ESTIMASI WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT DAN FORMULASI STRATEGI RUANG TERBUKA HIJAU TAMAN KOTA WADUK PLUIT JAKARTA UTARA
DHANA PUTRAKUSUMA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Willingness To Pay Masyarakat dan Formulasi Strategi Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014
Dhana Putrakusuma NIM H44100096
ABSTRAK DHANA PUTRAKUSUMA. Estimasi Willingness To Pay Masyarakat dan Formulasi Strategi Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sangat penting bagi keseimbangan lingkungan. Proporsi RTH yang terus menurun di Jakarta dapat menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Nilai ekonomi RTH yang tidak diketahui menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah RTH, maka perlu dilakukan penelitian mengenai nilai ekonomi dan formulasi strategi RTH. RTH pada penelitian ini adalah RTH Taman Kota Waduk Pluit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan estimasi nilai ekonomi RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan pendekatan Willingness to Pay dan memformulasikan strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan menggunakan analisis SWOT dan QSPM. Berdasarkan valuasi ekonomi dengan Willingness to Pay, diperoleh nilai ekonomi Taman Kota Waduk Pluit adalah sebesar Rp 38.142.348.387/15 tahun atau sama dengan Rp 2.542.823.226/tahun. Analisis SWOT dan QSPM menghasilkan formulasi strategi terpilih untuk mengembangkan RTH Taman Kota Waduk Pluit. Kata kunci: QSPM, Ruang Terbuka Hijau, SWOT, Valuasi Ekonomi, Willingness to Pay
ABSTRACT DHANA PUTRAKUSUMA. The Willingness To Pay Estimation Of Community and Strategy Formulation of Pulit Reservoir City Park Green Open Space in North Jakarta. Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI The existences of Green Open Spaces are very important for environmental balance. Declining proportion of Green Open Spaces in Jakarta could set several environmental issues. The unkwon Green Open Spaces’ economic value could be one of the reasons why Green Open Spaces were declining, so economic valuation and strategies formulation researches are necessary to be done. The Green Open Spaces in this research is specified to Pluit Reservoir City Park. The main purposes of this paper are valuating the Pluit Reservoir City Park economic value with Willingness to Pay approach and formulating strategies of Pluit Reservoir City Park with SWOT and QSPM methods. According to the economic valuation with Willingness to Pay approach, the economic value of Pluit Reservoir City Park is IDR 38,142,348,387/15 years or equal to IDR 2,542,823,226/year. The SWOT and QSPM analysis formulated strategy to develop Green Open Space on the Pluit Reservoir City Park. Keywords: Economic valuation, Green Open Space, QSPM, SWOT, Willingness to Pay
ESTIMASI WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT DAN FORMULASI STRATEGI RUANG TERBUKA HIJAU TAMAN KOTA WADUK PLUIT JAKARTA UTARA
DHANA PUTRAKUSUMA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini adalah tentang Ruang Terbuka Hijau di Jakarta yang berjudul Estimasi Willingness to Pay Masyarakat dan Formulasi Strategi Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Skripsi ini dilatar belakangi oleh pergerakan perbaikan lingkungan yang dilakukan oleh berbagai pihak di Jakarta khususnya pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai secara moneter dari keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit dan bagaimana formulasi strategi yang tepat dalam mengimplementasikan RTH tersebut. Masyarakat merasakan eksternalitas positif atas keberadaan dari RTH Taman Kota Waduk Pluit sehingga perlu dilakukan analisis Willingness to Pay (WTP) dengan menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) untuk mengetahui nilai dari RTH tersebut berdasarkan preferensi masyarakat serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besar keinginan membayar dari masyarakat di sekitar RTH. Pengembangan strategistrategi juga diperlukan agar RTH tersebut dapat lebih optimal pemanfaatannya. Terima kasih penulis ucapkan kepada: Ayah (Dr Ir Hermanto, MS), Ibu (Karyani) dan Kakak (Dian Kusumaningrum, S.Si, M.Si) yang telah banyak memberi semangat, kasih sayang, saran, dan limpahan doa yang tak pernah putus; Ibu Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi ilmu, bimbingan, dan arahan dalam penelitian ini; Bapak Ir Nindyantoro, M.Sp selaku dosen penguji utama dan Bapak Benny Osta N., S.Pi, M.Si selaku Dosen penguji Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang telah memberi banyak masukan yang membangun. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Purnomo selaku vice project manager Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara, Ibu Mila Ananda selaku Kepala Seksi Bagian Pertamanan dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta, Bapak Depika Romadi, S.STP, MAP selaku Wakil Lurah Kelurahan Pluit Jakarta Utara, Bapak Drs. Syamsul Arfan Akilie, MSi selaku Ketua Badan Pengawas PD. Pasar Jaya DKI Jakarta dan Pegawai Kelurahan Penjaringanyang telah membantu selama penelitian dan pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada para sahabat (Jaza, Fauzan, Ridwan, Riza, Atika, Puteri, Yuri, Reza, Kasirotur, Sheanie, Irdianti), teman-teman satu bimbingan (Amal, Chadefi, Sheanie, Andreas, Nadya, Dessy, Ayu, Frisca) dan semua teman-teman ESL 47 atas segala doa, dukungan, bantuan dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2014 Dhana Putrakusuma
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 9 II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 10 2.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau .............................................................. 10 2.2 Pendekatan Valuasi Ekonomi dan Formulasi Strategi RTH ..................... 12 2.3 Pengertian Willingness to Pay (WTP) ...................................................... 13 2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................................... 14 III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ 18 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................................... 18 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................. 25 IV METODE PENELITIAN................................................................................. 28 4.1 Lokasi dan Waktu ..................................................................................... 28 4.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 28 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 29 4.4 Analisis Dampak Positif RTH Taman Kota Waduk Pluit ......................... 30 4.5 Tahapan dalam Penerapan Analisis WTP ................................................. 31 4.6 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP ................................... 34 4.7 Pengujian Parameter.................................................................................. 37 4.8 Analisis SWOT dan QSPM....................................................................... 38 V GAMBARAN UMUM...................................................................................... 45 5.1 Gambaran Umum Lokasi .......................................................................... 45 5.2 Gambaran Umum RTH ............................................................................. 46 5.3 Gambaran Umum Responden ................................................................... 49 5.4 Gambaran Pengetahuan Lingkungan Responden...................................... 53 VI HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 55 6.1 Analisis Dampak Positif Taman Kota Waduk Pluit.................................. 55 6.2 Pemanfaatan Taman Kota Waduk Pluit .................................................... 57 6.3 Estimasi Nilai Ekonomi Taman Kota Waduk Pluit .................................. 60 6.4 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP .............................. 62 6.5 Analisis Ketidaksediaan Memberi WTP Taman Kota Waduk Pluit ......... 65 6.6 Pengujian Parameter.................................................................................. 66 6.7 Analisis Lingkungan Internal-Eksternal Taman Kota Waduk Pluit ......... 67 6.8 Analisis SWOT Taman Kota Waduk Pluit ............................................... 73 6.9 Analisis Pengambilan Strategi dengan QSPM .......................................... 74 VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 80 7.1 Kesimpulan ............................................................................................... 80
7.2 Saran .......................................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 82 LAMPIRAN .......................................................................................................... 85 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 92
DAFTAR TABEL No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Halaman Rekapitulasi data luas RTH di Jakarta tahun 2013 .......................................... 3 Perbandingan penelitian terdahulu yang relevan ........................................... 17 Matriks metode analisis data .......................................................................... 30 Indikator variabel WTP .................................................................................. 36 Contoh matriks pembobotan IFE ................................................................... 39 Contoh matriks pembobotan EFE .................................................................. 39 Gambaran matriks IFE RTH Taman Kota Waduk Pluit ................................ 40 Gambaran matriks EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit ............................... 41 Gambaran matriks SWOT RTH Taman Kota Waduk Pluit ........................... 42 Contoh matriks QSPM ................................................................................... 43 Luas wilayah menurut peruntukan tanah Kelurahan Pluit ............................. 45 Luas wilayah menurut peruntukan tanah Kelurahan Penjaringan ................. 46 Penilaian masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan Pluit ......... 57 Distribusi WTP responden terhadap RTH Taman Kota Waduk Pluit ........... 61 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit.................................................................................................... 63 Nilai IFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh PT. Jakarta Propertindo ....... 70 Nilai EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta ................................................................. 71 Nilai EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh Kelurahan Pluit................... 73 Matriks SWOT RTH Taman Kota Waduk Pluit ............................................ 74 Penilaian QSPM RTH Taman Kota Waduk Pluit .......................................... 75 Peringkat Strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit ........................................ 76
DAFTAR GAMBAR No. 1 2 3 4 5 6 7
Halaman Diagram kerangka pemikiran operasional …………………………………..27 Lokasi penelitian……... ...….………………………………………………..28 Lokasi pengambilan sampel......... ..………………………………………….28 Contoh grafik WTP…………………………………………………... …….32 Gambaran peta strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit….………... ………44 Suasana Taman Kota Waduk Pluit ………………………………………….47 Jenis tumbuhan di Taman Kota Waduk Pluit ……………………………….48
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Sebaran jarak tempat tinggal dari Taman Kota Waduk Pluit…. ……………50 Sebaran usia responden.............. …………………………………………….51 Sebaran tingkat pendidikan responden…...... ….……………………………51 Sebaran pekerjaan responden…………………... ...…………………………52 Sebaran pendapatan per kapita responden……… …………………………..53 Presentase pengetahuan jasa lingkungan responden...……………… ………54 (a) Pengetahuan fungsi RTH responden.………..………………………….. 54 (b) Preferensi kepentingan RTH responden…. ………….………………...54 Presentase kunjungan ke Taman Kota Waduk Pluit ……………………….57 Presentase intensitas kunjungan ke Taman Kota Waduk Pluit….... ...………58 Presentase jenis pemanfaatan Taman Kota Waduk Pluit…... ……………….59 Dugaan Kurva WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit ……………………....61 Pendidikan responden yang tidak bersedia memberikan WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit……………………………………………………………65 Alasan responden yang tidak bersedia memberikan WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit. ……………………………………………...………….…….66 Grafik Scatterplot WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit…..…………… .....67 Peta strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit... ……………………………...79
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1 Hasil ANOVA Fungsi WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan Minitab 14 Portable … …………….....…………………………..………..…..…...86 2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov WTP Taman Kota Waduk Pluit …………………………………………………………………………….....87 3 Tabel Pembobotan IFE dan EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit…….…….88 4 Dokumentasi survey…………....…………………………………………....91
1
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kota besar terutama ibukota tidak dapat terlepas dari berbagai macam permasalahan, mulai dari masalah sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan. Pemerintah tingkat pusat hingga pemerintah daerah sudah mencoba berbagai macam upaya dalam menangani permasalahan-permasalahan yang berada di ibukota. Masyarakat dan organisasi-organisasi juga turut serta dalam melakukan berbagai macam gerakan dan kegiatan untuk membantu pemerintah dalam menangani permasalahan yang menjerat ibukota. Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia merupakan salah satu kota besar yang padat penduduk dengan jumlah penduduk mencapai 9.991.778 jiwa sampai tahun 2012 (Bidang Neraca dan Analisis 2013) dan selalu dipenuhi oleh berbagai macam kesibukan dari kegiatan masyarakat yang tinggal di sana yang tentu mengakibatkan berbagai masalah sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan. Penelitian ini akan difokuskan pada permasalahan lingkungan di Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 dan tahun 2012 melakukan berbagai macam upaya dalam memperbaiki serta meningkatkan kualitas lingkungan dengan menghijaukan kota Jakarta melalui program pengembangan dan pembangunan hutan kota di beberapa lokasi yang telah ditetapkan, baik di Jakarta atau wilayah sekitar yang termasuk wilayah penyangga Jakarta. Pemerintah telah melakukan pembangunan hutan kota dan kawasan Ruang Terbuka Hijau pada 4 wilayah di DKI Jakarta sebesar 175,17 Ha, selain itu pada
tahun
2011
pemerintah
DKI
Jakarta
dalam
upaya
melakukan
penanggulangan polusi udara telah melakukan pembangunan dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau atau lebih dikenal dengan RTH. Pembebasan lahan untuk pengembangan RTH dan hutan kota yang dilakukan DKI Jakarta pada tahun 2009 dilandaskan melalui Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 728/2009 dengan menertibkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang beroperasi dan berada di jalur hijau, taman, RTH, dan daerah milik jalan yang semestinya digunakan sesuai dengan peruntukannya. Pemerintah daerah telah melakukan pembebasan tanah yang saat ini banyak terlantar lalu
2
dijadikan lahan terbuka hijau, dan melakukan pembebasan SPBU yang menempati areal jalur hijau. Pada suatu kota, keberadaan pepohonan dan tumbuhan biasanya ditempatkan pada suatu kawasan tertentu yang dikenal dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penggalakan program pembangunan RTH disebabkan oleh kebutuhan masyarakat Jakarta akan kualitas lingkungan yang lebih bersih, sehat dan nyaman untuk dihuni. Keberadaan pepohonan dan tumbuhan merupakan suatu hal yang sangat penting karena selain dapat menghasilkan oksigen sebagai kebutuhan utama kehidupan setiap makhluk hidup, pepohonan dan tumbuhan juga dapat menjadi penyaring udara dari berbagai macam polusi, menyimpan cadangan air dan memberikan perasaan yang nyaman. RTH dapat berupa ruang yang berkelompok atau memanjang yang di atasnya tumbuh tanaman baik secara liar maupun sengaja ditanam yang dapat menjadikan suatu kota nyaman dan sehat (Dwihatmojo 2013). RTH juga memberikan tiga fungsi utama bagi masyarakat dan lingkungan yaitu pelayanan fasilitas umum, konservasi, dan budidaya pertanian (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta 2009). Oleh karena itu keberadaan RTH di suatu kota merupakan suatu hal yang sagat penting, terutama di kota-kota besar yang penuh dengan aktivitas masyarakatnya yang tinggi dan penuh akan polusi. Pelaksanaan program pembangunan RTH di Jakarta tidak dapat berjalan dengan baik dikarenakan tingginya jumlah penduduk yang mengakibatkan kebutuhan lahan untuk berbagai kepentingan seperti tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan dan sarana-prasarana penunjang aktivitas masyarakatnya terus meningkat sehingga menyisakan sedikit lahan untuk RTH. Luas RTH publik yang dapat berfungsi sebagai daerah resapan air dan karbondioksida serta mengurangi pencemaran udara di Jakarta saat ini hanya mencapai 9,6% dan jumlah ini masih jauh dari batas minimal 30% dari luas wilayah daerah. Selain itu, jumlah penduduk yang besar juga dapat menimbulkan berbagai macam polusi, dan kerusakan keseimbangan ekosistem yang tentunya mengakibatkan berbagai permasalahan lingkungan serta berpotensi dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup bagi masyarakat itu sendiri (BPLHD Provinsi DKI Jakarta 2014).
3
Untuk mengetahui jumlah RTH di Jakarta, tabel berikut mencantumkan rekapitulasi data luas RTH pada tahun 2013. Tabel 1 Rekapitulasi data luas RTH di Jakarta tahun 2013 Jenis Ruang Terbuka Hijau
Taman Kota & Taman Lingkungan
Taman Bangunan Umum & Rekreasi dan Taman Interaktif
Jumlah Lokasi
Luas meter persegi
Jumlah Lokasi
2006
2071
18.050.714
98
239.015
77
2007
2078
18.218.405
101
243.371
2008
2082
18.279.022
103
2009
2088
18.363.031
2010
2096
2011
Tahun
Luas meter persegi
DKI Jakarta Lainnya
Jumlah Lokasi
Luas meter persegi
Jumlah Lokasi
Luas meter persegi
833.259
2.246
19.122.987
77
833.259
2.256
19.295.035
289.994
95
1.407.654
2.280
19.976.670
106
456.797
184
7.394.557
2.378
26.214.386
18.603.618
110
468.914
190
7.411.336
2.396
26.483.868
2119
18.777.045
115
536.774
193
7.414.548
2.427
26.728.366
2012
2166
19.121.742
124
580.353
221
7.555.345
2.511
27.257.440
2013
2177
19.187.237
125
585.991
221
7.576.030
2.523
27.349.258
Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (2014)
Undang-Undang tentang pengaturan Ruang Terbuka Hijau yaitu UU Nomor 26 Pasal 1 Tahun 2007 yang menjadi landasan dalam pembangunan RTH sebagai paru-paru kota untuk membantu penurunan pencemaran udara serta kadar karbondioksida dalam memperbaiki kualitas udara di Jakarta dan menjadi dasar untuk perluasan RTH agar mencapai standar kelayakan tata kota, yaitu sebesar 20% hingga 30% dari luas wilayah suatu kota. Langkah awal untuk mencapai target pelaksanaan UU Nomor 26 Tahun 2007 tersebut Pemprov DKI menyiapkan sebuah regulasi yaitu Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2011-2030 yang mewajibkan pembangunan 14% RTH dari lahan. Selain itu pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang telah disahkan oleh DPRD DKI Jakarta yang merencanakan peningkatan RTH sebanyak 6% hingga tahun 2030 turut memperkuat dorongan pengembangan RTH di Jakarta. Selain
4
pembangunan RTH, Pemerintah Provinsi DKI juga menggiatkan gerakan kampung hijau (BPLHD Provinsi DKI Jakarta 2014). Gerakan kampung hijau yang ramah lingkungan perlu digalakkan karena mulai berkurangnya lahan akibat bertambahnya pemukiman serta tidak tertanganinya sampah di lingkungan pemukiman. Dalam rangka mengurangi permasalahan tersebut, warga kota dengan kesadaran masing-masing mulai mendaur ulang sampah rumah tangga di lingkungan sekitar tempat tinggal dengan menjadikan kompos dan berbagai barang berguna lainnya. Warga Jakarta juga mulai dibiasakan sadar dan peduli dalam menjaga kebersihan, membuat sumur resapan air, mengolah limbah, dan membuat tempat bermain. Gerakan kampung hijau juga bisa membantu pemerintah DKI Jakarta untuk mencapai target RTH sebesar 30% dari luas kota pada tahun 2030 (BPLHD Provinsi DKI Jakarta 2014). Pemerintah DKI Jakarta pun memiliki program untuk melestarikan wilayah penyangga yang memiliki peran besar untuk meredam energi gelombang laut, untuk itu keberadaannya perlu dilestarikan sehingga dapat mengurangi dampak banjir rob yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Ada pun yang termasuk wilayah penyangga adalah pantai dan rawa, terutama kawasan mangrove seperti pemulihan Sabuk Hijau Pantai atau green belt yang dilaksanakan di wilayah Pantai Indah Kapuk melalui kerja sama dengan pihak swasta. Melaksanakan dan meningkatkan program pembuatan sumur biopori, membuat sumur resapan, Adiwiyata (Green School), Jakarta Green and Clean, penerapan green building yang saat ini sudah dilaksanakan dan terus dikembangkan di Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan untuk program jangka panjang akan dilaksanakan relokasi pemukiman di sepanjang bantaran kali Ciliwung, dimana warga pemukiman tersebut akan ditempatkan di perumahan Rusunami, agar dapat hidup lebih layak dan mendapatkan pelayanan sanitasi yang lebih baik (BPLHD Provinsi DKI Jakarta 2014). Selain upaya dari Pemerintah DKI Jakarta dalam menangani permasalahan lingkungan yang terjadi, masyarakat dan LSM yang bergerak dalam bidang lingkungan dilibatkan dalam membahas penilaian dokumen AMDAL. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UPL) dan pembersihan kali atau sungai. Pemberdayaan masyarakat di bantaran sungai bersama masyarakat seperti pelajar, pramuka,
5
karang taruna, organisasi kepemudaan, kalangan agama, dan tim penggerak PKK terus dilakukan. Masyarakat dilibatkan dalam pelestarian alam dan lingkungan serta mendorong pembangunan hulu-hilir berdasarkan kesatuan ekosistem. Sosialisasi tentang bahaya pemakaian bensin bertimbal baik terhadap siswa, mahasiswa
dan
pengguna
kendaraan
bermoto
serta
mengkampanyekan
penghapusan bensin bertimbal juga dilaksanakan di wilayah DKI Jakarta. Kegiatan ”Stop Nyampah” dilaksanakan di semua wilayah DKI Jakarta, yang pelaksanaannya dilakukan bersama masyarakat dengan melakukan penyuluhan kepada warga di bantaran kali agar tidak menjadikan kali sebagai tempat pembuangan sampah (BPLHD Provinsi DKI Jakarta 2014). Jakarta Utara merupakan salah satu Kotamadya di Jakarta yang memiliki penduduk sebanyak 1.462.054 jiwa pada tahun 2009 dan diprediksi jumlahnya akan menjadi 2.032.688 jiwa pada 2015 (BPS 2010) tentu memiliki berbagai macam masalah khususnya masalah lingkungan. Salah satu wilayah di Jakarta Utara yang perlu dibangun RTH adalah kawasan Waduk Pluit yang terletak di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan. Kawasan tersebut dahulu merupakan hutan kota, lalu dijadikan perumahan kumuh ilegal oleh oknum-oknum tertentu yang akhirnya kerap menimbulkan sampah, polusi udara berupa bau yang tidak sedap, dan berbagai macam permasalahan lingkungan lainnya. Wilayah Pluit juga merupakan wilayah yang cukup panas dan kering dimana jarang dijumpai pepohonan dan tumbuhan di pinggiran jalan ditambah lagi daerah terebut merupakan dataran rendah yang minim daerah resapan air sehingga sering terjadi banjir. Pembuatan RTH di Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari lagi, pemerintah memutuskan untuk membangun taman hidup atau RTH dengan lahan seluas kurang lebih 6 Ha di kawasan Taman Kota Waduk Pluit yang dilakukan oleh PT. Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pihak yang diberi tanggung jawab oleh Gubernur DKI Jakarta. RTH ini nantinya tidak hanya akan dijadikan daerah resapan air dan paru-paru kota saja, melainkan akan dijadikan tempat pusat penyemaian bibit pohon dan green house. Secara keseluruhan kawasan tersebut nantinya akan ditanami 5000 pohon dengan jenis mahoni, ketapang, trembesi, dadap, anggur laut, pandan laut,
6
maja, johar, anyang-anyang, mindi, dan biola cantik. Selain untuk kepentingan lingkungan, RTH Taman Kota Waduk Pluit juga akan dijadikan taman edukasi dimana nanti di tiap pohon akan diberikan label untuk mencantumkan nama pohon tersebut. Di samping untuk menopang berbagai atribut ekologis, di sana juga akan dijadikan tempat untuk jogging, panggung terbuka, pementasan seni dan beranekaragam kegiatan lainnya untuk melakukan interaksi sosial masyarakat khususnya warga sekitar kawasan Pluit1. Taman Kota Waduk Pluit diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dari berbagai masalah lingkungan yang terjadi di daerah tersebut. Namun apabila masyarakat tidak tahu akan nilai dari RTH tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa RTH Taman Kota Waduk Pluit tidak akan dapat bertahan dan lestari seperti yang diharapkan, dan tidak menutup kemungkinan wilayah tersebut akan kembali kumuh seperti sebelumnya. Oleh sebab itu, dibutuhkan valuasi nilai ekonomi dari RTH Taman Kota Waduk Pluit. Valuasi nilai ekonomi dengan menggunakan pendekatan Willingness to Pay warga yang tinggal di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar preferensi dan kepedulian lingkungan warga terhadap RTH tersebut yang dapat menjadi tolak ukur seberapa penting keberadaan RTH tersebut bagi masyarakat dan formulasi strategi implementasi juga perlu untuk dilakukan dalam rangka menentukan strategi apa yang dapat diterapkan agar RTH tersebut dapat lestari dan berkembang. Dengan mengetahui nilai ekonomi dan formulasi strategi implementasi dari RTH Taman Kota Waduk Pluit diharapkan keberadaannya dapat lebih dihargai dan dapat menjadi dorongan untuk melakukan pemeliharaan RTH. Lebih jauhnya lagi dapat menjadi titik awal untuk pengembangan RTH lain di Jakarta. 1.2 Perumusan Masalah Kebutuhan masyarakat akan lingkungan yang nyaman, sehat, indah, kualitas udara yang bersih, dan kebutuhan ruang untuk bersosialisasi yang ideal bagi masyarakat di Jakarta tidak dapat ditawar lagi. Namun di lain sisi, kegiatan
1
http://www.tender-indonesia.com/tender_home/innerNews2.php?id=20499&cat= CT0027. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013
7
perekonomian dan kegiatan harian lain di Jakarta justru mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Dengan jumlah penduduk yang besar tentu menimbulkan persaingan kebutuhan lahan antara kebutuhan penggunaan non-RTH seperti perumahan, apartemen, pengembangan business area, dan infrastruktur lainnya untuk menunjang kehidupan perkotaan dengan kebutuhan RTH. Semakin berkurangnya jumlah RTH
akibat penggunaan lahan untuk kepentingan lain
membuat keberadaan RTH tidak sesuai dengan penetapan UU Nomor 26 Pasal 29 Bulir 3 dan Bulir 4 tentang pengadaan Ruang Terbuka Hijau minimal 20% hingga 30% dari luas lahan suatu kota. Selain diakibatkan tingginya jumlah penduduk, minimnya ketersediaan dari paru-paru kota dan daerah resapan air untuk menjaga kualitas lingkungan juga dapat diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat dan pemerintah serta pihak-pihak yang bersangkutan dalam penentuan tata kota tentang nilai ekonomi dari RTH, sehingga mengakibatkan kurangnya prioritas mengenai keberadaan RTH. Selain itu, kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya keberadaan RTH yang masih rendah juga dapat mengakibatkan ketidak pedulian masyarakat untuk menjaga, merawat, dan mempertahankan keberadaan RTH yang sudah ada. Berdasarkan uraian masalah di atas maka pertanyaan penelitiannya adalah: 1. Apakah RTH Taman Kota Waduk Pluit dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat? 2. Berapa nilai ekonomi RTH Taman Kota Waduk Pluit berdasarkan preferensi masyarakat sekitar? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya Willingness to Pay masyarakat di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit? 4. Bagaimana formulasi strategi implementasi yang tepat dari RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk melakukan valuasi nilai ekonomi dari apa yang dirasakan masyarakat akibat peningkatan kualitas lingkungan di sekitar RTH
8
Taman Kota Waduk Pluit dengan menggunakan WTP dan memformulasikan strategi implementasi perlunya RTH Taman Kota Waduk Pluit. Sedangkan tujuan secara spesifik dilakukannya penelitian ini telah ditetapkan sebagai berikut: 1. Menganalisis dampak positif yang dirasakan masyarakat dengan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit. 2. Mengestimasi nilai ekonomi RTH Taman Kota Waduk Pluit berdasarkan preferensi masyarakat sekitar dengan menggunakan nilai Willingness to Pay (WTP). 3. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya Willingness to Pay masyarakat disekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit. 4. Menganalisis formulasi strategi implementasi yang tepat dari RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat dalam berbagai hal, antara lain: 1. Bagi Pemerintah Provinsi Jakarta dan Kotamadya Jakarta Utara: dapat dijadikan bahan kajian dalam menentukan nilai ekonomi dan formulasi strategi implementasi RTH sehingga dapat melakukan alokasi lahan yang lebih baik lagi dan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Selain itu juga dapat meningkatkan kepedulian pemerintah terkait dalam melakukan pengembangan, perawatan, dan pelestarian RTH. 2. Bagi Masyarakat di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit: dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai pentingnya keberadaan dari RTH Taman Waduk Pluit. Selain itu, dapat meningkatkan kepedulian masyarakat dalam melakukan pemanfaatan, perawatan dan pelestarian RTH. 3. Bagi
Mahasiswa:
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
sarana
pengaplikasian ilmu yang selama ini sudah dipelajari dan bermanfaat sebagai media memperoleh pembelajaran, pengetahuan, dan pengalaman penelitian, serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya keberadaan RTH bagi lingkungan, khususnya lingkungan perkotaan yang penuh dengan polusi dan permasalahan lingkungan.
