ESTIMASI WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN (Studi Kasus: Hutan Kota Taman Beringin)
FRISCA ANGELINA SIMAMORA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Estimasi Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan (Studi Kasus: Hutan Kota Taman Beringin) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2014
Frisca Angelina Simamora NIM H44100024
ABSTRAK FRISCA ANGELINA SIMAMORA. Estimasi Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan (Studi Kasus: Hutan Kota Taman Beringin). Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI. Pemanfaatan lahan di perkotaan untuk aktivitas ekonomi mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang berdampak pada perubahan lahan terbuka hijau. Studi tentang estimasi Willingness to Pay (WTP) terhadap ruang terbuka hijau dibutuhkan untuk pengelolaan ruang terbuka hijau di masa yang akan datang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin, mengestimasi nilai WTP pengunjung, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP pengunjung. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, penerapan Contingent Valuation Methods (CVM), dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai WTP pengunjung adalah sebesar Rp5.681,82 per orang per kunjungan atau Rp290.340.909,1 per tahun dengan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP adalah variabel tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, dummy kebersihan dan dummy kenyamanan. Kata kunci: estimasi, Hutan Kota Taman Beringin, Kota Medan, ruang terbuka hijau, Wllingness to Pay
ABSTRACT FRISCA ANGELINA SIMAMORA. Estimation of visitors Willingness to Pay (WTP) for green open space in Medan City (Case of Study: Hutan Kota Taman Beringin). Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI. The use of urban land for economy activities are increasing along with the increase of population growth number which causes the change of open green spaces. The study of the estimation Willingness to Pay (WTP) for green open space is needed to green open space management in the future. The objectives of this study are to identify the perception of visitors, their WTP, and influencing factors of WTP consideration. The method used in this study are descriptive analysis, application of Contingent Valuation Methods (CVM), and multiple linear regression analysis. The result shows that the number of WTP is around IDR5,681.82 per person per visit or IDR290,340,909.1 per year, which influencing factors are number of income, number of burden, dummy of sanitation and dummy of freshness. Keywords: estimation, green open space, Hutan Kota Taman Beringin, Medan City, Willingness to Pay
ESTIMASI WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN (Studi Kasus: Hutan Kota Taman Beringin)
FRISCA ANGELINA SIMAMORA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini diberi judul Estimasi Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan (Studi Kasus: Hutan Kota Taman Beringin). Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Benny Simamora dan Ibu Salmah Samosir, dan adik-adik tercinta (Ferdi Simamora, Fitri Simamora, dan Citra Simamora) yang setia memberikan doa dan dukungannya. 2. Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu dan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji atas saran dan masukannya dalam penulisan skripsi ini. 4. Seluruh staff Pemerintah Kota Medan terkhusus kepada Dinas Pertamanan Kota Medan dan Badan Lingkungan Hidup Kota Medan serta staff kelurahan Madras Hulu. 5. Farah Frayenisari Sutara yang telah berkenan menemani penulis dalam pengambilan data, Sahabat KTB (Febrina Berlianti, Helena Ayu Permata Hati, Ovie Sihaloho, Fitri Maisesi, Titin Martina, Gabriella Gultom), sahabat terdekat (Shara Tobing, Entin Manullang, Ebes Sitorus, Dian Safitri, Lasria Parhusip, Adilla Ahmad, Kartika Jayamurti, Rita Astuti, Melly Nasution), teman sebimbingan skripsi (Chadefi Novitasari, Sheani Tyas Ahmer, Desi Amalia, Amalia Dwi Marseva, Nadya Mazaya, Rahayu, Andreas, Dhana), tim KKP Desa Ciburuy (Fransisko, Laras, Itha, Fazri), teman-teman ESL 47, serta KOPRAL 47 untuk setiap kebersamaan, motivasi, dan doanya selama proses pembuatan skripsi. Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis menerima segala bentuk kritik dan saran. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengambilan kebijakan di masa yang akan datang.
Bogor, Oktober 2014
Frisca Angelina Simamora
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah................................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 9 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 10 II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 11 2.1 Konsep Penataan Ruang ........................................................................ 11 2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH) ................................................................. 14 2.3 Contingent Valuation Methods (CVM) .................................................. 16 2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 18 III KERANGKA PEMIKIRAN.......................................................................... 19 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................. 19 3.1.1 Contingent Valuation Methods (CVM) ........................................ 19 3.1.2 Model Regresi Linear Berganda................................................... 21 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................... 22 IV METODE PENELITIAN .............................................................................. 24 4.1 Pemilihan Lokasi dan Waktu penelitian ................................................. 24 4.2 Metode Pemilihan Responden ............................................................... 24 4.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 25 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 25 4.4.1 Identifikasi Persepsi Pengunjung terhadap Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ........................................................ 26 4.4.2 Estimasi Nilai WTP Pengunjung terhadap Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ...................... 27 4.4.3 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Pengunjung ........................................................................ 30 4.5 Pengujian Parameter Regresi ................................................................. 33 V GAMBARAN UMUM ................................................................................... 35 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 35 5.2 Pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin .............................................. 36 5.3 Karakteristik Responden ....................................................................... 37 5.3.1 Jenis Kelamin .............................................................................. 37 5.3.2 Umur ........................................................................................... 38 5.3.3 Pendidikan ................................................................................... 38 5.3.4 Pekerjaan ..................................................................................... 39 5.3.5 Tingkat Pendapatan ..................................................................... 40 5.3.6 Jumlah Tanggungan ..................................................................... 41 5.3.7 Waktu Kunjungan ........................................................................ 41 5.3.8 Frekuensi Kunjungan ................................................................... 42 VI HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 43 6.1 Persepsi Pengunjung terhadap Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin.................................................................................... 43
6.1.1 Kegiatan Pengunjung di Hutan Kota Taman Beringin .................. 43 6.1.2 Fungsi Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ......................... 44 6.1.3 Kondisi Lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ....................... 45 6.1.4 Fasilitas Hutan Kota Taman Beringin .......................................... 48 6.1.5 Dampak Negatif Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin .......... 50 6.1.6 Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ..................................... 50 6.2 Estimasi Nilai WTP Pengunjung terhadap Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ............................... 51 6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Pengunjung ... 55 6.4 Implikasi dan Rekomendasi .................................................................. 58 VII SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 61 7.1 Simpulan ............................................................................................... 61 7.2 Saran ..................................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 63 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 77
DAFTAR TABEL No. Halaman 1 Jumlah, laju pertambahan, dan kepadatan penduduk Kota Medan tahun 2007-2011.............................................................................................. 2 2 Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Medan ............................................... 4 3 Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Medan tahun 2007-2011 ........... 5 4 Emisi CO2 yang dikeluarkan Kota Medan tahun 2012-2050 ............................ 6 5 Penelitian terdahulu ...................................................................................... 18 6 Format elisitasi metode CVM ....................................................................... 20 7 Matriks metode analisis data ......................................................................... 26 8 Kategori dan indikator persepsi responden terhadap kondisi lingkungan ....... 27 9 Indikator pengukuran WTP .......................................................................... 32 10 Kegiatan pengunjung di Hutan Kota Taman Beringin ................................... 44 11 Fungsi keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ........................................... 45 12 Kondisi kebersihan di Hutan Kota Taman Beringin ...................................... 46 13 Kondisi keindahan di Hutan Kota Taman Beringin ....................................... 47 14 Kondisi kenyamanan di Hutan Kota Taman Beringin ................................... 48 15 Kondisi kesejukan di Hutan Kota Taman Beringin ....................................... 48 16 Fasilitas Hutan Kota Taman Beringin ........................................................... 49 17 Kesediaan membayar responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ......................................................................... 52 18 Alasan responden tidak bersedia membayar terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ....................................................... 52 19 Distribusi rata-rata WTP responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ....................................................... 53 20 Nilai total WTP responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ................................................................................... 54 21 Hasil analisis regresi linear berganda ............................................................ 56
DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1 Keberadaan CBD Polonia ..............................................................................14 2 Klasifikasi ruang terbuka (open space) ..........................................................15 3 Klasifikasi valuasi non-market ......................................................................16 4 Diagram alur kerangka berpikir .....................................................................23 5 Lokasi penelitian ...........................................................................................24 6 Jenis kelamin responden ....................................................................................... 38 7 Umur responden ............................................................................................38 8 Tingkat pendidikan responden........................................................................39 9 Jenis pekerjaan responden .............................................................................40 10 Pendapatan responden ...................................................................................40 11 Jumlah tanggungan responden.......................................................................41 12 Waktu kunjungan responden .........................................................................42 13 Frekuensi kunjungan responden ....................................................................42 14 Dampak negatif keberadaan Hutan Kota Taman Beringin .............................50 15 Persepsi responden terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin .........51 16 Kurva WTP responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin ....................................................................................54
DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1 Kuesioner Penelitian ....................................................................................... 67 2 Hasil regresi linier berganda dengan SPSS16 .................................................. 74 3 Dokumentasi ................................................................................................... 76
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Peningkatan laju pertumbuhan penduduk akibat tingginya tingkat kelahiran, arus urbanisasi, commuters, dan sebagainya berdampak pada peningkatan kebutuhan manusia akan pemanfaatan lahan perkotaan dan sarana transportasi semakin meningkat pula. Hal ini dapat terlihat dari semakin banyaknya penggunaan lahan perkotaan sebagai kawasan pemukiman, industri dan perdagangan, jalan raya, pusat perbelanjaan, dan peruntukan lainnya yang mengarah pada tujuan komersial.
Sarana
transportasi juga
mengalami
perkembangan yang sangat cepat terutama di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Perkembangan sarana transportasi yang tidak dapat dikendalikan akhir-akhir ini menimbulkan banyak kerugian seperti kemacetan lalu lintas, meningkatnya polusi udara, dan kerugian-kerugian lainnya. Pembangunan fisik perkotaan yang dilakukan secara besar-besaran dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia seringkali tidak diimbangi dengan daya dukung lingkungan yang memadai. Banyak lahan terbuka hijau atau lingkungan alami yang diubah menjadi lingkungan binaan yang padat bangunan dan infrastruktur. Hal ini berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan untuk mendukung aktivitas manusia. Pembangunan lingkungan binaan yang tidak mempertimbangkan faktor lingkungan dan ketersediaan sumberdaya alam akan semakin memicu penurunan kualitas lingkungan perkotaan sehingga diperlukan upaya dalam meminimalkan perusakan lingkungan (Karyono 2010). Medan merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa dan luas wilayah 26.510 ha atau sama dengan 3,6 persen dari total luas wilayah provinsi Sumatera Utara (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 2013). Luas Kota Medan dapat dikatakan relatif kecil sedangkan jumlah penduduknya cukup besar. Dengan luasan kota yang relatif kecil sedangkan jumlah penduduk setiap tahun semakin meningkat, maka masalah pertambahan jumlah penduduk yang cepat menjadi salah satu masalah yang penting untuk diperhatikan. Jumlah, laju pertambahan,
2 dan kepadatan penduduk Kota Medan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah, laju pertambahan, dan kepadatan Kota Medan tahun 2007-2011 Tahun
Jumlah (Jiwa)
Laju Pertumbuhan (%)
Kepadatan (Jiwa/Km²)
0,77 0,91 0,90 0,97 0,97
7.858 7.929 8.001 7.958 7.989
2007 2.083.156 2008 2.102.105 2009 2.121.053 2010 2.097.610 2011 2.117.224 Sumber: BPS (2013)
Dengan peningkatan jumlah penduduk yang terjadi dari tahun 2007 hingga 2011 dan keinginan untuk menjadikan Kota Medan sebagai kota jasa, perdagangan, keuangan dan industri berskala regional dan internasional, maka kebutuhan masyarakat Kota Medan terhadap lahan perkotaan dan sarana transportasi semakin meningkat pula. Hal ini tidak terjadi pada keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan yang sebenarnya berfungsi sebagai penyeimbang ekosistem perkotaan. Keterbatasan ruang yang dimiliki Kota Medan menyebabkan daya dukung lingkungan perkotaan menjadi kurang optimal. Kondisi ini juga menyebabkan kurang seimbang dan kurang terpadunya penataan ruang di Kota Medan (Pemerintah Kota Medan 2012). Kondisi RTH di Kota Medan tidak mengalami penurunan namun keberadaannya dirasakan masih sangat kurang. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas lingkungan Kota Medan yang dapat dilihat dari beberapa indikator seperti meningkatnya suhu udara, pencemaran udara oleh kendaraan bermotor dan limbah industri, iklim yang tidak menentu, banjir, dan masalah lingkungan lainnya. Kualitas lingkungan perkotaan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan ditengah maraknya pembangunan yang hanya berorientasi pada aspek ekonomi. Kualitas lingkungan yang memburuk menandakan tidak seimbangnya pembangunan yang dilakukan dengan daya dukung lingkungan itu sendiri. Hal ini menjadi dilema tersendiri bagi suatu daerah untuk dapat tetap melakukan pembangunan tanpa merusak lingkungannya. Untuk itu, pembangunan kota yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (urban sustainable development, sustainable cities) perlu untuk diterapkan. Berdasarkan Joga dan Ismaun (2011),
pembangunan kota
yang
berwawasan lingkungan dan
3 berkelanjutan merupakan pembangunan kota yang tetap mempertimbangkan fungsi kelestarian lingkungan atau fungsi ekologis. Salah satu konsep yang dapat diterapkan dalam pembangunan kota yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan adalah dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH di perkotaan. Keberadaan RTH di wilayah perkotaan menjadi penting untuk diperhatikan dan dikendalikan oleh pemerintah dengan berbagai kebijakan serta kesadaran masyarakat terhadap kualitas lingkungan perkotaan. Penerapan RTH di perkotaan ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menetapkan bahwa proporsi minimal RTH di setiap kota adalah sebesar 30 persen dari total luas wilayahnya meliputi 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat. Penerapan proporsi RTH ini dimaksudkan untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota (Joga dan Ismaun 2011). Kota Medan dengan luas wilayah 26.510 ha berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031 membutuhkan RTH minimal 30,58 persen dari total luas wilayahnya. RTH Kota Medan tidak mengalami penurunan luasan dari tahun ke tahun namun luas RTH tersebut belum mencapai standar kebutuhan Kota Medan yakni sebesar 8.106,76 ha atau 30,58 persen dari total luas wilayahnya. Berdasarkan Badan Lingkungan Hidup Kota Medan (2013), kawasan RTH Kota Medan saat ini meliputi RTH pulau jalan, berm jalan, lapangan olahraga, tanah pemakaman, taman kota, dan hutan kota, yang dikelola oleh Dinas Pertamanan Kota Medan, serta RTH kawasan konservasi yang dikelola oleh Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan. Luasan RTH Kota Medan saat ini masih jauh dari standar kebutuhan Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan yaitu hanya mencapai angka 1.666,55 ha atau sebesar 6,28 persen dari total luas wilayahnya. Kota Medan masih membutuhkan RTH seluas 6.440,21 ha atau sebesar 24,3 persen dari total luas wilayahnya. Luas RTH Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 2.
4 Tabel 2 Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Medan No
Luas RTH (m2)
Jenis RTH
1 2 3 4 5 6 7
RTH Pulau Jalan RTH Berm Jalan RTH Lapangan Olahraga RTH Tanah Pemakaman RTH Taman Kota RTH Hutan Kota RTH Kawasan Konservasi Hutan Mangrove Medan Belawan Hutan Mangrove Medan Labuhan Hutan Mangrove Medan Marelan Luas RTH Kota Medan Persentase RTH Kota Medan Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Medan (2013)
23.594 108.878 572.000 81.375 199.679 250.000 11.630.000 2.770.000 1.030.000 16.665.526 6,28 %
Hutan Kota Taman Beringin merupakan salah satu RTH yang terdapat di Kota Medan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan tahun 2011, Hutan Kota Taman Beringin ditetapkan sebagai salah satu RTH hutan kota yang dikelola oleh Dinas Pertamanan Kota Medan. Tujuan awal pembangunan Hutan Kota Taman Beringin adalah sebagai penyeimbang kualitas lingkungan perkotaan serta sebagai wadah interaksi sosial masyarakat Kota Medan (Dinas Pertamanan Kota Medan 2013). Keberhasilan suatu RTH dalam mengatasi masalah lingkungan ditentukan oleh kualitas lingkungan dari RTH itu sendiri, fasilitas pendukung yang memadai, dan juga peran serta dari seluruh elemen masyarakat dalam menjaga dan mempertahankan kelestarian lingkungan RTH tersebut. Peran serta seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan dalam mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin agar tidak mengalami penurunan fungsi di masa yang akan datang. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana preferensi masyarakat Kota Medan terhadap Ruang Terbuka Hijau dengan menggunakan pendekatan Willingness to Pay (WTP).
