BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1.
State of The Art Terkait dengan penelitian ini, terlebih dahulu I Ketut Alit telah melakukan
penelitian dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan
Permukiman
Kumuh
Di
Provinsi
Bali”.
Penelitian
tersebut
menggambarkan/ menganalisa pemberdayaan masyarakat secara komprehensif dengan tujuan untuk menemukenali pola-pola pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan kumuh. Dalam penelitian tersebut, diketahui bahwa pemberdayaan dapat dilihat melalui keikutsertaan masyarakat pada lima tahap kegiatan. Tahap pertama dimulai dengan tahap pengambilan inisiatif. Disini masyarakat dikenalkan kepada program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat. Masyarakat
dikenalkan
dengan
berbagai
permasalahan
yang
dihadapi
di
lingkungannya sehingga dapat memunculkan ide positif untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tahap kedua terdapat penggambaran/ deskripsi yang jelas mengenai pendekatan peran serta masyarakat. Penggambaran peran serta masyarakat digambarkan melalui pentingnya rembug warga sebagai bentuk pemahaman nilainilai dan permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan peningkatan kualitas lingkungan pemukiman, masyarakat diharapkan mengambil kesempatan dan pengalaman untuk memperhatikan fungsi dan perannya serta prosedur yang harus dipatuhi agar tidak terjadi konflik. Berikut adalah tahap pegawasan dan evaluasi dalam peningkatan kualitas lingkungan. Pada tahap ini pelibatan tokoh/ pemimpin masyarakat sangat penting karena wewenangnya sebagai perantara antara pemilik program peningkatan kualitas lingkungan dengan pelaksana
dan masyarakat. Model pengawasan seperti ini merupakan pilihan pemberdayaan yang dapat diselesaikan dengan musyawarah. Tahap terakhir adalah tahap pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan pemukiman. Tahap ini menjadi penting karena keberhasilan pengelolaan lingkungan permukiman sangat dipengaruhi oleh aktivitas warga yang bersifat membina, membangun, dan mengembangkan lingkungannya. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh
mutlak
diperlukan
dan
penerapannya dapat melibatkan berbagai komponen masyarakat baik perorangan, kelompok masyarakat, warga masyarakat desa maupun pemimpin desa dinas maupun adat. Pemberdayaan yang diharapkan adalah dalam berbagai wujud fisik maupun non fisik dan mensukseskan
setiap
program
peningkatan kualitas
lingkungan
permukiman. Pemberdayaan masyarakat masih tetap dilakukan untuk menjaga, memperbaiki, sampai melakukan pemeliharaan agar kualitas lingkungan minimal sama atau bila dimungkinkan kualitasnya meningkat dengan adanya partisipasi dari masyarakat. Selain itu usaha ini dilakukan juga agar lingkungan tidak kembali menjadi lingkungan kumuh. Teori yang digunakan sebagai acuan atau dasar dalam melakukan sebuah penelitian berdasarkan pengetahuan dan pandangan terkait yang sudah ada sebelumnya. Kemudian teori inilah yang nantinya dihubungkan dengan proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan topik penelitian yang telah ditentukan. Untuk itu maka peneliti akan menjelaskan teori-teori umum yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dalam urian dan penjelasan berikut.
