ANALISIS WILLINGNESS TO PAY DAN ALTERNATIF STRATEGI UPAYA PENGEMBALIAN FUNGSI KAWASAN KONSERVASI (Studi Kasus: Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok)
NADYA MAZAYA PUTERI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Willingness to Pay adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Nadya Mazaya Puteri NIM H44100064
ABSTRAK NADYA MAZAYA PUTERI. Analisis Willingness to Pay dan Alternatif Strategi Upaya Pengembalian Fungsi Kawasan Konservasi (Studi Kasus: Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok). Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI.
Kerusakan Taman Hutan Raya Pancoran Mas menyebabkan kualitas lingkungan
di
sekitarnya
menurun
sehingga
diperlukan
adanya
upaya
pengembalian fungsi dan perbaikan terhadap kawasan tersebut. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah menganalisis persepsi masyarakat terhadap keberadaan Tahura Pancoran Mas, mengestimasi besarnya nilai willingness to pay masyarakat terhadap upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas sebagai ruang terbuka hijau dan daerah resapan air, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai willingness to pay masyarakat terhadap upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas, dan memformulasi strategi pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dan kepedulian masyarakat terhadap Tahura Pancoran Mas masih kurang baik. Hasil rata-rata willingness to pay dari 27 responden yang bersedia berpartisipasi adalah sebesar Rp 12.222,22 per KK per orang. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai willingness to pay pada taraf nyata 15% adalah jenis kelamin, pendapatan, lama tinggal dan status kepemilikan tempat tinggal. Alternatif strategi yang disarankan pada penelitian ini adalah alternatif pemantapan kawasan. Kata kunci : kawasan konservasi, taman hutan raya, willingness to pay
ABSTRACT NADYA MAZAYA PUTERI. Willingness to Pay Analysis and Alternative Recovery Strategy of Conservation Area Function (Case Studies: Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok). Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI.
Damage of Taman Hutan Raya Pancoran Mas caused environmental quality declining. It needed several treatment to cover its function. The aims of this research are: 1) to analyze society perception of Tahura Pancoran Mas value; 2) to estimated value of society willingness to pay the recovery of Tahura Pancoran Mas as green public area and ground water absorption area; 3) to identificated dependent factors that influenced value of society willingness to pay the recovery Tahura Pancoran Mas function; 4) to formulated feasible strategy of Tahura Pancoran Mas recovery. The methods that utilized in this research are Contingent Valuation Method (CVM) multiple linear regression, and Analytical Hierarchy Process (AHP). The research resultsshowed that society is indifferent of Tahura Pancoran Mas. Average result from 27 respondents willingness to pay is IDR 12.222,22 per household per month. Dependent factors that influenced WTP value at 15% significance level are gender, income, length of stay and ownership of house.Alternative feasible strategy of the Tahura damage are stabilization of the area.
Keywords : conservation area, grand forest park, willingness to pay
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY DAN ALTERNATIF STRATEGI UPAYA PENGEMBALIAN FUNGSI KAWASAN KONSERVASI (Studi Kasus : Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok)
NADYA MAZAYA PUTERI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Willingness to Pay dan Alternatif Strategi Upaya Pengembalian Fungsi Kawasan Konservasi (Studi Kasus: Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok) Nama : Nadya Mazaya Puteri NIM : H44100064
Disetujui oleh
Dr.Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen
Tanggal Disetujui:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Willingness to Pay dan Alternatif Strategi Upaya Pengembalian Fungsi Kawasan Konservasi (Studi Kasus : Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok)”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1.
Kedua orang tua tercinta, Bapak Moch. Nurdin dan Ibu Elly Rislyana, adikadik tersayang Nabila, Keshia, dan Farrell serta segenap keluarga besar atas seluruh doa dan dukungan.
2.
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Bapak Ir. Nindyantoro, M.SP dan Bapak Benny Osta Nababan, S.P, M.Si selaku dosen penguji utama dan selaku dosen perwakilan departemen yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini.
4.
Seluruh staf Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, serta seluruh masyarakat RW 02 Kelurahan Pancoran Mas atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta informasi yang telah diberikan.
5.
Seluruh keluarga besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas semua arahan, masukan, motivasi, dan bantuannya.
6.
Sahabat-sahabat Fachril Jeddawi, Mawardi Kartasamita, Habib Vio Nanda, Mona De Amesya, Fitri Andriani, Syafira Salzabella, Tri Retno S, Miranti Puspadewi, Intan Kusuma Astri, Donna Sitta, serta keluarga besar ESL 47 yang selalu memberikan bantuan, motivasi, dan semangat.
7.
Sahabat-sahabat Sinabung Tuty, Rahmah Syafira, Hernita, Dyah Ayu, Puti Hanifa, dan Esatri yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
8. Sahabat-sahabat semasa sekolah Daniel Prayer Manurung, Aditya Prahadi, Sekar Ayu, Andriani Puspita, Audita Oktaviani, Caesar Ayu, Fathya Kharisma, Dian Andini,
dan Amelia Nur Fitri yang telah
memberikan saran dan dukungan. 9. Teman-teman satu bimbingan Andreas, Amalia Dwi, Sheanie, Chadefi, Rahayu, Dessy Amalia, Frisca, dan Dana yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik terkait skripsi penulis terima. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca. Bogor, Oktober 2014 Nadya Mazaya Puteri
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv I PENDAHULUAN .............................................................................................. 15 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………. 15 1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………………. 3 1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………………. 4 1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………….. 4 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………….. 5 II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6 2.1 Kawasan Konservasi ......................................................................................... 6 2.2 Taman Hutan Raya ………………………………………………………….. 7 2.3 Konsep Dasar Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan…….. 8 2.4 Contingent Valuation Method ……………………………………………………. 9 2.5 Analytical Hierarchy Process ……………………………………………………. 9 2.6 Penelitian Terdahulu ……………………………………………………….. 11 III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ 15 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ……………………………………………… 15 3.1.2 Analisis Willingness to Pay ............................................................. 15 3.1.2 Analytical Hierarchy Process .......................................................... 16 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional …………………………………………. 17 IV METODE PENELITIAN................................................................................. 20 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………………. 20 4.2 Jenis dan Sumber Data ……………………………………………………… 20 4.3 Metode Pengambilan Sampel ………………………………………………. 21
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data …………………………………….. 21 4.4.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ............................................................ 22 4.4.2 Estimasi Nilai WTP Masyarakat Terhadap Upaya Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas ........................................................... 22 4.4.3 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Masyarakat .............................................................................. 24 4.4.4 Analytical Hierarchy Process ........................................................... 25 4.4.5 Pengujian Parameter Regresi ............................................................ 30 V GAMBARAN UMUM ...................................................................................... 33 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………………………. 33 5.2 Karakteristik Responden ………………………………………………….. 34 VI HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 38 6.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Tahura Pancoran Mas ……………………. 38 6.2 WTP Masyarakat Terhadap Upaya Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas ………………………………………………………………………… 40 6.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Responden ……………… 43 6.4 Alternatif Kebijakan dalam Upaya Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas Depok ………………………………………………………………… 48 6.4.1 Analisis Posisi dan Peran Setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal ......................................................................................... 48 6.4.2 Analisis Hasil Pengolahan Secara Vertikal ...................................... 50 6.5 Implikasi dan Rekomendasi ………………………………………………… 54 VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 55 7.1 Simpulan ……………………………………………………………………. 55 7.2 Saran ……………………………………………………………………….. 56 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 57 RIWAYAT HIDUP................................................................................................77
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1
Jumlah kawasan konservasi di Indonesia......................................................1
2
Skala penilaian pairwise comparisons........................................................10
3
Studi terdahulu.............................................................................................13
4
Matriks analisis data....................................................................................21
5
Indikator pengukuran nilai WTP .................................................................25
6
Nilai statistik Durbin-Watson......................................................................32
7
Persepsi masyarakat terhadap fungsi Tahura Pancoran Mas.......................38
8
Persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan di sekitar Tahura Pancoran Mas..............................................................................................39
9
Kesediaan partisipasi masyarakat terhadap pasar hipotesis yang dibangun......................................................................................................40
10
Alasan masyarakat tidak bersedia berpartisipasi dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas.......................................................................41
11
Dugaan nilai rataan WTP responden terhadap upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas..................................................................................41
12
Total WTP responden terhadap upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas..............................................................................................42
13
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP.............................43
14
Uji heteroskedastisitas dengan uji White.....................................................47
15
Hasil pengolahan horizontal hubungan aspek dengan aktor.......................49
16
Hasil pengolahan horizontal hubungan aktor dengan solusi.......................49
17
Hasil pengolahan horizontal hubungan solusi dengan alternatif.................50
18
Hasil pengolahan vertikal............................................................................52
DAFTAR GAMBAR 1 Alur kerangka pemikiran................................................................................19 2 Peta lokasi penelitian......................................................................................20
3 Skema AHP.....................................................................................................29 4 Karakteristik usia responden...........................................................................34 5 Karakteristik jenis kelamin responden............................................................35 6 Karakteristik pendidikan responden................................................................35 7 Karakteristik pendapatan responden...............................................................36 8 Karakteristik jumlah tanggungan keluarga responden....................................36 9 Karakteristik status kepemilikan tempat tinggal responden............................37 10 Karakteristik lama tinggal responden.............................................................37 11 Persentase pengetahuan masyarakat terhadap fungsi Tahura Pancoran Mas..................................................................................................................39 12 Kurva permintaan WTP..................................................................................42 13 Uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov............................................48 14 Skema bobot AHP...........................................................................................53
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner penelitian untuk masyarakat...........................................................58 2 Kuisioner penelitian untuk key persons..........................................................62 3 Hasil AHP.......................................................................................................72 4 Perhitungan excel AHP...................................................................................75
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas daratan 1.904.569 km2 yang terletak pada 6º LU - 11º LS dan 95º BT - 141º BT dan memiliki kurang lebih 17.508 pulau yang tersebar di kedua sisi khatulistiwa. Luas wilayah Indonesia yang besar, keadaan iklim dan letak geografis Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki keragaman biodiversitas yang tinggi, ditandai dengan banyaknya flora dan fauna endemik di Indonesia. Namun, sayangnya kita belum mampu untuk memanfaatkan dan mengelola potensi yang kita miliki secara optimal, terbukti dengan banyaknya flora dan fauna endemik yang mencapai tingkat kepunahan akibat kerusakan hutan dan degradasi lingkungan yang tinggi. Salah satu upaya pelestarian lingkungan dan keragaman biodiversitas adalah dengan dibentuknya kawasan konservasi. Jumlah kawasan konservasi yang ada di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Jumlah Kawasan Konservasi di Indonesia tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kawasan Konservasi Taman Nasional Taman Nasional Laut Cagar Alam Cagar Alam Laut Suaka Margasatwa Suaka Margasatwa Laut Taman Wisata Alam Taman Wisata Alam Laut Taman Buru Taman Hutan Raya Total
Jumlah 43 7 222 5 71 4 101 14
Luas (ha) 12.328.523,34 4.043.541,30 3.957.691,66 152.610,00 5.024.138,29 5.588,25 257.323,85 491.248,00
13 23 503
220.951,44 351.680,41 26.833.296,54
Sumber: Statistik Kawasan Hutan (2013)
Menurut UU No. 41 Tahun 1999, kawasan pelestarian alam adalah suatu kawasan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis flora dan fauna, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
2 Kawasan pelestarian alam sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Taman Hutan Raya (Tahura) dalam UU No. 5 Tahun 1990 adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan jenis asli dan bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Indonesia memiliki ± 22 lokasi Tahura yang tersebar di berbagai wilayah. Selain sebagai kawasan konservasi, Tahura juga memiliki fungsi lain yang cukup penting dalam suatu wilayah, diantaranya sebagai sarana lingkungan perkotaan, pengamanan jaringan sarana prasarana, meningkatkan kualitas udara di sekitar Tahura, menunjang pelestarian air dan tanah. Di tengah ekosistem, Tahura berfungsi untuk menyerap polusi, melindungi pemukiman dari banjir, dan untuk meningkatkan kualitas lansekap perkotaan. Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok merupakan salah satu kawasan pelestarian alam tertua yang ada di Indonesia. Tahura Pancoran Ms terletak di Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Kotamadya Depok, Jawa Barat. Dahulu, Taman Hutan Raya Pancoran Mas berstatus cagar alam dan merupakan cagar alam pertama di Hindia Belanda. Namun, sejak tanggal 7 Mei 1999 berdasarkan SK Menhutbun No.276/Kpts-II/1999 Cagar Alam Depok diubah statusnya menjadi Taman Hutan Raya dan berada di bawah naungan Departemen Kehutanan, namun pengelolaannya diserahkan kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok. Taman Hutan Raya Pancoran Mas memiliki fungsi sebagai penyedia jasa lingkungan diantaranya sebagai ruang terbuka hijau dan daerah resapan air. Namun, karena terletak di tengah pemukiman warga menyebabkan kondisinya cukup memprihatinkan. Hal ini ditambah dengan pengelolaannya yang tidak diawasi oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Depok dan hanya ada dua petugas yang mengurus kawasan ini. Selain itu, ketidaktahuan masyarakat terhadap manfaat non ekonomi yang dihasilkan oleh Tahura menyebabkan pemanfaatan sumberdaya yang ada di Tahura tidak lestari. Oleh karena itu, diperlukan adanya
3 penelitian untuk menilai persepsi masyarakat di sekitar Tahura Pancoran Mas terhadap keberadaan kawasan konservasi ini. 1.2 Perumusan Masalah Hutan merupakan sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat, baik tangible maupun intangible. Hutan dapat berfungsi sebagai penyangga kehidupan ekosistem yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia dari segi ekonomi maupun ekologi. Akan tetapi, jumlah luasan hutan yang ada di dunia, khususnya di Indonesia semakin berkurang akibat banyaknya penebangan hutan liar dan semakin maraknya konversi lahan hutan menjadi perumahan, kawasan industri, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan berkurangnya daerah resapan air dan ruang terbuka hijau di berbagai daerah di Indonesia, terutama di kota- kota besar seperti Jabodetabek. Taman Hutan Raya sebagai salah satu kawasan pelestarian alam memberikan manfaat yang besar. Dari segi ekologis, Tahura menyediakan jasa lingkungan yang cukup besar, sedangkan dari segi ekonomi, Tahura dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif tujuan rekreasi. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan pengawasan yang baik di Tahura. Tahura Pancoran Mas sebagai kawasan konservasi ex situ memiliki fungsi sebagai tempat hidup beberapa satwa liar seperti burung prenjak (Orthotomus sutorius), burung cingcoang coklat (Brachypteryx leucophyrs), burung tekukur biasa (Stigmatopelia chinensis), burung cipoh kacat (burung sirpu) (Aegithina tiphia), dan srigunting jambul-rambut (Dicrurus hottentottus). Selain itu, Tahura Pancoran Mas juga didominasi tumbuhan berkayu seperti meranti serta tanaman lain yang dapat dimanfaatkan seperti waru, jambu, dan kluwih. Di sisi lain, Tahura Pancoran Mas merupakan daerah resapan air yang cukup besar manfaatnya sebagai salah satu pencegahan banjir dan ruang terbuka hijau yang dapat mereduksi pencemaran udara di sekitar kawasan. Dewasa ini, kondisi Tahura Pancoran Mas cukup memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari lahan Tahura Pancoran Mas yang banyak dipakai untuk keperluan pribadi masyarakat sekitar kawasan, seperti digunakan tempat berdagang dan pembuangan sampah. Tumbuhan yang ada di Tahura Pancoran Mas juga terlihat tidak terawat dengan baik sehingga penyediaan jasa lingkungan
4 yang dihasilkan oleh Tahura Pancoran Mas menurun. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka beberapa pertanyaan timbul : 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberadaan Tahura Pancoran Mas ? 2. Berapa besar nilai willingness to pay masyarakat terhadap pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas sebagai ruang terbuka hijau dan daerah resapan air? 3. Faktor-faktor apa saja yang memepngaruhi nilai willingness to pay masyarakat untuk pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas? 4. Alternatif strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk mengembalikan fungsi Tahura Pancoran Mas?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi besaran nilai keberadaan Tahura Pancoran Mas dan mengetahui strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk mengembalikan fungsi Tahura Pancoran Mas. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap keberadaan Tahura Pancoran Mas. 2. Mengestimasi besarnya nilai willingness to pay masyarakat terhadap pengembalian fungsiTahura Pancoran Mas sebagai ruang terbuka hijau dan daerah resapan air.. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai willingness to pay masyarakat terhadap pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas. 4. Memformulasi strategi pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu: 1. Bagi pengelola, penelitian ini memberikan informasi mengenai kesediaan membayar (WTP) dan besarnya nilai WTP dari masyarakat sekitar terhadap upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas. 2. Bagi civitas akademika lain, penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan penulisan yang berkaitan dengan penelitian ini.