1.2
Perumusan Masalah
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebesar 6,55
5 persen, tahun 2010 sebesar 7,15 persen, tahun 2011 sebesar 7,69 persen, dan tahun 2012 mencapai 12,59 persen (BPS 2013). Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi ini menandakan pesatnya pembangunan yang terjadi di Kota Medan saat ini. Pesatnya pembangunan yang terjadi tidak diimbangi dengan daya dukung lingkungan yang memadai, sehingga berdampak pada penurunan secara ekologi. Hal tersebut ditandai dengan adanya penurunan kualitas lingkungan seperti meningkatnya suhu udara perkotaan, pencemaran udara akibat banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan limbah industri, banjir, dan masalah-masalah lingkungan lainnya. Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu zat pencemar udara yang merupakan hasil pembakaran sempurna bahan bakar minyak bumi maupun batu bara. Semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan pabrik menyebabkan jumlah atau kadar CO2 di udara juga semakin meningkat. Keberadaan CO2 secara berlebihan memang tidak berakibat langsung pada manusia namun menyebabkan sinar inframerah dari matahari diserap oleh bumi dan benda-benda disekitarnya. Kelebihan sinar inframerah ini tidak dapat kembali ke atmosfer karena terhalang lapisan CO2 di atmosfer. Hal ini berdampak pada meningkatnya suhu bumi baik siang maupun malam hari (Utami 2011). Peningkatan jumlah penduduk di Kota Medan dari tahun ke tahun akan berdampak pada meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan mengakibatkan semakin meningkatnya kadar CO2 yang dihasilkan. Konsumsi BBM Kota Medan tahun 2007 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Kota Medan tahun 2007-2011 Tahun Volume Bensin (liter) 2007 378.566.000 2008 372.794.000 2009 383.614.000 2010 395.990.000 2011 432.311.000 Sumber: Fadhilla et al. (2013)
Volume Solar (liter) 252.847.000 228.021.000 187.166.000 224.206.000 252.190.000
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan konsumsi bensin dan solar di Kota Medan setiap tahunnya. Dengan peningkatan jumlah konsumsi BBM setiap tahunnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan emisi CO2 di Kota Medan. Penelitian Fadhilla et al. (2013) memprediksi total CO2 yang dikeluarkan Kota Medan hingga tahun 2050 berdasarkan data jumlah penduduk
6 dan volume konsumsi BBM Kota Medan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa total CO2 yang dikeluarkan melalui pernapasan manusia dan proses pembakaran BBM pada kendaraan pada tahun 2050 adalah sebesar 4.979.491,59 ton per tahun dan setiap tahunnya jumlah CO2 yang dikeluarkan di Kota Medan akan semakin bertambah. Hasil perhitungan emisi CO2 yang dikeluarkan Kota Medan tahun 2012 hingga 2050 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Emisi CO2 yang dikeluarkan Kota Medan tahun 2012-2050 Tahun
Manusia (ton/tahun) 2012 732.901,06 2015 740.844,97 2020 754.276,44 2025 767.951,43 2030 781.874,44 2035 796.050,00 2040 810.482,61 2045 825.176,43 2050 840.137,02 Sumber: Fadhilla et al. (2013)
Sumber emisi CO2 Bensin (ton/tahun) 1.032.991,57 1.143.305,55 1.353.957,00 1.603.420,50 1.898.847,08 2.248.705,34 2.663.024,18 3.153.680,33 3.734.738,76
Solar (ton/tahun) 683.506,52 706.940,21 747.795,28 791.011,43 836.725,09 885.080,62 936.230,67 990.336,76 1.047.569,72
Total CO2 yang dikeluarkan (ton/tahun) 2.449.399,15 2.362.573,67 2.593.753,00 2.860.168,11 3.167.966,41 3.524.409,40 3.938.076,88 4.419.108,49 4.979.491,59
Untuk mengurangi jumlah emisi CO2 di Kota Medan maka diperlukan upaya-upaya pengendalian terhadap perubahan kualitas lingkungan perkotaan seperti dengan penghijauan, menanam pohon, memperbanyak taman kota, serta pengelolaan hutan dengan baik. Peningkatan kualitas dan kuantitas RTH dapat menjadi salah satu cara dalam mengendalikan perubahan kualitas lingkungan Kota Medan. Hutan kota sebagai bagian dari ruang terbuka memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengatasi masalah lingkungan perkotaan. Semakin banyaknya RTH yang dikonversi menyebabkan keberadaan karbondioksida (CO2) di udara akan semakin meningkat karena tidak mampu diserap oleh tumbuhan hijau. Peranan tumbuhan hijau sangat diperlukan untuk menjaring CO2 dan melepas O2 kembali ke udara. Setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi ini mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton O2 ke atmosfer, serta menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam, 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2 yang dihembuskan oleh nafas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama. Setiap pohon yang ditanam mempunyai
7 kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata lima pendingin udara (AC), yang dioperasikan 20 jam terus menerus setiap harinya. Setiap 1 ha pepohonan mampu menetralkan CO2 yang dikeluarkan 20 kendaraan (Maimun 2007). Banyaknya karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran BBM pada kendaraan
serta
laju
pertambahan
jumlah
penduduk
yang
meningkat
mengakibatkan semakin pentingnya hutan kota untuk menciptakan kualitas lingkungan yang bersih. Peran hutan kota dalam upaya memberikan lingkungan yang bersih sangat diperlukan karena dengan semakin berkembangnya pembangunan kota maka akan semakin banyak RTH yang dikonversi menjadi areal terbangun, sehingga akan semakin sedikit pula luasan hutan kota yang ada (Fadhilla et al. 2013). Kurangnya ketersediaan RTH saat ini menjadi hal yang mulai diperhatikan oleh Pemerintah Kota Medan. Pemerintah Kota Medan saat ini sedang berupaya dalam meningkatkan kualitas RTH di Kota Medan dengan pengawasan yang lebih intensif terhadap kondisi fasilitas di beberapa RTH di Kota Medan (Dinas Pertamanan Kota Medan 2014). Hutan Kota Taman Beringin merupakan salah satu RTH Hutan Kota yang dikelola oleh Dinas Pertamanan Kota Medan yang sedang ditingkatkan kualitas lingkungannya. Tingginya minat masyarakat Kota Medan terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin terlihat dari banyaknya jumlah pengunjung yang datang untuk berkunjung ke Hutan Kota Taman Beringin setiap harinya. Berdasarkan penelitian Simangunsong (2008) rata-rata pengunjung yang datang berkunjung ke Hutan Kota Taman Beringin adalah sebanyak 140 orang per hari. Tingginya jumlah pengunjung Hutan Kota Taman Beringin akan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin itu sendiri. Kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin pada hakikatnya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga membutuhkan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses pemeliharaannya. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap fungsi penting Hutan Kota Taman Beringin dalam meningkatkan kualitas lingkungan Kota Medan dalam jangka panjang menimbulkan ketidakpedulian masyarakat terhadap keberlanjutan Hutan Kota Taman Beringin. Permasalahan yang sering timbul di Hutan Kota Taman
8 Beringin adalah masalah kebersihan, keindahan, dan kondisi fasilitas pendukung taman. Kebersihan merupakan salah satu permasalahan yang terdapat di Hutan Kota Taman Beringin yang perlu diperhatikan. Tidak jarang terlihat sampahsampah plastik hasil konsumsi manusia berserakan di sekitar taman padahal pihak pengelola telah mempekerjakan petugas kebersihan dan menyediakan fasilitas tempat sampah yang cukup memadai. Kebersihan air kolam dan toilet juga dirasa masih sangat kurang. Banyak keluhan pengunjung kepada pihak pengelola terhadap kondisi air kolam dan toilet di Hutan Kota Taman Beringin. Keindahan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan di Hutan Kota Taman Beringin. Masih banyak terdapat tindakan-tindakan masyarakat yang tidak menjaga kelestarian vegetasi tumbuhan di kawasan Hutan Kota Taman Beringin seperti perusakan pohon-pohon yang ada di sekitar taman. Kondisi fasilitas pendukung di Hutan Kota Taman Beringin juga perlu untuk diperhatikan. Tidak jarang terjadi perusakan-perusakan fasilitas taman seperti pagar pembatas, sarana bermain, dan lampu-lampu taman. Selain permasalahan lingkungan juga terdapat permasalahan sosial di sekitar Hutan Kota Taman Beringin. Permasalahan sosial tersebut antara lain masih adanya petugas parkir dan pedagang tidak resmi, serta disalahgunakannya Hutan Kota Taman Beringin menjadi tempat untuk melakukan perbuatan tidak terpuji. Kurangnya kesadaran masyarakat akan fungsi penting Hutan Kota Taman Beringin dikhawatirkan akan mengancam keberlanjutan Hutan Kota Taman Beringin di masa yang akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan partisipasi dari seluruh masyarakat pengguna taman agar keberadaan Hutan Kota Taman Beringin dapat tetap dipertahankan. Berdasarkan uraian diatas, maka timbul beberapa pertanyaan penelitian di antaranya: 1.
Bagaimana persepsi pengunjung terhadap kondisi kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin?
2.
Berapa besar nilai WTP pengunjung terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan di Hutan Kota Taman Beringin?
3.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin?
9 1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengestimasi besarnya nilai WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan kualitas Hutan Kota Taman Beringin, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: 1.
Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap kondisi kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin.
2.
Mengestimasi besarnya nilai WTP pengunjung terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin.
3.
Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat dalam berbagai hal, antara lain bagi: 1.
Masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat terhadap kondisi dan fungsi penting Hutan Kota Taman Beringin dalam memperbaiki kualitas lingkungan Kota Medan sehingga Hutan Kota Taman Beringin dapat tetap terjaga keberadaannya di masa yang akan datang.
2.
Pemerintah Kota Medan,
penelitian
ini diharapkan dapat
menjadi
rekomendasi atau bahan acuan bagi pemerintah (stakeholder) dalam pengambilan kebijakan serta pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin di masa yang akan datang. 3.
Civitas akademik, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam disiplin ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan serta sebagai bahan rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
10 1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis melakukan estimasi nilai Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Ruang Terbuka Hijau. Ruang lingkup dan batasanbatasan dalam penelitian yang dilakukan adalah: 1.
Penelitian ini dilakukan di Hutan Kota Taman Beringin, Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia dalam kurun waktu April hingga Mei 2014.
2.
Responden dalam penelitian ini merupakan masyarakat pengunjung Hutan Kota Taman Beringin pada saat penelitian dilakukan, dan memiliki beberapa kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti.
3.
Penelitian ini merupakan suatu studi dalam menentukan preferensi masyarakat terhadap perbaikan kualitas Hutan Kota Taman Beringin dengan pendekatan nilai WTP.
4.
Nilai WTP merupakan total kesediaan pengunjung berpartisipasi dalam upaya perbaikan kualitas Hutan Kota Taman Beringin.
11
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Penataan Ruang
Menurut Rustiadi et al. (2011) definisi penataan ruang adalah upaya aktif manusia untuk mengubah pola dan struktur pemanfaatan ruang dari satu keseimbangan menuju kepada keseimbangan baru yang lebih baik. Penataan ruang pada dasarnya merupakan perubahan yang disengaja. Sebagai proses perubahan kearah kehidupan yang lebih baik maka penataan ruang secara formal adalah bagian dari proses pembangunan, khususnya menyangkut aspek-aspek spasial dari proses pembangunan. Urgensi atas penataan ruang timbul sebagai akibat dari tumbuhnya kesadaran akan pentingnya intervensi publik atau collective action terhadap kegagalan mekanisme pasar (market failure) dalam menciptakan pola dan struktur ruang yang sesuai dengan tujuan bersama. Dengan kata lain penataan ruang merupakan bentuk intervensi positif atas kehidupan sosial dan lingkungan guna meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan. Penataan ruang dilakukan sebagai: 1.
Optimasi pemanfaatan sumberdaya (mobilisasi dan alokasi pemanfaatan sumberdaya) guna terpenuhinya efisiensi dan produktivitas
2.
Alat dan wujud distribusi sumberdaya guna terpenuhinya prinsip pemerataan, keberimbangan dan keadilan
3.
Menjaga keberlanjutan (sustainability) pembangunan
4.
Menciptakan rasa aman
5.
Kenyamanan ruang Perencanaan tata ruang umumnya dilakukan secara asimetrik, dimana
pihak pemerintah dianggap memiliki kewenangan secara legal karena memegang amanat yang legitimate. Padahal dibalik amanat yang diterimanya, pemerintah juga berkewajiban berkomunikasi dengan masyarakat yang berkepentingan secara langsung di dalam pemanfaatan sumberdaya ruang yang ada. Proses penataan ruang pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk menciptakan berbagai keseimbangan.
12 Secara normatif, penataan ruang harus dipandang sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya ruang agar sesuai dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU Nomor 5 tahun 1960 pasal 2 ayat 3). Dengan demikian perencanaan tata ruang adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan pembangunan secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007, penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pemerintah Kota Medan memiliki interpretasi yang sama dengan pemerintah pusat. Hal ini dibuktikan dengan merumuskan suatu peraturan daerah yang sesuai dengan amanah dari Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 maupun peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Didalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 Bab VI pasal 20 tersebut sudah dipaparkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menjadi pedoman untuk penataan ruang wilayah provinsi, kabupaten, dan kota. Pada pasal 28 juga dijelaskan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota. Hal yang sama juga tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 Bab II pasal 3 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dimana Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menjadi pedoman bagi penataan ruang wilayah Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah Kota Medan tahun 2011-2031, penataan ruang wilayah Kota Medan bertujuan untuk: a.
mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi; dan
b.
memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk aktifitas pembangunan kota berbasis ekonomi di sektor perdagangan dan jasa, pariwisata serta industri yang berwawasan lingkungan. Rencana pola ruang Kota Medan meliputi kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Kawasan lindung terdiri atas hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, RTH kota, kawasan suaka alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana, dan kawasan lindung lainnya. Kawasan budidaya mencakup kawasan
13 perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) kota, kawasan ruang evakuasi bencana, kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal, dan kawasan peruntukan lainnya. Kawasan RTH Kota Medan ditetapkan minimal seluas 30,58 persen dari luasan kawasan kota. Kawasan RTH kota meliputi RTH kawasan wisata, RTH hutan kota, RTH taman kota, RTH tempat pemakaman umum, RTH jalur hijau jalan, RTH jalur pejalan kaki, RTH atap bangunan, dan lapangan olahraga. RTH kawasan wisata meliputi kebun binatang dan Taman Mora Indah di wilayah selatan Kota Medan, Theme Park, dan Natural Park di wilayah utara Kota Medan. RTH hutan kota terdiri atas Taman Beringin di Kecamatan Medan Baru, Bumi Perkemahan Pramuka Cadika di Kecamatan Medan Johor, kebun binatang di Kecamatan Medan Johor, kebun binatang di Kecamatan Medan Tuntungan, dan taman hutan kota di semula Bandar Udara Polonia, kanal Sungai Deli Zona A dan D di Kecamatan Medan Johor dan hutan kota di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. RTH taman kota terdiri atas RTH taman rukun tetangga, RTH rukun warga, RTH kelurahan dan RTH kecamatan sedangkan RTH Taman Pemakaman Umum (TPU) meliputi TPU yang dikelola oleh Pemerintah Kota Medan yaitu TPU kristen dan muslim di Kecamatan Medan Tuntungan serta TPU yang berdiri di atas tanah waqaf di Kota Medan. Pemerintah Kota Medan (2011) menyatakan bahwa penataan ruang Kota Medan masih dinilai belum maksimal terlihat dengan penyebaran fungsi dan pusat-pusat pertumbuhan belum sepenuhnya merata dan hirarki jalan di dalam struktur ruang kota belum terintegrasi, sehingga secara sistem terdapat bottle neck atau sumbatan-sumbatan arus lalu lintas. Selain itu rasio rumah ber-IMB hanya sebesar 46,50 persen atau sebanyak 233.162 unit dari total sebanyak 502.391 unit rumah yang ada di Kota Medan. Hal ini menyebabkan kurang tertatanya penataan ruang di Kota Medan. Penataan ruang Kota Medan perlu dikaji lebih mendalam lagi dikarenakan beberapa alasan yaitu: 1.
Keberadaan CBD Polonia yang berdekatan dengan kawasan bandara militer
adalah bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
14 penataan ruang, dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) kawasan Bandara Militer Polonia telah ditetapkan sebagai kawasan strategis sehingga harus bersih dari pembangunan dan pemukiman. Selain itu kawasan tersebut masih digunakan sebagai lokasi pendaratan pesawat kepresidenan Republik Indonesia. Maka dari itu perlu mendapat perhatian atas kontradiksi ini ditinjau dari peraturan perundangan.