9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dan batasan-batasan dalam penelitian diperlukan untuk menjaga agar penelitian tetap fokus pada obyek yang diteliti dan mempermudah pelaksanaan penelitian. Ada pun ruang lingkup dan batasan-batasan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Wilayah penelitian dilakukan pada Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. RTH merupakan Taman Kota Waduk Pluit yang berada di Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan, Jakarat Utara. 2. Obyek penelitian adalah warga yang tinggal dan menetap di daerah Kelurahan Pluit dan Kelurahan Penjaringan RW 19 Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara yang mengetahui dan/atau merasakan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit. Selain warga yang tinggal di sekitar RTH, pengelola RTH juga dijadikan objek penelitian sebagai pihak internal dan instansi-instansi pemerintah terkait dengan RTH Taman Kota Waduk Pluit sebagai objek penelitian dari pihak eksternal. 3. Nilai RTH dalam penelitian ini adalah nilai ekologi, ekonomi, dan sosial yang diungkapkan masyarakat berdasarkan preferensi dari apa yang mereka rasakan semenjak dibangunnya RTH Taman Kota Waduk Pluit. 4. Formulasi strategi implementasi untuk sebuah RTH khususnya RTH Taman Kota Waduk Pluit agar tetap lestari dan dapat dikembangkan lebih baik lagi baik dalam hal keamanan, ekologi, sosial, budaya, dan ekonomi.
10
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) Secara definitif Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu ruang terbuka memanjang atau berkelompok dengan area geografis tertentu yang di atasnya tumbuh atau ditanami berbagai macam vegetasi dan tidak terdapat bangunan di atasnya guna mendukung manfaat langsung maupun tidak langsung dari suatu RTH yaitu kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan. Selain itu, Ruang Terbuka Hijau juga memiliki berbagai macam fungsi sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan seperti untuk tempat rekreasi dan olah raga, tempat pertanian pangan, kebun bunga dan usaha tanaman hias, jalur pemeliharaan sepanjang sungai dan selokan sebagai koridor kota, sebagai wilayah konservasi atau preservasi alam untuk mengamankan kemungkinan erosi, pengamanan tepi sungai dan daerah resapan air. Dasar hukum yang memperkuat keberadaan Ruang Terbuka Hijau di Indonesia telah tercantum dalam beberapa Undang-Undang dan peraturanperaturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, antara lain: 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28H Ayat (1) tentang hak seseorang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (UUPA). 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH). 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR). 5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242). Dasar hukum yang memperkuat keberadaan Ruang Terbuka Hijau di Jakarta telah tercantum dalam beberapa undang-undang dan peraturan-peraturan yang
11
telah ditetapkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030 pemerintah Provinsi DKI Jakarta, antara lain: 1. Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB I Pasal 1 No. 41 tentang Kawasan hijau lindung adalah bagian dari kawasan terbuka hijau yang memiliki karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan ekosistem setempat maupun untuk tujuan perlindungan wilayah yang lebih luas. 2. Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB I Pasal 1 No. 64 tentang Ruang Terbuka Hijau, selanjutnya disingkat RTH, adalah area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 3. Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB I Pasal 1 No. 65 tentang Ruang Terbuka non-Hijau adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras, maupun yang berupa badan air. 4. Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB I Pasal 1 No. 66 tentang Ruang terbuka hijau budi daya, yang selanjutnya disingkat dengan RTH budi daya, adalah ruang hijau di luar kawasan hijau lindung yang dimanfaatkan untuk kegiatan penanaman, pengembangan, pemeliharaan, maupun pemulihan vegetasi yang diperlukan sebagai sarana ekonomi, ekologi, sosial, dan estetika. 5. Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB I Pasal 1 No. 80 tentang Perbaikan lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan untuk memperbaiki struktur lingkungan yang telah ada dan dimungkinkan melakukan pembongkaran terbatas guna penyempurnaan pola fisik prasarana yang telah ada. 6.
Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB III Pasal 5 No. 5 tentang mewujudkan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang, ditetapkan kebijakan sebagai berikut : a. melaksanakan konservasi kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan lindung, sumber daya air, dan pengembangan RTH untuk keseimbangan ekologi kota Jakarta; b. meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH sebagai upaya peningkatan kualitas kehidupan kota Jakarta.
12
2.2 Pendekatan Valuasi Ekonomi dan Formulasi Strategi RTH Penilaian nilai ekonomi atau valuasi ekonomi terhadap nilai RTH sudah banyak dilakukan secara global khususnya pada negara-negara yang sudah maju. Namun hal yang sebaliknya terjadi pada negara yang belum maju atau negara berkembang, dimana pembangunan kawasan urban masih lebih diutamakan dari pada kawasan yang diperuntukan untuk menjaga kondisi lingkungan. Hal tersebut mengakibatkan pengembangan kawasan RTH menjadi dikesampingkan. Para stake holder tidak mengetahui bahwa keberadaan keuntungan dari RTH selain dapat berfungsi untuk menjaga lingkungan juga dapat meningkatkan harga propeti di wilayah sekitarnya dan juga dapat menjadi nilai tambah bagi wilayah tersebut. Dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan RTH, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan secara seksama untuk mencari hubungan antara pemerintah, urban planners, masyarakat, dan pengembang properti agar tercipta kerjasama yang baik dan dapat menghasilkan tata kota yang baik pula. Faktor yang mempengaruhi nilai dari suatu properti antara lain adalah lokasi, kualitas, dan perlengkapan rumah atau apartmen, umur bangunan dan aksesbilitas, tipe atau jenis, struktur, kualitas lingkungan, dan keamanan. Dimana untuk menilai secara ekonomi manfaat dari RTH dengan menggunakan harga properti dapat menggunakan metode HPM (Hedonic Price Method) (Takacs 2013). Selain melakukan pendekatan HPM, valuasi nilai manfaat Ruang Terbuka Hijau juga dapat diperoleh dengan Willingness to Pay (WTP) dimana peneliti menanyakan secara langsung preferensi dari responden yang sudah ditentukan untuk memperoleh nilai yang diungkapkan oleh responden tersebut. WTP merupakan bagian dari Contigent Valuation Method yang mana peneliti memerlukan sejumlah responden untuk mendapatkan nilai yang dicari. Dalam menggunakan WTP, penyusunan dan pembentukan format pertanyaan atau kuisioner serta cara penyampaian informasi dan pertanyaan sangat perlu diperhatikan untuk memperoleh keakuratan data yang diungkapkan oleh responden. Peneliti harus dapat membuat situasi dan meyakinkan bahwa responden tidak akan sungguh-sungguh membayar sejumlah uang seperti apa yang mereka ungkapkan (Anton 2005). Pada penelitian ini, valuasi ekonomi dari RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara akan menggunakan WTP untuk
13
mengetahui manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sekitar Ruang Terbuka Hijau dan untuk memperoleh nilai RTH tersebut secara moneter. Untuk melakukan suatu formulasi strategi pengembangan sebuah wilayah terbuka atau taman di Inggris yang mempertimbangkan aspek internal dan eksternal dengan pertimbangan nila intrinsic dan instrumental value, nilai dari taman dan ruang terbuka bagi penduduk, kontribusi dalam ambisi perbaikan tempat tinggal dan bagaimana suatu taman atau ruang terbuka dapat mengantarkan tujuan dalam perbaikan lingkungan dengan cara perbaikan kesehatan, kesejahteraan, pembelajaran, pengembangan individu, pengembangan kota, dan komunitas maka digunakan analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) (Curtin 2014).
2.3 Pengertian Willingness to Pay (WTP) Willingness to Pay (WTP) merupakan pengukuran nilai atau jumlah maksimum yang ingin dibayar atau dikorbankan suatu individu untuk mendapatkan atau mempertahankan manfaat berupa barang dan/atau jasa yang dapat dihasilkan suatu sumberdaya dan lingkungan. WTP berfungsi untuk mendefinisikan nilai suatu sumberdaya dan lingkungan secara ekonomi dengan besaran moneter (Fauzi 2004). WTP merupakan bagian dari CVM atau Contigent Valuation Method yang digunakan pelaku survey untuk memperoleh preferensi yang dinyatakan suatu individu dalam menilai suatu keadaan lingkungan atau sumberdaya yang bersifat nonmarket benefit value (Connell and Walls 2005). Willingness to Pay (WTP) juga dapat bermakna preferensi seseorang terhadap nilai suatu benda dan/atau jasa lingkungan adalah kesediaan dan kemampuan seseorang untuk mengorbankan sesuatu. Dalam keterkaitannya dengan nilai moneter, „sesuatu‟ yang dimaksud adalah dalam ukuran uang atau harga. Harga yang hendak dibayar atau dikorbankan seseorang tentu akan berbeda dengan orang lain, yang mengakibatkan perbedaan tersebut adalah preferensi dari masing-masing individu. Perbedaan preferensi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti pendidikan, kebutuhan akan barang atau jasa lingkungan tertentu, pendapatan, jenis kelamin, dan beberapa faktor lainnya. Besaran Willingness to Pay bersifat diminishing willingness to pay dengan asumsi awal
14
jika suatu individu tidak memiliki suatu barang atau jasa lingkungan tertentu, maka ketersediaan membayar orang tersebut akan tinggi, namun untuk mendapatkan tambahan unit-unit berikutnya ketersediaan membayar orang tersebut akan menurun (Barry and Martha 2002).
2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan Salah satu penelitian yang membahas estimasi nilai ekonomi dari RTH adalah penelitian alumni mahasiswa IPB Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan bernama Damara (2011) yang berjudul Estimasi Nilai Ekonomi Ruang Terbuka Hijau pada Pemukiman di Kota Bogor Studi Kasus Harga Rumah pada Perumahan Bogor Raya Permai, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih tempat tinggal dengan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, selain itu tujuan selanjutnya adalah untuk mengestimasi nilai ekonomi dari ruang terbuka hijau di area perumahan Kota Bogor dengan metode Hedonic Price Method. Hasil dari penelitian ini menjelaskan alasan dari masyarakat yang diperoleh melalui proses survey dengan wawancara terhadap pemilihan tempat tinggal, beberapa hal yang menjadi alasan dalam memilih tempat tinggal antara lain ketersediaan infrastruktur dari pengembang perumahan yang telah tertata dengan baik, lingkungan perumahan yang nyaman bagi masyarakat untuk bertempat tinggal, dan letak perumahan yang berada pada lokasi strategis. Dalam melakukan estimasi nilai lingkungan RTH di perumahan, perkiraan fungsi hedonic price rumah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis regresi berganda. Ada pun variabel yang digunakan dalam pendekatan analisis regresi berganda menggunakan dua variabel, yaitu variabel tak bebas dan variabel bebas. Variabel tak bebas atau terikat yang digunakan adalah harga rumah. Variabel bebas yang digunakan adalah kepemilikan rumah, kepemilikan pekarangan, jumlah jenis tanaman, jarak rumah ke taman umum, persepsi masyarakat terhadap kualitas udara, dan persepsi masyarakat terhadap kualitas air. Untuk mengestimasi nilai ekonomi dalam Ln didapatkan persamaan: Estimasi Nilai RTH = Membandingkan nilai harga rumah yang berasal dari fungsi
15
persamaan regresi berganda semi-log, setelah dikalikan dengan mean masingmasing variabel dengan nilai harga rumah rata-rata. Hasil tersebut masih dalam Ln maka untuk mengubahnya ke dalam rupiah diperlukan proses eksponensial dan didapatkan estimasi nilai ekonomi RTH = 209.241.574 – 200.434.887 = 8.806.687 yang berarti bahwa keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berkorban mendapatkan manfaat ruang terbuka hijau yang terdapat dalam harga rumah adalah sebesar Rp 8.806.687. Penelitian yang kedua adalah penelitian dari Asyrafy (2008) yang merupakan alumni mahasiswa IPB Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang berjudul Valuasi Ekonomi Hutan Kota Berdasarkan Pendekatan Biaya Kesehatan (Studi Kasus Taman Margasatwa Ragunan Jakarta). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan Hutan Kota Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dalam mereduksi pencemaran udara akibat kendaraan dengan metode analisis deskriptif dan kualitatif dan tujuan kedua adalah mengetahui nilai ekonomi Hutan Kota TMR berdasarkan pendekatan biaya kesehatan dengan pendekatan Cost of Illness. Hasil penelitian tersebut menerangkan bahwa pencemaran udara yang terjadi di lokasi penelitian didapatkan data melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan, untuk Kelurahan Ragunan dan Pasar Minggu dengan jumlah kendaraan rata-rata per jam sebanyak 2.856 dan 2.903 kendaraan. Data perhitungan tersebut tidak memasukkan beberapa jenis kendaraan seperti bus, sepeda motor, dan bajaj. Hal ini dilakukan karena belum dilakukan uji emisi terhadap jenis kendaraankendaraan tersebut. Data tersebut diperkuat hasil wawancara dimana mayoritas penduduk Ragunan dan Pasar Minggu mengatakan telah terjadi pencemaran di daerah mereka. Biaya berobat didapatkan dari data rumah sakit swasta dan puskesmas yang telah diekstrapolasi. Penelitian yang ketiga merupakan penelitian dari Widiyawati (2013) yang berjudul Valuasi Ruang Terbuka Hijau Tipe Pekarangan Berdasarkan Pendekatan Biaya Kesehatan (Studi Kasus Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pencemaran di lokasi penelitian dengan metode analisis deskriptif, tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui potensi kemampuan pekarangan dalam menyerap zat pencemar
16
dengan metode pendugaan data, tujuan ketiga dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi pekarangan dengan metode pendugaan jumlah penderita dan Cost of Illness dan tujuan yang terakhir adalah untuk melakukan valuasi pekarangan dengan metode selisih nilai dari dua lokasi penelitian yang berbeda. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa kualitas udara dapat diketahui dengan membandingkan hasil pengukuran dengan kualitas udara baku yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dan dalam penelitian ini adalah Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Bogor. Pencemaran udara yang terjadi menyebabkan potensi terjangkitnya penyakit dan jenis penyakit gangguan pernapasan diduga akibat dari pencemaran udara yang terjadi di desa tersebut ISPA merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak di derita warga Desa Gunung Putri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di RW 03 dan RW 06 sebanyak 77% dan 50% responden menyatakan bahwa pencemaran udara yang terjadi di Desa Gunung Putri akan mempengaruhi kesehatan. Penelitian yang keempat adalah sebuah tesis yang berjudul Kajian Ekologi Ekosistem Mangrove untuk Rehabilitasi di Desa Tiwoho Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara yang ditulis oleh Warongan (2009). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalsis kondisi sumber daya mangrove dan tingkat kerusakan serta pola ruang ekosistem mangrove serta memberikan alternatif strategi pengelolaan ekosistem mangrove dengan cara rehabilitasi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Pengindraan Jarak Jauh dengan ER-Mapper 6.4, Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan Arc View 3.3, Principal Component Analysis (PCA) dan analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT). Dari hasil SIG menunjukan sebaran kerapatan dan tingkat kerusakan dari tinggi sampai rendah yang menghasilkan tiga pola ruang ekologi untuk rehabilitasi. Pola I dan II digunakan sebagai daerah rehabilitasi sedangkan polah III dijadikan pengembangan kawasan mangrove yang berkelanjutan. Dari hasil analisis SWOT didapatkan tujuh strategi rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Tiwoho. Ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.
17
Tabel 2 Perbandingan penelitian terdahulu yang relevan No 1
Nama Peneliti Damara (2011)
2
Asyrafy (2008)
3
Widiyawati (2013)
4
Warongan (2009)
Judul Penelitian
Tujuan
Metode Analisis Data
Estimasi nilai ekonomi ruang terbuka hijau pada pemukiman di Kota Bogor (studi kasus harga rumah pada Perumahan Bogor Raya Permai, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor) Valuasi ekonomi hutan kota berdasarkan pendekatan biaya kesehatan (studi kasus Taman Margasatwa Ragunan Jakarta)
1.Identifikasi faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih tempat tinggal di area perumahan 2.Estimasi nilai ekonomi dari RTH di area perumahan Kota Bogor. 3. Analisis kebijakan pengelolaan dan perawatan RTH di perumahan Kota Bogor.
1. Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif 2. Hedonic price method 3. Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif
1. Mengetahui kemampuan Hutan Kota TMRdalam mereduksi pencemaran udara akibat kendaraan bermotor 2.Mengetahui nilai ekonomi Hutan Kota TMR dengan pendekatan biaya kesehatan 1. Mengetahui pencemaran di lokasi penelitian 2. Mengetahui potensi kemampuan pekarangan dalam menyerap zat pencemar 3.Nilai ekonomi pekarangan 4. Valuasi Pekarangan
1.Analisis deskriptif dan kualitatif 2. Pendekatan Cost of Illness
1. Mengetahui kerapatan jenis, frekuensi jenis, luas area tutupan, nilai penting suatu jenis 2. Mendapatkan luasan dan sebaran hutan Mangrove di Desa Tiwoho 3. Menentukan strategi rehabilitasi hutan mangrove
1. Kerapatan jenis, kerapatan realtif jenis, Frekuensi Jenis, Frekuensi Relatif Jenis, Penutupan Jenis, Penutupan Relatif Jenis, Nilai Penting Jenis 2. Sistem Informasi Geografi 3. Principal Component Analysis, Strength Weakness Opportunity Threat
Valuasi ruang terbuka hijau tipe pekarangan berdasarkan pendekatan biaya kesehatan (studi kasus Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor) Kajian Ekologi Ekosistem Mangrove untuk Rehabilitasi di Desa Tiwoho Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara
1.Analisis deskriptif 2.Pendugaan data 3.Pendugaan jumlah penderita dan Cost of Illness 4. Selisih nilai dari dua lokasi penelitian yang berbeda
Perbedaan antara penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada pendekatan yang digunakan untuk melakukan valuasi terhadap nilai ekonomi, yaitu dengan Analisis Willingness to Pay (WTP) yang langsung ditanyakan kepada responden dan formulasi strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) serta Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
18
III KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini terdiri dari kerangka pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran teoritis berisi penjelasan secara rasional terkait objek yang diteliti yang didukung oleh berbagai acuan secara teoritis, sedangkan kerangka pemikiran operasional adalah kerangka pemikiran yang menyatakan tentang urutan dari langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian.
