ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGOLAHAN IKAN PADA CV BENING JATI ANUGRAH, KECAMATAN PARUNG, KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
NUNING INDRIYASHARI H34070038
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i
RINGKASAN NUNING INDRIYASHARI. Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN MOHAMMAD BAGA). Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi perikanan yang cukup luas. Potensi tersebut terlihat dari peningkatan produksi perikanan budidaya ataupun perikanan tangkap setiap tahunnya. Peningkatan produksi ikan nasional ternyata belum mampu membuat tingkat konsumsi ikan nasional sama atau bahkan melebihi negara-negara Asia lainnya. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, tahun 2010 tingkat konsumsi ikan Indonesia sebesar 30,47 kg/kapita/tahun, sedangkan Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Hongkong masing-masing sebesar 110, 85, 45, 80, 40 dan 80 kg/ kapita/ tahun. Salah satu penyebab masih rendahnya tingkat konsumsi ikan Indonesia karena masalah kepraktisan. Mengonsumsi ikan dianggap merepotkan dan memerlukan alokasi waktu khusus, karena mengonsumsi ikan utuh harus dikerjakan secara spesial dan tidak dapat dilakukan sambil menyelesaikan pekerjaan lainnya. Melihat hal tersebut, peningkatan ketersediaan produk olahan berbasis ikan yang beragam menjadi kebutuhan yang diutamakan. Adanya pengembangan produk ikan diharapkan mampu memberikan nilai tambah pada ikan dan memberikan variasi produk, sehingga produk dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan pada akhirnya tingkat konsumsi ikan nasional tidak kalah dengan negara Asia lainnya. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha pengolahan ikan yaitu CV Bening Jati Anugrah. Perusahaan ini mengalami beberapa kendala dalam menjalankan bisnis pengolahan ikannya. Perusahaan tidak mampu melakukan pengadaan bahan baku yang kontinu. Hal tersebut diperparah dengan tidak tersedianya produk impor ikan pada musim paceklik dimana ikan sulit didapatkan. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi kegiatan produksi. Akibat beberapa masalah tersebut omzet perusahaan mengalami penurunan beberapa bulan terakhir ini. Mengatasi masalah tersebut perusahaan harus membuat strategi bisnis yang tepat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, sehingga perusahaan mampu bersaing diantara banyaknya perusahaan pengolahan ikan. Tentunya strategi yang baik adalah strategi yang dibuat berdasarkan kondisi lingkungan perusahaan baik internal ataupun eksternal. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) menganalisis faktor-faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi oleh CV Bening Jati Anugrah, (2) menganalisis faktor-faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh CV Bening Jati Anugrah, (3) merumuskan alternatif strategi bisnis yang dapat dilakukan oleh CV Bening Jati Anugrah. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pengolahan ikan, yaitu CV Bening Jati Anugrah yang berlokasi di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Responden yang digunakan dari pihak internal adalah pemilik, kepala bagian administrasi dan keuangan, kepala ii
bagian produksi dan operasional serta karyawan. Sedangkan untuk pihak eksternalnya perusahaan yaitu Kasi Pengolahan Ikan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, serta perusahaan pesaing. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Alat analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah dengan matriks SWOT dan arsitektur strategik. Berdasarkan analisis SWOT, didapatkan sembilan alternatif strategi yang dapat digunakan CV Bening Jati Anugrah, yaitu (1) Restrukturisasi organisasi serta memperbaiki sistem manajemen perusahaan, (2) Mencari tambahan modal usaha (3) Menjalin kemitraan dengan pemasok yang ada di beberapa daerah di Indonesia, (4) Memperluas jaringan distribusi, (5) Memperbaiki sistem administrasi dan keuangan perusahaan, (6) Meningkatkan jumlah penjualan perusahaan, (7) Melakukan inovasi produk, (8) Memelihara serta meningkatkan kualitas produk, dan (9) Membuat diversifikasi produk dengan menggunakan bahan limbah olahan ikan.
iii
ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGOLAHAN IKAN PADA CV BENING JATI ANUGRAH, KECAMATAN PARUNG, KABUPATEN BOGOR
NUNING INDRIYASHARI H34070038
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
iv
Judul Skripsi
: Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor.
Nama
: Nuning Indriyashari
NRP
: H34070038
Disetujui, Pembimbing
Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec NIP. 19640220 198903 1 001
Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus : v
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, Juni 2011
Nuning Indriyashari H34070038
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukoharjo pada tanggal 26 April 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Sugimin dan Ibu Jinem Wiji Yanti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Jatibening X Bekasi pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTP Negeri 20 Bekasi. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2007 di SMA Negeri 3 Bekasi. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2008, penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Sebagai Mayor. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai bendahara Departemen Hubungan Eksternal, Sharia Economics Student Club (SES-C) Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2008-2009. Anggota klub teater Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2008-2009. Bendahara Departemen Hubungan Eksternal, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2009-2010. Selain aktif di kelembagaan kampus, penulis juga pernah bekerja sebagai guru privat untuk anak sekolah dasar di Mutiara Eksakta pada tahun 2010 dan magang kerja sebagai sekretaris official di Gugus Bisnis dan Kewirausahaan (G-Bike), Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2010. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan kegiatan kampus.
vii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor”. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal, merumuskan alternatif strategi, serta merancang arsitektur strategik dalam upaya mempertahankan dan memajukan usaha pengolahan ikan CV Bening Jati Anugrah. Penulis menyadari, dalam menyelesaikan skripsi masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun diharapkan skripsi ini dapat menjadi masukkan dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Juni 2011 Nuning Indriyashari
viii
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Febriantina Dewi, SE, MM, M.Sc dan Ir. Harmini, M.Si selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktu serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3.
Ir. Suharno yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis yang selalu memberikan saran, masukkan kepada penulis.
4.
Pihak CV Bening Jati Anugrah atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.
5.
Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor terutama Ibu Lili, Ibu Rikah selaku Kasi pengolahan ikan Kabupaten Sukabumi, dan Bapak Sam’un selaku Kasi Perencanaan Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu, atas waktu, fikiran dan bantuannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6.
Ayahanda Sugimin dan Ibunda Jinem Wiji Yanti, adikku Riva Oktaviyandari dan Febriyan Surya Adji yang selalu memberikan doa restu, semangat dan kasih sayang kepada penulis, serta Mohammad Akmal Musaddad yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, dan semangatnya.
7.
Agribisnis 43, kak Ray, kak Achmad, kak Tiara dan teman-teman sebimbingan Dinar, Venty, Wawan serta teman-teman Agribisnis 44 yang telah meluangkan waktu untuk sharing dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
8.
Teman-teman Puri Sembilan, Sri, Ivon, Anis, Nela, Lia, Inez, Nita, Fitri, Riska, dan Susan yang selalu memberikan dukungan, masukkan dan semangat dalam menjalankan penelitian ini.
ix
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiv
I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................
1 5 7 8 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ikan Pelagis ......................................................... 2.2 Manfaat Ikan Pelagis ...................................................................... 2.3 Gambaran Industri Pengolahan Ikan ............................................... 2.4 Prospek Produk olahan Ikan .......................................................... 2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu .......................................................
9 9 10 13 14
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................... 3.1.1 Manajemen Strategis ............................................................. 3.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategi ....................................... 3.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ........................................ 3.1.4 Lingkungan Perusahaan ........................................................ 3.1.5 Penetapan Tujuan Jangka Panjang ........................................ 3.1.6 Alternatif Strategi.................................................................. 3.1.7 Perumusan Strategi ............................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .................................................
21 21 21 23 23 31 32 34 34
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 4.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 4.3 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 4.4.1 Matriks SWOT ..................................................................... 4.4.2 Perancangan Arsitektur Strategik..........................................
37 37 37 38 38 38
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan CV Bening Jati Anugrah ................... 5.2 Lokasi dan Keadaan CV Bening Jati Anugrah .............................. 5.3 Visi, Misi, dan Tujuan CV Bening Jati Anugrah ........................... 5.4 Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah ................................ 5.5 Sumberdaya CV Bening Jati Anugrah ........................................... 5.5.1 Sumberdaya Manusia ........................................................... 5.5.2 Sumberdaya Fisik................................................................. 5.5.3 Sumberdaya Modal ..............................................................
40 40 41 41 42 43 43 44 x
VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1 Analisis Lingkungan Eksternal ...................................................... 6.1.1 Analisis Lingkungan Jauh .................................................... 6.1.2 Analisis Lingkungan Industri ............................................... 6.2 Analisis Lingkungan Internal ......................................................... 6.2.1 Analisis Rantai Nilai ............................................................ 6.2.2 Keterkaitan Komponen pada Rantai Nilai ...........................
45 45 50 54 54 62
VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman ...................................... 7.2 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan................................. 7.3 Tahap Pencocokan: Matriks SWOT ............................................... 7.4 Rancangan Arsitektur Strategik CV Bening Jati Anugrah.............. 7.4.1 Sasaran CV Bening Jati Anugrah........................................... 7.4.2 Tantangan CV Bening Jati Anugrah ...................................... 7.4.3 Rekomendasi Program Kegiatan ............................................ 7.4.4 Tahapan Arsitektur Strategik .................................................
65 68 71 77 77 77 77 79
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ..................................................................................... 8.2 Saran................................................................................................
83 84
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
85
LAMPIRAN ................................................................................................
87
xi
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005-2010..................
1
2.
Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan..........................
2
3.
Kebutuhan Manusia Akan Daging Ikan................................
2
4.
Tingkat Konsumsi Ikan Indonesia tahun 2005-2010.............
3
5.
Omzet Penjualan Olahan Ikan CV Bening Jati Anugrah......
6
6.
Tinjauan Penelitian Terdahulu..............................................
20
7.
Pembagian Jumlah Tenaga Kerja CV Bening Jati Anugrah
43
8.
Perincian Sumberdaya Fisik CV Bening Jati Anugrah.........
44
9.
Tingkat Inflasi Indonesia pada Februari 2010 – Februari 2011 ......................................................................................
46
10.
Pertumbuhan PDRB per Kapita Atas Harga Konstan ..........
47
11.
Pengeluaran Rata-rata Konsumsi per Kapita per Bulan .......
47
12.
Pengeluaran Rata-rata Konsumsi Ikan Nasional 2008-2009
48
13.
Latar Belakang Pendidikan Tenaga Kerja CV Bening Jati Anugrah ................................................................................
61
14.
Matriks SWOT CV Bening Jati Anugrah ............................
72
15.
Rekomendasi Program Kegiatan ..........................................
78
xii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Model Komprehensif Manajemen Strategis..........................
21
2.
Model Lima Kekuatan Persaingan........................................
26
3.
Analisis Rantai Nilai.............................................................
29
4.
Kerangka Pemikiran Operasional..........................................
36
5.
Matriks SWOT......................................................................
38
6.
Perancangan Arsitektur Strategik CV Bening Jati Anugrah.
39
7.
Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah.......................
42
8.
Grafik Tingkat Inflasi Indonesia ..........................................
45
9.
Tren Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1961-2010 ...........
48
10.
Proses Produksi Pengolahan Ikan..........................................
56
11.
Rancangan Arsitektur Strategi CV Bening Jati Anugrah......
82
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Usaha Olahan Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2009 ...
88
2.
Kuesioner Penelitian.......................................................
90
3.
Proses Produksi Bakso Ikan ........................................
96
4.
Proses Produksi Nugget Stik Ikan ...............................
97
5.
Proses Produksi Kaki Naga .........................................
98
6.
Proses Produksi Fish Finger .......................................
99
7.
Proses Produksi Siomay ..............................................
100
8.
Proses Produksi Otak-otak Bulat .................................
101
9.
Proses Produksi Otak-otak Panjang ..............................
102
10.
Proses Produksi Bakso Ikan Tahu .................................
103
11.
Proses Produksi Lumpia ..............................................
104
12.
Proses Produksi Ekado ................................................
105
13.
Proses Produksi Keong Mas ........................................
106
14.
Proses Produksi Udang Gulung ...................................
107
15.
Dokumentasi .................................................................
108
16.
Foto-foto Produk Olahan CV Bening Jati Anugrah......
109
xiv
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau 13.000 menyebar
dari Sabang hingga Merauke1. Wilayah perairan Indonesia sebesar 5,8 juta km2, yang terdiri dari 0,3 juta km2 laut teritorial, 2,8 juta km2 perairan Nusantara dan 2,7 km2 zona ekonomi ekslusif. Sekitar 70 persen wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Seluruh total perairan tersebut, diketahui potensi sumber daya ikan laut Indonesia mencapai 6,26 juta ton/tahun2. Oleh sebab itu, perikanan merupakan sub sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam peningkatan perekonomian Indonesia. Potensi tersebut dapat terlihat pula dari total produksi perikanan Indonesia yang semakin meningkat. Total produksi ikan Indonesia mengalami peningkatan sebesar 58,12 persen dari tahun 2005 – 2010, yakni dari 6,8 juta ton pada tahun 2005 menjadi 10,8 juta ton pada tahun 2010. Jumlah produksi ikan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005-2010 Tahun
Produksi Ikan Budidaya (Ton)
Produksi Ikan Tangkap (Ton)
Total Produksi (Ton)
2005
2.163.674
4.705.868
6.869.542
2006
2.682.596
4.769.160
7.451.756
2007
3.088.800
4.940.000
8.028.000
2008
3.855.200
5.196.000
9.051.200
2009
4.708.565
5.285.000
9.993.565
2010
5.478.000
5.384.000
10.862.000
Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan (2011)
Ikan merupakan salah satu sumber protein dan memiliki komposisi asam amino yang lengkap, juga diketahui mengandung lemak yang kaya akan asam lemak tak jenuh jamak atau polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang berkhasiat 1.
Sudirman. 2010. Hasil Survei Terbaru Jumlah Pulau Indonesia.Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K). http://www.antaranews.com/berita/1282043158/hasil-surveiterbaru-jumlah-pulau-indonesia [Diakses 30 Januari 2011]
2.
Agusta Ferry. 2009. http://ferragusta.wordpress.com/2009/12/04/konflik-pemanfaatan-sumberdaya-perikanan-laut-kasus-nelayan-di-perairan-utara-jawa-timur. [Diakses 4 Februari 2011]
1
bagi kesehatan. Asam lemak tak jenuh jamak yang banyak terdapat pada ikan adalah asam lemak omega 3, terutama eikosapentanoat/EPA dan asam dokosaheksanoat/DHA (Irianto 1993 dalam Irianto dan Soesilo 2007). Adapun kandungan pada ikan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Ikan Segar per 100 gram Bahan Komponen Kandungan air Protein Lemak Mineral dan vitamin Karbohidrat Bahan organik Edible position
Kadar (%) 66,00 – 68,00 15,00 – 24,00 0,10 – 22,00 2,52 – 4,50 1,00 – 3,00 0,80 – 2,00 45,00 – 50,00
Sumber: Suzuki (1981) dalam www.bi.go.id (2008)
Protein adalah zat makanan utama yang diperlukan untuk pertumbuhan, pengaturan tubuh, proses perkembangan, memperbaiki dan memelihara sel-sel dalam tubuh. Protein juga merupakan komponen yang penting bagi enzim-enzim untuk mengatur dan menjalankan metabolisme serta proses kehidupan lainnya. Selain itu, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi karena memiliki unsur karbon dan sebagian molekulnya dapat dioksidasikan untuk memberikan tenaga3. Kebutuhan manusia akan protein berbeda, tergantung umur, jenis kelamin dan aktivitas yang dilakukan. Apabila diibaratkan sumber protein hewani yang dikonsumsi hanya berasal dari ikan, maka jumlah protein dan ikan yang harus dimakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kebutuhan Manusia akan Protein dan Daging Ikan No
Tipe Manusia
1 2 3 4 5
Anak-anak Laki-laki dewasa Wanita dewasa Wanita hamil Wanita menyusui
Tingkat Kebutuhan Protein Ikan (gram/orang/hari) 25-40 125-200 50-60 250-325 50-55 250-275 60-75 300-375 75-80 375-400
Sumber: Adawyah (2008) 3.
Huda Nurul. 2002. Pembangunan Sumberdaya Manusia Melalui Sumberdaya Kelautan http://www.ppti.usm.my/nurul/publication/NationalSeminar6.pdf [Diakses 2 Februari 2011]
2
Selain protein, ikan juga mengandung asam lemak omega 3 yang berfungsi untuk pertumbuhan otak manusia4, mengurangi penumpukan kolesterol dan melekatnya bintik-bintik darah pada dinding pembuluh darah yang merupakan penyebab dari timbulnya serangan jantung dan stroke5. Melihat potensi ikan Indonesia dan manfaat yang dihasilkan oleh ikan seharusnya tingkat konsumsi ikan per kapita Indonesia sebanding atau bahkan lebih tinggi daripada negara-negara Asia lainnya. Terlihat pada Tabel 4, tingkat konsumsi Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya dan hingga 2010 tingkat konsumsi ikan Indonesia mencapai 30,47 kg/kapita/tahun. Negara-negara Asia lainnya pada tahun yang sama lebih unggul jika dibandingkan Indonesia seperti Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Hongkong dengan tingkat konsumsi secara berturut-turut sebesar 110, 85, 54, 70, 40, dan 80 kg/kapita/tahun 6. Tabel 4. Tingkat Konsumsi Ikan Indonesia Tahun 2005-2010 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tingkat Konsumsi Ikan (kg/kapita/tahun) 23,95 25,03 26,03 28,00 30,17 30,47
Sumber: Pusat data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (2010)
Menurut Widiarti dkk (2010), salah satu penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan Indonesia karena alasan tingkat kepraktisan ketika mengonsumsi ikan. Mengonsumsi ikan dinilai repot dan memerlukan alokasi waktu khusus, karena mengonsumsi ikan utuh harus dikerjakan secara spesial dan tidak dapat dilakukan sambil menyelesaikan pekerjaan lainnya. Melihat hal tersebut, peningkatan ketersediaan produk olahan berbasis ikan yang beragam menjadi kebutuhan yang diutamakan. Adanya pengembangan produk ikan diharapkan mampu memberikan nilai tambah pada ikan dan memberikan variasi produk. 4.
Bank Indonesia. 2008. Pengolahan Ikan Berbasis Fish Jelly Product http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=53101&idrb=48201 [Diakses 2 Februari 2011]
5.
Anonim. 1970. Manfaat Ikan untuk Kesehatan. http://www.balita-anda.com/ensiklopediabalita/228-manfaat-ikan-untuk-kesehatan-.html [Diakses 8 Februari 2011]
6.
Dari asama amino hingga yodium ada di ikan. www.kkp.go.id/index.php/dari-asam-aminohingga-yodium-ada-di-ikan/pdf. Majalah Demersal Edisi Februari 2010 [Diakses tanggal 1 April 2011]
3
Sehingga produk olahan ikan tersebut dinilai tidak merepotkan lagi dan dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Diharapkan dengan melakukan pengembangan produk olahan ikan, tingkat konsumsi ikan nasional akan meningkat. Pengembangan produk olahan
ikan
tersebut tentunya dapat membantu terwujudnya keinginan Departemen Kelautan dan Perikanan yang menargetkan pada tahun 2011 ini tingkat konsumsi ikan nasional mencapai 31,64 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2014 mencapai 38,67 kg/kapita/tahun. Produk olahan tentunya tidak terbatas pada ikan olahan yang disandingkan dengan nasi, tetapi juga produk olahan ikan yang lebih menarik seperti nugget ikan, kaki naga, dan lain-lain. Peningkatan konsumsi ikan daerah tentunya akan berpengaruh pula pada peningkatan konsumsi ikan nasional. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan olahan ikan untuk merangsang tingkat konsumsi ikan di seluruh Indonesia.