Sumber: http://hariansumutpos.com
Gambar 1 Keberadaan CBD Polonia 2.
Sebagian kawasan Mangrove di Medan Belawan telah berubah fungsi
menjadi tambak ikan atau udang dan depo container sehingga saat ini masyarakat sering mengalami banjir rob. Dengan perubahan fungsi yang terjadi, untuk mewujudkan penyediaan RTH seperti yang telah ditetapkan maka strategi pokok yang ditempuh adalah dengan menjaga konsistensi peruntukan lahan yang telah ditetapkan sebagai RTH, disamping melakukan pembebasan lahan secara berkelanjutan yang difungsikan sebagai RTH. 2.2
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang terbuka mencakup pengertian ruang terbuka hijau dan ruang terbuka lainnya yang berupa kawasan tanpa bangunan di antara kawasan
15 terbangun. Ruang terbuka berperan sebagai penyeimbang antara daerah terbangun dan daerah terbuka. Fungsi ruang terbuka diantaranya adalah sebagai pencipta lingkungan udara sehat dan menurunkan polutan di udara, penyedia ruang untuk kenyamanan hidup (amenity) seperti tempat untuk rileks, interaksi sosial dan olahraga, serta sebagai pendukung estetika lingkungan (Sadyohutomo 2009). RTH merupakan lahan atau kawasan yang mengandung unsur dan struktur alami yang dapat menjalankan proses-proses ekologis, seperti pengendali pencemaran udara, ameliorasi iklim, pengendali tata air, dan sebagainya. Unsur alami inilah yang menjadi ciri RTH di wilayah perkotaan, baik unsur alami berupa tumbuh-tumbuhan atau vegetasi, badan air, maupun unsur alami lainnya. Dalam penataan ruang, RTH diartikan sebagai kawasan yang mempunyai unsur dan struktur alami yang harus diintegrasikan dalam rencana tata ruang kota, tata ruang wilayah, dan rencana tata ruang regional sebagai satu kesatuan sistem (Joga dan Ismaun 2011). Secara fisik, RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami dan RTH nonalami (binaan). RTH alami dapat berupa habitat liar alami, kawasan lindung, dan taman-taman nasional, sedangkan RTH non-alami berupa taman, hutan kota, lapangan olahraga, tanah pemakaman, dan jalur hijau jalan. Klasifikasi RTH secara fisik dapat dilihat pada Gambar 2. Ruang Terbuka (Open space) Ruang Terbuka Hijau (Green Open space)
Alami Habitat liar alami (Wilderness Areas)
Kawasan lindung (Protected Areas)
Non-alami (Binaan) Taman Nasional (Natural Park Areas)
Taman rekreasi (Recreational Areas)
Urban Development Open Space
Sumber: Joga dan Ismaun (2011)
Gambar 2 Klasifikasi ruang terbuka (open space)
Taman Kota (Urban Park Areas)
16 Berdasarkan kepemilikannya, RTH terdiri atas RTH publik dan RTH privat. RTH publik merupakan RTH untuk umum yang dikelola oleh pemerintah, sedangkan RTH privat merupakan RTH yang dimiliki oleh badan swasta atau perorangan. Kondisi pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun yang semakin tinggi dan perkembangan pembangunan fisik kota yang sangat pesat menyebabkan perencanaan RTH untuk masa yang akan datang baik dari segi kualitas maupun kuantitas menjadi sebuah hal yang sangat penting sehingga keselarasan lingkungan alam dan lingkungan binaan dapat terwujud (Rijal 2008).
2.3
Contingent Valuation Methods (CVM)
Secara umum, teknik valuasi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana WTP terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan keinginan membayar yang terungkap (revealed WTP). Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana WTP diperoleh langsung dari responden yang diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Klasifikasi teknik valuasi non-market dapat dilihat pada Gambar 3. Valuasi Non-market
Tidak langsung (Revealed WTP) Hedonic Pricing Travel Cost Random Utility Model
Langsung (Survei) (Expressed WTP) Contingent Valuation Random Utility Model Contingent Choice
Sumber: Fauzi (2010)
Gambar 3 Klasifikasi valuasi non-market Contingent Valuation Methods (CVM) sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non-pemanfaatan) sumber daya alam atau sering dikenal dengan nilai keberadaan. Tujuan CVM adalah untuk mengetahui keinginan membayar (WTP) dari masyarakat misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air,
17 udara, dan sebagainya) dan untuk mengetahui keinginan menerima (WTA) kerusakan suatu lingkungan. Karena teknik CVM didasarkan pada asumsi mengenai hak kepemilikan (Garrod dan Willis 1999), jika individu yang ditanya tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar (WTP) untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang kita tanya memiliki hak atas sumber daya, pengukuran yang relevan adalah keinginan menerima (WTA) kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumber daya alam yang dia miliki (Fauzi 2010). Pendekatan CVM dilakukan dengan asumsi bahwa dengan adanya manfaat yang dirasakan responden maka mereka akan mau berkorban atau memiliki nilai WTP dengan jumlah tertentu untuk mempertahankan barang lingkungan yang telah memberikan manfaat bagi mereka. Penggunaan WTP didasarkan karena individu tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam karena taman kota merupakan ruang publik dengan kepemilikan pemerintah (Fauzi 2006). Menurut Fauzi (2004), CVM diakui sebagai pendekatan yang cukup baik untuk mengukur nilai WTP, namun terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Kelemahan dari pendekatan ini adalah timbulnya bias. Sumber-sumber bias terutama ditimbulkan oleh dua hal yaitu: 1. Bias yang timbul dari strategi yang keliru Hal ini terjadi apabila ketika wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner kita menyatakan bahwa akan dipungut biaya untuk perbaikan kualitas lingkungan, sehingga timbul kecenderungan responden memberi nilai yang rendah dari yang sebenarnya. Sebaliknya, jika kita menyatakan bahwa wawancara hanya semata-mata hipotesis belaka, maka akan timbul kecenderungan responden untuk memberikan nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. 2. Bias yang ditimbulkan oleh rancangan penelitian Hal ini terjadi jika informasi yang diberikan kepada responden mengandung hal-hal yang kontroversial seperti pembebanan karcis masuk. Hal tersebut tentu akan menghasilkan nilai WTP yang lebih rendah dari yang sebenarnya.
18 2.4
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah penelitian mengenai keberadaan RTH dan analisis WTP masyarakat yang dapat dilihat pada Tabel 5. Penelitian mengenai preferensi masyarakat terhadap barang lingkungan telah cukup banyak dilakukan seperti penelitian yang dilakukan oleh Melati (2013) yang meneliti tentang preferensi masyarakat pengguna terhadap perbaikan lingkungan Bandara Soekarno Hatta. Penelitian terkait RTH juga telah banyak dilakukan seperti yang dilakukan oleh Nugroho (2011) dan Hesti (2005), namun penelitian mengenai preferensi masyarakat terhadap perbaikan kualitas suatu RTH masih sangat terbatas. Tabel 5 Penelitian Terdahulu No 1
Peneliti Hesti (2005)
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Perencanaan Sistem Ruang Terbuka Hijau untuk Mendukung Terciptanya Kenyamanan dan Identitas Lanskap Kotamadya Metro, Provinsi Lampung
Kebutuhan RTH Kota Metro dalam skala kota masih mencukupi namun dari segi kualitas dalam bentuk RTH untuk kenyamanan lingkungan masih kurang. Dari 3.639,09 ha RTH yang ada, 2.749,66 ha perlu untuk dipertahankan keberadaannya sebagai RTH total Kota Metro, 706,08 ha perlu ditingkatkan kualitasnya, dan 1.417,15 ha merupakan cadangan untuk ruang terbangun.
2
Nugroho (2011)
Valuasi Manfaat Ekologis Kanopi Pohon Perkotaan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Malang dengan menggunakan GIS
Peningkatan luas kanopi pepohonan sebesar 10 sampai 30 persen memberikan hasil yang sangat signifikan berupa manfaat ekonomi hingga mencapai 300 persen dari nilai sekarang, serta manfaat ekologis terkait potensi perdagangan karbon sebesar Rp139.000.000.
3
Melati (2013) Analisis Ekonomi Lingkungan Bandara Soekarno Hatta
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis WTP dengan menggunakan CVM, dan analisis regresi linear berganda. Nilai WTP responden terhadap perbaikan lingkungan bandara adalah sebesar Rp13.865,98 per orang per penerbangan. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap nilai WTP yang diberikan adalah variabel tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, frekuensi penerbangan, dan dummy kenyamanan
19
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini terdiri atas kerangka pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran teoritis merupakan teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menjawab tujuan penelitian. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri atas Contingent Valuation Methods (CVM), dan regresi linear berganda. Kerangka pemikiran operasional merupakan tahapan alur berpikir dalam melakukan penelitian.
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Contingent Valuation Methods (CVM) Berdasarkan Pearce et al. dalam Fauzi (2014), analisis CVM melibatkan tiga tahapan utama, yaitu: 1.
Identifikasi barang dan jasa yang akan dievaluasi Tahapan ini merupakan tahapan yang krusial dalam analisis CVM. Pada
tahapan ini, peneliti harus terlebih dahulu memiliki konsep yang jelas tentang apa yang akan divaluasi, perubahan kualitas dan kuantitas apa yang menjadi concern kebijakan, serta jenis barang atau jasa non-pasar apa saja yang akan divaluasi oleh peneliti. 2.
Kontruksi skenario hipotetik Oleh karena CVM adalah metode analisis yang mengandalkan teknik
survei, maka tahapan kedua ini sangat bergantung dari konteks yang dianalisis (content dependent). Jenis pertanyaan dan skenario yang diajukan pada tahap ini akan sangat berpengaruh terhadap outcome yang akan dihasilkan pada analisis CVM. Terdapat tiga elemen esensial dalam tahap ini yaitu: 1) informasi pada responden tentang dampak skenario kebijakan yang disodorkan. Pada elemen ini, deskripsi kebijakan paling tidak harus memuat dua skenario dasar yaitu kondisi saat ini yang akan dijadikan baseline dan skenario target dari dampak kebijakan yang diusulkan, 2) deskripsi pasar yang akan dikembangkan, 3) metode pembayaran harus dijelaskan secara rinci pada survei CVM.
20 3.
Elisitasi nilai moneter Metode ini adalah teknik mengekstrak informasi kesanggupan membayar
dari responden dengan menanyakan besaran pembayaran melalui format tertentu. Format elisitasi CVM dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Format Elisitasi CVM No 1
Format Open Ended
Deskripsi/contoh pertanyaan Berapakah jumlah maksimum pembayaran (melalui pajak) yang anda sanggup bayar untuk memperbaiki lingkungan di wilayah X (X misalnya daerah aliran sungai, taman mangrove, kawasan taman lindung, dan sebagainya)
2
Bidding Game
Maukah anda membayar Rp10.000 (melalui pajak) untuk memperbaiki lingkungan di wilayah X? Jika Ya: Enumerator menaikkan tawaran (misalnya Rp20.000, Rp50.000, dan seterusnya) sampai responden menjawab tidak Jika Tidak: Enumerator menurunkan tawaran sampai responden menjawab “Ya”
3
Kartu pembayaran (payment card)
Manakah diantara pembayaran dibawah menggambarkan WTP anda melalui pajak? a. Rp0 b. Rp5.000 c. Rp10.000 d. Rp20.000 e. … f. … g. >Rp100.000
4
Single bounded dischotomous
Apakah anda sanggup membayar Rp10.000 untuk perubahan lingkungan? a. Ya b. Tidak
5
Double bounded dischotomous
Apakah anda sanggup membayar Rp10.000 untuk perbaikan lingkungan? Jika Ya: Apakah anda sanggup membayar Rp20.000 Jika Tidak: Apakah anda sanggup membayar Rp5000
ini
yang
Sumber: Fauzi (2014)
Penentuan WTP dengan metode CVM memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yang perlu diperhatikan. Menurut Hanley dan Spash (1993), kelebihan dari penggunaan metode CVM adalah sebagai berikut: 1.
Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting, yaitu seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan.
2.
Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat.
21 3.
Dibandingan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya, CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non-penggunaan. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung.
4.
Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan nonpengguna sesuai informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara sehingga memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan nonpengguna secara terpisah.
3.1.2 Model Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda adalah suatu alat analisis untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dependent (tak bebas) Y dengan lebih dari satu variabel independent (bebas) X1, X2, …,Xk (Riduwan 2009). Asumsi yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda menurut Juanda (2009) adalah: 1.
Penetapan spesifikasi model.
2.
Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linear sempurna antara peubah bebas Xk.
3.
a) Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam
konstan untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var (εi) = σ2
b) Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehingga Cov (εi, εj) = 0, untuk i ≠ j. c) Komponen sisaan menyebar normal. Persamaan model regresi linear berganda secara umum (model populasi) adalah sebagai berikut: YI = β1X1i + β2X2i + β3X3i + … + βkXki + εi……………………………………..(1) Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari satu sampai N untuk data populasi, atau sampai n untuk data contoh (sample). Xki merupakan pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk. Koefisien β1 dapat merupakan intersep model regresi jika semua pengamatan X1i bernilai 1 sehingga model menjadi: YI = β1 + β2X2i + β3X3i + … + βkXki + εi……............…………………………...(2)
22 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional
Peningkatan pemanfaatan lahan perkotaan sebagai kawasan pemukiman, industri dan perdagangan, jalan raya, pusat perbelanjaan, dan tingginya tingkat kebutuhan sarana transportasi perkotaan merupakan akibat dari adanya peningkatan jumlah penduduk. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas lingkungan perkotaan berupa pencemaran udara, kenaikan suhu bumi, banjir, dan masalah lingkungan lainnya. Dengan penurunan kualitas lingkungan yang terjadi, maka dibutuhkan adanya pengelolaan lingkungan hidup perkotaan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Peningkatan kuantitas dan kualitas RTH merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan tersebut. Hutan Kota Taman Beringin merupakan salah satu RTH Hutan Kota yang terdapat di Kota Medan. Penurunan kualitas lingkungan Kota Medan yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa dibutuhkannya Hutan Kota Taman Beringin dengan kualitas yang memadai untuk menopang kelangsungan hidup perkotaan. Pentingnya peranan dari Hutan Kota Taman Beringin dalam mengatasi masalah lingkungan Kota Medan masih kurang disadari oleh berbagai stakeholder sehingga menimbulkan masalah-masalah lingkungan tersendiri seperti kebersihan yang semakin menurun, perusakan terhadap vegetasi pepohonan, dan perusakan pada fasilitas pendukung di Hutan Kota Taman Beringin. Keberlanjutan dari Hutan Kota Taman Beringin memerlukan partisipasi dari seluruh masyarakat Kota Medan dalam menjaga dan memelihara kelestariannya. Untuk itu, penelitian ini ingin mengkaji preferensi masyarakat terhadap upaya perbaikan Hutan Kota Taman Beringin. Tahap awal dari penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi masyarakat dalam hal ini pengunjung terhadap kondisi keberadaan Hutan Kota Taman Beringin. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Tahap selanjutnya adalah mengestimasi kesediaan membayar masyarakat yakni pengunjung yang melakukan kunjungan di Hutan Kota Taman Beringin terhadap upaya perbaikan kualitas Hutan Kota Taman Beringin dengan pendekatan nilai WTP. Tahap akhir dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai
23 WTP terhadap upaya perbaikan kualitas Hutan Kota Taman Beringin. Alat analisis yang digunakan pada tahap ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi para pemegang kebijakan untuk pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin di masa yang akan datang serta sebagai informasi bagi seluruh pengguna Hutan Kota Taman Beringin agar dapat secara bijak dalam pemanfaatannya. Alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4. Penurunan kualitas lingkungan perkotaan
Perlunya pengelolaan lingkungan hidup perkotaan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau
Hutan Kota Taman Beringin sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau Kota Medan
Penurunan Kualitas Hutan Kota Taman Beringin
Identifikasi persepsi pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin
Estimasi Willingness to Pay pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin
Faktor-faktor yang mempengaruhi Willingness to Pay pengunjung
Analisis deskriptif pendekatan persepsi
Contingent Valuation Method (CVM)
Analisis regresi linear berganda
Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin Gambar 4 Diagram alur kerangka berpikir
24
IV.
4.1
METODOLOGI PENELITIAN
Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di salah satu kawasan RTH hutan kota di Kota Medan yaitu Hutan Kota Taman Beringin. Hutan Kota ini terletak di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia dengan luas 12.219 m2. Hutan kota ini merupakan salah satu RTH publik yakni milik Dinas Pertamanan Kota Medan. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kualitas dari Hutan Kota Taman Beringin ini semakin menurun dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut berperan dalam menjaga keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ini. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2014.