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) merupakan salah satu teknik valuasi ekonomi dengan cara menanyakan kepada masyarakat mengenai suatu nilai atau harga dari suatu komoditas yang tidak memiliki harga pasar seperti barang publik atau barang lingkungan secara sederhana (Berry and Martha 2002). CVM menggunanakan pendekatan secara langsung terhadap masyarakat atau individu yang tidak memiliki hak atas suatu sumber daya alam, barang dan/atau jasa lingkungan dengan menggunakan Willingness to Pay (WTP) untuk mendapatkan suatu nilai atau harga dari jasa lingkungan atau berupa tambahan manfaat dari adanya suatu barang lingkungan. Penggunaan Willingness to Accept (WTA) dilakukan untuk mendapatkan nilai atau harga dari besaran kompensasi suatu kerusakan atau penurunan manfaat barang lingkungan dimana masyarakat atau individu yang ditanya memiliki hak atas suatu sumberdaya, barang dan/atau jasa lingkungan (Fauzi 2004). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan WTP dikarenakan nilai yang hendak didapatkan adalah harga dari jasa lingkungan atau berupa tambahan manfaat dari adanya RTH Taman Kota Waduk Pluit. Teknik valuasi ekonomi CVM memiliki beberapa kelebihan di antaranya adalah sebegai berikut (Hanley dan Spash 1993):
19
1. CVM dapat digunakan di berbagai kondisi dan konteks kebijakan serta kerap menjadi alat analisis satu-satunya dalam melakukan pendekatan nilai ekonomi suatu barang atau jasa lingkungan. 2. CVM dapat mengestimasi nilai suatu barang atau jasa lingkungan meskipun barang atau jasa lingkungan tersebut tidak digunakan secara langsung dengan melakukan estimasi nilai utilitas dari barang atau jasa lingkungan. 3. CVM dapat diaplikasikan pada berbagai jenis barang atau jasa lingkungan di sekitar masyarakat. 4. CVM memerlukan analisis yang baik, namun hasil penelitian tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan. Penggunaan teknik CVM memiliki kelemahan dalam pengumpulan data dengan munculnya berbagai bias (Tietenberg 1988) antara lain: 1. Bias Strategi (Strategic Bias) Terdapat pemberian nilai bias pada WTP, pemberian nilai WTP yang kecil dengan alasan dan pemikiran adanya responden lain yang bersedia memberikan nilai yang lebih besar dalam peningkatan kualitas lingkungan atau pun sebaliknya, responden memberikan nilai yang terlalu besar dari nilai yang sesungguhnya mereka rasakan dikarenakan ada kepentingan tertentu. 2. Bias Informasi (Information Bias) Bias terhadap informasi dapat terjadi apabila responden yang dimintai penilaian terhadap suatu sumber daya, barang dan/atau jasa lingkungan guna memperoleh WTP tidak pernah mengetahui atau merasakan secara langsung sumber daya, barang dan/atau jasa lingkungan yang ditanyakan. 3. Bias Titik Awal (Starting Point Bias) Bias terhadap titik awal bisa terjadi saat instrumen survey yang ditanyakan kepada responden menimbulkan bias. Perancangan rentang nilai pada suatu instrumen survey bisa mempengaruhi jawaban dari responden. 4. Bias Hipotetik (Hypothetical Bias) Bias hipotetik dapat timbul dikarenakan responden dihadapkan pada situasi yang dibuat-buat, bukan yang sebenarnya. Responden yang tahu bahwa mereka tidak akan sungguh-sungguh diminta untuk membayar akan cenderung memberikan nilai yang tidak sesuai dengan pertimbangan sesungguhnya.
20
3.1.2 Tahapan Willingness to Pay (WTP) Willingness to Pay yaitu nilai yang bersedia dibayar oleh warga yang tinggal dan menetap di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit sebagai balas jasa akibat peningkatan kualitas lingkungan dari keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit dan juga agar tetap dapat merasakan jasa lingkungan, ekonomi, dan sosial dari RTH tersebut. Dalam menganalisis WTP diperlukan suatu asumsi yang mana asumsi adalah suatu anggapan atau pernyataan yang sudah dianggap benar berdasarkan beberapa teori atau hasil observasi yang sudah dilakukan. Asumsi diperlukan dalam melakukan penelitian ini untuk menyederhanakan dan memperjelas inti permasalahan dalam pelaksanaan penelitian ini. Beberapa asumsi yang perlu dibentuk dalam pengungkapan preferensi nilai Willingness to Pay dari setiap responden yang telah ditentukan antara lain: 1. Responden merupakan warga yang tinggal dan menetap di daerah Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara yang mengetahui dan/atau merasakan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit. 2. Nilai WTP yang diberikan merupakan nilai maksimum atau tertinggi yang bersedia dibayar responden apabila kondisi iuaran atau pembayaran atas jasa lingkungan dari RTH benar-benar dilakukan. 3. Responden dipilih dengan cara Purposive Sampling yang merupakan penentuan sampel secara non probabilitas terhadap responden yang memenuhi kriteria-kriteria yang dibutuhkan dan/atau sudah ditentukan sebelumnya (Scheaffer et al. 1990). 4. Kuisioner sudah dibentuk sedemikian rupa agar sesuai dengan metode yang akan digunakan dan responden yang dipilih. 5. Responden mengerti dan paham akan kuisioner yang diajukan dan mengisinya sesuai dengan kemampuan dan keinginan dari masing-masing responden. Dalam memperoleh nilai Willingness to Pay diperlukan beberapa tahapan agar nilai tersebut dapat diperoleh secara baik dan benar. Ada pun tahapan dalam analisis nilai WTP (Hanley dan Spash 1993) antara lain:
21
1. Menentukan Pasar Hipotetik Berupa tahapan awal dengan membangun suatu alasan atau asumsi mengapa responden seharusnya membayar suatu jasa yang disediakan oleh lingkungan, dimana tidak terdapat harga pasar dari jasa lingkungan tersebut. Penentuan pasar hipotetik juga sangat penting untuk membangun pemikiran responden agar responden dapat memberikan sejumlah besaran WTP yang rasional. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Berupa tahapan setelah kuisioner selesai dibuat dimana dilakukannya wawancara terhadap sampel yang telah ditentukan, baik dengan cara tatap muka, wawancara via telepon atau surat. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendapat besaran WTP yang akan dibahas lebih lanjut pada penelitian ini. 3. Mencari Nilai Rata-Rata atau Nilai Tengah WTP Berupa tahapan setelah data mengenai WTP terkumpul maka dilanjutkan dengan mencari nilai tengah (Median) apabila terjadi perbedaan data yang mencolok. Pengunaan nilai rata-rata (Mean) apabila data menyebar relatif normal. 4. Menduga kurva WTP Berupa tahapan pembentukan kurva setelah nilai WTP diketahui dan dijadikan variabel terikat dan faktor-faktor yang mempengaruhi WTP sebagai variabel bebas. Kurva WTP dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan atau meramalkan perubahan nilai WTP akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP tersebut. 5. Menjumlahkan Data Berupa tahapan untuk mengkonversi nilai rata-rata atau nilai tengah WTP yang dijadikan nilai WTP populasi. 6. Mengevaluasi Penggunaan dari CVM Berupa tahapan untuk menilai sejauh mana responden memahami dan mengerti pertanyaan dan pasar hipotetik yang sudah disusun dalam pembentukan kuisioner.
22
Menurut Berry and Martha (2002) tahapan-tahapan untuk menganalisis CVM antara lain: 1. Identifikasi dan deskripsi dari karakteristik kualitas lingkungan yang akan divaluasi. 2. Identifikasi responden yang akan diwawancarai, termasuk prosedur penarikan sampel yang digunakan untuk memilih responden. 3. Merancang dan mengaplikasikan kuisioner survey melalui tatap muka, komunikasi via telepon atau surat elektronik. 4. Menganalisis hasil dan menjumlahkan respon tiap individu untuk mengestimasi nilai kelompok yang terpengaruh perubahan lingkungan. Metode yang dapat digunakan dalam pengaplikasian pertanyaan kuisioner untuk mengungkapkan preferensi Willingness to Pay responden yang sudah ditentukan (Hanley dan Spash 1993) antara lain: 1. Bidding Game Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dimana responden akan diajukan satu harga awal atau harga dasar yang menjadi titik acuan sistem tawar-menawar yang bertujuan untuk mencapai harga tertinggi yang disepakati dan hendak dibayarkan oleh responden. 2. Closed-ended Question Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dengan pertanyaan tertutup dimana responden diberikan beberapa pilihan harga dari jasa lingkungan tertentu sehingga responden dapat langsung memilih pilihan yang sesuai dengan kemampuan dari responden tersebut. 3. Open-ended Question Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dengan pertanyaan terbuka dimana responden akan langsung diberi pertanyaan mengenai harga maksimum yang hendak dibayarkan atas suatu jasa lingkungan tertentu tanpa memberikan titik acuan tertentu. 4. Payment Card Referendum Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dengan menawarkan kepada responden beberapa kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk
23
membayar sehingga responden dapat memilih salah satu nilai maksimal atau minimal sesuai dengan tingkat kemampuan dan preferensinya. 3.1.3 Model Regresi Linier Berganda Analisis regresi adalah hubungan yang dinyatakan dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel tak bebas dan satu atau lebih variabel bebas. Menurut Gujarati (1978), tujuan analisis regresi adalah untuk menaksir nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai-nilai variabel yang ada, untuk menguji hipotesis tentang sifat ketergantungan antar variabel, dan untuk memprediksi nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai variabel bebas yang berada diluar rentang sampel. Model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda.Terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada regresi berganda. Metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS). Sifat-sifat OLS adalah penaksiran OLS tidak bias, penaksiran OLS mempunyai varian yang minimum, konsisten, efisien, dan linier. Analisis regresi berganda digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai suatu parameter (variabel penjelas yang diamati). Asumsi-asumsi yang dapat digunakan untuk model regresi linier berganda dengan OLS adalah : 1. E (ui) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, ...., n, artinya rata-rata galat adalah nol, dengan nilai yang diharapkan bersyarat dari ui tergantung pada variabel bebas tertentu adalah nol. 2. Cov (ui,uj) = 0, i ≠ j. artinya covarian (ui,uj) = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat yang satu dengan yang lain. 3. Var (ui) = δ2, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, ...., n. Artinya setiap galat memiliki varian yang sama (asumsi homoskedastisitas). 4. Cov (ui, X1i) = cov (ui, X2i) = 0. Artinya kovarian setiap galat memiliki varian yang sama. Setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier berganda. 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linier yang pasti antara variabel yang menjelaskan, atau variabel penjelas harus saling bebas. Fungsi umum regresi berganda dituliskan sebagai berikut (Juanda 2009):
24
Y = β0+ β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + ... + βk Xki + εi ..........................(1) dimana : Y
= Peubah tak bebas
i
= Nomor pengamatan dari 1 sampai n (sample)
Xki
= Pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk
β0
= Intersep
β 1,3,..n
= Parameter penduga Xi
εi
= Pengaruh sisa (error term)
3.1.4 Formulasi Strategi Implementasi (SWOT dan QSPM) Dalam sebuah perencanaan strategi diperlukan berbagai macam identifikasi dan analisis lingkungan secara eksternal dan internal agar strategi tersebut dapat mencapai sasaran. Analisis lingkungan eksternal merupakan pengamatan terhadap faktor-faktor yang berada di luar sistem tertentu yang berkepentingan dalam pengembangan strategi berupa peluang dan ancaman. Peluang merupakan faktor eksternal berupa kondisi yang menarik, diharapkan dan berdampak baik pada suatu strategi. Ancaman merupakan faktor eksternal berupa tantangan yang kemungkinan dapat terjadi dari kecenderungan yang tidak menguntungkan dalam lingkungan, berpotensi untuk menghambat dan membahayakan suatu strategi. Analisis lingkugan internal merupakan pengamatan terhadap faktor-faktor yang berada di dalam sistem tertentu yang berkepentingan dalam pengembangan strategi berupa kekuatan dan kelemahan. Kekuatan merupakan faktor internal berupa kelebihan-kelebihan yang dimiliki untuk dimanfaatkan dan dikembangkan dalam rangka meraih peluang. Kelemahan merupakan faktor internal berupa kekurangan-kekurangan yang dimiliki suatu sistem yang dapat menghambat perolehan peluang (Kotler 1994). Dalam mengidentifikasi peluang (opportunity), ancaman (threat), kekuatan (strength), dan kelemahan (weakness) diperlukan tahapan input yang menggunakan External Factor Evaluation Matrix (EFE) dan Internal Factor Evaluation Matrix (IFE) (David 2007). Analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) merupakan tahapan analisis pencocokan (matching) dari faktor eksternal dan internal. Analisis ini merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor internal
25
berupa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta faktor eksternal berupa peluang (opportunity) dan ancaman (threat) lingkungan luar strategi yang menyajikan kombinasi-kombinasi terbaik di antara keempat jenis faktor. Setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada, dapat ditentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus untuk meminimalisasi atau mengatasi kelemahan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang ada. Ada pun kombinasi strategi SWOT dari keempat faktornya adalah sebagai berikut (David 2007): 1. Strengths-Opportunities (SO). 2. Weaknesses-Opportunities (WO). 3. Strengths-Threats (ST). 4. Weaknesses-Threats (WT). Menurut David (2007) langkah berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan atau decision stage dengan menggunakan suatu teknik yang dirancang untuk menentukan ketertarikan secara relatif dari berbagai kegiatan atau aksi alternatif yang memungkinkan yaitu penggunaan metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM disajikan dalam bentuk matriks yang disusun berdasarkan faktor strength, weakness, opportunity, dan threat setelah alternatif strategi dikembangkan. Analisis QSPM memungkinkan untuk mengevaluasi kemudian memilih strategi yang sesuai dengan lingkungan internal serta lingkungan eksternal.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Ketersediaan lahan yang terbatas serta jumlah penduduk yang besar di Jakarta khusunya Jakarta Utara membuat kebutuhan dan permintaan akan lahan yang terus meningkat baik untuk pemukiman, perkantoran atau kawasan komersial lainnya yang mengakibatkan berkurangnya lahan untuk RTH. Luas RTH publik yang dapat berfungsi sebagai daerah resapan air dan paru-paru kota dapat membantu mengurangi berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi di
26
Jakarta terus berkurang. Saat ini jumlah RTH yang masih sangat minim dan tingginya polusi di Jakarta dapat menurunkan kualitas hidup. Penerapan UU Nomor 26 Tahun 2007 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menanggulangi permasalahan minimnya ketersediaan RTH. Undang-Undang tersebut mangatakan bahwa suatu kota minimal memiliki 30% dari luas lahan untuk dijadikan RTH yang terdiri dari 20% RTH Umum dan 10% RTH Pribadi (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta 2009). Didukung Perda Jakarta mengenai RDTR yang turut mendorong pengembangan RTH di Jakarta yang menargetkan peningkatan RTH sebanyak 6% hingga 2030 akan meningkatkan jumlah RTH di Jakarta. Namun apabila kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan RTH rendah, maka Undang-Undang dan Perda tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik. Penelitian ini penting untuk menganalisis dampak positif secara sosial yang dirasakan masyarkakat dengan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan menggunakan analisis deskriptif, pengestimasian nilai ekonomi dapat diperoleh dengan mencari nilai dari Willingness to Pay (WTP) masyarakat sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta, penentuan faktor-faktor yang berpengaruh dapat dilakukan dengan regresi berganda dan memformulasikan strategi implementasi suatu RTH dengan SWOT dan QSPM. Setelah mendapatkan nilai ekonomi dan strategi implementasi dari keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit maka diharapkan masyarakat di sekitar RTH dapat menghargai keberadaan RTH dan menjaganya. Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
27
Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara
Kebutuhan lahan untuk non-RTH mengakibatkan kurangnya lahan untuk pembangunan RTH
Masalah lingkungan
Masalah Sosial dan Budaya
Masalah Ekonomi
Penurunan kualitas hidup
UU Nomor 26 Tahun 2007 dan RDTR Jakarta
Pembuatan RTH Taman Kota Waduk Pluit
Peningkatan kualitas lingkungan akibat keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit
Dampak positif yang dirasakan masyarakat dengan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit.
Analisis Deskriptif Kualitatif
Nilai ekonomi RTH Taman Kota Waduk Pluit
Menghitung nilai WTP
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat
Model linear regresi berganda
Formulasi strategi implementasi yang tepat dari RTH Taman Kota Waduk Pluit
Analisis SWOT dan QSPM
Nilai ekonomi dari WTP masyarakat dan formulasi strategi implementasi RTH Taman Kota Waduk Pluit
Gambar 1 Diagram kerangka pemikiran operasional Keterangan: = Ruang Lingkup Penelitian
28
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kawasan RTH tepatnya di RTH Taman Kota Waduk Pluit yang terletak di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kawasan tersebut merupakan pengembangan RTH hasil kerjasama antara Pemprov DKI Jakarta dengan CSR perusahaan-perusahaan yang beroprasi di Jakarta. Penelitian dilakukan selama kurun waktu dua bulan tepatnya pada April 2014 sampai dengan Mei 2014. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Lokasi Penelitian
Gambar 2 Lokasi penelitian Ada pun lokasi pengambilan sampel sejumlah responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Lokasi Pengambilan Sampel
Gambar 3 Lokasi pengambilan sampel
4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kepada sampel masyarakat yang tinggal dan menetap di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit. Data primer digunakan untuk mencari manfaat jasa lingkungan dari
29
keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara dengan menggunakan WTP masyarakat di sekitar lokasi. Nilai WTP dapat diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada sampel masyarakat di daerah tersebut. Metode dalam mengambil sampel data menggunakan purposive sampling dikarenakan peneliti membutuhkan kriteria data yang sudah ditentukan, sesuai dengan kriteria responden yang diperlukan. Jumlah responden sebanyak 76 orang berdasarkan pengukuran sampel dengan metode slovin dengan alpha sebesar 15%, namun jumlah responden yang bersedia membayar sebanyak 62 orang. Ada pun kriteria responden adalah warga sekitar pluit dan penjaringan yang merasakan keberadaan dari RTH Taman Kota Waduk Pluit. Berikut rumus Slovin (Sevilla 2007): 𝑁
𝑛 = 1+(𝑁×𝑒 2 ) ……………...(2) dimana : n
= Jumlah sampel dari metode slovin (orang)
N
= Jumlah populasi (orang)
e
= besaran error (%) Selain kuisioner untuk membangun WTP, juga terdapat kuisioner yang
digunakan untuk memformulasikan implementasi strategi pada RTH Taman Kota Waduk Pluit yang ditanyakan kepada pihak-pihak terkait baik secara internal maupun eksternal. Pihak internal dari Taman Kota Waduk Pluit adalah PT. Jakarta Propertindo (PT. Jakpro) selaku pembangun dan pengurus taman. Pihak eksternal yang berkaitan dengan Taman Kota Waduk Pluit adalah Kelurahan Pluit dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. Data sekunder diperoleh dari PT. Jakpro, Dinas Pertamanan dan Pemakanan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta, Kelurahan Pulit, Kelurahan Pluit, literatur berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan sumber-sumber lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan metode kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan jenis informasi yang hendak diperoleh. Dalam pengolahan data-data kuantitatif digunakan beberapa software
30
komputer seperti Microsoft Office Excell 2007 dan Minitab14 portable untuk mempermudah melakukan pengolahan data yang sudah didapat dari hasil wawancara kuisioner. Namun hasil olahan data dari kedua software tersebut diinterpretasikan secara manual sesuai dengan bidang keilmuan yang sudah dipelajari. Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Matriks metode analisis data No. 1.
2.
Tujuan Penelitian Menganalisis dampak positif yang dirasakan masyarakat dengan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit. Mengestimasi nilai ekonomi RTH Taman Kota Waduk Pluit berdasarkan preferensi masyarakat sekitar.
3.
Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya Willingness to Pay masyarakat di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit dikarenakan peningkatan kualitas lingkungan. 4.5. Menganalisis formulasi strategi implementasi yang tepat dari RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara.
