
20 4.
Magazine Program ini menayangkan berbagai jenis berita dan hiburan dalam satu tayangannya.
5. Iklan Pesan komunikasi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk barang, jasa, atau program dengan durasi maksimal 30 detik. 6. Pendidikan/ Seni dan Budaya Program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seni, dan budaya penontonnya lewat dokumenter atau feature. 8. Musik Program televisi yang mengutamakan musik sebagai sebagian besar inti tayangannya, baik video klip maupun live performance. 9. Sinetron Sinetron adalah kependekan dari sinetron elektronik. Sinteron berisi drama atau sandiwara bersambung yang disiarkan televisi. 2.1.4
Bentuk Program Televisi Secara garis besar, bentuk program televisi dibagi menjadi program berita dan non berita. Program berbentuk non berita adalah program hiburan, drama atau sinetron, program-program olahraga, dan agama. Program berita sendiri dibagi menjadi dua bagian. Hard news bersifat aktual, penting, dan berdasarkan fakta, sedangkan soft news bersifat ringan, dapat ditambahkan opini, dan tidak memiliki batasan waktu.
21 2.1.5
Format Program Televisi Format program televisi adalah perencanaan dasar konsep sebuah acara televisi yang akan menjadi landasan pembuatan program tersebut dalam berkreasi dan membuat desain produksinya. Format ini terbagi dalam beberapa kriteria sesuai dengan tujuan, segmentasi, atau target pemirsa yang ingin dicapai. Ada tiga bagian bagian dari Format Acara Televisi menurut (Rukmananda, 2004:65-66) yaitu Drama (Fiksi), Non Drama (Non Fiksi), dan Berita Olahraga (News Sport). 1. Drama (Fiksi) Drama adalah sebuah acara televisi yang berbentuk cerita kehidupan. Adegannya menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi khayalan pembuatnya. 2. Non Fiksi (Non Drama) Format Non Fiksi diciptakan dan diproduksi tanpa unsur rekayasa di dalamnya. Program-programnya melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dan realitas kehidupan sehari-hari yang mengutamakan keaslian dan hiburan. 3. Berita dan Olahraga Sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi faktual dan aktual atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada keseharian kehidupan masyarakat. Format ini harus disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu, dan sifat liputannya independen.
22 2.2
Teori Khusus
2.2.1 Program Musik Program musik untuk televisi dapat ditampilkan dalam dua bentuk, yaitu video klip dan konser. Untuk membedakan sebuah program musik dengan program sejenis lainnya, sebuah acara membutuhkan format sebagai dasar pemilihan lagu-lagunya. Format yang digunakan biasanya mengikuti format musik radio. Program musik yang berupa konser dapat dilakukan di lapangan atau di dalam studio. Kemampuan artis dalam menarik audiens dari segi kualitas suara dan kemasan program yang menarik menentukan bagus tidaknya sebuah program musik saat ini. Menurut Vane-Gross, programmer program musik harus cermat dalam memilih artis yang memiliki daya tarik demografis luas. Programmer juga harus berusaha menyajikan sebanyak mungkin dukungan visual, dan tidak membiarkan satu gambar ditampilkan terlalu lama karena akan membuat penontonnya bosan. Beberapa hal lain yang harus dipertimbangkan agar sebuah program musik bisa mendapatkan sebanyak mungkin audiens adalah: 1. Pemilihan artis yang memiliki daya tarik demografis yang besar, yang berarti artis tersebut telah memiliki banyak penggemar dari berbagai kalangan usia, baik pria maupun wanita. 2. Pengambilan gambar yang menarik secara visual, yaitu banyak menayangkan gambar pendukung dan menghindari pengambilan suatu gambar yang terlalu lama. Mengambil gambar artis yang tengah menyanyi tidak sama dengan mewawancarai si artis. Dalam shooting