Lokasi penelitian
Sumber: googlemaps (2014)
Gambar 5 Lokasi penelitian
4.2 Pengambilan
Metode Pemilihan Responden
responden
pada
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan metode non-probability sampling yaitu metode pengambilan contoh dimana semua objek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama
25 untuk dipilih sebagai responden (Juanda 2007). Teknik penentuan jumlah responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dimana responden pengunjung dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu telah berusia minimal 15 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik, dan telah melakukan kunjungan minimal 2 kali kunjungan. Jumlah responden pengunjung pada penelitian ini adalah sebanyak 55 responden yang ditentukan dengan mengikuti kaidah pengambilan contoh sosial secara statistika yaitu minimal 30 data atau sampel dimana data tersebut mendekati sebaran normal (Walpole 1992).
4.3
Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara secara langsung
terhadap
pengunjung
dengan
menggunakan
kuesioner
untuk
mendapatkan data karakteristik pengunjung, persepsi pengunjung terhadap Hutan Kota Taman Beringin, dan nilai WTP pengunjung. Selain itu wawancara juga dilakukan kepada pihak pengelola yaitu Dinas Pertamanan mengenai pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi terkaitserta pustaka yang relevan dengan penelitian berupa jurnal ilmiah, buku referensi, hasil-hasil penelitian terdahulu, internet, dan lain sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data jumlah penduduk, luas RTH, dan data lain yang dibutuhkan. Data tersebut diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera Utara, BPS Kota Medan, Badan Lingkungan Hidup Kota Medan, Dinas Pertamanan Kota Medan, Kelurahan Madras Hulu, perpustakaan, serta literatur-literatur dari situs internet yang terkait dengan penelitian.
4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2010 dan SPSS16. Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi responden pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin dengan analisis
26 deskriptif, sedangkan untuk mengestimasi besarnya nilai WTP pengunjung terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin menggunakan metode CVM. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Tabel 7 akan menguraikan keterkaitan antara sumber data dan metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian. Tabel 7 Matriks metode analisis data No.
Tujuan Penelitian
Sumber Data
Metode Analisis Data
1
Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin
Wawancara secara langsung dengan pengunjung mengenai persepsi terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin
Analisis deskriptif
2
Mengestimasi nilai WTP pengunjung terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin
Wawancara secara langsung dengan pengunjung mengenai nilai yang bersedia mereka bayarkan untuk tetap mempertahankan Hutan Kota Taman Beringin
Metode Contingent valuation methods (CVM)
3
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP pengunjung
Wawancara secara langsung dengan pengunjung
Analisis regresi linear berganda
4.4.1 Identifikasi Persepsi Pengunjung terhadap Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin Identifikasi persepsi pengunjung terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin merupakan hal yang perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi, kondisi lingkungan, dan pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin. Informasi ini diharapkan dapat menjadi masukan atau rekomendasi bagi pengelola Hutan Kota Taman Beringin untuk pengelolaan hutan kota ini ke arah yang lebih baik dan meminimalisasi dampak negatif. Responden pada penelitian ini merupakan pengunjung Hutan Kota Taman Beringin pada saat penelitian dilakukan. Persepsi responden dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif yang mencakup persepsi mengenai kegiatan yang sering untuk dilakukan, persepsi mengenai fungsi dan manfaat, persepsi mengenai kondisi lingkungan, persepsi terhadap perbaikan fasilitas, persepsi mengenai dampak negatif, dan persepsi responden mengenai penting atau tidaknya mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin. Persepsi responden mengenai kondisi lingkungan Hutan
27 Kota Taman Beringin dinilai berdasarkan 4 kategori penilaian dengan 5 indikator kategori. Kategori dan indikator persepsi responden terhadap kondisi lingkungan Hutan Kota Taman Beringin dijelaskan pada Tabel 8. Tabel 8 Kategori dan indikator persepsi responden terhadap kondisi lingkungan No 1
Kategori Kebersihan
Indikator - Sangat bersih - Bersih - Cukup bersih - Kurang bersih - Tidak bersih
-
Keterangan Tidak ada sampah berserakan Sangat sedikit sampah Sedikit sampah Terdapat banyak sampah Sangat banyak sampah
2
Keindahan
- Sangat indah - Indah - Cukup indah - Kurang indah - Tidak indah
-
Vegetasi tumbuhan sangat terawat Vegetasi tumbuhan terawat Vegetasi tumbuhan cukup terawat Vegetasi tumbuhan kurang terawat Vegetasi tumbuhan tidak terawat
3
Kenyamanan
- Sangat nyaman
- Nyaman - Cukup nyaman - Kurang nyaman - Tidak nyaman
- Fasilitas pendukung seperti toilet, tempat duduk, tempat sampah, tempat parkir, sarana bermain, dan lain-lain sangat lengkap - Fasilitas pendukung lengkap - Fasilitas pendukung cukup lengkap - Fasilitas pendukung kurang lengkap - Fasilitas pendukung tidak lengkap
- Sangat sejuk - sejuk - Cukup sejuk - Kurang sejuk - Tidak sejuk
-
4
Kesejukan
Udara terasa sangat sejuk dan segar Udara terasa sejuk dan segar Udara cukup sejuk dan segar Udara kurang sejuk dan segar Udara tidak sejuk dan segar
4.4.2 Estimasi Nilai WTP Pengunjung terhadap Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan Hutan Kota Taman Beringin Pendugaan nilai WTP pengunjung perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar
partisipasi
masyarakat
Kota
Medan
terhadap
upaya
mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin. Pendugaan Nilai WTP pengunjung menggunakan metode analisis data berupa CVM. Adapun Tahapan dari metode CVM adalah : 1)
Membuat pasar hipotetik (hypotetical market) Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat pasar hipotetik dan
mengajukan pertanyaan terhadap responden mengenai nilai yang ingin dibayarkan untuk tetap memertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin. Sebelum mendapatkan nilai kesediaan membayar, terlebih dahulu dibuat skenario atau
28 pasar hipotetik. Skenario yang dibuat harus jelas sehingga responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan tersebut. Skenario yang dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan, Hutan Kota Taman Beringin memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Kota Medan dalam jangka panjang. Fungsi tersebut diantaranya adalah sebagai sarana rekreasi, penyedia udara bersih dan segar, menyerap polusi, penyeimbang antara area terbangun dan tidak terbangun, daerah resapan air, kenyamanan dan keindahan kota, dan lain sebagainya. Agar tidak kehilangan manfaat yang diberikannya dalam mengatasi masalah lingkungan, maka dibutuhkan upaya untuk mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin agar tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin akibat pengelolaan yang kurang optimal, dana yang terbatas, budaya dan kebiasaan masyarakat yang tidak menjaga kelesatarian lingkungan, dan lainnya. Apakah bapak/ibu/saudara/i bersedia berpartisipasi dalam bentuk kesediaan membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin melalui biaya kebersihan?”. 2)
Mendapatkan penawaran besarnya nilai WTP Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada
penelitian ini adalah dengan survei langsung kepada responden. Survei ini bertujuan untuk memperoleh nilai maksimum WTP dari responden. Responden diberi pertanyaan mengenai kesediaannya untuk berkontribusi yang sanggup dibayarkan. Pertanyaan akan dihentikan sampai nilai sesuai kemampuan yang mereka bayar diperoleh, dimana mendapatkan nilai maksimum WTP atau responden enggan untuk membayar kembali (Fauzi 2006). 3)
Menghitung rataan WTP Dugaan rataan WTP dihitung dengan menggunakan rumus (Hanley dan
Spash 1993): EWTP= (∑WTPXi)/n…………………………………………………………....(4) Keterangan: EWTP
= dugaan rata-rata WTP (Rp)
WTPXi
= nilai WTP ke-i (Rp)
n
= jumlah responden (orang)
29 4)
Memperkirakan kurva WTP Kurva permintaan WTP dibentuk menggunakan frekuensi kumulatif dari
individu yang bersedia memilih suatu nilai WTP tertentu. Pendugaan kurva WTP akan dilakukan dengan persamaan sebagai berikut: WTP= f (LMT, PNDKN, PDPTN, JT, FK, DBRSH, DNDH, DNYMN, DSJK) Keterangan: LMT
= lama tinggal (tahun)
PNDKN = tingkat pendidikan (tahun) PDPTN = tingkat pendapatan (Rp/bulan) JT
= jumlah tanggungan (orang)
FK
= frekuensi kunjungan (kali/bulan)
DBRSH = dummy kebersihan taman (1= bersih; 0= tidak bersih) DNDH
= dummy keindahan taman (1= indah; 0= tidak indah)
DNYMN = dummy kenyamanan(1= nyaman; 0= tidak nyaman) DSJK 5)
= dummy kesejukan (1= sejuk; 0= tidak sejuk) Menjumlahkan data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran
dikonversi terhadap populasi yang dimaksud. Maka nilai WTP didapat dengan rumus: TWTP= EWTP.N………………..……………………………………………….(5) Keterangan: TWTP
= total WTP responden (Rp)
EWTP
= rataaan WTP (Rp)
N
= jumlah populasi (orang) Jumlah populasi pengunjung mengacu pada penelitian Simangunsong
(2008) yaitu sebesar 140 orang per hari atau sebesar 51.100 orang per tahun. 6)
Evaluasi penggunaan CVM Evaluasi penggunaan CVM dilakukan dengan melihat nilai R-square (R2)
yang dihasilkan oleh model. Evaluasi ini perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kebenaran dan keandalan dalam model.
30 4.4.3 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Pengunjung Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung perlu dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi bahan pertimbangan pengunjung dalam memberikan nilai WTP sehingga dapat digunakan untuk penentuan kebijakan pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin. Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Menurut Juanda (2009), analisis regresi linear digunakan untuk mempelajari hubungan atau peramalan antara dua buah variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik. Model regresi berganda merupakan pengembangan dari model regresi linear sederhana dengan asumsi bahwa peubah tak bebas Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah tak bebas X1, X2,…,Xk dan komponen sisaan ε (error). Terdapat sembilan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel lama tinggal, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, frekuensi kunjungan, dan variabel kualitas lingkungan meliputi dummy kebersihan, dummy keindahan, dummy kenyamanan, dan dummy kesejukan. Fungsi persamaannya adalah sebagai berikut : Y = β0 + β1LMT + β2PNDKN + β3PDPTN + β4JT + β5FK + β6DBRSH + β7DNDH + β8DNYMN + β9DSJK + εi………………..…………………..(6) Dimana: WTP
= nilai WTP yang ingin dibayarkan (Rp)
β0
= konstanta
β1... β10
= koefisien regresi
LMT
= lama tinggal (tahun)
PNDKN = tingkat pendidikan (tahun) PDPTN = tingkat pendapatan (Rp/bulan) JT
= jumlah tanggungan (orang)
FK
= frekuensi kunjungan (kali/bulan)
DBRSH = dummy kebersihan (1= bersih; 0= tidak bersih) DNDH
= dummy keindahan (1= indah; 0= tidak indah)
DNYMN = dummy kenyamanan(1= nyaman; 0= tidak nyaman)
31 DSJK
= dummy kesejukan (1= sejuk; 0= tidak sejuk)
ε
= galat atau error Dari sembilan variabel bebas yang diuji, variabel yang diduga berpengaruh
positif terhadap nilai WTP responden adalah variabel lama tinggal, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan, dummy kebersihan, dummy keindahan, dummy kenyamanan, dan dummy kesejukan. Tingginya tingkat pendidikan mencerminkan bahwa responden memiliki pengetahuan mengenai fungsi dan manfaat dari Hutan Kota Taman Beringin sehingga diduga akan cenderung memberikan nilai WTP yang tinggi. Tingginya pendapatan seseorang mencerminkan kemampuan ekonomi seseorang, sehingga semakin tinggi pendapatan seseorang maka diduga akan semakin besar pula nilai WTP yang diberikannya. Frekuensi kunjungan mencerminkan tingkat kepuasan seseorang terhadap keberadaan suatu tempat atau daerah kunjungan. Semakin sering seseorang mengunjungi suatu tempat atau daerah kunjungan maka diasumsikan bahwa orang tersebut merasa nyaman atau puas dengan kondisi daerah tersebut. Tingginya frekuensi kunjungan seseorang terhadap Hutan Kota Taman Beringin diduga akan memberikan nilai WTP yang lebih tinggi karena orang tersebut diasumsikan akan cenderung mempertahankan tempat tersebut agar dapat kembali dikunjungi. Kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin yang semakin baik akan cenderung menghasilkan nilai WTP yang semakin tinggi. Semakin baik kondisi lingkungan Hutan Kota Taman Beringin akan berdampak pada minat seseorang untuk mengunjungi Hutan Kota Taman Beringin. Dengan kualitas lingkungan yang baik, seseorang akan cenderung ingin mempertahankan kondisi tersebut sehingga akan berpengaruh pada kesediaan seseorang untuk mempertahankannya agar dapat terus dinikmati. Variabel jumlah tanggungan diduga berbanding terbalik terhadap nilai WTP seseorang. Semakin besar jumlah tanggungan seseorang maka akan semakin besar pula pengeluaran seseorang. Dengan besarnya pengeluaran seseorang, maka akan cenderung mempengaruhi nilai WTP seseorang terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin sehingga diduga akan menghasilkan nilai WTP yang semakin kecil. Adapun indikator pengukuran WTP dapat dilihat pada Tabel 9.
32 Tabel 9 Indikator pengukuran WTP No.
Variabel
Cara Pengukuran
1
Willingness to Pay (WTP)
Dengan menggunakan teknik bidding game
2
Lama Tinggal (LMT)
Dibedakan menjadi empat kelas yaitu: a. ≤ 5 tahun b. 6-15 tahun c. 16-25 tahun d. 26-35 tahun e. ≥ 36 tahun
3
Tingkat Pendidikan (PNDKN)
Dibedakan menjadi empat kelas yaitu: a. Tidak Sekolah b. SD c. SMP/ Sederajat d. SMA/ Sederajat e. Perguruan Tinggi
4
Tingkat Pendapatan (PDPTN)
Dikelompokkan menjadi enam kategori yaitu : a. ≤ Rp1.800.000 b. Rp1.800.0001- Rp2.300.000 c. Rp2.300.001 – Rp2.800.000 d. Rp2.800.001 – Rp3.200.000 e. > Rp3.200.000
5
Jumlah Tanggungan (JT)
Dikelompokan menjadi lima kelas yaitu : a. 0–1 orang b. 2-3 orang c. 4-5 orang d. > 5 orang
6
Frekuensi Kunjungan (FK)
Dikelompokan menjadi lima kelas yaitu : a. 2-7 kali/bulan b. 8-13 kali/bulan c. 14-19 kali/bulan d. 20-25 kali/bulan
7
Kebersihan (DBRSH)
Kebersihan merupakan variabel dummy. Apakah kondisi HKTB saat ini sudah bersih? 1= Bersih 0= Tidak bersih
8
Keindahan (DNDH)
Keindahan merupakan variabel dummy. Apakah kondisi HKTB saat ini sudah indah? 1= Indah 0= Tidak Indah
9
Kenyamanan (DNYMN)
Kenyamanan merupakan variabel dummy. Apakah kondisi HKTB saat ini sudah nyaman? 1= Nyaman 0= Tidak Nyaman
10
Kesejukan (DSJK)
Kualitas udara merupakan variabel dummy. Apakah kondisi kualitas udara HKTB saat ini sudah sejuk? 1= Sejuk 0= Tidak Sejuk
33 4.5 1.
Pengujian Parameter Regresi
Uji Keandalan Uji keandalan dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan CVM dilihat
dengan nilai koefisien determinasi atau R-square (R2) dari Ordinary Least Square (OLS) WTP. Koefisien determinasi adalah suatu nilai statistik yang dapat mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat dari suatu persamaan regresi (Firdaus 2004). Berdasarkan Hanley and Spash (1993) untuk penelitian yang berkaitan dengan benda lingkungan dapat mentolerir nilai Rsquare (R2) hingga 15 persen. 2.
Uji Multikolinearitas Salah satu asumsi dasar dari model regresi berganda adalah bahwa tidak
ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, dapat dikatakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicolinearity). Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah atau kombinasi peubah bebas berkorelasi tinggi antara peubah yang satu dengan yang lainnya (Juanda 2009). Uji multikolinearitas dapat diketahui dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF < 10 maka terbebas dari masalah multikolinearitas. 3.
Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (ε)
sama atau homogen, asumsi ini disebut homokedastisitas. Pelanggaran terhadap asumsi homokedastisitas adalah heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat plot grafik hubungan antara residual dengan fitsnya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat masalah heteroskedastisitas atau ragam sisaan sama. 4.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term dari data
observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Pada penelitian ini data yang digunakan lebih dari 30 sehingga dapat diduga bahwa data telah mendekati sebaran normal. Namun
34 diperlukan uji lebih lanjut untuk membuktikan bahwa data telah mendekati sebaran normal. Salah satu uji yang dapat dilakukan adalah uji KolmogorovSmirnov Test. Apabila nilai signifikan lebih besar dari taraf nyata 10 persen maka data yang diuji menyebar normal. 5.