Provinsi
Jawa
Barat
merupakan
salah
satu
provinsi
yang
mengupayakan peningkatan konsumsi ikan masyarakatnya. Di Jawa Barat, terdapat tiga kabupaten yang sudah siap menjadi daerah minapolitan7, yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Indramayu8. Tingkat konsumsi ikan masingmasing kabupaten adalah 20,95
9
,
20,36
10
dan 32,07 kg/kapita/tahun11.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa Kabupaten Bogor merupakan kabupaten kedua dengan tingkat konsumsi ikan tertinggi di Jawa Barat. Selain itu Kabupaten Bogor juga memiliki kemudahan dalam mengakses pasar, informasi, dan legalitas usaha karena kedekatannya dengan pusat pemerintahan. Oleh karena itu, Kabupaten Bogor memiliki prospek yang baik untuk dijadikan tempat berbisnis subsektor perikanan termasuk bisnis olahan ikan. Sehingga dengan adanya
7
Daerah minapolitan adalah daerah yang digunakan untuk pengembangan agribisnis berbasis perikanan mulai dari subsistem hulu hingga hilir.
8.
Kawasan Percontohan Minapolitan Tidak Siap. 2011. http://regional.kompas.com/read/ 2011/01/14/04022166/Kawasan.Percontohan.Minapolitan.Tid-ak.Siap [Diakses 2 April 2011]
9.
Wawancara via telepon dengan Kasi Pengolahan Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Bogor (Ibu Lili) [6 April 2011]
10.
Wawancara via telepon dengan Kasi Pengolahan Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi (Ibu Rikah) [6 April 2011]
11.
Wawancara via telepon dengan Kasi Perencanaan Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu (Bapat Sam’un) [6 April 2011]
4
industri pengolahan ikan diharapkan tingkat konsumsi ikan Kabupaten Bogor akan meningkat. Kabupaten Bogor dipilih menjadi daerah minapolitan karena memiliki sumberdaya alam yang cukup mendukung. Selain itu Kabupaten Bogor tahun 2010 menempati urutan ketiga ditingkat nasional dalam kontributor atau pemasok ikan terbesar. Kabupaten Bogor memiliki empat kecamatan yang dijadikan sentra minapolitan yaitu Kecamatan Ciseeng, Parung, Gunung sindur, dan Kemang12. Kecamatan Parung cukup strategis digunakan untuk menjalankan usaha pengolahan ikan. Daerah Parung memiliki akses pasar yang cukup luas, seperti Kota Bogor, Bumi Serpong Damai, Tangerang dan Jakarta. Salah satu perusahaan di Kecamatan Parung yang bergerak dibidang pengolahan ikan yaitu CV Bening Jati Anugrah. 1.2
Perumusan Masalah CV Bening Jati Anugrah atau yang sering dikenal dengan Bening Food
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan ikan yang beralamat di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Perusahaan ini berdiri pada bulan Februari tahun 2007 dengan tenaga kerja yang digunakan dari awal sebanyak enam orang dan kini mencapai enam belas orang. Hingga saat ini perusahaan menyediakan dua belas produk olahan seperti bakso ikan, nugget stik ikan, kaki naga, fish finger, siomay, otak-otak bulat, otak-otak panjang, bakso ikan tahu, lumpia, ekado, keong mas, dan udang gulung. Produk tersebut disajikan dalam kemasan plastik dengan variasi ukuran. Bahan baku produk tersebut adalah ikan pelagis seperti ikan kakap, tuna, dan marlin. Pasokan bahan baku tersebut didapatkan dari wilayah Muara Baru, Muara Angke, Kemang Bogor, dan Pondok Gede. Omzet perusahaan hingga saat ini berfluktuasi dan cenderung menurun. Omzet penjualan CV Bening dapat dilihat pada Tabel 5. Penyebab menurunnya omzet penjualan perusahaan karena perusahaan kesulitan mendapatkan bahan baku ikan. Pada bulan Februari hingga Maret ikan sulit didapatkan karena adanya
12.
Administrator. 2010. Empat Kecamatan Ditetapkan Jadi Sentra Minapolitan. http://antarajawabarat.com/lihat/berita/30675/kabupaten-bogor-kembangkan-minapolitan-diempat-kecamatan [ Diakses 28 Februari 2011]
5
musim paceklik dimana terjadi angin yang kencang dan ombak besar sehingga nelayan jarang melaut. Jika dilihat pada Tabel 5, terlihat perbedaan omzet perusahaan pada Februari 2010 dengan Februari 2011. Pada Februari 2010 ikan sulit didapatkan, namun pasokan ikan nasional masih didukung dengan adanya impor ikan. Adanya bahan baku ikan yang berasal dari impor membuat pasokan bahan baku ikan perusahaan dapat terpenuhi dan omzet perusahaan tetap tinggi. Hal ini berbeda dengan bulan Februari 2011. Pada bulan ini terjadinya musim paceklik benar-benar dirasakan oleh para pengusaha pengolahan ikan, termasuk Bening. Impor ikan yang menjadi solusi pada musim paceklik tahun lalu tidak dapat diandalkan lagi. Semenjak adanya peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Impor yang diterbutkan bulan Agustus 2010, KKP lebih memperketat pemeriksaan impor ikan yang masuk. Perusahaan importir ikan tersebut ternyata banyak yang tidak memiliki perizinan, sehingga banyak ikan yang ditahan di pelabuhan ataupun di bandar udara. Penahanan tersebut membuat pasokan ikan nasional tidak dapat memenuhi kebutuhan ikan dalam negeri, termasuk kebutuhan bahan baku pada usaha pengolahan ikan. Hal inilah yang menyebabkan omzet pada Februari 2011 turun drastis. Tabel 5. Omzet Penjualan Olahan Ikan CV Bening Jati Anugrah Tahun
2010
2011
Bulan
Omset (Rp)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari
147.070.800 114.062.100 103.541.100 92.312.400 107.744.700 169.549.500 136.384.500 52.950.000 96.750.000 85.615.000 99.060.000 107.580.000 95.001.250 82.333.000
Sumber: CV Bening Jati Anugrah (2011)
6
Hingga tahun 2009 jumlah perusahaan olahan ikan di Kabupaten Bogor mencapai lima puluh perusahaan baik perusahaan sejenis ataupun perusahaan olahan ikan lainnya (Lampiran 1). Salah satu perusahaan yang menjadi pesaing utama Bening adalah CV Sakana. Kesulitan bahan baku tersebut semakin terasa karena Bening barus mempu membuat cara untuk mendapatkan bahan bakyu lebih cepat daripada perusahaan pengolahan ikan lainnya. Jika dilihat, CV Sakana memiliki kemampuan untuk memperoleh informasi lebih cepat mengenai ketersediaan bahan baku karena perusahaan mengirimkan dua orang ke daerah pasokan ikan. Selain itu, CV Sakana juga didukung oleh modal yang kuat jika dibandingkan dengan CV Bening sehingga dengan uang dimuka yang diberikan kepada pemasok ikan membuat perusahaan mampu menguasai bahan baku ikan tersebut meskipun musim paceklik datang. Terjadinya perubahan dalam lingkungan eksternal perusahaan dan kecepatan mendapatkan bahan baku pada musim paceklik tersebut, mengharuskan perusahaan membuat strategi yang tepat, terutama strategi dalam pengadaan bahan baku ikan sehingga kegiatan produksi tidak terganggu. Adanya strategi yang tepat untuk saat ini ataupun untuk beberapa tahun ke depan membuat perusahaan lebih siap dalam menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dengan melihat pula pada lingkungan internal yang perusahaan miliki. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji pada penelitian antara lain: 1.
Apa saja faktor-faktor eksternal yang dihadapi CV Bening Jati Anugrah?
2.
Apa saja faktor-faktor internal yang ada pada CV Bening Jati Anugrah?
3.
Apa saja alternatif strategi yang dapat digunakan CV Bening Jati Anugrah yang sesuai dengan kondisi perusahaan?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor eksternal yang dihadapi CV Bening Jati Anugrah 2. Menganalisis faktor-faktor internal yang ada pada CV Bening Jati Anugrah.
7
3. Merumuskan alternatif strategi bisnis yang dapat dilakukan oleh CV Bening Jati Anugrah. 1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, maka manfaat dari penelitian
ini adalah: 1. Bagi pihak CV Bening Jati Anugrah, dapat dijadikan bahan pertimbangan perusahaan untuk menentukan strategi-strategi yang dapat digunakan untuk periode selanjutnya. 2. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi peneliti dapat menjadi suatu pelajaran untuk menambah pengalaman di lapang, wawasan, dan ilmu pengetahuan mengenai industri agribisnis terutama dalam hal pengolahan ikan. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada usaha pegolahan ikan CV Bening Jati Anugrah.
Batasan analisis lingkungan internal yaitu lingkungan perusahaan dengan menggunakan rantai nilai dan lingkungan eksternal dengan menggunakan lingkungan jauh dan lingkungan industri. Pada penelitian hanya membahas mengenai tahapan perumusan strategi.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Gambaran Umum Ikan Pelagis Ikan pelagis yaitu jenis-jenis ikan yang sebagian besar menghuni perairan
sekitar atau dekat dengan permukaan laut. Ikan pelagis dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan pelagis besar meliputi ikan tuna, cakalang, tongkol, cucut, dan marlin. Sedangkan ikan pelagis kecil meliputi layang, kembung, lemuru, tembang, bentong, selar, dan cumi-cumi (BRKP 2004). Ikan pelagis pada umumnya berenang berkelompok dalam jumlah yang sangat besar yang bertujuan untuk mempermudah ikan-ikan tersebut mencari makan ataupun mencari pasangannya. Ikan pelagis besar biasanya dapat ditemukan dekat terumbu karang atau tubiran, dan juga ditemukan di laut terbuka dengan suhu yang berubah-ubah, bahkan ada beberapa ikan pelagis besar di terumbu yang dalam13. 2.2
Manfaat Ikan Pelagis Ikan pelagis merupakan sumber yang baik untuk vitamin A dan D serta
asam lemak yang kaya omega 3 (ikan putih juga mengandung nutrisi yang sama tetapi pada tingkat yang lebih rendah), sehingga dapat dikatakan mengonsumsi ikan pelagis lebih bermanfaat bagi manusia bila dibandingkan dengan ikan putih, terutama mengenai penyakit kardiovaskuler. Penelitian menunjukkan bahwa omega 3 asam lemak dalam minyak ikan dapat membantu penderita depresi, mengurangi kemungkinan penyakit jantung. Manfaat ikan pelagis lainnya yaitu penurunan gejala demensia14, penelitian di Prancis yang diterbitkan pada tahun 2002 dalam British Medical Journal yang diikuti 1.674 penduduk lanjut usia di Perancis Selatan selama tujuh tahun, membandingkan antara penduduk yang mengonsumsi daging dengan mengonsumsi makanan laut (ikan pelagis) dan kaitannya dengan gejala demensia. Kesimpulannya adalah bahwa penduduk yang mengonsumsi ikan sedikitnya 13
. Yoxx. 2010. Sedikit Tentang Ikan Pelagis.http://yoxx.blogspot.com/2010/05/sedikit-tentangikan-pelagis.html [Diakses 2 Februari 2011]
14
. Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. http://www.indonesiaindonesia.com /f/9956-demensia/ [Diakses 8 Februari 2011]
9
sekali dalam seminggu memiliki risiko lebih rendah terkena demensia dibandingkan dengan penduduk yang mengonsumsi daging. Selain itu, sebuah study tahun 2009 di British Journal of Ophthalmology menyimpulkan bahwa asam lemak omega 3 dalam ikan pelagis menguntungkan baik dalam mencegah dan memperlambat perkembangan degenerasi makula15 terkait usia pada orang tua. Para peneliti menyarankan bahwa orang yang berisiko demensia harus makan dua porsi minyak ikan per minggu16. Bukti lain dari manfaat mengonsumsi ikan laut yang dimuat dalam jurnal Circulation, sebuah jurnal kesehatan terkemuka pada tahun 2004, dijelaskan oleh seorang peneliti Denmark pada tahun 1970, ahli kesehatan jantung. Mereka menemukan fakta rendahnya kasus kematian orang Eskimo akibat penyakit jantung koroner, walaupun mereka banyak mengonsumsi makanan berlemak tinggi. Hal tersebut terjadi karena ternyata orang Eskimo mempunyai kebiasaan menyantap daging ikan. Hal tersebut karena daging ikan memiliki kandungan asam lemak omega 3 yang berperan dalam melindungi jantung. Daging ikan mampu menurunkan kolesterol dalam darah, memperbaiki fungsi dinding pembuluh darah, menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya penggumpalan darah, dan sangat berguna bagi sistem pembentukan otak. Deretan manfaat ikan ini bagi jantung masih bertambah lagi seiring penelitian para ilmuwan. Salah satu yang terbaru adalah mencegah timbulnya Fibrilasi Atial (FA), suatu jenis gangguan irama jantung yang sering terjadi pada orang tua17. 2.3
Gambaran Industri Pengolahan Ikan Agroindustri perikanan merupakan salah satu rantai penting dalam
agribisnis. Adanya agroindustri pengolahan ikan membuat kita mudah dalam mendapatkan zat gizi yang ada pada ikan dalam bentuk olahan apapun. 15.
Degenerasi makula adalah suatu keadaan dimana macula mengalami kemunduran sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral. Makula adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling vital dari retina yang memungkinkan mata melihat detil-detil halus pada pusat lapang pandang. 2009. Degenerasi makula. http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/referat-degenerasimakula/ [Diakses 8 Februari 2011]
16.
Yoxx. 2010. Sedikit tentang ikan pelagis. http://yoxx.blogspot.com/2010/05/sedikit-tentangikan-pelagis.html [Diakses 2 Februari 2011]
17.
Qimindra, fajar rudy. 2009. Manfaat ikan bagi kesehatan. http://konsultasikesehatan.net/index. php / 2008/02/manfaat-ikan-laut-bagi-kesehatan/ [Diakses 6 Januari 2010)
10
Pengolahan ikan ini dilakukan untuk memperbaiki cita rasa, dan meningkatkan daya tahan ikan mentah, serta memaksimumkan manfaat hasil tangkapan maupun hasil budidaya. Industri pengolahan ikan telah banyak tersebar khususnya di Indonesia yang merupakan Negeri Bahari. Berbagai jenis produk telah dihasilkan dengan berbagai merek18. Dirjen Pengolahan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Mariani Huseini, pada tahun 2010 mengatakan bahwa dari 59.839 unit industri pengolahan ikan di Indonesia, baru ada 422 unit industri yang memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP). Sejumlah kendala yang membuat industri perikanan tidak ingin melakukan sertifikasi diantaranya keterbatasan bahan baku, permodalan, dan juga hambatan kebijakan. Padahal, prospek industri perikanan ini sangat baik untuk pasar lokar ataupun pasar luar negeri. Menurut catatan FAO (2007), Indonesia termasuk sebagai negara produsen perikanan ketiga terbesar di dunia. Namun kenyataannya, industri pengolahan ikan yang berjalan di dalam negeri belum mampu memanfaatkan secara penuh produksi ikan yang ada karena tingginya ekspor bahan baku berupa ikan segar. Hingga tahun 2010, industri pengolahan ikan, baik yang skala besar maupun skala kecil dan menengah belum mampu meningkatkan perekonomian negara19. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2004), Indonesia memiliki 327 sentra agroindustri perikanan dengan sentra utama di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara20. Permasalahan industri perikanan yang terlihat di Jawa Barat, menurut penelitian Rahayu (2009), yaitu rendahnya mutu produk dan rendahnya bahan baku serta lemahnya kemampuan teknologi. Oleh karena itu diperlukan desain untuk meningkatkan daya saing industri pengolahan. Peningkatan daya saing 18.
Ehsa. 2010. Industri Pengolahan Ikan. http://ehsablog.com/industri-pengolahan-ikan.html. [diakses 8 Februari]
19.
P2HP. 2010. Baru 422 Unit Industri Pengolahan Ikan Miliki SKP. http://bataviase.co.id/node /338386. [Diakses 8 Februari]
20.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2004. dalam Rahayu, D L. 2009. Desain Peningkatan Daya Saing Industri Pengolahan Ikan Berbasis Perbaikan Kinerja Mutu dalam Rantai Pasokan Ikan Laut Tangkapan Di Wilayah Utara Jawa Barat.
11
industri pengolahan ikan dapat dilakukan dengan perbaikkan kinerja mutu pada rantai pasok, untuk mewujudkan itu diperlukan beberapa pihak terkait diantaranya Dinas Perikanan Daerah, Dinas Perindustrian Daerah, DKP, Departemen Perindustrian, Pemerintah Pusat dan Daerah, Kementrian KUKM, lembaga bantuan permodalan, serta seluruh pelaku yang terlibat dalam rantai pasok industri pengolahan ikan laut tangkapan. Rekomendasi yang ditawarkan salah satunya adalah bantuan permodalan bagi nelayan dan industri pengolahan ikan skala kecil dan menengah dalam upaya memperbaiki mutu kerja dan produk. Selain itu di Kabupaten Bangka, Fonna (2004) menyimpulkan bahwa kegiatan industri pengolahan ikan di Kabupaten Bangka dipengaruhi oleh kegiatan para nelayan dalam mencari ikan di laut. Hal ini dilihat dari penggunaan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri pengolahan ikan hampir semuanya dihasilkan oleh nelayan. Tidak semua industri pengolahan ikan bisa mendapatkan bahan baku ikan langsung dari nelayan atau tempat pelelangan ikan, sebagian harus melalui pedagang. Padalah penyediaan bahan baku yaitu ikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberlanjutan usaha pengolahan ikan. Pelaku yang terlibat antara lain nelayan, pedagang, dan industri pengolahan. Ketiga komponen tersebut memiliki kepentingan searah, maksudnya ada hubungan saling melengkapi, dimana nelayan menjual hasil tangkapannya kepada pedagang, dan selanjutnya pedagang menyuplai bahan baku untuk industri pengolahan ikan. Hambatan yang terjadi disalah satu komponen akan menyebabkan kegiatan pengolahan terganggu. Hambatan yang terjadi dihampir semua usaha pengolahan ikan adalah permodalan dan menyangkut kebijakan pemerintah daerah terhadap usaha industri pengolahan ikan. Dibutuhkan kerjasama dengan sistem kontrak yang kuat agar pengadaan pasokkan bahan baku berjalan lancar sehingga tidak menghambat proses produksi pada industri pengolahan ikan. Industri pengolahan ikan di Kabupaten Bangka menerapkan sistem kontrak yaitu kontrak dalam penyediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan, kontrak dalam proses produksi, dan kontrak dalam pemasaran hasil produk olahan. Produk olahan ikan di Kabupaten Bangka terdiri dari terasi, abon ikan, kerupuk ikan, rusip, dan ikan kering.