Sumber Data Data Primer (kuisioner)
Metode Analisis Data Analisis Deskriptif
Data Primer (kuisioner)
Estimasi WTP Masyarakat
Data Primer (kuisioner)
Model Regresi Linear berganda
Data Primer (kuisioner)
Analisis SWOT dan QSPM
4.4 Analisis Dampak Positif RTH Taman Kota Waduk Pluit Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit. Informasi mengenai dampak positif yang diterima masyarakat didapatkan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara langsung dengan metode purposive sampling kepada masyarakat di sekitar RTH sebagai responden. Pertanyaan pada kuisioner yang disampaikan kepada responden merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai dampak positif yang dirasakan. Identifikasi dampak positif yang dirasakan dengan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dan apa saja perubahan yang dirasakan masyarakat secara positif dari peningkatan kualitas lingkungan. Analisis ini meliputi ada atau tidak adanya perubahan berupa peningkatan kualitas lingkungan dengan adanya RTH Taman Kota Waduk Pluit, dan pandangan responden terhadap kualitas lingkungan saat ini setelah adanya RTH. Dampak yang dianalisis adalah dampak terhadap sosial-ekonomi-
31
lingkungan yang dirasakan masyarakat yang diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
4.5 Tahapan dalam Penerapan Analisis WTP Dalam memperoleh nilai Willingness to Pay diperlukan beberapa tahapan agar nilai tersebut dapat diperoleh (Hanley dan Spash 1993). Ada pun tahapan dalam analisis nilai WTP antara lain sebagai berikut. 4.5.1 Menentukan Pasar Hipotetik Penentuan pasar hipotetik pada penelitian ini dilakukan dengan cara pembuatan skenario dimana responden diberikan sebuah alur pemikiran bahwa keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit akan memberikan beberapa jasa lingkungan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup kepada reponden. Jasa lingkungan yang akan diberikan oleh RTH tersebut antara lain adalah: 1. Peningkatan kualitas udara dari fungsi RTH sebagai paru-paru kota yang dapat menyerap polusi dan menggantikannya dengan oksigen atau udara yang lebih bersih. 2. Pengurangan dampak banjir dan penambahan cadangan air tanah dari fungsi RTH sebagai daerah resapan air. 3. Sebagai sarana tempat untuk bersosialisasi bagi setiap anggota keluarga sekitar RTH. Alur pikir dari penentuan pasar hipotetik ditulis sebagai berikut: Kondisi lingkungan Pluit yang dahulu banyak mengalami permasalahan lingkungan menggerakan pemerintah DKI Jakarta untuk melakukan upaya untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang telah dan sedang dilakukan adalah pengembangan RTH Taman Kota Waduk Pluit yang diharapkan dapat menjadi solusi dari berbagai masalah yang kerap menimpa Pluit seperti banjir, kekurangan air dan polusi udara. Dengan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit, diharapkan kondisi dan kualitas lingkungan di Pluit akan membaik. RTH Taman Kota Waduk Pluit menyediakan fungsi-fungsi yang dapat bermanfaat secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Untuk itu diperlukan sebuah apresiasi yang baik terhadap keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit. Anggaplah bahwa Saudara sebagai pemanfaat dari fungsi-fungsi RTH Taman Kota Waduk Pluit harus ikut membayar untuk upaya pembangunan dan/atau pelestarian dari RTH Taman Kota Waduk Pluit.
32
4.5.2 Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Kuisioner yang telah disiapkan berfungsi untuk memperoleh data dengan cara wawancara secara langsung kepada responden. Dalam penentuan dasar harga yang diminta, digunakan pendekatan iuran riil yang seharusnya dibayarkan oleh warga apabila seluruh biaya pembanguna dan relokasi taman ditanggung masyarakat. Ada pun rumus memperoleh harga penawaran dasar dapat diperoleh dengan persamaan untuk memperoleh rata-rata yang telah disesuaikan sebagai berikut (Walpole 1995): 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑚𝑎𝑛 = 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑢𝑟𝑎𝑛 … … (3) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝐾 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑘𝑖𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑎𝑚𝑎𝑛 4.5.3 Mencari Nilai Rata-Rata atau Nilai Tengah WTP Perhitungan nilai rata-rata dan median dapat dilakukan setelah nilai WTP diketahui. Dugaan rata-rata dihitung melalui pendekatan secara statistik yang telah disesuaikan dengan rumus (Walpole 1995): 𝑛
𝐸𝑊𝑇𝑃 = 𝑖=1
WTP 𝑖 𝑛
………………….(4)
dimana : EWTP
= Dugaan rataan WTP
WTPi
= Nilai WTP tiap responden
n
= Jumlah responden
4.5.4 Menduga Kurva WTP Kurva WTP dapat diperkirakan dari nilai WTP sebagai variabel dependen dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
nilai
tersebut
sebagai
independennya. Contoh bentuk kurva terdapat pada Gambar 4.
WTP (Rp/Kapita)
Kurva WTP 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 -1000000 0
WTP Linear (WTP)
5
10
15
20
25
Jumlah Orang
Gambar 4 Contoh kurva WTP
variabel
33
Pendugaan Kurva WTP dilakukan dengan persamaan: WTP = f (PNDK, PNDPT, USR, LTGL, JTTRTH, SKU, SKP, SPB, Dsr, Dkl)……………(5) dimana : WTP = Nilai WTP responden (rupiah) PNDK
= Pendidikan (tahun)
PNDPT
= Pendapatan per kapita (rupiah per bulan)
USR
= Usia responden (tahun)
LTGL
= Lama tinggal (tahun)
JTTRTH
= Jarak tempat tinggal dengan RTH (meter)
SKU
= Skor kualitas udara (skor 1-10) (persepsi)
SKP
= Skor kualitas pemandangan (skor 1-10) (persepsi)
SPB
= Skor penurunan dampak banjir (skor 1-10) (persepsi)
Dsr
= Dummy status rumah (milik pribadi = 1; bukan milik pribadi = 0)
Dkl
= Dummy kepedulian lingkungan (di atas rata-rata = 1; di bawah rata-rata = 0)
4.5.5 Menjumlahkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Nilai total WTP dari masyarakat dapat diketahui setelah menduga nilai tengah WTP. Rumus yang dapat digunakan dengan pendekatan statistik adalah (Walpole 1995): 𝑇𝑊𝑇𝑃 = 𝐸𝑊𝑇𝑃 × 𝑁………………(6) dimana : TWTP
= Dugaan total WTP (rupiah)
EWTP
= Dugaan rataan WTP (rupiah)
N
= Populasi warga sekitar Taman Kota Waduk Pluit (orang)
4.5.6 Evaluasi Penggunaan CVM Tahap ini merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil. Pelaksanaan model CVM dapat dilihat dengan melihat tingkat keandalan (reability) fungsi WTP. Uji yang dapat dilakukan dengan uji keandalan yang melihat R square dari model Ordinary Least Square (OLS).
34
4.6 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Terdapat dua jenis variable dalam sebuah fungsi, yaitu variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). Dalam penelitian ini analisis variabel bebas dari fungsi WTP bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden yang merasakan manfaat dari keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit. Selain itu juga untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor positif tersebut bagi besaran nilai WTP. Fungsi persamaannya sebagai berikut: WTP = β0 + β1 PNDK + β2 PNDPT + β3 USR + β4 LTGL + β5 JTTRTH + β6SKU + β7SKP + β8SPB + β9Dsr + β10Dkl + ε .…….(7) dimana : WTP = Nilai WTP responden β0
= Konstanta
β 1,2, …,β10 = Koefisien regresi PNDK
= Pendidikan (tahun)
PNDPT
= Pendapatan per kapita (rupiah per bulan)
USR
= Usia responden (tahun)
LTGL
= Lama tinggal (tahun)
JTTRTH
= Jarak tempat tinggal dengan RTH (meter)
SKU
= Skor kualitas udara (skor 1-10) (persepsi)
SKP
= Skor kualitas pemandangan (skor 1-10) (persepsi)
SPB
= Skor penurunan dampak banjir (skor 1-10)(persepsi)
Dsr
= Dummy status rumah (milik pribadi = 1; bukan milik pribadi = 0)
Dkl
= Dummy kepedulian lingkungan (di atas rata-rata = 1; di bawah rata-rata = 0)
i
= Responden ke-i
εi
= Galat Variabel-variabel yang diduga berbanding lurus atau berpengaruh secara
positif dengan nilai WTP adalah variabel pendidikan, pendapatan per kapita, lama tinggal, usia, skor kualitas udara, skor kualitas pemandangan, skor penurunan
35
dampak banjir, dummy status rumah, dan variabel dummy kepedulian lingkungan. Pendidikan yang semakin tinggi diharapkan dapat mencerminkan semakin tingginya tingkat pengetahuan responden akan manfaat dari adanya RTH, sehingga responden akan memberikan penghargaan atau apresiasi kepada keberadaan RTH dengan nilai yang tinggi. Pendapatan per kapita responden dapat mencerminkan kemampuan responden untuk membayar, semakin tinggi pendapatan per kapita maka semakin tinggi pula kemampuan membayar. Lama tinggal mencerminkan tingkat kepedulian warga yang telah tinggal di suatu tempat, semakin lama seseorang tinggal di suatu tempat, maka akan semakin tinggi
tingkat
kepeduliannya.
Usia
responden
dihipotesiskan
dapat
menggambarkan tingkat kepedulian pada kesehatan, semakin tua usia responden maka kepedulian terhadap kesehatan akan semakin tinggi. Skor kualitas udara yang merupakan nilai yang mencerminkan tingkat kualitas udara yang dirasakan masyarakat tergantung pada preferensinya, semakin baik kualitas udara maka nilai WTP juga akan semakin besar. Skor kualitas pemandangan merupakan nilai yang mencerminkan tingkat keindahan pemandangan yang dirasakan masyarakat tergantung pada preferensinya, semakin baik kualitas pemandangan maka nilai WTP juga akan semakin besar. Skor penurunan dampak banjir merupakan nilai yang mencerminkan tingkat penurunan dampak banjir yang dirasakan oleh masyarakat tergantung pada preferensinya, semakin baik penurunan dampak banjir maka nilai WTP juga akan semakin besar. Variabel yang diduga berpengaruh negatif terhadap nilai WTP adalah jarak tempat tinggal dengan RTH. Jarak tempat tinggal dengan RTH mencerminkan tingkat pengaruh RTH secara langsung yang dirasakan masyarakat, semakin dekat dengan RTH maka pengaruh RTH akan lebih dapat dirasakan secara langsung dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal lebih jauh dari RTH. Semakin besar atau jauh jarak tempat tinggal masyarakat dari RTH maka akan berpengaruh secara negatif pada besaran WTP yang diungkapkan. Status rumah yang merupakan variable dummy mencerminkan status kepemilikan rumah, masyarakat dapat menentukan preferensi WTP terhadap lingkungan sekitar mereka tinggal dengan status kepemilikan rumah, apa bila rumah merupakan milik pribadi maka responden akan lebih memperhatikan
36
lingkungannya di banding apa bila status kepemilikan rumah bukan milik pribadi. Variabel dummy lain yang diduga berpengaruh positif adalah dummy kepedulian lingkungan yang mencerminkan kepedulian, kemampuan dan kesediaan membayar WTP responden. Jika responden memberikan WTP di atas rata-rata dugaan WTP maka bernilai 1 dan jika responden memberikan WTP di bawah rata-rata maka bernilai 0. Ada pun indikator pengukuran dari fungsi WTP yang telah dirancang tercantum dalam Tabel 4. Tabel 4 Indikator variabel WTP No 1
2
3
4 5
6
7
Variabel WTP
Tingkat Pendidikan/PNDK (Tingkatan Sekolah) Tingkat Pendapatan per kapita/PNDPT (rupiah per bulan) Usia Responden/ USR (Tahun) Lama Tinggal/ LTGL (Tahun) Jarak Tempat Tinggal ke RTH / JTTRTH (Meter) Skor Kualitas Udara/SKU (persepsi)
Pengukuran Menggunakan Bidding Game berdasarkan preferensi responden yang merasakan peningkatan kualitas lingkungan akibat keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara yang diukur dalam rupiah. Merupakan pengukuran tingkat pendidikan responden yang dinilai dari jenjang tingkatan sekolah yang pernah ditempuh yang diukur dalam satuan tingakat 0-22 atau setara dengan tidak sekolah sampai dengan S3. Merupakan besaran pendapatan secara total dalam satu rumah tangga yang didapatakan dalam satu bulan dan dibagi dengan jumlah tanggungan keluarga yang berada dalam rumah tangga tersebut yang diukur dalam rupiah. Merupakan usia responden dalam satuan tahun saat dilakukan wawancara. Lama tinggal diukur dalam satuan tahun. Pengukuran dimulai saat responden tinggal di daerah sekitar Taman Kota Waduk Pluit yang diukur dalam tahun Merupakan besaran jarak antara rumah tinggal responden dengan Taman Kota Waduk Pluit. Jarak diukur dalam satuan meter. Merupakan persepsi responden tentang kualitas udara semenjak adanya Taman Kota Waduk Pluit dengan rentang nilai 1-10.
8
Skor Kualitas Pemandangan/SKP (Persepsi)
Merupakan persepsi responden tentang kualitas pemandangan semenjak adanya Taman Kota Waduk Pluit dengan rentang nilai 110.
9
Skor Penurunan Dampak Banjir/SPB (Persepsi) Dummy Status Rumah/ Dsr
Merupakan persepsi responden tentang penurunan dampak banjir semenjak adanya Taman Kota Waduk Pluit dengan rentang nilai 110.
Dummy Kepedulian Lingkungan/ Dkl
Merupakan variabel dummy untuk mengukur kemampuan, kesadaran dan kepedulian lingkungan responden dengan membandingkan perolehan hasil WTP dengan rata-rata nilai yang diminta pada saat wawancara.
10 11
Merupakan variablel dummy untuk status rumah responden yang terbagi menjadi rumah milik pribadi dan bukan milik pribadi.
Faktor-faktor tersebut masih merupakan pendugaan awal, dimana masih terdapat kemungkinan terdapat faktor-faktor yang berpengaruh maupun yang tidak berpengaruh terhadap besaran nilai WTP responden. Selain itu, pendugaan
37
pengaruh positif atau negatifnya variabel bebas berupa faktor-faktor yang mempengaruhi besaran WTP terhadap variabel terikat berupa besaran WTP dapat berbeda dengan perolehan hasil penelitian. Setiap variabel berupa faktor-faktor yang mempengaruhi besaran WTP memiliki indikator atau standar pengukuran besaran tertentu. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pengukuran besaran dari tiap variabel bebas dalam persamaan WTP pada penelitian ini.
4.7 Pengujian Parameter Pengujian secara statistik perlu dilakukan untuk memeriksa suatu model yang telah ditentukan baik atau tidak. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas. 4.7.1 Uji Multikolinearitas Model dengan banyak peubah bebas sering memiliki masalah multikolinier yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas pada suatu persamaan regresi berganda. Masalah tersebut dapat dilihat langsung melalui hasil analisis software statistik komputer dengan kriteria Varian Inflation Factor (VIF), apabila VIF < 10 maka dalam persamaan regresi berganda tersebut tidak ada masalah multikolinier. Apabila dalam suatu model terdapat multikolinearitas maka dapat berakibat pada turunnya keakuratan dari estimasi. Investigator terkadang diarahkan untuk membawa variabel-variabel secara tidak tepat dari suatu analisis karena koefisienkoefisiennya tidak berbeda dari nol, dan estimasi-estimasi dari koefisien menjadi sangat sensitif pada set data tertentu atau menciptakan perubahan yang drastis di beberapa koefisien (Johnston 1972). 4.7.2 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah pelanggaran atas salah satu asumsi metode pendugaan kuadrat terkecil, yaitu homoskedastisitas yang merupakan ragam galat konstan dalam setiap amatan. Untuk mendeteksi ada tidaknya pelanggaran berupa heteroskedastisitas dalam suatu model dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
38
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized (Ghozali 2006). Menurut Ghozali (2006), dalam melakukan pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis uji heteroskedastisitas sebagai berikut: 1. Jika terdapat pola seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu secara teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik scatterplot, maka mengindikasikan telah terjadi pelanggaran berupa heteroskedastisitas. 2. Jika tidak terdapat pola yang jelas pada grafik scatterplot, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terdapat pelanggaran berupa heteroskedatisitas. 4.7.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi merupakan sebuah pengujian yang ditujukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antar galat dalam persamaan regresi yang telah didapat. Autokorelasi cenderung mengestimasi standar error lebih kecil daripada nilai sebenarnya yang menyebabkan nilai statistic-t lebih besar. Uji DW (Durbin Watson test) digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. Jika nilai statistik DW berada diantara 1,55 dan 2,46 maka terindikasi bahwa tidak ada autokorelasi pada persamaan regresi tersebut (Firdaus 2004). 4.7.4 Uji Normalitas Uji normalitas merupakan pengujian asumsi residual atau error term yang memiliki distribusi normal. Asumsi ini harus terpenuhi untuk model regresi linier yang baik. Asumsi normalitas terpenuhi jika titik-titik output plot penyebarannya mengikuti garis diagonal plot dan jika pengujian menghasilkan P-value > α dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan penentuan nilai α sebesar 10%, 15%, atau 20%.
4.8 Analisis SWOT dan QSPM Sebelum melakukan analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT)
diperlukan
tahapan
input
berupa
Internal
Factor
Evaluation
Matrix (IFE) dan External Factor Evaluation Matrix (EFE) dengan melakukan
39
pencacahan setiap faktor internal dan eksternal yang ada dan melakukan perkalian pembobotan dengan peringkat pada tiap faktor internal dan eksternal yang ada dalam bentuk sebuah matriks (David et al. 2009). Berikut tahapan dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan dalam matriks IFE dan EFE. 1. Identifikasi faktor internal dengan mendaftar kekuatan dan kelemahan yang dimiliki pengelola RTH Taman Kota Waduk Pluit. Data eksternal berasal dari wawancara dengan menyebarkan kuisioner kepada pihak yang mengetahui keadaan pengelolaan RTH Taman kota Waduk Pluit. 2. Menentukan bobot dengan cara mengidentifikasi faktor strategis eksternal dan internal kepada pakar dengan menggunakan metode paired comparison. Berikut tabel pembobotan IFE dan EFE: Tabel 5 Contoh matriks pembobotan IFE Faktor Strategi Internal A B C D … TOTAL Sumber: David (2007)
A
B
C
D
…
Total Xi
Bobot
D
…
Total Xi
Bobot
Tabel 6 Contoh matriks pembobotan EFE Faktor Strategi Eksternal A B C D … TOTAL Sember: David (2007)
A
B
C
Menurut David (2007), bobot setiap peubah dapat diperoleh dengan menentukan nilai setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan rumus sebagai berikut: 𝛼𝑖 = dimana: αi
= bobot peubah ke-i
Xi
= nilai peubah ke-i
𝑋𝑖
… … (8) 𝑛 𝑖=1 𝑋𝑖
40
i
= 1,2,3,…n
n
= jumlah peubah
Total bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. Pembobotan ini kemudian diletakan pada kolom kedua matriks IFE dan EFE. 3. Menentukan tingkat rating 1-4 untuk setiap faktor. Pada matriks IFE, skala nilai tingkat peringkat untuk kekuatan yang digunakan adalah: 1 = sangat lemah
3 = kuat
2 = lemah
4 = sangat kuat
Sedangkan untuk peringkat kelemahan merupakan kebalikan dari peringkat kekuatan. Faktor strategi eksternal peluang diberi rating dengan cara sebagai berikut: 1 = sangat rendah, respon kurang 2 = rendah, respon sama dengan rataan 3 = tinggi, respon di atas rataan 4 = sangat tinggi, respon superior Sedangkan untuk peringkat ancaman merupakan kebalikan dari peringkat peluang. 4. Mengalikan nilai bobot dengan peringkat dari masing-masing faktor untuk mendapatkan skor pembobotan, kemudian semua hasil skor pembobotan dijumlahkan secara vertikal untuk mendapatkan skor total dan dimasukan pada tabel IFE dan EFE dengan tabel sebagai berikut: Tabel 7 Gambaran matriks IFE RTH Taman Kota Waduk Pluit Faktor Strategi Internal Kekuatan Mendapatkan kepercayaan dan wewenang dari pemerintah daerah Penguasaan teknik pembangunan RTH/taman kota Pengalaman dalam pengelolaan RTH/taman kota Ketersediaan lahan Kelemahan Anggaran yang terbatas Sumber daya manusia yang terbatas (kualitas dan/atau kuantitas) Sarana dan peralatan Total Sumber: David (2007)
Bobot
Rating
Skor (Bobot x Rating)
41
Total skor pembobotan akhir berkisar pada 1-4 dengan rataan 2,5. Jika total skor IFE (3,0-4,0) maka kondisi internal tinggi atau kuat, (2,0-2,99) maka kondisi internal berada pada rataan atau sedang, dan (1,0-1,99) berarti kondisi internal rendah atau lemah. Tabel 8 Gambaran matriks EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit Faktor Strategi Eksternal Peluang Dukungan publik Kepastian peraturan dan perundangundanganan Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan Menjadi objek wisata Lokasi yang strategis
Bobot
Rating
Skor (Bobot x Rating)
Ancaman Kesulitan relokasi warga ilegal Perubahan cuaca dan bencana Over capacity Vandalisme atau perusakan fasilitas oleh orang yang tidak bertanggung jawab Pedagang kaki lima dan pedagang liar (potensi kumuh kembali) Total Sumber: David (2007)
Total skor pembobotan akhir berkisar pada 1-4 dengan rataan 2,5. Jika total skor EFE (3,0-4,0) berarti merespon kuat terhadap peluang dan ancaman, (2,02,99) berarti kondisi rataan dalam merespon peluang dan ancaman, dan (1,0-1,99) berarti tidak dapat merespon terhadap peluang dan ancaman. Analisis Strength Weakness Opportunity Threat dilakukan setelah tahapan mengolah dan menganalisis lingkungan internal dan eksternal, digunakan untuk memformulasikan strategi atau kebijakan secara sistematis terhadap perlunya RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara dengan mengidentifikasi faktorfaktor dan strategi-strategi yang menggambarkan kesesuaian paling baik di antara pilihan-pilihan strategi yang ada dengan asumsi memaksimisasikan strength dan opportunity yang ada dan meminimisasikan weakness dan threat (Rangkuti 2005). Faktor-faktor eksternal dan internal dimasukan ke dalam matriks SWOT sesuai dengan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terdapat pada RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara, kemudian strategi yang dirancang
42
berdasarkan kombinasi antara kekuatan dengan peluang, kekuatan dengan ancaman, kelemahan dengan peluang, dan kelemahan dengan ancaman dimasukan pada tabel strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT yang telah disajikan pada Tabel 9 sebagai berikut. Tabel 9 Gambaran matriks SWOT RTH Taman Kota Waduk Pluit Strengths – S 1. Mendapatkan kepercayaan dan wewenang dari pemerintah daerah. 2. Penguasaan teknik pembangunan RTH/taman kota. 3. Pengalaman dalam pengelolaan RTH/taman kota. 4. Ketersediaan lahan.
Weaknesses – W 1. Anggaran yang terbatas. 2. SDM yang terbatas (kualitas dan kuantitas). 3. Sarana dan peralatan.
Opportunities – O 1. Dukungan publik. 2. Kepastian peraturan dan perundangundangan. 3. Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan. 4. Menjadi objek wisata. 5. Lokasi yang strategis.
