BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum 2.1.1
Data Dalam sebuah sistem informasi, data merupakan sebuah komponen yang sangat penting agar sistem informasi dapat berjalan. Didalam sistem informasi data disimpan didalam sebuah tempat penyimpanan (storage) atau lebih dikenal dengan database dan sebuah
database
dikelolah
dengan
DBMS.
Menurut Connolly dan Begg (2010, p70), data adalah komponen yang paling penting dalam DBMS, berasal dari sudut pandang end-user. Data bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan antara mesin dengan pengguna. Selain sebagai komponen yang penting dalam sistem informasi dan DBMS menurut R. Kelly Tainer dan Casey G Cegielski (2012, p26), data adalah penjelasan dasar benda, kejadian, fakta, aktifitas, dan transaksi yang dicatat, diklarifikasi dan disimpan tetapi tidak diorganisir untuk menyampaikan arti tertentu. Dan menurut Hoffer, Prescott, dan Topi, (2009, p46), Data merupakan sejumlah event dan objek yang mempunyai arti yang penting bagi pengguna. Berdasarkan pengertian menurut para ahli diatas, maka dapat disimpulkan, data merupakan sejumlah kejadian, fakta, event, objek yang mempunyai arti, transaksi yang nantinya diolah untuk menjasi suatu informasi dan data merupakan sebuah komponen yang sangat penting bagi DBMS.
2.1.2
Sistem Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2009,p6), sistem adalah sebagai sekumpulan fungsi-fungsi kompleks yang bergantung pada bagian tersebut dan interaksi di antara bagian tersebut. Menurut O’Brien & Marakas (2010,p26), sistem merupakan sekumpulan
komponen
yang 7
saling
terkait
untuk
mencapai
8
seperangkat tujuan dengan menerima input dan menghasilkan output dalam suatu proses transformasi yang terorganisir.
2.1.3
Informasi Menurut Hoffer, Prescott, Topi, (2009, p47) Informasi merupakan data yang telah melalui proses-proses untuk menambah nilai pengetahuannya agar berguna bagi pengguna. Menurut O’Brien & Marakas (2010,p27), informasi adalah data yang telah dikonversikan ke dalam konteks yang penuh arti dan berguna bagi end-user tertentu.
2.1.4
Sistem Informasi Menurut O’Brien & Marakas (2010,p27), informasi adalah data yang telah dikonversikan ke dalam konteks yang penuh arti dan berguna bagi end-user tertentu. Sistem informasi dapat didefinikan sebagai sebuah kombinasi dari software, hardware, dan network yang saling terkait dan saling berinteraksi untuk mengumpulkan informasi, memprosesnya, dan menghasilkan sebuah output yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Mengacu pada tulisan Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p6), sistem informasi merupakan kumpulan komponen yang saling berhubungan, yang mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi sebagai hasil dari informasi tersebut. Sedangkan Reynolds dan Stair (2011, p8) berpendapat, sistem informasi adalah, sekumpulan elemen atau komponen saling berhubungan yang mengumpulkan (input), memanipulasi (proses), menyimpan
dan
mendistribusikan
data
dan
informasi
untuk
menghasilkan umpan balik untuk mencapai tujuan.
2.1.5
Database Database adalah sebuat tempat yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (storage) data. Menurut Connolly & Begg (2010, p65), pengertian database adalah kumpulan data yang terhubung secara
9
logis yang dipakai bersama dan deskripsi dari data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi sebuah organisasi.
2.1.6
Database Management System (DBMS) DBMS (Database Management System) merupakan sebuah sitem yang digunakan untuk mengelolah database agar database tersebut memiliki data yang berkualitas. Menurut Connolly dan Begg (2010, p66), DBMS adalah sebuah perangkat lunak yang memberikan kebebasan
pada
pengguna
untuk
mendefinisikan,
membuat,
memelihara dan mengontrol akses ke database. Komponen DBMS
Gambar 2.1 Komponen DBMS (Connolly & Begg, 2010, p. 68)
Sebuah DBMS memiliki beberapa komponen yang saling berhubungan sehingga DBMS tersebut dapat berjalan. Menurut Connolly & Begg (2010, p. 68-71) terdapat 5 komponen dalam lingkungan DBMS yaitu : hardware, software, data, procedure dan people. 1) Hardware DBMS dan aplikasi membutuhkan hardware untuk beroperasi. Hardware dapat mencakup mulai dari komputer personal sampai pada sebuah mainframe atau jaringan pada komputer. Beberapa DBMSs hanya dapat berkerja pada hardware atau operasi sistem tertentu, namun sudah cukup banyak DBMSs yang dapat beroperasi dengan berbagai spesifikasi hardware dan juga sistem operasi.