Uji Autokorelasi Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa tidak ada
autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan (εt). Uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji Durbin-Watson (DW). Nilai DW yang berada pada selang 1,55 hingga 2,46 menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi (Firdaus 2004).
35
V.
5.1
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan data Kelurahan Madras Hulu (2013), Hutan Kota Taman Beringin merupakan salah satu RTH Hutan Kota yang terdapat di Kecamatan Medan Polonia Kota Medan yang dibangun sejak tahun 1971 oleh Gubernur Sumatera Utara (Marah Halim). RTH yang terletak di Jalan Teuku Cik Di Tiro ini termasuk dalam Kelurahan Madras Hulu dengan luas kawasan RTH ± 12.219 m2. Batas wilayah kawasan Hutan Kota Taman Beringin adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kantor lurah Madras Hulu
Sebelah Timur
: Kawasan perumahan elite
Sebelah Barat
: Sungai Babura
Sebelah Selatan
: Rumah dinas Gubernur Sumatera Utara
Hutan Kota Taman Beringin ini berada tepat di depan rumah dinas Gubernur Sumatera Utara. Hutan Kota Taman Beringin ini terletak di pinggir jalan Sudirman dan Jalan Teuku Cik Di Tiro sehingga sering menimbulkan kekeliruan bagi masyarakat dengan menyebut Hutan Kota Taman Beringin sebagai Taman Sudirman. Letak pintu masuk taman yang berada di Jalan Teuku Cik Di Tiro menandakan bahwa secara administratif Hutan Kota Taman Beringin terletak di Jalan Teuku Cik Di Tiro. Dengan letak yang sangat strategis yaitu berada di pinggir jalan utama tengah kota menjadikan taman ini sering dilalui oleh kendaraan bermotor baik pada pagi maupun siang hari. Hal ini juga menjadikan Hutan Kota Taman Beringin sangat mudah untuk dijangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Hutan Kota Taman Beringin mulai dikunjungi oleh pengunjung yang ingin berolahraga ataupun sekedar menikmati keindahan taman pukul 07.00 WIB baik di hari biasa maupun akhir pekan. Pada saat jam istirahat kerja, Hutan Kota ini mulai ramai didatangi oleh pengunjung untuk sekedar beristirahat ataupun makan siang. Berdasarkan penelitian Simangunsong (2008), pengunjung Hutan Kota Taman Beringin ini setiap harinya rata-rata mencapai 140 orang. Pengunjung
36 Hutan Kota ini adalah keluarga, kalangan muda, bahkan anak-anak yang sedang mengadakan study-tour lingkungan. Hutan Kota Taman Beringin didominasi oleh vegetasi tanaman langka diantaranya adalah tanaman tanjung (Mimosops elengi), bungur (Lagerstroemia speciosa), sukun (Artocarpus communis), nangka (Artocarpus heterophyllus), srikaya (Annona squamosa), beringin (Ficus benjamina), bacang (Magnifera foetida), kelapa hibrida, kelapa pisang, dan sebagainya. Variasi tanaman di Hutan Kota Taman Beringin ini merupakan nilai tambah tersendiri bagi Hutan Kota Taman Beringin dibandingkan RTH lainnya karena dapat menambah pengetahuan pengunjung terhadap jenis tanaman-tanaman langka. Selain variasi tanaman langka, Hutan Kota Taman Beringin juga dihuni oleh sekelompok burung merpati dan kupu-kupu yang semakin melengkapi fungsinya sebagai Hutan Kota. Fasilitas-fasilitas pendukung yang terdapat di Hutan Kota Taman Beringin diantaranya adalah kolam air mancur, sarana bermain anak, toilet, tempat duduk, tempat sampah, dan sebagainya. Kondisi lahan parkir yang berada di dalam taman sangat disayangkan karena semakin mempersempit ruang gerak pengunjung di sekitar taman. Selain itu, lahan parkir yang tersedia masih terbatas untuk kendaraan roda dua saja, sedangkan untuk kendaraan roda empat tidak tersedia.
5.2
Pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu key person yaitu pengawas Hutan Kota Taman Beringin (2014), tujuan awal dibangunnya Hutan Kota Taman Beringin ini adalah sebagai paru-paru Kota Medan atau untuk perbaikan kualitas udara Kota Medan dan sebagai wadah interaksi masyarakat kota Medan yang bersturuktur alam. Dinas Pertamanan Kota Medan berharap dengan dibangunnya Hutan Kota Taman Beringin maka kualitas lingkungan Kota Medan yang semakin menunjukkan penurunan dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik dapat dinetralisir sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat Kota Medan. Pihak pengelola yang bertanggung jawab dalam perawatan dan pemeliharaan taman beserta fasilitas Hutan Kota Taman Beringin adalah Dinas
37 Pertamanan Kota Medan. Pihak pengelola juga bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota Medan dalam proses pembuangan sampah. Terdapat satu orang pengawas dan sepuluh orang petugas taman yang bertugas dalam menjaga dan merawat kebersihan dan keindahan Hutan Kota Taman Beringin. Petugas taman yang dipekerjakan oleh Dinas Pertamanan Kota Medan ini terdiri dari petugas kebersihan taman, petugas kebersihan kolam, dan petugas penyiraman taman yang bekerja rutin setiap hari kecuali hari libur mulai pukul 08.00 hingga15.00 WIB. Pembagian kerja terdiri atas dua shift yaitu shift pagi dan shift sore. Kegiatan pemeliharan taman terdiri atas penyapuan taman, pembuangan sampah, pengurasan kolam air mancur, penyiraman taman, pemangkasan tanaman, penambahan bibit tanaman, pemupukan, penyemprotan hama dan pengecatan dinding taman. Kondisi keamanan di Hutan Kota Taman Beringin masih sangat kurang terlihat dari masih banyaknya kasus pencurian lampu-lampu taman dan perusakan pagar-pagar pembatas di sekitar Hutan Kota Taman Beringin. Hal ini didukung dengan tidak terdapatnya petugas keamanan (security) di dalam taman sedangkan fasilitas taman dapat dipergunakan tanpa batas waktu.
5.3
Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini berjumlah 55 orang responden yang merupakan pengunjung Hutan kota Taman Beringin saat penelitian ini dilakukan. Karakteristik umum pengunjung Hutan Kota Taman Beringin dapat terwakili oleh karakteristik pengunjung yang menjadi responden pada penelitian ini. Karakteristik tersebut meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, waktu kunjungan dan frekuensi kunjungan,. 5.3.1 Jenis Kelamin Responden Pada penelitian ini, responden laki-laki lebih dominan dibandingkan responden perempuan. Jumlah responden laki-laki dalam penelitian yaitu sebanyak 37 orang (67%) sedangkan jumlah responden perempuan adalah sebanyak 18 orang (33%).
38
Gambar 6 Jenis kelamin responden
5.3.2 Umur Responden dengan umur 18 hingga 24 tahun merupakan responden yang paling banyak ditemui pada penelitian ini yaitu dengan persentase sebesar 42 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung Hutan Kota Taman Beringin sebagian besar adalah kalangan muda. Responden dengan umur 25 hingga 31 tahun merupakan responden terbanyak kedua yang ditemui yaitu dengan persentase sebesar 18 persen. Responden dengan umur 32 hingga 38 tahun yang ditemui memiliki persentase sebesar 13 persen sedangkan responden dengan umur lebih dari 45 tahun memiliki persentase sebesar 16 persen. Responden dengan jumlah terkecil dimiliki oleh responden dengan umur 39 hingga 45 tahun yaitu hanya sebesar 11 persen.
Gambar 7 Umur responden
5.3.3 Pendidikan Berdasarkan hasil survei, tingkat pendidikan responden yang ditemui terdiri atas responden dengan latar belakang lulusan Sekolah Menegah Atas
39 (SMA) dan sederajat dengan lama menempuh pendidikan adalah 12 tahun dan responden dengan latar belakang lulusan perguruan tinggi. Responden dengan latar belakang perguruan tinggi yang ditemui pada penelitian ini terdiri dari lulusan Diploma dan lulusan Sarjana. Responden dengan latar belakang pendidikan lulusan SMA dan sederajat merupakan responden dengan latar belakang pendidikan yang paling banyak ditemui yaitu dengan persentase sebesar 58 persen. Responden dengan latar belakang pendidikan lulusan diploma memiliki persentase sebesar 18 persen dimana dalam penelitian ini merupakan responden yang paling jarang ditemui, sedangkan responden dengan latar belakang pendidikan lulusan sarjana adalah sebesar 24 persen. Responden dengan latar belakang pendidikan di bawah SMA atau tidak bersekolah tidak ditemui dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik yaitu sebagian besar responden merupakan lulusan SMA dan sederajat.
Gambar 8 Tingkat pendidikan responden
5.3.4 Pekerjaan Jenis pekerjaan responden yang ditemui pada penelitian ini cukup beragam diantaranya pegawai swasta sebesar 67 persen, wirausaha sebesar 20 persen, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 6 persen, dan sisanya 7 persen adalah jenis pekerjaan lainnya seperti ibu rumah tangga dan pensiunan. Berdasarkan hasil survei, jenis pekerjaan responden yang paling banyak ditemui merupakan pegawai swasta. Persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 9.
40
Gambar 9 Jenis pekerjaan responden
5.3.5 Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan responden pada penelitian ini terdiri atas lima kategori yaitu dimulai dari tingkat pendapatan ≤Rp1.800.000 hingga tingkat pendapatan >Rp3.200.000. Responden pada penelitian ini sebagian besar merupakan masyarakat kalangan menegah kebawah dengan penghasilan yang paling sering ditemui berada pada kisaran ≤Rp1.800.000 dengan persentase sebesar 36 persen, responden dengan tingkat pendapatan pada kisaran Rp1.800.001 hingga Rp2.300.000 memiliki persentase sebanyak 26 persen, responden dengan tingkat pendapatan Rp2.300.001 hingga Rp2.800.000 memiliki persentase sebanyak 11 persen, responden dengan tingkat pendapatan pada kisaran Rp2.800.001 hingga Rp3.200.000 memiliki persentase sebesar 18 persen, sedangkan responden dengan tingkat pendapatan >Rp3.200.000 memiliki persentase sebesar 9 persen. Persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Pendapatan responden
41 5.3.6 Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua keluarga inti (suami, istri, dan anak) maupun bukan keluarga inti yang dibiayai atau ditanggung oleh responden. Responden yang tidak memiliki tanggungan keluarga merupakan responden yang paling sering ditemui dalam penelitian ini yaitu sebesar 49 persen. Hal ini dikarenakan pengunjung Hutan Kota Taman Beringin sebagian besar merupakan kalangan muda yang belum berumahtangga. Responden yang tidak memiliki tanggungan keluarga hingga responden yang memiliki jumlah tanggungan 1 orang adalah sebanyak 60 persen. Responden dengan jumlah tanggungan sebanyak 2 hingga 3 orang adalah sebesar 27 persen, sedangkan responden dengan jumlah tanggungan 4 hingga 5 orang adalah sebesar 9 persen. Responden dengan jumlah tanggungan lebih dari 5 orang merupakan responden yang paling sedikit ditemui yaitu hanya sebesar 4 persen. Persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Jumlah tanggungan responden
5.3.7 Waktu Kunjungan Berdasarkan survei yang dilakukan, kebanyakan responden melakukan kunjungan ke Hutan Kota Taman Beringin tidak hanya di akhir pekan atau hari libur saja tetapi juga di hari kerja. Letak Hutan Kota Taman Beringin yang strategis yaitu berada di pusat Kota Medan menjadikan RTH ini sering dikunjungi masyarakat baik hanya untuk sekedar melepaskan penat maupun istirahat kerja. Responden yang memilih waktu kunjungan tidak harus hari libur sangat mendominasi yaitu sebesar 68 persen. Responden yang melakukan kunjungan
42 hanya pada hari libur saja adalah sebanyak 9 persen, sedangkan responden yang melakukan kunjungan hanya pada akhir pekan adalah sebanyak 23 persen.
Gambar 12 Waktu kunjungan responden 5.3.8 Frekuensi Kunjungan Responden pada penelitian ini umumnya sering melakukan kunjungan ke Hutan Kota Taman Beringin. Hal ini dikarenakan lokasi yang cukup terjangkau dan sering dilalui serta tidak adanya pembebanan terhadap tarif masuk. Berdasarkan hasil survei, frekuensi kunjungan terbanyak yang dilakukan adalah 2 hingga 7 kali kunjungan setiap bulannya yaitu sebesar 53 persen. Responden yang melakukan kunjungan 8 hingga 13 kali setiap bulannya sebesar 24 persen, responden dengan kunjungan 14 hingga 19 kali setiap bulannya adalah sebesar 7 persen, dan responden dengan kunjungan 20 hingga 25 kali setiap bulannya adalah sebesar 16 persen. Besarnya frekuensi kunjungan responden ke Hutan Kota Taman Beringin menandakan tingginya minat masyarakat untuk melakukan kunjungan ke Hutan Kota Taman Beringin.
Gambar 13 Frekuensi kunjungan responden
43
VI.
6.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persepsi Pengunjung terhadap Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin Persepsi pengunjung pada penelitian ini dapat terwakili dengan
pengunjung yang dijadikan responden saat penelitian dilakukan. Penilaian responden terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin dapat dilihat dari beberapa aspek penilaian seperti persepsi mengenai kegiatan yang sering dilakukan, persepsi mengenai fungsi atau manfaat Hutan Kota Taman Beringin bagi pengunjung, persepsi responden mengenai kondisi lingkungan yang mencakup kondisi kebersihan, keindahan, kenyamanan, dan kesejukan, persepsi pengunjung mengenai perbaikan fasilitas pendukung taman, persepsi pengunjung mengenai dampak negatif dari Hutan Kota Taman Beringin, dan persepsi pengunjung mengenai penting atau tidaknya mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin.
6.1.1 Kegiatan Pengunjung di Hutan Kota Taman Beringin Hasil penelitian terhadap 55 responden, menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung melakukuan kunjungan ke Hutan Kota Taman Beringin dengan tujuan untuk kebutuhan rekreasi. Kegiatan-kegiatan yang sering pengunjung lakukan di Hutan Kota Taman Beringin diantaranya adalah menikmati keindahan taman, makan siang, menemani anak bermain, baca buku, dan fotografi. Sebanyak 46 responden (83,64%) memilih menikmati keindahan taman sebagai kegiatan yang dilakukan di Hutan Kota Taman Beringin. Responden berpendapat bahwa suasana perkotaan yang sebagian besar terdiri atas ruang terbangun membuat mereka membutuhkan Hutan Kota Taman Beringin sebagai tempat untuk sekedar menghilangkan kejenuhan dari hiruk-pikuk perkotaan. Sebesar 7,27 persen responden memilih makan siang sebagai salah satu kegiatan yang sering dilakukan di Hutan Kota Taman Beringin. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa pengunjung yang memanfaatkan Hutan Kota ini di saat jam istirahat kerja. Menemani anak bermain merupakan salah satu kegiatan yang dipilih oleh 5,45 persen responden yang ditemui. Kegiatan ini cukup sedikit
44 diminati oleh responden dikarenakan sarana bermain anak yang masih dirasa kurang. Kegiatan yang paling sedikit dilakukan atau digemari responden adalah kegiatan baca buku dan fotografi yaitu hanya sebesar 1,82 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih sedikit responden yang memanfaatkan Hutan Kota Taman Beringin untuk kegiatan membaca buku dan fotografi. Persepsi responden mengenai kegiatan yang dilakukan di Hutan Kota Taman Beringin dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Kegiatan pengunjung di Hutan Kota Taman Beringin No 1 2 3 4 5
Jenis Kegiatan Menikmati keindahan taman Makan di taman Menemani anak bermain Baca buku Fotografi Jumlah
Responden Jumlah (orang) Persentase (%) 46 83,64 4 7,27 3 5,45 1 1,82 1 1,82 55 100.00
6.1.2 Fungsi Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin Fungsi keberadaan RTH di perkotaan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu fungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Fungsi ekologis mencakup pengatur iklim mikro, produksi oksigen, penyerap air hujan, pengendali pencemaran, dan koleksi tumbuhan dan hewan. Fungsi sosial budaya mencakup sarana rekreasi keluarga, media komunikasi warga, sarana kesehatan dan olahraga, serta sarana pendidikan dan penelitian. Fungsi estetika mencakup keindahan dan kenyamanan kota serta menciptakan suasana perkotaan yang serasi dan seimbang. Fungsi ekonomi RTH adalah fungsinya dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Hasil penelitian terhadap 55 responden menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden (49,09%) memilih bahwa fungsi ekologis merupakan fungsi yang paling banyak diketahui atau dirasakan manfaatnya oleh responden. Fungsi ekologis yang paling besar dirasakan manfaatnya adalah fungsi Hutan Kota Taman Beringin sebagai pengendali pencemaran (19 responden) dimana keberadaan pepohonan hutan kota ini dirasakan memiliki manfaat dalam menyerap polutan udara yang berasal dari kendaraan bermotor dan limbah industri yang semakin banyak jumlahnya di Kota Medan.