12
Industri pengolahan ikan lainnya yaitu industri pengolahan ikan di Jawa Timur yaitu di Kabupaten Tuban. Salah satu industri pengolahan ikan di sana adalah industri pengolahan kerupuk ikan. Menurut Sampono (2007), industri pengolahan ikan di Kabupaten Tuban dilakukan karena upaya peningkatan pendapatan per kapita nelayan Tuban. Industri pengolahan ikan di Kabupaten Tuban, Kecamatan Tambak Boyo masih berupa home industry. Home industry kerupuk ikan yang ada adalah sentra nelayan Tuban, karena semua pemilik sentra juga sebagai nelayan dengan kegiataan sehari-hari menangkap ikan. Pekerjaan mengolah ikan merupakan usaha sampingan. Hampir di seluruh sentra belum ada yang mengusahaan pengolahan kerupuk ikan sebagai usaha utama. Hal tersebut memperlihatkan bahwa masih ada peluang dan prospek untuk mengembangkan sentra tersebut menjadi lebih besar lagi. Pengembangan usaha dapat dilakukan dengan melihat faktor peralatan, kebijakan, dan tenaga kerja. Pada kasus ini diperlihatkan bahwa peralatan berpengaruh positif terhadap kualitas produksi. Peralatan yang lebih baik dapat meningkatkan kualitas dari setiap produksi kerupuk ikan, selain itu terlihat pula pengaruh positif antara kebijakan dengan tenaga kerja, ketika kebijakan memihak terhadap keberlangsungan home industry maka minat tenaga kerja akan semakin meningkat dan tenaga kerja akan semakin menekuni usaha tersebut. Hubungan timbal balik atau interaksi antara home industry dengan kebijakan pemerintah di Tuban sangat lemah. Hal ini berarti kebijakan pemerintah tidak banyak berpengaruhnya terhadap home industry yang ada atau sebaliknya. Hal ini terjadi karena home industry merupakan pekerjaan samping. Penyebab industri kerupuk ikan di Tuban kurang berkembang adalah karena kelemahan sumberdaya manusia, peralatan yang sangat sederhana, kekurangan modal untuk mendapatkan bahan baku yang lebih banyak, dan metode pemasaran yang masih tradisional. 2.4
Prospek Produk Olahan Ikan Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan
mengandung lemak omega 3 tentunya sangat dibutuhkan bagi tubuh. Namun seperti yang kita ketahui, ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak (membusuk). Oleh karena itu agar ikan dan hasil perikanan lainnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, perlu dijaga kondisinya. Pengolahan 13
merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari hasil proses pembusukan, sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk dijadikan sebagai bahan konsumsi. Pada mulanya, usaha-usaha yang dilakukan dalam pengolahan ikan dikerjakan secara tradisional. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, usaha dalam pengolahan ikan pun ikut berkembang pesat dengan makin banyaknya peralatan mekanis yang digunakan dalam proses pengolahan ikan tersebut. Sehingga dengan peralatan yang cukup modern, proses pengolahan ikan menjadi lebih cepat dan memperbanyak produksi akhir serta mampu memperbaiki hasil olahan. Menurut Balai Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan tahun 2008, perkembangan produk olahan mulai mendapatkan perhatian dari kalangan pengusaha yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya variasi produk olahan yang ada di pasaran. Produk olahan ikan antara lain bakso ikan, nugget ikan, kaki naga, otak-otak, dan lain-lain. Produk-produk tersebut saat ini makin banyak diusahakan oleh perusahaan karena produk tersebut tentunya sedang diminati masyarakat (Adawyah 2008). 2.5
Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan terdahulu dapat dijadikan referensi penulis untuk kemungkinan-
kemungkinan menentukan faktor-faktor lingkungan perusahaan. Tentunya tinjauan terdahulu tersebut masih memiliki kedekatan dengan penelitian penulis. Penelitian Ardhi (2008) membuat rancangan strategi pengembangan usaha melalui pendekatan arsitektur strategik (Studi kasus BANISI, Kec. Soreang, Kab. Bandung, Jawa Barat). Peneliti membuat sebuah rancangan strategi untuk perusahaan olahan ikan, yaitu dengan menentukan strategi terlebih dahulu peneliti melakukan analisis lingkungan umum dan analisis lingkungan industri untuk mengidentifikasi lingkungan eksternal serta menggunakan pendekatan rantai nilai untuk mengidentifikasi lingkungan internal. Matriks IFE dan EFE serta matriks IE untuk
mengetahui
strategi
inti
perusahaan,
matriks
SWOT
untuk
memformulasikan strategi dan arsitektur strategi untuk merancang strategi-strategi dari matriks SWOT. Berdasarkan analisis matriks EFE dapat diketahui bahwa adanya dukungan dari pemerintah merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh perusahaan. Sedangkan ancaman terberat yang dihadapi perusahaan adalah 14
adanya produk pengganti. Berdasarkan analisis IFE diketahui bahwa pengendalian mutu yang diterapkan oleh perusahaan menjadi kekuatan utama. Kelemahan utama dari BANISI adalah tumpang tindih pekerjaan. Dari analisis Matriks IE diperoleh posisi perusahaan terletak pada kuadran V. Pada posisi ini perusahaan dapat dikelola dengan strategi pertahanan dan pelihara, yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis SWOT didapat beberapa strategik yang kemudian dibuatkan rancangan arsitektur strategiknya. Strategi tersebut seperti memelihara hubungan baik dengan stakeholders, yaitu pemasok, agen, dan konsumen. Selain itu strategi lainnya yaitu meningkatkan jumlah produksi dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada, memperbaiki profesionalitas manajemen, pengembangan perusahaan dengan pemanfaatkan bantuan modal, mencari alternatif bahan baku dari komoditas lain, upaya pengembangan perusahaan dengan partnership, melakukan promosi secara intensif dan efektif, meningkatkan teknologi produksi dan informasi. Strategi tersebut dipetakan ke dalam lima tahun mendatang dalam arsitektur strategik. Penelitian Hukmi (2010) menganalisis kelayakan pengembangan usaha pengolahan ikan asap (kasus pada Aneka Ikan Asap IACHI Petikan Cita Halus (PCH), Desa Raga Jaya, Kecamatan Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Peneliti menggunakan dua aspek untuk menentukan kelayakan usaha, yaitu analisis aspek-aspek non finansial dan analisis aspek-aspek finansial. Berdasarkan hasil aspek-aspek non finansial, yaitu aspek komersial, aspek teknis, aspek institusional, organisasi, dan manajerial, aspek sosial dan lingkungan dan aspek ekonomi, usaha pengolahan ikan asap PCH layak untuk dijalankan. Analisis aspek-aspek finansial menggunakan dua sekenario. Sekenario usaha I merupakan keadaan usaha pada saat ini. Sekenario II merupakan kondisi usaha setelah melakukan perbaikan packaging dan sudah memiliki brand image IACHI yaitu pada tahun 2009. Berdasarkan analisis aspek-aspek finansial terhadap dua skenario, kedua skenario usaha layak untuk dijalankan PCH yaitu pada saat usaha melakukan perbaikan packaging produk ikan asap dan mengalami peningkatan produksi. Berdasarkan perbandingan switching value terhadap kedua skenario diperoleh bahwa skenario II lebih menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki nilai 15
sensitivitas yang paling rendah terhadap kemungkinan perubahan biaya dan manfaat yang terjadi. Oleh karena itu pengembangan usaha pengolahan ikan asap dengan skenario II yaitu kondisi usaha pada saat melakukan peningkatan produksi menjadi 100 kg per hari. Penelitian lain yang pernah dilakukan adalah penelitian oleh Amir (2008) mengenai strategi pengembangan usaha abon ikan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang paling cocok digunakan KUB Hurip dalam mengembangkan usaha abon ikan tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis Matriks EFE dan IFE, Matriks IE, Analisis SWOT, Metode PHA (Proses Hirarki Analitik). Berdasarkan penelitian tersebut dilihat dari faktor eksternal lingkungan didapat peluang dan ancaman. Peluang yang dihadapi adalah adanya dukungan Pemda Sukabumi dalam pengembangan UKM di Sukabumi, perkembangan teknologi yang semakin maju dan adanya peluang ekspansi pemasaran. Sedangkan ancaman yang dihadapi adalah kenaikkan harga BBM, ancaman masuknya pendatang baru cukup besar, ketidaktersediaan bahan baku karena perubahan musim, adanya produk substitusi, dan daya beli pelanggan menurun. Dilihat dari faktor internal perusahaan, kekuatan perusahaan yaitu lokasi perusahaan strategis, rasa dan tekstur produk yang baik, adanya labelisasi kemasan, pengalaman perusahaan selama empat belas tahun, loyalitas pelanggan, adanya hubungan kekeluargaan dan kerja sama yang kuat dan telah ada pembagian tugas. Hasil dari matriks IE menunjukkan posisi KUB Hurip Mandiri di kuadran II yang memberikan rekomendasikan untuk tumbuh dan berkembang. Strategi intensif dapat menjadi strategi yang paling sesuai. Matriks SWOT menghasilkan tujuh alternatif strategi yaitu memperluas jaringan distribusi dan pemasaran, melakukan pengembangan produk melalui penganekaragaman rasa dan kemasan, aktif melakukan kegiatan promosi, mengoptimalkan volume produksi, meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan kepada konsumen dan pemasok, melakukan penghematan biaya, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam kemampuan manajemen. Hasil pengolahan PHA diperoleh prioritas alternatif strategi pengembangan usaha abon ikan yaitu: 1) meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan kepada 16
konsumen serta pemasok, 2) aktif melakukan kegiatan promosi, dan 3) memperluas jaringan distribusi dan pemasaran. Tresnaprihandini (2006) yang memformulasikan strategi pengembangan usaha kerupuk udang dan ikan pada perusahaan “Candramawa” di Kabupaten Indramayu. Berdasarkan Matriks EFE diketahui peluang terbesar yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan adalah tingkat konsumsi kerupuk terus meningkat. Sedangkan berdasarkan matriks IFE ancaman terbesar yang akan dihadapi perusahaan adalah perusahaan pesaing lebih cepat dalam mengadaptasi teknologi. Berdasarkan analisis dari matriks IE dan SWOT dihadapkan beberapa strategi yang dapat dijalankan perusahaan antara lain meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, menjalin kerjasama dengan perusahaan besar pengekspor kerupuk, memperluas wilayah distribusi produk ke wilayah yang potensial yang belum pernah dijangkau pesaing maupun perusahaan, bekerjasama dengan pemerintahan daerah setempat untuk mendapatkan kemudahan memperoleh bahan baku, fasilitas dan perlindungan hukum, dan lain sebagainya, dari analisis QSPM maka prioritas strategi alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh perusahaan “Candramawa” adalah menjalin kerjasama dengan perusahaan besar pengekspor kerupuk. Fatimah (2009) menganalisis mengenai strategi bisnis pengolahan ikan asap Petikan Cita Halus di Desa Regajaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini pada intinya sama yaitu menganalisis lingkungan eksternal dengan menggunakan matriks EFE dan internal perusahaan dengan menggunakan matriks IFE. Kemudian dicocokan dengan matriks IE dan SWOT serta tahapan terakhir yaitu analisis QSPM. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal didapatkan peluang yaitu komitmen pemerintah dalam mendukung usaha olahan ikan, permintaan untuk ekspor masih besar, belum banyaknya kompetitor di wilayah Jawa, konsumsi masyarakat Indonesia terhadap ikan masih tinggi, meningkatnya kesadaran akan makanan bergizi dan sehat bagi tubuh, perkembangan teknologi untuk mempercepat proses produksi, penyakit yang bersumber dari hewan non perikanan semakin banyak, Sumber daya tenaga kerja masih murah dan mudah diperoleh. Sedangkan yang menjadi ancaman perusahaan yaitu sistem pembayaran supermarket yang tidak tunai, bahan baku 17
ikan air laut yang bersifat musiman membuat produksi tidak kontinu, produk ikan asap belum populer jika dibandingkan dengan produk olahan ikan lain di pasaran. Berdasarkan analisis lingkungan internal didapatkan kekuatan perusahaan yaitu: memiliki struktur organisasi yang sederhana dan ringkas, menerapkan sistem kekeluargaan dengan karyawan, produknya berasal dari ikan air tawar dan ikan air laut, produknya telah mendapatkan sertifikasi SNI dan label halal, harga lebih murah dibanding kompetitornya, mempunyai jaringan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku (ASPPI), waktu penhgasapan yang cepat (efisiensi produksi), memiliki jaringan kerjasama dengan Lembaga Penelitian IPB, Sudah menggunakan komputer dan menerima pesanan melalui email. Sedangkan yang menjadi kelemahan, antara lain: rendahnya keterampilan karyawan harian, pengetahuan serta pengalaman pemilik dan karyawan bagian pemasaran kurang terutama untuk pasar ekspor, sarana promosi masih kurang, modal usaha terbatas, ketergantungan yang tinggi terhadap satu pemasok bahan baku ikan air laut. Setelah melakukan pembobotan dan peratingan maka kemudian kondisi perusahaan dicocokkan ke dalam matriks IE. Matrik IE memperlihatkan bahwa perusahaan berada pada posisi V yaitu strategi mempertahankan dan memelihara. Alternatif strategi dari analisis SWOT antara lain: memanfaatkan teknologi dan tenaga kerja untuk memacu dan menambah jumlah produksi secara kontinu, melakukan ekspor dengan merek sendiri, peningkatan kapasitas karyawan harian serta peningkatan pengetahuan pemilik dan para manajer mengenai pasar ekspor, melakukan pinjaman melalui kredit usaha kecil yang dikeluarkan bank-bank pemerintah, mengidentifikasi produk ikan yang paling digemari sehingga bisa memproduksi sesuai perbandingan dari keterampilan konsumen, membuka kerjasama dengan pemasok-pemasok lain, melakukan renegosiasi kerjasama dengan supermarket yang sedang berjalan dan membuka kesempatan untuk bekerjasama dengan pihak lain, melakukan promosi melalui website dengan mengedepankan jenis produk dan harga, memperluas media promosi produk, meningkatkan kerjasama dengan pemasok, melakukan penetrasi pasar secara intensif baik melalui pameran maupun sistem keagenan. Strategi tersebut kemudian diberi prioritas dengan menggunakan
18
QSPM. Prioritas utama adalam melakukan penetrasi pasar secara intensif baik melalui pameran maupun sistem. Berdasarkan penelitian terdahulu pada Tabel 6 yang telah dilakukan, terdapat beberapa perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini. Secara umum perbedaan terletak pada lokasi dilakukan penelitian. Sedangkan secara umum persamaannya adalah penelitian yang dikaji sama yaitu mengenai produk olahan ikan. Penelitian Ardhi (2006) memiliki perbedaan yaitu tempat penelitian dan komoditi yang diteliti yaitu produk olahan ikan bandeng serta menggunakan analisis matriks EFE dan IFE, matriks IE, sedangkan konsep alat analisisnya sama yaitu menggunakan matriks SWOT dan pendekatan arsitektur strategik. Penelitian Amir (2008) memiliki perbedaan yaitu tempat penelitian dan metode yang digunakan yaitu matriks EFE, IFE dan mtriks IE serta menggunakan metode PHA, serta mengkaji tentang usaha abon ikan sedangkan persamaannya adalah alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan SWOT. Penelitian Hukmi (2010) memiliki perbedaan yaitu tempat penelitian, konsep penelitian yaitu studi kelayakan, dan alat analisis yang digunakan yaitu NPV, Net B/C, IRR, Payback Period, BEP, Analisis switching value serta mengkaji mengenai pengolahan ikan asap. Penelitian Tresnaprihandini (2008) memiliki perbedaan yaitu tempat penelitian serta alat analisis yang digunakan adalah analisis matriks EFE dan IFE, matriks IE dan matriks QSPM, produk yang dibahas adalah kerupuk udang dan kerupuk ikan. Sedangkan persamaannya adalah alat analisis yaitu matriks SWOT. Begitu pula dengan penelitian Fatimah (2009) yang berbeda dari tempat penelitian, serta menggunakan matriks IE serta matriks QSPM. Melihat hal tersebut maka penelitian ini yang berjudul Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor merupakan penelitian yang dapat dijadikan pelengkap dari penelitian sebelumnya terkait usaha pengolahan ikan.
19
Tabel 6. Tinjauan Penelitian Terdahulu No 1
Nama Ardhi (2008)
2
Amir (2008)
3
Hukmi (2010)
4
Tresnaprihandini (2006)
5.
Fatimah (2009)
Judul Penelitian Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Melalui Pendekatan Arsitektur Strategik (Studi Kasus BANISI, Kec. Soreang, Kab. Bandung, Jawa Barat) Strategi Pengembangan Usaha Abon Ikan Di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi. Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan Asap (Kasus pada Aneka Ikan Asap IACHI Petikan Cita Halus (PCH), Desa Raga Jaya, Kecamatan Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Kerupuk Udang dan Ikan Pada Perusahaan “Candramaya” Di Kabupaten Indramayu Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Asap Petikan Cita Halus Di Desa Regajaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Alat Analisis Analisis Matriks IFE dan EFE, Matriks IE, Analisis SWOT, Arsitektur strategik
Analisis Matriks EFE dan IFE, Matriks IE, Analisis SWOT, Metode PHA (Proses Hirarki Analitik). NPV, Net B/C, IRR, Payback Period, BEP, Analisis switching value
Analisis Matriks IFE dan EFE, Matriks IE, Analisis SWOT, Matriks QSPM
Analisis Matriks EFE dan IFE, Matriks IE, Analisis SWOT, QSPM
20
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Manajemen Strategis Manajemen strategis adalah sebuah seni dan pengetahuan dalam
merumusakan, mengimplementasikan serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional, sehingga dengan hal tersebut suatu organisasi mampu mencapai tujuannya. Manajemen strategi dapat mengeksploitasi serta serta menciptakan peluang yang mungkin muncul di hari kemudian dan juga membuat sesuatu yang berbeda dengan organisasi lainnya yang tentunya didasari dengan melihat kondisi lingkungan eksternal dan internal organisasi (David 2009). 3.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategis Proses manajemen strategis dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap melakukan formulasi strategi, tahap implementasi, dan tahap evaluasi strategi. Proses manajemen strategis tersebut dapat dijelaskan dengan sebuah model yaitu model manajemen strategis komprehensif (David 2009).
Melakukan Audit Eksternal
Mengembangkan Pernyataan Visi dan Misi
Menetapkan Tujuantujuan Jangka Panjang
Menciptakan, Mengevaluasi, dan Memilih Strategi
Menerapkan Strategi Isu-Isu Manajemen
Menerapkan Strategi Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Litbang, dan SIM
Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja
Melakukan Audit Internal
Gambar 1.
Perumusan
Penerapan
Evaluasi
Strategi
Strategi
Strategi
Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2009) hal. 21
21
Gambar 1 menjelaskan tahapan-tahapan dalam manajemen strategi. Tahapan
perumusan
strategi
(formulasi
strategi)
meliputi
kegiatan
mengembangakan visi dan misi perusahaan, melakukan identifikasi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang perusahaan sehingga didapatkan alternatif strategi hingga akhirnya dapat memilih strategi untuk perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Porter (1992), yaitu rantai nilai untuk menganalisis lingkungan internal perusahaan dan analisis lingkungan eksternal menggunakan pendekatan David (2009) dan Porter (1980). Formulasi strategi adalah suatu proses penyusunan perencanaan jangka panjang yang membutuhkan proses analitis yang baik. Jadi di dalam perencanaan strategis ini analisis-analisis baik pada tingkat korporat maupun pada tingkat bisnis sangat dibutuhkan (Rangkuti 2005). Tujuannya adalah untuk menyusun strategi sehingga sesuai dengan misi, sasaran serta kebijakan perusahaan. Tahapan ini lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas utama yaitu menyiapkan strategi alternatif, pemilihan strategi dan menetapkan strategi yang akan digunakan (Dirgantoro 2001). Tahap kedua adalah tahap penerapan strategi. Tahapan ini perusahaan melakukan banyak isu-isu untuk membuat sumberdaya yang ada dapat digunakan untuk menerapkan strategi yang telah ditetapkan. Menurut Dirgantoro (2001), aktivitas pada tahap ini mencakup menetapkan tujuan tahunan, menetapkan kebijakan, memotivasi karyawan, mengembangkan budaya yang mendukung, menetapkan
struktur
organisasi
yang
efektif,
menyiapkan
budget,
mendayagunakan sistem informasi dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan performance perusahaan. Tahapan ketiga adalah tahap evaluasi strategi. Pada tahapan ini, perusahaan melakukan penilaian terhadap strategi yang telah diterapkan perusahaan, sehingga diketahui efektivitas dari implementasi strategi. Evaluasi strategi mencakup aktivitas melihat ulang faktor internal dan eksternal perusahaan yang merupakan dasar dari strategi yang sudah ada, menilai performance strategi, serta melakukan langkah koreksi terhadap apa yang telah dilakukan (Dirgantoro 2001).
