BAB 1 LATAR BELAKANG
1.1
Latar Belakang Pemilihan Usaha Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat pada tahun 2013 dengan
kenaikan pada Produk Domestic Bruto (PDB) Indonesia pada tahun tersebut sebesar 5,78% dibandingkan tahun 2012, terjadi pada semua sektor ekonomi. Dengan perolehan pada sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan sebesar 7,56% dan sektor Jasa-Jasa sebesar 5,46%. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi, tidak lepas dari peningkatan jumlah wirausaha yang terus berkembang di Indonesia. Jumlah wirausaha melonjak dari 0,24% menjadi 1,56% dari jumlah penduduk pada tahun 2013. Saat ini tercatat terdapat 3.707.205 wirausahawan pada akhir 2012 lalu. Dari sekian banyak perusahaan yang tercatat, hampir 20 persen diantaranya gulung tikar atau dinyatakan bankrupt. Salah satu faktor kunci dalam keberlangsungan suatu usaha adalah dengan mempertahankan existensi perusahaan tersebut di mata customer. Oleh karena itu peran promosi memiliki posisi yang cukup penting dalam perusahaan. Salah satu cara yang dapat digunakan perusahaan dalam mekanisme pemasaran dan penjualanya adalah dengan menyelenggarakan konferensi dan event. Bagi sebuah perusahaan, konferensi dan event adalah sebuah investasi, jika sebuah konferensi dan event yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut adalah dalam rangka pendidikan dan pelatihan, termasuk pemberian insentif. Program ini mendorong peningkatan skill individu maupun kelompok dalam perusahaan serta meningkatkan apresiasi terhadap perusahaan dari karyawanya. Ada beberapa perusahaan yang menyelenggarakan konferensi dan event secara swa kelola atau in house. Akan tetapi masih banyak juga perusahaan yang belum paham cara dan pentingnya menyelenggarakan kegiatan MICE bagi perusahaanya dengan alasan sebagai berikut : 1. Memiliki keterbatasan Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam perusahaan 2. Keterbatasan dana yang dimiliki perusahaan 3. Keterbatasan waktu penyelenggaraan yang sempit 4. Keterbatasan kemampuan menyelenggarakan event yang berkualitas 5. Keterbatasan jaringan dengan pihak terkait dalam penyelenggaraan event.
1
2 Dalam rangka memecahkan beberapa persoalan yang telah dijabarkan diatas, maka PT. Diploma Arthakama hadir sebagai solusi dan jawaban bagi perusahaan perusahaan yang ingin menyelenggarakan kegiatan MICE. PT. Diploma Arthakama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang MICE, yang menyediakan jasa penyelenggaraan Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition, atau yang lebih dikenal sebagai PCO (Professional Conference Organizer). IAPCO mendefinisikan PCO sebagai “sebuah perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam penanganan kongres. Perusahaan ini bertindak sebagai sebuah konsultan bagi panitia pelaksana, dan melaksanakan keputusan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka dalam mengorganisir sebuah event.” Perusahaan yang mengkhususkan diri dalam melayani penyelenggaraan konferensi dan event secara paripurna inilah yang disebut perusahaan PCO atau yang di Indonesia dikenal sebagai “usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran”, yakni berdasarkan Keputusan Menteri Parpostel No.KM.108/HM 703/MPPT-91 tentang Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran. Serta Surat Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata No.Kep06/U/IV/1992 sebagai tindak lanjut dari UU No.9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan. Sebuah PCO /EO terlibat dalam sebuah kegiatan konferensi dan Event bisa dimulai dari proses awal, misalnya sejak proses perencanaan dan atau sebuah konferensi atau event (internasional) sudah dimenangkan. Demikian pula, dalam konferensi dan event non-internasional (nasional atau daerah). PCO bisa bertindak sebagai inisiator sebuah konferensi dan event lalu ditawarkan kepada asosiasi, pemerintah atau perusahaan, atau kelompok-kelompok/lembaga sosial, bisa pula sebagai pelaksana dari rencana yang sudah dimiliki oleh pihak panitia, baik untuk layanan penuh ataupun parsial. Meskipun secara garis besar peranan PCO dan EO adalah sama, namun dari segi karakteristik manajemen dan cakupan subjek layanan ada perbedaan.
