BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam dunia industri banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses produksi, salah satunya yang menjadikan penentu suatu keberhasilan produksi adalah kualitas dari barang yang dihasilkan. 2.1
Kualitas (Quality) Kualitas sangat berperan penting dalam proses produksi, oleh karena itu maka perusahaan harus membuat standar dari kualitas barang yang sudah di produksi. Kualitas adalah sebuah konsep dari definisi yang dapat berubah di akhir waktu. Produk dikatakan berkualitas apabila produk tersebut mempunyai kecocokan penggunaan bagi dirinya. Pandangan lain mengatakan kualitas adalah barang atau jasa yang dapat menaikkan status pemakai. Ada juga yang mengatakan barang atau jasa yang memberikan manfaat pada pemakai (measure of utility and usefulness). Kualitas barang atau jasa dapat berkenaan dengan keandalan, ketahanan, waktu yang tepat, penampilannya, integritasnya, kemurniannya, individualitasnya, atau kombinasi dari berbagai faktor tersebut. Dahulu kualitas berarti penyesuaian terhadap kebutuhan pelanggan yang valid. Artinya, selama hasil produksi jatuh pada batas yang dapat diterima, disebut batas spesifikasi, sekitar nilai yang diinginkan, disebut nilai nominal atau nilai target, itu adalah anggapan penyesuaian, baik, atau dapat diterima. Kita mengacu terhadap definisi goalpost dari kualitas (Mengesha, Awaj, Singh, Yimer, & Amedie, 2013). Menurut Juran adapun pengertian kualitas menurut para ahli sebagai berikut (Kaban, 2014) : 1. Kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat atau yang tersamar. 2. Kualitas adalah “conformance to requirement”, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu Produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. 3. Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. 4. Kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai dengan nilai uang yang telah dikeluarkan. Oleh karena itu, kualitas dapat mengarah kepada keberhasilan bisnis, pertumbuhan, dan meningkatkan daya saing, serta meningkatkan lingkungan kerja. Selain itu, karyawan juga berpengaruh untuk mencapai tujuan perusahaan dan membawa keuntungan yang besar. Analisis kualitas bertujuan untuk pemahaman dan mengetahui kelebihan barang dan harapan pelanggan (Mengesha, Awaj, Singh, Yimer, & Amedie, 2013).
2.1.1
Dimensi Kualitas Menurut David A, Garvin kualitas dibagi menjadi delapan dimensi (Tjiptono, 2011): 1. Kinerja atau Performance Karakteristik utama dari suatu produk yang tampak dari luar.
7
8
2. Ciri-ciri keistimewaan tambahan atau Features Karakteristik tambahan dari suatu produk yang berupa fitur maupun fasilitas tambahan. 3. Kehandalan atau Reability Konsistensi kinerja suatu perusahaan yang meliputi kinerja karyawan maupun mesin. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi atau Conformance Standar industri dan spesifikasi yang telah ditetapkan agar produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dapat memenuhi syarat dan terkontrol kualitasnya. 5. Daya tahan atau Durability Ketahanan dan masa daya guna dari suatu produk, berupa masa garansi dan perbaikan yang diberikan oleh perusahaan. 6. Serviceability Pertanggung jawaban dari permasalahan yang muncul, berupa keluhan konsumen yang tidak puas atau tidak memenuhi kebutuhan dan harapannya dari suatu produk. 7. Estetika atau Aesthetics Daya tarik yang terdapat pada produk yang dapat dilihat. 8. Kualitas yang dipersepsikan atau perceived quality Nilai atau reputasi sebuah produk yang dapat dipertanggung jawabkan. 2.1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Setelah mengetahui macam-macam kualitas, adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas. Menurut Tjiptono dan Diana ada sembilan faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produk atau jasa, yaitu sebagai berikut (Tjiptono & Diana, 2007): 1. Market Kebutuhan dan keinginan konsumen dapat didefinisikan sebagai dasar untuk mengembangkan produk baru, sehingga konsumen percaya akan ada produk yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebanyakan produk ini merupakan hasil dari pengembangan dari teknologi-teknologi baru. Akibatnya bisnis ini akan lebih fleksibel dan berubah arah dengan cepat. 2. Money Kebutuhan akan otomatisasi telah mendorong pengeluaran biaya yang besar untuk proses dan perlengkapan baru, namun penambahan investasi dapat meningkatkan produktivitas dan juga berperan dalam pemeliharaan dan perbaikan mutu. 3. Management Teknisi mempunyai tanggung jawab sepenuhnya atas kualitas produk, manajemen dapat mengalokasikan tanggung jawab yang tepat untuk mengoreksi penyimpanan dari standar kualitas yang telah ditetapkan. 4. Man Kemajuan dibidang teknologi dapat meningkatkan permintaan akan pekerja dengan kemampuan yang terspesialisasi. Spesialisasi itu menjadi bagian yang penting seiring dengan meningkatkan jumlah dalam bidang ilmu pengetahuan.