10
2) Software Komponen dari software terdiri dari software DBMS itu sendiri dan program aplikasi, bersama dengan sistem operasi. Jaringan juga termasuk ke dalam komponen software jika DBMS tersebut digunakan di dalam sebuah jaringan. 3) Data Data merupakan komponen yang paling penting dalam sebuah lingkungan DBMS. Hal ini dapat dilihat dari gambar dimana data menjadi jembatan antara komponen mesin dan juga komponen manusia. 4) Procedure Instruksi dan aturan yang harus disertakan dalam merancang dan menggunakan database dan DBMS tersebut. 5) People Merupakan sumber daya manusia yang berfungsi untuk menghubungkan antara software dan hardware. Kelima komponen tersebut merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuat lingkungan DBMS dan saling berhubungan. Apabila salah satu komponen tersebut tidak ada, DBMS tidak dapat berjalan dengan maksimal.
2.1.7
Fungsi DBMS Menurut Connolly & Begg (2010, p99) fungsi dari DBMS adalah: 1. Data storage, retrieval, and update Sebuah DBMS harus melengkapi pengguna dengan kemampuan untuk menyimpan, mengambil, dan memperbarui data dalam database. 2. A user-accessible catalog Sebuah DBMS harus dilengkapi dengan katalog di mana terdapat deskripsi item data yang disimpan dandapat diakses oleh pengguna. 3. Transaction support
11
Sebuah DBMS harus memberikan suatu mekanisme yang akan memastikan dengan baik bahwa semua update sesuai dengan transaksi yang diberikan dibuat atau tidak. 4. Concurrency control services Sebuah DBMS harus dilengkapi dengan mekanisme untuk memastikan bahwa database diperbaharui dengan benar ketika beberapa pengguna memperbaharui database secara bersamaan. 5. Recovery services Sebuah DBMS harus dilengkapi dengan mekanisme untuk memulihkan (recovery)database apabila database rusak. 6. Authorization services Sebuah DBMS harus dilengkapi dengan mekanisme yang dapat memastikan bahwa hanya pengguna yang diberikan otoritas akses saja yang dapat mengakses database. 7. Support for data communication Sebuah DBMS harus mampu berintegrasi dengan perangkat lunak komunikasi. 8. Integrity services Sebuah DBMS harus menyediakan sarana untuk memastikan bahwa data dalam database dan data perubahan mengikuti aturanaturan tertentu. 9. Services to promote data independence Sebuah DBMS harus mencakup fasilitas untuk mendukung kemandirian program dari struktur yang sebenarnya dari database. 10. Utility services Sebuah DBMS harus menyediakan kumpulan layanan utilitas sehingga DBA dapat mengelola database lebih efektif.
2.1.8
Keuntungan dan kerugian dari DBMS 2.1.8.1
Keuntungan DBMS Dalam
menerapkan
DBMS,
perusahaan
pasti
mengharapkan dapat merasakan keuntungan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan mengingat biaya yang
12
diperlukan dalam menerapkan DBMS cukup tinggi. Menurut Conolly (2010, p77), keuntungan dari DBMS sebagai berikut :
2.1.8.2
•
Mengontrol data yang berulang
•
Konsistensi data
•
Lebih banyak informasi dari jumlah data yang sama
•
Membagi data
•
Meningkatkan Keamanan
•
Penegasan standar
•
Keseimbangan dari persyaratan yang bertentangan
•
Meningkatkan kemudahan akses dan respon data
•
Meningkatkan Pemeliharaan melalui data independence
•
Meningkatkan concurrency
•
Meningkatkan backup dan recovery services
Kerugian DBMS Selain keuntungan yang dapat dirasakan perusahaan, DBMS juga memiliki beberapa kelemahan yang dapat membawa
dampak
negatif
pada
perusahaan
dalam
penerapannya. Menurut Conolly (2010, p80), kerugian dari DBMS adalah sebagai berikut : •
Complexity
•
Size
•
Cost of DBMs
•
Additional hardware costs
•
Cost of conversion
•
Performance
•
Greater Impact of a failure
13
2.1.9
Arsitektur ANSI-Sparc Three Level Menurut Connolly (2010, p86), ANSI-SPRC merupakan singkatan dari The American National Standards Institute - Standard Planning And Recuirment Committee. Arsitektur tersebut dikenal dengan 3 level pendekatan dengan sistem katalog. 3 (tiga) level tersebut adalah :
-
Level Eksternal Eksternal adalah cara pengguna menerima data. Level ini juga mendeskripsikan bagian dari basis data yang relevan dari setiap pengguna.