SO Strategies 1. Strategi SO1 2. Strategi SO2
WO Strategies 1. Strategi WO1 2. Strategi WO2
Threats – T 1. Kesulitan relokasi warga ilegal. 2. Perubahan cuaca dan bencana. 3. Over capacity. 4. Vandalisme atau perusakan fasilitas oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 5. Pedagang kaki lima dan pedagang liar (kemungkinan kumuh)
ST Strategies 1. Strategi ST1 2. Strategi ST2
WT Strategies 1. Strategi WT1 2. Strategi WT2
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Sumber: David (2007)
Penggunaan suatu teknik Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) dirancang untuk melakukan evaluasi dan menentukan strategi yang terbaik dan cocok terhadap kondisi internal dan eksternal dari RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara. Analisis dilakukan dengan menyusun daftar kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang sama dengan matriks SWOT, memberikan bobot pada tiap faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang sama dengan bobot
43
matriks IFE dan EFE, menyusun alternatif strategi yang akan dievaluasi, menentukan ketertarikan secara relatif dari berbagai kegiatan atau aksi alternatif yang memungkinkan dengan kisaran nilai daya tarik (Attractiveness Score) atau AS 1-4 dengan rincian sebagai berikut (David 2007): 1 = tidak menarik
3 = menarik
2 = cukup menarik
4 = sangat menarik
Dengan matriks sebagai berikut: Tabel 10 Contoh matriks QSPM Faktor Strategi Internal dan Eksternal Kekuatan Kekuatan 1
Alternatif Strategi Strategi A
Bobot AS
TAS
Stretegi B AS
TAS
Kekuatan 2 Kelemahan Kelemahan 1 Kelemahan2 Peluang Peluang 1 Peluang 2 Ancaman Ancaman 1 Ancaman 2 TOTAL
Sumber: David (2007)
Strategi yang telah dirumuskan berdasarkan analisis SWOT akan dipetakan ke dalam bentuk road map strategy yang dapat menunjukan prioritas pelaksanaan suatu strategi dibandingkan strategi lainnya. Pendekatan road map strategy tetap menganggap penting seluruh strategi yang telah dirumuskan dalam analisis SWOT. Prioritas terlihat pada tingkat kepentingan pelaksanaan strategi, dimana strategi yang dianggap penting akan dilaksanakan lebih dahulu. Ada pun gambaran arsitektur atau peta strategi yang akan diajukan untuk diterapkan pada RTH Taman kota Waduk Pluit Jakarta Utara dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut.
44
Susunan Strategi: SO Strategies 1. Strategi SO1/Strategi 1 2. Strategi SO2/Strategi 2 ST Strategies 3. Strategi ST1/Strategi 3 4. Strategi ST2/Strategi 4 WO Strategies 5. Strategi WO1/Strategi 5 6. Strategi WO2/Strategi 6 WT Strategies 7. Strategi WT1/Strategi 7
Strategi-strategi
5. Strategi 5 7. Strategi 7
2. Strategi 2 4. Strategi 4
6. Strategi 6 3. Strategi 3
1.
Periode 1
1. 2.
3.
Strategi 1
Periode 2
Periode 3
Visi
: Mampu menciptakan lingkungan Jakarta khususnya wilayah Pluit yang lebih layak, sehat, bersih, indah dan mengurangi polusi. Misi : Memformulasi strategi-strategi untuk mengimplementasikan, membangun dan menjaga keberadaan RTH dan taman kota di Jakarta khususnya RTH Taman Kota Waduk Pluit. Tujuan : Mengembangkan RTH Taman Kota Waduk Pluit dan membangun RTH untuk mencapai luas area minimum sebanyak 30% luas suatu wilayah.
Tantangan : Berbagai tantangan yang akan dihadapi dalam pengembangan RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara .
Gambar 5 Gambaran Peta strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit
Periode
45
V GAMBARAN UMUM
5.1 Gambaran Umum Lokasi 5.1.1 Karakteristik Wilayah Kelurahan Pluit Kelurahan Pluit yang terletak di Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara memiliki luas wilayah sebesar ± 771,19 Ha dengan peruntukan untuk perumahan, industri, fasilitas umum, fasilitas sosial dan lain-lain (Tabel 11). Seluruh luas wilayah tersebut merupakan tanah negara yang dikelola oleh PT. Jakpro dan Dinas Perikanan Peternakan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta. Batas-batas wilayah Kelurahan Pluit di bagian utara berbatasan dengan Pantai Laut Jawa, batas wilayah di bagian timur berbatasan dengan sepanjang tepi Waduk Pluit bagian barat, batas wilayah di bagian selatan berbatasan dengan Jalan Pluit Karang Selatan-Jalan Pluit Selatan dan batas wilayah bagian barat berbatasan dengan Kali Muara Angke-Kali Cisadane. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1251/1986 tanggal, 29 Juli 1986 tentang pemecahan, penyatuan penetapan batas perubahan nama kelurahan di DKI Jakarta dan Penegasan Walikota Jakarta Utara, wilyah Kelurahan Pluit sebelah timur dan Kelurahan Penjaringan dibatasi oleh sepanjang Waduk Pluit sebelah timur. Kelurahan Pluit terdiri dari 20 RW dan 245 RT dengan jumlah penduduk wajib KTP sebanyak 39.053 jiwa dan 14.746 KK (Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit 2014). Tabel 11 Luas wilayah menurut peruntukan tanah Kelurahan Pluit No 1 2 3 4 5
Peruntukan Tanah
Luas (Ha)
Perumahan Industri Fasilitas Umum Fasilitas Sosial Lain-lain
655,51 0 38,56 57,06 20,06 Total
771,19
Sumber: Kelurahan Pluit (2014)
5.1.2 Karakteristik Wilayah Kelurahan Penjaringan Kelurahan
Penjaringan
memiliki
lahan
seluas
395,43
Ha
yang
peruntukannya dibagi menjadi properti, ruko atau rukan, pergudangan, industri, pertokoan, pelabuhan, sarana penghubung, dan pemukiman (Tabel 12). Kelurahan
46
Penjaringan memiliki ketinggian daratan tanah satu meter di bawah permukaan air laut dan dilewati oleh tiga aliran sungai yang mengakibatkan kelurahan ini sering terkena banjir terutama di RT 01, RT 02, RT 03, dan RW 17 (Kelurahan Penjaringan 2014). Ada pun wilayah Taman Kota Waduk Pluit sebenarnya tidak berada pada Kelurahan penjaringan, namun ada sebagian Waduk Pluit bagian timur yang berbatasan dengan Kelurahan Penjaringan khusunya RW 19 yang juga berdekatan dengan Taman Kota Waduk Pluit. Menurut Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Penjaringan (2014) RW 19 memiliki 22 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 12.902 jiwa atau 3.686 KK. Tabel 12 Luas wilayah menurut peruntukan tanah Kelurahan Penjaringan No 1 2
Peruntukan Tanah Properti Ruko/Rukan
Luas (Ha) 20 45
3 4 5 6 7 8
Pergudangan Industri Pertokoan Pelabuhan Transportasi, Jalan dan Saluran Pemukiman Penduduk Total Sumber: Kelurahan Penjaringan (2014)
32 21 40 34 35 168,43 395,43
5.2 Gambaran Umum RTH 5.2.1 Taman Kota Waduk Pluit Taman Kota Waduk Pluit merupakan bagian dari pembangunan tahap pertama dari rencana pembangunan taman yang akan mengelilingi Waduk Pluit. Pembangunan taman di sisi waduk yang berada di Kelurahan Pluit akan dilanjutkan dengan pembangunan tahap ke dua yaitu pembangunan taman di sisi waduk yang berada di Kelurahan Penjaringan. Proses pembangunan taman tahap pertama masih berlangsung. Pembangunan tahap pertama sudah berlangsung dalam waktu kurang lebih 13 bulan dengan pencapaian pembangunan sebesar 80%. Taman Kota Waduk Pluit dibangun dan dikelola oleh PT. Jakarta Propertindo (PT. Jakpro) selaku BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
47
Taman Kota Waduk Pluit yang terletak di kelurahan Pluit memiliki luas lahan seluas 6,5 Ha yang berbatasan dengan Perumahan Pantai Mutiara di bagian utara, berbatasan dengan Waduk Pluit di bagian timur, berbatasan dengan SMKN 56 Jakarta Utara di bagian selatan, dan berbatasan dengan Perumahan Pluit Timur di bagian barat. Taman tersebut memiliki berbagai macam fasilitas mulai dari sarana olahraga, taman edukasi, panggung terbuka, tempat parkir, dan bangkubangku taman sebagai tempat duduk bagi para pengunjung. Berbagai fasilitas tersebut dibagi dalam lima zona utama yaitu Zona Parkir, Zona Plaza Utama, Zona Amphiteater, Zona Arboretum, dan Zona Olahraga. Suasana Taman Kota Waduk Pluit dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Suasana Taman Kota Waduk Pluit Zona Parkir seluas 1,5 Ha terdiri atas lahan untuk parkir mobil, motor, dan bus pariwisata. Zona Plaza Utama seluas 1,1 Ha merupakan bagian pusat dari taman, dimana terdapat monumen peresmian Taman Kota Waduk Pluit oleh Gubernur DKI Jakarta, tiang bendera, patung bertuliskan “Taman Kota Waduk Pluit”, berbagai jenis tumbuhan, dan bangku-bangku taman. Zona Plaza Utama sering digunakan pengunjung untuk bersosialisasi antar masyarakat dan menikmati pemandangan di taman. Berbagai kegiatan juga kerap dilakukan di Zona Plaza Utama seperti acara senam, acara olahraga murid-murid taman kanakkanak, dan sekolah dasar di sekitar Kelurahan Pluit serta bazar atau penggalangan dana sosial. Zona Amphiteater seluas 1 Ha merupakan zona untuk melakukan berbagai macam pertunjukan. Berbagai pertunjukan seni daerah baik tari dan musik kerap ditampilkan di sana terutama pada akhir pekan. Untuk memfasilitasi kegiatan di zona tersebut, terdapat sebuah panggung terbuka yang di hadapannya tersedia
48
deretan tempat duduk yang menyerupai stadion. Selain kegiatan seni budaya, Zona Amphiteater juga dapat digunakan sebagai tempat untuk kegiatan warga kelurahan Pluit dan/atau Penjaringan untuk melakukan pertemuan dan kegiatan kemasyarakatan. Zona Arboretum Taman Kota Waduk Pluit seluas 1,3 Ha memiliki berbagai macam jenis tanaman dan pepohonan khususnya tanaman hutan. Zona tersebut tidak hanya digunakan sebagai sarana perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan, tetapi juga sebagai sarana edukasi lingkungan dengan menanam berbagai macam tumbuhan yang diberi label berisikan nama umum, nama latin, dan karakteristik serta manfaat dari tumbuhan tersebut. Tujuan dari pemberian label di tiap tumbuhan adalah untuk peningkatan pengetahuan bagi pengunjung mengenai berbagai macam tumbuhan dan manfaat akan tumbuhan tersebut. Zona Olahraga seluas 1,6 Ha merupakan zona yang diperuntukan untuk penyediaan sarana olahraga bagi masyarakat yang dapat digunakan secara cumacuma. Sarana olahraga yang dimiliki oleh Taman Kota Waduk Pluit antara lain adalah lapangan basket yang bisa dialih-fungsikan sebagai lapangan volley dan bulu tangkis, jogging and cycling track untuk jalur berlari, jalan santai atau bersepeda. Selain itu juga terdapat lapangan sepak bola yang masih dalam tahap penyelesaian serta terdapat tiga buah lapangan futsal yang juga bisa dialihfungsikan sebagai lapangan tenis. 5.2.1.1 Jenis Tumbuhan Ada pun sebagian jenis tumbuhan yang telah ditanam dan diberi label antara lain adalah anggur laut, nyamplung, pandan laut, kecrutan, wara ungu, anyanganyang, mindi, maja, tabebuya, biola cantik, johar, bisbul, bodi, flamboyan, trembesi, pulai, jamblang, salam, sawo, mangga, jambu bol, dan jambu jamaika. Beberapa jenis tumbuhan yang telah ditanam dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Jenis tumbuhan di Taman Kota Waduk Pluit
49
5.2.1.2 Hubungan Taman Kota Waduk Pluit dengan Waduk Pluit Keberadaan Taman Kota Waduk Pluit yang berada di sekitar Waduk Pluit diharapkan
dapat
mencegah
terjadinya
perumahan
kumuh
yang
dapat
mengakibatkan permasalahan lingkungan kembali. Dengan ruang terbuka maka diharapkan seluruh masyarakat dan pemerintah dapat memantau, mengawasi, dan menjaga waduk pluit dengan lebih mudah 2 . Selain itu, keberadaan taman kota tersebut dapat membantu dan memperluas daerah resapan air di sekitar Waduk Pluit. Hal tersebut sudah dirasakan oleh masyarakat sekitar Waduk Pluit yang mengatakan bahwa semenjak adanya Taman Kota Waduk Pluit genangan air banjir lebih rendah dan lebih cepat surut.
5.3
Gambaran Umum Responden
Pengambilan sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Dalam penggunaan purposive sampling terdapat kriteria responden yang diperlukan antara lain adalah responden merupakan penduduk yang tinggal di Kelurahan Pluit, Kelurahan Penjaringan RW 19 yang berada di sekitar Taman Kota Waduk Pluit, responden ditemui di tempat yang tidak terlalu jauh dari Taman Kota Waduk Pluit dan responden yang dianggap potensial untuk memberikan keterangan secara baik menurut penilaian peneliti. Terdapat beberapa karakteristik dari responden yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian ini agar data yang diperoleh dapat mencerminkan karakteristik populasi secara umum. Ada pun karakteristik umum yang dapat menggambarkan responden dari perolehan hasil survey antara lain adalah kelurahan tempat responden tinggal, jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan pendapatan per kapita, status rumah, dan lama tinggal. Selain karakteristik responden secara umum, karakteristik pengetahuan tentang lingkungan juga diperlukan untuk mengetahui sejauh mana responden memahami tentang lingkungan khusunya mengenai RTH.
2
Hasil wawancara dengan Bapak Ir. Purnomo sebagai Project Vice Manager PT. Jakpro tanggal 4 April 2014
50
5.3.1 Kelurahan Lokasi Taman Kota Waduk Pluit yang berada di Kelurahan Pluit menjadi faktor utama dalam penentuan responden untuk diwawancarai dalam rangka melakukan valuasi nilai ekonomi RTH dengan pendekatan WTP. Seluruh responden harus merupakan penduduk yang tinggal di Kelurahan Pluit dan Kelurahan Penjaringan RW 19. Ada pun alasan mengenai pengambilan responden dari Kelurahan Penjaringan RW 19 adalah dikarenakan letaknya yang berdekatan dengan Waduk Pluit. Dari hasil survey didapatkan 51% dari responden berasal dari Kelurahan Penjaringan RW 19 dan 49% responden berasal dari Kelurahan Pluit. 5.3.2 Tempat Tinggal Berdasarkan hasil survey diperoleh bahwa responden yang tinggal di rumah berstatus milik pribadi sebesar 53% dan berstatus bukan milik pribadi sebesar 47%. Kebanyakan responden yang dijumpai di sekitar Taman Kota Waduk Pluit bertempat tinggal tidak jauh dari taman. Rentang jarak tempat tinggal responden terhadap Taman Kota Waduk Pluit berada antara 1001-2.000 meter sebanyak 30% responden. Sebaran jarak tempat tinggal dari taman dapat dilihat lebih jelas dalam diagram pada Gambar 8.
Jarak Tempat Tinggal dengan Taman Kota Waduk Pluit (meter) 0-500
501-1000
21%
30%
1001-2000
>2000
24%
25%
Gambar 8 Sebaran jarak tempat tinggal dari Taman Kota Waduk Pluit 5.3.3 Jenis Kelamin Status dan Usia Responden terbagi atas 32% berjenis kelamin perempuan dan 68% berjenis kelamin laki-laki dimana mayoritas responden berstatus telah menikah. Usia responden berada pada rentang 15-77 tahun dengan presentase usia responden terbesar berada pada rentang usia 33-38 tahun sebanyak 25% dan 27-32 tahun
51
sebesar 18%. Hal tersebut menggambarkan kebanyakan responden masih berda pada usia muda dan produktif. Sebaran usia responden dapat dilihat lebih jelas dalam diagram pada Gambar 9.
Usia Responden 15-20
21-26
27-32
33-38 1%
14%
1%
39-44
45-50
3%
8%
51-56
57-62
> 62
16% 14% 18% 25%
Gambar 9 Sebaran usia responden 5.3.4 Pendidikan Tingkat pendidikan responden dapat dikatakan baik dimana sebagian besar responden (46%) mencapai tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat. Ada pun jumlah total responden yang mencapai tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi adalah sebesar 36% yang merupakan penggabungan antara responden berpendidikan D3, S1, dan S2. Meski demikian masih terdapat sebagian kecil responden yang hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar dengan presentase sebesar 4%.
Sebaran tingkat pendidikan
responden dapat dilihat lebih jelas pada diagram Gambar 10. Pendidikan 1%
27%
4% 14%
8% 46% SD
SMP
SMA
D3
S1
S2
Gambar 10 Sebaran tingkat pendidikan responden
52
5.3.5 Pekerjaan Dari hasil survey diperoleh bahwa mayoritas responden bekerja sebagai pegawai swasta dengan presentase sebesar 61%. Rata-rata pendapatan per kapita dari pegawai swasta sendiri mencapai Rp 2.421.383. Sebaran pekerjaan responden dapat dilihat lebih jelas dalam diagram pada Gambar 11.
Pekerjaan
pegawai swasta
PNS
Pelajar
ibu RT
pedagang/pengusaha
lainnya
12% 8%
9% 61% 6% 4%
Gambar 11 Sebaran pekerjaan responden 5.3.6 Pendapatan Berdasarkan hasil penelitian, presentase terbesar pendapatan per kapita secara keseluruhan berada pada Rp 1.700.000 - Rp 3.000.000 per bulan sebesar 29% yang masih berada pada kisaran rata-rata pendapatan per kapita seluruh responden yang mencapai Rp 2.709.016,69 per bulan. Hal tersebut dapat menggambarkan tingkat kemakmuran sebagian besar responden berada di kisaran rata-rata jika dibandingkan dengan Upah Minimal Regional (UMR) Jakarta sebesar Rp 2.441.301. Meski demikian, terdapat beberapa responden yang berpendapatan cukup besar hingga lebih dari Rp 3.000.000 per bulan sebanyak 21%. Namun, secara keseluruhan sebaran pendapatan responden dapat dikatakan merata. Sebaran pendapatan per kapita responden dapat dilihat lebih jelas dalam diagram pada Gambar 12.
53
Pendapatan Per Kapita (Rp/Bulan)
0-840.000
840.000-1.700.000 21%
29%
1.700.001-3.000.000
>3.000.000 27%
23%
Gambar 12 Sebaran pendapatan per kapita responden
5.4
Gambaran Pengetahuan Lingkungan Responden
Gambaran mengenai pengetahuan lingkungan responden perlu diketahui agar dalam melakukan valuasi nilai ekonomi Taman Kota Waduk Pluit responden paham dengan dengan manfaat-manfaat yang diberikan oleh taman kota atau RTH. Apabila responden telah paham dengan manfaat-manfaat dari taman kota khususnya Taman Kota Waduk Pluit, maka mereka dapat memberikan Willingness to Pay sesuai dengan preferensinya. Terdapat tiga kategori yang digunakan sebagai acuan dalam mengukur pengetahuan lingkungan responden. Kategori pertama adalah pengetahuan mengenai jasa lingkungan, kategori kedua adalah pengetahuan mengenai fungsi RTH, dan yang terakhir adalah preferensi responden mengenai penting atau tidaknya RTH bagi lingkungan mereka. Apabila pada kategori pengetahuan mengenai jasa lingkungan reponden menjawab “tidak tahu” maka responden akan diberikan gambaran singkat mengenai jasa lingkungan. Hal tersebut dilakukan agar responden bisa diarahkan untuk dapat menghargai dan mengetahui manfaat lingkungan bagi kehidupan. Hal serupa juga dilakukan pada kategori pengetahuan fungsi RTH. Setelah mendapatkan pengetahuan mengenai jasa lingkungan dan fungsi RTH maka responden dapat menyatakan preferensinya mengenai penting atau tidaknya RTH bagi lingkungan.
54
5.4.1 Pengetahuan Jasa Lingkungan Mayoritas responden tidak mengetahui tentang jasa lingkungan. Meskipun terdapat sebagian kecil yang menyatakan paham tentang jasa lingkungan, pemahaman mereka belum mendalam. Hal tersebut tercermin dari jawaban mereka mengenai jasa lingkungan yang cenderung seadanya. Berikut presentase pengetahuan mengenai jasa lingkungan yang disajikan dalam diagram pada Gambar 13. Pengetahuan Mengenai Jasa Lingkungan tahu
tidak tahu 26%
74%
Gambar 13 Presentase pengetahuan jasa lingkungan responden 5.4.2 Pengetahuan Fungsi dan Preferensi Kepentingan RTH Sebagian besar responden mengetahui tentang fungsi RTH, namun rata-rata responden hanya mengetahui fungsi kegunaan dari RTH bukan fungsi jasa lingkungan dari RTH. Fungsi kegunaan yang dimaksud adalah RTH sebagai sarana olahraga, sosialisasi, wisata, dan rileksasi. Berikut presentase pengetahuan mengenai fungsi RTH Gambar 14a. Pengetahuan Mengenai Fungsi RTH
Pentingkah RTH? penting
tahu
tidak tahu
tidak penting 3%
43% 57%
(a)
97%
(b)
Gambar 14 (a) Pengetahuan fungsi RTH responden, (b) Preferensi kepentingan RTH responden Hampir seluruh responden menyatakan bahwa RTH penting bagi lingkungan. Hal tersebut dikarenakan RTH Taman Kota Waduk Pluit memberikan dampak positif yang telah dirasakan oleh masyarakat sekitar (Gambar 14b).
55
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Dampak Positif Taman Kota Waduk Pluit 6.1.1 Penilaian Terhadap Peningkatan Kualitas Lingkungan Keberadaan Taman Kota Waduk Pluit memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya. Masyarakat yang tinggal di sekitar taman tersebut merasakan adanya peningkatan kualitas lingkungan semenjak keberadaan taman tersebut. Kondisi lingkungan dimana taman tersebut berada yang dahulu kumuh, kini dirasakan oleh masyarakat lebih rapi, tertata, dan enak untuk dipandang. Peningkatan kualitas lingkungan dapat dilihat dari beberapa aspek yang dinilai sendiri oleh masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Kota Waduk Pluit. Aspek peningkatan kualitas lingkungan antara lain adalah peningkatan kualitas udara, peningkatan kualitas pemandangan, dan penurunan dampak banjir. Ketiga aspek tersebut dinilai langsung oleh responden dengan cara pemberian nilai pada peningkatan kondisi lingkungan sebelum dan sesudah adanya Taman Kota Waduk Pluit. 6.1.2 Nilai Peningkatan Kualitas Pemandangan Aspek yang paling dirasakan oleh masyarakat sekitar yang menjadi responden adalah adanya peningkatan kualitas pemandangan. Hal tersebut dikarenakan kualitas pemandangan sebelum adanya taman tersebut sangat buruk yang diakibatkan banyaknya perumahan ilegal yang kumuh serta tumpukan sampah yang berada di beberapa titik di sekitar daerah sekeliling waduk. Kondisi saat ini dinilai baik oleh masyarakat dikarenakan saat ini daerah sekeliling waduk yang dahulu kumuh dan tidak nyaman untuk dilihat menjadi lebih rapi, tertata dan cukup indah untuk dilihat serta dinikmati, bahkan banyak pengunjung yang datang ke taman untuk menikmati suasana dan pemandangan di taman tersebut. Penilaian akan peningkatan kualitas pemandangan dengan skala 1-10 poin oleh responden memiliki perolehan nilai rata-rata sebesar 7,65 poin dengan nilai tertinggi sebesar 10 poin dan nilai terendah sebesar 5 poin.