22
3.1.3
Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Salah satu langkah untuk melakukan perumusan strategi adalah penetapan
visi dan misi perusahaan, sehingga strategi yang dihasilkan sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Menurut David (2009), visi adalah suatu kalimat yang menjelaskan “apa yang ingin dicapai perusahaan?”, “ingin menjadi apa suatu perusahaan tersebut?”, sedangkan menurut Dirgantoro (2001), visi adalah suatu pandangan yang jauh tentang perusahaan melipiti tujuan-tujuan perusahaan, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan visi bukan sebatas anganangan yang tidak dapat direalisasikan oleh perusahaan. Misi merupakan tujuan dan alasan mengapa perusahaan ada. Misi digunakan untuk memberikan arahan sekaligus batasan proses pencapaian tujuan, membantu
memfokuskan
usaha,
dasar
bagi
pengalokasian
sumberdaya,
menerapkan kerangka tanggung jawab dalam perusahaan, serta sebagai dasar bagi pengembangan tujuan organisasi (Dirgantoro 2001). Sedangkan menurut David (2009), misi merupakan fondasi bagi prioritas, strategi, rencana, dan penugasan kerja yang pada akhirnya memperlihatkan perbedaan antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. 3.1.4 Lingkungan Perusahaan Bisnis dan perusahaan adalah suatu sistem yang berkaitan dengan sekumpulan faktor tertentu yang dapat mempengaruhi arah dan kebijakan perusahaan dalam mengelola bisnisnya. Lingkungan bisnis dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar kendali perusahaan, terdiri dari variabel-variabel di luar organisasi yang memberikan peluang dan ancaman kepada perusahaan. Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri. Sedangkan lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan yang mencakup kekuatan dan kelemahan perusahaan (Umar 2008). Lingkungan jauh dapat dikaji dengan menggunakan beberapa aspek, yaitu: (1) kekuatan ekonomi, (2) kekuatan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan, (3) kekuatan politik, pemerintah, dan hukum, (4) kekuatan teknologi. Analisis kekuatan kompetitif atau analisis lingkungan industri dapat dikaji melalui aspek23
aspek yang terdapat dalam konsep strategi bersaing dari Michael E. Porter, yaitu dengan melihat pada model lima kekuatan persaingan yang meliputi: 1 ancaman pendatang baru, 2 persaingan dalam industri, 3 kekuatan pemasok, 4 kekuatan konsumen dan 5 ancaman produk substitusi. Sedangkan lingkungan internal dikaji melalui pendekatan rantai nilai. Menurut Dirgantoro (2001), analisis lingkungan perusahaan tersebut bertujuan agar perusahaan dapat mengantisipasi lingkungan perusahaan sehingga dapat bereaksi dengan cepat dan tepat untuk mencapai kesuksesan organisasi. 1.
Lingkungan Eksternal: Lingkungan Jauh Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya
di luar dan terlepas dari perusahaan sehingga perusahaan tidak bisa melakukan intervensi terhadap faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor utama yang biasa diperhatikan adalah faktor ekonomi, faktor sosial budaya, demografis dan lingkungan, faktor politik, pemerintah dan hukum serta faktor teknologi. Lingkungan jauh ini memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk memajukan perusahaan. a.
Faktor Ekonomi Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim
berbasis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya bersama-sama mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi ekonomi daerahnya menjadi lebih baik lagi agar perusahaan dapat bergerak maju dalam usahaanya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja. b.
Faktor Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan Kondisi sosial masyarakat memang berubah-ubah. Perubahan sosial,
budaya, demografis, dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas hampir semua produk, jasa, pasar, dan konsumen. Kondisi ini mencakup banyak aspek, misalnya gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan. Jumlah penduduk yang semakin bertambahpun dapat juga
24
dijadikan sebuah peluang perusahaan untuk menjadikannya pasar bagi produk yang dihasilkan perusahaan. c.
Faktor Politik, Pemerintah, dan Hukum Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat regulasi,
deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi. Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintahan menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha, situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi perusahaan, begitu pula sebaliknya. Stabilitas nasional yang baik serta situasi politik yang kondusif merupakan sebuah ketenangan bagi setiap kegiatan perusahaan dan memberikan jaminan kepastian keamanan bagi kegiatan investasi dalam negeri. Perubahan-perubahan dalam hukum paten juga sangat mempengaruhi berjalannya suatu perusahaan. Faktor-faktor politik, pemerintah, dan hukum, karenanya dapat merepresentasikan peluang dan ancaman utama baik bagi organisasi kecil maupun besar. d.
Faktor Teknologi Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat akhir-akhir ini,
baik dibidang bisnis maupun dibidang yang mendukung kegiatan bisnis. Teknologi sebenarnya tidak hanya mencakup penemuan-penemuan yang baru saja, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan, artinya teknologi mampu memberikan suatu gambaran
yang
luas,
yang
meliputi
mendesain,
menghasilkan
dan
mendistribusikan. Setiap kegiatan usaha yang diinginkan untuk berjalan terus menerus harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. 2.
Lingkungan Eksternal: Lingkungan Industri (Kekuatan Kompetitif) Menurut Porter (1980), lingkungan industri adalah kelompok perusahaan
yang menghasilkan produk yang saling menggantikan. Di dalamnya terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi eksistensi dan kerja suatu industri, namun secara relatif masih berada dalam wilayah kontrol perusahaan. Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Akibatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti
25
ancaman dan kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisis. Tentunya persaingan dalam suatu industri akan semakin ketat dengan semakin banyaknya perusahaan dalam industri tersebut. Analisis lingkungan industri dapat dilihat dari lima kekuatan persaingan Porter, yang meliputi: 1) ancaman masuknya pendatang baru, 2) persaingan diantara perusahaan yang ada, 3) ancaman masuknya produk atau jasa pengganti, 4) kekuatan tawar-menawar pemasok, dan 5) kekuatan tawar-menawar pembeli. Pemahaman tentang hakikat dan dampak lima hal tersebut sangat penting bagi para pengambil keputusan strategis perusahaan, bukan hanya agar mereka mampu merumuskan strategi, misi dan kebijakan yang tepat, akan tetapi juga mampu memanfaatkan peluang yang timbul dimasa yang akan datang. Penjelasan selengkapnya mengenai kekuatan persaingan dapat dilihat pada Gambar 2. Ancaman masuknya pendatang baru
Kekuatan tawarmenawar pemasok
Persaingan di antara perusahaan yang ada
Kekuatan tawarmenawar pembeli
Ancaman produk atau jasa pengganti Gambar 2.
Model Lima Kekuatan Persaingan Sumber : Porter (1980) hal. 4
a.
Ancaman Masuk Persaing Baru Masuknya pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi
perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumberdaya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada. Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke suatu industri tertentu, maka intensitas persaingan antar perusahaan akan meningkat. Menurut Porter (1980), enam sumber utama hambatan masuk bagi perusahaan baru, yaitu skala ekonomis, produk diferensiasi, kebutuhan modal, 26
biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala. Dalam mengatasi persaingan yang mungkin muncul maka perusahaan perlu melakukan identifikasi perusahaan baru yang berpotensi masuk ke pasar, memonitor strategi perusahaan baru, menyerang balik jika perlu dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada. Sehingga ketika perusahaan pesaing masuk, perusahaan telah memiliki strategi yang tepat untuk menghadapinya. b.
Persaingan antar Perusahaan dalam Industri Adanya persaingan antar perusahaan dalam suatu industri mempengaruhi
kebijakan dan kinerja dari suatu perusahaan. Suatu keunggulan kompetitif dapat diciptakan dengan membuat strategi yang paling tepat untuk perusahaan dengan melihat pada perusahaan saingan dalam lingkungan industri tersebut. Beberapa strategi yang dapat dilakukan perusahaan, yaitu strategi penurunan harga, peningkatan kualitas, penambahan fitur, penyediaan layanan, perpanjangan garansi, dan pengintensifkan iklan. Intensitas persaingan antar perusahaan cenderung meningkat ketika jumlah pesaing dalam industri tersebut bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri tersebut menurun dan ketika potongan harga menjadi lazim. Selain itu intensitas persaingan akan cenderung meningkat ketika konsumen tidak loyal terhadap suatu produk yang dihasilkan perusahaan, ketika hambatan keluar pasar tinggi, ketika biaya tetap tinggi, ketika produk dapat musnah atau rusak, ketika permintaan konsumen tumbuh lambat atau turun sehingga pesaing memiliki kelebihan kapasitas atau persediaan, saat produk yang dijual sulit untuk didiferensiasikan, ketika perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, tempat asal dan budaya. Saat persaingan antar perusahaan dalam industri meningkat, maka laba industri akan menurun (David 2009). c.
Ancaman Produk Pengganti Perusahaan dalam industri tentunya juga mengalami persaingan yang ketat
dengan produk penggantinya. Walaupun produk yang dihasilkan tidak memiliki kemiripan secara wujud produk, namun fungsi yang diberikan produk tersebut sama, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi jumlah penjualan 27
perusahaan, laba penjualan serta pangsa pasar perusahaan. Produk pengganti akan sangat memberikan ancaman ketika produk pengganti tersebut memiliki harga di bawah harga produk yang dihasilkan perusahaan dengan kualitas yang sama bahkan lebih tinggi daripada produk yang dihasilkan perusahaan dalam industri (David 2009). d.
Kekuatan Tawar Pemasok Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka
menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau servis. Pemasok menjadi kuat apabila jumlah pemasok sedikit, produk atau servis yang ada, pemasok menganggap suatu industri bukan merupakan pelanggan yang penting, pemasok mampu menciptakan biaya peralihan yang tinggi dan pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk sama yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk mengantisipasi kekuatan pemasok maka perusahaan dapat melakukan integrasi ke belakang untuk mendapatkan kendali atau kepemilikan dari pemasok. Sehingga perusahaan tidak bergantung pada pemasok, hal ini mengantisipasi ketidakmampuan pemasok dalam pengadaan bahan baku, harga bahan baku mahal atau ketika tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan secara konsisten (Porter 1980). e.
Kekuatan Tawar Pembeli Pembeli dapat melakukan persaingan dengan perusahaan dalam suatu
industri, dengan cara meminta perusahaan menurunkan harga produk, meningkatkan mutu dan pelayanan serta mengadu perusahaan dengan kompetitornya posisi pembeli akan kuat ketika pembeli melakukan pembelian produk dalam jumlah yang besar, produk merupakan komponen biaya dalam pembeli, produk yang dihasilkan standar, pembeli mengalami biaya pengalihan yang kecil, pembeli mendapatkan laba yang kecil, pembeli memberikan ancaman akan melakukan integrasi balik, produk tidak penting bagi mutu produk pembeli, dan jika pembeli memiliki informasi yang lengkap. Ketika posisi tawar pembeli lebih kuat maka mereka akan melakukan negosiasi terhadap harga, garansi, dan kelebihan dari produk tersebut. Daya tawar pembeli dapat menggambarkan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Sehingga untuk menarik konsumen perusahaan bisa menawarkan garansi yang 28
panjang atau layanan khusus untuk mendapatkan loyalitas konsumen (Porter 1980). 3.
Lingkungan Internal Lingkungan internal perusahaan adalah lingkungan yang ada di dalam
perusahaan. Komponen-komponen dari lingkungan internal cenderung lebih mudah dikendalikan oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat melakukan intervensi secara langsung. Lingkungan internal dapat dikaji dengan pendekatan analisis rantai nilai. Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Menurut Porter (1992), rantai nilai merupakan pendekatan untuk melihat keunggulan bersaing dari suatu perusahaan. Setiap perusahaan tentunya memiliki rantai nilai yang berbeda. Perusahaan tentunya melakukan beberapa kegiatan usaha seperti melakukan desain, memproduksi, memasarkan, menyampaikan serta mendukung produksinya. Seluruh kegiatan tersebut dapat digambarkan dengan pendekatan rantai nilai. Skema rantai nilai dapat dilihat pada Gambar 3. Infrastuktur Perusahaan Manajemen Sumberdaya Manusia
b Pengembangan Teknologi Pembelian Logistik Ke Dalam
Operasi
Logistik ke Luar
Pemasaran dan Penjualan
Layanan
a Ket: a: Kegiatan Utama b: Kegiatan Penunjang
Gambar 3. Analisis Rantai Nilai Sumber: Porter (1992) hal. 34
29
a.
Mengidentifikasi Kegiatan Utama Merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan diri dalam penciptaan fisik
produk atau jasa, penjualan dan pengirimannya kepada pembeli serta aktivitas purna jual. 1. Logistik ke Dalam (Inbound Logistics) Logistik ke dalam adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan, penanganan bahan, pengendalian persediaan, penjadwalan pemesanan bahan, dan pengembalian bahan ke pemasok. 2. Operasi Operasi adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengubahan masukan menjadi produk akhir seperti permesinan, perakitan, pengemasan, pemeliharaan peralatan, dan operasi fasilitas. 3. Logistik ke Luar (Outbound Logistics) Logistik ke luar adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian produk ke pembeli seperti penyimpanan barang jadi, penanganan barang, pemrosesan pesanan, dan penjadwalan pengiriman barang jadi ke pembeli. 4. Pemasaran dan Penjualan Pemasaran dan penjualan adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan sarana yang memungkinkan pembeli melakukan pembelian produk dan mempengaruhi pembeli untuk melakukan pembelian, misalnya dengan melakukan promosi, periklanan, promosi, pemilihan agen, hubungan dengan pendistribusian, dan penetapan harga. 5. Layanan Layanan adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan layanan untuk memperkuat atau menjaga nilai produk seperti pemasangan, reparasi, pelatihan, pasokan suku cadang, dan penyesuaian produk.
30
b.
Mengidentifikasi Kegiatan Penunjang Kegiatan penunjang merupakan aktivitas-aktivitas yang melengkapi
aktivitas utama dengan berbagai fungsi, yaitu kelengkapan infrastruktur, manajemen SDM, pengembangan teknologi, dan pembelian. 1.
Infrastruktur Perusahaan Terdiri dari beberapa aktivitas yang meliputi manajemen umum dan
administrasi, keuangan, akuntansi, hukum, perpajakan, dan perencanaan strategik serta semua aktivitas lainnya yang terpisah dari kegiatan primer atau penunjang tetapi penting bagi operasi keseluruhan rantai nilai. 2.
Manajemen SDM Aktivitas yang berhubungan dengan perekrutan, pelatihan, pengembangan
tenaga kerja. Hal ini mempengaruhi keunggulan bersaing melalui peranannya dalam menentukan keterampilan dan motivasi tenaga kerja, biaya penerimaan, dan pelatihan karyawan. 3.
Pengembangan Teknologi Setiap
aktivitas
perusahaan
mengandung
teknologi
baik
berupa
pengetahuan, prosedur atau peralatan yang menyangkut perencanaan produk serta kegiatan yang menyangkut penciptaan dan penyempurnaan cara pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rantai nilai. 4.
Pembelian Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan pembelian masukkan bahan baku,
jasa dari luar, mesin, dan sebagainya. Sehingga dalam praktiknya aktivitas ini mencari pemasok berkualitas dengan harga rendah dan mutu tinggi. 3.1.5
Penetapan Tujuan Jangka Panjang Tujuan jangka panjang perusahaan haruslah realistis, bisa diukur,
kuantitatif, dapat dimengerti, mungkin untuk dicapai dan menantang. Tujuantujuan jangka panjang yang ditetapkan perusahaan tersebut akan mampu merepresentasikan hasil-hasil yang diharapkan dari pelaksanaan suatu strategi. Strategi tersebut mampu menggambarkan tindakan yang perlu dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Tujuan harus dinyatakan dengan jelas dan dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh pihak yang 31
berkepentingan sehingga besar kemungkinan tujuan tersebut dapat tercapai. Kerangka waktu bagi tujuan dan strategi haruslah konsisten berkisar antara dua hingga lima tahun (David 2009). 3.1.6
Alternatif Strategi Menurut David (2009), alternatif strategi berdasarkan analisis SWOT
terdiri dari empat strategi, yaitu: strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT. 1.
Strategi SO Strategi yang dapat digunakan perusahaan karena perusahaan memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi ini dapat dikatakan sebagai strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ini diterapkan dalam kondisi ini adalah strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Strategi ini digunakan untuk mencapai pertumbuhan perusahaan baik penjualan, asset, profit ataupun gabungan ketiganya. Hal tersebut dapat tercapai dengan menurunkan harga, mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk atau jasa serta meningkatkan akses pasar yang lebih luas. Biasanya untuk melakukan strategi SO, perusahaan terlebih dahulu menjalankan strategi ST, WO, dan WT. 2.
Strategi ST Strategi ini merupakan strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk
menghadapi berbagai ancaman yang timbul dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan. yang dapat digunakan karena perusahaan memiliki kekuatan dari segi internal walaupun perusahaan menghadapi berbagai ancaman. Strategi ini mendukung strategi diversifikasi mengacu pada sekelompok bentuk strategi yang berbeda-beda. Hal ini dapat mengacu pada perubahan produk, pasar atau fungsi. Menurut David (2009), secara umum terdapat tiga jenis strategi diversifikasi, yaitu: diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Strategi diversifikasi konsentrik dapat didefinisikan sebagai kegiatan menambah produk baru, namun masih saling berhubungan. Strategi ini dapat diterapkan ketika organisasi bersaing dalam industri yang pertumbuhannya
32
lambat, produk-produk perusahaan saat ini dalam tahap daur hidup produk yang menurun, dan perusahaan memiliki tim manajemen yang kuat. Strategi diversifikasi horizontal dapat didefinisikan sebagai kegiatan menambah produk dan jasa pelayanan yang baru, tetapi tidak saling berhubungan untuk ditawarkan pada para konsumen yang ada saat ini. Strategi ini dapat dijalankan ketika pendapatan perusahaan yang berasal dari produk atau jasa yang ada dapat meningkat secara signifikan dengan penambahan produk yang tidak berhubungan, perusahaan bersaing dalam industri yang sangat kompetitif serta memiliki saluran distribusi yang baik. Strategi diversifikasi konglomerat dapat didefinisikan sebagai kegiatan menambah produk atau jasa yang tidak saling berhubungan dengan pasar yang baru. Strategi ini dapat dijalankan ketika industri dasar organisasi sedang mengalami penjualan dan laba tahunan yang merosot, organisasi mempunyai modal maupun tenaga manajerial yang diperlukan untuk bersaing dalam industri baru serta kondisi pasar saat ini yang telah jenuh 3.
Strategi WO Strategi ini digunakan karena terdapat peluang pasar yang sangat besar
tetapi perusahaan menghadapi kendala internal karena beberapa kelemahan yang dimiliki. Strategi ini sama dengan strategi penciutan, yaitu strategi dengan melakukan reduksi biaya atau aset perusahaan. Strategi ini terjadi jika sebuah organisasi melakukan pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan asset untuk membalik penjualan dan laba yang menurun. Strategi ini bertujuan untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Strategi ini mendukung strategi turn around 4.
Strategi WT Strategi ini mendukung strategi defensif. Strategi defensif dilakukan
karena kondisi yang tidak menguntungkan, karena perusahaan menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi ini adalah tindakan yang dilakukan perusahaan untuk melakukan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar ataupun bangkrut. Strategi ini merupakan strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan dengan meminimalkan bahkan mampu menghindari ancaman yang ada. 33
3.1.7
Perumusan Strategi
1.
Matriks SWOT Matriks SWOT adalah matching tool penting yang dilihat dari kekuatan
(Strengths), kelemahan (Weaknesess), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threaths) yang akan membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi dan analisis ini didasari dengan logika perusahaan sehingga dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada (David 2009). 2.