23 musik, maka gambar harus berganti-ganti secara dinamis. (Morissan, 2008:229) Video klip seringkali digunakan sebagai materi program musik, walau disutradarai oleh kreator yang berbeda-beda. Video-video tersebut hanya perlu dikemas dan diatur alurnya agar selaras. Namun, karena program tersebut hanya menayangkan video klip, maka harus jelas format musik yang akan diusung. Hal ini menentukan proses pemilihan musik atau rotasi musik dalam penayangan program musik tersebut. Rotasi Musik merupakan kewenangan dari seorang Music Director dalam sebuah radio. Demikian halnya di sebuah program musik televisi yang materi utamanya adalah video klip, Music Director memiliki hak untuk menentukan lagu yang akan ditayangkan. (Keith, 2010). Rotasi musik ini bisa dilakukan setiap hari kerja atau setiap minggu dengan mengidentifikasikan musik berdasarkan kategori musiknya, temponya, penyanyinya, gender, mood, atau usia lagu tersebut. Ada dua tipe dasar rotasi, yaitu bentuk piramida dan persegi panjang. 2.2.1.1 Rotasi Musik Piramida Rotasi musik bentuk piramida dirancang untuk program musik yang menggunakan format Contemporary Hits Radio atau menayangkan lagu-lagu hits terbaru. Lagu-lagu yang baru rilis dan ditayangkan lebih banyak akan menempati piramida bagian paling atas. Lambat laun lagu-lagu tersebut akan mengalami pengurangan jumlah penayangan dan masuk ke piramida bagian tengah. Lagu-lagu yang terdapat pada posisi dasar dari segitiga merupakan lagu-lagu yang sudah dekat dengan pendengar dan memiliki tempat khusus. Rotasi kepustakaan musik bentuk piramida mengumpulkan lagu-lagu baru yang lalu menjadi permanen di bagian kepustakaan secara keseluruha
24
Gambar 2.1 Rotasi Musik Piramida 2.2.1.2 Rotasi Musik Persegi Panjang Rotasi kepustakaan musik berbentuk persegi panjang membagi setiap kategori yang dimainkan secara merata. Masing-masing persegi panjang bervariasi sesuai dengan format atau jenis lagunya. Dalam kasus stasiun radio atau program musik dengan format Adult Contemporary, kategori musik biasanya terbagi atas era atau tahun lagu tersebut dirilis. Hal ini memudahkan sang Music Director dalam menentukan lagu era mana yang akan diputarkan atau dicampurkan. Rotasi pemutaran lagunya bergerak dari satu kategori ke kategori lainnya sesuai dengan kebutuhan program, untuk menciptakan variasi dan keseimbangan.
Gambar 2.2 Rotasi Musik Persegi Panjang (Adult Contemporary)
25 2.2.1.3 Tempo Musik Tempo musik biasanya dibagi dalam tiga kategori umum, yaitu
Slow-
Medium-Fast. Terkadang dalam sebuah lagu terdapat kombinasi dari 2 tempo yang berbeda, contohnya Slow/Medium. (Veranica, 2011)
Ketukan Per-Menit
Tempo
40-72
1 (Slow)
76-100
2
100-132
3 (Medium)
132-168
4
176-208
5 (Fast)
Gambar 2.3 Tempo Musik
2.2.2 Teori Programming Di buku karya (Eastman & Ferguson, 2009:2-24), programming didefinisikan sebagai proses pemilihan, penjadwalan, promosi, dan evaluasi. Menurutnya, hal yang paling penting dalam programming adalah mengerti tentang audiens terlebih dahulu. Seorang programmer harus memilih program yang akan ditampilkan, lalu mereka harus mengatur jadwal penayangannya untuk memaksimalkan potensi program tersebut ditonton oleh audiens yang ditargetkan. Tak hanya itu, mereka juga harus melakukan promosi dan menarik perhatian audiensnya pada program baru dan episode seri terbaru, juga memberikan informasi pada penonton di mana acara tersebut
26 ditayangkan. Pada akhirnya, programmer harus melakukan evaluasi secara berkala untuk menelaah kembali keberhasilan atau kegagalan dari strategi yang telah mereka tetapkan sebelumnya. Proses kompleks pengambilan keputusan dari pemilihan, penjadwalan, juga promosi yang dimodifikasi oleh umpan balik evaluasi sangat menentukan komposisi dan banyaknya penonton. 2.2.2.1 Selection (Pemilihan) Beberapa komponen yang biasanya mempengaruhi tahap seleksi untuk siaran televisi adalah jarang adanya ide baru yang kreatif, resiko keuangan jika mencoba