56
6.1.3 Nilai Peningkatan Kualitas Udara Selain dari aspek peningkatan kualitas pemandangan, aspek peningkatan kualitas udara juga banyak dirasakan oleh masyarakat yang menjadi responden. Mayoritas responden menyampaikan bahwa dahulu sebelum dibangunnya Taman Kota Waduk Pluit, daerah sekitar waduk memiliki bau yang tidak sedap dan udara yang tidak segar serta tidak sehat untuk dihirup. Saat ini kondisi udara di sekitar wilayah tersebut dirasakan cukup membaik semenjak taman tersebut berdiri, bau tidak sedap sudah mulai berangsur berkurang dan udara lebih segar untuk dihirup. Hal tersebut tercemin dari beberapa responden yang berusia cukup lanjut sedang menikmati udara segar di taman sambil melakukan kegiatan olahraga ringan. Penilaian akan peningkatan kualitas udara dengan skala 1-10 poin oleh responden memiliki perolehan nilai rata-rata sebesar 6,46 poin dengan nilai tertinggi sebesar 10 poin dan nilai terendah sebesar 0 poin. 6.1.4 Nilai Penurunan Dampak Banjir Aspek terakhir yang dinilai adalah penurunan dampak banjir. Penurunan dampak banjir yang dirasakan oleh beberapa reponden dinilai dari adanya beberapa daerah responden yang sudah bebas banjir, beberapa responden merasakan penurunan tinggi banjir semenjak adanya RTH Taman Kota Waduk Pluit dan banjir lebih cepat surut karena terdapat daerah resapan air yang lebih baik dengan adanya RTH. Namun ada beberapa responden dari Kecamatan Penjaringan yang masih merasakan dampak banjir yang tidak berubah dari sebelum keberadaan taman tersebut, mereka mengatakan bahwa penurunan dampak banjir baru dirasakan oleh warga Pluit dikarenakan pengerjaan taman yang belum selesai dan taman masih hanya berada di Kelurahan Pluit, sedangkan di wilayah Penjaringan keberadaan taman serupa masih berupa rencana pemerintah. Penilaian akan penurunan dampak banjir dengan skala 1-10 poin oleh responden memiliki perolehan nilai rata-rata sebesar 6,28 poin dengan nilai tertinggi sebesar 10 poin dan nilai terendah sebesar 0 poin. Penilaian mengenai aspek peningkatan kualitas lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut.
57
Tabel 13 Penilaian masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan
Nilai Peningkatan Kualitas Udara
Nilai
Nilai Peningkatan Kualitas Pemandangan
Nilai Penurunan Dampak Banjir
Rata-rata
6,46 poin
7,65 poin
6,28 poin
Terbesar
10,00 poin
10,00 poin
10,00 poin
-
5,00 poin
-
Nilai Terkecil
6.2 Pemanfaatan Taman Kota Waduk Pluit 6.2.1 Kunjungan Selain adanya peningkatan kualitas lingkung yang dirasakan, masyarakat sekitar pun banyak yang memanfaatkan taman tersebut sebagai sarana berolahraga, berkumpul, dan bersosialisasi atau hanya sekedar duduk santai dan menikmati suasana di taman. Dari sejumlah responden yang diwawancarai, diperoleh informasi bahwa tidak semua responden pernah datang ke Taman Kota Waduk Pluit. Kebanyakan responden yang belum pernah berkunjung ke taman tersebut dikarenakan tidak sempat untuk berkunjung, tidak tertarik untuk berkunjung dan taman yang masih panas dikarenakan tanaman masih pendek. Meski demikian mayoritas (94%) responden pernah berkunjung ke Taman Kota Waduk Pluit. Berikut presentase kunjungan ke Taman Kota Waduk Pluit yang disajikan dalam bentuk diagram pada Gambar 15. Kunjungan ke Taman Kota Waduk Pluit
6%
pernah
tidak pernah
94%
Gambar 15 Presentase kunjungan ke Taman Kota Waduk Pluit
58
6.2.2 Intensitas Kunjungan Intensitas kunjungan dapat menggambarkan kuantitas pemanfaatan taman tersebut bagi responden. Intensitas kunjungan bagi responden yang pernah berkunjung ke Taman Kota Waduk Pluit sangat beragam. Secara garis besar jumlah kunjungan dibagi dalam empat kategori yaitu kunjungan 0-3 kali dalam satu bulan, 4-8 kali dalam satu bulan, 9-21 kali dalam satu bulan, dan lebih dari 21 kali dalam satu bulan. Pada kategori pertama, responden jarang berkunjung ke taman atau hanya pernah berkunjung ke Taman Kota Waduk Pluit. Pada umumnya, responden berkunjung ke Taman Kota Waduk Pluit sebanyak 4-8 kali dalam satu bulan dan dilakukan pada akhir pekan. Meski demikian terdapat responden yang hampir tiap hari berkunjung ke taman tersebut. Responden yang sering atau setiap hari berkunjung ke taman adalah responden yang telah lanjut usia dan telah pensiun atau tidak bekerja. Berikut presentase intensitas kunjungan ke Taman Kota Waduk Pluit yang disajikan dalam bentuk diagram pada Gambar 16. Intensitas kunjungan /KK/Bulan 0-3
4-8 9-21 8%
20%
>21 32%
40%
Gambar 16 Presentase intensitas kunjungan ke Taman Kota Waduk Pluit 6.2.3 Pemanfaatan Taman Pemanfaatan yang dilakukan oleh responden dibagi menjadi tujuh kategori. Ada pun kategori pemanfaatan taman dibagi menjadi sarana peningkatan kualitas udara, peningkatan cadangan air, peningkatan kualitas pemandangan, penurunan dampak banjir, penurunan suhu udara, ruang untuk sosialisasi dan rekreasi, dan lainnya. Pemanfaatan dapat berupa pemanfaatan taman secara langsung ataupun pemanfaatan taman secara tidak langsung. Pemanfaatan taman secara langsung merupakan
pemanfaatan
yang
dilakukan
dengan
mengunjungi
taman.
Pemanfaatan taman secara tidak langsung merupakan pemanfaatan taman tanpa
59
harus mengunjungi taman atau berupa pemanfaatan dari fungsi ekologi taman yang dapat dirasakan tanpa berkunjung ke taman. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemanfaatan taman yang paling banyak dilakukan dan dirasakan oleh responden adalah pemanfaatan taman sebagai ruang untuk rekreasi dan sosialisasi. Ada pun pemanfaatan lain yang banyak dilakukan responden adalah pemanfaatan lainnya. Pemanfaatan lainnya terdiri dari pemanfaatan untuk olahraga, jalan-jalan dengan hewan peliharaan, fotografi, peningkatan kebersihan, penggunaan akses jalan, berdagang, dan berbelanja. Dari hasil tersebut tercermin bahwa manfaat dan pemanfaatan secara ekologi belum terlalu optimal dirasakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh minimnya pengetahuan lingkungan masyarakat dan juga usia taman yang masih muda sehingga belum optimal dalam memberikan manfaat secara ekologi. Presentase jenis pemanfaatan Taman Kota Waduk Pluit dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 17. Manfaat yang dirasakan dari adanya RTH Taman Kota Waduk Pluit Peningkatan kualitas udara Peningkatan cadangan air Peningkatan kualitas pemandangan Penurunan dampak banjir Penurunan suhu udara Adanya ruang untuk sosialisasi dan rekreasi Lainnya (olahraga, fotografi, jalan-jalan bersama hewan peliharaan, penggunaan akses jalan, peningkatan kebersihan, berdagang dan berbelanja) 9% 2% 28% 14% 15% 31% 1%
Gambar 17 Presentase jenis pemanfaatan Taman Kota Waduk Pluit
60
6.3 Estimasi Nilai Ekonomi Taman Kota Waduk Pluit Estimasi nilai ekonomi dari RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara dilakukan dengan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) berupa Willingness to Pay (WTP). WTP yang merupakan kesediaan membayar masyarakat yang tinggal di sekitar RTH untuk mendapatkan fasilitas RTH berupa taman kota dan juga untuk mendapatkan manfaat-manfaat dari RTH serta perbaikan kualitas lingkungan selama kurang lebih 15 tahun atau sama dengan usia teknis dari RTH tersebut 3 . Dalam penentuan WTP pada responden yang merupakan masyarakat sekitar RTH, perlu dibangun sebuah pasar hipotetik. Responden diberikan suatu pasar hipotetik berupa skenario yang mengantarkan pemikiran masyarakat bahwa mereka berada pada suatu kondisi dimana mereka dapat menikmati manfaat RTH jika mereka hendak melakukan sejumlah pembayaran tertentu untuk membangun RTH tersebut. Responden berhak untuk bersedia atau menolak sejumlah pembayaran yang diminta guna membangun RTH Taman Kota Waduk Pluit. 6.3.1 Besaran Iuran Riil Penentuan besaran biaya yang diminta pada responden diperoleh dari pendekatan biaya yang diperlukan untuk membangun RTH Taman Kota Waduk Pluit sebesar 20 miliar rupiah dan biaya relokasi warga ilegal yang tinggal di sekitar Waduk Pluit sebesar 50 miliar rupiah. Total biaya agar taman tersebut dapat berdiri adalah sebesar 70 miliar rupiah. Biaya tersebut dibagi dengan jumlah KK yang tinggal di wilayah Kelurahan Pluit dan ditambah dengan jumlah KK Kecamatan Penjaringan RW 19 yang tinggal di sekitar Taman Kota Waduk Pluit sehingga diperoleh total jumlah KK adalah sebesar 18.432KK. Dari hasil pembagian tersebut didapat besaran iuran yang dibayar jika masyarakat membangun Taman Kota Waduk Pluit secara swadaya adalah sebesar Rp 3.797.743/KK/15 tahun atau sama dengan Rp 253.182,9/tahun. 6.3.2 Rata-Rata WTP Rata-rata WTP perlu dicari untuk menduga besaran EWTP yang didapat dari hasil survey pada sejumlah responden. Dari hasil survey diperoleh bahwa 3
Hasil wawancara dengan Bapak Ir. Purnomo sebagai Project Vice Manager PT. Jakpro tanggal 4 April 2014
61
rata-rata besaran WTP dari 62 orang responden adalah sebesar Rp 2.069.354.8/15 tahun atau sama dengan Rp 137.955/tahun. Nilai tersebut tergolong undervalue jika dibandingkan dengan nilai iuran riil yang seharusnya dibayar masyarakat. Hal tersebut dapat disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan pemahaman akan jasa lingkungan yang dimiliki responden. Dengan minimnya pemahaman akan pentingnya jasa lingkungan, maka responden tidak dapat menilai secara keseluruhan dari manfaat suatu lingkungan. 6.3.3 Menduga Kurva WTP Kurva WTP menggambarkan hubungan antara besar nilai WTP yang hendak dibayarkan (Rp/kapita) dengan jumlah responden yang bersedia membayar pada tingkat WTP tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, semakin tinggi nilai WTP yang diminta, maka semakin sedikit responden yang bersedia membayar. Hasil kurva WTP dapat dilihat pada Gambar 18.
WTP (Rp/Kapita)
Kurva WTP 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 -1000000 0
WTP Linear (WTP)
5
10
15
20
25
Jumlah Orang
Gambar 18 Dugaan Kurva WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit Dugaan nilai rataan WTP responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden yang dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Distribusi WTP responden terhadap RTH Taman Kota Waduk Pluit No. 1 2 3 4
Nilai WTP Responden (Rp/KK)
Jumlah (orang)
<500.000 500.001-1000.000 1000.001-4000.000 >4000.000 Total
21 18 13 10 62
Mean WTP (Rp) 304.762 966.667 3.346.154 6.100.000
Total WTP (Rp) 6.400.000 17.400.000 43.500.000 61.000.000 128.300.000
6.3.4 Penjumlahan WTP Penjumlahan WTP merupakan proses pencarian nilai total WTP dari seluruh populasi KK Kelurahan Pluit ditambah dengan seluruh populasi KK Kecamatan
62
Penjaringan RW 19 untuk mendapatkan nilai ekonomi dari Taman Kota Waduk Pluit berdasarkan preferensi responden. Nilai tersebut dapat menjadi cerminan penilaian masyarakat akan keberadaan Taman Kota Waduk Pluit. Hasil penelitian memperoleh nilai taman dari WTP yang telah dikonversikan untuk seluruh populasi jumlah KK yang tinggal di sekitar Taman Kota Waduk Pluit adalah sebesar Rp 38.142.348.387/15 tahun atau sama dengan Rp 2.542.823.226/tahun. Nilai tersebut terbilang undervalue dibanding nilai uang yang diperlukan untuk membangun taman secara keseluruhan yaitu sebesar 70 miliar rupiah. Namun apabila dibandingkan dengan nilai uang untuk membangun taman, nilai tersebut sudah melebihi (overvalue) jumlah uang yang dibutuhkan untuk membangun taman sebesar 20 miliar rupiah. 6.3.5 Evaluasi Penggunaan CVM Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dilihat bahwa penggunaan CVM pada penelitian ini sudah cukup baik. Hal tersebut tercermin pada keandalan dari fungsi WTP yang telah diterapkan. Keandalan fungsi WTP dapat dilihat pada perolehan nilai R square sebesar 59,3% dan R square adjusted sebesar 51,4%. Nilai R square pada fungsi tersebut menunjukan kemampuan fungsi untuk menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi besaran WTP terhadap keberadaan Taman Kota Waduk Pluit sebesar 59,3% dan terdapat 40,7% faktor berupa variabel lain yang tidak dapat diterangkan dalam model. Sedangkan nilai R square adjusted pada fungsi tersebut menunjukan kemampuan fungsi untuk menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi besaran WTP terhadap keberadaan Taman Kota Waduk Pluit sebesar 51,4% apabila terdapat pengurangan atau penambahan variabel pada fungsi tersebut.
6.4 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Penentuan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besaran WTP pada penelitian ini adalah menggunakan fungsi regresi berganda. Fungsi regresi berganda terdiri atas variabel terikat atau biasa disebut variabel dependent dan variabel bebas atau variabel independent. Variabel terikat pada fungsi regresi berganda pada penelitian ini adalah besaran WTP. Variabel-variabel bebas pada penelitian ini adalah umur responden (USR), pendidikan responden (PNDK),
63
pendapatan per kapita (PNDPT), jarak rumah terhadap taman (JTTRTH), lama tinggal (LTGL), skor kualitas udara (SKU), skor kualitas pemandangan (SKP), dan skor penurunan dampak banjir (SPB). Terdapat dua buah variabel bebas yang berupa variabel dummy, yaitu dummy status rumah (Drh) dan dummy kepedulian lingkungan (Dkl). Model regresi berganda yang diperoleh adalah sebagai berikut: WTP = 359116 - 13449 USR - 62023 PNDK + 0.252 PNDPT + 83 JTTRTH + 675707 Dsr - 36943 LTGL + 85227 SKU - 38419 SKP + 45352 SPB + 2591299 Dkl Ada pun hasil ANOVA dari model regresi WTP masyarakat di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit Predictor Constant USR PNDK PNDPT JTTRTH Dsr LTGL SKU SKP SPB Dkl S = 1582882
Coef 359116 -13449 -62023 0,25240 83,1 675707 -36943 85227 -38419 45352 2591299 R-sq = 59,3%
DW statistic = 2,12775 Source DF Regression 10 Residual Error 51 Total 61 Keterangan: Taraf nyata 5% (*) Tarafnyata 10% (**) Tarafnyata 15% (***)
SE Coef 2219902 25343 76696 0,05459 110,3 463801 20508 91942 207939 80805 458429
T 0,16 -0,53 -0,81 4,62 0,75 1,46 -1,80 0,93 -0,18 0,56 5,65
P 0,872 0,598 0,422 0,000* 0,454 0,150*** 0,078** 0,358 0,854 0,577 0,000*
VIF 1,8 1,3 1,3 1,1 1,3 1,4 1,2 1,3 1,1 1,2
R-Sq(adj) = 51,4% SS 1,86505E+14 1,27781E+14 3,14287E+14
MS 1,86505E+13 2,50552E+12
F 7,44
P 0,000
Hasil ANOVA dari regresi tersebut menunjukan bahwa terdapat beberapa faktor yang berpengaruh nyata terhadap besaran WTP dengan besaran P-value dari variabel tersebut kurang dari alpha dan terdapat beberapa faktor yang tidak berpengaruh secara nyata terhadap besaran WTP dikarenakan besaran P-value lebih besar dari pada alpha. 6.4.1 Pendapatan Per kapita Hasi regresi menunjukan bahwa variabel bebas berupa pendapatan per kapita bertanda positif yang berarti berdampak positif terhadap WTP. Interpretasi
64
dari variabel pendapatan per kapita adalah apabila pendapatan per kapita naik sebesar Rp 1, maka WTP responden akan naik sebesar Rp 0,25240. Hal tersebut sesuai dengan dugaan awal dimana semakin besar pendapatan per kapita responden, maka semakin besar WTP. Namun tentunya besaran WTP tidak hanya bergantung pada pendapatan per kapita responden saja. 6.4.2 Lama Tinggal Hasil regresi menunjukan bahwa variabel bebas berupa lama tinggal bertanda negatif yang berarti berdampak negatif terhadap WTP. Interpretasi dari lama tinggal adalah apabila lama tinggal responden di derah sekitar Taman Kota Waduk Pluit bertambah 1 tahun, maka WTP responden akan turun sebesar Rp 36.943. Hal tersebut tidak sesuai dengan dugaan awal dimana semakin lama responden tinggal semakin besar WTP. Hal tersebut dapat terjadi karena responden yang tinggal cukup lama di daerah tersebut sudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang buruk dan tidak terlalu menginginkan perubahan lingkungan yang lebih baik. Sedangkan bagi responden yang relatif baru tinggal di daerah tersebut belum terbiasa dengan kondisi lingkungan yang buruk dan menginginkan lingkungan yang lebih baik. 6.4.3 Dummy Status Rumah Variabel dummy status rumah ditujukan untuk melihat pengaruh status rumah responden terhadap kesediaan membayar. Jika rumah responden bukan milik pribadi maka variabel dummy tersebut akan bernilai nol. Sebaliknya, jika rumah responden milik pribadi maka variabel dummy tersebut akan benilai satu maka besaran WTP dari dummy status rumah tersebut akan lebih besar Rp 675.707 dibandingkan dengan responden yang berstatus rumah bukan milik pribadi. 6.4.4 Dummy Kepedulian Lingkungan Variabel
dummy
kepedulian
lingkungan
ditujukan
untuk
melihat
kemampuan, kemauan dan kesadaran responden terhadap lingkungan. Hal tersebut dinilai dari jumlah nominal yang diberikan responden sebagai besaran WTP. Jika responden tidak bersedia membayar sejumlah besaran WTP atau bersedia membayar dengan jumlah WTP di bawah rata-rata uang yang diperlukan untuk membangun RTH Taman Kota Waduk Pluit yaitu sebesar Rp 600.000,
65
maka variabel dummy tersebut akan benilai nol. Sebaliknya, jika responden bersedia membayar dengan jumlah WTP di atas atau sama dengan rata-rata uang yang diperlukan untuk membangun RTH Taman Kota Waduk Pluit, maka variabel dummy tersebut akan benilai satu. Interpretasi dari dummy kepedulian lingkungan adalah jika responden yang bersedia membayar melebihi WTP sebesar Rp 600.000 atau dummy-nya bernilai 1, maka nilai WTP responden tersebut memiliki starting point yang lebih tinggi dari pada responden yang tidak peduli akan lingkungan yaitu sebesar Rp 2.591.299. 6.5 Analisis Ketidaksediaan Memberi WTP Taman Kota Waduk Pluit Terdapat 14 responden atau 18% dari responden yang tidak bersedia memberikan sejumlah besaran WTP yang diminta dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dengan membangun RTH Taman Kota Waduk Pluit. Reponden yang tidak bersedia membayar memiliki rata-rata pendapatan per kapita sebesar Rp 2.172.942,14. Meskipun lebih kecil, nilai tersebut tidak berbeda jauh dari rata-rata pendapatan per kapita seluruh responden dan Upah Minimal Regional (UMR) Jakarta sebesar Rp 2.441.301. Rata-rata pendidikan dari responden yang tidak bersedia membayar adalah lulusan SMA dengan mayoritas (43%) bekerja sebagai pegawai swasta dan (21%) tidak memiliki pekerjaan tetap atau termasuk dalam kategori lainnya. Sebaran pendidikan responden yang tidak bersedia memberikan sejumlah WTP dicantumkan pada Gambar 19. Pendidikan SD 7% Perguruan Tinggi 36%
SMP 14%
SMA 43%
Gambar 19 Pendidikan responden yang tidak bersedia memberikan WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit Mayoritas responden yang tidak bersedia memberikan sejumlah WTP memiliki alasan bahwa pelestarian lingkungan atau RTH merupakan tanggung jawab pemerintah yang seharusnya tidak dibebankan kepada masyarakat dan
66
alasan keterbatasan ekonomi yang mengakibatkan responden tidak mau dan tidak mampu untuk memberikan sejumlah WTP atau WTP sama dengan nol. Alasan responden yang tidak bersedia membayar dicantumkan pada Gambar 20. Alasan Responden yang tidak memberikan besaran WTP Tidak tertarik dan tidak peduli dengan permasalahan lingkungan 7%
Keterbatasan ekonomi 22%
Pelestarian dan perbaikan lingkungan/RTH merupakan tanggung jawab pemerintah 64%
Ketidak percayaan terhadap lembaga pengembang RTH 7%
Gambar 20 Alasan responden yang tidak bersedia memberikan WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit
6.6 Pengujian Parameter Pengujian secara statistik yang dilakukan untuk memeriksa model regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan model tersebut baik atau tidak. Dengan asumsi bahwa variabel terikat yang diperoleh saling bebas dan tidak terpengaruh satu dengan yang lain. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas. 6.6.1 Uji Multikolinearitas Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas pada model WTP. Hal tersebut dapat terlihat pada Tabel 15 dimana hasil VIF setiap variabel bebas berada pada rentang 1,2 - 1,8 yang kurang dari 10. Maka tidak terdapat korelasi yang cukup kuat antara variabel-variabel bebas pada model WTP. 6.6.2 Uji Heteroskedastisitas Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
tidak
terdapat
masalah
heteroskedastisitas pada model WTP. Hal tersebut dapat terlihat pada pola grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
67
diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukan pola grafik scatterplot membentuk titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat dikatakan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada model WTP. Untuk lebih jelasnya, masalah heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 21. Residuals Versus the Fitted Values (response is WTP)
Standardized Residual
2
1
0
-1
-2 0
2000000
4000000 6000000 Fitted Value
8000000
10000000
Gambar 21 Grafik Scatterplot WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit 6.6.3 Uji Autokorelasi Hasi Uji Durbin Watson (DW) menunjukan bahwa nilai statistik DW pada model WTP pada penelitian ini adalah sebesar 2,13 yang tercantum pada Tabel 15. Nilai tersebut berada diantara 1,55 dan 2,46 yang mengindikasikan tidak terdapat masalah autokorelasi pada persamaan tersebut. 6.6.4 Uji Normalitas Uji
normalitas
yang
dilakukan
dengan
uji
Kolmogorov-Smirnov
memperoleh nilai P-value > 0,15 lebih besar dari taraf nyata 15%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data residual menyebar normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 2.