5 3. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan pelestarian kawasan Tahura Pancoran Mas.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Batasan dalam penelitian ini meliputi beberapa hal, diantaranya adalah: 1. Wilayah penelitian ini adalah kawasan Tahura Pancoran Mas, Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Depok. 2. Obyek penelitian ini adalah masyarakat yang tempat tinggalnya di sekitar wilayah Tahura Pancoran Mas. 3. Nilai willingness to pay yang diukur hanya dari penyediaan jasa lingkungan dari Tahura Pancoran Mas.
6
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi, menurut hasil rumusan IV World Congress on National Park and Protected Areas tahun 1994, adalah suatu area lahan dan atau laut yang secara khusus ditujukan untuk melindungi dan menjaga keanekaragman biologi, dan sumberdaya alam serta kebudayaan yang berhubungan yang pengelolaannya berdasarkan hukum dan cara efektif lainnya.Ukuran kawasan konservasi sebaiknya mencerminkan luas dari lahan atau perairan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan pengelolaan atau menurut MacKinnon et al (1993), target ukuran kawasan konservasi yang realistis adalah 10% dari luasan total suatu pulau.Pengelolaan kawasan konservasi memiliki tujuan utama untuk riset ilmiah, perlindungan terhadap kehidupan liar, pengawetan spesies dan keanekaraman genetik, pemeliharaan untuk jasa lingkungan, perlindungan keistimewaan alami khusus dan kebudayaan, pariwisata dan rekreasi, pendidikan, pemanfaatan berkelanjutan terhadap sumber-sumber ekosistem alami, serta menjaga kebudayaan dan atribut-atribut adat yang ada. Berdasarkan tujuan-tujuan pengelolaan tersebut, IUCN membagi kawasan konservasi dalam enam kategori pengelolaan, yaitu: 1.
Strict Nature Reserves/Wilderness Area (Cagar Alam/Cagar Ilmiah)
2.
National Park (Taman Nasional)
3.
Natural Monument (Monumen Alam)
4.
Habitat/Species Management Area (Suaka Margasatwa)
5.
Protected Landscape/Seascape
6.
Managed Resource Protected Area (Kawasan Sumberdaya yang dikelola) Kategori kawasan dapat ditentukan berdasarkan tujuan utama dari
pengelolaan kawasan tersebut, namun dalam melakukan perencanaan pengelolaan, umumnya terdapat zonasi pengelolaan untuk berbagai tujuan lokal yang ada di sekitar kawasan. Dalam menentukan kategori yang sesuai, sekurang-kurangnya 75% dari kawasan tersebut dikelola untuk tujuan utama dan area yang tersisa dimanfaatkan untuk tujuan khusus yang tidak boleh mengandung konflik.
7 2.2 Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami maupun bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai tujuan penelitian, ilmu pengetahan dan pendidikan dan juga sebagai fasilitas yang menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Ditjen PHKA 2006). Kawasan yang ditunjuk dan ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya memiliki kriteria sebagai berikut: a. Memiliki ciri khas baik asli maupun buatan pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah. b. Memiliki keindahan alam atau gejala alam. c. Mempunyai luas yang cukup dan memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik dari jenis asli maupun bukan asli. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/KptsII/2003 Tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Pengelolaan Taman Hutan Raya Oleh Gubernur Atau Bupati/Walikota, kawasan Taman Hutan Raya dikelola oleh pemerintah daerah dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Pengelolaan Taman Hutan Raya setidaknya harus memuat tujuan pengelolaan yang menunjang upaya perlingdungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk upaya pengawetan kawasan Taman Hutan Raya adalah: 1. Perlindungan dan pengamanan. 2. Inventarisasi potensi kawasan. 3. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengelolaan. 4. Pembinaan dan pengembangan tumbuhan dan satwa yang bertujuan untuk koleksi. Di Indonesia, terdapat kurang lebih 22 lokasi Tahura yang tersebar di berbagai daerah. Fungsi Tahura sendiri adalah sebagai „etalase‟ keanekaragaman hayati dan sebagai tempat penyelamatan jenis tumbuhan tertentu yang mulai langka. Namun, berbeda dengan Kebun Raya yang bisa negoleksi tumbuhan dari
8 berbagai daerah, koleksi tanaman di Tahura 80% harus merupakan tanaman lokal, dan sisanya boleh ditanami oleh tanaman dari daerah lain.1. 2.3 Konsep Dasar Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya alam dan lingkungan (SDAL) merupakan faktor yang penting dalam kegiatan pembangunan dan perekonomian. Sumberdaya alam dan lignkungan memiliki nilai guna yang sangat banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat dari SDAL secara langsung adalah menghasilkan barang yang dapat dikonsumsi secara langsung, seperti kayu dari hasil pemanfaatan hutan, ikan dari sektor kelautan, serta bahan mineral dari tambang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dan bahan bakar. Sedangkan, pemanfaatan SDAl secara tidak langsung adalah berupa jasa lingkungan yang berasal dari fungsi ekologis suatu ekosistem, contohnya hutan sebagai habitat flora dan fauna, pencegah banjir dan tanah longsor, serta penyerap karbon. Menurut Fauzi (2004), secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut dengan willingness to pay, yaitu kesediaan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis suatu sumberdaya dalam ekosistem dapat diukur berdasarkan nilai moneter dari barang dan jasa tersebut. Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2004) menyatakan bahwa pengukuran WTP yang reasonable harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1.
WTP tidak memiliki batas bawah negatif.
2.
Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan.
3.
Ada konsistensi antara keacakan pendugaan dan keacakan perhitungan
1
http://alamendah.org/2011/04/01/taman-hutan-raya-di-indonesia/. Diakses pada 05 Juli 2014
9 2.4 Contingent Valuation Method Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur nilai non-pemanfaatan dari suatu sumberdaya alam. Pendekatan ini disebut contingent (tergantung) karena informasi yang diperoleh sangat bergantung pada hipotesis yang dibangun (Fauzi 2004). Pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar (nilai WTP) dari masyarakat untuk perbaikan kualitas lingkungan dan mengetahui keinginan menerima (nilai WTA) ganti rugi atas kerusakan lingkungan akibat dari pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan. Meskipun CVM dianggap sebagai pendekatan yang cukup baik untuk menilai WTP, ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan CVM. Kelemahan yang sering terjadi pada pendekatan ini adalah timbulnya bias. Penyebab utama terjadinya bias adalah strategi yang keliru dan adanya design bias. Selain itu, Carson et al (2001) dalam Fauzi (2004) bahwa realibilitas pengukuran CVM membutuhkan desain yang sangat cermat untuk menghindari fenomena warm glow atau
fenomena dimana responden ingin
menyenangkan pewawancara dengan memberikan jawaban setuju (Becker 1974).
2.5 Analytical Hierarchy Process Menurut Saaty (1991) dalam Dwipa (2013), analytical hierarchy process adalah bentuk pengorganisasian informasi dan berbagai keputusan secara rasional agar dapat memili alternatif yang lebih disukai.Tahapan-tahapan dalam AHP meliputi: 1.
Menentukan masalah dan solusi yang diinginkan
2.
Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
3.
Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan
10 berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Menurut Saaty (1998), skala terbaik untuk mengukur persepsi adala skala 1 sampai dengan 9. Adapun definisi dari persepsi kualitatif tersebut dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Skala penilaian pairwise comparisons Intensitas Kepentingan 1
Keterangan Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen lainnya
5
Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya
7
Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen lainnya
9
Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen lainnya
2,4,6,8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Sumber: Suryadi dan Ramdhani (2000)
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga memperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x[(n-1)]/2 buah dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dengan menguji konsistensinya.Jika tidak konsisten maka pengambian data diulangi. 6. Menghitung langkah 3,4,5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
11 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih besar dari 10% maka penilaian data judgement harus diperbaiki. 2.6 Penelitian Terdahulu Widada (2004) melakukan penelitian tentang nilai manfaat ekonomi dan pemanfaatan area kawasan konservasi bagi masyarakat (studi kasus: Taman Nasional Gunung Halimun). Tujuan dari penelitian ini adalah menduga nilai ekonomi total dari Taman Nasional Gunung Haimun (TNGH), melakukan analisis internal dan eksternal program pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa lingkungan TNGH bagi masyarakat, dan merumuskan program strategis pengelolaan TNGH untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar TNGH. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai ekonomi TNGH per tahun yang terdiri dari nilai ekonomi pemanfaatan ekowisata TNGH sebesar Rp 1.266.590.495 yang diperoleh dari rata-rata biaya perjalanan pengunjung, nilai ekonomi penyediaan air berupa air domestik dan air untuk pertanian sebesar Rp 6,64 milyar, nilai pelestarian TNGH sebesar Rp 668.295.955 yang merupakan nilai kesediaan membayar masyarakat sekitar TNGH untuk upaya pelestarian TNGH, nilai penyerapan karbon sebesar Rp 429,8 milyar yang diperoleh meleli perhitungan benefit transfer, nilai pilihan sebesar Rp 760.917.651 yang merupakan potensi nilai manfaat sumberdaya yang ada di TNGH pada masa datang, nilai keberadaan TNGH sebesar Rp 638.210.806 yang diukur berdasarkan willingness to pay masyarakat sekitar TNGH agar keberadaan TNGH dapat dipertahankan sehingga manfaatnya dapat dinikmati terus menerus. Majid (2008) melakukan penelitian tentang analisis willingness to pay pengunjung terhadap upaya pelestarian kawasan Situ Babakan, Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pengunjung Situ Babakan, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung Situ Babakan untuk membayar retribusi, menilai besarnya nilai WTP pengunjung sebagai dasar penetapan retribusi, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan.Berdasarkan hasil penelitian ini, nilai ratarata WTP responden yang diperoleh adalah sebesar Rp 2.104,65, sedangkan untuk nilai total WTP responden adalah sebesar Rp 23.603.663,00 per bulan. Adapun
12 faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP yaitu tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan frekuensi kunjungan. Amanda (2009) membahas tentang analisis willingness to pay pengunjung objek wisata danau Situ Gede dalam upaya pelestarian lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi pengunjung Danau Situ Gede, mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap Danau Situ Gede, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar dari pengunjung Danau Situ Gede, menilai besaran WTP pengunjung Danau Situ Gede terhadap upaya pelestarian lingkungan Danau Situ Gede, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP pengunjung Danau Situ Gede.Dari hasil penelitian tersebut diperoleh sebanyak 81 persen responden bersedia membayar untuk upaya pelestarian lingkungan di kawasan Danau Situ Gede. Nilai WTP yang didapat sebesar Rp 3.558,24 dan nilai total WTP sebesar Rp 2.342.000. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP pada penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman dan pengetahuan mengenai manfaat serta kerusakan danau. Dwipa (2013) melakukan penelitian tengtang analisis kebijakan ekonomi kelembagaan pengembangan klaster industri pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tata kelembagaan klaster pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran, mengevaluasi pengaruh dan kepentingan antar stakeholders yang terlibat dalam tata kelola klaster pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran, mengkaji efisiensi ekonomi dan desain kelembagaan klaster pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran, dan mengevaluasi strategi kebijakan yang sesuai diterapkan dalam pengembangan klaster pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tata kelola pengembangan klaster industri pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran masih sering mengalami konflik antara pengolah dengan nelayan dan pedagang pengumpul akibat belum terbentuknya tata kelembagaan rantai pasok yang efisien dan belum lengkapnya economics foundation. Strategi kebijakan yang direkomendarikan dari penelitian ini adalah meningkatkan kapasitas manajemen pengolah sebagai prioritas utama, kemudian diikuti dengan
13 membuka akses pemasaran, dukungan finansial, pelatihan teknologi tepat guna, dan pengembangan infrastruktur. Tabel 3. Studi Terdahulu Peneliti Widada (2004)
Judul Penelitian Analisis Nilai Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun Bagi Masyarakat Analisis WTP Pengunjung Terhadap Upaya Pelestarian Lingkungan Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
Analisis Travel Cost Method (TCM), Analisis SWOT
Hasil Penelitian Nilai ekonomi TNGH per tahun sebesar Rp 439,74 milyar.