-
Level Konseptual Menyediakan pemetaan dan ketidaktergantungan yang diinginkan di antara level eksternal dan internal. Level ini mendeskripsiskan data apa yang disimpan ke dalam basis data dan hubungan antar data.
-
Level Internal Internal adalah cara DBMS dan sistem operasi menerima data. Level ini mendeskripsiskan bagaimana data disimpan dalam basis data.
Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan ketiga level arsitektur tersebut :
14
Gambar 2.2 Arsitektur ANSI-Sparc (Sumber : Connolly, 2010, p86)
2.1.10 Data Manipulation Language (DML) Untuk membuat sebuah database dari model yang sudah dibuat dibutuhkan bahasa untuk mentransformasikan model tersebut kedalam bentuk fisikal. Menurut Connolly & Begg (2010,p92) Data Manipulation
Language
(DML)
merupakan
menyediakan
sekumpulan
operasi
yang
bahasa
mendukung
yang operasi
manipulasi data-data yang dipegang oleh database. •
Pengoperasian data yang akan dimanipulasi meliputi : 1. Insert : Penambahan data baru ke dalam basis data. 2. Update : Modifikasi atau mengubah data yang
15
disimpan dalam basis data. 3. Select : Pemanggilan data yang terdapat di dalam basis data. 4. Delete : Penghapusan data dari basis data.
Terdapat dua jenis DML, yaitu: 1. Procedural DML Bahasa yang memungkinkan pengguna untuk memberitahu sistem data apa yang dibutuhkan dan bagaimana mendapatkan data tersebut kembali. 2. Non-Procedural DML Bahasa yang memungkinkan pengguna untuk memberitahu sistem data apa yang dibutuhkan, bukan bagaimana data tersebut didapatkan kembali. Perintah yang digunakan dalam DML : 1. Select, digunakan untuk melakukan query. 2. Insert, digunakan untuk memasukan data ke tabel. 3. Update, digunakan untuk memperbaharui data pada tabel. 4. Delete, digunakan untuk menghapus data dari tabel. 5. From, digunakan untuk menentukan tabel yang ingin digunakan selama proses pengeksekusian query. 6. Where, digunakan untuk melakukan filtrasi data pada table yang dilakukan query berdasarkan kondisi tertentu.
2.1.11 Data Definition Language (DDL) Menurut Connolly dan Begg (2010, p92), pengertian Data Definition Language adalah suatu bahasa yang memperbolehkan Database Administrator (DBA) atau pengguna untuk mendeskripsikan
16
dan memberi nama suatu entitas, atribut, dan relasi data yang dibutuhkan untuk aplikasi, bersama dengan integritas data yang diasosiasikan dan batasan (constraint) keamanan data.
Perintah dalam Data Definition Language (DDL) antara lain adalah : 1. Create, digunakan untuk membuat suatu objek basis data yang baru. 2. Alter, digunakan untuk mengubah atribut-atribut dari objek basis data yang sudah terdapat pada basis data. 3. Drop, digunakan untuk menghapus objek tertentu.
2.1.12 FlowChart Document FlowChart digunakan untuk menggambarkan bagan alir dokumen suatu sistem. Menurut Anharku (2009, p1) Flowchart adalah penyajian yang sistematis tentang proses dan logika dari kegiatan penanganan informasi atau penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan prosedur dari suatu program. Menurut Anharku (2009, p1), Flowchart adalah penyajian yang sistematis tentang proses dan logika dari kegiatan penanganan informasi atau penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan prosedur dari suatu program. Flowchart menolong analis dan programmer untuk memecahkan masalah kedalam segmensegmen yang lebih kecil dan menolong dalam menganalisis alternatifalternatif lain dalam pengoperasian. System flowchart adalah urutan proses dalam sistem dengan menunjukkan alat media input, output serta jenis media penyimpanan dalam proses pengolahan data. Program flowchart adalah suatu bagan dengan simbol-simbol tertentu yang menggambarkan urutan proses secara mendetail dan hubungan antara suatu proses (instruksi) dengan proses lainnya dalam suatu program.