45 Fungsi Sosial budaya tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh dibandingkan fungsi ekologisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 22 responden (40%) memilih fungsi sosial budaya sebagai fungsi yang paling dirasakan. Hal ini menandakan bahwa Hutan Kota Taman Beringin juga sering dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan sosial budaya seperti rekreasi, media komunikasi warga, kesehatan dan olahraga, serta pendidikan dan penelitian. Responden yang berpendapat bahwa fungsi estetika merupakan fungsi Hutan Kota Taman Beringin yang paling dirasakan adalah sebanyak empat responden (7,27%). Hal ini didasarkan pada pengertian bahwa suasana perkotaan yang padat bangunan menjadikan Hutan Kota Taman Beringin sebagai salah satu penyeimbang diantara daerah terbangun. Fungsi ekonomi merupakan fungsi yang paling sedikit ditemui dalam penelitian ini yaitu hanya sebanyak satu responden (1,82%). Hutan Kota Taman Beringin memang memiliki manfaat sebagai penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar untuk berjualan. Namun fungsi ini dirasakan kurang tepat dikarenakan dengan adanya masyarakat yang berjualan di sekitar Hutan Kota Taman Beringin akan semakin memberikan dampak negatif yaitu semakin tidak tertatanya Hutan Kota Taman Beringin. Berdasarkan hasil penelitian masih terdapat responden yang tidak mengetahui ataupun tidak merasakan manfaat dari keberadaan Hutan Kota Taman Beringin. Responden berpendapat bahwa keberadaan Hutan Kota Taman Beringin tidak memberikan manfaat ataupun tidak terlalu berpengaruh baginya. Tabel 11 Fungsi keberadaan Hutan Kota Taman Beringin No 1 2 3 4 5
Fungsi RTH Fungsi ekologis Fungsi sosial budaya Fungsi estetika Fungsi ekonomi Tidak ada Total
Responden Jumlah responden (orang) 27 22 4 1 1 55
Persentase (%) 49,09 40,00 7,27 1,82 1,82 100,00
6.1.3 Kondisi Lingkungan Hutan Kota Taman Beringin Kondisi kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin dapat diidentifikasi
melalui beberapa
indikator
seperti kebersihan,
keindahan,
kenyamanan, dan kesejukan. Persepsi responden mengenai kondisi kualitas
46 lingkungan Hutan Kota Taman Beringin berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika dilihat dari kondisi kebersihannya, sebanyak 21 responden (38,18%) menilai bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam kondisi kurang bersih. Kategori ini merupakan kategori terbanyak yang dipilih oleh responden karena responden berpendapat bahwa masih seringnya dijumpai sampah hasil konsumsi manusia berserakan di area taman. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Beberapa responden menyatakan bahwa petugas kebersihan taman juga kurang optimal dalam membersihkan area disekitar taman. Responden yang menilai bahwa kondisi Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan bersih dan cukup bersih memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 15 responden (27,27%). Alasan responden memilih kategori ini adalah dikarenakan terdapatnya petugas kebersihan yang rutin membersihkan Hutan Kota Taman Beringin pada pagi dan sore hari sehingga meskipun masih terdapat sampah namun dapat segera diatasi oleh petugas kebersihan. Berdasarkan hasil survei, terdapat 3 responden (5,45%) yang berpendapat bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan sangat bersih, sedangkan responden yang memilih Hutan Kota Taman Beringin dalam kondisi tidak bersih adalah sebanyak 1 responden (1,82%). Sering ditemuinya sampah-sampah berserakan di sekitar areal taman, kondisi toilet yang tidak bersih, dan air kolam yang keruh menjadi alasan responden ini menilai bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan tidak bersih. Tabel 12 Kondisi kebersihan di Hutan Kota Taman Beringin No 1 2 3 4 5
Kebersihan Sangat bersih Bersih Cukup bersih Kurang bersih Tidak bersih Jumlah
Responden Jumlah (orang) 3 15 15 21 1 55
Persentase (%) 5,45 27,27 27,27 38,18 1,82 100,00
Kondisi keindahan juga merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menilai kualitas lingkungan suatu daerah. Kondisi keindahan Hutan Kota Taman Beringin dapat dinilai dengan terawat atau tidaknya vegetasi tumbuhan di sekitar taman, lokasi fasilitas yang tepat, dan sebagainya. Sebanyak
47 23 responden (41,82%) menyatakan bahwa kondisi keindahan Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan cukup indah. Tidak berbeda jauh dengan kategori cukup indah, sebanyak 22 responden (40%) berpendapat bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan indah sedangkan responden yang berpendapat Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan sangat indah adalah hanya sebesar 1,82 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebanyak 9 responden (16,36%) yang menyatakan bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam kategori kurang indah dan tidak seorangpun responden berpendapat bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam kategori tidak indah. Hal ini menandakan bahwa vegetasi tumbuhan di Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan terawat dan tata letak fasilitas penunjang juga dalam keadaan baik. Tabel 13 Kondisi keindahan di Hutan Kota Taman Beringin No 1 2 3 4 5
Keindahan Sangat indah Indah Cukup indah Kurang indah Tidak indah Jumlah
Responden Jumlah (orang) 1 22 23 9 0 55
Persentase (%) 1,82 40,00 41,82 16,36 0,00 100,00
Kenyamanan merupakan faktor penting yang juga diperhatikan ketika melakukan kunjungan. Ketika seseorang merasa nyaman terhadap sesuatu maka orang tersebut akan cenderung merasa puas dan melakukan kunjungan kembali. Oleh karena itu, kenyamanan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan suatu RTH. Responden yang menyatakan bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan kurang nyaman adalah sebanyak 26 responden (47,27%) dan terdapat satu responden (1,82%) yang menyatakan bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan tidak nyaman. Hal ini dikarenakan masih seringnya ditemui sampah hasil konsumsi pengunjung di areal taman, masih kurang nyamannya fasilitas-fasilitas pendukung taman, serta masih terdapatnya pengunjung yang menyalahgunakan fungsi dari Hutan Kota Taman Beringin. Terdapat masing-masing 13 responden (23,64%) yang menyatakan bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan nyaman dan cukup nyaman sedangkan responden yang menyatakan bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam
48 keadaan sangat nyaman adalah sebanyak 2 responden (3,64%). Responden berpendapat bahwa kondisi Hutan Kota Taman Beringin saat ini sudah cukup memuaskan terlihat dengan fasilitas-fasilitas taman yang mulai diperbaiki pihak pengelola. Tabel 14 Kondisi kenyamanan di Hutan Kota Taman Beringin No 1 2 3 4 5
Kenyamanan Sangat nyaman Nyaman Cukup nyaman Kurang nyaman Tidak nyaman Jumlah
Responden Jumlah (orang) 2 13 13 26 1 55
Persentase (%) 3,64 23,64 23,64 47,27 1,82 100,00
Sebagian besar responden menyatakan bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan sejuk yaitu sebanyak 40 responden (72,73%). Hal ini dikarenakan Hutan Kota Taman Beringin didominasi oleh pepohonan yang rindang. Sebanyak 11 responden (20%) menyatakan bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam kondisi cukup sejuk. Responden yang menyatakan Hutan Kota Taman Beringin dalam kondisi tidak sejuk adalah sebanyak dua responden (3,64%). Responden tersebut berpendapat demikian dikarenakan Hutan Kota Taman Beringin berada di tengah kota dan dilalui oleh kendaraan bermotor sehingga polusi kendaraan bermotor mempengaruhi kondisi kesejukan Hutan Kota Taman Beringin. Tabel 15 Kondisi kesejukan di Hutan Kota Taman Beringin No 1 2 3 4 5
Kesejukan Sangat sejuk Sejuk Cukup sejuk Kurang sejuk Tidak sejuk Jumlah
Responden Jumlah (orang) 1 40 11 1 2 55
Persentase (%) 1,82 72,73 20,00 1,82 3,64 100,00
6.1.4 Fasilitas Hutan Kota Taman Beringin Persepsi pengunjung terhadap fasilitas-fasilitas penunjang yang perlu diperbaiki di Hutan Kota Taman Beringin perlu untuk diidentifikasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak pengelola dalam perbaikan fasilitas yang terdapat di Hutan Kota Taman Beringin di masa yang akan datang. Sebagian besar responden memilih fasilitas toilet sebagai fasilitas yang perlu mengalami perbaikan yaitu sebanyak 21 responden (38,18%).
49 Responden tersebut berpendapat bahwa kondisi kebersihan toilet dan airnya sangat memprihatinkan sehingga menimbulkan ketidakpuasan bagi pengunjung. Beberapa responden sangat menyayangkan kondisi tersebut dikarenakan salah satu fasilitas yang sangat dibutuhkan responden dalam melakukan kunjungan adalah toilet. Fasilitas kolam air mancur juga dirasa penting oleh 12 responden (21,82%) untuk mengalami perbaikan. Responden mengeluhkan kondisi kebersihan dan kejernihan air mancur padahal beberapa pengunjung sengaja melakukan kunjungan untuk sekedar menikmati pemandangan taman dan air mancurnya. Responden juga menyayangkan hilangnya populasi ikan di kolam tersebut padahal hal ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi Hutan Kota Taman Beringin. Responden yang memilih fasilitas sarana bermain anak, lampu taman (penerangan), dan tempat duduk (tempat bersantai) sebagai fasilitas yang perlu diperbaiki memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 3,64 persen atau sebanyak dua responden. Responden berpendapat bahwa kondisi sarana bermain anak di Hutan Kota Taman Beringin sangat sedikit dan sudah mulai rusak padahal beberapa responden datang mengunjungi Hutan Kota Taman Beringin dengan tujuan menemani anak bermain. Lampu taman (penerangan) juga merupakan fasilitas yang penting untuk diperhatikan. Responden mengeluhkan kondisi lampu taman yang rusak sehingga penerangan pada malam hari menjadi tidak baik. Hal ini akan menimbulkan tindakan-tindakan kejahatan di sekitar Hutan Kota Taman Beringin. Tempat duduk (tempat bersantai) juga dirasakan penting oleh beberapa responden untuk diperbaiki. Responden berpendapat bahwa lokasi tempat duduk yang disediakan kurang strategis sehingga perlu untuk diperbaiki. Tabel 16 Fasilitas Hutan Kota Taman Beringin No 1 2 3 4 5 6 7
Fasilitas yang perlu diperbaiki Kolam air mancur Toilet Sarana bermain anak Lampu taman/ penerangan Lahan parker Tempat duduk/santai Tidak ada Jumlah
Responden Jumlah (orang) Persentase (%) 12 21,82 21 38,18 2 3,64 2 3,64 1 1,82 2 3,64 15 27,27 55 100,00
50 6.1.5 Dampak Negatif Keberadaaan Hutan Kota Taman Beringin Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin selain dirasa memiliki fungsi dan atau manfaat yang sangat penting, juga memiliki dampak negatif yang dapat ditimbulkan apabila disalahgunakan oleh penggunanya. Sebanyak 31 responden (56%) berpendapat bahwa terdapat dampak negatif yang ditimbulkan dari Hutan Kota Taman Beringin yaitu disalahgunakannya Hutan Kota Taman Beringin sebagai tempat untuk melakukan perbuatan yang melanggar norma. Beberapa responden menyarankan agar dampak negatif tersebut dapat segera diatasi oleh pihak pengelola misalnya dengan perbaikan ataupun penambahan penerangan, sanksi yang tegas terhadap pengunjung yang melanggar aturan, serta meningkatkan keamanan taman dengan memperkerjakan security. Terdapat 24 responden (44%) yang berpendapat bahwa Hutan Kota Taman Beringin tidak memberikan dampak negatif dikarenakan responden tersebut lebih merasakan dampak positif dibandingkan dampak negatif dengan adanya Hutan Kota Taman Beringin.
Gambar 14 Dampak negatif keberadaan Hutan Kota Taman Beringin
6.1.6 Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 54 responden (98%) menyatakan bahwa penting untuk mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin. Responden berpendapat bahwa Hutan Kota ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat Kota Medan di tengah pembangunan besarbesaran yang sedang dilakukan. Terdapat 1 responden yang menyatakan bahwa tidak penting untuk mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin. Hal ini dikarenakan responden berpendapat bahwa keberadaan Hutan Kota ini
51 tidak terlalu berpengaruh baginya. Perbandingan persepsi responden mengenai pentingnya mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Persepsi responden terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin Dengan banyaknya responden yang berpendapat bahwa Hutan Kota Taman Beringin ini penting untuk dipertahankan keberadaannya, maka diharapkan seluruh elemen masyarakat baik pemerintah, masyarakat sekitar, dan pengunjung untuk dapat menjaga kelestarian Hutan Kota Taman Beringin ini dengan
tidak
merusak
lingkungan
di
sekitar
Hutan
Kota
ini
dan
mempergunakannya secara bijak. Hal ini dilakukan agar suatu saat Hutan Kota ini tidak mengalami kerusakan ataupun beralihfungsi sehingga manfaatnya dapat tetap dirasakan di masa yang akan datang. 6.2
Estimasi Nilai WTP Pengunjung terhadap Perbaikan Kualitas Lingkungan Hutan Kota Taman Beringin
Analisis nilai WTP diperlukan untuk mengestimasi kesediaan masyarakat ikut berpartisipasi dalam perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin. Responden yang merasakan atau mendapatkan manfaat dari keberadaan Hutan Kota Taman Beringin akan cenderung bersedia membayar untuk keberlanjutan Hutan Kota Taman Beringin. Responden dalam penelitian ini berjumlah 55 orang yang merupakan pengunjung Hutan Kota Taman Beringin. Metode yang digunakan dalam mengestimasi nilai WTP responden adalah dengan menggunakan metode CVM. Hasil dari pelaksanaan tahapan CVM adalah sebagai berikut:
52 1.
Membuat pasar hipotetik (Hypotetical Market) Pada tahap ini responden diberikan informasi mengenai upaya perbaikan
kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin dan ditanyakan mengenai kesediaannya untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga keberadaan Hutan Kota Taman Beringin melalui biaya kebersihan. 2.
Memperoleh nilai penawaran Nilai WTP responden diperoleh dengan menggunakan teknik bidding
game. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan penawaran kepada responden mengenai kemauannya berpartisipasi dalam bentuk kesediaan membayar dimulai dari nilai awal sebagai starting point yaitu sebesar Rp2.500. Apabila responden bersedia maka penawaran dinaikkan hingga tawaran tertinggi yang mampu responden bayarkan. Responden yang bersedia membayar untuk perbaikan lingkungan Hutan Kota Taman Beringin adalah sebanyak 44 orang. Tabel 17 Kesediaan membayar responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin Kesediaan membayar responden Ya Tidak Jumlah
Jumlah responden (orang) 44 11 55
Persentase (%) 80,00 20,00 100,00
Sebanyak 11 responden tidak bersedia membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin dengan alasan seperti tidak mampu secara finansial, telah membayar pajak, tidak yakin akan dipergunakan dengan benar oleh pihak pengelola, telah merasa puas dengan kondisi Hutan Kota Taman Beringin, dan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin tidak terlalu berpengaruh terhadap responden tersebut. Tabel 18 Alasan responden tidak bersedia membayar terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin No
Alasan tidak bersedia membayar
1 2 3 4 5
Tidak mampu secara finansial Telah membayar pajak Tidak yakin akan dipergunakan dengan benar Telah merasa puas dengan kondisi sekarang Keberadaan Hutan Kota Taman Beringin tidak terlalu berpengaruh Jumlah
Jumlah responden (orang) 1 4 3 1 2
Persentase (%) 9,09 36,36 27,27 9,09
11
100,00
18,18
Berdasarkan Tabel 18, diketahui bahwa terdapat 1 orang responden yang tidak bersedia membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman
53 Beringin dengan alasan tidak mampu secara finansial, 4 orang reponden tidak bersedia membayar dengan alasan telah membayar pajak, 3 orang responden tidak bersedia membayar dengan alasan tidak yakin akan dipergunakan dengan benar oleh pihak pengelola, 1 orang telah merasa puas dengan kondisi Hutan Kota Taman Beringin saat ini, dan 2 orang responden tidak bersedia membayar dengan alasan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin tidak terlalu berpengaruh baginya sehingga responden tersebut enggan untuk memberikan nilai WTP. Nilai WTP yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan responden memiliki nilai yang cukup beragam yaitu mulai dari Rp2.500 hingga Rp12.500. 3.