Contingent Valuation Method (CVM), Analisis Regresi Logit
Nilai rata-rata WTP responden yang diperoleh adalah sebesar Rp 2.104,65. Nilai total WTP responden adalah sebesar Rp 23.603.663,00 per bulan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP yaitu tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan frekuensi kunjungan.
Amanda (2009)
Analisis WTP Pengunjung Obyek Wisata Danau Situ Gede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan
Contingent Valuation Method (CVM), Analisis Regresi Logit
Nilai WTP yang didapat sebesar Rp 3.558,24 dan nilai total WTP sebesar Rp 2.342.000. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP pada penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, serta pemahaman dan pengetahuan mengenai manfaat serta kerusakan danau.
Dwipa (2013)
Analisis Kebijakan Ekonomi Kelembagaan Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan Teri di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Tata kelola pengembangan klaster industri pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran masih sering mengalami konflik akibat belum terbentuknya tata kelembagaan rantai pasok yang efisien dan economics foundation yang belum lengkap. Strategi yang direkomendasikan dari penelitian ini adalah penngkatan kapasitas manajemen pengolahan, pembukaan akses pemasaran, dukungan finansial, pelatihan teknologi tepat guna, dan pengembangan infrastruktur.
Majid (2008)
14 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas adalah pada penelitian ini tidak membahas dari segi pariwisata tetapi dari segi penyediaan jasa lingkungan, dan dalam penelitian ini disertakan pertimbangan strategi dengan metode AHP dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas.
15
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang akan dipakai dalam penelitian ini. Teori-teori ini merupakan landasan untuk menjawab tujuan penelitian. 3.1.1 Analisis Willingness to Pay Pendekatan CVM memiliki lima tahap kegiatan atau proses, sebagai berikut : 1. Membuat pasar hipotetik Pasar hipotetik diperlukan karena tidak adanya pasar bagi jasa lingkungan yang secara tepat menggambarkan kondisi riilnya. 2. Menentukan besarnya penawaran (nilai lelang) Besarnya penawaran dapat ditentukan dengan beberapa teknik, seperti: a.
Bidding game, teknik ini merupakan metode tawar menawar dimana responden ditawarkan harga yang semakin meningkat sampai nilai maksimum yang mampu dibayarkan.
b.
Open-ended question, yaitu metode pertanyaan terbuka dimana setiap responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa adanya nilai awal yang disarankan kepada mereka.
c.
Close-ended question, serupa dengan open-ended question hanya saja bentuk pertanyaannya tertutup
d.
Payment card, metode ini dilakukan dengan cara menanyakan kepada responden nilai WTP yang akan mereka bayarkan melalui kisaran nilai yang dipresentasikan dengan kartu.
e.
Referendum, responden diberikan suatu nilai melalui sebuah alat pembayaran, kemudian diberikan pertanyaan setuju atau tidak.
3. Memperkirakan rataan dan nilai tengah dari WTP. 4. Memperkirakan kurva penawaran (kurva lelang). Ada dua cara dalam pembuatan kurva penawaran, yaitu: a.
Menggunakan nilai WTP sebagai 15ariable dependen dan 15ariabfaktor yang mempengaruhinya sebagai 15ariable independen
16 Wi = f (I, E, A, Q) .................................................................(1) b.
Menggunakan jumlah kumulatif dari responden yang menjawab suatu nilai WTP.
5. Menjumlahkan data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap nilai total populasi yang dimaksudkan. 3.1.2 Analytical Hierarchy Process Analytical hierarchy process sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah karena beberapa alasan, yaitu : 1. Struktur yang berhirarki 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Analytical hierarchy process juga memiliki kelebihan dalam sistem analisisnya, sebagai berikut : 1. Kesatuan, metode analisis ini membuat permasalahan yang luas menjadi model yang fleksibel dan mudah dipahami. 2. Kompleksitas, memecahkan masalah yang kompleks dengan melalui pendekatan sistem dan integrasi deduktif. 3. Saling ketergantungan, AHP dapat digunakan pada elemen-elemen bebas yang tidak perlu berkaitan secara linier. 4. Struktur
hirarki,
memiliki
pemikiran
ilmiah
yang
cenderung
mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level yang berisi elemen serupa. 5. Pengukuran, terdapat skala pengukuran dan metode untuk menentukan prioritas. 6. Konsistensi, mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas. 7. Sintesis, mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.
17 8. Trade off, mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem, sehingga orang mampu memilih alternatif yang sesuai dengan tujuan mereka. 9. Penilaian dan konsensus, AHP menggabungkan penilaian yang berbeda. 10. Pengulangan proses, mampu mebuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian mereka melalui proses pengulangan. Di samping itu, AHP juga memiliki kelemahan yaitu 1) ketergantungan terhadap input utama, input utama pada AHP berupa persepsi ahli sehingga akan melibatkan subyektifitas dari ahli tersebut dan 2) metode AHP hanya pengujian matematis, sehingga tidak ada batas kepercayaan dan kebenaran dari model yang terbentuk. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Taman Hutan Raya (Tahura) Pancoran Mas memiliki banyak manfaat yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat di sekitar kawasan. Manfaat tersebut dapat berupa nilai guna maupun nilai non guna. Tahura Pancoran Mas sebagai salah satu kawasan konservasi tentunya memiliki manfaat non guna yang lebih banyak dibandingkan dengan nilai guna yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat, sehingga banyak dari masyarakat sekitar Tahura yang menganggap Tahura bukanlah aset penting. Ketidaktahuan masyarakat akan nilai Tahura menyebabkan pengelolaan dan pengawasan Tahura Pancoran Mas tidak optimal. Kawasan dengan luas ± 7 hektar hanya dirawat oleh dua orang pekerja dan tidak adanya pengawasan rutin dari pemerintah membuat kondisi Tahura Pancoran Mas cukup memprihatinkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini persepsi masyarakat terhadap keberadaan Tahura Pancoran Mas dikaji lebih lanjut untuk mengetahui besarnya biaya yang ingin dikeluarkan oleh masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas dan strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk mengembalikan fungsi Tahura Pancoran Mas. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Tahura akan dikaji dengan menggunakan metode analisis deskriptif, kemudian besarnya nilai kesediaan
18 membayar masyarakat ditentukan dengan menggunakan Contingent Valuation Method, faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat menggunakan analisis regresi linear berganda, serta strategi apa yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode AHP. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi pemerintah dalam pengelolaan dan pengawasan Tahura Pancoran Mas. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, dibuat alur kerangka pemikiran seperti dalam Gambar 1 .
19
Taman Hutan Raya Pancoran Mas
Permasalahan
Pengelolaan yang kurang optimal dan tidak adanya pengawasan
Ketidaksadaran masyarakat terhadap manfaat keberadaan Tahura
Keinginan untuk mengembalikan fungsi Tahura
Menganalisis persepsi masyarakat terhadap Tahura
Analisis Deskriptif
Mengestimasi besaran nilai WTP terhadap fungsi Tahura
Analisis WTP
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat
Analisis Regresi Linear Berganda
Rekomendasi kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Tahura
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran
Strategi pengembalian fungsi
AHP
20
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Tahura Pancoran Mas dan masyarakat di sekitar Tahura Pancoran Mas, tepatnya di Rukun Warga (RW) 02 Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas. Pemilihan lokasi tersebut ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Tahura Pancoran Mas berlokasi di RW 02. Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2014.
Lokasi Penelitian
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang diolah secara kuantitatif dan kualitatif yang kemudian diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan alat bantu kuesioner
kepada masyarakat RW 02 Kelurahan
Pancoran Mas dan observasi langsung. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap dinas terkait dan aparat setempat, yaitu Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, staf Kelurahan Pancoran Mas dan tokoh masyarakat setempat. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari instansi terkait dan berbagai pustaka, seperti buku referensi, laporan kegiatan, serta laporan dari instansi terkait.
21 4.3 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan
sampel
untuk
data
primer
menggunakan
metode
convenience sampling atau pengambilan responden yang mudah ditemui dan mempunyai kemampuan sebagai responden (Nazir 1998). Metode ini memiliki kelemahan yaitu peluang dari responden tidak sama, sehingga dapat menimbulkan bias. Jumlah responden yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 45 orang. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang bertempat tinggal di Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas RW 02 yang berbatasan langsung dengan Tahura Pancoran Mas dan 5 orang keypersons dari instansi terkait.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh dianalisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan software Eviews 6 dan Microsoft Excel 2007.Berdasarkan tujuan penelitiannya, maka metode analisis data dijabarkan pada Tabel 4. Tabel 4. Matriks analisis data No.
Tujuan Penelitian
Sumber Data
1
Menganalisis persepsi masyarakat terhadap keberadaan Tahura Pancoran Mas. Mengestimasi besarnya nilai willingness to pay masyarakat terhadap pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas sebagai RTH dan daerah resapan air.
Data Primer (Masyarakat RW 02)
Analisis Kualitatif
Data Primer (Masyarakat RW 02)
Contingent Valuation Method (CVM)
Mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat untuk pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas. Memformulasi strategi pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas
Data Primer (Masyarakat RW 02)
Analisis Regresi Linear Berganda
Data Primer (Judgement dari 5 orang keypersons)
Analytical Hierarchy Process (AHP)
2
3
4
Metode Analisis Data Deskriptif
22
4.4.1 Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menilai seberapa jauh dampak pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas terhadap lingkungan di sekitar kawasan Tahura Pancoran Mas. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu mereduksi data atau menyeleksi data sesuai dengan fokus permasalahan, mendeskripsikan data dalam bentuk narasi, grafik atau tabel, dan yang terakhir adalah membuat kesimpulan dari data yang telah dideskripsikan. Hasil dari data yang telah dianalisis dan diinterpretasi merupakan jawaban dari perumusan masalah dalam penelitian ini. 4.4.2 Estimasi Nilai WTP Masyarakat Terhadap Upaya Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas Nilai WTP dalam penelitian ini akan dihitung menggunakan Contingent Valuation Method. Adapun tahap-tahap dalam metode ini adalah: 1. Membuat pasar hipotetik Pasar hipotetik dibangun dari menurunnya kualitas lingkungan di kawasan Tahura Pancoran Mas yang merupakan daerah resapan air dan ruang terbuka hijau bagi masyarakat di sekitar kawasan tersebut. Skenario: “Keberadaan ruang terbuka hijau di tengah pemukiman yang da di perkotaan memiliki banyak manfaat, seperti penyerap karbon, daerah resapan air, dan sarana rekreasi. Kawasan Tahura Pancoran Mas merupakan salah satu area RTH yang berada di tengah pemukiman. Namun, kondisinya sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, untuk melestarikan kawasan Tahura Pancoran Mas dan agar Tahura Pancoran Mas dapat terus dimanfaatkan sebagai daerah resapan air dan penyedia jasa lingkungan lainnya, pengelola meminta masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian Tahura. Pancoran Mas.”
Dari skenario di atas, responden dapat mengetahui keadaan hipotesis yang akan digunakan sebagai dasar penilaian moneter dari jasa lingkungan kawasan Tahura Pancoran Mas sebagai salah satu usaha pelestarian lingkungan kawasan tersebut. Nilai dari pembayaran jasa lingkungan ditentukan berdasarkan WTP masyarakat. Masing-masing responden akan diwawancarai menggunakan kuesioner yang telah disediakan.