17
Berikut ini adalah simbol – simbol standar beserta keterangannya untuk mengambarkan bagan alir dokumen :
Tabel 2.1 Tabel Simbol FlowChart
18
19
20
21
2.1.13 Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun komputerisasi. DFD ini sering disebut juga dengan nama Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi. Menurut Yourdon (2011), data flow diagrams merupakan diagram yang mengilustrasikan bagaimana diproses oleh system dalam hal input dan output.
22
Gambar 2.3 Notasi Data Flow Diagram
2.1.14 DFD Level DFD dapat digambarkan dalam Diagram Context dan Level n. Huruf n dapat menggambarkan level dan proses di setiap lingkaran. 2.1.14.1
Context Diagram (CD) Jenis pertama Context Diagram, adalah data flow diagram tingkat atas (DFD Top Level), yaitu diagram yang paling tidak detail, dari sebuah sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar sistem dan ke dalam dan ke luar entitas-entitas eksternal. (CD menggambarkan sistem dalam satu lingkaran dan hubungan dengan entitas luar. Lingkaran tersebut menggambarkan keseluruhan proses dalam sistem). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar CD: Terminologi sistem : -
Batas Sistem adalah batas antara “daerah kepentingan sistem”.
-
Lingkungan Sistem adalah segala sesuatu yang berhubungan atau mempengaruhi sistem tersebut.
-
Interface adalah aliran yang menghubungkan sebuah sistem dengan linkungan sistem tersebut.
2.1.14.2
Diagram Level n / Data Flow Diagram Levelled Dalam diagram n DFD dapat digunakan untuk menggambarkan diagram fisik maupun diagram diagram logis.
Dimana
Diagram
Level
n
merupakan
hasil
pengembangan dari Context Diagram ke dalam komponen yang
lebih
detail
tersebut
disebut
dengan
top-down
partitioning. Jika kita melakukan pengembangan dengan benar, kita akan mendapatkan DFD-DFD yang seimbang.
23
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat DFD ialah: •
Pemberian Nomor pada diagram level n dengan ketentuan sebagai berikut: Setiap
penurunan
harus
ke
level
yang lebih
rendah
mampu merepresentasikan proses tersebut
dalam sepesifikasi proses yang jelas. Sehingga seandainya belum cukup jelas
maka seharusnya
diturunkan ke level yang lebih rendah. Setiap penurunan harus dilakukan hanya jika perlu. Tidak semua bagian dari sistem harus diturunkan dengan
jumlah
level yang sama karena yang
kompleks bisa saja diturunkan, dan yang sederhana mungkin tidak perlu diturunkan. Selain itu, karena tidak semua proses dalam level yang sama punya derajat kompleksitas yang sama juga. Konfirmasikan
DFD
yang
telah
dibuat
pada
pemakai dengan cara top- down. Aliran data yang masuk dan keluar pada suatu proses di level n harus berhubungan dengan aliran data yang masuk dan keluar pada level n+1. Dimana level n+1 tersebut mendefinisikan sub-proses pada level n tersebut. Penyimpanan yang muncul pada level n harus didefinisikan kembali pada level n+1, sedangkan penyimpanan yang muncul pada level n tidak harus muncul pada level n-1 karena penyimpanan tersebut bersifat lokal. Ketika mulai menurunkan DFD dari level tertinggi, cobalah
untuk mengidentifikasi
external
events
dimana sistem harus memberikan respon. External events dalam hal ini berarti suatu kejadian yang
24
berkaitan dengan pengolahan data di luar sistem, dan menyebabkan sistem kita memberikan respon. Jangan
menghubungkan
penyimpanan
langsung
antara
satu
dengan penyimpanan lainnya (harus
melalui proses). Jangan menghubungkan langsung dengan tempat penyimpanan
data
dengan
entitas
eksternal
/
terminator (harus melalui proses), atau sebaliknya. Jangan membuat suatu proses menerima input tetapi tidak pernah mengeluarkan output yang disebut dengan istilah “black hole”. Jangan membuat suatu tempat penyimpanan menerima input tetapi tidak pernah digunakan untuk proses. Jangan membuat suatu hasil proses yang lengkap dengan data yang terbatas yang disebut dengan istilah “magic process”. Jika terdapat terminator yang mempunyai banyak masukan dan keluaran, diperbolehkan digambarkan
lebih
dari
satu
untuk sehingga
mencegah penggambaran yang terlalu rumit, dengan memberikan tanda asterik ( * ) atau garis silang ( # ), begitu dengan bentuk penyimpanan. Aliran data ke proses dan keluar sebagai output keterangan aliran data berbeda.