Menghitung dugaan nilai rataan Berdasarkan hasil survei, terdapat masing-masing 15 responden yang
bersedia membayar WTP sebesar Rp2.500 dan Rp5.000, masing-masing 5 responden bersedia membayar WTP sebesar Rp7.500 dan Rp10.000, dan empat orang responden bersedia membayar WTP sebesar Rp12.500. Nilai rata-rata WTP responden yang diperoleh adalah sebesar Rp5.681,82 per orang per kunjungan. Distribusi rata-rata WTP responden dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Distribusi rata-rata WTP responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin No 1 2 3 4 5
4.
Nilai WTP (Rp/orang/kunjungan) 2.500 5.000 7.500 10.000 12.500 Total
Responden Jumlah (orang) Persentase (%) 15 34,09 15 34,09 5 11,36 5 11,36 4 9,09 44 100,00
Mean WTP (Rp) 852,27 1.704,55 852,27 1.136,36 1.136,36 5.681,82
Menduga kurva WTP Kurva WTP yang diperoleh pada penelitian ini telah sesuai dengan teori
permintaan yaitu semakin tinggi nilai WTP yang ditawarkan maka akan semakin sedikit jumlah responden yang bersedia membayar untuk upaya perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin. Kurva WTP responden dapat dilihat pada Gambar 16.
54
Gambar 16 Kurva WTP responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin 5.
Menentukan total WTP Penentuan total WTP dilakukan dengan mengalikan nilai rata-rata WTP
dengan rata-rata jumlah pengunjung yang datang berkunjung ke Hutan Kota Taman Beringin selama satu tahun yaitu 51.100 orang sehingga diperoleh nilai total
WTP
pengunjung
Hutan
Kota
Taman
Beringin
adalah
sebesar
Rp290.340.909,1 per tahun. Nilai total WTP responden adalah sebesar Rp250.000 per hari dan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Nilai total WTP responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin No 1 2 3 4 5
6.
Nilai WTP (Rp/orang/kunjungan) 2.500 5.000 7.500 10.000 12.500 Total
Responden Jumlah (orang) Persentase (%) 15 34,09 15 34,09 5 11,36 5 11,36 4 9,09 44 100,00
Jumlah WTP (Rp) 37.500 75.000 37.500 50.000 50.000 250.000
Evaluasi Penggunaan CVM Berdasarkan hasil olahan data dengan regresi linear berganda diperoleh hasil
yang cukup baik terlihat dari nilai R-square (R2 ) sebesar 75,9 persen. Nilai Rsquare (R2) yang diperoleh menjelaskan bahwa keragaman WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas di dalam model sebesar 75,9 persen, sedangkan sisanya 24,1 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Oleh
55 karena itu, hasil penggunaan CVM dalam penelitian ini dapat diyakini kebenarannya. 6.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Pengunjung Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung dapat
dianalisis dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda yang dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS16. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak sembilan variabel yang meliputi variabel lama tinggal, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, frekuensi kunjungan, dummy kebersihan, dummy keindahan, dummy kenyamanan, dan dummy kesejukan. Variabel-variabel bebas ini dianalisis untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang berpengaruh secara nyata dan yang tidak berpengaruh secara nyata terhadap besarnya nilai WTP. Identifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan pengunjung dalam memberikan nilai WTP. Model regresi linear berganda yang diperoleh telah memenuhi asumsi klasik yaitu menyebar normal, tidak mengalami pelanggaran heteroskedastisitas, terbebas dari autokorelasi, dan tidak mengalami pelanggaran multikolinearitas. Hal ini menandakan bahwa model pada penelitian ini telah layak digunakan. Hasil dari pengujian parameter adalah sebagai berikut: 1.
Uji normalitas Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan salah satu uji yang dapat digunakan
untuk memeriksa apakah model dalam penelitian ini menyebar normal atau tidak. Uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilakukan dengan melihat nilai Assymp. Sig (2 tailed) pada tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov test. Nilai Assymp. Sig (2 tailed) yang diperoleh pada penelitian ini (Tabel 21) lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (10%) yaitu sebesar 0,818. Hal ini membuktikan bahwa penelitian ini telah memenuhi asumsi atau error term data pada penelitian ini telah terdistribusi dengan normal. 2.
Uji multikolinearitas Pengujian terhadap pelanggaran asumsi multikolinearitas dapat diketahui
dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada model. Nilai variabel
56 bebas dengan nilai VIF yang lebih kecil dari 10 menandakan bahwa tidak terjadi pelanggaran multikolinearitas. Berdasarkan hasil pada Tabel 21, seluruh variabel bebas pada penelitian ini memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10 sehingga tidak terjadi pelanggaran multikolinearitas. 3.
Uji autokorelasi Uji terhadap pelanggaran asumsi autokorelasi dapat diketahui dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Nilai DW yang diperoleh pada penelitian ini berdasarkan Tabel 21 adalah sebesar 2,002. Nilai ini berada diantara selang 1,55 dan 2,46 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi pelanggaran asumsi autokorelasi (Firdaus 2004). 4.
Uji heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat sebaran titik-titik
pada scatterplot (Lampiran 2). Titik-titk pada plot menyebar dan tidak membentuk pola tertentu maka dapat disimpulkan bahwa model ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil analisis, model regresi berganda yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: WTP = -2264,616 + 13,145LMT + 124,792PNDKN + 0,001PDPTN -787,109 + 37,472FK + 1170,412DBRSH + 162,725DNDH + 2387,130DNYMN + 2055,201DSJK Tabel 21 Hasil analisis regresi linear berganda Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) -2264,616 2828,749 LMT 13,145 22,135 PNDKN 124,792 182,014 PDPTN 0,001 0,000 JT -787,109 174,821 37,472 46,123 FK DBRSH 1170,412 687,896 DNDH 162,725 941,020 DNYMN 2387,130 760,323 DSJK 2055,201 1972,524 R-square 0,759 0,695 Adjusted R-square Durbin Watson 2,002 Assym. Syg 0,818 Keterangan: * nyata pada taraf nyata (α) 0,01 = 1% ** nyata pada taraf nyata (α) 0,05 = 5% *** nyata pada taraf nyata (α) 0,1 = 10%
T -0,801 0,594 0,686 4,084 -4,502 0,812 1,701 0,173 3,140 1,042
Sig. 0,429 0,557 0,498 0,000* 0,000* 0,422 0,098*** 0,864 0,003** 0,305
VIF 1,321 1,542 1,522 1,157 1,371 1,453 1,219 1,828 1,181
57 Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 1 persen adalah variabel tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan. Variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen adalah variabel dummy kenyamanan, sedangkan variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen adalah dummy kebersihan. 1.
Tingkat pendapatan Variabel tingkat
pendapatan (PDPTN)
merupakan variabel yang
berpengaruh nyata pada taraf nyata 1 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis karena tingkat pendapatan yang tinggi menandakan kemampuan ekonomi seseorang. Nilai koefisien bertanda positif dengan nilai sebesar 0,001 yang artinya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang sebesar Rp1.000 maka nilai WTP yang bersedia diberikan akan meningkat sebesar Rp1. Berdasarkan hasil regresi, peningkatan nilai WTP yang dihasilkan sangat kecil. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden yaitu sebanyak 20 responden (36%) merupakan masyarakat kalangan menengah kebawah dimana pendapatan rata-rata per bulan berada dibawah nilai Upah Minimum Kota (UMK) yaitu lebih kecil dari Rp1.800.000. 2.
Jumlah tanggungan Variabel jumlah tanggungan (JT) berpengaruh nyata terhadap model pada
taraf nyata 1 persen dengan nilai P-value sebesar 0,000. Koefisien variabel ini bertanda negatif yaitu sebesar -787,109 yang berarti memiliki pengaruh yang negatif terhadap model. Artinya, semakin banyak jumlah tanggungan seseorang, maka nilai WTP yang bersedia diberikan akan semakin menurun sebesar Rp787,109. Hal ini sesuai dengan hipotesis dimana jumlah tanggungan yang semakin besar akan menyebabkan seseorang memiliki pengeluaran yang lebih besar sehingga orang tersebut cenderung lebih tidak bersedia berpartisipasi dalam mengeluarkan sejumlah uang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 27 responden (49%) tidak memiliki tanggungan keluarga sehingga peningkatan nilai WTP yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sebesar Rp787,109. 3.
Dummy kenyamanan Variabel dummy kenyamanan (DNYMN) merupakan variabel yang
berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen dengan nilai P-value sebesar 0,003.
58 Koefisien variabel ini bertanda positif dengan nilai sebesar 2.387,130 yang artinya apabila responden berpendapat kondisi lingkungan Hutan Kota Taman Beringin nyaman maka diduga responden akan mau meningkatkan WTP sebesar Rp2.387,130. Hal ini sesuai dengan hipotesis dimana kenyamanan merupakan faktor penting penentuan kepuasan seseorang sehingga ketika seseorang merasa nyaman maka orang tersebut cenderung lebih bersedia berpartisipasi untuk tetap mendapatkan kenyamanan. 4.
Dummy kebersihan Variabel dummy kebersihan (DBRSH) merupakan variabel dummy yang
berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata 10 persen dengan nilai Pvalue sebesar 0,098. Koefisien variabel ini bertanda positif sebesar 1.170,412 yang menandakan bahwa dummy kebersihan berpengaruh positif terhadap model artinya apabila responden berpendapat Hutan Kota Taman Beringin dalam kondisi bersih maka diduga responden akan mau meningkatkan WTP sebesar Rp1.170,412. Hasil regresi sesuai dengan hipotesis dimana kebersihan juga mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang dalam melakukan kunjungan sehingga kondisi Hutan Kota Taman Beringin yang bersih akan mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi dalam upaya pemeliharan Hutan Kota Taman Beringin.
6.4
Implikasi dan Rekomendasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2011-2031 yang menetapkan proporsi minimal RTH Kota Medan adalah sebesar 30,58 persen dari luas wilayahnya maka diperlukan perhatian yang lebih khusus agar implementasi proporsi minimal RTH di Kota Medan dapat terlaksana dengan baik. RTH Kota Medan yang hanya sebesar 6,28 persen dari total luas wilayahnya harus tetap ditingkatkan kuantitasnya sehingga dapat menopang kehidupan lingkungan perkotaan Kota Medan yang semakin memburuk. Kualitas dari sebuah RTH juga perlu untuk diperhatikan agar fungsi dan manfaat dari sebuah RTH dapat dirasakan lebih optimal. Keberhasilan dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH Kota Medan ini ditentukan oleh peran dari seluruh pemegang hak
59 (stakeholder) terkait dan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat pengguna Hutan Kota Taman Beringin. Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan Hutan Kota Taman Beringin sebagai salah satu RTH di Kota Medan dirasakan masih sangat kurang baik dari segi kebersihan maupun kenyamanannya. Hal tersebut dikarenakan kurangnya perhatian dari masyarakat pengguna Hutan Kota Taman Beringin dalam menjaga keberadaan Hutan Kota Taman Beringin dan kurang diperhatikannya kondisi fasilitas yang terdapat di Hutan Kota Taman Beringin. Perilaku-perilaku yang tidak menjaga lingkungan Hutan Kota Taman Beringin seperti membuang sampah hasil konsumsi di sembarang tempat, merusak vegetasi tanaman, dan kondisi fasilitas-fasilitas Hutan Kota Taman Beringin yang sudah tidak terawat mengakibatkan kualitas dari sebuah Hutan Kota Taman Beringin menjadi hal yang dikhawatirkan padahal hal tersebut diatas merupakan salah satu cara dalam implementasi peningkatan kuantitas dan kualitas RTH di Kota Medan. Estimasi nilai WTP pada penelitian ini digunakan untuk melihat seberapa besar partisipasi masyarakat Kota Medan terhadap upaya pemeliharaan RTH dalam hal ini diwakilkan oleh Hutan Kota Taman Beringin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat dalam hal ini pengunjung memiliki keinginan untuk berpartisipasi dalam bentuk kesediaan membayar melalui biaya kebersihan sebesar Rp5.681,82 per orang per kunjungan. Dengan total jumlah pengunjung rata-rata per tahun sebesar 51.100 orang maka total nilai WTP yang dihasilkan adalah sebesar Rp290.340.909,1 per tahun. Dengan implementasi penerapan biaya kebersihan ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin di masa yang akan datang. Variabel tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, dummy kenyamanan dan dummy kebersihan merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya kesediaan responden membayar untuk upaya perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin. Nilai koefisien variabel dummy kebersihan dan dummy kenyamanan yang dihasilkan bernilai positif yang menjelaskan bahwa apabila kondisi kebersihan dan kenyamanan Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan baik
maka responden akan bersedia
meningkatkan WTP-nya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
60 responden yaitu sebanyak 21 responden menilai bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan kurang bersih, dan sebanyak 26 responden menyatakan bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan kurang nyaman. Hal ini menunjukkan bahwa Hutan Kota Taman Beringin memerlukan perhatian dan penaatan yang lebih baik dengan melakukan pengawasan secara intensif terhadap kebersihan taman dan perbaikan fasilitas-fasilitas taman yang sudah tidak terawat sehingga nilai WTP masyarakat terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin semakin meningkat. Upaya ini juga perlu dilakukan untuk mewujudkan peningkatan kualitas RTH di Kota medan sehingga Hutan Kota Taman Beringin dapat lebih memaksimalkan fungsinya dalam meningkatkan kualitas hidup perkotaan.
61
VII.
SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Kegiatan yang paling sering dilakukan pengunjung ketika berkunjung ke Hutan Kota Taman Beringin adalah menikmati keindahan taman. Persepsi pengunjung terhadap fungsi Hutan Kota Taman Beringin yang paling dirasakan adalah fungsi ekologisnya. Pengunjung menyatakan bahwa Hutan Kota Taman Beringin dalam keadaan kurang bersih dan kurang nyaman serta masih terdapat dampak negatif dari keberadaan Hutan Kota Taman Beringin. Secara umum pengunjung memiliki persepsi yang cukup baik terhadap keberadaan RTH di Kota Medan yang dalam hal ini diwakili oleh Hutan Kota Taman Beringin. Hal ini terlihat dari persepsi pengunjung yang menyatakan bahwa Hutan Kota Taman Beringin layak untuk dipertahankan keberadaannya sebagai upaya perbaikan kualitas lingkungan Kota Medan.
2.
Sebanyak 44 responden pengunjung bersedia berpartisipasi dalam bentuk kesediaan membayar melalui biaya kebersihan terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 11 responden pengunjung tidak bersedia berpartisipasi dalam bentuk kesediaan membayar dengan berbagai macam alasan. Nilai ratarata WTP responden pengunjung terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin adalah sebesar Rp5.681,82 per orang per kunjungan dengan nilai total WTP pengunjung sebesar Rp290.340.909,1 per tahun.
3.
Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya nilai WTP responden pengunjung terhadap upaya perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin pada taraf nyata 1 persen adalah variabel tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan. Variabel yang berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5 persen adalah variabel dummy kenyamanan,
62 sedangkan variabel yang berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen adalah variabel dummy kebersihan. 7.2
Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disarankan: 1.
Hutan Kota Taman Beringin merupakan salah satu aset Kota Medan yang penting untuk dipertahankan sehingga membutuhkan partisipasi dari seluruh masyarakat Kota Medan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat Kota Medan dalam menjaga dan melestarikan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin sehingga fungsi dan manfaatnya dapat tetap dirasakan dalam mengatasi masalah-masalah lingkungan. Selain itu pemeliharan dan perbaikan terhadap taman beserta fasilitasnya perlu tetap dijaga dengan melakukan pengawasan yang lebih intensif baik dengan dipekerjakannya petugas keamanan (security). Fasilitas-fasilitas yang sudah rusak harus segera diperbaiki sehingga semakin menambah minat masyarakat untuk melakukan kunjungan ke Hutan Kota Taman Beringin.
2.
Perlu diberlakukan adanya larangan atau sanksi yang tegas terhadap pengguna Hutan Kota Taman Beringin yang menyalahgunakan fungsi dan manfaat keberadaan Hutan Kota Taman Beringin untuk meminimalisasi dampak negatif Hutan Kota tersebut.
3.