1.2. Teori Umum 1.2.1. Marketing Communication Dalam kegiatan bisnis, komunikasi pemasaran menjadi sangat penting dan merupakan bagian dari bauran pemasaran. Karena itu untuk mempertahankan pelanggan dan menarik pelanggan yang baru, perusahaan biasanya melakukan komunikasi pemasaran yang sesuai dengan sasarannya. Para ahli menyatakan bahwa komunikasi pemasaran akan menentukan dampak yang merupakan kinerja bisnis meliputi loyalitas pelanggan, sehingga berdampak pada loyalitas pelanggan serta kegiatan promosi akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian ulang (Limakrisna, 2008: 69). Para ahli memaparkan bahwa Marketing Communications atau Komunikasi Pemasaran merupakan cara perusahaan untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen, baik secara langsung ataupun tidak langsung tentang produk dan merk yang dijual. Terdapat juga tiga peranan penting dari marketing communications yaitu mendapatkan informasi dan nasehat yang dibutuhkan, mempengaruhi target konsumen dilihat dari ciri spesifikasi produk, dan mendorong mereka untuk mengambil langkah di waktu yang spesifik (Danibrata, 2011: 25). Marketing communication represents the "voice" of the company and its brands and is the means by which it can establish a dialogue and build relationship with customers. Dimana pernyataan tersebut memiliki arti komunikasi pemasaran menyajikan suara bagi perusahaan serta menjadi merek dan itu berarti merupakan sebuah sarana untuk berdialog dan membangun hubungan dengan konsumen (Shakeel-Ul-Rehman & Ibrahim, 2011; 187). Setelah melihat beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa komunikasi pemasaran adalah suatu proses dimana pihak perusahaan melakukan
usaha komunikasi untuk menyebarkan informasi dan mempersuasi konsumen agar tertarik dengan produk dan jasa mereka. Agar kegiatan komunikasi pemasaran dapat berjalan lancar, maka kegiatan komunikasi pemasaran dibantu oleh kegiatan Public Relation untuk menciptakan dan menjalankan program-program CSR.
1.2.2. Public Relation Public Relation adalah bentuk komunikasi yang terencana dalam suatu organisasi atau perusahaan, baik komunikasi ke dalam maupun ke luar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh oleh organisasi atau perusahaan (Yadin, 2003: 10). Public Relation adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara hubungan antara suatu organisasi dengan masyarakat (Yadin, 2003: 10). Strategi PENCILS Dalam Public Relation, terdapat strategi-strategi yang biasa digunakan oleh para PR untuk membantu mereka menjalankan tugas agar tujuannya tercapai. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi PENCILS. Strategi PENCILS adalah strategi yang digunakan oleh PR dan mempunyai komponen yang saling berhubungan dalam praktek kerja PR sendiri. Menurut Ruslan dalam Ardianto (2009: 71-73), strategi PENCILS sendiri jika dijabarkan menjadi 7 komponen yang saling berhubungan yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Publications and Publicity Tugas
Public
Relations
adalah
menyelenggarakan
publikasi
atau
menyebarluaskan informasi melalui media tentang berbagai kegiatan perusahaan yang dapat diketahui oleh publik. 2. Event PR
juga
bertugas
mempromosikan
untuk
membuat
organisasinya
agar
acara
yang
berkaitan
dapat
mempengaruhi
untuk publik
berdasarakan jangka waktu, tempat, dan objek tertentu 3. News PR juga bertugas untuk menciptakan berita seputar organisasinya melalui press release, news letter, bulletin dan lain sebagainya. Biasanya mengacu pada teknis penulisan 5W+1H. 4. Community Involvement Menjadi tugas rutin bagi seorang PR untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan masyarakat serta menjaga hubungan baik tersebut agar tidak mencoreng nama baik organisasi yang menaunginya. 5. Inform or Image Seorang PR juga harus dapat memberitahukan sesuatu (berhubungan dengan organisasi) kepada publik dan PR harus dapat menarik perhatian public sehingga nantinya organisasi sendiri akan mendapat tanggapan berupa image positif dari masyarakat. 6. Lobbying and Negitiating Seorang PR harus memiliki kemampuan untuk melobi secara personal dan bernegosiasi agar kegiatan organisasinya tidak terganggu dan selalu memperoleh dukungan dari individu serta instansi atau lembaga terkait.