Arsitektur strategik Menurut Yoshida (2006), arsitektur strategik diperkenalkan oleh Gary
Hamel dan C.K. Prahalad di awal tahun 1990-an. Arsitektur strategik lahir karena penyusunan
strategi
dengan
pendekatan
klasik
dianggap
kurang
bisa
mengatisipasi perubahan lingkungan yang cepat. Penyusunan strategi dengan pendekatam arsitektur strategik bersifat bentangan, maksudnya adalah strategi yang dihasilkan tidak hanya mampu mengakomodasi perubahan lingkungan yang telah dibakukan dalam bentuk asumsi. Dengan adanya arsitektur strategik membuat manajemen penyusunan strategi dengan lebih leluasa mengembangkan skenario strategi atau program untuk mencapai visi dan misi organisasi dan strategi tersebut dipetakan ke dalam blue print strategy yang sekali lagi digunakan untuk mencapai tujuan dalam beberapa waktu tertentu. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Persaingan dalam mendapatkan bahan baku ikan merupakan salah satu
permasalahan yang dihadapi CV Bening. Ketidakmampuan mendapatkan bahan baku dikarenakan kurangnya modal usaha dan juga ketersediaan ikan laut yang musiman. Akibat tidak tersedianya ikan, perusahaan mengalami gangguan produksi yang menyebabkan omset perusahaan menurun. Melihat hal tersebut peneliti mencoba membuat strategi yang dapat digunakan perusahaan. Untuk perumusan strategi, peneliti pertama kali harus mengetahui visi, misi, dan tujuan CV Bening. Sehingga strategi yang dibuat sejalan dengan visi, misi, dan tujuan
34
yang ingin dicapai. Kemudian dilakukan identifikasi lingkungan eksternal dan lingkungan internal CV Bening. Lingkungan eksternal perusahaan dilakukan dengan menganalisis lingkungan jauh perusahaan dan lingkungan industri, sedangkan untuk lingkungan internal dianalisis dengan pendekatan rantai nilai. Hasil dari analisis eksternal dan internal diplotkan ke dalam matriks SWOT untuk merumuskan strategi sehingga mendapatkan alternatif strategi yang dapat digunakan CV Bening. Seluruh alternatif strategi yang dihasilkan akan dibuatkan peta perencanaan strategi berdasarkan waktu tertentu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan waktu enam semester atau tiga tahun untuk memetakan strategi yang didapat. Waktu tersebut dirasa cukup untuk melihat kemungkinan perubahan lingkungan yang terjadi di masa depan. Penentuan ini tentunya telah didiskusikan oleh pihak perusahaan. Sehingga dengan menggambarkan pola strategi perusahaan lebih mudah melihat perubahan strategi yang akan ditempuh selama tiga tahun tersebut. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.
35
Usaha pengolahan ikan CV Bening Jati Anugrah 1. Penurunan omset penjualan 2. Ketidakmampuan dalam pengadaan bahan baku Visi, Misi, dan Tujuan CV Bening Jati Anugrah
Identifikasi Lingkungan Internal
Identifikasi Lingkungan Eksternal
Analisis Rantai Nilai • Kegiatan Utama 1. Logistik ke dalam 2. Operasi 3. Logistik ke luar 4. Pemasaran dan penjualan 5. Pelayanan
• Analisis Lingkungan Jauh 1. Kekuatan ekonomi 2. Kekuatan sosial, budaya, demografis dan lingkungan 3. Kekuatan politik, pemerintah, dan hukum 4. Kekuatan teknologi
• 1. 2. 3. 4.
• Analisis Lingkungan Industri 1. Ancaman pendatang baru 2. Persaingan dalam industri 3. Kekuatan pemasok 4. Kekuatan Pembeli 5. Ancaman produk pengganti
Kegiatan Penunjang Infrastruktur perusahaan Manajemen SDM Pengembangan teknologi Pembelian
Matriks SWOT Strategi Bisnis CV Bening Jati Anugrah Arsitektur Strategik Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
36
IV. METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan pengolahan ikan CV Bening Jati
Anugrah yang berlokasi di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pemilihan tempat penelitian mempertimbangkan bahwa perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang berpotensi melakukan pengembangan usaha dalam usaha pengolahan ikan. Hal ini dikarenakan perusahaan berada di daerah Parung yang merupakan daerah minapolitan
sehingga
perusahaan
memiliki
peluang
yang
baik
untuk
mengembangkan usaha dibidang perikanan. Selain itu perusahaan juga memiliki prestasi dan penghargaan namun saat ini ternyata mengalami penurunan omset penjualan. Pertimbangan lainnya adalah adanya kesediaan manajemen perusahaan untuk dijadikan objek penelitian dan ketersediaan data dari perusahaan. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2011. 4.2
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik pengamatan
langsung (observasi), melakukan wawancara secara mendalam (indepth). Metode pengumpulan data lainnya yaitu dengan studi pustaka yaitu dengan mencari sumber lain yang dapat dijadikan acuan terkait penulisan. 4.3
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan melalui wawancara dengan pihak yang terkait. Data didapat dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Sumber data dari lingkungan internal, yaitu pemilik untuk mengetahui gambaran umum perusahaan dan sistem perusahaan, kepala bagian keuangan dan administrasi untuk mengetahui informasi keadaan keuangan serta sistem keuangan perusahaan, kepala bagian produksi dan kepala bagian operasional untuk mengetahui kegiatan produksi dan apa saja yang dilakukan oleh bagian produksi, operasional, dan pembagian kerjanya serta beberapa karyawan untuk melihat kondisi perusahaan. Sumber data eksternal meliputi Kasi Pengolahan Ikan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor 37
mengenai kondisi perusahaan pengolahan ikan di Kabupaten Bogor, pesaing utama, dan beberapa konsumen perusahaan terkait kualitas produk dan pelayanan perusahaan. Data sekunder diperoleh dari informasi yang mendukung seperti studi pustaka, hasil-hasil penelitian terdahulu dan dari instansi-instansi terkait topik penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perikanan dan Peternakan. 4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif
kualitatif untuk menentukan faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman perusahaan, analisis SWOT, kemudian alternatif strategi yang didapatkan dipetakan ke dalam arsitektur strategik. 4.4.1
Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel yaitu empat faktor kunci, empat
sel strategi dan satu sel selalu dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci, diberi nama S, W, O, T. Ada delapan langkah yang terlibat dalam pembuatan matriks SWOT, yaitu 1) mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi kekuatan perusahaan, 2) mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi kelemahan perusahaan, 3) mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi peluang bagi perusahaan, 4) mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman bagi perusahaan, 5) membuat strategi SO, 6) membuat strategi ST, 7) membuat strategi WO, dan 8) membuat strategi WT. Matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 5. Kekuatan (Strengths) Kelemahan(Weaknesses) Peluang (Opportunities)
Strategi SO
Strategi WO
Ancaman (Threats)
Strategi ST
Strategi WT
Gambar 5.
Matriks SWOT Sumber: David (2009) hal. 328-329
4.4.2
Perancangan Arsitektur Strategik Kerangka metode penelitian yang digunakan untuk menyusun arsitektur
strategik CV Bening dapat dilihat pada Gambar 6. Langkah yang harus dilakukan adalah dengan memperjelas visi, misi, dan tujuan perusahaan yang dimiliki. Langkah selanjutnya adalah menganalisis lingkungan eksternal dan internal 38
perusahaan. Hasil identifikasi lingkungan eksternal adalah peluang dan ancaman, sedangkan identifikasi lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan. Hasil identifikasi tersebut merupakan input untuk memformulasikan strategi pada matriks SWOT. Hasil matriks SWOT berupa strategi-strategi SO, WO, ST, dan WT. Hasil strategi pada matriks SWOT dijabarkan dalam bentuk programprogram untuk mencapai sasaran. Peneliti menggunakan program-program tersebut
untuk
menyusun
arsitektur
strategik.
Selanjutnya
peneliti
mengidentifikasi tantangan yang akan dihadapi perusahaan. Tantangan merupakan cara-cara yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing yang baru. Identifikasi Lingkungan Internal
Identifikasi Lingkungan Eksternal SWOT
Tantangan
Rekomendasi Program Kegiatan
Sasaran
Arsitektur Strategik
Gambar 6. Perancangan Arsitektur Strategik CV Bening Jati Anugrah Setelah komponen-komponen arsitektur strategik CV Bening telah diperoleh dengan jelas, selanjutnya peneliti menetapkan rentang waktu yang digunakan untuk mengimplementasikan arsitektur strategik CV Bening. Rentang waktu yang digunakan untuk mengimplementasikan arsitektur strategik adalah enam semester atau tiga tahun. Pemilihan ini berdasarkan kepada subjektivitas peneliti namun telah didiskusikan kepada perusahaan. Waktu tersebut dirasa cukup yaitu tidak terlalu lama dan tidak terlalu dekat dan dianggap cukup untuk memetakan strategi yang didapatkan. Setelah diperoleh alternatif strategi CV Bening, maka kemudian peneliti berusaha merekomendasikan program kegiatan yang mengacu pada strategi-strategi yang telah dirumuskan dan dimasukkan ke dalam arsitektur strategik.
39
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1
Sejarah dan Perkembangan CV Bening Jati Anugrah CV Bening merupakan perusahaan pengolahan ikan dengan bahan baku
ikan laut yaitu ikan pelagis seperti tuna, marlin dan kakap. Pada mulanya CV Bening bergabung dan bekerjasama dengan perusahaan dibidang yang sama pada tahun 2006, karena perbedaan visi maka pada Februari tahun 2007 perusahaan tersebut memisahkan diri menjadi dua perusahaan dengan manajemen yang berbeda pula. CV Bening dipimpin oleh lulusan Sekolah Tinggi Perikanan yaitu Ibu Purnani. Produk yang dihasilkan yaitu olahan dengan bahan baku ikan, seperti bakso ikan yang merupakan produk unggulan dan olahan lainnya seperti nugget ikan, kaki naga, siomay, ekado. Produk-produk Bening telah memiliki sertifikat Halal dari MUI Jawa Barat dengan No. 01101031860608 dan DEPKES RI P-IRT No. 213327603099 pada tahun 2008. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, perusahaan ini masuk kedalam kategori usaha kecil karena memiliki tenaga kerja sebanyak enam belas orang 21. 5.2
Lokasi dan Keadaan CV Bening Jati Anugrah CV Bening berlokasi di kampung Jati Parung RT 3/ RW 4, Desa Parung,
Kecamatan Parung. Lokasi ini digunakan untuk tempat produksi dan kantor. Perusahaan menempati lokasi dengan luas tanah 3200 m2, namun yang digunakan sebagai pabrik pengolahan ikan hanya seluas 400 m2 yang terdiri dari ruang penggilingan daging, ruang pengadaan bahan baku, ruang pencucian, ruang perebusan, ruang pendinginan, ruang pengolahan, ruang pengepakan dan ruangan penyimpanan produk yang berada dekat dengan ruang administrasi. Sebagian lagi lahan digunakan untuk tempat tinggal para karyawan. Tempat ini dipilih karena lokasinya yang memiliki banyak akses ke beberapa daerah sehingga memudahkan dalam pemasaran dan melakukan pembelian beberapa bahan produksi. Serta lokasi pabrik ataupun kantor dekat dengan jalan utama yang memudahkan pemasok dalam pengiriman bahan bakunya.
21.
Klasifikasi usaha berdasarkan jumlah pekerjanya menurut BPS, yaitu: (1) usaha rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) usaha kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) usaha menengah dengan pekerja 20-99 orang; dan (4) usaha besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.
40
5.3
Visi, Misi, dan Tujuan CV Bening Jati Anugrah Visi, misi, dan tujuan CV Bening tidak tertulis secara nyata, namun
berdasarkan wawancara visi CV Bening adalah menjadi perusahaan pengolahan ikan terbaik di Jawa Barat dengan produk yang dapat diterima masyarakat. Misi CV Bening, yaitu: menghasilkan produk yang berkualitas, memasarkan produk olahan ikan ke masyarakat luas sebagai produk yang sehat dan bergizi dengan harga terjangkau dan memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen. Sedangkan tujuan CV Bening adalah membantu peningkatan konsumsi ikan Nasional melalui produk olahan ikan dan menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. 5.4
Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah CV Bening memiliki struktur organisasi yang masih sederhana, yaitu:
direktur, kepala administrasi dan keuangan, kepala produksi serta kepala operasional. Bagian-bagian ini menjadi acuan dalam menjalankan kegiatan usaha. Setiap bagian memiliki tanggung jawab dan wewenang yang berbeda, namun pada kenyataannya bagian-bagian tersebut masih saling tumpang tindih pekerjaan. Tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam struktur perusahaan sebagai berikut: 1.
Direktur Tugas dan tanggung jawab direktur adalah memimpin perusahaan,
melakukan koordinasi kegiatan-kegiatan perusahaan, mengambil keputusan mengenai segala kegiatan perusahaan, menggambil keputusan akhir perusahaan, melakukan pemasaran untuk produk olahan. 2.
Kepala Administrasi & Keuangan Tugas dan tanggung jawab kepala administrasi dan keuangan adalah
melakukan pengecekan administrasi dan keuangan baik harian, mingguan, dan bulanan perusahaan. Sehingga menghasilkan laporan akhir administrasi dan keuangan. 3.
Kepala Produksi Tugas dan tanggung jawab kepala produksi adalah mengawasi kegiatan
produksi perusahaan, hingga mengontrol hasil akhir produk sehingga kualitas produk tetap terjaga dengan baik. 41
4.
Kepala Operasional Tugas dan tanggung jawab kepala operasional adalah bertanggung jawab
dalam pengadaan kebutuhan perusahaan seperti mengontrol pengadaan bahan baku, pengambilan bahan baku ke penyuplai bahan baku. Struktur organisasi CV Bening dapat dilihat pada Gambar 7, sebagai berikut: Direktur Purnani
Kepala Administrasi & Keuangan
Kepala Produksi
Kepala Operasional
Kristiawan
Kristiawan
Kristiono
Kasir
Karyawan
1. Yani 2. Endah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kadir Sulistio Asep Rahman Alpian Feri R Feri Suryadi Max Daris
Karyawan 1. Yandi 2. Anwar 3. Teguh
Gambar 7. Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah Sumber : CV Bening Jati Anugrah (2011)
5.5
Sumberdaya CV Bening Jati Anugrah Sumberdaya merupakan komponen yang penting dalam keberhasilan suatu
usaha. Faktor sumberdaya ini membantu perusahaan mencapai tujuan dalam melakukan pengembangan usaha dan mempertahankan perusahaan di dalam persaingan yang ada. Perusahaan membagi sumberdaya menjadi tiga bagian, yaitu: sumberdaya manusia, sumberdaya fisik, dan sumberdaya modal. Ketiga sumberdaya tersebut sama-sama memiliki peranan penting dalam berjalannya usaha.
42
5.5.1
Sumberdaya Manusia CV Bening memiliki tenaga kerja tetap yakni sebanyak enam belas orang.
Jumlah tersebut terdiri dari pemilik, bagian administrasi dan keuangan, bagian produksi dan bagian operasional. Adapun pembagian jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pembagian Jumlah Tenaga Kerja CV Bening Jati Anugrah No
Bagian Kegiatan Usaha
1. 1. 2. 3. 4. 5.
Pemimpin perusahaan (pemilik) Kabag. Administrasi dan keuangan Kabag. Produksi + Kabag. Operasional Kary. Administrasi & keuangan (kasir) Kary. Produksi Kary. Operasional Total
Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 1 1 1 2 8 3 16
Sumber: CV. Bening Jati Anugrah (2011)
Tenaga kerja tersebut tidak melalui perekrutan yang rumit. Calon tenaga kerja berasal dari warga setempat, calon yang dekat dengan karyawan lama perusahaan, ataupun kenal dengan pemilik. Tenaga kerja ini kemudian dipilih berdasarkan pandangan pemilik secara langsung terhadap calon tenaga kerja yang dianggap rajin, pekerja keras, serta bisa diajak bekerjasama. Untuk status pendidikan tidak terlalu dipermasalahkan. Status pendidikan tenaga kerja merata, untuk kepala bagian di pegang oleh lulusan sarjana dengan berbagai jurusan. Direktur yang sekaligus pemilik memiliki latar belakang D4, STP, kepala bagian administrasi dan keuangan merupakan lulusan S1 Teknik Geodesi, kepaala bagian produksi dan operasional merupakan lulusan S1 STP Mesin Perikanan, sedangkan karyawan ada yang lulusan SD, SMP dan SMA. Pemilik tidak terlalu mempermasalahkan pendidikan akhir karena pemilik yakin dengan pengajaran dasar dalam pengolahan ikan kepada karyawan baru, semua karyawan dapat dengan cepat beradaptasi dalam kegiatan perusahaan. 5.5.2
Sumberdaya Fisik Sumberdaya fisik yang dimiliki cukup bisa mendukung berjalannya
kegiatan usaha CV Bening sumberdaya tersebut terdiri dari bangunan, peralatan produksi, transportasi, peralatan kantor, dan fasilitas komunikasi. Bangunan
43
terdiri dari pabrik, kantor, gudang penyimpanan bahan baku, dan hasil produksi dengan status milik sendiri. Peralatan produksi yang terdiri dari mesin chopper, silent cutter, kompor satu set, mesin cetak bakso, freezer yang statusnya milik sendiri serta memiliki cold storage yang statusnya pinjaman dari pemerintah. Sarana transportasi yang mobil pick-up dan motor. Peralatan kantor yang dimiliki yaitu laptop, printer, meja administrasi, dan kursi. Fasilitas komunikasi berupa telepon. Adapun rincian sumberdaya fisik perusahaan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perincian Sumberdaya Fisik CV Bening JatiAnugrah No 1. 2.
3.
4. 5.
Jenis Bangunan (Kantor dan pabrik) 400 m2 Peralatan Produksi Mesin Chopper Silent Cutter Kompor satu set Mesin cetak bakso Frezeer Cold Storage Peralatan Kantor Laptop Printer Meja Kursi Fasilitas Komunikasi Telepon Sarana Transportasi Mobil pick-up Motor
Jumlah 1 1 1 12 1 7 1 1 1 4 5 1 1 2
Sumber: CV Bening Jati Anugrah (2011)
5.5.3
Sumberdaya Modal Berjalannya suatu usaha juga dipengaruhi oleh modal usaha. Modal usaha
CV Bening berasal dari modal pribadi pemilik yaitu ibu Purnani. Sehingga ketika ingin melakukan pengembangan usaha terkendala dengan modal. Hingga saat ini perusahaan tidak menggunakan pinjaman ataupun menggunakan kerjasama dengan penanaman investasi.
44
VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6. 1
Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan
industri. Masing-masing lingkungan dianalisis dengan menggunakan beberapa aspek. Analisis eksternal dilakukan untuk mengetahui keadaan luar perusahaan, sehingga dari analisis tersebut didapatkan gambaran mengenai peluang serta ancaman yang berkaitan dengan perusahaan. 6.1.1 Analisis Lingkungan Jauh a.
Kekuatan Ekonomi
1.
Tingkat Inflasi Kondisi ekonomi tentunya sangat mempengaruhi berlangsungnya suatu
usaha. Salah satunya adalah dampak inflasi yang menyebabkan kondisi internal perusahaan dan eksternal perusahaan berubah. Dapat dilihat pada Gambar 8 tingkat inflasi mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat dari bulan Februari 2010. Tingkat inflasi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan mengalami kenaikkan biaya produksi yang mempengaruhi harga jual ataupun keuntungan perusahaan. Tingkat kenaikkan inflasi dari Februari 2010 sampai dengan Februari 2011 adalah sebesar 79,5 persen tentunya persentase tersebut dampaknya sangat dirasakan oleh perusahaan terutama dalam hal biaya usaha.