3 Tabel 1.1 Perbedaan PCO (Professional Conference Organizer) dengan EO (Event Organizer) No.
PCO (Professional Conference
EO (Event Organizer)
Organizer) 1
Lebih
dikenal
sebagai
kelompok Lebih dikenal sebagai penyelenggara
profesional untuk subjek konferensi dan kegiatan entertainment dan mini festival event pameran dan insentif. 2
3
PCO
berinduk
pada
kementerian EO berinduk pada kementrian
pariwisata
perdagangan.
Scoop pekerjaan PCO (meeting,
Scoop pekerjaan EO (celebration, social,
incentive, conference and exhibition)
cultural and public relation)
dalam skala nasional dan internasional. 4
Jumlah peserta PCO tidak terbatas dan EO menggarap event yang jumlah berasal dari nasional dan internasional pesertanya terbatas,kepesertaan internasionalnya terbatas dan durasinya
(delegasi)
pun terbatas. Dalam arti lebih fokus pada event dalam negeri.
Sumber : (Abdullah, 2009)
Data INCCA (Indonesia Congress and Convention Association) menunjukan bahwa perbandingan dari waktu ke waktu antara konferensi dan event yang diselenggarakan oleh panitia in-house dan professional organizer masih cukup besar yaitu mencapai 45-50%. Hal ini menunjukan sebuah tantangan bahwa keterlibatan penyelenggara jasa konvensi dan event dalam mengorganisir berbagai kegiatan konferensi dan event pemerintah, perusahaan maupun asosiasi masih sangat besar, mengingat pasar jenis usaha ini memang sangat besar di Indonesia. Masih banyak persepsi yang keliru tentang PCO, diataranya : 1. Terdapat tiga kelompok publik yang memiliki persepsi yang berbeda terhadap PCO. 2. Persepsi bahwa PCO itu mahal. 3. PCO memiliki jaring atau lapis-lapis koordinasi yang panjang dan rumit, karena melibatkan banyak pihak di dalamnya. 4. Mengenai waktu 5. PCO terlalu mengontrol atau mengendalikan segala sesuatunya.
4 Berikut adalah penjelasan penjelasan mengenai point-point diatas: 1. Tiga kelompok publik yang memiliki persepsi yang berbeda adalah, mereka yang memahami dengan baik apa itu PCO. Mereka yang tahu PCO namun memiliki persepsi yang keliru mengenai PCO. Dan yang terkahir adalah mereka yang sama sekali tidak pernah mengetahui apa itu PCO. Diantara tiga kelompok tersebut, jenis kelompok kedua dan ketiga menjadi kelompok yang dominan di Indonesia. Publik sering menduga bahwa PCO itu adalah EO. Meskipun ada beberapa hal yang menjadi persamaan dalam praktiknya keduanya berbeda. EO berkonotasi dengan sebuah event yang berdasarkan skalanya dan ukurannya adalah event yang lebih kecil dibandingkan PCO. Demikian pula, EO lebih cenderung pada kegiatan dengan perayaanperayaan. Menjamurnya pertumbuhan EO di Indonesia, namun tanpa kompetensi yang kuat untuk menyelenggarakan sebuah event MICE pemerintahan atau asosiasi internasional, bisa merugikan citra para penyelenggara MICE yang sebenarnya sangat mempertaruhkan nama baik Negara. Untuk itu ke depan sangat diperlukan kerja sama yang baik dan pembinaan yang sinergis dalam menggarap event MICE internasional. 2. Selain itu mengenai anggapan bahwa menggunakan jasa PCO itu mahal, ternyata menjadi persepsi yang cukup banyak terdengar dari publik. Banyak yang menduga bahwa menggunakan jasa PCO akan menghabiskan banyak dana, dan mengkhawatirkan tidak akan terjadi efisiensi anggaran. Anggapan ini keliru. Bahkan penggunaan jasa perusahaan PCO sebenarnya justru dapat melakukan penghematan biaya dibandingkan dengan penyelenggaraan yang dilakukan sendiri (in house) atau amatiran. Jika diambil rata-rata, penggunaan jasa perusahaan PCO dapat menghemat biaya sekitar 15-20% dikarenakan : a. PCO mengetahui dengan baik harga setiap satuan yang harus dikeluarkan untuk