7. Social Responsibility Berkaitan dengan Program Bank Sampah, aspek tanggung jawab sosial dalam PR sangat penting. Seorang PR tidak hanya memikirkan keuntungan bagi perusahan. Tetapi seorang PR juga harus dapat menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat. Hal ini penting agar organisasi yang diwakili oleh PR tersebut mendapatkan simpati khalayak dan bisa secara tidak langsung PR menanamkan brand awareness melalui sosial responsibility ini
1.2.3. Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perusahaan. Perusahaan menggunakan CSR untuk menghubungkan perusahaan dengan masyarakat. Berkat perannya dalam menghubungkan perusahaan dan masyarakat, CSR menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari masyarakat CSR. Karena merupakan bagian dari kegiatan PR, maka apa yang diputuskan oleh PR akan mempengaruhi jalannya CSR. Agar CSR berjalan dengan baik, maka PR terlibat secara langsung didalamnya dalam mengatur dan memantau jalannya CSR dari awal hingga akhir. Terjadinya
deforestasi,
pemanasan
global,
pencemaran
lingkungan,
kemiskinan, kebodohan, penyakit menular, akses hidup dan air bersih, terus berlangsung hingga akhirnya perusahaan berinisiatif dan muncullah konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR. CSR sendiri menekankan bahwa sebuah perushaaan tidak hanya mencari keuntungan saja tapi juga harus memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan (Marnelly, 2012: 49). Menurut The Word Bussiness Council for Sustainable Development Coorporat social Responsibility/ tanggung jawab sosial adalah komitmen
berkelanjutan oleh dunia usaha untuk berperilaku etis dan berkontribusi untuk pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta masyarakat setempat dan masyarakat pada umumnya (Low & Ang, 2013: 33) . Agar
lebih
mudah
untuk
dipahami
pada
tahun
2002,
WBCSD
menyederhanakan pengertian CSR menjadi komitmen bisnis untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja sama dengan karyawan, keluarga karyawan, komunitas local dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup mereka (Low & Ang, 2013: 33). Para ahli juga mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagai: “a commitment to improve community well being through discretionary business and contributions of corporate resources” yang memiliki arti “komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui bisnis tertutup serta kontribusi sumber daya perusahaan (Imran, 2008: 128). Menurut para ahli terdapat beberapa alasan perlunya perusahaan menggelar aktivitas CSR. CSR dianggap bisa membangun positioning merek, mendongkrak penjualan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan daya tarik korporat di mata investor. Konsep dasar CSR pada awalnya dilatarbelakangi oleh motivasi korporasi yang sifatnya karitatif.
CSR berkaitan dengan isu-isu yang kompleks seperti perlindungan
lingkungan, manajemen sumber daya manusia, kesehatan, dan keselamatan di tempat kerja, hubungan dengan masyarakat lokal dan hubungan dengan pemasok dan konsumen. Dalam konsep CSR dikatakan bahwa perusahaan harus memiliki kepedulian sosial dan lingkungan dalam berinteraksi dengan para stakeholder (Rodrigues, 2006; 111).
Jika teori ini dikaitkan dengan Program Bank Sampah, maka dapat dilihat bahwa program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan. Program ini diharapkan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan agar masyarakat terus dapat diberdayakan. Serta Unilever dapat terus membangun bisnis yang berkelanjutan tanpa merugikan masyarakat dari segi lingkungan. Oleh karena itu digunakan teori CSR untuk mendukung Program Bank Sampah yang dijalankan oleh YUI.
Aktivitas Utama Corporate Social Responsibility Didalam CSR juga terdapat istilah Corporate Social Initiative (Kotler & Lee, 2005:22) untuk menjelaskan aktivitas apa saja yang dijalankan untuk mendukung komitmen dalam menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan. Keenam inisiatif sosial tersebut, antara lain: 1.
Cause Promotion. Sebuah perusahaan menyediakan dana, kontribusi yang setimpal, atau sumber daya perusahaan lainnya untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian tentang masalah sosial atau untuk mendukung pengumpulan uang, partisipasi, atau perekrutan sukarelawan untuk suatu tujuan.
2.
Cause-Related
Marketing.
Sebuah
perusahaan
berkomitmen
untuk
berkontribusi mengkoordinasikan sejumlah presentase dari pendapatannya untuk sebuah masalah spesifik berdasarkan penjualan produk. 3.
Corporate Sosial Marketing. Sebuah perusahaan mendukung pengembangan dan/atau penerapan kampanye perubahan perilaku yang diharapkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, keselamatan, lingkungan, atau kesejahteraan komunitas.
4.