2.1.14. 2.1
DFD Fisik Adalah representasi grafik dari sebuah sistem yang menunjukan entitas-entitas internal dan eksternal dari sistem tersebut, dan aliran-aliran data ke dalam dan keluar dari entitas-entitas tersebut. Entitas-entitas internal adalah personel, tempat (sebuah bagian), atau mesin (misalnya, sebuah komputer) dalam sistem tersebut yang mentransformasikan data. Maka DFD
25
fisik tidak menunjukkan apa yang dilakukan, tetapi menunjukkan
dimana, bagaimana, dan oleh siapa
proses-proses dalam sebuah sistem dilakukan. Perlu
diperhatikan
didalam
memberikan
keterangan di lingkaran-lingkaran (simbol proses) dan aliran-aliran data (simbol aliran data) dalam DFD fisik menggunakan label/keterangan dari kata benda untuk menunjukan bagaimana sistem mentransmisikan data antara lingkaran-lingkaran tersebut.
2.1.14. 2.2
DFD Logis DFD Logis adalah representasi grafik dari sebuah sistem yang menunjukkan proses-proses dalam sistem tersebut dan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar dari proses-proses tersebut. Kita menggunakan DFD logis untuk membuat dokumentasi sebuah sistem informasi karena DFD logis dapat mewakili logika tersebut, yaitu apa yang dilakukan oleh sistem tersebut, tanpa perlu menspesifikasi dimana, bagaimana, dan oleh siapa proses-proses dalam sistem tersebut dilakukan. Keuntungan
dari
DFD logis
dibandingkan
dengan DFD fisik adalah dapat memusatkan perhatian pada fungsi-funsi yang dilakukan sistem.
2.1.15 Entity Relationalship Model Entity - Relationship (ER) Modelling merupakan pendekatan top – down untuk model perancangan database yang dimulai dengan mengidentifikasi data penting yang disebut entitas dan hubungan diantara data yang harus direpresentasikan di dalam model. Kemudian menambahkan lebih banyak detail, seperti informasi yang terus diinginkan mengenai entitas dan hubungan yang disebut atribut dan
26
setiap constraint pada entitas, hubungan, dan atribut. (Connolly dan Begg, 2010, p371) A. Tipe Entitas Tipe entitas adalah kumpulan objek dengan sifat yang sama, dimana mereka diidentifikasi oleh perusahaan yang mempunyai keberadaan yang mandiri. Tipe entitas merepresentasikan kumpulan objek di dalam dunia nyata dengan sifat yang sama, objek dengan physical existence (nyata) dan objek dengan conceptual existence (abstrak). (Connolly dan Begg, 2010, p372)
B. Tipe Hubungan Tipe hubungan adalah suatu set asosiasi yang bermakna diantara tipe entitas. (Connolly dan Begg, 2010, p374) • Derajat Tipe Hubungan (Degree of Relationship Type) Tingkat hubungan menunjukkan jumlah jenis entitas yang terlibat dalam suatu hubungan. Oleh karena itu, derajat tipe hubungan menentukan jumlah dari tipe entitas yang terlibat dalam relationship. Hubungan dari derajat dua (degree two) disebut binary. Binary relationship menunjukkan dua tipe entitas yang berpartisipasi. Hubungan dari derajat tiga (degree three) disebut ternary. Ternary relationship menunjukkan tiga tipe entitas yang berpartisipasi. Hubungan dari derajat empat (degree four) disebut quaternary. Quaternary relationship menunjukkan empat tipe entitas yang berpartisipasi. • Hubungan Rekursif (Recursive Relationship) Tipe hubungan yang merupakan tipe entitas yang sama yang berpartisipasi dalam lebih dari satu kali peran yang berbeda.