suatu
jasa
atau
barang
yang
digunakan
dalam
setiap
penyelenggaraan konferensi dan event. PCO banyak memiliki pilihan dari berbagai supplier dan juga memahami mana jasa atau barang yang tepat. b. PCO memiliki harga khusus yang tidak bisa diperoleh pihak lain, misalnya dalam harga kamar atau venue, karena setiap perusahaan PCO menggunakan hotel dan venue yang sama dalam waktu yang tidak lama. c. PCO sudah sangat terbiasa mengerjakan banyak pekerjaan dalam waktu yang ketat sehingga mengurangi pembiayaan untuk SDM (Sumber Daya
5 Manusia) yang dikeluarkan jika hal itu diselenggarakan dengan in house atau non-PCO. 3. Kemudian, anggapan bahwa PCO memiliki jaring atau lapis-lapis koordinasi yang panjang dan rumit, karena melibatkan banyak pihak di dalamnya. Sebab ketika client atau users mempercayakan penyelenggaraan konferensi kepada PCO, maka kami akan menjadi mitra dalam segala hal untuk kesuksesan penyelenggaraan konferensi. Dan dengan menggunakan jasa PCO bisa memutus rantai birokrasi yang panjang dan lama, dapat melakukan pekerjaan yang tepat dalam waktu yang tepat dan dapat dipercaya karena sudah memiliki pengalaman yang cukup untuk setiap bidang yang dikerjakan. Penggunaan PCO akan menghemat panitia dalam merekrut kepanitiaan yang sebenarnya tidak perlu terlalu banyak. 4. Permasalahan mengenai waktu. Perusahaan PCO melakukan pekerjaan dari A-Z, dengan memberikan perhatian penuh pada detail-detail kegiatan untuk menyukseskan kegiatan konferensi dan event. Dengan demikian, perusahaan PCO sangat handal dalam pekerjaan-pekerjaan administrasi, marketing, sponsorship, manajemen on-site, termasuk registrasi, pengaturan dan pengundangan pembicara, persiapan, logistik, perizinan, imigrasi, venue selection, pajak, koordinasi dengan instansi atau pejabat tertentu, hubungan media dan publik. Kemampuan ini justru dapat menghemat waktu dan secara tepat dapat berlangsung secara memuaskan karena jaringan kerja PCO yang baik dengan berbagai pihak (supplier) maupun instansi-instansi terkait. Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan serta waktu yang terbatas, membuat kehadiran perusahaan PCO sangat menentukan. Jika semua pekerjaan ini dilakukan secara in-house atau amatiran, selain sulit untuk pertanggung jawabanya, juga harus melibatkan banyak orang yang kemudian akan berdampak pada pengeluaran tambahan yang jumlahnya tidak sedikit. 5. Penjelasan
yang
terakhir
mengenai
PCO
terlalu
mengontrol
atau
mengendalikan segala sesuatunya adalah keliru, karena control utama tetap ada pada panitia (users). Panitia yang memutuskan segala sesuatu, dengan tentunya pertimbangan-pertimbangan dari PCO berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Fakta bahwa perusahaan PCO mampu mengerjakan banyak tugas dalam satu penyelenggaraan konferensi atau event, itu merupakan karakteristik para profesional konferensi, namun hal tersebut tidak membuat
6 PCO
memutuskan
sendiri.
Yang
ditawarkan
PCO
adalah
jasa
penyelenggaraan untuk kesuksesan panitia, dan hal itu berarti bahwa pemilik kegiatan adalah pihak panitia, sehingga panitia lah yang melakukan kontrol.