23 2. Menentukan Besarnya Permintaan Teknik yang digunakan adalah closed-ended question yaitu menawarkan sejumlah pilihan nilai tertentu yang bersedia dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik. 3. Memperkirakan Rataan Nilai WTP Nilai WTP dapat diestimasi dengan mengetahui nilai rataan dari penjumlahan nilai WTP masing-masing responden dibagi dengan jumlah responden. Nilai dugaan rataan WTP diperoleh dari persamaan: ∑
.......................................................................(2)
dimana: EWTP
: nilai rataan dugaan WTP
xi
: jumlah tiap data
n
: 40 responden
I
:responden ke-i yang bersedia membayar (i=1,2,3....40)
4. Memperkirakan kurva WTP Kurva WTP akan ditentukan berdasarkan persamaan: WTP = f(jumlah responden, besarnya nilai WTP) Keterangan: Jumlah responden : banyaknya responden yang bersedia membayar pada nilai WTP tertentu (orang) Besarnya nilai WTP : nilai maksimal yang bersedia dibayarkan responden (Rp) 5. Menjumlahkan Data Setelah mengetahui nilai tengah dan rataan dari WTP responden, maka nilai total WTP dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:
TWTP
= ∑ WTPi x ni .........................................................(3)
dimana: TWTP
: total WTP
WTPi
: WTP responden
Ni
: jumlah individu yang bersedia membayar WTP
n
: 40 responden
24 6. Mengevaluasi CVM Tahap ini adalah tahap untuk menentukan atau mengetahui tingkat keberhasilan dari metode ini. Hal ini dapat dilihat dari nilai reliabilitasnya yang diuji menggunakan model Ordinary Least Square (OLS)
4.4.3 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Masyarakat Analisis fungsi WTP dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden. Model yang digunakan untuk analisisi ini adalah model regresi linear berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP dalam penelitian ini adalah: WTP =β0 + β1X1 + β2DX2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6+ β7DX7+ β8DX8+ β9DX9+ ε..............................................................................................(4) dimana: WTP
: nilai WTP responden (Rp)
β0
: konstanta
β1....β15
: koefisien regresi
X1
: usia responden (tahun)
DX2
: jenis kelamin (variabel dummy)
X3
: pendapatan responden (Rp/bulan)
X4
: lama tinggal (tahun)
X5
: tingkat pendidikan responden (tahun)
X6
: jumlah tanggungan keluarga (orang)
DX7
: status kepemilikan (variabel dummy)
DX8
: kenyamanan (variabel dummy)
DX9
: keindahan (variabel dummy)
ɛ
: error atau galat
Variabel yang digunakan dalam persamaan ini adalah variabel demografi dan variabel lingkungan. Variabel demografi dalam persamaan tersebut yaitu variabel usia (X1), jenis kelamin (DX2), pendapatan responden (X3), lamanya responden tinggal di wilayah tersebut (X4), tingkat pendidikan responden (X5), jumlah tanggungan keluarga (X6) status kepemilikan tempat tinggal responden
25 (DX7), sedangkan variabel lingkungan dalam penelitian ini adalah variabel kenyamanan (DX8) dan variabel keindahan (DX9). Variabel-variabel tersebut diduga mempengaruhi besaran nilai WTP responden, baik positif maupun negatif. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, status tempat tinggal, dan lamanya responden tinggal di wilayah tersebut diduga berpengaruh positif terhadap besarnya nilai WTP, sedangkan jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap besarnya nilai WTP. Berbeda dengan variabel demografi, semua variabel lingkungan diduga berpengaruh positif terhadap nilai WTP. Tabel 5. Indikator Pengukuran Nilai WTP No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Variabel WTP X1 DX2 X3 X4 X5
7. 8. 9.
X6 DX7 DX8
Keterangan variabel Willingness to Pay Usia Jenis kelamin Pendapatan Lama tinggal Status kepemilikan tempat tinggal Pendidikan Jumlah tanggungan keluarga Kenyamanan
10.
DX9
Keindahan
Cara pengukuran Tahun Dummy: 1= pria ; 0 = wanita Rp/bulan Tahun Dummy: 1= milik sendiri ; 0 = sewa Tahun Orang Dummy. 1=nyaman ; 0=tidak nyaman Dummy. 1=indah ; 0=tidak indah
4.4.4 Analytical Hierarchy Process Analytical Hierarchy Process adalah suatu metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah keputusan multi kriteria. Farhani (2011) langkah-langkah dalam melakukan metode AHP adalah sebagai berikut: 1.
Menentukan hirarki dari permasalahan yang akan diselesaikan. Masalah yang ada diuraikan
berdasarkan unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan
alternatif, kemudian disusun dalam hirarki. 2.
Menentukan nilai dari kriteria dan alternatif. Nilai alternatif ditentukan berdasarkan pairwise comparisons dari setiap kriteria yang ada.
3.
Menentukan prioritas. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari semua alternatif yang ada.
26 Dalam menentukan prioritas, diperlukan adanya pengujian konsistensi dari matriks alternatif, dimana nilai perbandingan yang dapat diterima dalam metode AHP adalah ≤ 0,1. Model hierarki yang digunakan dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas adalalah struktur hierarki dengan empat tingkatan, yaitu tingkatan faktor yang berpengaruh, tingkatan aktor yang beperan, tingkatan solusi yang ingin dicapai, dan tingkatan strategi alternatif yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi Tahura Pancoran Mas. Uraian tingkatan-tingkatan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Hierarki
pertama,
identifikasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
permasalahan di Tahura Pancoran Mas. Faktor-faktor tersebut adalah: a)
Aspek sumberdaya alam dan ekosistem, berupa ekosistem dan keanekaragaman hayati,sistem penataan lahan, daya dukung lingkungan, dan DAS setempat.
b)
Aspek kesesuaian lahan, yang meliputi penataan zona dalam kawasan Tahura Pancoran Mas.
c)
Aspek sosial budaya, yaitu sikap masyarakat terhadap upaya pengembangan dan keberadaan Tahura Pancoran Mas.
d)
Aspek ekonomi, potensi ekonomi masyarakat setempat yang berkaitan dengan kawasan Tahura.
2.
Hierarki kedua, meliputi aktor-aktor yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan Tahura. Aktor-aktor tersebut adalah: a)
Badan Lingkungan Hidup (BLH). Peran BLH adalah sebagai pengelola Tahura Pancoran Mas.
b)
Pemerintah Kota Depok. Pemkot Depok merupakan aktor yang berperan dalam pembuatan kebijakan pembangunan di kota Depok yang berpengaruh pada pengelolaan Tahura.
c)
Kementerian Kehutanan. Kemenhut merupakan salah satu aktor yang berperan dalam pembuatan aturan pengelolaan kawasan konservasi.
d)
Masyarakat. Masyarakat merupakan aktor yang berperan sangat besar pada penurunan fungsi Tahura Pancoran Mas. Aktivitas
27 masyarakat yang tidak sesuai dengan fungsi Tahura menyebabkan kerusakan pada Tahura Pancoran Mas. 3.
Hierarki ketiga, yaitu solusi yang ingin dicapai. Pada penelitian ini, ada beberapa solusi yang ingin dicapai dari upaya pengembalian fungsi Tahura, yaitu: a)
Rehabilitasi ruang terbuka hijau. Kerusakan Tahura menyebabkan berkurangnya area ruang terbuka hijau yang berpengaruh pada kualitas udara di kawasan tersebut.
b)
Optimalisasi daerah resapan air. Berkurangnya daerah resapan air dapat menyebabkan berbagai bencana alam, salah satunya adalah banjir. Oleh karena itu, dengan adanya daerah resapan air yang cukup dapat mencegah terjadinya banjir sehingga masyarakat terhindar dari kerugian akibat banjir.
c)
Pengembangan wisata. Tahura Pancoran Mas memiliki potensi wisata yang dapat dikemas dalam bentuk paket wisata pendidikan pengenalan lingkungan (ekosistem dan iklim global) yang bisa dilakukan dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan di lingkup kota Depok.
4.
Hierarki keempat, yaitu alternatif strategi yang dapat dilakukan sebagai upaya pengembalian fungsi Tahura. Strategi-strategi tersebut adalah sebagai berikut: a)
Pemantapan kawasan, strategi ini dapat dilakukan dengan cara pemasangan pagar keliling untuk menghindari akses masyarakat yang tidak sejalan dengan pengelolaan kawasan, serta dapat juga dilakukan dengan penataan blok yang lebih jelas pada kawasan Tahura Pancoran Mas.
b)
Pengelolaan potensi sumberdaya alam, alternatif ini meliputi inventarisasi
sumberdaya
alam,
pemeliharaan,
pengawetan
keanekaragaman hayati dan pemanfaatan potensi sumberdaya alam. c)
Perlindungan dan pengawasan kawasan, meliputi pengadaan sarana dan prasarana serta pembangunan jalan patroli, serta penyuluhan kepada masyarakat sekitar.
28 d)
Peningkatan pelayanan pengunjung, dapat dilakukan dengan pembangunan sarana dan prasarana serta penyebaran informasi dan promosi melalui media massa.
e)
Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan, dapat dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan daerah penyangga dan peningkatan peran serta masyarakat.
f)
Penguatan
kelembagaan,
mengembangkan
kerja
alternatif sama
atau
ini
dilakukan
kolaborasi
dengan
pengelolaan
kawasandan peningkatan koordinasi dan integrasi. g)
Pengembangan investasi pemanfaatan dan pengusahaan jasa lingkungan, alternatif ini memungkinkan adanya pemberian izin usaha pariwisata alam.
29
Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas
Aspek SDA & Ekosistem
Aspek Kesesuaian Lahan
BLH
Pemerintah Kota
Rehabilitasi RTH
Pengembangan investasi
Pemantapan kawasan
Kemenhut
Optimalisasi daerah resapan air
Pengelolaan potensi SDA
Aspek Ekonomi
Aspek Sosial-Budaya
Perlindungan & pengamanan kawasan
Masyarakat
Pengembangan wisata
Peningkatan pelayanan
Gambar 3. Skema AHP
Pemberdayaan masyarakat
Penguatan kelembagaan
30 4.4.5 Pengujian Parameter Regresi Parameter regresi pada penelitian ini dapat diuji melalui pengujian statistik dan pengujian asumsi klasik pada model. Pengujian statistik yang dilakukan adalah uji keandalan, uji t dan uji f, sedangkan pengujian asumsi klasik pada model dilakukan melalui uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolineaitas, dan uji heteroskedastisitas. 1. Uji keandalan Uji ini dilakukan untuk menilai berhasil atau tidaknya metode yang dilakukan dalam penelitian ini dilihat dari nilai adjusted R2 (nilai koefisien determinasi) dari OLS (Ordinary Least Square) WTP. Menurut Firdaus (2004), semakin dekat nilai R² dengan satu, maka semakin cocok garis regresi untuk meramalkan Y. Rumus perhitungan R² adalah : ...................................................................................(5) Keterangan: R2
= Koefisien Determinasi
JKR
= Jumlah Kuadrat Regresi
JKT
= Jumlah Kuadrat Total
2. Statistik uji t Uji ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebas secara individual terhadep variabel terikat. Menurut Firdaus (2004), rumus umum untuk mencari nilai thitung dari masing-masing koefisien regresi adalah: t
b .......................................................................................................(6) sb
Hipotesis statistik: Ho : β = 0 (X tidak berpengaruh terhadap Y) H1 : β ≠ 0 (X berpengaruh terhadap Y) Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika thit ≥ ttab atau thit ≤ ttab maka Ho ditolak atau terima Ho jika ttab< thit< ttab , dengan ttabel = t 0,5α;df=n-2
31 3. Statistik uji f Uji ini dilakukan melihat bagaimana pengaruh variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikatnya. Menurut Firdaus (2004), rumus umum untuk mencari nilai fhitung adalah :
............................................................................................(7) Keterangan: JKK
= jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom
JKG
= jumlah kuadrat galat
K
= jumlah peubah
Kriteria uji: Tolak H0 jika Fhit ≥ Ftab, Ftab = Fα(v1,v2) dimana v1 = 1 dan v2 = n 2 4. Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang dikumpulkan berdistribusi normal. Uji ini dilakukan dengan mengamati penyebaran data pada sumbu diagonal dalam grafik. Model memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. 5. Uji multikolinearitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apalah dalam suatu model terdapat hubungan korelasi sempurna atau hampir sempurna antara variabel bebas sehingga sulit untuk memisahkan pengaruh variabel-variabel tersebut secara terpisah terhadap variabel terikat. Pengujian untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Model dikatakan memiliki masalah kolinearitas apabila nilai tolerance< 0,1 atau nilai VIF > 10. 6. Uji heteroskedastisas Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana ragam sisaan untuk tiap pengamatan ke-i dari variabel bebas dalam model regresi tidak sama. Gejala heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan uji Breusch-Pagan, jika setengah nilai dari Jumlah Kuadrat Regresi mendekati sebaran Chi-Square dengan derajat 1, maka dapat dikatakan bahwa model tidak memiliki heteroskedastisitas.