6.7 Analisis Lingkungan Internal-Eksternal Taman Kota Waduk Pluit Formulasi strategi dalam pengimplementasian suatu RTH taman kota diperlukan agar pengembangan RTH taman kota dapat berjalan dengan optimal.
68
Formulasi strategi implementasi RTH taman kota dalam penelitian ini yang bertempat di Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara menggunakan metode Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT). Dalam penggunaan metode SWOT diperlukan penggalian tentang karakteristik lingkungan internal dan karakteristik lingkungan eksternal untuk menyusun strategi yang cocok dengan kedua karakteristik tersebut. Penggalian karakteristik internal dan eksternal dilakukan dengan cara pengamatan kondisi di lapang dan juga wawancara kepada instansi-instansi terkait dengan RTH Taman Kota Waduk Pluit secara internal maupun secara eksternal. Faktor internal dan eksternal yang didapat dari hasil pengamatan dan observasi dalam penelitian ini kemudian diverifikasi oleh pihak-pihak terkait dengan Taman Kota Waduk Pluit. Ada pun faktor-faktor internal berupa kekuatan yang diperoleh adalah mendapatkan kepercayaan dan wewenang dari pemerintah daerah, penguasaan teknik pembangunan RTH/taman kota dan pengalaman dalam pengelolaan RTH/taman kota. Faktor-faktor internal berupa kelemahan yang diperoleh adalah anggaran yang terbatas, sumber daya manusia yang terbatas baik secara kualitas dan kuantitas, dan kurangnya sarana dan peralatan untuk membangun RTH. Faktor-faktor eksternal berupa peluang yang diperoleh adalah dukungan publik, kepastian peraturan dan perundang-undangan mengenai RTH, perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan, menjadi objek wisata, dan lokasi yang strategis. Faktor-faktor eksternal berupa ancaman yang diperoleh adalah kesulitan dalam merelokasi warga ilegal, perubahan cuaca dan bencana, over capacity, vandalisme atau perusakan fasilitas umum pada RTH oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan pedagang kaki lima serta pedagang liar. 6.7.1 Lingkungan Internal 6.7.1.1 PT. Jakarta Propertindo PT. Jakarta Propertindo (PT. Jakpro) selaku perusahaan yang bertanggung jawab dalam membangun dan mengelola RTH Taman Kota Waduk Pluit merupakan instansi internal terkait dengan pembangunan taman. PT. Jakpro yang bergerak di bidang properti secara keseluruhan yang merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) baru pertama kali melakukan sebuah
69
pembangunan taman kota. Dalam proses pembangunan Taman Kota Waduk Pluit terdapat beberapa instansi yang turut membantu pembangunan taman tersebut. Proses pembangunan taman terdiri dari relokasi warga guna pembebasan lahan, pembersihan lahan dari bangunan liar, dan pembangunan taman4. Relokasi warga yang tinggal di sekitar Waduk Pluit dilakukan oleh Pemprov DKI sendiri dengan berbagai aparat yang terlibat. Relokasi bertujuan untuk memindahkan warga yang tinggal di sekitar waduk ke rumah susun-rumah susun yang telah disiapkan atau ke tempat yang lebih layak untuk ditinggali. Pada dasarnya mereka adalah penduduk yang tinggal secara ilegal karena selama ini mereka tinggal di suatu lahan yang diperuntukan oleh pemerintah sebagai RTH dimana PT. Jakpro sebagai pengelola lahan tersebut. Namun karena terdapat oknum-oknum yang ingin mengambil keuntungan dari kurangnya pengawasan oleh pemerintah dan pihak terkait maka pertumbuhan perumahan ilegal di sekitar Waduk Pluit pun semakin tidak terkendali. Pembersihan bangunan liar dan pembangunan taman dilakukan oleh PT. Jakpro dengan dana pembangunan yang bersumber dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan bantuan CSR dari beberapa perusahaan. Pembangunan berlangsung dengan dua tahap. Tahap pertama adalah pembangunan taman di sisi waduk yang berada di Kelurahan Pluit, tahap kedua adalah pembangunan taman di sisi waduk yang berada di Kelurahan Penjaringan. Saat ini proses pembangunan taman tahap pertama masih berlangsung. Pembangunan tahap pertama sudah berlangsung dalam waktu kurang lebih 13 bulan dengan pencapaian pembangunan sebesar 80% dan telah menghabiskan biaya kurang lebih sebesar 20 miliar rupiah. Penentuan strategi secara internal dilakukan dengan wawancara langsung dengang vice project manager pembangunan Taman Kota Waduk Pluit. Langkah pertama adalah melakukan verifikasi dugaan faktor internal dari hasil pengamatan. Langkah kedua berupa verifikasi dugaan strategi SWOT berdasarkan kombinasi strategi-strategi internal dan strategi-strategi eksternal. Langkah ketiga berupa pengisian tabel QSPM untuk penentuan strategi yang akan diambil secara internal.
4
Hasil wawancara dengan Bapak Ir. Purnomo sebagai Project Vice Manager PT. Jakpro tanggal 4 April 2014
70
Berdasarkan hasil pengisian tabel IFE, diperoleh bahwa faktor internal kekuatan berupa mendapatkan kepercayaan dan wewenang dari pemerintah daerah dan penguasaan teknik pembangunan RTH atau taman kota menjadi faktor internal yang dinilai menjadi kekuatan terkuat yang dimiliki oleh PT. Jakpro. Faktor kelemahan terbesar yang dinilai PT. Jakpro adalah sumber daya manusia yang terbatas dalam kualitas maupun kuantitas. Hasil penilaian IFE yang dilakukan oleh PT. Jakpro sebagai lingkungan internal Taman Kota Waduk Pluit dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Nilai IFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh PT. Jakarta Propetindo Faktor Strategi Internal Kekuatan Mendapatkan kepercayaan dan wewenang dari pemerintah daerah Penguasaan teknik pembangunan RTH/taman kota Pengalaman dalam pengelolaan RTH/taman kota Ketersediaan lahan Kelemahan Anggaran yang terbatas Sumber daya manusia yang terbatas (kualitas dan/atau kuantitas) Sarana dan peralatan Total
Bobot
Rating
Skor (Bobot x Rating)
0,17
4
0,67
0,17
4
0,67
0,12
1
0,12
0,13
1
0,13
0,15
3
0,46
0,13
2
0,26
0,13 1
1 16
0,13 2,44
6.7.2 Lingkungan Eksternal 6.7.2.1 Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta merupakan dinas yang bertugas untuk melaksanakan pengelolaan pertamanan dan pemakaman. Ada pun visi dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI adalah untuk mewujudkan RTH dan keindahan kota serta kepuasan masyarakat terhadap pelayanan dan pemakaman di Jakarta. Dalam mencapai visi untuk mewujudkan RTH, dan keindahan kota terdapat beberapa misi yang akan dijalankan. Misi-misi tersebut adalah melakukan kajian, menjaga, membangun, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari RTH, taman kota, jalur hijau kota, dan penghijauan kota (Dinas Pertamanan dan Pemakaman 2009). Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta merupakan lingkungan eksternal dari Taman Kota Waduk Pluit. Hal tersebut dikarenakan
71
pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan taman tidak dilakukan oleh dinas tersebut melainkan oleh PT. Jakpro. Menurut Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi Jakarta, faktor eksternal berupa peluang yang paling berpotensi untuk dimanfaatkan dalam strategi implementasi RTH Taman Kota Waduk Pluit adalah perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan yang dianggap buruk sebelum adanya taman tersebut dan diharapkan dengan adanya taman tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan di daerah Pluit dan sekitarnya. Faktor eksternal berupa ancaman yang dinilai paling mengancam keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit adalah vandalisme atau perusakan fasilitas umum pada RTH oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan pedagang kaki lima serta pedagang liar. Penilaian tersebut didapat berdasarkan pengalaman dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta dalam mengelola beberapa taman di Jakarta yang kerap rusak akibat tindakan vandalisme dan juga pedagang liar dan pedagang kaki lima yang kerap menimbulkan sampah yang berserakan di area taman. Berikut hasil penilaian EFE yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta sebagai lingkungan eksternal Taman Kota Waduk Pluit yang dicantumkan pada Tabel 17. Tabel 17 Nilai EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta Faktor Strategi Eksternal Peluang Dukungan public Kepastian peraturan dan perundangundanganan Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan Menjadi objek wisata Lokasi yang strategis Ancaman Kesulitan relokasi warga ilegal Perubahan cuaca dan bencana Over capacity Vandalisme atau perusakan fasilitas oleh orang yang tidak bertanggung jawab Pedagang kaki lima dan pedagang liar (potensi kumuh kembali) Total
Bobot
Rating
Skor (Bobot x Rating)
0,10
2
0,20
0,09
2
0,19
0,12
3
0,35
0,08 0,08
2 2
0,17 0,16
0,08 0,09 0,11
3 2 3
0,25 0,19 0,32
0,12
3
0,37
0,12
3
0,37
1
25
2,55
72
6.7.2.2 Kelurahan Pluit Jakarta Utara Kelurahan Pluit merupakan tingkat pemerintahan yang menyelenggarakan dan
bertanggung
jawab
di
bidang
pemerintahan,
pembangunan,
dan
kemasyarakatan dalam rangka menyelenggarakan urusan pemerintahan desa, pemerintahan daerah, dan urusan umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban di Kelurahan Pluit (Kelurahan Pluit 2014). Taman Kota Waduk Pluit yang terletak di Kelurahan Pluit secara langsung dan tidak langsung melibatkan aparat dan petugas kelurahan dalam berbagai urusan dan masalah yang terjadi dalam proses pemberitahuan rencana pembangunan taman kepada masyarakat, negosiasi relokasi, proses relokasi dan berbagai perizinan mengenai pembangunan Taman Kota Waduk Pluit. Penilaian dari pakar yang merupakan petugas kelurahan tentang keberadaan Taman Kota Waduk Pluit dianggap penting karena petugas Kelurahan Pluit yang diberi kepercayaan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta bertugas dan berperan aktif dalam proses pembangunan taman. Petugas kelurahan yang telah dianggap menjadi pakar dari wilayah Waduk Pluit adalah wakil lurah yang telah menangani berbagai masalah yang terjadi di sekitar Waduk Pulit sebelum, selama dan sesudah Taman Kota Waduk Pluit dibangun. Perolehan faktor eksternal berupa peluang yang paling berpotensi untuk dimanfaatkan dalam strategi implementasi RTH Taman Kota Waduk Pluit adalah kepastian peraturan dan perundang-undangan mengenai RTH dan taman kota, perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan, dan terdapatnya potensi taman tersebut menjadi objek wisata. Faktor eksternal berupa ancaman yang dinilai paling mengancam keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit adalah pedagang kaki lima serta pedagang liar. Hasil penilaian EFE yang dilakukan oleh Kelurahan Pluit sebagai lingkungan eksternal Taman Kota Waduk Pluit dapat dilihat pada Tabel 18.
73
Tabel 18 Nilai EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh Kelurahan Pluit Faktor Strategi Eksternal Peluang Dukungan publik Kepastian peraturan dan perundangundanganan Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan Menjadi objek wisata Lokasi yang strategis Ancaman Kesulitan relokasi warga ilegal Perubahan cuaca dan bencana Over capacity Vandalisme atau perusakan fasilitas oleh orang yang tidak bertanggung jawab Pedagang kaki lima dan pedagang liar (potensi kumuh kembali) Total
Bobot
Rating
Skor (Bobot x Rating)
0,08
3
0,23
0,11
4
0,46
0,11
4
0,46
0,11 0,09
4 4
0,46 0,35
0,09 0,10 0,09
3 2 3
0,28 0,20 0,26
0,10
1
0,10
0,10
4
0,40
1
32
3,23
6.8 Analisis SWOT Taman Kota Waduk Pluit Analisis SWOT dilakukan setelah seluruh faktor internal dan eksternal diverifikasi dan diperoleh skor dari masing-masing faktor internal maupun eksternal. Untuk memperoleh susunan strategi-strategi yang sesuai dalam melakukan implementasi Taman Kota Waduk Pluit, maka dilakukan pembentukan format matriks SWOT yang mengkombinasikan antara faktor internal dan faktor eksternal. Dari perolehan kombinasi antara kekuatan dengan peluang, kekuatan dengan ancaman, kelemahan dengan peluang dan kelemahan dengan ancaman terbentuklah beberapa strategi. Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang adalah membuka beberapa temapat makan dan minum, cindera mata dan peristirahatan untuk
mendukung
wisata,
dan
mengembangkan
RTH.
Strategi
yang
memanfaatkan kekuatan untuk menghindari ancaman adalah peningkatan sarana dan prasarana pengamanan untuk mencegah kerusakan taman dan pengorganisiran pedagang kaki lima. Strategi yang menutupi kelemahan dengan memanfaatkan peluang adalah membuka peluang pendanaan eksternal dari dukungan publik untuk pengembangan taman kota dan pengusulan anggaran penambahan dan pelatihan SDM. Ada pun strategi terakhir yang dilakukan untuk menanggulangi kekurangan dan mencegah ancaman adalah peningkatan program penyuluhan dan
74
sosialisasi mengenai kepedulian lingkungan dan pentingnya RTH. Hasil dari penyusunan strategi SWOT yang dilakukan oleh instansi-instansi terkait dengan Taman Kota Waduk Pluit dicantumkan pada Tabel 19. Tabel 19 Matriks SWOT RTH Taman Kota Waduk Pluit Strengths – S 1.Mendapatkan kepercayaan dan wewenang dari pemerintah daerah. 2. Penguasaan teknik pembangunan RTH/taman kota. 3. Pengalaman dalam pengelolaan RTH/taman kota. 4. Ketersediaan lahan.
Weaknesses – W 1. Anggaran yang terbatas. 2. SDM yang terbatas (kualitas dan kuantitas). 3. Sarana dan peralatan.
Opportunities – O 1. Dukungan publik. 2. Kepastian peraturan dan perundangundangan. 3. Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan. 4. Menjadi objek wisata. 5. Lokasi yang strategis.
SO Strategies 1. Membuka beberapa tempat makan dan minum, souvenir dan peristirahatan untuk mendukung wisata (S4,O4,O5). 2. Mengembangkan RTH (S1, S2, S3, S4,O1,O2,O3,O4).
WO Strategies 1. Membuka peluang pendanaan eksternal dari dukungan publik untuk pengembangan taman kota (W1,O1,O3). 2. Pengusulan anggaran penambahan dan pelatihan SDM (W2,O2).
Threats – T 1. Kesulitan relokasi warga ilegal. 2. Perubahan cuaca dan bencana. 3. Over capacity. 4. Vandalisme atau perusakan fasilitas oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 5. Pedagang kaki lima dan pedagang liar (kemungkinan kumuh)
ST Strategies 1. Peningkatan sarana dan prasarana pengamanan untuk mencegah kerusakan taman (S2,S3,T3,T4,T5). 2. Pengorganisiran pedagang kaki lima (S1, T5).
WT Strategies 1. Peningkatan program penyuluhan dan sosialisasi mengenai kepedulian lingkungan dan pentingnya RTH (W2, W3, T1, T3, T4, T5).
Faktor Internal
Faktor Eksternal
6.9 Analisis Pengambilan Strategi dengan QSPM QSPM digunakan dalam pengambilan keputusan untuk penerapan strategistrategi yang telah disusun dalam tabel SWOT dengan memberikan nilai bobot yang dikalikan dengan nilai attractiveness score (AS) untuk memperoleh nilai total attractiveness score (TAS). Tiap nilai TAS pada tiap strategi akan dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total strategi. Nilai strategi tertinggi akan digunakan sebagai strategi implementasi Taman Kota Waduk Pluit.
75
Hasil keseluruhan dari penilaian QSPM oleh internal dan eksternal diperoleh bahwa strategi yang dianggap paling tepat dalam strategi implementasi suatu taman kota khususnya Taman Kota Waduk Pluit adalah pengembangan RTH. Perolehan TAS secara keseluruhan dari strategi pengembangan RTH adalah sebesar 6,7. Strategi kedua yang dinilai dapat mengembangkan RTH Taman Kota Waduk Pluit adalah sosialisasi kepedulian lingkungan dan RTH pada masyarakat. Perolehan TAS secara keseluruhan dari strategi sosialisasi kepedulian lingkungan dan RTH adalah sebesar 5,8. Strategi ketiga yang dinilai dapat mengembangkan RTH Taman Kota Waduk Pluit adalah peningkatan sarana dan prasarana pengamanan taman. Perolehan TAS secara keseluruhan dari strategi peningkatan sarana dan prasarana pengamanan taman adalah sebesar 5,5. Berikut penilaian QSPM yang dicantumkan pada Tabel 20. Tabel 20 Penilaian QSPM RTH Taman Kota Waduk Pluit Alternatif Strategi
Faktor
1
AS
2
TAS
AS
3
TAS
AS
4
TAS
AS
5
TAS
AS
6
TAS
AS
7
TAS
AS
TAS
Int S
0.0
0.0
14.0
2.1
10.0
1.5
10.0
1.5
10.0
1.5
7.0
1.0
12.0
1.8
W
0.0
0.0
9.0
1.3
6.0
0.8
4.0
0.5
8.0
1.1
7.0
1.0
10.0
1.4
Ekst O T
17.0 13.5
1.6 1.4
18.0 15.5
1.8 1.6
17.0 12.5
1.7 1.3
10.5 9.5
1.0 1.0
14.0 14.5
1.4 1.5
13.5 13.5
1.3 1.4
14.0 12.0
1.4 1.2
TOTAL
30.5
3.0
56.5
6.7
45.5
5.3
34.0
4.1
46.5
5.5
41.0
4.7
48.0
5.8
Keterangan : 1 = Membuat tempat pendukung wisata 2 = Mengembangkan RTH 3 = Peluang pendanaan eksternal 4 = Usulan anggaran peningkatan SDM 5 = Peningkatan sarana dan prasarana pengamanan 6 = Pengorganisasian pedagang kaki lima 7 = Sosialisasi kepedulian lingkungan dan RTH
Dari hasil penilaian QSPM tersebut diperoleh peringkat alternatif strategistrategi yang disusun berdasarkan perolehan nilai TAS yang tertinggi hingga nilai TAS terendah yang dicantumkan pada Tabel 21.
76
Tabel 21 Peringkat strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit No.