1.2
Perkembangan Industri Perkembangan industri MICE menjadi fenomena menarik hingga awal abad
ke-21. Sejak fondasi industri ini diletakan di Eropa Barat dan Amerika akhir abad ke19 dan awal abad ke-20, kebutuhan akan pertemuan (meeting) meningkat seiring dengan lahirnya berbagai asosiasi dan perusahaan-perusahaan. Kini semua bergerak semakin lebih memiliki “keahlian khusus”, lebih terkoneksi, dan lebih up date. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua perkembangan ini terjadi akibat dinamisnya perkembangan transportasi khususnya transportasi udara. MICE telah dikenal sebagai salah satu sektor bisnis dalam industri pariwisata. Dalam perkembanganya dewasa ini, sektor MICE sedang menjadi prioritas bagi banyak negara di dunia. Karakteristik segmen MICE yang sangat spesifik, dengan peluang revenue yang tinggi, dampak yang minimal, jangkauan promosi yang luas, dan kemampuan multiplier effect nya yang sangat besar adalah fakta-fakta yang sangat menjanjikan. Tidak hanya di negara-negara Amerika dan Eropa yang merupakan acuan industri MICE dunia, perkembangan MICE kini telah merambah negara-negara di wilayah Afrika dan Asia-Pasifik termasuk Indonesia. Negaranegara seperti Jepang, India, China, Singapura, dan Thailand bahkan Vietnam, Sri Lanka dan Afrika Selatan kini telah menjadikan MICE sebagai lokomotif industri pariwisatanya. Menurut data yang dikeluarkan oleh International Congress and Convention Association ( ICCA) untuk kawasan Asia misalnya, telah terjadi pertumbuhan yang sangat signifikan di sektor MICE. Pada tahun 1954, share penyelenggaraan MICE Asia terhadap dunia hanya 4%, tetapi pada tahun 1968 meninggkat menjadi 8%, tahun 1974 naik menjadi 9%, tahun 1982 meningkat lagi menjadi 11%. Selanjutnya pada tahun 1992 naik lagi menjadi 12%, tahun 1999 meningkat menjadi 13% dan pada tahun 2004 share penyelenggaraan MICE di Asia sudah berada pada posisi 18%. Dengan kata lain dalam satu dekade terakhir MICE di Asia telah tumbuh lebih dari 60%. Berdasarkan International Meeting Statistics fo the Year 2010 yang dilansir UIA pada Agustus 2011, terdapat 10.318 pertemuan yang mereka catat pada tahun
7 tersebut, 8.864 diantaranya digelar oleh organisasi internasional dan 1.454 lainnya termasuk pertemuan internasional lainnya. Tabel 1.2 Market Share per Benua (Versi UIA, 2010) Eropa
53,8%
Asia
19,9%
Amerika (Utara dan Selatan)
19,2%
Afrika
3,9%
Australasia/Pasifik
3,2%
Sumber : UIA (Union Internastional Association)
Kompleksnya permasalahan pembangunan dan globalisasi juga turut memicu tingginya perkembangan demand (permintaan) terhadap industri MICE. Kebutuhan untuk melakukan berbagai negosiasi, konsolidasi, dan berbagai agenda pertemuan semakin meningkat.
Peningkatan kebutuhan
tersebut pada akhirnya akan
menciptakan dampak ekonomi yang signifikan terhadap daerah setempat dengan adanya kunjungan delegasi MICE. Lahirnya berbagai festival, pesta masyarakat, eksibisi olah raga, perayaanperayaan ulang tahun, dan lainnya, bahkan telah mendapat dukungan pemerintah maupun swasta di berbagai daerah, sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi, nation and character building dan pemasaran destinasi. Pertumbuhan event global, khususnya special event, saling berpengaruh terhadap sejarah manusia dan bagi semua budaya. Tradisi event modern yang tumbuh dan berkembang di berbagai negara dimulai dari event traditional berabad-abad lalu. Namun, belum diketahui kapan tepatnya sebuah event yang diselenggarakan secara profesional dilaksanakan. Sepanjang abad ke-20, perubahan dalam masyarakat dicerminkan oleh perubahan dalam gaya event-event publik (Jhonny Allen, 2002). Sejak penyelenggaraan konferensi internasional pertama di Vienna tahun 1814, bisa dikatakan konferensi dan event telah tumbuh menjadi kekuatan besar pariwisata maupun ekonomi dunia. Perkembangan terakhir menunjukan, hampir setiap “keahlian khusus” memiliki asosiasi tersendiri yang menyelenggarakan satu atau lebih pertemuan. Kebanyakan asosiasi menggelar pertemuan yang berulang dengan interval yang regular. Bisa tiap tahun, dua tahunan, lima tahunan dan lainnya, dan destinasi atau tempat penyelenggaraan yang bergantian.