C. Atribut
27
Atribut adalah property dari sebuah entitas atau tipe hubungan. Domain adalah setiap atribut yang terkait dengan sekumpulan nilai. Atribut dapat diklasifikasikan sebagai berikut : •
Simple dan Composite Attributes Simple atribut adalah atribut yang tersusun dari komponen tunggal. Misalnya : nama pasien rumah sakit. Composite atribut adalah atribut yang tersusun dari banyak komponen. Misalnya : alamat pasien rumah sakit.
• Single – Valued Attributes dan Multi – Valued Attributes Single – valued atribut adalah atribut yang memiliki nilai tunggal untuk setiap kejadian sebuah tipe entitas. Misalnya : nomor rekam medik pasien rumah sakit. Multi – valued atribut adalah atribut yang memiliki banyak nilai untuk setiap kejadian sebuah tipe entitas. Misalnya : nomor telepon pasien rumah sakit • Derived Attributes Derived atribut adalah atribut yang merepresentasikan nilai yang diturunkan dari nilai atribut yang terkait atau satu set atribut, tidak perlu dalam tipe entitas yang sama. Misalnya: subtotal pembayaran layanan rumah sakit.
D. Keys •
Candidate key adalah set atribut minimal yang diidentifikasi secara unik dari masing – masing kejadian tipe entitas.
•
Primary key adalah candidate key yang terpilih.
•
Alternate key adalah candidate key yang terdiri dari dua atau lebih atribut yang tidak terpilih. (Connolly dan Begg, 2010, p381)
E. Tipe Entitas Strong dan Weak •
Strong entity type Jenis entitas yang tidak tergantung pada keberadaan beberapa jenis entitas lainnya. Jenis entitas disebut sebagai
28
strong entity type jika keberadaannya tidak bergantung pada keberadaan entitas jenis lain. Strong entity type terkadang disebut sebagai parent, owner, atau dominant entities (Connolly dan Begg, 2010, p383) •
Weak entity type Jenis entitas yang keberadaannya tergantung pada beberapa tipe entitas lainnya. Weak entity type bergantung pada keberadaan entitas jenis lain. Karakteristik dari weak entity type adalah bahwa setiap kemunculan entitas tidak dapat diidentifikasi secara unik hanya dengan menggunakan atribut yang terkait dengan jenis entitas. Weak entity type terkadang disebut sebagai child, dependent, or subordinate entities. (Connolly dan Begg, 2010, p384)
F. Structural Constraint Tipe hubungan biasanya mempunyai constraint tertentu yang membatasi kemungkinan kombinasi dari entitas yang mungkin berpartisipasi dalam sekumpulan hubungan yang terkait. (Elmasri and Navathe, 2000, p56) Tipe utama dari constraint dalam relationship disebut multiplicity. Multiplicity adalah jumlah kemungkinan terjadinya suatu tipe entitas yang mungkin berhubungan dengan kejadian tunggal dari sebuah tipe entitas terkait melalui hubungan tertentu. (Connolly dan Begg, 2010, p385) •
One – to – one (1:1) Relationship Pada atribut dari one – to – one (1:1) relationship dapat pindah ke salah satu tipe entitas yang berpartisipasi.
•
One – to – many (1:*) Relationship Pada tipe hubungan 1:*, hubungan atribut hanya dapat pindah ke tipe entitas pada bagian – * dari sebuah hubungan.
29
•
Many – to – many (*:*) Relationship Untuk tipe hubungan *:*, beberapa atribut dapat ditentukan oleh kombinasi dari entitas yang berpartisipasi dalam hubungan instance, bukan oleh satu entitas saja. Atribut tersebut harus ditentukan sebagai hubungan atribut.
G. Masalah pada Model ER Ada masalah yang mungkin muncul ketika membuat model ER, masalah ini disebut sebagai connection traps, dan biasanya muncul karena salah menafsirkan arti dari hubungan tertentu. Connection traps dibagi menjadi dua tipe utama, yaitu fan traps dan chasm traps. • Fan traps Model yang merepresentasikan sebuah hubungan antara tipe entitas tetapi langkah yang memastikan suatu kejadian tertentu tidak jelas. • Chasm traps Model yang merepresentasikan sebuah hubungan antara tipe entitas tetapi tidak ada jalan yang menunjukkan keberadaan kejadian pada entitas tersebut.