Corporate Philanthropy. Perusahaan membuat kontribusi langsung untuk sumbangan, seringkali dalam bentuk hibah tunai, donasi, dan/atau pelayanan yang sepadan.
5.
Community
Volunteering.
Perusahaan
mendukung
dan
menguatkan
karyawan, partner retail, dan/atau anggota franchise untuk menyumbangkan waktu mereka mendukung organisasi komunitas lokal. 6.
Socially Responsible business Practices. Perusahaan mengadopsi dan menggunakan aktivitas bisnis dan investasi sukarela yang mendukung permasalahan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Dari teori yang dipaparkan, jika Program Bank Sampah ini dihubungkan
dengan Corporate Social Initiative, maka terlihat jelas bahwa program ini termasuk kedalam Corporate Social Marketing. Berdasarkan dari pengertian Corporate Social Marketing, Program Bank Sampah yang dijalankan oleh Unilever merupakan sebuah program pengembangan yang diharapkan dapat menimbulkan perubahan perilaku agar lebih peduli dengan lingkungan.
Konsep Piramida Corporate Social Responsibility
Tanggung Jawab Filantropis
Tanggung Jawab Etis
Tanggung Jawab Legal
Tanggung Jawab Ekonomis
Gambar 2.1 Konsep Piramida CSR (Caroll: 2003)
Kemudian secara lebih teoritis dan sistematis, Archie B. Carroll (Caroll, 2003) memaparkan konsep piramida Corporate Social Responsibility. Sebuah perusahaan tidak hanya memiliki tanggung jawab ekonomis, melainkan pula tanggung jawab legal, etis, dan filantrofis. 1.
Tanggung jawab ekonomis, kata kuncinya adalah: make a profit. Motif utama perusahaan adalh menghasilkan laba. Laba adalah fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat hidup terus (survive) dan berkembang.
2.
Tanggung jawab legal, kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus taat hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah.
3.
Tanggung jawab etis, kata kuncinya: be ethical. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil, dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan.
4.
Tanggung jawab filantropis, kata kuncinya: be a good citizen. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat member kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang dikenal dengan istilah nonfiduciary responsibility.
1.3. Teori Khusus 1.3.1. Perilaku Konsumen J. Paul Peter dan Jerry C. Oslo dalam Freddy Rangkuti (2006;58) menjelaskan tentang pengertian perilaku konsumen. Menurut mereka, perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Lalu menurut James F. Engel dalam Freddy Rangkuti (2006;58) juga memaparkan pengertian perilaku konsumen yaitu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. American Marketing Association (AMA) juga memaparkan definisi dari perilaku konsumen yaitu interaksi dinamis antara kognisi, afeksi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka (Prof. J. Supranto & Dr. H. Nandan Limakrisna, 2007:4). Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, bertindak pasca konsumsi produk, maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya (Prasetijo & John, 2005; 8). Dalam perilaku konsumen terdapat konsep perubahan dan pembentukan sikap perilaku konsumen dan dilihat tentang konsumen sebagai individu dibahas mengenai pembentukan sikap serta perubahan sikap. Dimana apa yang berlaku pada pembentukan sikap sebenarnya juga berlaku pada perubahan sikap (Schiffman & Kanuk, 2008: 235). Pada pembentukan sikap hal ini mengacu ke pergeseran dari tidak mempunyai sikap terhadap objek tertentu ke mempunyai sikap kepada objek tersebut. Pergeseran tersebut merupakan hasil pembelajaran konsumen dimana