9
5. Motivation Meningkatkan kompleksitas kualitas produk memerlukan motivasi yang tinggi dari karyawan dalam menghasilkan output yang berkualitas. Selain dipengaruhi oleh imbalan, motivasi karyawan dapat meningkat bila diberikan dorongan dan pengakuan positif atas pekerjaannya. 6. Materials Tingginya biaya produksi dan kebutuhan kualitas yang baik dapat membuat perancangan produk dalam membuat bahan baku yang lebih murah, tetapi dengan output yang tetap baik. 7. Machine Keinginan perusahaan akan peningkatan efisiensi serta memaksimalkan volume produksi yang telah digunakan untuk peralatan manufaktur secara bertahap menjadi semakin kompleks dan semakin tergantung terhadap kualitas bahan baku. Banyak perusahaan yang menggunakan otomatisasi atau mekanisme agar dapat menekan biaya dan meningkatkan kegunaan tenaga kerja serta mesin sampai pada tingkat yang memuaskan. 8. Modern Information Methods Teknologi informasi yang menyediakan cara untuk mengendalikan mesin dan proses selama waktu memproses, mengendalikan produk dan jasa. Semua usaha tersebut digunakan dengan maksud menjamin kualitas produk sehingga konsumen merasa puas. 9. Mounting Product Requirements Semakin kompleksnya desain mutu produk menuntut pengendalian yang lebih ketat terhadap proses produksi. 2.1.3
Seven Tools dalam Quality Control Dalam buku yang berjudul Statistical Process Control, terdapat teori yang menyatakan adanya seven tools, seven tools ini merupakan proses pengendalian statistik dari metode yang paling sederhana untuk penyelesaian masalah, yang dikenalkan oleh Walter A. Shewhart Seven tools tersebut meliputi (Gazpersz, 2007): 1. Check Sheet atau Lembar Periksa Lembar periksa merupakan suatu formulir yang telah tercetak dan siap untuk diperiksa dengan tujuan agar data yang ada dapat dikumpulkan dengan mudah dan rapi. Tujuan digunakannya check sheet ini adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data dan analisis, serta untuk mengetahui permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan atau tidak. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mencatat frekuensi munculnya karakteristik suatu produk yang berkenaan dengan kualitasnya. Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengadakan analisis masalah kualitas. 2. Run Chart atau Stratifikasi Stratifikasi adalah suatu usaha untuk mengklasifikasikan persoalan menjadi kelompok dan golongan sejenis yang lebih kecil sehingga menjadi unsur tunggal dari persoalan. 3. Histogram
10 Histogram adalah diagram batang yang dapat menunjukkan tabulasi dari data yang telah diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini biasa dikenal sebagai distribusi frekuensi. Histogram dapat menunjukkan karakteristik dari data yang telah terbagi menjadi kelas-kelas tersendiri. 4. Diagram Pareto Diagram pareto adalah diagram yang menunjukkan seberapa besar frekuensi berbagai macam tipe permasalahan yang terjadi dengan daftar masalah pada sumbu x dan jumlah atau frekuensi kejadian pada sumbu y. Kategori masalahnya dapat diidentifikasikan sebagai masalah utama dan masalah yang tidak penting. 5. Ishikawa Chart atau Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat atau yang biasa disebut ishikawa diagram merupakan diagram yang terdiri dari sebuah panah horizontal yang panjang dengan deskripsi masalah sedangkan dengan penyebabpenyebab masalah digambarkan dengan garis radial dari garis panah yang menunjukan masalah. 6. Scatter Diagram atau Diagram Sebar Scatter diagram adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua variabel yang menentukan kuat atau tidaknya faktor proses yang mempengaruhi kualitas produk, dimana salahsatu sumbu mempunyai nilai dari variabel independen dan sumbu lainnya mempunyai nilai variabel dependen. 7. Control Chart atau Grafik Kontrol Grafik kontrol adalah suatu alat yang digunakan secara grafis untuk memonitor suatu aktivitas dapat diterima sebagai proses yang terkontrol. Dari seven tools yang dijelaskan diatas, pendekatan teori yang dipakai untuk mengklasifikasikan dan menjelaskan problem solving dalam penelitian ini adalah diagram fishbone dan diagram pareto. 2.2
Diagram Fishbone Diagram fishbone adalah alat untuk mengidentifikasi akar penyebab dari sebuah masalah. Diagram fishbone biasa disebut dengan ishikawa chart karena orang yang mempelopori penggunaan grafik ini adalah Kaoru Ishikawa yang merupakan kontrol kualitas statistik Jepang pada tahun 1960an (Gheorghe & Nadia, 2010). Hal ini didefinisikan sebagai tulang ikan karena memiliki prospek structural dan penampilan. Dalam bentuk normal terlihat seperti kerangka ikan. Diagram fishbone biasanya mengevaluasi penyebab dan sub-penyebab satu tertentu masalah dan karena itu membantu untuk mengungkapkan semua gejala masalah bisnis (Bose, 2012). Faktor-faktor penyebab utama dalam diagram fishbone dapat dikelompokkan sebagai berikut (Kaban, 2014): a. Material (bahan baku). b. Machine (mesin). c. Man (tenaga kerja). d. Method (metode). e. Environment (lingkungan). Setelah mengetahui faktor-faktor dari penyebab utama, adapun kegunaan dari diagram fishbone adalah : a. Membantu mengidentifikasi akar dari penyebab masalah.