H. Normalisasi Menurut (Connoly & Begg, 2010, p. 415), Normalisasi adalah sebuah teknik dalam desain database yang diawali dengan pemeriksaan akanhubungan antar attribute. Attribute menjelaskan property dari data atau hubungan antar data yang penting dalam perusahaan. Ada beberapa tujuan dari normalisasi itu sendiri yaitu untuk mengidentifikasi sekumpulan relasi yang pantas untuk mendukung kebutuhan data dari perusahaan. Karakteristik kumpulan relasi yang pantas tersebut adalah bebagai berikut :
30
o Sesedikit mungkin jumlah atribut yang penting untuk mendukung kebutuhan data perusahaan. o Atribut dengan hubungan logical yang dekat dapat ditemukan dalam relasi yang sama. o Sesedikit mungkin terjadinya redudansi, setiap atribut ditunjukkan sekali kecuali atribut yang merupakan foreign key.
Menurut Connolly (2010, p430-435), tahap-tahap proses normalisasi adalah sebagai berikut : a. UNF (Un-normalized form) Sebuah table yang menampung satu atau lebih perulangan dalam grup. Tahap ini merupakan proses memasukkan data dari sumber, yang dimasukkan dalam baris dan kolom.
b. 1 NF (First Normal Form) Sebuah hubungan dimana setiap pembagian dari setiap baris dan kolom hanya berisi satu dan hanya sattu nilai
c. 2NF (Secondary Normal Form) Sebuah hubungan dari tahap 1NF dan setiap nonprimary-key tidak memiliki ketergantungan parisal
d. 3NF (Third Normal Form) Sebuah hubungan yang terdapat dalam 1NF dan 2NF. Dan dimana yang tidak memiliki primary key adalah bergantung secara transitif dalam primary key.
2.1.16 Siklus Hidup Aplikasi Database Menurut Connolly dan Begg (2010, p315), siklus hidup aplikasi basis data adalah sebagai berikut:
31
1. Perencanaan Basis Data (Database Planning) 2. Definisi Sistem (System Definition) 3. Pengumpulan dan Analisis Kebutuhan (Requirement Collection and Analysis) 4. Perancangan Basis Data (Database Design) 5. Pemilihan DBMS (DBMS Selection) 6. Perancangan Aplikasi (Application Design) 7. Prototyping 8. Implementasi (Implementation) 9. Data Conversion and Loading 10.
Pengujian (Testing)
11.
Operational Maintenance
32
Gambar 2.4 Tahapan Siklus Hidup Aplikasi Basis Data Sumber: Connolly dan Begg (2010, p314)
2.2 Teori Khusus 2.2.1
Kebidanan Bidan dalam bahasa Inggris berasal dari kata MIDWIFE yang memiliki
arti
pendamping
wanita,
sedangkan
dalam
bahasa
Sanksekerta “Wirdhan” yang memiliki arti Wanita Bijaksana. Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia.
33
Pengertian lain dari bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu.
Kebidanan berasal dari kata Bidan yang menurut International Confederation of Midwife (ICM) berarti seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar dan atau memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan Praktik bidan. Sedangkan pengertian bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara RI serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister dan atauntuk secara sah mendapt lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Menurut United Kingdom Central Council For Nursing Midwifery And Health, Bidan komunitas adalah praktisi bidan yang berbasis komunity yang harus dapat memberikan supervisi yang dibutuhkan oleh wanita, pelayanan berkualitas, nasihatatausaran pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dengan tanggungjawabnya sendiri dan untuk memberikan pelayanan pada bbl dan bayi secara komprehensif. Menurut Dari.J.H.Syahlan, SKM, Bidan community adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.