maksudnya adalah proses yang terus menerus berkembang dan berubah karena adanya pengetahuan baru yang diperoleh. Dalam penelitian ini, pembentukan sikap konsumen sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi serta pengaruh keluarga dan teman-teman. Apabila diambil satu sumber pembentukan sikap misalnya pengalaman pribadi, dapat dilihat bahwa dari segi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk atau jasa, maka disini terlihat dari pengalaman pribadi dalam mencoba dan menilai produk atau jasa secara langsung (Schiffman & Kanuk, 2008:232-233). Menurut salah seorang ahli consumer behavior is the study of the proceses involved when individuals or groups select, purchase use or dispose of products, services, ideas, or experiences to satisfy needs and desires. Dimana maksud pendapat ahli tersebut adalah ilmu tentang proses keterlibatan ketika seorang individu atau grup memilih, membeli, menggunakan atau membuang produk, jasa, ide-ide, atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan (Wahyuni, 2008: 31 ). Perilaku konsumen sebenarnya lebih dianggap sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan mengajak aktivitas individu dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa (Simamora, 2003; 81). Kotler dan amstrong memaparkan juga tentang perilaku konsumen yang merupakan perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal (Simamora, 2003; 81). Untuk mendukung konsep perubahan dan pembentukan perilaku konsumen, dalam penelitian ini ditambahkan konsep perilaku konsumen yang lain. Dimana hal ini untuk menguatkan bahwa perubahan dan pembentukan perilaku konsumen dapat terjadi dalam Program Bank Sampah apabila didukung oleh konsep sebagai berikut:
Ciri Perilaku Konsumen Dalam perilaku konsumen, terdapat ciri perilaku konsumen dimana terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian. Disini diguna kan salah satu ciri yaitu Situasi dan Keputusan Konsumen dimana keputusan konsumen hasil dari masalah yang mereka rasakan dan peluang atau kesempatan. Masalah konsumen timbul dalam situasi khusus dan situasi ini mampu mempengaruhi perilaku konsumen. Sebenarnya kebanyakan konsumen kurang memperhatikan proses ini. Akan tetapi sebenarnya hasilnya mempunyai pengaruh yang penting pada individu konsumen, perusahaan dan masyarakat luas. Jika dikaitkan dengan Program Bank Sampah terlihat yang menjadi situasi itu sendiri adalah Program Bank Sampah yang nantinya akan mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam mengkonsumsi produk Unilever (Prof. J. Supranto & Dr. H. Nandan Limakrisna, 2007:19).
Pembelajaran Kognitif (Cognitive Learning) Pembelajaran kognitif mencakup semua kegiatan mental manusia ketika mereka bekerja untuk memecahkan masalah yang meliputi pembelajaran ide, konsep, sikap, dan fakta yang menyumbang kemampuan manusia mengenai alasan, memecahkan masalah dan mempelajari hubungan tanpa pengalaman langsung. Dalam pembelajaran kognitif, terdapat tiga jenis pembelajaran kognitif. 1. Iconic Rote Learning Jenis pembelajaran ini memaparkan tentang pembelajaran tentang asosiasi antara dua konsep atau lebih tanpa adanya kondisi. Melalui “iconic rote learning” konsumen mungkin membentuk kepercayaan tentang karakteristik dari produk tanpa memperhatikan sumber informasi. Ketika
kebutuhan muncul, maka suatu pembelian mungkin dibuat berdasarkan pada kepercayaan yang sudah dibentuk. 2. Vicarious Learning/ Modeling Dalam
jenis
pembelajaran
ini,
konsumen
tidak
langsung
berpengalaman memperoleh ganjaran dan hukuman untuk belajar. Sebagai gantinya, mereka dapat melihat hasil dari perilaku orang lain dan melakukan penyesuaian. Sehingga konsumen akan membeli produk baru setelah mereka membayangkan perasaan dan pengalaman dalam menggunakan jenis produk tersebut.
Sehingga
kegiatan
membayangkan
tersebut
tidak
hanya
meningkatkan pembelajaran tentang suatu produk tetapi juga mempengaruhi bagaimana produk dievaluasi setelah suatu percobaan benar-benar dilakukan. 3. Reasoning/ Analogy Reasoning merupakan bentuk pembelajaran kognitif yang sangat kompleks karena didalamnya seseorang sibuk dalam pemikiran yang kreatif, merestruktur dan mengkombinasikan baik informasi yang sudah tersedia maupun yang baru untuk membentuk suatu asosias atau kaitan dan konsep. Pembelajaran
analogis
terjadi
ketika
seseorang
menggunakan
pengetahuan yang ada untuk memahami suatu objek yang baru (Prof. J. Supranto & Dr. H. Nandan Limakrisna, 2007:121-122).