32
7. Uji autokorelasi Cara yang paling sering digunakan untuk menguji autokorelasi adalah dengan statistik uji Durbin-Watson. Menurut Firdaus, 2004 rumus statistik uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut: DW =
∑
– ∑
≈ 2 (1 - ρ) ................................................................................(8)
Selang nilai dan keputusan hasil uji Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Nilai Statistik Durbin-Watson Nilai Durbin-Watson
Kesimpulan
Kurang dari 1,10
Ada autokorelasi
1,10 dan 1,54
Tidak ada kesimpulan
1,55 dan 2,46
Tidak ada autokorelasi
2,46 dan 2,90
Tidak ada kesimpulan
Lebih dari 2,91
Ada autokorelasi
Sumber: Firdaus, 2004
33
V GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Taman Hutan Raya Pancoran Mas yang terletak di Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Kotamadya Depok. Tahura Pancoran Mas terletak pada ketinggian 121 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah 71.559 m2. Tahura Pancoran Mas sebelumnya merupakan Cagar Alam Pancoran Mas, yang dulu merupakan bagian dari tanah milik seorang tuan tanah keturunan Belanda-Perancis bernama Cornells Chastelein. Status tanah ini adalah tanah partikelir atau terlepas dari kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Setelah Chastelein meninggal, tanah tersebut dihibahkan kepada Pemerintah Hindia Belanda yang selanjutnya menetapkan kawasan ini sebagai kawasan Cagar Alam pada tahun 1926. Pada tanggal 4 Agustus 1952 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas dikelola oleh Pemerintah Indonesia dan pada tanggal 7 Mei 1999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas diubah fungsinya menjadi Taman Hutan Raya Pancoran Mas dan dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Depok. Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan Nomor S.688/IV-KK/2007 tanggal 16 Juli 2007 yang menyatakan para pengelola kawasan konservasi harus melakukan penataan blok dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2006, sampai ada peraturan penataan blok di luar kawasan Taman Nasional. Sesuai Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor: 129/Kpts/DJ-VI/1996 disebutkan dalam upaya pencapaian tujuan pengelolaan, kawasan taman wisata alam ditata dalam blok perlindungan dan blok pemanfaatan sesuai potensinya.2 Penataan blok pada kawasan Tahura Pancoran Mas Depok diperlukan dalam rangka pengelolaan kawasan dan potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara efektif untuk memperoleh manfaat yang optimal dan tetap lestari. Penetapan blok Tahura Pancoran Mas Depok ditentukan berdasarkan: 10 potensi sumberdaya alam dan ekosistemnya, 2) tingkat interaksi dengan 2
Anonim, Penataan Blok Tahura Pancoran Mas Depok, hal. 3
34 masyarakat setempat, 3) kepentingan efektifitas pengelolaan kawasan yang harus dilakukan.3 Wilayah pemukiman terdekat dan berbatasan langsung dengan Tahura Pancoran Mas adalah RW 02 Kelurahan Pancoran Mas. Wilayah RW 02 Kelurahan Pancoran Mas terdiri dari 5 RT dengan 365 KK.
5.2 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini merupakan warga RW 02 Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas yang berbatasan langsung dengan Tahura Pancoran Mas. Karakteristik responden yang diamati antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, status tempat tinggal, dan lama tinggal. 5.2.1 Usia Responden Usia responden pada penelitian ini cukup beragam yaitu antara 27-70 tahun. Mayoritas responden berusia ≥53 tahun yaitu sebanyak 17 orang (42,5%). Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada gambar 4.
12%
43%
26-34 32%
13%
35-43 44-52 ≥53
Gambar 4. Karakteristik Usia Responden 5.2.2 Jenis Kelamin Responden Responden pada penelitian ini mayoritas adalah laki-laki yaitu sebanyak 23 orang atau 57,5% dan responden perempuan sebanyak 17 orang (42,5%). Sebaran responden penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5.
3
Anonim, Penataan Blok Tahura Pancoran Mas Depok, hal.4
35
43% 57%
Laki-laki Perempuan
Gambar 5. Karakteristik Jenis Kelamin Responden 5.2.3 Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini terbagi menjadi 6 kategori yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA, diploma dan sarjana. Tingkat pendidikan responden terbanyak pada penelitian ini adalah SMA yaitu sebanyak 12 orang (30%). Terdapat 1 orang responden yang tidak sekolah (2,5%). Sebaran tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada gambar 6.
8%
10%
2%
Tidak sekolah 22%
SD SMP
30%
28%
SMA Diploma Sarjana
Gambar 6. Karakteristik Pendidikan Responden 5.2.4 Tingkat Pendapatan Responden Tingkat pendapatan responden pada penelitian ini cukup bervariasi. Sebanyak
15 orang (37,5%)
responden memiliki pendapatan di antara Rp
500.001 – Rp 1.500.000 dan hanya 1 orang yang memiliki pendapatan di atas Rp 3.500.001. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada gambar 7.
36 ≤ 500.000 3%
7% 500.0011.500.000
28% 37%
1.500.0012.500.000
25%
2.500.0013.500.000 ≥ 3.500.001
Gambar 7. Karakteristik Pendapatan Responden 5.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden pada penelitian ini memiliki jumlah tanggungan keluarga yang beragam. Sebanyak 13 orang (32,5%) memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 2 orang dan hanya 1 orang (2,5%) yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 7 orang. Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada gambar 8.
10%
33%
14% 19%
24%
2 3 4 5 7
Gambar 8. Karakteristik Jumlah Tanggungan Keluarga Responden 5.2.6 Status Kepemilikan Tempat Tinggal Sebagian besar responden penelitian ini tinggal di rumah milik sendiri yaitu sebanyak 28 orang (70%) dan 12 orang (30%) responden tinggal di rumah sewa atau kontrak. Sebaran responden berdasarkan status tempat tinggal dapat dilihat pada gambar 9.
37
30% Sewa 70%
Milik sendiri
Gambar 9. Karakteristik Status Kepemilikan Tempat Tinggal Responden 5.2.7 Lama tinggal Lama tinggalnya responden mempengaruhi besarnya nilai wtp yang akan dibayarkan. Semakin lama tinggal responden, tingkat kepedulian seseorang terhadap lingkungan sekitarnya cenderung semakin tinggi. Mayoritas responden di lokasi penelitian sebanyak 26 orang (65%) tinggal selama lebih dari 21 tahun. Sebaran responden berdasarkan lama tinggal dapat dilihat pada gambar 10.
7%
≤ 5 tahun
10% 13%
65%
5%
6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun ≥ 21 tahun
Gambar 10. Karakteristik Lama Tinggal Responden
38
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Tahura Pancoran Mas Taman Hutan Raya Pancoran Mas memiliki nilai yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan kehidupan perkotaan, sebagai daerah penyerapan untuk penyediaan air tanah, pencegah banjir, penyerap karbon, pengatur iklim mikro, dan sebagai sarana untuk rekreasi bagi masyarakat perkotaan. Pandangan masyarakat sekitar terhadap Tahura Pancoran Mas perlu diketahui untuk memberikan gambaran sejauh mana masyarakat mengetahui fungsi dari adanya Tahura Pancoran Mas. Hasil penelitian terhadap 40 responden menyatakan bahwa sebanyak 36 orang (90%) responden mengetahui fungsi dari keberadaan Tahura Pancoran Mas, sedangkan 4 orang (10%) lainnya tidak mengetahui fungsi Tahura Pancoran Mas. Persepsi masyarakat terhadap fungsi Tahura Pancoran Mas dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Persepsi Masyarakat terhadap Fungsi Tahura Pancoran Mas Pengetahuan Jumlah Responden Masyarakat tentang Fungsi Tahura Pancoran Mas Ya 36 Tidak 4 Jumlah 40 Sumber: Data primer, diolah (2014)
Persentase (%)
90,00 10,00 100,00
Dari 36 orang responden yang mengetahui fungsi Tahura Pancoran Mas, sebanyak 16 orang (44,44 %) menjawab fungsi Tahura Pancoran Mas adalah sebagai daerah resapan air dan pencegah banjir, 11 orang (30,56 %) menjawab fungsi Tahura Pancoran Mas sebagai sarana rekreasi, dan 9 orang (25 %) menjawab fungsi Tahura Pancoran Mas sebagai penyerap karbon. Persentase persepsi masyarakat tentang fungsi Tahura Pancoran Mas dapat dilihat pada gambar 11.
39
25%
44%
Daerah resapan air dan pencegah banjir Sarana rekreasi
31%
Penyerap karbon
Gambar 11. Persentase Pengetahuan Masyarakat Terhadap Fungsi Tahura Pancoran Mas Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 40 responden, sebanyak 12 orang (30 %) merupakan pendatang dan 28 orang (70 %) sisanya merupakan penduduk asli. Baik pendatang maupun penduduk asli tidak mempengaruhi pengetahuan masyarakat terhadap fungsi Tahura dan tingkat kepedulian responden terhadap kondisi Tahura Pancoran Mas. Akibat kerusakan Tahura Pancoran Mas, kondisi lingkungan di sekitar kawassan Tahura juga mengalami perubahan, seperti kualitas udara dan sering terjadi banjir. Beberapa indikator menurunnya kualitas lingkungan di sekitar Tahura Pancoran Mas dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Lingkungan di Sekitar Tahura Pancoran Mas No. 1. 2. 3.
4. 5.
Kondisi Lingkungan Sangat nyaman
Keterangan
Udara masih sejuk, tidak banjir, tidak banyak sampah Nyaman Udara kurang sejuk, tidak banjir, tidak banyak sampah Cukup nyaman Udara kurang sejuk, tidak banjir, ada sampah tapi tidak banyak Tidak nyaman Udara panas, banjir, ada sampah tapi tidak banyak Sangat tidak Udara panas, banjir, banyak nyaman sampah
Jumlah (orang) 0
Persentase (%) 0,00
7
17,5
9
22,5
11
27,5
13
32,5
40 6.2 WTP Masyarakat Terhadap Upaya Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas Estimasi nilai willingness to pay dalam penelitian ini menggunakan metode payment card CVM dengan nilai bid yang ditawarkan adalah Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 15.000, dan Rp 20.000. Penentuan starting point nilai bid berdasarkan harga bibit pohon kikoneng yang ada di Tahura Pancoran Mas. Pasar hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Keberadaan ruang terbuka hijau di tengah pemukiman yang da di perkotaan memiliki banyak manfaat, seperti penyerap karbon, daerah resapan air, dan sarana rekreasi. Kawasan Tahura Pancoran Mas merupakan salah satu area RTH yang berada di tengah pemukiman. Namun, kondisinya sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, untuk melestarikan kawasan Tahura Pancoran Mas dan agar Tahura Pancoran Mas dapat terus dimanfaatkan sebagai daerah resapan air dan penyedia jasa lingkungan lainnya, pengelola meminta masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian Tahura Pancoran Mas.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan 40 orang responden yang tinggal di sekitar kawasan Tahura Pancoran Mas, 27 orang (67,5 %) responden menyatakan kesediaannya untuk membayar, sedangkan 13 orang
(32,5 %) sisanya
menyatakan tidak bersedia membayar untuk upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas. Tabel 9. Kesediaan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pasar Hipotesis yang Dibangun Kesediaan Berpartisipasi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Bersedia
27
67,5
Tidak Bersedia
13
32,5
Total
40
10
Adapun alasan masyarakat yang tidak bersedia berpartisipasi dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas dapat dilihat pada tabel 10.
41 Tabel 10. Alasan Masyarakat Tidak Bersedia Berpartisipasi dalam Upaya Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas Alasan Jumlah Responden Persentase Ketidaksediaan Tidak mampu 3 23,08 membayar Tahura merupakan 10 76,92 tanggung jawab pemerintah Total 13 100,00 Analisis nilai WTP terhadap upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas pada penelitian ini menggunakan CVM (Contingent Valuation Method), dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1.
Membangun pasar hipotetik Responden diberikan informasi tentang fungsi Tahura Pancoran Mas sebagai
daerah resapan air, ruang terbuka hijau, sarana rekreasi, dan sebagai sarana wisata pendidikan sehingga responden memiliki gambaran tentang pasar hipotetik yang dibangun dan mengetahui berapa besar jumlah yang bersedia dibayarkan. 2.
Memperoleh nilai permintaan WTP Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara langsung menggunakan
kuisioner dengan metode payment card, di mana responden dapat memilih langsung nilai WTP yang bersedia dibayarkan. Starting point WTP pada penelitian ini adalah Rp 5.000. Nilai tersebut didapatkan dari perkiraan harga penanaman 1 pohon kikoneng. 3.
Menghitung dugaan nilai rataan WTP Dugaan nilai rataan WTP responden dihitung berdasarkan sebaran data WTP
responden. Hasil sebaran data WTP responden dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Dugaan Nilai Rataan WTP Responden terhadap Upaya Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas WTP (Rp/Bulan) 5000 10000 15000 20000 Total
Jumlah Responden 5 10 7 5
Frekuensi Kumulatif Responden 27 22 12 5
Mean WTP (Rp) 925,93 3703,70 3888,89 3703,70 12222,22
42
4.
Menduga kurva permintaan WTP Kurva permintaan WTP responden dibentuk berdasarkan nilai WTP yang
bersedia dibayarkan responden terhadap upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas. Kurva WTP menggambarkan hubungan antara tingkat WTP yang ingin dibayarkan dengan jumlah responden yang bersedia membayar pada tingkat tersebut. Kurvapermintaan WTP memiliki nilai slope yang negatif, artinya semakin tinggi nilai WTP yang diminta, semakin sedikit individu yang bersedia membayar. Kurva permintaan WTP dapat dilihat pada Gambar 12.
WTP 30 25 20 15
WTP
10
Linear (WTP)
5 0 0
10000
20000
30000
Gambar 12. Kurva Permintaan WTP 5.
Menentukan total WTP Nilai total WTP diperoleh dari hasil kali nilai rata-rata WTP responden
dengan jumlah penduduk RW 02 yaitu 365 KK, sehingga diperoleh total WTP sebesar Rp 4.461.110,3. Nilai total WTP responden diduga sebesar Rp 330.000. Tabel 12. Total WTP Responden terhadap Upaya Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas WTP (Rp/Bulan) 5000 10000 15000 20000 Total
Jumlah Responden (KK)
Frekuensi Kumulatif Responden
5 10 7 5
27 22 12 5
Total WTP (Rp) 25000 100000 105000 100000 330000
43
6.