2.2.2
Klinik Bersalin Klinik bersalin suatu tempat pelayanan kesehatan khusunya bagi ibu hamil , ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui yang didirikan oleh seorang bidan dan sudah mendapatkan izin. Pengertian lain Klinik Bersalin/Rumah Bersalin adalah fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk
34
pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi baru lahir, yang dilakukan oleh dokter dan atau bidan di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter serta dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh serta komprehensif, yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan menjalankan fungsi rujukan dengan persyaratan sebagai berikut:
A. Dipimpin oleh seorang dokter yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) serta sertifikat pelatihan obstetri dan ginekologi dan berstatus tetap /purna waktu
serta
tidak
diperbolehkan
merangkap
sebagai
penanggung jawab di Rumah Bersalin yang lain. B. Khusus daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan dimana tidak ada dokter di wilayah tersebut, sebagai penanggung jawab dan pelaksana Klinik Kebidanan/Rumah Bersalin dapat dilakukan oleh Bidan yang memiliki Surat Izin Bidan (SIB)dan Surat Izin Praktik Bidan (SIPB). C. Dilaksanakan oleh minimal 2 (dua) orang dokter dan atau 2 (dua) orang bidan. D. Mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa, ruang persalinan dan ruang rawat inap minimal 2 (dua) tempat tidur dan maksimal 25 (dua puluh lima) tempat tidur, ruang pemeriksaan, ruang tindakan, ruang tunggu, ruang administrasi, ruang jaga dokter/bidan, ruang obat dan kamar mandi/WC yang memenuhi persyaratan kesehatan. E. Mempunyai
fasilitas
peralatan
diagnostik
kebidanan,
peralatan pertolongan persalinan fisiologis dan persalinan dengan penyulit ringan serta peralatan gawat darurat. F. Memiliki Peraturan Internal, Standar Prosedur Operasional dan Peraturan Disiplin yang tidak bertentangan dengan
35
Standar
Kompetensi,
Standar
Profesi
dan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku. G. Memiliki izin fasilitas dan izin penyelenggaraan pelayanan kesehatan. H. Memasang papan nama fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Klinik bersalin/rumah bersalin dapat menyimpan, menggunakan dan menyerahkan obat-obatan yang diperlukan untuk pelayanan kebidanan kepada ibu, pelayanan pada bayi baru lahir, persalinan fisiologis dan persalinan dengan penyulit ringan, pelayanan keluarga berencana serta kegawatdaruratan.
Klinik Bersalin/Rumah Bersalin berfungsi untuk memberikan pelayanan sebagai berikut : A. Pelayanan kebidanan : 1. Pelayanan kebidanan kepada ibu. 2. Pelayanan kepada bayi baru lahir. 3. Pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. B. Pelayanan keluarga berencana. Jenis Pelayanan
klinik bersalin/rumah bersalin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dalam memberikan pelayanan klinik bersalin/ rumah bersalin berkewajiban: A. Melaksanakan praktik dan memberikan pelayanan yang aman, bermutu dengan mengutamakan kepentingan terbaik pasien sesuai dengan standar kompetensi, dan standar profesi. B. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya. C. Melaksanakan fungsi sosial. D. Menyelenggarakan rekam medik dan atau catatan /dokumen asuhan kebidanan. E. Melaksanakan sistem rujukan. F.
36
2.2.3
Syarat-syarat dalam mendirikan sebuah klinik bersalin Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010 Tentang Izin dan penyelenggaraan Praktik Bidan Retribusi Pelayanan Kesehatan. yang diberikan oleh dinas kesehatan.
2.2.4
Penjualan Obat Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 280/1980 pasal 24 menyatakan bahwa harga obat dengan jasa Apotek ditekan serendah mungkin berdasarkan struktur harga yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atas asal usul panitia terdiri atas wakil-wakil Dirjen POM, Industri Obat dan lain-lain. Struktur harga yang ditetapkan oleh Gabungan Pengusaha Farmasi (GPF) dan disetujui oleh Pemerintah yaitu harga eceran tertinggi kepada konsumen yang tidak boleh dicampuri oleh pedagang eceran.
Pada prinsipnya pemberian harga obat dengan Resep adalah sebagai berikut: HJA = B + P + BP Keterangan : HJA= Harga Jual Apotek B= Harga barang dengan keuntungan P= Harga pengemas dengan keuntungan BP= Biaya pelayanan (service)
2.2.5
Problem Solving Mcleod (2007, p161). Problem solving memiliki elemen-elemen, sebagai berikut: •
Desired state Suatu keadaan dimana sistem dapat memenuhi tujuan pembuatan, dan juga keadaan dimana sistem memenuhi kebutuhan para manajer.
•
Current state
37
Keadaan sistem yang sedang berjalan, dan informasi apa saja yang sudah dicapai oleh sistem. Apabila terjadi perbedaan antara desired state dan current state maka akan timbul masalah dan harus diselesaikan. •
Solution criterion Perbedaan antara desired state dan current state merupakan kriteria yang menuntun sistem dari current state menuju desired state.
38