Gambar 8. Grafik Tingkat Inflasi Indonesia Februari 2010 hingga Februari 2011 Sumber: Bank Indonesia ( 2011)
Pada bulan Februari 2010 tingkat inflasi sebesar 3,81persen, kemudian inflasi sempat menurun di bulan Maret 2010 namun kembali meningkat di bulan45
bulan berikutnya hingga titik tertinggi di tahun 2010 pada bulan Agustus 2010 yaitu sebesar 6,44 persen. Ternyata pada bulan berikutnya inflasi menurun hingga bulan Oktober 2010 dan meningkat kembali dibulan November 2010 dan pada bulan Januari 2011 merupakan bulan dimana inflasi tertinggi yaitu mencapai 7,02 persen. Pada bulan Februari 2011 memang menurun namun hanya sedikit yaitu 6,84 persen. Secara lengkap tingkat inflasi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat Inflasi Indonesia pada Februari 2010 - Februari 2011 Tahun
2010
2011
Bulan Tahun Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari
Tingkat Inflasi (%) 3,81 3,43 3,91 4,16 5,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84
Sumber: Bank Indonesia (2011)
Dampak inflasi yang paling dirasakan yaitu ketika terjadi kenaikkan bahan-bahan produksi seperti terigu dan telur. Kedua bahan ini paling dirasakan perubahan harganya. Ketika harga bahan-bahan tersebut meningkat maka biaya produksi perusahaan akan meningkat pula. Hal tersebut membuat perusahaan yang saat ini sedang mengalami penurunan penjualan, mengalami penurunan keuntungan juga akibat perusahaan tidak dapat meningkatkan harga produk. 2.
Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita atas Harga Dasar Konstan 2000 Selain tingkat inflasi, PDRB per kapita provinsi yang menjadi daerah
pemasaran produk juga sangat mempengaruhi berjalannya usaha. Pada Tabel 10. terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai PDRB per kapita DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa perekonomian pada provinsi tersebut semakin membaik. Ketika perekonomian suatu
wilayah
mengalami peningkatan maka dapat dikatakan bahwa masyarakat semakin 46
sejahtera. Peningkatan kesejahteraan masyarakat berimplikasi pada peningkatan daya beli masyarakat dan ini mengartikan bahwa besar peluang untuk memasarkan ke daerah tersebut. Tabel 10. Pertumbuhan PDRB per Kapita atas Harga Konstan 2000 di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten Tahun 2006-2008. Provinsi
2006
2007*
2008**
DKI Jakarta
312.826.712,74
332.971.253,84
353.539.057,43
Jawa Barat
257.499.445,75
274.180.307,83
290.171.128,80
Banten
61.341.658,64
65.046.775,77
68.830.644,80
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber: Bps.go.id (2011)
Salah satu indikator terjadinya peningkatan daya beli dapat terlihat pada pengeluaran rata-rata konsumsi per kapita per bulan wilayah tersebut. Pada Tabel 11 terlihat bahwa pengeluaran rata-rata masyarakat mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai 2009. Tabel 11. Pengeluaran Rata-rata Konsumsi per Kapita per Bulan di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten Tahun 2008-2009 Provinsi
2008 (Rp)
2009 (Rp)
DKI Jakarta
863.383
938.383
Jawa Barat
396.929
444.186
Banten
454.453
518.970
Sumber: BPS Indonesia (2009)
b.
Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Faktor sosial dan budaya sangat mempengaruhi perusahaan. Saat ini
perubahan gaya hidup yang serba ingin cepat, praktis dan sesuai selera serta semakin banyaknya perubahan gaya hidup sehat membuat perusahaan berlombalomba untuk membuat produk yang diinginkan masyarakat tersebut. Masyarakat saat ini dengan peningkatan kesejahteraannya semakin memahami pentingnya kesehatan. Tentunya makanan yang sehat akan membawa jiwa yang sehat pula. Masyarakat semakin memahami bahwa salah satu makanan yang menyehatkan adalah ikan. Manfaat ikan kini mulai disebarluaskan sehingga masyarakat mulai menyukai ikan. Hal ini terlihat dari pengeluaran konsumsi ikan yang semakin 47
meningkat dari tahun 2008 hingga 2009. Pengeluaran rata-rata konsumsi ikan per kapita dapat terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Pengeluaran Rata-rata Konsumsi Ikan Nasional Tahun 2008-2009 Tahun
Jumlah (Rp)
Pertumbuhan (%)
2008
15. 315
-
2009
18. 454
20, 49
Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)
Peningkatan konsumsi ikan dapat diindikasikan terjadi karena adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Peningkatan tersebut dapat dijadikan aspek penting terkait kesempatan untuk memasarkan produk olahannya. Tren jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada Gambar 9 . 250 200 150 Tahun
100 50 0 1961
1971
1980
1990
2000
2010
Gambar 9. Tren Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1961-2010 Sumber: Badan Pusat Statistik (2010)
c.
Kekuatan Politik, Pemerintahan, dan Hukum Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad membuat sebuah
kebijakan tentang kelautan dan perikanan yaitu kebijakan pengadaan daerah minapolitan secara nasional. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan beberapa wilayah untuk dijadikan daerah sentra industri perikanan sehingga dengan fokus pada beberapa wilayah maka pelaksanaan akan terkontrol dengan baik. Selain itu dengan adanya kebijakan minapolitan, diharapkan Indonesia menjadi penghasil ikan terbesar di dunia menggantikan negara China. Persentase jumlah UMKM pada tahun 2007 mencapai 49,8 juta unit usaha atau sebesar 99,9 persen terhadap seluruh unit usaha di Indonesia yaitu 49,845
48
juta unit22. Kebanyakan UMKM tersebut bermasalah dalam hal permodalan, kurangnya permodalan tersebut karena umumnya usaha mikro, kecil menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang hanya mengandalkan modal dari pemilik yang jumlahnya terbatas23. Mengatasi masalah tersebut pemerintah telah membuat program dalam hal pendanaan yaitu KUR yang telah diluncurkan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 5 November 2007. KUR merupakan upaya pemerintah dalam mendorong perbankan untuk melakukan penyaluran kredit pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi. Pemerintah dengan beberapa pihak bekerjasama tentang penjaminan kredit atau pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi yaitu antara Pemerintah (Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian), Perusahaan Penjamin (Perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT Asuransi Kredit Indonesia) dan Perbankan (Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri). KUR juga didukung oleh Kementerian Negara BUMN, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Bank Indonesia24. Tidak hanya bantuan material namun bantuan juga bisa berupa non material yang dibutuhkan perusahaan. Bantuan non material seperti peralatan CV Bening pernah mendapatkannya karena perusahaan sering mendapatkan juara ketika melaksananakan perlombaan. Adanya bantuan dari pemerintah tersebut tentunya dapat dijadikan peluang perusahaan agar usaha tersebut tidak terkendala lagi dengan modal terutama modal material. d.
Kekuatan Teknologi Adanya
perkembangan
teknologi
tentunya
akan
membantu
dan
mempermudah setiap pengusaha dalam menjalankan bisnisnya. Teknologi yang digunakan perusahaan CV Bening, yaitu teknologi di bidang produksi. Perusahaan 22.
Berita Resmi Statistik. 2008. Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008. http://www.scribd.com/doc/16888581/Berita-Resmi-Statistik-Ukm-Bps-2008 [Diakses 21 Maret 2011]
23.
Rosid Abdul. Modul manajemen UKM dan Koperasi. Universitas Marcu Buana. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBQQFjAA&url=http%3A%2F %2Fpksm.mercubuana.ac.id [Diakses 21 Maret 2011] Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. http://www.depkop.go.id [Diakses 21 Maret 2011]
24.
49
menggunakan mesin penghancur daging ikan (chopper) dan mesin pengadon (silent cutter) dan mesin cetak bakso yang mempermudah kegiatan produksi perusahaan, selain itu perusahaan juga menggunakan frezer untuk menyimpan hasil olahan yang telah dikemas. Peralatan produksi yang dimiliki CV Bening masih tertinggal dengan pesaing utamanya. CV Sakana telah memiliki peralatan yang lebih canggih terutama di alat perebusan yang dimiliki. Teknologi komunikasi untuk mendapatkan informasi seperti telepon, handphone juga digunakan perusahaan dalam melakukan hubungan dengan agen ataupun pemasok, sehingga mempermudah komunikasi dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan. Adanya perkembangan teknologi tersebut dapat dijadikan suatu peluang untuk memperlancar usaha. 6.1.2 Analisis Lingkungan Industri Menurut Porter (1980), kekuatan kompetitif perusahaan antara industri dapat dilihat dengan menganalisis lima kekuatan, yaitu ancaman masuknya pendatang baru, persaingan antar perusahaan dalam industri, ancaman masuknya produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok dan kekuatan tawar menawar konsumen. 1.
Ancaman Masuknya Pendatang Baru Masuknya pendatang baru tentu sangat mempengaruhi berlangsungan
usaha dalam suatu industri, adanya pendatang baru membuat persaingan semakin ketat. Ada tidaknya ancaman pendatang baru tergantung dari hambatan masuk perusahaan ke dalam suatu industri. Menurut porter terdapat enam hambatan masuk perusahaan, yaitu dilihat dari skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala. Adapun penjabaran dari keenam faktor tersebut yaitu: 1.
Skala ekonomis Perusahaan pengolahan ikan seperti yang dilakukan perusahaan CV
Bening yaitu pembuatan bakso ikan, siomay dan sebagainya dapat dilakukan oleh siapa saja mulai dari skala usaha rumah tangga hingga besar. Hal ini tergantung daripada kemampuan tiap perusahaan melakukan produksi dan tergantung
50
kapasitas produksinya, sehingga perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri untuk bersaing dengan perusahaan. 2.
Diferensiasi produk Produk olahan ikan yang dilakukan CV Bening sama dengan produk
olahan yang ada yang dilakukan oleh perusahaan lainnya, tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap produk tersebut. Perbedaan terlihat hanya pada kualitas produk. Sehingga perusahaan baru akan mudah masuk dan bersaing karena produk perusahaan tidak memiliki suatu keunikan terhadap produk yang lainnya. 3.
Kebutuhan modal Usaha dalam pengolahan ikan membutuhkan modal yang beragam. Untuk
skala usaha rumah tangga yang tanpa harus memiliki peralatan sendiri, tentulah tidak membutuhkan modal yang besar. Namun lain halnya dengan skala usaha yang sudah besar, tentunya harus memiliki modal yang cukup besar karena tidak mungkin perusahaan tersebut tidak memiliki peralatan sendiri, karena jumlah produksi yang sudah besar mengharuskan perusahaan melakukan pengadaan peralatan penggiling daging, dan alat adon yang harganya sekitar tujuh jutaan. Selain itu untuk masalah permodalan perusahaan bisa mengajukan pinjaman modal karena adanya bantuan untuk UMKM. Dapat disimpulkan, kebutuhan modal dalam menjalankan usaha pengolahan ikan bukan suatu hambatan yang besar karena bergantung pada skala. 4.
Biaya beralih pemasok Kebutuhan akan bahan baku produk olahan ikan dapat terpenuhi dari
berbagai pemasok yang ada. Jumlah pemasok ikan cukup banyak tersebar di beberapa daerah di Indonesia sehingga biaya beralih pemasok cukup rendah. 5.
Akses ke saluran distribusi Saluran distribusi pada suatu perusahaan tentunya berbeda-beda. Pada
usaha olahan ikan CV Bening perusahaan telah mempunyai konsumen berupa agen dan pedangan keliling tetap yang telah berlangganan cukup lama. Tentunya untuk perusahaan yang baru akan mudah mencari jalur distribusi produk ikan olahannya, karena permintaan ikan masih cukup banyak. Hal ini terlihat dari tingkat konsumsi ikan yang terus meningkat.
51
6.
Biaya tidak menguntungkan Biaya tidak menguntungkan biasanya dialami oleh pendatang baru, karena
mereka masih mencoba masuk dalam industri yang baru. Ketika mereka belum mampu bersaing dan gagal, akan menjadi beban perusahaan karena mengeluarkan banyak biaya untuk menjalankan usaha barunya. 2.
Persaingan antar Perusahaan dalam Industri Menjalankan suatu usaha tentunya tidak lepas dari persaingan. Persaingan
perusahaan dalam industri merupakan hal yang biasa terjadi. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tersebut sama-sama ingin mendapatkan keuntungan dengan peluang usaha yang ada. CV Bening pun menghadapi persaingan dalam industri pengolahan ikan. Dari Kabupaten Bogor saja, perusahaan yang sama dengan CV Bening ada empat perusahaan. Keempat perusahaan tersebut memiliki tujuan pasar yang sama yaitu setidaknya wilayah Jabodetabek. Jika dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya unggul dalam hal kualitas, sehingga perusahaan mendapatkan penghargaan dan prestasi. Disisi lain CV Sakana memiliki produk yang lebih beragam. Produk yang tidak dimiliki Bening, antara lain: scallop, salmon roll, tuna roll, udang roti, dan bakwan. Sehingga dapat dikatakan Sakana memiliki produk yang inovatif dan mampu menawarkan banyak pilihan produk olahan ikan bagi masyarakat. Adanya perusahaan sejenis dapat menjadi ancaman perusahaan yang cukup kuat karena bisa saja peluang pasar yang masih terbuka luas diambil seluruhnya oleh perusahaan pesaingnya. 3.
Ancaman Masuknya Produk Pengganti Produk
pengganti
atau
substitusi
merupakan
ancaman,
karena
keberadaannya memiliki dampak cukup besar bagi perusahaan. Suatu barang yang memiliki barang substitusi dalam jumlah yang banyak akan memiliki permintaan yang elastis, ini artinya jika harga dinaikkan oleh perusahaan, maka permintaan terhadap produk tersebut akan menurun. Hal ini terjadi karena konsumen akan beralih membeli barang substitusinya. Adanya produk substitusi dalam jumlah banyak akan membatasi keleluasaan perusahaan dalam industri untuk menentukan harga jual produk. Produk substitusi dari produk olahan ikan yaitu bakso daging, nugget ayam, sosis ayam dan daging, ekado ayam ataupun produk olahan ikan lain yang 52
berbeda dengan CV Bening. Produk substitusi tersebut sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat sehingga produk substitusi merupakan ancaman bagi CV Bening. 4.
Kekuatan Tawar – menawar Pemasok Analisis kekuatan tawar – menawar pemasok akan memperlihatkan
sejauhmana pemasok berpengaruh dalam suatu industri untuk mengatur harga ataupun kualitas produk. Pada CV Bening, bahan utama yang digunakan adalah ikan dan udang. Bahan baku tersebut didapatkan dari tujuh pedagang langganannya antara lain: Bapak Along, Bapak Rudi, Bapak Joni, Bapak Tely, Bapak Sopyan, Bapak Hadi, dan Bapak Dadang. Seluruh pemasok tersebut berasal dari Muara Baru, Kemang Bogor, Muara Angke, dan Pondok Gede. Hal ini dilakukan agar perusahaan memiliki beberapa alternatif pembelian bahan baku, sehingga ketika harga ataupun kualitas di pemasok yang satu kurang sesuai maka perusahaan menggunakan pemasok yang lainnya. Namun ternyata dengan jumlah pemasok tersebut tetap saja ketika musim paceklik, ikan sulit didapatkan. Sebenarnya dengan potensi perikanan Indonesia, perusahaan dapat menggunakan pemasok ikan di seluruh Indonesia, sehingga pengadaan bahan baku dapat terpenuhi meskipun musim paceklik datang. Bahan baku es batu didapatkan dari satu perusahaan langganannya, karena perusahaan menganggap harga yang diberikan telah sesuai dengan keinginan perusahaan. Namun, ketika harga ataupun kualitas dan kuantitasnya sudah tidak sesuai, maka perusahaan dapat dengan mudah mencari pengganti pemasok es balok. Selain bahan baku ikan, udang, dan es, perusahaan membelinya di pasar terdekat. Sehingga dari penjabaran tersebut dapat terlihat bahwa tawar-menawar pemasok tergolong rendah dan tidak terlalu mengancam keberlangsungan usaha. Hal ini dapat terjadi jika perusahaan dapat menjalin hubungan baik dengan para pemasok yang cukup tersedia di beberapa daerah penghasil ikan di Indonesia . 5.
Kekuatan Tawar – menawar Konsumen Usaha pengolahan ikan terdapat di berbagai tempat, sehingga pelaku usaha
harus mampu bersaing dalam mempertahankan konsumen yang ada. Konsumen produk olahan ikan ini memiliki posisi tawar menawar yang kuat, karena mereka dapat segera berpindah ke perusahaan lain yang menawarkan produk yang lebih 53
baik, serta harga yang sesuai dengan keinginan konsumen tersebut. Namun pada produk yang dijual Bening, harga tidak terlalu menjadi faktor pindahnya konsumen. Hal ini dikarenakan harga produk sejenis antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya tidak berbeda. Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuatan konsumen tidak terlalu mengancam keberadaan perusahaan. 6.2
Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal merupakan daerah di dalam perusahaan yang
memiliki pengaruh penting dalam mencapai keberhasilan suatu usaha karena menyangkut apa yang perusahaan dapat lakukan dan dapat dikontrol secara langsung oleh perusahaan. Analisis lingkugan internal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan melalui pendekatan analisis rantai nilai. 6.2.1
Analisis Rantai Nilai Analisis rantai nilai merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan internal perusahaan. Analisis rantai nilai terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan utama dan kegiatan penunjang. a.
Kegiatan Utama Merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan diri dalam penciptaan fisik
produk atau jasa, penjualan dan pengirimannya kepada pembeli, serta aktivitas purna jual. Secara garis besar kegiatan utama terbagi menjadi lima yaitu kegiatan membawa bahan baku ke perusahaan (logistik ke dalam), proses bahan baku menjadi suatu produk (operasi), pengiriman produk (logistik ke luar), memasarkan produk (pemasaran dan penjualan), serta pelayanan ke konsumen (layanan). Kegiatan utama yang dilakukan CV Bening sebagai berikut: 1.
Logistik ke Dalam (Inbound Logistics) Kegiatan logistik ke dalam diawali dengan kegiatan penerimaan bahan
baku yaitu ikan pelagis (ikan tuna, marlin, kakap, dan teri) dan udang, pengadaan bumbu-bumbu (lada, garam, bawang putih, bawang bombay), tepung terigu, es balokan, lemak sapi dan pengadaan plastik kemasan. Bahan baku ikan didapat dengan cara pemesanan melalui telepon untuk mengetahui ada tidaknya bahan material yaitu ikan dan udang di tempat pemasok. Apabila bahan material tersebut 54
tersedia di tempat pemasok maka ikan diambil oleh sopir perusahaan yaitu Bapak Yandi. Namun terkadang ikan yang ada dikirim oleh pemasok dengan tambahan biaya pengiriman. Bahan baku ikan ataupun udang yang dipasok, dibawa ke Pasar Ikan Higienis (PIH) untuk kemudian disimpan di cold storage sehingga ikan yang didapat tidak mudah rusak. Penjadwalan pemesanan ikan tidak menentu, tetapi rata-rata pembelian dilakukan dua kali dalam seminggu antara lima kwintal hingga sepuluh kwintal. Ikan yang bagus adalah ikan yang dagingnya berwarna merah muda, tidak banyak kulit dan serat. Ketika ikan yang diberikan tidak sesuai maka ikan tersebut dikembalikan ke pemasok, dan digantikan dengan ikan yang baru. Perusahaan mempunyai beberapa pemasok ikan, hal ini untuk mengantisipasi ketika ikan sedang sulit diperoleh. Pemasoknya berasal dari Muara Baru, Muara Angke, Kemang Bogor, dan Pondok Gede. Ikan-ikan tersebut dikirim ataupun diambil dua kali seminggu. Begitu pula dengan es balok, perusahaan selalu mendapatkan kiriman es dari pemasok yaitu dari perusahaan Citra Lestari Es selama dua hari sekali. Pengadaan bahan lain selain ikan dan es balok, bahan lainnya adalah bumbu-bumbu dan tepung. Untuk bahan ini perusahaan melakukan pembelian dari agen bernama Sadena yang lokasinya tidak jauh dari pabrik produksi yaitu di Pasar Parung. Ketika perusahaan membuat produk olahan selain bakso tentunya membutuhkan sayur-sayuran seperti daun bawang, wortel, dan lain-lain dibeli di pasar Parung pada hari produksi, hal ini dilakukan agar sayur tersebut fresh untuk jumlahnya pembelian bahan baku tergantung dari instruksi kepala produksi. Kegiatan logistik ke dalam yang paling bermasalah adalah pengadaan bahan baku yang masih lemah. Hal ini biasa terjadi ketika musim paceklik ikan. Musim ini terjadi karena adanya peralihan musim dari musim barat ke musim timur. Peralihan musim tersebut terjadi pada bulan Maret hingga April, namun karena cuaca yang tidak dapat diprediksi, musim timur lebih cepat terjadi yaitu pada bulan Februari. Musim tersebut angin kencang dan ombak besar sehingga nelayan jarang melaut. Tetapi sebenarnya perusahaan dapat tetap memiliki bahan baku ikan jika saja perusahaan memiliki strategi untuk mengatasi kelemahan mereka tersebut.