Biaya kebersihan dapat diberlakukan sesuai dengan kesediaan membayar responden hingga Rp5.681,82 agar kebersihan dan kelestarian lingkungan Hutan Kota Taman Beringin dapat terjaga. Pemberlakukan biaya ini harus diiringi dengan tindakan nyata pemerintah ataupun pihak pengelola dalam menjamin kondisi fasilitas pendukung taman sehingga Hutan Kota Taman Beringin dapat lebih dijaga dan dikembangkan lebih baik lagi.
63
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2014. Medan Dalam Angka 2014 [internet]. [diacu 20 Maret 2014]. Tersedia dari: http://bpsmedan.go.id. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2014. Statistik Daerah Provinsi Sumatera Utara [internet]. [diacu 20 Maret 2014]. Tersedia dari: http://bpsmedan.go.id. [BLH] Badan Lingkungan Hidup Kota Medan. 2013. Luas Ruang Terbuka Hijau Kota Medan. Medan. Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang. Fadhilla S et al. 2013. Prediksi Luasan Optimal Hutan Kota Sebagai Penyerap Gas Karbondioksida (CO2) di Kota Medan. [internet]. [diacu 27 September 2014]. Tersedia dari: http://portalgaruda.org Fauzi A. 2006. Ekonomi Suberdaya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. ______. 2010. Ekonomi Suberdaya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. ______. 2014. Valuasi Ekonomi Suberdaya dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara. Jakarta. Gujarati D.N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Erlangga. Jakarta. Hanley N and C. L. Spash. 1993. Cost – Benefit Analysis and Environment. Edward Elgar Publishing Limited. England. Hesti. 2005. Perencanaan Sistem RTH Untuk Mendukung Terciptanya Kenyamanan dan Identitas Lanskap Kotamadya Metro, Provinsi Lampung [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Joga N dan I. Ismaun. 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Juanda B. 2007. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan . IPB Press. Bogor _______. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan . IPB Press. Bogor Karyono T.K. 2010. Green Architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta. Melati A.N. 2011. Analisis Ekonomi Lingkungan Bandara Soekarno Hatta. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajeman. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nugroho M.I. 2011. Valuasi Manfaat Ekologis Kanopi Pohon Perkotaan dan RTH Kota Malang dengan Menggunakan Teknik GIS [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pemerintah Kota Medan. 2011. Program Kerja Pemerintah Kota Medan Bidang Fisik dan Tata Ruang Tahun 2011. [internet]. [diacu 10 September 2014]. Tersedia dari: http://pemkomedan.go.id
64 ____________________. 2011. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Medan Tahun 20112031. [internet]. [diacu 5 Maret 2014]. Tersedia dari: http://pemkomedan.go.id Pemerintah Kota Medan. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kota Medan Tahun 2012. [internet]. [diacu 5 Maret 2014]. Tersedia dari: http://pemkomedan.go.id Rijal S. 2008. Kebutuhan RTH di Kota Makassar Tahun 2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat, (3): 1-5. Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Alfabeta. Bandung. Rustiadi E et al. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. Sadyohutomo M. 2009. Manajemen Kota dan Wilayah. Bumi Aksara. Jakarta. Simangunsong A.K. 2008. Studi Pengembangan Hutan Kota di Kota Medan (Studi Kasus di Tiga Taman Kota). [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Utami B. 2011. Karbondioksida (CO2) [internet]. [diacu 27 September 2014]. Tersedia dari: http://www.chem-is-try.org Walpole R. 1992. Pengantar Statistika. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
65
LAMPIRAN
66
67 Lampiran 1
Kuesioner Penelitian INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden
:
Tanggal Wawancara : Nama
:
No.HP/Telp.
:
Alamat
:
Kuesioner ini digunakan untuk penelitian yang berjudul “Estimasi Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Keberadaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan” oleh Frisca Angelina Simamora, mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Saya akan menjaga kerahasiaan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i. Atas kesediaannya, saya ucapkan terima kasih. Petunjuk : Isi dan pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda (x) A. Karakteristik Responden 1.
Jenis Kelamin
: [a] Laki-laki
2.
Usia
: …… tahun
3.
Status Kependudukan :
[b] Perempuan
[a] Penduduk Asli [b] Penduduk Pendatang (daerah asal: ………………………………………) 4.
Lama berdomisili
:
[a] ≤ 5 tahun
[d] 26-35 tahun
[b] 6-15 tahun
[e] ≥ 35 tahun tepatnya: ….….. tahun
[c] 16-25 tahun 5.
Status Pernikahan: [a] Belum menikah [b] Menikah
6.
Pendidikan formal terakhir
:
[a] Tidak Sekolah [b] SD
Kelas [1] [2] [3] [4] [5] [6]
68
7.
[c] SMP/ Sederajat
Kelas [1] [2] [3]
[d] SMA/ Sederajat
Kelas [1] [2] [3]
[e] Perguruan Tinggi
[Diploma] [Sarjana] [Magister]
Pekerjaan : [a] PNS
[c] Petani (Pemilik/Penggarap)
[b] Pegawai Swasta
[d] Wirausaha
[e] Lainnya: …………………………………………………………………… 8.
Pendapatan perbulan
:
[a] ≤ Rp1.800.000
Tepatnya : Rp ……………………………...
[b] Rp1.800.001 – Rp2.300.000 Tepatnya : Rp ……………………………... [c] Rp2.300.001 – Rp2.800.000 Tepatnya : Rp ……………………………... [d] Rp2.800.001 – Rp3.200.000 Tepatnya : Rp ……………………………... [e] > Rp3.200 000 9.
Tepatnya : Rp ……………………………...
Apakah ada pendapatan lain selain pekerjaan yang saudara/i sebutkan diatas? [a] Ya, bekerja sebagai: ……………………………………………………….. [b] Tidak
10. Jika Ya, berapakah pendapatan per bulan yang saudara/i dapatkan dari pekerjaan sambilan tersebut? [a] < Rp1.800.000
Tepatnya : Rp ……………………………...
[b] Rp1.800.001 – Rp2.300.000 Tepatnya : Rp ……………………………... [c] Rp2.300.001 – Rp2.800.000 Tepatnya : Rp ……………………………... [d] Rp2.800.001 – Rp3.200.000 Tepatnya : Rp ……………………………... [e] > Rp3.200 000
Tepatnya : Rp ……………………………...
11. Jumlah tanggungan keluarga : [a] Tidak ada
[d] 4-5 orang
[b] 1-2 orang
[e] ≥6 orang tepatnya: ….….. orang
[c] 3-4 orang B. Motivasi Responden 1.
Sudah berapa kali anda mengunjungi Hutan Kota Taman Beringin? [a] 2 kali
[c] 4 kali
[b] 3 kali
[e] ≥ 5 kali tepatnya: ….….. kali
69 2.
Berapa kali anda biasanya datang ke Hutan Kota Taman Beringin dalam sebulan? [a] 1 kali
[d] 4 kali
[b] 2 kali
[e] > 4 kali tepatnya: ….….. kali
[c] 3 kali 3.
4.
Apakah tujuan anda mengunjungi Hutan Kota Taman Beringin? [a] Berekreasi
[c] Penelitian
[b] Berolahraga
[d] Lainnya: ……………………………….
Biasanya anda datang ke tempat ini pada waktu : [a] Libur
[c] Akhir Pekan
[b] Tidak Harus libur 5.
Berapa lama waktu yang anda habiskan di tempat ini? [a] 1 jam
[d] 4 jam
[b] 2 jam
[e] > 4 jam tepatnya: ……. jam
[c] 3 jam 6.
Anda memilih tempat ini adalah karena : [a] Lokasi mudah dijangkau
[c] Diajak teman/keluarga
[b] Tempatnya sejuk dan nyaman [e] Lainnya: ……………………………….. 7.
Kegiatan apa yang anda lakukan/disukai di tempat ini: [a] Duduk-duduk di taman
[d] Fotografi
[b] Berolahraga
[e] Lainnya: ………………………………..
[c] Menikmati keindahan taman C. Persepsi Responden terhadap Kualitas Lingkungan dan fasilitas di Hutan Kota Taman Beringin 1.
Apakah anda pernah mendengar tentang Ruang Terbuka Hijau? [a] Pernah
2.
[b] Tidak pernah
Apakah anda tahu bahwa Hutan Kota Taman Beringin merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan? [a] Tahu
3.
[b] Tidak tahu
Apakah anda tahu manfaat dan fungsi keberadaan Hutan Kota Taman Beringin?
70 [a] Ya 4.
[b] Tidak tahu
Jika Ya, sebutkan fungsi keberadaan Hutan Kota Taman Beringin yang anda ketahui ataupun yang anda rasakan? [a] Pencegah polusi udara dari kendaraan bermotor dan asap pabrik [b] Produksi Oksigen [c] Peredam kebisingan [d] Pengatur iklim mikro kota [e] Koleksi keanekaragaman tumbuhan [f] Daerah resapan air [g] Sarana rekreasi keluarga [h] Keindahan dan kenyamanan kota [k] Lainnya: ……………………………………………………………………
5.
Menurut anda, bagaimana kondisi kebersihan Hutan Kota Taman Beringin? [a] Sangat bersih (tidak ada sampah) [b] Bersih (sangat sedikit sampah) [c] Cukup bersih (sedikit sampah) [d] Kurang bersih (banyak sampah) [e] Tidak bersih (sangat banyak sampah)
6.
Menurut anda, bagaimana keindahan Hutan Kota Taman Beringin? [a] Sangat indah (Vegetasi tumbuhan sangat terawat) [b] Indah (Vegetasi tumbuhan terawatt) [c] Cukup indah (Vegetasi tumbuhan cukup terawat) [d] Kurang indah (Vegetasi tumbuhan kurang terawat) [e] Tidak indah (Vegetasi tumbuhan tidak terawat)
7.
Menurut anda, bagaimana kenyamanan di Hutan Kota Taman Beringin? [a] Sangat nyaman (Fasilitas pendukung seperti WC umum, tempat duduk tempat sampah, tempat parkir, papan informasi, dan lain-lain sangat lengkap) [b] Nyaman (fasilitas pendukung lengkap) [c] Cukup nyaman (fasilitas pendukung cukup lengkap) [d] Kurang nyaman (fasilitas pendukung kurang lengkap) [e] Tidak nyaman (fasilitas pendukung tidak lengkap)
71 8.
Menurut anda, bagaimana kondisi kesejukan di Hutan Kota Taman Beringin? [a] Sangat sejuk [b] Sejuk [c] Cukup sejuk [d] Kurang sejuk [e] Tidak sejuk
9.
Apakah anda sudah puas dengan kondisi lingkungan Hutan Kota Taman Beringin saat ini? [a] Puas [b] Tidak Puas Alasan:
10. Menurut anda, apa lagi yang perlu ditambah/diperbaiki agar Hutan Kota Taman Beringin lebih baik lagi kedepannya? Yang perlu ditambahkan : [a] Vegetasi pepohonan
[e] Area bermain anak
[b] Lahan parkir
[f] Tempat olahraga
[c] WC umum
[g] Tempat sampah
[d] Tempat Santai di sekitar taman
[h] Sumur resapan/biopori
[i] Lainnya: ……………………………………………………………………. Yang perlu diperbaiki : ……………………………………………………….. D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi WTP 1.
Apakah kondisi Hutan Kota Taman Beringin saat ini sudah bersih? [a] Ya [b] Tidak Alasan:
2.
Apakah kondisi Hutan Kota Taman Beringin saat ini sudah indah? [a] Ya [b] Tidak Alasan:
3.
Apakah kondisi Hutan Kota Taman Beringin saat ini sudah nyaman? [a] Ya
72 [b] Tidak Alasan: 4.
Apakah kondisi kualitas udara di Hutan Kota Taman Beringin saat ini sudah sejuk? [a] Ya [b] Tidak Alasan:
E. Willingness to Pay (WTP) terhadap Perbaikan Kualitas Lingkungan Hutan Kota Taman Beringin Sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan, Hutan Kota Taman Beringin memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Kota Medan dalam jangka panjang. Fungsi tersebut diantaranya adalah sebagai sarana rekreasi, penyedia udara bersih dan segar, menyerap polusi, penyeimbang antara area terbangun dan tidak terbangun, daerah resapan air, kenyamanan dan keindahan kota, dan lain sebagainya. Agar tidak kehilangan manfaat yang diberikannya dalam mengatasi masalah lingkungan, maka dibutuhkan upaya untuk mempertahankan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin agar tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin akibat pengelolaan yang kurang optimal, dana yang terbatas, budaya dan kebiasaan masyarakat yang tidak menjaga kelesatarian lingkungan, dan lainnya. Apakah Bapak/ibu/saudara/i bersedia berpartisipasi dalam bentuk kesediaan membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan Hutan Kota Taman Beringin yang didekati dengan biaya kebersihan?
1.
Apakah anda setuju apabila dilakukan suatu upaya perbaikan kualitas Hutan Kota Taman Beringin agar dapat berkelanjutan dan dapat dikembangkan lebih baik lagi? [a] Ya setuju, [b] Tidak setuju, alasan: ………………………………………………………
2.
Apabila akan dilakukan suatu upaya perbaikan kualitas Hutan Kota Taman Beringin, apakah anda bersedia berpartisipasi dalam bentuk kesediaan membayar yang didekati dengan biaya kebersihan? [a] Ya bersedia, alasan:
a. Merasa bertanggung jawab b. Peningkatan kualitas lingkungan c. lainnya: ………………………………………
[b] Tidak bersedia, alasan:
a. Tidak merasa bertanggungjawab b. Sudah membayar pajak c. Ingin membayar tetapi tidak mampu
73 d. Tidak yakin akan dipergunakan dengan benar oleh pihak yang bertanggung jawab e. lainnya: ……………………………………… 3.
Apabila anda bersedia, berapakah dana maksimal yang bersedia anda bayarkan melalui biaya kebersihan untuk perbaikan Hutan Kota Taman Beringin yang didekati dengan harga bibit pohon? a. Rp2.500
d. Rp 10.000
b. Rp5.000
e. Rp 12.500
c. Rp7.500
f. > Rp 12.500 Tepatnya: …………..
F. Harapan dan Saran 1.
Apakah harapan anda terhadap keberadaan Hutan Kota Taman Beringin sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Medan? .………………………………………………………………………………… .………………………………………………………………………………… .…………………………………………………………………………………
2.
Apakah saran anda dalam pengelolaan Hutan Kota Taman Beringin? .………………………………………………………………………………… .………………………………………………………………………………… .…………………………………………………………………………………
74 Lampiran 2
Hasil regresi linear berganda faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung dengan SPSS16 Model Summary(b)
Model
R
R Square
Adjusted
Std. Error of
R Square
the Estimate
Durbin-Watson
1 0.871 0.759 0.695 1794.391 2.002 a Predictors: (Constant), DSJK, PDPTN, DNDH, LMT, JT, FK, DBRSH, PNDKN, DNYMN, b Dependent Variable: WTP ANOVA(b) df Mean Square F Sig. Sum of Squares Regression 345070970.787 9.000 38341218.976 11.908 0.000 Residual 109474483.758 34.000 3219837.758 Total 454545454.545 43.000 a Predictors: (Constant), DSJK, PDPTN, DNDH, LMT, JT, FK, DBRSH, PNDKN, DNYMN, b Dependent Variable: WTP Model 1
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) -2264.616 2828.749 LMT 13.145 22.135 PNDKN 124.792 182.014 PDPTN 0.001 0.000 JT -787.109 174.821 37.472 46.123 FK DBRSH 1170.412 687.896 DNDH 162.725 941.020 DNYMN 2387.130 760.323 DSJK 2055.201 1972.524 a Dependent Variable: WTP Model
t
Sig.
-0.801 0.594 0.686 4.084 -4.502 0.812 1.701 0.173 3.140 1.042
0.429 0.557 0.498 0.000 0.000 0.422 0.098 0.864 0.003 0.305
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0.757 0.648 0.657 0.864 0.730 0.688 0.820 0.547 0.847
1.321 1.542 1.522 1.157 1.371 1.453 1.219 1.828 1.181
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Unstandardized Residual 44 -3.61731E-13 1595.593378 0.095443363 0.095443363 -0.082155946 0.633099647 0.817665572
75
Sumber: Data primer diolah (2014)
76 Lampiran 3
Dokumentasi
77
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Binjai pada tanggal 20 Agustus 1992 dari ayah Benny Simamora dan ibu Salmah Samosir. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Ostrom Methodist Tebing Tinggi tahun 2004, setelah itu penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Ostrom Methodist Tebing Tinggi tahun 2007 dan penulis juga menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi tahun 2010. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam Himpunan Profesi Resource and Environmental Economics Student Association (REESA) sebagai Staff Divisi Internal Development selama dua tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2011- 2013. Selain itu, penulis pun aktif dalam berbagai kepanitiaan baik di lingkup fakultas, internal maupun eksternal universitas.