menayangkan
program
yang
benar-benar
berbeda,
dan
meningkatnya biaya per episode untuk talent di depan layar maupun di balik layar. Untuk televisi saluran nirkabel, faktor yang sama juga mempengaruhi proses pemilihan programnya. Gabungan konten sangat penting dalam menunjukkan dan membentuk format program tersebut. Faktor tambahan yang mempengaruhi pemilihan program untuk saluran nirkabel adalah diferensiasi dari channel atau program serupa lainnya, dan kemampuanya untuk menjangkau wilayah jaringan atau sistem satelit lokal audiens yang dituju. Dalam program musik, Programmer atau Music Director memiliki tugas penting untuk mencari dan mempertahankan lagu yang sedang naik daun agar audiens tertarik untuk menontonnya. Programming yang profesional berarti bisa memilih dan menyusun lagu dengan alur yang halus dan menyenangkan untuk didengar, misalnya dari alur suasana lagu, tempo, energi, dan teksturnya (Kaplan, 2013). 2.2.2.2 Scheduling (Penjadwalan) Penjadwalan yang efektif tidak hanya membutuhkan pengertian mengenai pola cakupan, target pasar, dan demografi audiens program itu sendiri, namun
27 juga milik kompetitor. Banyaknya audiens yang menonton saat prime-time dipengaruhi oleh jumlah dan jenis program yang bersaing, jumlah penonton yang menyaksikan program sebelumnya, dan kompatibilitas antara program yang berdekatan. Ada beberapa strategi penjadwalan klasik, yaitu: 1. Leading-in (Strategi Pendahuluan Kuat) Sesuai dengan namanya, strategi ini menempatkan suatu program yang kuat atau telah menarik banyak penonton sebelum program yang lebih lemah atau program yang baru ditayangkan untuk memberikan lompatan pada program tersebut. 2. Hammocking (Strategi Buaian) Memasukkan program baru di antara dua program unggulan. Dengan startegi ini, penonton akan mencoba mengikuti program baru tersebut sambil menunggu program unggulan berikutnya tayang. 3. Blocking (Strategi Bloking) Menyajikan acara yang sejenis atau serupa selama waktu siaran tertentu sambil memasukkan program baru di antaranya. 4. Doubling Menayangkan satu episode setelah episode lainnya, biasanya merupakan tayangan ulang yang diikuti oleh episode baru program tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjaga audiens tetap menonton program tersebut dan membentuk keterikatan dengan program itu. 5. Counterprogramming (Strategi Program Tandingan) Menjadwalkan sebuah program yang benar-benar berbeda dari program pesaing untuk menarik audiens dari program pesaing tersebut.
28 6. Blunting / Head to Head Menayangkan program yang memiliki konsep atau format sejenis dengan program pesaing di waktu yang bersamaan. Hal ini dapat menjadi pertimbangan apakah program baru ini cukup kuat untuk menarik audiens dari program pesaing tersebut, atau ternyata lebih baik mengganti jadwal penayangan program tersebut.. 7. Stunting (Penghalangan) Untuk keseluruhan penyiaran suatu stasiun televisi, Stunting berarti melakukan penjadwalan program yang berubah dengan cepat. Dalam sebuah program, Stunting berarti menjadwalkan sesuatu yang berbeda misalnya menambahkan bintang tamu, melakukan promosi dengan cara yang berbeda, atau mengubah jadwal program tersebut secara tiba-tiba. 2.2.2.3 Promotion (Promosi) Di antara seluruh media massa yang dapat digunakan untuk mempublikasikan program, iklan di stasiun televisi itu sendiri adalah yang paling efektif untuk jangkauan dan efisiensi biaya. Promosi program biasanya dimanipulasi untuk menaikkan dan menjaga rating. Salah satu solusi promosi media yang tidak ingin
mengeluarkan
menggunakan
uang
fasilitas
berlebih
internet
untuk
untuk
promosi
menjangkau
adalah penonton
dengan yang
menginginkan lebih banyak lagi berita atau informasi. Dengan cara ini juga sebuah program bisa mempromosikan image sekaligus informasi mengenai stasiun penyiarannya.