8
Gambar 1.1 Asia Pasific and Middle East Ranking ICCA 2011 Sumber : ICCA (International Congress and Convention Association) (ww.iccaworld.com) ICCA (International Congress and Convention Association) memberikan gambaran pada Asia Pasific and Middle East Ranking ICCA 2012 per Country untuk dapat dijadikan perbandingan pertumbuhan industri MICE di Asia Pasifik dan Middle East. Tabel 1.3 Asia Pasific and Middle East Ranking ICCA 2012 per Country Rank
Country
#Meetings 2012
1
Japan
341
2
China
311
3
Australia
253
4
Republic of Korea
229
5
India
150
6
Singapore
150
7
Thailand
150
8
Chinese Taipei
117
9
Malaysia
109
10
Hong Kong
96
11
Indonesia
73
12
UAE
48
Sumber : ICCA (International Congress and Convention Association) (ww.iccaworld.com) Berdasarkan gambar 1.1 dan Tabel 1.3 dapat digambarkan bahwa posisi MICE di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, hal tersebut dapat dilihat pada tahun 2011 di gambar 1.1 bahwa Bali menempati urutan 23,
9 sedangkan pada tahun 2012 Indonesia menempati peringkat 11 dengan jumlah penyelenggaraan meeting sebanyak 73 internasional meeting. Berdasarkan data-data perkembangan yang cukup signifikan tersebutlah yang membuat kami melihat hal tersebut sebagai peluang dari industri yang menjanjikan. Dan dengan data diatas, dapat mendeskripsikan bahwa industri MICE mengalami pertumbuhan yang cukup baik, sehingga dapa dijadikan suatu usaha yang potensial. Terdapat beberapa faktor pendorong lain yang menyebabkan cepatnya pertumbuhan industry MICE global berdasarkan kebutuhan terkini, Julie Spiller (2004) memberikan penjelasan sebagai berikut : 1. Ekspansi pemerintahan dan semi-pemerintahan, bersama-sama dalam kebutuhan pertemuan yang semakin meningkat antara sektor publik dan swasta 2. Pertumbuhan perusahaan multinasional dan lembaga-lembaga Pannational, yang membutuhkan lebih banyak pertemuan yang sifatnya interdepartemental dan interregional; 3. Perkembangan kebutuhan asosiasi, perusahaan-perusahaan, kelompokkelompok profesional 4. Perubahan dalam teknik penjualan (sales), yang menggunakan event peluncuran produk (product launches) dan promosi penjualan (sales promotion) 5. Meningkatnya kebutuhan akan pentingnya informasi dan metode yang selalu diperbaharui dalam kaitannya dengan pelatihan manajemen (management training), keberlanjutan pengembangan profesionalitas, dan kehadiran dalam pertemuan ad-hoc maupun yang terjadwal (ad-hoc schedule meetings) 6. Kebutuhan akan spesialisasi subjek sebuah konferensi memungkinkan seorang ahli untuk menyampaikan informasi kepada sejumlah besar orang. Peserta MICE pada umumnya adalah anggota asosiasi dan individu yang memiliki intergritas dan kapabilitas dalam pengambilan kebijakan, berasal dari kalangan menengah ke atas, dengan perekonomian yang cukup mapan sehingga pembelanjaan yang dikeluarkan lebih besar, mencapai 3 sampai 4 kali lipat lebih besar dari wisatawan biasa. Rata-rata pengeluaran peserta wisata konvensi di Indonesia mencapai kurang lebih 900US$ per hari (Badan Pusat Statistik, 2013).
10 Sementara itu, UIA (Union International Association) yang juga memiliki database organisasi di dunia, mencatat setidaknya lebih dari 44.000 lembaga; organisasi intergovermental dan lembaga lainnya (5.900), asosiasi internasional NGOs (38.000), organisasi keanggotaan universal (529), organisasi intercontinental (1.050), organisasi regional dan jaringannya (4.100), asosiasi informal, asosiasi transnasional dan jaringanya (850), pendanaan, yayasan dan bank atau badan semi otonomi internasional (2.700), organisasi nasional berorientasi internasional (4.500). Pertumbuhan konferensi dan event di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat pada periode 1993-1994, dengan tingkat pertumbuhan 14,4% dan sejak 1997 hingga kini mengalami pasang surut dengan pertumbuhan sekitar 5%-10% per tahun. Dilihat dari jumlah keseluruhan wisatawan yang berkunjung ke Tanah Air, jenis wisata kongres dan konvensi masih menduduki peringkat ketiga setelah wisata dengan tujuan berlibur dan bisnis. Data INCCA menunjukan bahwa saat ini ada sekitar 330 perusahaan yang terkait dengan jasa penyelenggaraan konferensi (PCO), belum lagi ratusan lainnya sebagai Event Organizer( EO) dan Professional Exhibition Organization (PEO). Jumlah ini menangani tidak lebih dari 15%-20% pasar kongres dan konvensi Indonesia, sedangkan 80%-85% lainnya ditangani oleh panitia secara amatiran.