55
2.
Operasi Kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan dapat dikatakan sudah
baik. Dalam menjalankan produksi, perusahaan telah menjalankan prosedur produksi berdasarkan standar HACCP (Hazard Analysis dan Critical Control Points) yaitu melakukan penyekatan ruangan yang digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan produksinya. Perusahaan telah memisahkan antara tempat pengadaan bahan baku basah atau kering, tempat pencucian bahan baku, tempat pengolahan hingga produk jadi. Peraturan tersebut dibuat untuk menjaga kehigienisan produk, sehingga tidak terkontaminasi oleh apapun. Kebersihan tempat sudah cukup diperhatikan, beberapa kali lantai produksi disiram air agar lantai bersih kembali. Proses produksi olahan ikan tentunya berbeda-beda tergantung produk olahannya. Secara umum proses produksi pengolahan ikan dapat dilihat pada Gambar 10. Pengadaan bahan baku Pencucian bahan-bahan Penggilingan bahan-bahan Pencampuran bahan-bahan tambahan Pembentukan adonan Perebusan atau pengukusan Penirisan Gambar 10. Proses Produksi Pengolahan Ikan Sumber: CV Bening Jati Anugrah (2011)
a.
Pengadaan bahan baku Bahan baku yang dibutuhkan disiapkan sesuai banyaknya adonan yang
akan dibuat pada hari itu. Bahan yang digunakan meliputi ikan, udang, lemak sapi, es batu, dan bumbu-bumbu yang sesuai dengan jenis produk yang akan diproduksi.
56
b.
Pencucian bahan-bahan Setelah bahan-bahan siap, maka kemudian bahan-bahan produksi seperti
ikan, udang, dan lemak sapi dicuci hingga bersih. c.
Penggilingan bahan-bahan Bahan-bahan olahan seperti ikan, lemak sapi, udang digiling menjadi satu
pada mesin chopper. Penggilingan dilakukan dua kali agar bahan material tersebut benar-benar halus sehingga tekstur produk akan halus pula. d.
Pencampuran bahan-bahan tambahan Bahan material yang sudah digiling kemudian dimasukkan ke dalam
mesian sillent cutter serta ditambahkan dengan bahan-bahan tambahan seperti tepung terigu, telor, bumbu, es batu, dan lain-lain. Bahan tambahan untuk produksi berbeda-beda tergantung dari jenis produk yang akan diproduksi. Rincian selengkapnya pada Lampiran 3 hingga Lampiran 14. e.
Pembentukan adonan Adonan yang telah siap kemudian dibentuk sesuai dengan jenis produk
yang diproduksi. Misalnya untuk bakso, maka adonan dibentuk bulat, sedangkan kaki naga dibentuk bulat lonjong dengan diberikan batang pada bagian tengahnya. f.
Perebusan atau pengukusan Produk yang telah dibentuk kemudian direbus untuk bakso dan dikukus
untuk produk olahan lainnya. Proses ini dilakukan kurang lebih selama lima belas menit. Perebusan bakso ini menggunakan perebusan manual. g.
Penirisan Produk yang telah direbus atau di kukus kemudian ditiriskan di atas papan
bambu dengan kipas angin untuk mempercepat proses pendinginan tersebut. Pendinginana ini dilakukan agar produk tidak mudah rusak atau busuk. 3.
Logistik ke Luar (Outbound Logistics) Logistik ke luar perusahaan meliputi penanganan produk jadi. Penanganan
produk jadi yaitu produk yang telah selesai diproduksi, kemudian dikemas ke dalam plastik ukuran ½ kg untuk produk olahan selain bakso dan plastik besar untuk olahan bakso. Pengemasan produk dilakukan setelah produk-produk tersebut benar-benar dingin, hal ini dilakukan agar produk tidak mudah busuk. Kemudian untuk produk olahan selain bakso diberikan pelabelan, nama produk 57
serta tanggal kadaluarsa produk, setelah itu produk yang telah dikemas ada yang dikirim langsung ke pelanggan ada yang disimpan diruang penyimpanan. Produk olahan selain bakso langsung di kirim untuk disimpan di PIH (Pasar Ikan Higienis). Semua stok olahan bakso tetap disimpan di pabrik sekaligus kantor CV Bening. Pemesanan produk biasanya satu hari sebelum produk dihasilkan, sedangkan untuk bakso biasanya perusahaan langsung memproduksi dalam jumlah tertentu, karena setiap hari agen-agen ataupun pedagang keliling mengambil bakso. 4.
Pemasaran dan Penjualan Pemasaran dilakukan melalui agen-agen dibeberapa wilayah seperti
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Penjualan produk olahan selain bakso dilakukan di Pasar Ikan Higienis, sedangkan penjualan untuk olahan bakso dilakukan di pabrik sekaligus kantor CV Bening selain ke agen-agen penjualan bakso dilakukan ke para pedagang keliling baik pedagang binaan perusahaan ataupun pedagang keliling dengan modal sendiri. Analisis pemasaran dapat dilihat dari STP dan Bauran pemasaran 4P, yaitu: 1. Segmentasi : Produk yang dihasilkan untuk masyarakat bawah (bakso ikan), segala kalangan masyarakat (olahan selain bakso) 2. Targetting : Semua golongan mulai anak-anak hingga dewasa 3. Positioning : Cemilan yang menyehatkan Bauran Pemasaran dari produk olahan CV Bening, yaitu: 1. Produk (Product) Produk yang dihasilkan oleh CV Bening merupakan produk olahan ikan, yaitu bakso ikan, nugget, ekado, siomay, kaki naga. Produk selain bakso dikemas ke dalam plastik dengan berat ½ kg dalam setiap kemasannya. Kemasan kemudian diberi label perusahaan yang berisikan keterangan halal MUI Kabupaten Bogor, nama produk, dan tanggal kadaluarsa. 2. Harga (Price) Harga dari produk olahan ikan ini berbeda, untuk bakso ikan kemasan isi 50 butir dijual dengan harga Rp 300 per butir, harga tersebut untuk agen ataupun pedagang non binaan perusahaan, sedangkan untuk pedagang binaan perusahaan menjual dengan harga Rp 315 per butir. Perbedaan tersebut terjadi karena untuk 58
agen binaan, segala peralatan dagang disediakan oleh perusahaan, seperti gerobak, kompor, tabung gas, dan sebagainya. Produk olahan selain bakso dijual dengan harga berkisar Rp 13.500 s.d. Rp 14.500 per kemasan. Penetapan harga ini selain didasarkan kepada harga pokok produksi juga berdasarkan harga yang digunakan oleh pesaing. Sehingga perusahaan tidak bisa menaikkan harga di atas harga pesaing demi meningkatkan keuntungan perusahaan. 3. Tempat (Place) Pemasaran produk dilakukan di tempat yang berbeda. Bakso ikan dijual di pabrik sekaligus kantor perusahaan. Produk ini dijual kepada agen dan pedagang keliling. Agen-agen yang disuplai oleh perusahaan berasal dari Depok, Citayem, Bogor, Cilengsi sedangkan pedagang keliling hanya berada di daerah Bogor saja. Olahan selain ikan dijual di pasar ikan higienis yang kemudian dijual ke daerah Jabodetabek. 4. Promosi (Promotion) Pada awalnya perusahaan mempromosikan produk-produknya dengan mengikuti bazar-bazar, namun saat ini promosi tidak dilakukan oleh perusahaan. Saat ini promisi yang dilakukan adalah dengan memberikan sample kepada calon pembeli. Selain itu biasanya konsumen mengetahui perusahaan ini dari konsumen lama, ataupun dari dinas peternakan dan perikanan karena CV Bening telah memiliki nama baik di lingkungan eksternal. Sehingga dapat dikatakan belum ada promosi khusus yang dilakukan perusahaan seperti melalui media hal tersebut dikarenakan mahalnya biaya iklan di media. 5.
Layanan Layanan baik yang diberikan perusahaan tentunya akan berdampak
terhadap nama baik perusahaan dimata konsumennya. Pelayanan yang dilakukan perusahaan antara lain pengontrolan hasil akhir produk dengan mencicipi produk dan melihat tekstur produk sehingga produk yang dijual terjamin kualitasnya. Kemudian perusahaan juga melakukan layanan pasca pembelian yaitu menerima kembali produk-produk terutama bakso ikan ketika produk tidak terjual. Namun hal ini jarang terjadi di dalam perusahaan, karena bakso yang diambil oleh konsumen selalu habis terjual.
59
b.
Kegiatan Pendukung Merupakan aktivitas-aktivitas yang melengkapi aktivitas utama dengan
berbagai
fungsi,
yaitu
kelengkapan
infrastruktur,
manajemen
SDM,
pengembangan teknologi, dan pembelian. Berikut kegiatan pendukung dalam CV Bening Jati Anugrah: 1.
Infrastruktur Perusahaan Infrastruktur perusahaan meliputi manajemen umum, administrasi,
keuangan dan akuntansi, hukum serta perpajakan. Sistem manajemen kerja CV Bening masih terpusat di pemilik perusahaan, informasi didapatkan dari atas ke bawah. Manajemen permodalan pun pemilik masih sangat lemah karena uang perusahaan pengolahan masih tercampur dengan rekening pribadi. Selain itu perusahaan juga hanya mengandalkan modal sendiri yang jumlahnya tentu terbatas. Sehingga hal tersebut dapat mengganggu berjalannya aktivitas usaha. Manajemen keuangan perusahaan pun masih sangat sederhana, hanya menggunakan catatan manual. Namun untuk data penjualan, bagian administrasi membuat laporan dalam bentuk excel setiap bulannya tetapi belum rapi. CV Bening merupakan perusahaan berbadan hukum dalam bentuk perusahaan komanditer (CV) yang dipimpin oleh Ibu Purnani. Produk-produk olahan yang dihasilkan perusahaan telah memiliki sertifikasi halal MUI Jawa Barat dengan No. 01101031860608 dan mendapatkan sertifikasi jaminan mutu produk dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu perusahaan memiliki sertifikat P-IRT dengan No. 213327603099, serta sudah melakukan wajib pajak dengan mempunyai NPWP untuk usahaanya pada Tahun 2007. 2.
Manajemen Sumberdaya Manusia Tenaga kerja perusahaan berasal dari daerah dekat perusahaan. Tenaga
kerja yang ada pada perusahaan merupakan aset yang dapat digunakan untuk melakukan bisnis pengolahan ikan tersebut karena sumberdaya manusia yang dimiliki diketahui memiliki kerajinan, keuletan, dan keloyalan terhadap perusahaan dan juga memiliki keinginan yang sama untuk memajukan perusahaan walaupun saat ini perusahaan telah mengalami penurunan omset penjualan. Ketika tenaga kerja baru dibutuhkan maka perusahaan melakukan pengajaran seluruh kegiatan perusahaan. Hal ini dilakukan agar tenaga kerja tersebut mengetahui tata 60
cara kegiatan usaha, serta setiap tenaga kerja mengetahui dan bisa melakukan seluruh kegiatan usaha. Tenaga kerja perusahaan terdiri dari enam belas orang dengan latar belakang pendidikan yang beragam, yaitu SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Latar belakang dari tenaga kerja CV Bening dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sebaran Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Pendidikan SD SMP SMA S1
Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 1 4 8 3
Sumber: CV Bening Jati Anugrah (2011)
Menurut perusahaan tingkat pendidikan dapat berpengaruh ataupun tidak berpengaruh tergantung daripada posisi pekerjaannya. Untuk penempatan kasir dibutuhkan minimal SMA agar mengetahui bagaimana cara pembukuan yang baik, sedangkan untuk bagian produksi dan operasional perusahaan tidak mempermasalahkan status pendidikan, karena untuk posisi tersebut membutuhkan keterampilan dan keterampilan tersebut dapat dilakukan oleh para pekerja dan dapat dipelajari ketika mereka masuk perusahaan dan diajarkan oleh para manajer perusahaan. Tingkat upah yang diberlakukan perusahaan berbeda-beda tergantung dari lama kerja karyawan. Gaji terbesar pada perusahaan adalah Rp 3.500.000 sedangkan untuk karyawan gaji terbesar yang diberikan perusahaan adalah Rp 1.200.000 per bulan dan gaji terkecil untuk karyawan adalah Rp 675.000. Gaji tersebut disesuaikan dengan lama karyawan bekerja. Gaji tersebut belum termasuk bayaran tambahan ketika mereka melakukan kerja lembur. 3.
Pengembangan Teknologi Peralatan yang digunakan oleh perusahaan dapat dikatakan sudah cukup
canggih, karena perusahaan telah menggunakan peralatan sendiri seperti mesin penghancur daging (chopper), alat pengadon (silent cutter), alat pencetak bakso, dan kompor set yang terdiri dari empat mata api. Alat-alat tersebut sudah cukup baik untuk perusahaan pengolahan ikan, namun ternyata peralatan tersebut masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan salah satu pesaingnya yang telah memiliki peralatan yang lebih canggih. Salah satunya terlihat dari alat perebusan baksonya. Pada CV Bening perebusan masih manual yaitu menggunakan panci 61
perebusan sehingga masih membutuhkan banyak tenaga kerja jika dibandingkan dengan salah satu pesaingnya yaitu CV Sakana. Teknologi
komunikasi
yang
digunakan
oleh
perusahaan
untuk
menghubungi pelanggan dan supplier yaitu telepon dan handphone, namun perusahaan lebih sering menggunakan handphone. Untuk melakukan promosi, perusahaan belum menggunakan layanan informasi internet bahkan perusahaan juga belum memiliki website perusahaan, sehingga hanya beberapa daerah saja yang mengetahui perusahaan ini. 4.
Pembelian Perusahaan melakukan pembelian bahan baku, peralatan dan perlengkapan
perusahaan. Pembelian bahan baku ikan dan udang dilakukan dibeberapa daerah antara lain: Muara Baru, Muara Angke, Kemang Bogor, dan Pondok Gede, tiaptiap tempat tersebut terdapat beberapa pemasok. Bahan baku es batu dibeli di Tangerang, dan bahan baku lainnya dibeli di Pasar Parung. Pemilihan perusahaan untuk melakukan pembelian dibeberapa pemasok tersebut agar harga bahan baku yang didapat tidak terlalu mahal. Pembelian bahan baku ikan dan udang dilakukan dua kali seminggu, es dilakukan dua hari sekali dan bahan baku lainnya dilakukan setiap hari sebelum produksi. 6.2.2 Keterkaitan Komponen pada Rantai Nilai 1.
Keterkaitan Komponen pada Kegiatan Utama Kegiatan utama dalam rantai nilai tentunya memiliki keterkaitan satu
dengan yang lainnya. Kegiatan inbound logistik pada CV Bening dapat dikatakan masih lemah. Hal ini terlihat dari kegiatan pengadaan bahan baku ikan dan udang. Saat ini perusahaan telah memiliki tujuh pemasok ikan sekaligus udang untuk mengantisipasi kesulitan mendapatkan bahan baku, namun dengan pemasok tersebut ternyata CV Bening masih saja kesulitan mendapatkan bahan baku terutama pada musim-musim tertentu. Sistem pengiriman bahan baku tidak tetap, terkadang perusahaan yang mengambil terkadang pihak pemasok yang mengirimkan. Dalam hal ini perusahaan juga harus menetapkan sistem pengiriman bahan bakunya yang tetap sehingga prosedur pengiriman lebih teratur. Keterbatasan pada kegiatan inbound logistik akan mengganggu pada kegiatan operasi perusahaan. Ketersediaan bahan baku yang tidak menentu mengakibatkan 62
kegiatan operasi juga tidak menentu. Ikan dan udang merupakan bahan baku penting dalam kegiatan operasi. Dapat dikatakan kegiatan operasi pada CV Bening sudah baik karena perusahaan telah menerapkan standar dasar pelaksanaan pengolahan ikan yaitu HACCP. Kegiatan logistik ke luar CV Bening sudah cukup baik. Perusahaan telah melakukan pengemasan dan pelabelan namun masih sederhana. Kegiatan ini akan terganggu apabila kegiatan logistik ke dalam dan kegiatan operasi terganggu. Hal ini berimplikasi kepada tertundanya penanganan produk jadi. Ketika penanganan produk jadi tersebut terhambat maka kegiatan pemasaran dan penjualan pun akan terganggu. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap ketepatan penyediaan produk untuk konsumen yang mayoritas agen dan pedagang. Pedagang atau agen yang membeli produk tentunya tidak ingin usahanya terganggu akibat pasokan ikan olahan perusahaan tidak tepat waktu. Hal ini tentunya akan mempengaruhi minat beli ulang konsumen yang sudah menjadi langganan perusahaan. Selain itu servis yang dilakukan perusahaan juga sangat mempengaruhi kepuasan konsumen. Dalam hal ini perusahaan melakukan pelayanan yang sudah cukup baik. Penerimaan kembali produk yang tidak terjual oleh agen ataupun pedagang kelilingnya dilakukan sebagai pelayanan perusahaan kepada konsumennya. Dari lima kegiatan tersebut terlihat bahwa kegiatan dalam rantai nilai memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Pada CV Bening, kegiatan utama yang paling lemah dan sangat mempengaruhi kegiatan utama lainnya yaitu kegiatan inbound logistik. 2.
Keterkaitan Komponen pada Kegiatan Pendukung Selain kegiatan utama, kegiatan yang mempengaruhi berjalannya kegiatan
usaha perusahaan adalah kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung pada CV Bening Jati Anugrah yang dapat dikaji antara lain infrastruktur, manajemen sumberdaya manusia, pengembangan teknologi dan pembelian. Infrastruktur perusahaan belum cukup kokoh untuk mendukung perusahaan, ditambah lagi dengan manajemen sumberdaya manusia yang belum terstruktur dengan rapi, serta sistem pembelian yang tidak teratur membuat kegiatan tersebut belum sepenuhnya mendukung kegiatan perusahaan. Infrastruktur yang mendukung
63
kegiatan perusahaan yaitu bentuk hukum perusahaan yaitu CV dan sertifikasi produk yang telah dimiliki perusahaan. 3.
Keterkaitan Kegiatan Utama dengan Kegiatan Pendukung Keberhasilan suatu usaha tidak terlepas dari kekokohan internal
perusahaannya. Ketika semua aspek-aspek internal dalam rantai nilai sudah kokoh satu sama lainnya maka akan menghasilkan margin bagi perusahaan. Ketika kegiatan utama sudah baik tetapi kegiatan penunjang tidak dapat menunjang maka tetap saja perusahaan belum kuat dari sisi internalnya, begitu juga sebaliknya.
64
VII. FORMULASI STRATEGI 7.1
Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Peluang merupakan sesuatu yang dapat diambil atau dimanfaatkan oleh
perusahaan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki. Ancaman adalah sesuatu yang dapat mengancam berjalannya suatu usaha, oleh sebab itu perusahaan harus mencoba meminimalkan atau menghindari ancaman tersebut. Adapun faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang, antara lain: 1.