Mengevaluasi penggunaan CVM Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda yang dilakukan, diperoleh
adjusted R-square model pada penelitian ini sebesar 0,517656, artinya keragaman nilai WTP mampu dijelaskan oleh model sebesar 51,72%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
6.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Responden Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP dilakukan dengan menggunakan teknik regresi linear berganda. Tujuh variabel yang diduga mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat, yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pendapatan, lama tinggal, jumlah tanggungan keluarga dan status kepemilikan tempat tinggal. Hasil analisis nilai WTP pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C JK JTK KEINDAHAN KENYAMANAN KEPEMILIKAN LMT PENDAPATAN PENDIDIKAN USIA
-11403.66 -2788.150 -322.9464 542.5334 599.1213 7895.446 -159.8093 0.006557 120.6453 154.1467
7288.807 1742.706 984.9142 2131.038 2542.613 4413.484 97.04021 0.001343 295.5406 155.2394
-1.564545 -1.599897 -0.327893 0.254586 0.235632 1.788937 -1.646835 4.883136 0.408219 0.992961
0.1282 0,1201 0.7453 0.8008 0.8153 0.0837 0.1100 0.0000 0.6860 0.3287
R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.628966
Mean dependent var
8250.000
0.517656 4945.434 7.34E+08 -391.2527 5.650570 0.000143
S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
7120.753 20.06264 20.48486 20.21530 1.955964
VIF
1.21 2.22 1.78 2.62 6.69 6.38 2.60 1.86 5.84
44 Persamaan regresi yang dihasilkan dari hasil uji model persamaan pada penelitian ini adalah: WTP = -11403,66 + 154,1467 X1 – 2788,150 DX2 + 0,006557 X3 – 159,8093 X4 + 120,6453 X5 – 322,9464 X6 + 7895,446 DX7 + 599,1213 DX8 + 542,5334 DX9 Keterangan: WTP
: Nilai WTP Responden (Rp/bulan)
X1
: Usia
DX2
: Jenis kelamin (1 = laki-laki ; 0 = perempuan)
X3
: Pendapatan (Rp/bulan)
X4
: Lama tinggal (tahun)
X5
: Pendidikan (tahun)
X6
: Jumlah tanggungan keluarga (orang)
DX7
: Status kepemilikan tempat tinggal (1 = milik sendiri ; 0 = sewa/kontrak)
DX8
: Kenyamanan (1 = nyaman ; 0 = tidak nyaman)
DX9
: Keindahan (1 = indah ; 0 = tidak indah)
(tahun)
Model pada penelitian ini memiliki nilai R-square sebesar 62,89 %, artinya keragaman WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel-variabel dalam model sebesar 62,89 % dan 37,11 % lainnya dijelaskan oleh variabel di luar model . Hasil uji F pada penelitian ini diperoleh nilai Fhitung = 5,650570 dengan nilai probabilitas 0,000143 < α = 0,15 sehingga dapat dikatakan model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata 15% atau α = 0,15 1.
Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap WTP Hasil uji T menunjukkan nilai thitung sebesar -1,599897 atau nilai probabilitas
0,1201 < α = 0,15, artinya jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien -2788,150 dapat diinterpretasikan bahwa beda rata-rata nilai WTP antara laki-laki dengan perempuan sebesar -2788,150 rupiah. Menurut teori ekonomi, variabel ini memiliki tanda parameter estimasi yang tidak sesuai. Hal ini disebabkan pada saat survey lapang, keuangan rumah tangga yang diserahkan sepenuhnya kepada istri. Oleh karena itu, WTP yang dibayarkan laki-laki lebih rendah dari perempuan.
45 2.
Pengaruh Usia Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai thitung sebesar 0,992961 atau nilai probabilitas
0,3287 > α = 0,15, artinya usia tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 154,1467 dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan usia satu tahun maka WTP yang bersedia dibayarkan meningkat sebesar 154,1467 rupiah. Hal ini sesuai dengan hipotesis, di mana semakin bertambah usia seseorang cenderung mempengaruhi pola pikir dan kepeduliannya terhadap lingkungan. 3.
Pengaruh Pendapatan Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai thitung sebesar 4,883136 atau nilai probabilitas
sebesar 0,0000 < α = 0,15, artinya pendapatan berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 0,006557 dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan pendapatan sebesar satu rupiah akan menaikkan WTP sebesar 0,006557 rupiah. Hal ini sesuai dengan hipotesis, di mana semakin bertambahnya pendapatan, maka akan menaikkan nilai WTP yang ingin dibayarkan 4.
Pengaruh Pendidikan Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai thitung sebesar 0,408219 atau nilai probabilitas
sebesar 0,6860 > α = 0,15, artinya pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 120,6453 dapat diinterpretasikan bahwa setiap tingkat pendidikan naik satu tahun akan menaikkan WTP sebesar 120,6453 rupiah. Hal ini sesuai dengan hipotesis, di mana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pola pikirnya terhadap lingkungan yang lebih baik. 5.
Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai thitung sebesar -0,327893 atau nilai probabilitas
0,7453 > α = 0,15, artinya jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar -322,9464 dapat diinterpretasikan bahwa apabila jumlah tanggungan keluarga bertambah satu orang, maka WTP yang bersedia dibayarkan akan berkurang sebesar 322,9464 rupiah. Hal ini sesuai dengan hipotesis, di mana semakin banyak jumlah tanggungan keluarga seseorang, semakin sedikit nilai WTP yang bersedia dibayarkan.
46 6.
Pengaruh Status Kepemilikan Tempat Tinggal Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai thitung sebesar 1,788937 atau nilai probabilitas
0,0837 < α = 0,15, artinya status kepemilikan tempat tinggal berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 7895,446 dapat diinterpretasikan bahwa beda rata-rata WTP antara orang yang status tempat tinggalnya milik sendiri dengan orang yang status tempat tinggalnya sewa/kontrak adalah sebesar 7895,446 rupiah. Hal ini sesuai dengan hipotesis, di mana responden dengan status tempat tinggal milik sendiri lebih peduli dengan kondisi lingkungan sekitarnya. 7.
Pengaruh Lama Tinggal Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai thitung sebesar -1,646835 atau nilai probabilitas
sebesar 0,1100 < α =0,15, artinya lama tinggal berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar -159,8093 dapat diinterpretasikan bahwa apabila lama tinggal bertambah satu tahun akan menurunkan nilai WTP sebesar 159,8093 rupiah. Menurut teori ekonomi, tanda parameter estimasi variabel ini tidak sesuai. Hal ini disebabkan oleh hasil survey lapang, di mana responden yang tinggal lebih lama di sekitar Tahura Pancoran Mas tidak merasa bertanggung jawab terhadap kerusakan Tahura Pancoran Mas. 8.
Pengaruh Kenyamanan Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai thitung sebesar 0,235632 atau nilai probabilitas
sebesar 0,8153 > 0,15, artinya kenyamanan tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 599,1213 dapat diinterpretasikan bahwa beda ratarata nilai WTP antara masyarakat yang merasa lingkungannya nyaman dengan yang menganggap lingkungannya tidak nyaman adalah sebesar 599,1213. Tanda parameter estimasi pada variabel ini sudah sesuai dengan teori ekonomi, di mana masyarakat yang menganggap lingkungannya nyaman akan membayar lebih tinggi dibanding yang merasa lingkungannya tidak nyaman. 9.
Pengaruh Keindahan Terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai thitung sebesar 0,254586 atau nilai probabilitas
sebesar 0,8008 > 0,15, artinya keindahan tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 542,5334 dapat diinterpretasikan bahwa beda rata-rata nilai WTP antara masyarakat yang menganggap lingkungannya indah dengan
47 yang menganggap lingkungannya tidak indah adalah sebesar 542,5334. Tanda parameter estimasi pada variabel ini sesuai dengan teori ekonomi di mana masyarakat yang menganggap lingkungannya indah akan membayar lebih tinggi dibandingkan dengan yang menganggap lingkungannya tidak indah. Pengujian ekonometrika juga dilakukan terhadap model dengan menggunakan uji asumsi klasik. Pada penelitian ini, model sudah memenuhi kriteria uji asumsi klasik. Adapun hasil dari masing-masing uji tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance
Inflation Factor (VIF). Tabel hasil analisis regresi linear berganda pada tabel 13 menunjukkan bahwa semua variabel bebas pada model memiliki nilai VIF < 10 sehingga dapat dinyatakan model bebas dari masalah multikolinearitas. 2.
Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi pada model dapat dilakukan dengan melihat nilai
Durbin-Watson pada tabel 13 yaitu 1,96. Firdaus (2004) menyatakan bahwa jika nilai Durbin-Watson berada pada selang antara 1,55 – 2,46 maka tidak terjadi pelanggaran autokorelasi pada model. 3.
Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas pada model dilakukan dengan uji White, yang
dapat dilihat pada tabel 14. Nilai p-value yang dihasilkan pada tabel 13 adalah 0,6175 > α = 0,15. Hal ini menunjukkan bahwa model memenuhi asumsi homoskedastisitas. Tabel 14. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White Heteroskedasticity Test: White F-statistic
1.531328
Obs*R-squared
12.59144
Scaled explained SS
7.188293
Prob. F(9,30) Prob. ChiSquare(9) Prob. ChiSquare(9)
0.1823 0.1820 0.6175
48 4.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
yang dapat dilihat pada gambar 13. Pada gambar 13, dapat dilihat nilai p-value yang dihasilkan adalah 0,888526 > α = 0,15. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal. 12
Series: Residuals Sample 1 40 Observations 40
10
8
6
4
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-3.98e-13 92.57595 9915.427 -11245.56 4337.433 -0.187710 3.029821
Jarque-Bera Probability
0.236382 0.888526
0 -10000
-5000
0
5000
10000
Gambar 13. Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
6.4 Alternatif Kebijakan dalam Upaya Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas Depok 6.4.1 Analisis Posisi dan Peran Setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal Pengolahan secara horizontal menggambarkan hubungan antara elemenelemen dalam satu tingkat hierarki dengan elemen-elemen pada tingkat hierarki yang berbeda. Dari hasil pengolahan data secara horizontal akan terlihat pengaruh suatu elemen terhadap elemen lain yang berada pada hierarki di bawahnya. 1.
Hubungan Aspek dengan Aktor Dari hasil pengolahan horizontal, dapat dilihat bahwa aktor Badan
Lingkungan Hidup berperan dalam aspek sumberdaya alam dan ekosistem, aktor Kemenhut berperan dalam aspek kesesuaian lahan dan aspek ekonomi, aktor Masyarakat dan Pemkot Depok berperan dalam aspek sosial dan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas dapat terwujud dengan pengelolaan kolaboratif berbagai pihak.
49 Tabel 15. Hasil Pengolahan Horizontal Hubungan Aspek dengan Aktor Elemen Aktor BLH Pemkot Kemenhut Masyarakat RI 2.
SDAL dan Ekosistem 0,470 0,291 0,161 0,078 0,020
Elemen Aspek Kesesuaian Sosial Lahan Budaya 0,266 0,208 0,132 0,322 0,148 0,535 0,067 0,322 0,070 0,008
Ekonomi 0,383 0,215 0,236 0,166 0,020
Hubungan Aktor dengan Solusi Dari hasil pengolahan horizontal, dapat dilihat bahwa solusi Rehabilitasi
RTH merupakan solusi yang paling ingin dicapai oleh aktor BLH, Pemkot Depok, dan Kemenhut, sedangkan bagi aktor Masyarakat, solusi yang paling ingin dicapai adalah solusi optimalisasi daerah resapan air. Dengan adanya rehabilitasi RTH, kondisi lingkungan di sekitar Tahura Pancoran Mas akan menjadi semakin lebih baik dan memungkinkan dua solusi lainnya untuk tercapai Tabel 16. Hasil Pengolahan Horizontal Hubungan Solusi dengan Aktor Elemen Aktor BLH Pemkot Kemenhut Masyarakat Rehabilitasi RTH 0,221 0,697 0,481 0,675 Optimalisasi Daerah Resapan Air 0,120 0,353 0,101 0,676 Pengembangan Pariwisata 0,182 0,166 0,224 0,103 RI 0,020 0,008 0,040 0,040 Elemen Solusi
3.