Tabel 1.4 Pelaksanaan Kegiatan MICE di Indonesia Periode 2012-2013 No
Jenis
Tahun 2012
Pekerjaan
Tahun 2013
Lokal
Nasional
Internasional
Lokal
Nasional
Internasional
1.
Meeting
14
12
6
18 ↑
14 ↑
8↑
2
Incentive
10
6
6
10 =
8↑
9↑
3
Conference
6
5
12↑
10↑
4
Exhibition
4
3
12 ↑
3=
28
20
46
30
Total
24
28
Sumber : Penulis (2014) berdasarkan data yang diolah Keterangan : ↑ : Mengalami Kenaikan = : Tidak Mengalami Kenaikan Perkembangan yang menarik di Indonesia adalah makin banyak perusahaan yang bergerak di bidang konferensi dan event, termasuk supplier-nya. Perusahaan ini bukan hanya ada di Ibu Kota, melainkan juga di berbagai daerah yang telah menjadi
11 10 daerah tujuan wisata konvensi Indonesia, serta juga tempat-tempat yang telah memiliki pusat-pusat konvensi. Pusat-pusat konvensi itu adalah The Jakarta Convention Center yang mampu menampung 5.000 orang, The Jakarta Fairground di Kemayoran, dan The Bali International Convention Center yang berkapasitas 3.000 orang. Di samping itu, ada 10 daerah yang sudah ditetapkan sebagai tujuan konvensi untuk subjek ilmu medis, sains, industri, teknologi pendidikan, agrikultur dan konservasi alam. Tabel 1.5 Data Pusat-Pusat Konvensi di Indonesia No
Nama Venues (Pusat Konvensi)
Daerah DKI Jakarta
Kapasitas
1
Jakarta Convention center (JCC)
5000 orang
2
Jakarta International Convention Center (JIEXPO) Kemayoran
DKI Jakarta
7000 orang
3
Bandung Convention Center (BCC)
Bandung,Jawa Barat
2500 orang
4
Sentul International Convention Center (SICC)
Sentul, Bogor
12.000 orang
5
Trans Convention Center (TCC)
Bandung,Jawa Barat
2000 orang
6
Dyandra Convention Center (DCC)
Surabaya,Jawa Timur
3000 orang
7
Bali International Convention Center (BICC)
Bali
5000 orang
8
Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC)
Bali
5000 orang
9
Jogja Expo Center (JEC)
DI Yogyakarta
1500 orang
10
Sumatera Convention Center
Padang
1000 orang
11
OPI Convention Center
Palembang
1500 orang
12
UPI Convention Center
Padang
2000 orang
13
Manado Convention Center (MCC)
Manado
5000 orang
14
Celebes Convention Center (CCC)
Makassar
5000 orang
Sumber : Penulis (2014) berdasarkan data yang diolah Penetapan daerah tujuan konvensi ini merupakan langkah tepat, mengingat berbagai potensi kekayaan alam, sosial budaya maupun sumber daya manusia Indonesia yang sangat besar, yang merupakan magnet penarik bagi penyelenggaraan kegiatan kongres dan konvensi di Indonesia. Berikut adalah garis besar kekuatankekuatan wisata kongres dan konvensi Indonesia dewasa ini : 1. Indonesia memiliki perusahaan-perusahaan penyelenggara konferensi dan event yang didukung oleh para profesional tangguh yang berkelas internasional 2. Indonesia memiliki venues berupa pusat-pusat maupun hotel-hotel berkelas dari berbagai jenis sebagai tempat penyelenggaraan kongres dan konvensi, termasuk di berbagai daerah. 3. Indonesia memiliki 10 Daerah Tujuan Wisata Konvensi yang memiliki karakteristiknya tersendiri dan memiliki kekuatan pelayanan yang unik dibandingkan dengan negara-negara lain;
12 4. Indonesia memiliki keanggotaan dalam berbagai organisasi regional maupun internasional, baik di tingkat pemerintahan, organisasi/asosiasi, dan memiliki berbagai perusahaan multinasional yang menjadi pasar wisata kongres dan konvensi. 5. Lahirnya pusat-pusat pendidikan formal khusus MICE, seperti kerja sama yang dilakukan DPP INCCA dengan Politeknik Negeri Jakarta yang membuka program D4 MICE, dan adanya dukungan pendidikan nonformal melalui kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan, seperti yang dilakukan dengan giat oleh INCCA Institute. 6. Adanya dukungan masyarakat dan pers yang demikian besar dalam memajukan wisata jenis ini.