11 b. Menganalisa kondisi yang sebenarnya terjadi dan bertujuan untuk memperbaiki peningkatan kualitas. c. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah. d. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut. e. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dengan keluhan konsumen. f. Menentukan standarisasi dari proses produksi yang sedang berjalan atau yang akan dilaksanakan. g. Merencanakan tindakan perbaikan. Pada diagram fishbone, masalah utama yang dapat diletakan pada kepala diagram dan penyebabnya diletakkan sebagai tulang. Tulang yang lebih kecil merupakan sub-penyebab. Setelah selesai membuat diagram, dapat mengevaluasi menyeluruh terhadap penyebab masalah utama dan juga mengungkapkan akar penyebabnya (Bose, 2012).
Gambar 2.1 Diagram Fishbone Sumber: (Magar & Shinde, 2014)
Langkah-langkah dalam prosedur untuk mempersiapkan diagram sebabakibat adalah (Magar & Shinde, 2014): 1. Tentukan effect dari permasalahan terlebih dahulu. Selanjutnya tempatkan effect dalam kotak di sebelah kanan. Gambarkan tulang atau tulang punggung sebagai garis yang mengarah ke kotak untuk effect: a. Tentukan kelompok utama atau kategori penyebabnya. Selanjutnya tempatkan dalam kotak dan dihubungkan melalui tulang besar ke tulang punggung. b. Tentukan kemungkinan penyebab dan anak dari yang menyebabkan masing-masing kelompok utama. Pastikan bahwa rute dari alasan untuk effect digambarkan dengan benar. Jalan harus di mulai dari akar dan akhir dalam effect. c. Setelah menyelesaikan semua kelompok utama, selanjutnya tentukan penyebab yang mungkin telah ditentukan sebelumnya. 2. Setelah diagram selesai, diskusikan kepentingan relatif dari penyebab dan akar yang pendek dari penyebab yang penting.
12 Ada beberapa keuntungan dan kekurangan dari penggunaan diagram fishbone yang akan dijelaskan sebagai berikut (Varsha, H, N., & R., 2015). a. Keuntungan dari Diagram Fishbone: 1. Membantu menentukan penyebab akar masalah. 2. Menggunakan tampilan yang mudah. 3. Dapat fokus pada kemungkinan masalah penyebab terbesar atau faktor yang mempengaruhi masalah. 4. Apabila terjadi kesalahan dipertengahan diagram, dapat langsung diperbaiki tanpa menyebabkan kesulitan secara berlanjut. 5. Mendorong partisipasi kelompok. 6. Menunjukkan kemungkinan penyebab secara berbagai macam. 7. Meningkatkan pengetahuan melalui proses. 8. Dapat mengetahui area dalam mengumpulkan data. b. Kekurangan dari Diagram Fishbone: 1. Dengan bentuk diagram fishbone yang sederhana dapat membuta kesulitan dalam menentukan masalah dan penyebabnya secara kompleks. 2. Memerlukan tempat yang besar apabila ingin mengembangkan diagram fishbone secara detail. 2.3
Diagram Pareto Diagram pareto adalah alat yang mengatur sebuah item dalam urutan besarnya kontribusi mereka, sehingga mengidentifikasi beberapa item yang memiliki pengaruh besar (Magar & Shinde, 2014). Terkadang diagram pareto itu tidak bisa diselesaikan dalam waktu yang tepat, dalam situasi tersebut pokok masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan pertama kali, sehingga pencapaian dapat dicapai dengan tingkat yang lebih tinggi. Teknik ini bekerja pada prinsip pareto yang juga di kenal sebagai aturan 80/20, yaitu kita dapat meningkatkan efisiensi proses hingga 80% dengan memecahkan hanya 20% penyebab utama. (Taneja, Kumar, & Taneja, 2014) Langkah-langkah dalam penyusunan diagram pareto adalah (Magar & Shinde, 2014) : 1. Dari data yang tersedia dapat menghitung kontribusi masing-masing unit individual. 