Usulan Strategi
TAS
1
Mengembangkan RTH
6,7
2
Sosialisasi kepedulian lingkungan dan RTH
5,8
3
Peningkatan sarana dan prasarana pengamanan
5,5
4
Peluang pendanaan eksternal
5,3
5
Pengorganisasian pedagang kaki lima
4,7
6
Usulan anggaran peningkatan SDM
4,1
7
Membuat tempat pendukung wisata
3,0
6.9.1 Analisis Hasil QSPM Strategi yang dinilai paling tepat untuk implementasi taman adalah mengembangkan RTH. Strategi tersebut memanfaatkan kekuatan berupa mendapatkan kepercayaan dan wewenang dari pemerintah daerah, penguasaan teknik pembangunan RTH atau taman kota, pengalamaan dalam pengelolaan RTH atau taman kota dan ketersediaan lahan yang digunakan untuk memperoleh peluang berupa dukungan publik, kepastian peraturan dan perundang-undangan, perbaikan kualitas lingkungan, dan pengembangan objek wisata. Pengembangan RTH yang dimaksud dalam strategi implementasi Taman Kota Waduk Pluit adalah pembangunan dan pengembangan taman kota di sisi Waduk Pluit yang masih dapat dioptimalkan lagi untuk mencapai kemampuan taman kota yang lebih baik dari saat ini. Dengan menyelesaikan dan mengoptimalkan pembangunan taman kota yang mengelilingi Waduk Pluit diharapkan dapat memperkuat eksistensi dari taman kota tersebut. Ada pun kondisi taman pada saat penelitian berlangsung pada bulan April hingga Mei 2014 masih pada tahap penyelesaian pembangunan. Selain itu, salah satu kendala yang masih terjadi di taman tersebut adalah fasilitas toilet umum yang telah tersedia belum dapat beroperasi dengan optimal. Strategi kedua yang dinilai tepat untuk implementasi taman adalah sosialisasi kepedulian lingkungan dan RTH pada masyarakat khususnya masyarakat di sekitar taman. Strategi tersebut diperlukan sebagai upaya untuk mengatasi kelemahan berupa SDM yang terbatas dan terbatasnya sarana dan peralatan dalam pembangunan taman guna mencegah terjadinya ancaman berupa kesulitan dalam merelokasi warga ilegal, overcapacity, vandalisme atau perusakan
77
fasilitas oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan juga mencegah menjamurnya pedagang kaki lima dan pedagang liar. Sosialisasi kepedulian lingkungan dan sosialisasi pentingnya RTH merupakan kegitan penyampaian informasi dan pembelajaran kepada masyarakat mengenai pentingnya peranan lingkungan bagi kehidupan dan juga pentingnya RTH bagi lingkungan. Dengan melakukan sosialisasi tersebut diharapkan masyarakat akan lebih sadar dan peduli dengan keadaan lingkungan di sekitar mereka dan juga dapat membantu merawat, melestarikan, dan menjaga RTH. Kondisi pengetahuan dan kepedulian lingkungan yang dimiliki masyarakat masih dinilai kurang mendalam pada saat pelaksanaan penelitian. Selain itu, sosialisasi dari pemerintah maupun lembaga lain dinilai belum mencukupi dan belum optimal. Strategi ketiga yang dinilai tepat untuk implementasi taman adalah peningkatan sarana dan prasarana pengamanan taman. Strategi tersebut memanfaatkan kekuatan berupa penguasaan teknik pembangunan RTH atau taman kota dan pengalaman dalam pengelolaan RTH atau taman kota yang digunakan untuk mencegah ancaman berupa terjadinya over capacity, vandalisme atau perusakan fasilitas oleh orang yang tidak bertanggung jawab, dan untuk mencegah pedagang kaki lima serta pedagang liar yang berpotensi membuat taman kotor dan kumuh. Hal tersebut dianggap penting karena tingginya antusiasme pengunjung taman baik pengunjung dari masyarakat di sekitar taman ataupun pengunjung yang sengaja datang dari berbagai daerah untuk datang ke Taman Kota Waduk Pluit dapat berpotensi menimbulkan kerusakan pada taman itu sendiri. Selain itu, dengan banyaknya pengunjung dan keramaian mengakibatkan para pedagan kaki lima dan pedagang liar tertarik untuk berjualan di sekitar taman atau bahkan di dalam lingkungan taman itu sendiri. Hal tersebut juga dapat berpotensi untuk menimbulkan kerusakan taman. Apabila pengamanan taman tidak memadai maka kelestarian taman dapat terancam. Selain itu, pengamanan juga dibutuhkan untuk mencegah tindak kriminalitas yang dapat terjadi, terutama saat kondisi taman sedang ramai pengunjung. Kondisi sarana dan prasarana pengamanan taman pada saat penelitian masih belum memadai. Taman belum memiliki pos-pos jaga untuk keamanan, pengawasan oleh petugas keamanan yang tidak ketat, serta jumlah
78
kamera pengaman atau CCTV yang masih terbatas. Prioritas strategi terlihat pada tingkat kepentingan pelaksanaan strategi, dimana strategi yang dianggap penting akan dilaksanakan lebih dahulu. Ada pun arsitektur atau peta strategi yang diajukan untuk diterapkan pada RTH Taman kota Waduk Pluit Jakarta Utara dapat dilihat pada Gambar 22. Apabila dibandingkan dengan Taman Waduk Ria Rio di Jakarta Timur, pembangunan Taman Kota Waduk Pluit berjalan lebih baik dan lebih lancar, terutama dalam mengatasi permasalahan relokasi warga liar dan pembebasan lahan. Dalam proses pembangunan Taman Waduk Ria Rio, pemerintah menemukan berbagai masalah terutama dalam urusan pembebasan lahan. Terjadi sengketa kepemilikan lahan antara PT. Pulomas yang merupakan anak perusahaan BUMD PT. Jakpro dengan keluarga dari Wakil Presiden Republik Indonesia yang ketiga Adam Malik. Pembangunan terhambat karena pembebasan lahan yang rumit dan juga status kepemilikan lahan yang tidak jelas5. Selain permasalahan kepemilikan lahan, terdapat beberapa masalah lain yang harus dihadapi pemerintah setempat dalam proses pembangunan Taman Waduk Ria Rio antara lain adalah permasalahan relokasi warga ilegal yang juga menghuni sebagian wilayah di sekitar Waduk Ria Rio. Warga yang menghuni wilayah tersebut enggan untuk dipindahkan atau direlokasi karena sudah merasa „membeli‟ lahan yang mereka tinggali kepada oknum-oknum tertentu. Permasalahan selanjutnya adalah permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh pemukiman liar yang menyebabkan tumpukan sampah di sekitar waduk, pendangkalan waduk, pertumbuhan eceng gondog secara liar, dan pencemaran air waduk 6 . Secara umum, Taman Kota Waduk Pluit dan Taman Waduk Ria Rio memilik permasalahan utama yang sama, yaitu permasalahan lahan, lingkungan, dan relokasi warga ilegal. Namun permasalahan yang dihadapi dalam proses pembangunan Taman Kota Waduk Pluit dapat diatasi lebih baik dan pembangunannya pun dapat dilakukan lebih cepat bila dibandingkan dengan Taman Waduk Ria Rio. 5
http://m.news.viva.co.id/news,read/441715-ini-adu-klaim-tanah-di-waduk-ria-rio-pulomas. Diakses pada tanggal 2 September 2014 6
http://www.lintas.me/news/other/waduk-ria-rio-masalah-44-tahun-yang-diselesaikan-jokowi. Diakses pada tanggal 11 September 2014
79
Susunan Strategi: SO Strategies 1. Membuka beberapa temapat makan dan minum, souvenir dan peristirahatan untuk mendukung wisata. 2. Mengembangkan RTH. ST Strategies 3. Peningkatan sarana dan prasarana pengamanan untuk mencegah kerusakan taman. 4. Pengorganisasian pedagang kaki lima. WO Strategies 5. Membuka peluang pendanaan eksternal dari dukungan publik untuk pengembangan taman kota. 6. Pengusulan anggaran penambahan dan pelatihan SDM. WT Strategies 7. Peningkatan program penyuluhan dan sosialisasi mengenai kepedulian lingkungan dan pentingnya RTH.
Strategi-strategi
2. Peningkatan program penyuluhan dan sosialisasi mengenai kepedulian lingkungan dan pentingnya RTH.
5. Pengorganisasian pedagang kaki lima guna mencegah taman menjadi kotor dan kumuh kembali.
4. Membuka peluang pendanaan eksternal.
3. Peningkatan sarana dan prasarana pengamanan untuk mencegah kerusakan taman.
1.
Periode 1
1. 2.
3.
7. Membuka saranaprasarana pendukung wisata.
6. Pengusulan anggaran penambahan dan pelatihan SDM guna meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM.
Mengembangkan RTH.
Periode 2
Periode 3
Visi
: Mampu menciptakan lingkungan Jakarta khususnya wilayah Pluit yang lebih layak, sehat, bersih, indah dan mengurangi polusi. Misi : Memformulasi strategi-strategi untuk mengimplementasikan, membangun dan menjaga keberadaan RTH dan taman kota di Jakarta khususnya RTH Taman Kota Waduk Pluit. Tujuan : Mengembangkan RTH Taman Kota Waduk Pluit dan membangun RTH untuk mencapai luas area minimum sebanyak 30% luas suatu wilayah.
Tantangan : Menggalakkan pembangunan RTH dan taman kota di wilayah Jakarta. Menciptakan masyarakat yang peduli dengan lingkungan sekitar dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan. Mengoptimalkan keberadaan RTH.
Gambar 22 Peta strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit
Periode
80
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian mengenai valuasi nilai ekonomi RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan pendekatan WTP dan formulasi strategi implementasi RTH Taman Kota Waduk Pluit antara lain adalah: 1. Keberadaan dari RTH Taman Kota Waduk Pluit menimbulkan dampakdampak positif yang dirasakan secara langsung maupun tak langsung oleh masyarakat. Urutan dampak positif yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah peningkatan kualitas pemandangan, peningkatan kualitas udara dan penurunan dampak banjir. 2. Berdasarkan hasil valuasi nilai ekonomi Taman Kota Waduk Pluit dengan pendekatan WTP masyarakat sekitar diperoleh nilai taman tersebut adalah sebesar Rp 38.142.348.387/15 tahun atau sama dengan Rp 2.542.823.226/tahun. Meski nilai tersebut masih dibawah nilai moneter yang dibutuhkan untuk merelokasi dan membangun Taman Kota Waduk Pluit, namun nilai tersebut sudah melebihi nilai pembangunan taman dan itu sudah mencerminkan masyarakat yang sudah cukup peduli akan lingkungan. 3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata secara positif adalah pendapatan per kapita, dummy status rumah dan dummy kepedulian lingkungan. Ada pun faktor-faktor yang berpengaruh nyata secara negatif adalah lama tinggal. 4. Berdasarkan hasil perumusan strategi SWOT dan perumusan pengambilan keputusan dengan QSPM diperoleh tiga strategi yang paling tepat untuk memformulasi strategi implementasi Taman Kota Waduk Pluit adalah mengembangkan RTH, sosialisasi kepedulian lingkungan dan RTH pada masyarakat dan peningkatan sarana dan prasarana pengamanan taman.
81
7.2 Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian mengenai valuasi nilai ekonomi RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan pendekatan WTP dan formulasi strategi implementasi RTH Taman Kota Waduk Pluit antara lain adalah: 1. Perlunya penggalakkan pengembangan RTH lain di Jakarta oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dengan keberadaan salah satu contoh dari RTH yaitu Taman Kota Waduk Pluit yang telah menyumbang dampak-dampak positif yang dirasakan secara langsung maupun tak langsung oleh masyarakat, hal tersebut menjadi acuan dalam pengembangan RTH di Jakarta. 2. Terbukanya peluang pendanaan secara eksternal baik melalui CSR, pajak atau bantuan swadaya masyarakat karena berdasarkan hasil valuasi nilai ekonomi Taman Kota Waduk Pluit dengan pendekatan WTP masyarakat, diperoleh bahwa mayoritas warga mau ikut menyumbang dalam pembangunan RTH asalkan uang yang mereka sumbangkan dapat tersalurkan dengan transparan dan benar serta RTH tersebut dapat direalisasikan dengan baik. 3. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai aspek teknis dari keberadaan RTH dan manfaat secara teknis yang diberikan oleh sebuah RTH. Hal tersebut diperlukan karena penelitian ini hanya terbatas pada aspek nilai ekonomi dan strategi implementasi dari suatu RTH khususnya Taman Kota Waduk Pluit.
82
DAFTAR PUSTAKA Anton, Paul A. 2005. The Economic Value of Open Space Implications for Land Use Decisions. Wilder Research. Minnesota. Apprillatu, Pramirvan Datu. 2013. Cantiknya taman kota di Waduk Pluit karya Jokowi. http://m.merdeka.com/jakarta/cantiknya-taman-kota-di-wadukpluit-karya-jokowi.html. Diakses pada 25 Desember 2013. Asyrafy. 2008. Valuasi Ekonomi Hutan Kota Berdasarkan Pendekatan Biaya Kesehatan (Studi Kasus Taman Margasatwa Ragunan Jakarta). [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Barry and Martha K. Field. 2002. Environmental Economics An Introduction Third Edition. McGraw-Hill Irwin. New York [BNA] Bidang Neraca dan Analisis. 2013. Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2013. http://jakarta.bps.go.id/flip/statda2013/files/mobile/mobile.html#10. Diakses pada 28 September 2013. [BPLHD] Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah. 2011. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Tahun 2010. http://bplhd.jakarta.go.id/slhd2010/Lap_SLHD/Lap_2D.htm. Diakses pada tanggal 20 Mei 2013. [BPLHD] Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2014. SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012.http://bplhd.jakarta.go.id/slhd2012/Docs/Lap_SLHD/Lap_4C.htm. Diakses pada 25 Januari 2014. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Administrasi Jakarta Utara .http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/3175.pdf. Diakses pada 20 Desember 2013. Bullock, Craig H. 2013. The Role and Use of Urban Space: Hypothetical Alternatives and The Status Quo. Connell, Virginia Mc dan Margaret Walls. 2005. The Value of Open Space: Evidence from Studies of Nonmarket benefits. Resource for The Future. Washinton DC. Curtin,
Andrew. 2014. Parks & Open Spaces Strategy, 2013-15. http://democracy.havering.gov.uk/documents/s6830/Parks%20Open%20S paces%20Strategy%202013-15.pdf. Diakses pada tanggal 29 Januari 2014.
Damara, Muhamad Iman. 2011. Estimasi Nilai Ekonomi Ruang Terbuka Hijau pada Pemukiman di Kota Bogor Studi Kasus Harga Rumah pada Perumahan Bogor Raya Permai, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institute Pertanian Bogor. Bogor. David, Fred. 2007. Strategic Management: Concepts & Cases11th Edition. Prentice Hall. New Jersey.
83
David, Forest R., Meredith E., and Fred R. David. 2009. The Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Applied To A Retail Computer Store. The Coastal Business Journal. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. 2009. Informasi Dinas Pertamanan & Pemakaman. [DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. http://www.bkprn.org/peraturan/the_file/permen05-2008.pdf. Diakses pada tanggal 2 Januari 2014. Dwihatmojo, Roswidyatmoko. 2013. Ruang Terbuka Hijau yang Semakin Terpinggirkan. http://www.bakosurtanal.go.id/assets/download/artikel/BIGRuangTerbuka HijauyangSemakinTerpinggirkan.pdf. Diakses pada tanggal 27 November 2013. Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan- Teori dan Aplikasi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.. Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara. Jakarta. Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi Kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gujarati, Damodar. 1978. Basic Econometrics. Mc Graw-Hill Kogakusha, LTD. Tokyo. Hanley, N dan C. L. Spash. 1993. Cost – Benefit Analysis and Environment. Edward Elgar Publishing Limited. England. Johnston, J. 1972. Econometrics Methods. McGraw-Hill. Tokyo. Juanda, B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan . IPB Press. Bogor Kelurahan Pluit. 2014. Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Maret 2014. Jakarta. Kelurahan Penjaringan. 2014. Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan 2013. Jakarta. Kotler,
Philip. 1994. Manajemen Pemasaran Analisis, Pernecanaan, Implementasi dan Pengendalian Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Lintas. 2014. Waduk Ria Rio Masalah 44 Tahun yang Diselesaikan Jokowi. http://www.lintas.me/news/other/waduk-ria-rio-masalah-44-tahun-yangdiselesaikan-jokowi. Diakses pada tanggal 11 September 2014 Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Scheaffer, Richard L., William M., Lyman O . 1990. Elementary Survey Sampling Fourth Edition. PWS Kent Publishing Company. Boston
84
Sevilla, Consuelo. Et. Al. 2007. Research Methods. Rex Printing Comapany. Quezon City. Takacs, Daniel. 2013. Researching The Connection Between The Urban Spaces and Property Values in The Case of Budapest. Tender Indonesia. 2013. Proyek Taman Pluit Dikebut.http://www.tenderindonesia.com/tender_home/innerNews2.php?id=20499&cat=CT0027. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 Tietenberg, Tom. 1988. Environmental and Natural Resource Economics Second Edition. Scott, Foresman and Company. Illinois. Viva News. 2014. Ini Adu Klaim Tanah di Waduk Ria Rio Pulomas. http://m.news.viva.co.id/news,read/441715-ini-adu-klaim-tanah-di-wadukria-rio-pulomas. Diakses pada tanggal 2 September 2014 Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika Edisi ke Tiga. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Warongan, Christie Widhi Amelia Orientje. 2009. Kajian Ekologi Ekosistem Mangrove untuk Rehabilitasi di Desa Tiwoho Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Widiyawati, Ana. 2013. Valuasi Ruang Terbuka Hijau Tipe Pekarangan Berdasarkan Pendekatan Biaya Kesehatan (Studi kasus Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
85
LAMPIRAN
86
Lampiran 1 Hasil ANOVA Fungsi WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan Minitab 14 Portable Regression Analysis: WTP (Rp) versus Umur, Pendidikan, ... The regression equation is WTP = 359116 - 13449 USR - 62023 PNDK + 0.252 PNDPT + 83 JTTRTH + 675707 Dsr - 36943 LTGL + 85227 SKU - 38419 SKP + 45352 SPB + 2591299 Dkl Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 359116 2219902 0.16 0.872 USR -13449 25343 -0.53 0.598 1.8 PNDK -62023 76696 -0.81 0.422 1.3 PNDPT 0.25240 0.05459 4.62 0.000 1.3 JTTRTH 83.1 110.3 0.75 0.454 1.1 Dsr 675707 463801 1.46 0.150 1.3 20508 -1.80 0.078 1.4 LTGL -36943 SKU 85227 91942 0.93 0.358 1.2 SKP -38419 207939 -0.18 0.854 1.3 SPB 45352 80805 0.56 0.577 1.1 Dkl 2591299 458429 5.65 0.000 1.2 S = 1582882
R-Sq = 59.3%
PRESS = 2.003298E+14
R-Sq(adj) = 51.4%
R-Sq(pred) = 36.26%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 10 51 61
SS 1.86505E+14 1.27781E+14 3.14287E+14
MS 1.86505E+13 2.50552E+12
F 7.44
P 0.000
Source DF Seq SS USR 1 3.00340E+12 PNDK 1 6.38297E+11 PNDPT 1 8.21416E+13 JTTRTH 1 2.65626E+12 Dsr 1 8.51317E+11 LTGL 1 1.13957E+13 SKU 1 2.74369E+12 SKP 1 2.58138E+12 SPB 1 4.38754E+11 Dkl 1 8.00550E+13 Unusual Observations Obs 4
USR 18.0
WTP 11000000
Fit 10158509
SE Fit 1365617
Residual 841491
St Resid 1.05 X
X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 2.12775
87
Residual Plots for WTP Residual Plots for WTP Normal Probability Plot of the Residuals 99
Percent
90 50 10 1 0.1
Residuals Versus the Fitted Values Standardized Residual
99.9
-4
-2 0 2 Standardized Residual
2 1 0 -1 -2
4
0
6 4 2 -0.8 0.0 0.8 Standardized Residual
7500000 10000000
Residuals Versus the Order of the Data Standardized Residual
Frequency
8
-1.6
5000000
Fitted Value
Histogram of the Residuals
0
2500000
1.6
2 1 0 -1 -2 1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
Lampiran 2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov WTP Taman Kota Waduk Pluit Uji Normalitas Normal 99.9
Mean StDev N KS P-Value
99 95
Percent
90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
50
75
100
125 150 residual2
175
200
225
147.0 25.44 62 0.097 >0.150
88
1
Lampiran 3 Tabel Pembobotan IFE dan EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit Tabel Pembobotan IFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh PT. Jakpro Faktor Strategi Internal Kekuatan
Mendapatkan kepercayaan dan wewenang dari pemerintah daerah
Penguasaan teknik pembangunan Pengalaman dalam Ketersediaan Anggaran Sumber daya manusia yang terbatas Sarana dan TOTAL BOBOT RTH/taman kota pengelolaan RTH/taman kota lahan yang terbatas (kualitas dan/atau kuantitas) peralatan
Mendapatkan kepercayaan dan wewenang dari pemerintah daerah Penguasaan teknik pembangunan RTH/taman kota Pengalaman dalam pengelolaan RTH/taman kota Ketersediaan lahan
3
1
3
2
2
2
2
14 0.16667
3
2
2
3
3
14 0.16667
2
2
2
2
10 0.11905
1
2
2
11 0.13095
2
2
13 0.15476
2
11 0.13095
1
1
2
2
2
2
2
2
3
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
Kelemahan Anggaran yang terbatas Sumber daya manusia yang terbatas (kualitas dan/atau kuantitas) Sarana dan peralatan TOTAL
2
11 0.13095 84
1
92
Tabel Pembobotan EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Peluang Dukungan publik Kepastian peraturan dan perundang-undanganan Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan Menjadi objek wisata
Kepastian peraturan dan perundang-undanganan
Dukungan publik
Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan 2
2
Faktor Strategik Eksternal Menjadi Lokasi yang objek wisata strategis
Kesulitan relokasi warga ilegal
Perubahan cuaca Over Pedagang kaki lima Vandalisme TOTAL BOBOT dan bencana capacity dan pedagang liar
1
3
2
2
2
2
2
2
18
1
2
2
2
2
2
2
2
17 0.094444
2
2
3
2
2
2
2
21 0.116667
3
2
1
2
1
1
15 0.083333
1
2
1
2
1
14 0.077778
1
1
1
15 0.083333
2
1
1
17 0.094444
1
2
19 0.105556
2
22 0.122222
3
3
1
2
2
2
2
2
1
Kesulitan relokasi warga ilegal
2
2
1
2
3
Perubahan cuaca dan bencana
2
2
2
3
2
2
Over capacity
2
2
2
2
3
3
2
Vandalisme atau perusakan fasilitas oleh orang yang tidak bertanggung jawab
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
2
Lokasi yang strategis
0.1
Ancaman
Pedagang kaki lima dan pedagang liar (potensi kumuh kembali) TOTAL
2
2
22 0.122222 180
1
89
3 90
Tabel Pembobotan EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh Kelurahan Pluit Faktor Strategik Eksternal Peluang Dukungan publik Kepastian peraturan dan perundang-undanganan Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan Menjadi objek wisata
Kepastian peraturan dan perundang-undanganan
Dukungan publik
Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan 1
3
Menjadi Lokasi yang objek wisata strategis
Kesulitan relokasi warga ilegal
Perubahan cuaca Over Pedagang kaki lima Vandalisme TOTAL BOBOT dan bencana capacity dan pedagang liar
1
1
2
2
2
2
2
1
14 0.076923
3
3
2
2
2
2
2
2
21 0.115385
2
3
3
2
3
2
2
21 0.115385
3
2
2
2
3
3
21 0.115385
2
2
2
2
2
16 0.087912
2
2
2
2
17 0.093407
2
2
2
18 0.098901
1
2
16 0.087912
3
19 0.104396
3
1
3
1
2
2
2
1
1
Kesulitan relokasi warga ilegal
2
2
1
2
2
Perubahan cuaca dan bencana
2
2
2
2
2
2
Over capacity Vandalisme atau perusakan fasilitas oleh orang yang tidak bertanggung jawab Pedagang kaki lima dan pedagang liar (potensi kumuh kembali) TOTAL
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
3
3
2
2
1
2
2
2
2
Lokasi yang strategis Ancaman
3
19 0.104396 182
1
91
Lampiran 4 Dokumentasi Survey
92
RIWAYAT HIDUP Penulis yang bernama Dhana Putrakusuama merupakan kelahiran Bogor, 14 Mei 1991. Putra kedua dari Ayah yang bernama Dr Ir Hermanto, MS dan Ibu yang bernama Karyani serta adik kandung dari Dian Kusumaningrum, SSi, MSi. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Bangka 3 dan lulus pada tahun 2004. Setelah itu Penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2010. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi IPB pada tahun 2010. Selama awal masa perkuliahaan, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaaan sebagai staf di Music Agriculture Expression pada divisi musik pada tahun 2010-2011. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitaan dan mengikuti kegiatan seminar terkait berbagai bidang keilmuan. Penulis juga berpengalaman sebagai salah satu bagian dari Tim IPB yang bekerja sama dengan BPPT dalam mengerjakan program penentuan penggunaan teknologi pada Pemilihan Umum Tahun 2014 dengan berbagai macam bidang keilmuan yang digunakan.