Hubungan Solusi dengan Alternatif Hasil pengolahan horizontal menunjukkan bahwa alternatif perlindungan
dan pengawasan kawasan merupakan alternatif yang paling efektif untuk mencapai solusi rehabilitasi RTH, karena dengan melakukan perlindungan dan pengawasan lingkungan, seperti pengadaan sarana dan prasarana, pembangunan jalan patroli, penyuluhan kepada masyarakat sekitar akan sangat membantu rehabilitasi RTH. Alternatif pengelolaan potensi sumberdaya alam merupakan alternatif yang paling efektif untuk mencapai solusi optimalisasi daerah resapan air, karena dengan pengelolaan potensi sumberdaya alam yang baik, meliputi inventarisasi sumberdaya alam, pemeliharaan, pengawetan keanekaragaman hayati dan
50 pemanfaatan potensi sumberdaya alam, akan sangat berpengaruh untuk menjaga bahkan meningkatkan kondisi Tahura Pancoran Mas, sehingga dapat mengurangi resiko banjir. Pengembangan investasi pemanfaatan dan pengusahaan jasa lingkungan dinilai sebagai alternatif yang paling efektif untuk mencapai solusi pengembangan pariwisata, karena alternatif ini memungkinkan adanya pemberian izin usaha pariwisata alam di Tahura Pancoran Mas. Tabel 17. Hasil Pengolahan Horizontal Hubungan Solusi dengan Alternatif
Elemen Alternatif Pemantapan kawasan Pengelolaan SDA Perlindungan & pengawasan kawasan Peningkatan pelayanan pengunjung Pemberdayaan masyarakat Penguatan kelembagaan Pengembangan investasi RI
Rehabilitasi RTH 0,281 0,190 0,244
Elemen Solusi Optimalisasi Daerah Resapan Air 0,169 0,322 0,196
Pengembangan Pariwisata 0,187 0,148 0,118
0,045
0,045
0,139
0,108
0,087
0,057
0,058
0,087
0,088
0,075
0,094
0,263
0,040
0,030
0,020
6.4.2 Analisis Hasil Pengolahan Secara Vertikal Pengolahan AHP secara vertikal bertujuan untuk melihat peran setiap elemen pada tingkat hierarki tertentu terhadap sasaran utama atau goal. Hasil pengolahan vertikal pada elemen tingkat satu, yaitu elemen faktor didapatkan bahwa aspek sumberdaya alam dan ekosistem memiliki bobot terbesar yaitu 0,580. Aspek sumberdaya alam dan ekosistem meliputi keanekaragaman hayati yang berada di Tahura Pancoran Mas, sistem penataan lahan, daya dukung lingkungan, dan daerah aliran sungai setempat. Oleh karena itu, aspek sumberdaya alam dan ekosistem menjadi prioritas utama dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas.
51 Hasil pengolahan pada elemen tingkat dua, yaitu elemen aktor menunjukkan aktor Badan Lingkungan Hidup (BLH) memiliki bobot terbesar yaitu 0,370. Badan Lingkungan Hidup sebagai pengelola langsung Taman Hutan Raya Pancoran Mas tentunya memiliki peran yang besar terhadap strategi-strategi pengembangan Tahura Pancoran Mas. Oleh karena itu, BLH menjadi prioritas utama dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas. Pengolahan pada elemen tingkat selanjutnya adalah elemen solusi yang bertujuan untuk melihat solusi apa yang paling ingin dicapai. Dari hasil pengolahan pada tingkat ini dapat dilihat bahwa solusi rehabilitasi RTH memiliki bobot terbesar yaitu 0,592. Rehabilitasi RTH menjadi solusi yang paling ingin dicapai, karena apabila fungsi Tahura Pancoran Mas diperbaiki dan menghasilkan kondisi RTH yang optimal akan berdampak pada lingkungan sekitar kawasan, misalnya udara menjadi lebih sejuk dan mengurangi efek polusi. Pengolahan pada elemen tingkat empat menunjukkan elemen alternatif yang diprioritaskan adalah alternative strategi pemantapan kawasan dengan bobot 0,232. Pemantapan kawasan meliputi penataan blok yang lebih jelas pada kawasan Tahura Pancoran Mas, sehingga ada batasan yang jelas antara blok yang dapat dimanfaatkan masyarakat dengan blok perlindungan yang merupakan fungsi inti dari Tahura Pancoran Mas. Prioritas alternatif strategi berikutnya adalah pengelolaan potensi sumberdaya alam, yaitu inventarisasi dan pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ada, serta pemeliharaan dan pengawetan sumberdaya keanekaragamanhayati.Strategi ketiga yang dipilih oleh decision makers adalah perlindungan dan pengawasan kawasan, strategi ini dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar Tahura Pancoran Mas tentang manfaat adanya Tahura Pancoran Mas, pembangunan sarana dan prasarana patroli, serta adanya pengawasan rutin dari pihak BLH.
52
Tabel 18. Hasil Pengolahan Vertikal No. 1.
2.
3.
4.
Elemen Aspek SDAL dan ekosistem Kesesuaian lahan Sosial budaya Ekonomi Total
Bobot
Prioritas 0,498 0,274 0,139 0,088 0,999
1 2 3 4
Aktor BLH Kemenhut Pemerintah Kota Depok Masyarakat Total
0,370 0,268 0,245 0,117 1
1 2 3 4
Solusi Rehabilitasi RTH Optimalisasi daerah resapan air Pengembangan wisata Total
0,592 0,230 0,176 0,998
1 2 3
Alternatif Pemantapan kawasan Pengelolaan potensi SDA
0,232 0,213
1 2
Perlindungan dan pengawasan kawasan
0,210
3
0,112
4
0,094 0,070
5 6
0,061 0,992
7
Pengembangan investasi pemanfaatan dan pengusahaan jasa lingkungan Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Penguatan kelembagaan Peningkatan pelayanan pengunjung Total
53
Pengembalian Fungsi Tahura Pancoran Mas
Aspek SDA & Ekosistem (0,498)
Aspek Kesesuaian Lahan (0,274)
BLH (0,370)
Pemerintah Kota (0,245)
Rehabilitasi RTH (0,592)
Pengembangan investasi
(0,112)
Pemantapan kawasan (0,238)
Kemenhut (0,268)
Optimalisasi daerah resapan air (0,230)
Pengelolaan potensi SDA (0,213)
Aspek Ekonomi (0,088)
Aspek Sosial-Budaya (0,139)
Perlindungan & pengamanan kawasan (0,210)
Masyarakat (0,117)
Pengembangan wisata (0,176)
Peningkatan pelayanan (0,061)
Gambar 14. Skema Bobot AHP
Pemberdayaan masyarakat (0,094)
Penguatan kelembagaan (0,070)
54 6.5 Implikasi dan Rekomendasi Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 107/Kpts-II/2003, dalam rangka kelancaran tugas pengelolaan Taman Hutan Raya perlu diberikan tugas pembantuan kepada Gubernur atau Bupati/Walikota. Tugas pembantuan pengelolaan Taman Hutan Raya tersebut meliputi pembangunan, pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan Taman Hutan Raya dengan koordinasi dengan Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam setempat. Taman Hutan Raya Pancoran Mas sendiri pengelolaannya diserahkan kepada Badan Lingkungan Hidup Kota Depok. Namun, pada pelaksanaannya Tahura Pancoran Mas ternyata hanya dirawat oleh dua orang penjaga yang merupakan masyarakat sekitar Tahura Pancoran Mas. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi antara BLH dengan masyarakat sekitar Tahura Pancoran Mas. Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
persepsi
masyarakat
terhadap
keberadaan Tahura Pancoran Mas. Kenyamanan dan keindahan lingkungan dengan adanya Tahura Pancoran Mas menjadi tolak ukur nilai keberadaan Tahura bagi sebagian masyarakat. Tahura Pancoran Mas memiliki manfaat sebagai penyerap polusi, daerah resapan air, dan sebagai sarana rekreasi. Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Tahura Pancoran Mas bersedia membayar untuk manfaat yang diperoleh dengan keberadaan Tahura Pancoran Mas sebesar, dengan total WTP masyarakat sebesar Rp 4.461.110,3. Pengelolaan Tahura Pancoran Mas memerlukan koordinasi dari berbagai pihak terkait seperti Pemkot, BLH, Kemenhut, dan masyarakat. Pihak pengelola Tahura Pancoran Mas dapat melakukan penataan blok yang lebih jelas antara blok pemanfaatan dan blok inti atau blok pelestarian agar pemanfaatan sumberdaya alam dan ekosistem pada Tahura Pancoran Mas dapat sejalan dengan upaya pelestarian Tahura Pancoran Mas dan pengelolaan potensi yang ada dalam kawasan seperti adanya jenis tumbuhan kikoneng (Arcangelisia flava) yang merupakan tumbuhan langka tetapi dapat ditemukan di kawasan Tahura Pancoran Mas, disertai dengan pengawasan yang rutin minimal sebulan sekali agar kawasan Tahura tetap terjaga
kondisinya. Pengawasan dapat
dilakukan
dengan
pembangunan jalan patroli dan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat.
55
VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Persepsi masyarakat sekitar Tahura Pancoran Mas terhadap keberadaan Tahura Pancoran Mas cukup baik, artinya sebagian masyarakat menganggap keberadaan Tahura Pancoran Mas berpengaruh terhadap lingkungan di sekitar pemukiman mereka.
2.
Sebanyak 27 responden (67,5%) responden bersedia membayar untuk upaya pengembalian Tahura Pancoran Mas, sedangkan 13 orang (32,5 %) sisanya tidak bersedia membayar. Nilai rata-rata WTP masyarakat adalah sebesar Rp 12.222,22, dengan total WTP responden sebesar Rp 330.000 dan total WTP masyarakat sebesar Rp 4.461.110,3.
3.
Variabel jenis kelamin (DX2), lama tinggal (X4), pendapatan (X3), dan status kepemilikan (DX7) berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata 15%. Hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan pengelola Tahura Pancoran Mas untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan Tahura.
4.
Struktur hierarki pengambilan keputusan untuk alternatif kebijakan dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas dengam metode AHP terdiri dari kriteria (aspek SDA dan ekosistem, aspek kesesuaian lahan, aspek sosial budaya, dan aspek ekonomi), aktor (BLH, Pemkot Depok, Kemenhut, dan masyarakat), solusi (rehabilitasi RTH, optimalisasi daerah resapan air, dan pengembangan wisata), dan alternatif (pemantapan kawasan, pengelolaan potensi SDA, perlindungan dan pengawasan kawasan, peningkatan pelayanan pengunjung, pemberdayaan masyarakat sekitar, penguatan kelembagaan, dan pengembangan investasi pemanfaatan dan pengusahaan jasa lingkungan). Alternatif yang dipilih oleh decision maker adalah alternatif pemantapan kawasan.
56 7.2 Saran Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Masyarakat diharapkan dapat lebih peduli dan memperhatikan kawasan Tahura Pancoran Mas agar jasa lingkungan dan manfaat lain dari Tahura Pancoran Mas dapat terus dirasakan hingga generasi mendatang.
2.
Pemerintah dan pihak pengelola diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dan perbaikan sarana dan pra sarana kawasan Tahura Pancoran Mas. Selain itu, diperlukan pengoptimalan sumberdaya alam yang ada di Tahura Pancoran Mas.
3.
Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian tentang potensi Tahura Pancoran Mas secara spesifik dan mendalam..
57
DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 2012. Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pendekatan Ecoshopy bagi Penyelamatan Bumi. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Amanda, S. 2009. Analisis Willingness to Pay Pengunjung Objek Wisata Danau Situ Gede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [Anonim]. (no date). [Internet]. [diunduh pada 2013 Desember 29]. Tersedia pada http;//www.pps.unud.ac.id Daryadi L, Titien SR, Endang W, Qurrotu‟aini BP. 2002. Konservasi Lansekap Alam, Lingkungan dan Pembangunan. Jakarta (ID): Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia. [Ditjen PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Kawasan Konservasi. (no date). [Internet]. [diunduh pada 20 januari 2014]. Tersedia pada http;//dephut.go.id Dosi C. 2000. Environmental values, valuation method and natural disaster damage assessment. [Internet]. [diunduh pada 2014 Januari 24]. Tersedia pada http;//eclac.org Farhani N. 2011. Kerugian Sosial Ekonomi dan Alternatif Kebijakan dalam Mengatasi Permasalahan Kemacetan di Sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta(ID): Gramedia Pustaka Utama. Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta(ID): Bumi Aksara. Garrod G and K. G. Willis. 1999. Economics Valuation of The Environment Methods and Case Studies. Edward Elgar Publishing Limited: England Gujarati DN. 2007. Dasar-Dasar Ekonometika Edisi Ketiga. Jakarta(ID): Erlangga. Juanda B. 2009. Dasar- dasar Ekonometrika. Bogor (ID): IPB Pr. Majid RH. 2008. Analisis Willingness to Pay Pengunjung Terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. National Resesarch Council of The National Academies. 2004. Valuing Ecosystem Services: Towards Better Environmental Decision Making. The National Academies Press: USA. Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (Terjemahan). Jakarta(ID): Pustaka Binaman Pressindo. Saragih GS. 2007. Sikap Masyarakat Kelurahan Pancoran Mas Terhadap Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Widada. 2004. Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun Bagi Masyarakat[disertasi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
58 Lampiran 1 Kuisioner Penelitian untuk Masyarakat
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
No
: ...............
Tanggal: .................
Nama : ................
Alamat: ................