Tabel 1.6 Penyelenggaraan Kegiatan MICE di Indonesia Periode 2013 No 1.
2
Provinsi DKI Jakarta
Bali
Jumlah Kegiatan
Venue
MICE 35
28
1.
JCC
2.
JIEXPO Kemayoran
1.
Bali International Convention Center
2.
Bali Nusa Dua Convention Center
3
Batam
12
1.
Sumatera Convention Center
4
Jawa Barat (Garut,Tasik,Bandung)
10
1.
Bandung Convention Center
2.
Sentul International Convention Center
5
Jawa Timur
10
1.
(Surabaya,Jember,Bromo,Banyuwangi) 6
Jawa Tengah
Dyandra Convention Center
14
1.
Jogja Expo Center
14
1.
Manado Convention
(DIYogyakarta,Solo,Dieng,Tegal,Semarang) 7
Sulawesi Utara
center 8
Banka-Belitong
3
1.
Novotel Bangka
9
Kep. Riau
7
1.
Labersa Grand Hotel and Convention
10
Irian Jaya (Papua,Raja Ampat)
6
11
Kalimantan Tengah
4
1. 1.
Aston Jayapura
Palangkaraya Convention Center
12
Kalimantan Timur
8
1.
Grand Fortune Hotel
13
No
Jumlah Kegiatan
Provinsi
Venue
MICE Berau 2.
Balikpapan Sport and Convention Center
13
Sulawesi Selatan
6
1.
Celebes Convention Center
14
Sulawesi Tengah
3
1.
Aston Luwuk Hotel dan Convention Center
15
Sumatera Utara
3
1.
Medan
International
Convention Center 16
Sumatera Barat
3
1.
UPI Convention Center
17
DI. Aceh
3
1.
Permata Hati Hotel and Convention Center
18
Ternate
5
1.
Mobon Convention Center
19
Maluku
2
1.
Aston Natsepa Resort and Conference Center
Total Kegiatan MICE di Indonesia
176
Sumber : Wonderful Indonesia (http://www.indonesia.travel) berdasarkan data yang di olah. Melihat besarnya peluang/potensi bisnis yang ada dalam industri MICE dan seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan akan penyelenggaraan kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition), maka terbentuklah perusahaan kami dengan harapan dapat dan mampu memanfaatkan peluang industri serta turut memberikan kontribusi terhadap sektor kepariwisataan Indonesia. 1.3
Visi dan Misi Usaha 1.3.1
Visi PT. Diploma Arthakama Menjadi
perusahaan
penyelenggara
jasa
meeting,
incentives,
conference and exhibition yang terkemuka dalam skala nasional dan internasional. 1.3.2
Misi PT. Diploma Arthakama
1. Mengembangkan
manajemen
di
dalam
perusahaan
dengan
meningkatkan skill masing-masing individu dengan mengikuti sertifikasi dalam bidang MICE secara bertahap.
14 2. Mampu membangun jaringan mitra pelanggan di dalam instansi pemerintahan, perusahaan swasta, dan asosiasi dalam skala nasional atau internasional. 3. Menagani setiap project secara profesional dan mengutamakan kualitas serta mengedepankan kepuasan pengguna jasa (users). 4. Mampu meningkatkan nilah tambah perusahaan dengan kinerja manajemen terhadap teknologi dan informasi, serta dapat membantu pemerintah dalam memperkenalkan Indonesia di skala internasional melalui media MICE. 1.4
Value Pada Stakeholder 1.
Kepemimpian yang visioner.
2.
Unggul menurut stakeholder.
3.
Pembelajaran perorangan dan organisasional.
4.
Menghargai tenaga kerja dan mitra.
5.
Fokus kepada masa depan.
6.
Mengelola Inovasi.