1.3.2. Pemberdayaan Masyarakat Menurut ahli, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan yang merangkum multi-aspek. Konsep ini mewakili paradigma pembangunan baru (post-developmentalism paradigm), yang bersifat people centred, participatory,
empowering, and sustainable. Paradigma pemberdayaan masyarakat lebih luas dari hanya sematamata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternative terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu (Barombo, Prof. Dr. H. Asrori, & Drs. Donatianus BSEP, 2012: 12). Pemberdayaan masyarakat juga merupakan suatu proses menumbuh kembangkan daya serta kemampuan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan sosial budanyanya. Dari pengertian tersebut jelas bahwa YUI memang telah memberdayakan masyarakat dengan mengembangkan kemampuan masyarakat dalam mengelola sampah yang kemudian dapat menghasilkan uang dan berbagai keuntungan lainnya bagi masyarakat. (Dagur, 2004: 95) Pemberdayaan masyarakat juga memiliki tiga sisi yaitu penyadaran, pembangunan kapasitas, dan pendayaan. Pada sisi pertama, penyadaran, target masyarakat diberikan pemahaman-pemahan tentang hak-hak yang seharusya dimiliki. Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahapan ini adalah memberikan pengetahuan yang bersifat kognisi, kepercayaan, dan penyembuhan. Sisi kedua adalah peningkatan kapasitas atau memberikan kemampuan. Peningkatan kapasitas terdiri dari tiga jenis yaitu manusia, organisasi, dan sistem nilai. Sisi terakhir adalah pendayaan. Memberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang (Barombo, Prof. Dr. H. Asrori, & Drs. Donatianus BSEP , 2012: 11). Para ahli juga memaparkan apabila pemberdayaan masyarakat dipilah berdasarkan pada tingkatan kerjanya, maka akan diperoleh tiga tingkatan. Tingkatan pertama, pemberdayaan masyarakat berkutat di “ranting dan daun” atau pemberdayaan konformis. Pada tingkatan ini, pemberdayaan masyarakat lebih
bersifat karikatif dan sinterklas, bentuknya adalah memberikan bantuan dalam bentuk modal maupun sudsidi.Struktur sosial, politik, dan ekonomi dilihat sebagai sesuatu yang sudah ada peluang (Barombo, Prof. Dr. H. Asrori, & Drs. Donatianus BSEP , 2012: 14). Tingkatan kedua berada pada “batang” atau pemberdayaan reformis.Pada tingkatan ini melihat akar permasalahan ada pada implementasi di lapangan dan operasionalisasi dari kebijakan.Struktur sosial, politik, dan ekonomi tidak dianggap masalah.Sedangkan, tingkatan terakhir terletak pada level “akar” atau pemberdayaan struktural peluang (Barombo, Prof. Dr. H. Asrori, & Drs. Donatianus BSEP , 2012: 14). Masalah utama bagi tingkatan ini terletak pada struktur sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang menyebabkan pihak yang lemah semakin melemah.Oleh sebab
itu,
tingkatan
ini
beranggapan
harus
dilakukan
transformasi
struktural.Penilaian secara umum, pemberdayaan yang banyak terjadi adalah pemberdayaan konformis, tingkat pertama.Sedikit yang menyentuh pada tingkatan kedua (Barombo, Prof. Dr. H. Asrori, & Drs. Donatianus BSEP , 2012: 14).
1.4. Kerangka Teori
“Analisa Program Bank Sampah” (Studi Kasus Kontribusi Yayasan Unilever Indonesia Dalam Pemberdayaan Masyarakat Malakasari, Jakarta Timur
Teori Umum
1. Marketing Communication
Teori Khusus
1. Perilaku Konsumen : - Ciri Perilaku Konsumen - Pembelajaran Kognitif
2. Public Relation
3. Corporate Social Responsibility
2. Pemberdayaan Masyarakat: - Paradigma Pembangunan Baru -Tingkat Kerja Pemberdayaan Masyarakat