KUISIONER PENELITIAN Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Analisis Willingness to Pay Terhadap Pengembalian Fungsi Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok oleh Nadya Mazaya Puteri mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Kami mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi ini dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Petunjuk: Isi dan pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda (√) pada tempat yang telah disediakan. . Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin [ ] Laki- laki
[ ] Perempuan
2. Usia: .....tahun 3. Status [ ] Menikah
[ ] Belum menikah
4. Pendidikan Formal Terakhir [ ] Tidak Sekolah [ ] SD / sederajat :......tahun [ ] SMP / sederajat :......tahun [ ] SMA / sederajat :......tahun [ ] Perguruan tinggi :......tahun
59
5. Pekerjaan [ ] PNS [ ] Pegawai Swasta [ ] Lainnya.....
[ ] Ibu Rumah Tangga [ ] Wiraswasta
6. Apakah ada anggota keluarga lain yang bekerja? [ ] Ya
[ ] Tidak
7. Pendapatan perbulan: Rp ............. 8. Jumlah tanggungan keluarga: .......orang 9. Lama tinggal : ..............tahun 10. Jarak tempat tinggal dari Tahura: ..........m
II. Pertanyaan terkait dengan Taman Hutan Raya Pancoran Mas
11. Apakah anda mengetahui fungsi Tahura Pancoran Mas? [ ] Ya [ ] Tidak 12. Jika Ya, apa yang Anda ketahui tentang fungsi Tahura Pancoran Mas? ...................................................................................................................... ................................................................................................................................. 13. Menurut Anda, bagaimana kondisi Tahura Pancoran Mas saat ini? [ ] Sangat baik [ ] Buruk [ ] Baik [ ] Sangat buruk [ ] Cukup baik 14. Bagaimana kenyamanan lingkungan Anda saat ini? [ ] Sangat nyaman [ ] Tidak nyaman [ ] Nyaman [ ] Sangat tidak nyaman [ ] Cukup nyaman 15. Bagaimana keindahan lingkungan Anda saat ini? [ ] Sangat indah [ ] Tidak indah [ ] Indah [ ] Sangat tidak indah [ ] Cukup indah 16. Menurut Anda, bagaimana kualitas udara di lingkungan Anda saat ini? ...................................................................................................................... ................................................................................................................................ 17. Apakah menurut Anda keberadaan Tahura Pancoran Mas berpengaruh bagi lingkungan Anda? ...................................................................................................................... ..................................................................................................................................... 18. Menurut Anda, seberapa penting keberadaan Tahura Pancoran Mas di wilayah Anda? [ ] Sangat penting [ ] Kurang penting [ ] Penting [ ] Tidak penting [ ] Cukup penting
60
19. Menurut Anda, apakah perlu dilakukan pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. II. Kuisioner Willingness to Pay
SKENARIO Keberadaan Tahura Pancoran Mas memiliki fungsi yang beragam bagi masyarakat, diantaranya adalah sebagai daerah resapan air, ruang terbuka hijau, area konservasi, penyerap polusi, dan produsen oksigen. Fungsi-fungsi tersebut membuat keberadaan Tahura Pancoran Mas perlu dilestarikan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan . Namun, saat ini kondisi Tahura Pancoran Mas sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, pengelola mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pengembalian fungsi dan pelestarian Tahura Pancoran Mas. Biaya yang didapatkan dari partispasi masyarakat selanjutnya akan digunakan untuk rencana pengembalian dan pelestarian Tahura Pancoran Mas, seperti pembelian bibit pohon, perbaikan sarana dan prasarana, pembuatan lubang biopori, sumur resapan, dll.
20. Apakah Anda setuju jika rencana pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas dapat memberikan manfaat kepada masyarakat? [ ] Ya, alasan:............................................................................................... [ ] Tidak, alasan:.......................................................................................... 21. Apakah Anda bersedia berpartispasi dalam upaya pengembaian fungsi Tahura Pancoran Mas yang memberi dampak positif terhadap lingkungan? [ ] Ya, alasan:................................................................................................ [ ] Tidak, alasan:............................................................................................ 22. Berapa maksimum harga yang bersedia Anda bayarkan untuk upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas? a. Rp 5.000 b. Rp 10.000 c. Rp 15.000 d. Rp 20.000 e. Rp 25.000 f. Rp 30.000
61 III. Harapan dan Saran 23. Apa harapan Anda ke depannya dengan keberadaan Tahura Pancoran Mas? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ....................................................................................................................... 24. Apa saran Anda untuk pengelolaan Tahura Pancoran Mas? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
62 Lampiran 2 Kuisioner Penelitian untuk Key persons INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
No
: ............... Tanggal : ..................
Nama
: .......................
Alamat : .................. Kuisioner Penelitian
Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Analisis Willingness to Pay Terhadap Pengembalian Fungsi Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok oleh Nadya Mazaya Puteri mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Kami mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi ini dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Petunjuk: 1. Pada bagian ini Anda diminta untuk membandingkan antra elemen A dan elemen B, lalu melingkari nilai perbandingannya. 2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasrkan tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan secara bersamaan. 3. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9. Definisi dari skala yang digunakan untuk nilai komparasi ditentukan sebagai berikut:
Intensitas Kepentingan
Keterangan
1
A dan B sama pentingnya
3
A sedikit lebih penting daripada B
5
A lebh penting daripada B
7
A sangat jelas lebih penting daripada B
63 9
A mutlak penting daripada B
2,4,6,8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbanganpertimbangan yang berdekatan
Instruksi 1
Bandingkanlah besarnya peran masing-masing aspek dalam Kriteria di bawah ini dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas Depok‟
A
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Kesesuaian lahan
SDA dan
98765432123456789
Sosial Budaya
Ekosistem
98765432123456789
Ekonomi
98765432123456789
Bisnis
98765432123456789
Sosial Budaya
98765432123456789
Ekonomi
98765432123456789
Bisnis
98765432123456789
Ekonomi
98765432123456789
Bisnis
98765432123456789
Bisnis
Kesesuaian Lahan
Sosial Budaya Ekonomi
Intruksi 2 Bandingkanlah besarnya peran masing-masing Aktor terhadap Aspek Sosial Budaya dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas Depok‟
A
Nilai Perbandingan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pemkot
Kemenhut
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 BLH 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Developer 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Masyarakat
B
64 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 BLH Pemkot
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Developer 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Masyarakat
BLH Developer
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Developer 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Masyarakat 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Masyarakat
Instruksi 3
Bandingkanlah besarnya peran masing-masing Aktor terhadap kriteria Aspek Kesesuaian Lahan dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas Depok‟
A
Kemenhut
Pemkot
BLH Developer
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Pemkot
98765432123456789
BLH
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
BLH
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
Masyarakat
Instruksi 4 Bandingkanlah besarnya peran masing-masing Aktor terhadap Aspek Sosial Budaya dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas Depok‟
65
A
Kemenhut
Pemkot
BLH Developer
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Pemkot
98765432123456789
BLH
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
BLH
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
Masyarakat
Instruksi 5
Bandingkanlah besarnya peran masing-masing Aktor terhadap kriteria Aspek Ekonomi dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas’ A
Kemenhut
Pemkot
BLH Developer
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Pemkot
98765432123456789
BLH
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
BLH
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
Masyarakat
66 Instruksi 6
Bandingkanlah peran masing-masing Aktor terhadap kriteria Aspek Bisnis dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas’ A
Kemenhut
Pemkot
BLH Developer
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Pemkot
98765432123456789
BLH
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
BLH
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
Developer
98765432123456789
Masyarakat
98765432123456789
Masyarakat
Instruksi 7 Bandingkanlah besarnya peran masing-masing Solusi di bawah
ini terhadap
Aktor Kemenhut dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas’ A Solusi 1 Solusi 2
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Solusi 2
98765432123456789
Solusi 3
98765432123456789
Solusi 3
Instruksi 8
Bandingkanlah besarnya peran masing-masing Solusi di bawah ini terhadap Aktor Badan Lingkungan Hidup dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas‟
67 A Solusi 1 Solusi 2
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Solusi 2
98765432123456789
Solusi 3
98765432123456789
Solusi 3
Instruksi 9
Bandingkanlah besarnya peran masing-masing Solusi di bawah ini terhadap Aktor Pemerintah Kota dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas‟ A Solusi 1 Solusi 2
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Solusi 2
98765432123456789
Solusi 3
98765432123456789
Solusi 3
Instruksi 10 Bandingkanlah besarnya peran masing-masing Solusi di bawah ini terhadap Aktor Developer dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas‟ A Solusi 1 Solusi 2
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Solusi 2
98765432123456789
Solusi 3
98765432123456789
Solusi 3
Instruksi 11
Bandingkanlah besarnya peran masing-masing Solusi di bawah ini terhadap Aktor Masyarakat dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas‟
68 A Solusi 1 Solusi 2
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Solusi 2
98765432123456789
Solusi 3
98765432123456789
Solusi 3
Instruksi 12 Bandingkanlah besarnya peranan masing-masing Alternatif
terhadap Solusi
Rehabilitasi RTH dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas‟
A
Nilai Perbandingan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 2 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 3
Alternatif 1
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 4 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 5 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 6 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 7 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 3 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 4
Alternatif 2
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 5 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 6 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 7 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 4
Alternatif 3
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 5 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 6 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 7 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 5
Alternatif 4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 6 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 7
Alternatif 5 Alternatif 6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 6 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 7 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alternatif 7
B
69 Instruksi 13
Bandingkanlah besarnya peran masing-masing Alternatif terhadap Solusi Optimalisasi Daerah Resapan Air dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas‟
A
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
Alternatif 5 Alternatif 6
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Alternatif 2
98765432123456789
Alternatif 3
98765432123456789
Alternatif 4
98765432123456789
Alternatif 5
98765432123456789
Alternatif 6
98765432123456789
Alternatif 7
98765432123456789
Alternatif 3
98765432123456789
Alternatif 4
98765432123456789
Alternatif 5
98765432123456789
Alternatif 6
98765432123456789
Alternatif 7
98765432123456789
Alternatif 4
98765432123456789
Alternatif 5
98765432123456789
Alternatif 6
98765432123456789
Alternatif 7
98765432123456789
Alternatif 5
98765432123456789
Alternatif 6
98765432123456789
Alternatif 7
98765432123456789
Alternatif 6
98765432123456789
Alternatif 7
98765432123456789
Alternatif 7
70
Instruksi 14
Bandingkanlah
besarnya
peran
masing-masing
Alternatif
terhadap
SolusiPengembangan Wisata dengan fokus „pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas‟
A
Nilai Perbandingan
B
98765432123456789
Alternatif 2
98765432123456789
Alternatif 3
98765432123456789
Alternatif 4
98765432123456789
Alternatif 5
98765432123456789
Alternatif 6
98765432123456789
Alternatif 7
98765432123456789
Alternatif 3
98765432123456789
Alternatif 4
98765432123456789
Alternatif 5
98765432123456789
Alternatif 6
98765432123456789
Alternatif 7
98765432123456789
Alternatif 4
98765432123456789
Alternatif 5
98765432123456789
Alternatif 6
98765432123456789
Alternatif 7
98765432123456789
Alternatif 5
98765432123456789
Alternatif 6
98765432123456789
Alternatif 7
98765432123456789
Alternatif 6
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
Alternatif 5
71
Alternatif 6
98765432123456789
Alternatif 7
98765432123456789
Alternatif 7
72 Lampiran 3 Hasil AHP
73
74
75
Lampiran 4 Perhitungan Excel AHP Perhitungan Vertikal Perhitungan vertikal aktor yang berperan dalam pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas Aspek
A1
A2
A3
A4
Bobot
VP Aspek
0,498 0,274
0,139
0,088
B1
0,470 0,266
0,208
0,383
B2
0,291 0,132
0,322
B3
0,161 0,535
0,148
Elemen Aspek Aspek SDAL dan ekosistem
0,498
1
0,370
1,327
Aspek kesesuaian lahan
0,274
2
0,215
0,245
0,960
Aspek sosial budaya
0,139
3
0,236
0,268
1,080
Aspek ekonomi
0,088
4
0,078 0,067 0,322 0,166 0,117 0,633 Rasio Inkonsistensi 1,000 1,000 1,000 1,000 Perhitungan vertikal solusi yang ingin dicapai dalam pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas B1
B2
B3
Prioritas
0,999
B4
Aktor
Bobot
B4
Bobot
VP Aktor
0,498 0,274
0,139
0,088
C1
0,697 0,481
0,675
0,221
C2
0,120 0,353
0,101
C3
0,182 0,166 0,999 1,000
Elemen Aktor
0,005 0,999 Bobot
Prioritas
0,999
BLH
0,370
1
0,592
2,074
Pemerintah Kota Depok
0,245
3
0,676
0,230
1,250
Kemenhut
0,268
2
0,224
0,103
0,176
0,675
Masyarakat
0,117
4
1,000
1,000
0,999
Rasio Inkonsistensi
0,020 1,000
Perhitungan vertikal alternatif yang paling ingin dilakukan dalam upaya pengembalian fungsi Tahura Pancoran Mas Solusi
C1
C2 0,5
VP Solusi
92
,230
C3 0 ,176
Bobot
Elemen alternatif
Bobot
Prioritas
0 0,998
Pemantapan kawasan
0,238
1
76
D1
0,281 0,169
0,187
0,238
0,637
Pengelolaan potensi SDA
0,213
2
D2
0,190 0,322
0,148
0,213
0,660
Perlindungan dan pengawasan kawasan
0,210
3
D3
0,244 0,196
0,118
0,210
0,558
Peningkatan pelayanan pengunjung
0,061
7
0,094
5
D4
0,045 0,045
0,139
0,061
0,229
Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan
D5
0,108 0,087
0,057
0,094
0,252
Penguatan kelembagaan
0,070
6
0,112
4
D6
0,058 0,087
0,088
0,070
0,233
Pengembangan investasi pemanfaatan dan pengusahaan jasa lingkungan
D7
0,075 0,094
0,263
0,112
0,432
Rasio Inkonsistensi
1,001 1,000
1,000
0,999 Elemen Solusi Rehabilitasi RTH Optimalisasi daerah resapan air Pengembangan wisata Rasio Inkonsistensi
0,040 Bobot Prioritas 0,592 1 0,230 2 0,176 3 0,020
77
77
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Desember 1992. Penulis adalah anak pertama dari Bapak Mochammad Nurdin dan Ibu Elly Rislyana. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDIT An-Nadwah pada tahun 2004, setelah itu penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPIT YPI 45 Bekasi pada tahun 2007 dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Bekasi pada tahun 2010. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.