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa PT.Diploma Arthakama adalah suatu usaha yang bergerak di bidang industri jasa pelayanan MICE (meeting, incentives, conference and exhibiton) dalam skala nasional atau internasional, dengan dinamika kerja dan orientasi mitra kerja atau rekanan pada instansi pemerintah, perusahaan swasta, asosiasi, lembaga donor internasional dan nasional. Nama Diploma Arthakama sendiri diambil dari istilah diploma yang memiliki arti kata (honor, power) dan arthakama yang memiliki arti (kantung harta). Dengan filosofi arti nama yang dipilih tersebut diharapkan PT. Diploma Arthakama dapat menjadi sebuah perusahaan yang memiliki power untuk menjadi market leader dalam industri MICE serta dapat menjadi perusahaan yang sukses secara finansial. Berikut adalah logo dari PT.Diploma Arthakama :
15
Gambar 1.2 Logo PT.Diploma Arthakama Sumber : Penulis (2014)
PT.
Diploma
Arthakama
berusaha
untuk
dapat
memberikan
jasa
penyelenggaraan kegiatan yang sesuai dengan keinginan konsumen atau pengguna jasa (users) tentunya dengan standar kualitas bertaraf international. Tidak hanya customer yang berasal dari instansi pemerintahan saja, namun diharapkan juga dari perusahaan swasta dalam negeri maupun luar negeri.
1.5
Tujuan Jangka Panjang Objektif jangka panjang dari PT. Diploma Arthakama untuk lima tahun
mendatang adalah : 1. Mampu menyelenggarakan kegiatan Inisiatif event yang di selenggarakan oleh PT. Diploma Arthakama sendiri maupun rekanan. 2. Mampu mengembangkan perusahaan di wilayah-wilayah potensial MICE 3. Mampu menyelenggarakan kegiatan konferensi atau event di Luar Negeri 4. Mampu mempertahankan kualitas dan reputasi perusahaan, sehingga pengguna jasa (users) tetap percaya terhadap jasa yang kami tawarkan dan membuat PT. Diploma Arthakama menjadi lebih dikenal dan lebih maju 5. Mampu meningkatkan jumlah customer atau pengguna jasa (users) dari potensial customer yang ada.
1.6
Sejarah Berdirinya Usaha Tahun 2013, tepatnya bulan Juni merupakan tonggak berdirinya PT. Diploma
Arthakama secara resmi dengan pengukuhan Departemen Kehakiman. 1. Pengukuhan Kehakiman (Terlampir) 2. Surat Ijin Usaha Perusahaan (Terlampir) 3. Tanda Daftar Perusahaan (Terlampir) 4. NPWP Perusahaan (Terlampir)
16 PT. Diploma Arthakama mengedepankan profesionalitas dan kualitas dalam mengelola dan menangani setiap proyek pekerjaan. Setiap langkah yang diambil sesuai
dengan
Standar
Operasional
Perusahaan
(SOP)
dan
penempatan
divisi/departemen dengan sumber daya manusia muda dan profesional. Dengan adanya pembagian kerja diharapkan mampu memberikan pelayanan yang memuaskan dan prima bagi mitra kerja. Setiap departemen/divisi pada PT. Diploma Arthakama dikelola oleh tenaga muda handal, berpengalaman dan profesional dibidangnya sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan, analisa dan work plan yang tersusun, merupakan kunci utama dalam menghasilkan input optimal bagi perusahaan. Selain itu budaya kerja yang sangat kekeluargaan namun tetap menjunjung tinggi disiplin juga merupakan ciri khas perusahaan kami. Beberapa hal tersebut sangatlah penting bagi kami, karena dengan sistem manajemen operasional yang baik akan memberikan hasil pekerjaan yang berkualitas dan efektif yang berguna bagi penyelenggara dan pelaksana proyek, baik dalam perencanaan dan pelaksanaan. Lokasi PT. Diploma Arthakama terletak di Gedung Graha Pratama Lt. 7 Jl. MT Haryono, Jakarta Selatan. Lokasi ini sendiri kami pilih dikarenakan merupakan lokasi yang strategis,terletak dekat dengan beberapa kantor instansi pemerintah dan pusat bisnis di Jakarta. Kemudian akses yang mudah di jangkau serta lokasi yang nyaman menjadi alasan kami memilih lokasi tersebut untuk menjadi lokasi kantor dari PT.Diploma Arthakama.