29 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tahap promosi, yaitu: 1. Clutter Pengaturan iklan promosi di suatu segmen commercial break. Iklaniklan ini harus diurutkan dengan baik misalnya sesuai dengan produk atau promosi program. Apabila tidak maka hal ini akan membawa dampak yang kurang baik untuk iklan-iklan promosi tersebut. 2. Location Penempatan sebuah iklan selama program berlangsung, misalnya di antara break program, di antara transisi dua program, atau saat credits roll akhir sebuah program. 3. Frequency Frekuensi dibagi menjadi tiga yaitu rendah, menengah, dan tinggi. Semakin tinggi frekuensi promosi sebuah program, semakin tinggi kemungkinan penonton mengetahui program tersebut. 4. Construction Penempatan promosi program di antara iklan-iklan lainnya. Apakah di awal, tengah, atau di akhir. 5. Distance Jarak antara promosi program dengan jadwal penayangan program. 6. Familiarity Promosi yang lebih sering membuat penonton yang tertarik akan semakin
penasaran
dan
akhirnya
menonton
program
yang
dipromosikan. Hal ini berdampak baik pada rating program yang dipromosikan.
30 Menurut (Zettl, 2009:5) semakin kita tahu tentang target audiens kita, maka proses informasi kita juga akan semakin tepat tujuan dan efektif. 2.2.2.4 Evaluation (Evaluasi) Evaluasi mengacu pada interpretasi mengenai informasi kuantitatif dan penilaian kualitaatif yang menghasilkan revisi terhadap pemilihan program, perubahan dalam penjadwalan program terpilih, dan modifikasi promosinya. Apapun alasannya, umpan balik yang berkelanjutan dari proses evaluasi adalah komponen penting dalam proses programming. Menurut (Morissan, 2008:355), pengawasan dan evaluasi program menentukan seberapa jauh suatu rencana dan tujuan sudah dapat dicapai atau diwujudkan stasiun penyiaran, departemen, dan karyawan. Kegiatan evaluasi secara periodik terhadap masing-masing individu dan departemen memungkinkan manajer umum membandingkan kinerja sebenarnya dengan kinerja yang direncanakan. Jika kedua kinerja tersebut tidak sama, maka diperlukan langkah-langkah perbaikan. Pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara efektif. Misalnya, jumlah dan komposisi audien yang menonton atau mendengarkan program stasiun penyiaran bersangkutan dapat diukur dan diketahui melalui laporan riset rating. Jika jumlah audien yang tertarik dan mengikuti program stasiun penyiaran lebih rendah dari yang ditargetan, maka proses pengawasan mencakup
kegiatan
pengenalan
terhadap
masalah
dan
memberikan
pengarahan untuk dilakukan diskusi agar mendapatkan solusi. Hasil diskusi dapat berupa perubahan rencana misalnya revisi yang lebih rendah dari
31 ekspektasi sebelumnya atau tindakan lain yang akan dilakukan untuk dapat mencapai target semula. Menurut Peter Pringle, dalam hal pengawasan program (program control), manajer program harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Mempersiapkan standar program stasiun penyiaran. 2. Mengawasi seluruh isi program agar sesuai dengan syarat-syarat dan aturan perundangan yang berlaku. 3. Menyimpan catatan program yang disiarkan. 4. Mengarahkan dan mengawasi kegiatan staf departemen program. 5. Memastikan kepatuhan stasiun terhadap kontrak yang sudah dibuat, Misalnya dengan para pemasok program, lembaga lisensi lagu dan rekaman, atau stasiun jaringan. 6. Memastikan bahwa biaya program tidak melebihi jumlah yang sudah dianggarkan. Banyaknya jenis strategi untuk memilih, menjadwalkan, mempromosikan, dan mengevaluasi sebuah program merupakan hasil dari beberapa asumsi mengenai audiens. Asumsi yang luas ini dapat dikelompokkan dalam empat bagian : 1. Compatibility Menyesuaikan tujuan dan isi program sesuatu dengan rutinitas audiens. 2. Habit Formation Kekonsistenan jadwal program yang membuat penonton menjadikan menonton program itu sebagai kebiasaannya.
32 3. Control of Audience Flow Bagaimana cara programmer mengatur isi programnya agar penonton tidak berpindah ke saluran lain saat programnya tayang. 4. Conservation of Program Resources Memproduksi sebuah program televisi membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kreatifitas. Karena itu programmer harus melihat program tersebut sebagai sebuah sumber daya yang harus dijaga dan dibuat jadwal penayangannya dengan sesuai, baik jam tayang baru maupun re-runnya.
2.3
Model Analisis
Selection
Scheduling Elemen
"MyTunes" Promoting
Evaluation