2. Susun unit dalam urutan kontribusi masing-masing. Jika ada terlalu banyak unit kontribusi maka persentase kecil, kontribusi kelompok mereka bersama-sama sebagai kesalahan. Hal ini jelas bahwa kesalahan akan memberikan kontribusi lebih dari satu individu dalam beberapa unit dan masih disimpan terakhir dalam unit baru. 3. Tabulasi unit, kontribusi mereka dalam jumlah absolut serta dalam persen dari total kontribusi dan kumulatif unit. 4. Menggambar sumbu X dan Y. Berbagai unit diwakili pada sumbu X. Tidak seperti grafik lainnya pareto diagram memiliki dua sumbu Y, yaitu satu dikiri mewakili angka dan satu di sebelah kanan mewakili kontribusi persen. Skala untuk X-axis dipilih seperti dalam cara yang semua unit termasuk lain ditampung antara dua sumbu Y. Timbangan untuk sumbu Y dipilih yang memiliki jumlah unit di sisi kiri dan 100% di sisi kanan menempati ketinggian yang sama.
13 5. Menggambar bar yang mewakili kontribusi dari setiap unit. 6. Plot poin untuk kontribusi kumulatif pada akhir setiap unit. Cara mudah untuk melakukan ini adalah dengan menarik bar untuk kedua dan masing-masing unit berikutnya di tempat normal mereka di sumbu X serta pada tingkat dimana bar sebelumnya berakhir. Bar ini di tingkat yang lebih tinggi adalah ditarik dengan garis putus-putus. Menggambar bar kedua biasanya tidak dianjurkan dalam teks. 7. Hubungkan poin. Jika tambahan bar seperti yang disarankan pada langkah 6 diambil, maka ini menjadi sederhana. Semua kita perlu lakukan adalah menghubungkan diagonal dari bar ke asal. 8. Grafik sekarang siap untuk interpretasi. Kemiringan grafik tiba-tiba berubah di beberapa titik. Hal ini memisahkan beberapa yang penting dari yang berguna banyak seperti A, B dan kelas C unit dalam manajemen bahan. 2.4
Konsep Dasar Analisis Ekonomi Teknik Menurut Kuiper, ada dua dasar pemikiran dalam hal keuangan yang lebih ditekankan pada konsep alami atau logika pemikiran daripada perhitungan matamatis. Dasar pemikiran pertama, yaitu bahwa bila seseorang meminjamkan uangnya pada orang lain maka dia berhak mendapatkan suatu bentuk hadiah, di mana hal tersebut dikenal dengan istilah bunga (interest). Atau peminjam mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjamannya dengan ditambah bunga kepada orang yang meminjamkannya yang sesuai dengan periode waktu pengembaliannya (Kodoatie, 2005). Dasar pemikiran kedua, yaitu sejumlah uang tertentu pada masa sekarang, dengan mendapatkan bunga dari waktu ke waktu, akan berkembang menjadi jumlah yang lebih besar pada waktu yang akan datang, tergantung dari tingkat suku bunga dan periode waktu. Sebaliknya sejumlah uang pada waktu yang akan datang adalah ekuivalen dengan sejumlah uang yang lebih kecil. Hal ini tergantung pada tingkat suku bunga dan periode waktu (Kodoatie, 2005). Menurut Riggs, ada dua macam bunga, yaitu bunga biasa (simple interest) dan bunga yang menjadi berlipat (compound interest), sedangkan untuk laju atau tingkat bunga juga ada dua, yaitu laju atau tingkat nominal (nominal interest rates) dan laju atau tingkat bunga efektif (effective interest rates) (Kodoatie, 2005). Analisa ekonomi teknik biasa disebut dengan analisa investasi. Investasi merupakan kegiatan menanam modal (Giatman, 2006). Setiap kegiatan investasi akan diikuti oleh sejumlah pengeluaran lain yang akan timbul. Pengeluaran yang ditimbulkan dapat berupa biaya operasional (operational cost), biaya perawatan (maintenance cost) dan biaya lain. Disamping itu investasi juga akan menghasilkan sejumlah keuntungan dan manfaat berupa hasil produk atau jasa dari usaha yang ditimbulkan oleh investasi tersebut (Giatman, 2006).
14