Trend konsumsi ikan semakin meningkat Terjadinya peningkatan konsumsi ikan nasional dapat dijadikan peluang
usaha. Hal ini memperlihatkan bahwa setiap tahunnya makin banyak masyarakat yang mengonsumsi ikan. Peningkatan konsumsi ikan, tentunya didasari dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia yang hingga tahun 2010 mencapai 237,6 juta orang. Selain itu berdasarkan hasil Susenas Panel Maret (2009), terlihat bahwa, pengeluaran konsumsi ikan rata-rata per kapita sebulan mengalami peningkatan dari tahun 2008 yaitu Rp 15.315 menjadi Rp 18.454 pada tahun 2009. Tingkat konsumsi ikan cenderung meningkat, namun seperti diketahui tingkat konsumsi ikan nasional masih tergolong rendah. Oleh karena itu perusahaan masih dapat memasarkan produk olahan ikan untuk meningkatkan konsumsi ikan nasional. 2.
Adanya program GEMARIKAN Program GEMARIKAN merupakan program yang diupayakan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengkampanyekan pentingnya mengonsumsi ikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat lebih paham terhadap kesehatan mereka. Adanya program tersebut secara tidak langsung menguntungkan perusahaan dan dapat dijadikan peluang bagi perusahaan, karena dengan program tersebut masyarakat mengetahui manfaat mengonsumsi ikan dan akan lebih banyak mengonsumsi ikan dalam bentuk apapun. 3.
Adanya program pelatihan pengolahan produk hasil perikanan dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Kelautan dan Perikanan
65
Program tersebut menjadi suatu peluang bagi perusahaan pengolahan ikan, terutama perusahaan yang masih skala kecil. Bagi perusahaan berskala kecil program tersebut dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha dalam hal pengolahan ikan. Sehingga dengan adanya pelatihan perusahaan dapat lebih termotivasi untuk melakukan perbaikan kualitas produk sehingga produk dapat bersaing dengan produk pesaingnya. 4.
Perkembangan teknologi informasi, produksi, dan pemasaran Perkembangan teknologi yang dapat dijadikan peluang yaitu teknologi
dalam hal mendapatkan informasi seperti trend konsumsi masyarakat, informasi harga, informasi pasokan bahan baku, dan lain-lain yang mendukung keberlangsungan perusahaan. Selain itu peluang lainnya adanya perkembangan teknologi pemasaran dan produksi. Perkembangan teknologi pemasaran tersebut membuat perusahaan dapat lebih mudah memasarkan produk tanpa batasan waktu ataupun tempat tujuan, kemudian adanya perkembangan produksi juga membuat perusahaan dapat lebih efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan produksi serta dapat memberikan nilai tambah pada limbah ataupun bahan yang tidak masuk kriteria di produk utama perusahaan. 5.
Adanya kesempatan UMKM mendapatkan bantuan baik material maupun non material baik dari pihak Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. Bogor, Provinsi Jawa Barat dan dari Perbankan Bantuan dalam hal material dan non material dari pemerintah dan
Perbankan dapat dijadikan peluang karena dengan adanya program tersebut perusahaan dapat dipermudah dalam hal modal ataupun pengadaan peralatan usaha. Bantuan tersebut akan didapatkan karena perusahaan memenangkan perlombaan, ataupun mengajukan proposal usaha. 6.
Peningkatan PDRB per Kapita Adanya peningkatan PDRB Per Kapita terjadi pada daerah tujuan
pemasaran produk CV Bening yaitu provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa perekonomian daerah tersebut semakin baik. Ketika ekonomi daerah makin baik maka daya beli masyarakat daerah tersebut meningkat, ketika kesejahteraan meningkat maka masyarakat akan mementingkan kesehatan dan akan mengonsumsi makanan yang sehat. Hal ini 66
dapat dijadikan peluang bagi perusahaan yang membuat produk olahan ikan dan akan dipasarkan ke daerah-daerah tersebut. 7.
Pemasok ikan ada dalam jumlah yang banyak Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, jumlah pemasok ikan di
Indonesia cukup banyak. Di Indonesia terdapat beberapa pelabuhan yang dibagi menjadi empat bagian yaitu 1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) yang terdiri dari beberapa tempat pelabuhan antara lain Jakarta, Kendari, Cilacap, Belawan, Bungus, dan Bitung, 2) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang terdiri dari beberapa tempat pelabuhan seperti Ambon, Brondong, Kejawan, Pekalongan, Pelabuhan Ratu, Ternate, Tanjung Pandang, 3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang berada di Lampulo, Sikakap, Tarempa, Pulau Tello, Karangantu, karimunjawa, Bawean, Banjarmasin, Tarakan, Hantipan, Teluk Bantang, Tenaukupang, Labuhan Lombok, Dagho, Pengambengan, dan Teluk Sari. 4) Pangkalan Pendaratan Ikan, tersebar di daerah-daerah pantai, antara lain Juwana dan Pati. Adanya pelabuhan perikanan di beberapa daerah tersebut, secara langsung memperlihatkan bahwa terdapat banyak pemasok ikan di Indonesia. Faktor eksternal yang menjadi ancaman perusahaan, antara lain: 1.
Barrier to entry usaha pengolahan ikan rendah Setiap tahunnya pasti ada penambahan jumlah perusahaan olahan ikan, dan
penambahan tersebut tentunya akan semakin meningkatkan persaingan dalam daerah tersebut. Pengusaha yang membuat usaha olahan ikan tidak harus dalam skala besar sehingga siapapun dapat masuk dalam suatu industri. 2.
Persaingan dengan perusahaan sejenis Ancaman lain yang dirasakan perusahaan adalah adanya perusahaan yang
sejenis tentunya produk yang dihasilkan sama dan segmentasi yang sama pula, oleh karena itu perusahaan harus mampu mengantisipasi dan membuat strategi agar bisa bertahan dalam usahanya. 3.
Persaingan dengan produk substitusi Adanya perusahaan substitusi juga menjadi ancaman perusahaan, sebab
produk yang dihasilkan perusahaan ini terbilang baru jika dibandingkan dengan produk substitusinya seperti bakso sapi, nugget ayam dan lain-lain, sehingga 67
dalam hal ini perusahaan harus mampu memikirkan cara untuk bisa bertahan dalam suatu industri. 4.
Tingkat Inflasi yang cenderung meningkat Tingkat inflasi di Indonesia pada bulan Februari 2010 hingga Februari 2011
berfluktuasi dan cenderung meningkat. Adanya perubahan tingkat inflasi tiap bulannya membuat terjadinya ketidakpastian perusahaan dalam menjankan usahanya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap harga pokok penjualan. Ketika harga-harga mengalami peningkatan maka biaya pokok produksi bertambah, sehingga akan berdampak kepada keuntungan yang perusahaan terima. Perusahaan dalam hal ini tidak dapat menaikkan harga secara sepihak demi mempertahankan keuntungan karena harga produk perusahaan berdasarkan harga para pesaingnya. Selain itu tingkat inflasi juga mempengaruhi prioritas pemilihan barang atau jasa yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Ketika inflasi meningkat maka masyarakat cenderung mengonsumsi makanan pokok. 7.2
Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Berdasarkan analisis internal dengan pendekatan rantai nilai didapatkan
beberapa faktor kekuatan dan kelemahan pada CV Bening. Kekuatan yang dimiliki perusahaan merupakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam memenangkan persaingan yang ada, sedangkan kelemahan merupakan suatu hal yang dapat menghambat perusahaan mencapai suatu tujuan karena hal ini akan menurunkan kinerja perusahaan. Adapun faktor internal yang menjadi kekuatan yang dimiliki CV Bening, antara lain: 1.
Lokasi perusahaan strategis Lokasi perusahaan yang strategis maksudnya adalah lokasi perusahaan baik
kantor ataupun pabrik dekat dengan jalan utama sehingga mudah dijangkau oleh pemasok, ataupun konsumen yang ingin membeli produk dan ingin melihat proses produksi produk. Hal ini menjadi keunggulan jika dibandingkan dengan perusahaan pesaing utamanya yaitu Sakana, dan perusahaan sejenis yaitu Bintang yang berada di dekat perusahaan. Lokasi Sakana lebih dalam dan cukup jauh untuk menuju jalan utama, sedangkan Bintang, lokasi pabrik cukup dalam dan sulit dijangkau kendaraan roda empat, sehingga sulit untuk pendistribusian bahan
68
baku dari pemasok ke pabrik, keberadaan kantor dan lokasi tentunya mempengaruhi efisiensi waktu untuk kegiatan operasional perusahaan. 2.
Memiliki prestasi dan penghargaan Prestasi dan penghargaan yang diraih perusahaan cukup banyak, antara lain:
menjadi terbaik satu dalam hal verifikasi UMKM pengolahan hasil perikanan tingkat provinsi pada tahun 2009 dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, menjadi juara satu penghargaan Adibakti Mina Bahari bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tingkat nasional tahun 2008, dan mendapatkan beberapa plakat sebagai ucapan terima kasih dari kunjungan Dinas Provinsi Riau, Dinas Provinsi Sumatera Barat, dan studi banding dari penyuluh perikanan Kabupaten Bandung. Kekuatan tersebut tentunya sangat bermanfaat apabila digunakan untuk memajukan perusahaan, karena prestasi tersebut dapat dijadikan gambaran bahwa perusahaan merupakan perusahaan yang kompeten dibidangnya. 3.
Perusahaan telah menjalankan kegiatan produksi berdasarkan HACCP Kegiatan produksi yang sesuai dengan HACCP yaitu kegiatan yang
mengikuti prosedur pelaksanaan, yaitu adanya ruang sekat antara tempat basah ataupun tempat kering. Tempat basah disini adalah tempat pencucian bahan baku, dan pencucian alat-alat produksi. Tempat kering yaitu tempat penyimpanan bahan baku keting seperti tepung, bumbu dan telur, ataupun tempat penirisan produk jadi. Produk jadi tidak boleh kembali ke tempat penyimpanan ataupun tempat penggilingan bahan baku. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh perusahaan lain karena perusahaan lain memiliki luas pabrik yang lebih kecil daripada Bening, sehingga tidak disekat-sekat seperti Bening. Dengan penerapan kegiatan produksi yang telah sesuai HACCP membuat perusahaan lebih mudah dipercaya oleh pihak eksternal dalam hal kualitas produk. Faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan perusahaan, antara lain: 1.
Pemilik tidak hanya fokus menjalankan pada satu usaha yaitu usaha pengolahan ikan Pemilik perusahaan tidak hanya menjalankan usaha pengolahan tetapi juga
menangani proyek lain, sehingga waktu, uang, tenaga, dan fikiran pemilik pun terpecah.
Setiap
menjalankan
usaha
tentunya
perusahaan
menghadapi 69
permasalahan, ketika pemilik memiliki banyak proyek yang ditangani sendiri maka pemilik dikhawatirkan tidak fokus menyelesaikan masalah yang timbul tersebut. Hal ini menjadi kelemahan sebab pemilik memiliki peranan yang besar dalam kegiatan usaha, sehingga keberadaan pemilik secara utuh, amat penting bagi perusahaan. 2.
Segala keputusan kegiatan usaha masih bergantung pada pemilik perusahaan Segala kegiatan perusahaan masih mengandalkan pemilik, meskipun ada
kepala bagian tetap saja mereka tidak dapat mengambil keputusan sendiri, sehingga segala kegiatan usaha berjalan dengan lambat sebab menunggu keputusan dari pemilik. Hal ini menjadi kelemahan karena sistem organisasi tidak berjalan dengan baik, dan hal tersebut menghambat berkembangnya suatu usaha, padahal beberapa karyawan mampu memberikan masukkan ke perusahaan karena beberapa dari karyawan sudah memiliki pengalaman dalam usaha pengolahan tersebut. 3.
Tidak adanya divisi pemasaran secara khusus, pemasaran masih dilakukan oleh pemilik Kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam
berjalannya suatu perusahaan, pemasaran yang bagus tentunya akan membuat perusahaan berkembang dan membuat produk tersebar luas dipasaran sehingga penjualan perusahaan pun akan meningkat. 4.
Administasi dan keuangan perusahaan belum rapi Administrasi dan keuangan perusahaan belum rapi, contohnya adalah belum
adanya rekening khusus untuk pengolahan ikan, sehingga uang yang masuk ataupun keluar tidak dapat termonitor secara teratur. Pendapatan perusahaan masuk ke rekening para kepala bagian, sehingga dikhawatirkan perusahaan tidak dapat secara langsung melihat jumlah uang perusahaan. Selain itu perusahaan telah membuat laporan keuangan, namun masih bersifat sederhana serta pencatatan yang per hari yang masih dalam lembar-lembaran kertas. 5.
Modal usaha terbatas Modal merupakan sumberdaya yang penting dalam menjalankan suatu
usaha, dalam hal ini perusahaan masih terkendala dengan modal, sejak awal 70
didirikan modal perusahaan merupakan modal sendiri, sehingga jumlahnya terbatas. Sehingga berjalannya usaha hanya mengandalkan modal pribadi pemilik. Keterbatasan modal ini menjadi sesuatu yang dapat menghambat berkembangnya suatu usaha. Hal ini berbeda sekali dengan salah satu pesaingnya yang menggunakan sistem tanam modal, dan melakukan bagi hasil, sehingga mereka tidak bermasalah dengan pengadaan modal. 6.
Ketidakmampuan perusahaan mendapatkan bahan baku ikan Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, perusahaan
mengalami kesulitan dalam pengadaan bahan baku ikan. Hal ini biasa terjadi pada musim paceklik ikan. Sehingga ketidaktersediaan bahan baku tersebut membuat perusahaan mengalami masalah dalam kegiatan produksinya. 7.3
Tahap Pencocokkan: Matriks SWOT Faktor-faktor strategis baik internal ataupun eksternal cocokkan dengan
menggunakan matriks SWOT. Analisis matriks SWOT digunakan untuk memformulasikan strategi perusahaan sehingga didapatkan beberapa alternatif strategi. Adapun hasil matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 14.
71
Tabel 14. Matriks SWOT CV Bening Jati Anugrah
Internal
Kekuatan (S) 1. Lokasi perusahaan strategis (S1) 2. Memiliki prestasi dan penghargaan (S2) 3. Perusahaan telah menjalankan kegiatan produksi berdasarkan HACCP (S3)
Eksternal
Peluang (O) 1.Trend konsumsi ikan semakin meningkat (O1) 2.Adanya program GEMARIKAN (O2) 3.Adanya program pelatihan pengolahan produk hasil (O3) 4.Perkembangan teknologi (O4) 5.Adanya kesempatan UMKM mendapatkan bantuan baik material maupun non material (O5) 6.Peningkatan PDRB Per Kapita (O6) 7.Pemasok ikan ada dalam jumlah yang banyak (O7)
Strategi SO 1:Memperluas jaringan distribusi (S1, S2, O1, O2, O4)
Ancaman (T) 1. Barrier to entry usaha pengolahan ikan rendah (T1) 2. Persaingan dengan perusahaan sejenis (T2) 3. Persaingan dengan produk substitusi (T3) 4. Tingkat inflasi yang cenderung meningkat (T4)
Strategi ST 1:Melakukan inovasi produk olahan ikan (S2, S3, T1, T2, T3, T4).
2: Peningkatan jumlah penjualan perusahaan (S1, S2, O1, O2, O6) 3: Melakukan diversifikasi produk yang memanfaatkan limbah perusahaan (S2, O3, O4)
2: Memelihara serta meningkatkan kualitas produk (S2, S3, T1, T2, T4).
Kelemahan (W) 1. Pemilik tidak hanya fokus menjalankan pada satu usaha (W1) 2. Segala keputusan kegiatan usaha masih bergantung pada pemilik perusahaan (W2) 3. Tidak adanya divisi pemasaran secara khusus (W3) 4. Administrasi dan keuangan perusahaan belum rapi (W4) 5. Modal usaha terbatas (W5) 6. Ketidakmampuan perusahaan mendapatkan bahan baku ikan (W6) Strategi WO 1:Memperbaiki sistem administrasi dan keuangan perusahaan. (W4, O4) 2:Mencari tambahan modal usaha (W5, O5) 3:Menjalin kemitraan dengan pemasok yang ada di beberapa daerah di Indonesia (W6, O7).
Strategi WT 1:Restrukturisasi organisasi serta memperbaiki sistem manajemen perusahaan (W1, W2, W3, T2)
72
1.
Strategi SO Strategi SO merupakan strategi yang digunakan dengan mengandalkan
kekuatan perusahaan untuk mendapatkan peluang yanga ada. Strategi SO yang dapat dijadikan alternatif strategi antara lain: a.
Memperluas jaringan distribusi. Strategi ini dapat digunakan perusahaan dengan melihat pada kekuatan
yang dimiliki perusahaan. Lokasi yang strategis dengan akses ke jalan utama serta kemudahan aktivitas antara kantor dengan pabrik membuat perusahaan mudah dijangkau pihak luar, selain itu prestasi dan penghargaan membuat perusahaan lebih mudah menyakinkan agen baru untuk memasarkan produk olahan tersebut. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan peluang masih terbuka luas pasar untuk pengolahan ikan yang terlihat dari trend konsumsi ikan meningkat, selain itu adanya peluang berkembangnya teknologi terutama teknologi pemasaran membuat perusahaan mudah melakukan pemasaran ke beberapa daerah. b.
Meningkatkan jumlah penjualan produk perusahaan Strategi ini dapat dilakukan perusahaan karena melihat peluang yang ada
yaitu adanya peningkatan trend konsumsi ikan masyarakat yang mengartikan bahwa makin banyak masyarakat yang menyukai ikan sehingga usaha ikan konsumsi memiliki prospek yang cukup cerah, selain itu peluang yang dapat dimanfaatkan lainnya yaitu adanya program GEMARIKAN yang diadakan oleh Kementerian, Kelautan dan Perikanan hingga tingkat kabupaten membuat masyarakat paham akan pentingnya mengonsumsi ikan, sehingga pemerintah secara tidak langsung mempromosikan ikan ke masyarakat luas, dan ketika masyarakat luas memahami pentingnya ikan maka mereka akan mengonsumsi ikan lebih banyak lagi. Peluang lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penjualan adalah adanya perkembangan teknologi baik informasi, produksi, ataupun pemasaran sehingga dalam prakteknya perusahaan dapat mengetahui informasiinformasi yang dibutuhkan seperti mengenai harga, trend, pasokkan bahan baku, dan lain-lain sehingga perusahaan dapat mengontrol segala kebutuhan perusahaan dengan baik, selain itu adanya perkembangan teknologi pemasaran berfungsi untuk melakukan kegiatan pemasaran secara luas tanpa batasan waktu dan tempat. 73
Peluang yang dapat dimanfaatakan lainnya yaitu adanya peningkatan PDRB per kapita provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Peningkatan tersebut membuat masyarakat lebih konsumtif. Peningkatan penjualan dapat dilakukan dengan memanfaatkan peluang dan tentunya menggunakan kekuatan yang ada dalam perusahaan. Perusahaan memiliki lokasi perusahaan yang strategi yang memiliki akses luas karena lokasi pabrik dan kantor yang dekat dengan jalan utama serta perusahaan memiliki prestasi dan penghargaan mengenai pengolahan ikan. c.
Melakukan diversifikasi produk yang memanfaatkan limbah perusahaan Strategi ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kekuatan
perusahaan yaitu perusahaan telah berhasil mendapatkan prestasi dan penghargaan yang mengartikan bahwa kualitas produk terjamin. Oleh karena itu perusahaan dirasa mampu melakukan diversifikasi produk dengan menggunakan limbah perusahaan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi limbah tersebut. Dalam pelaksanaannya perusahaan dapat menggunakan teknologi yang tepat guna ataupun mengikuti program pengolahan ikan sehingga produk yang usulkan mendapatkan tanggapan sehingga produk yang dihasilkan pun maksimal. 2.
Strategi WO Strategi
WO
merupakan
strategi
untuk
memperkecil
kelemahan
perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Adapun Strategi WO, yaitu: a.
Memperbaiki sistem administrasi dan keuangan perusahaan. Sistem keuangan perusahaan dapat dikatakan belum teratur. Terkadang
uang yang masuk ditransfer ke rekening kepala bagian, dan kasir yang mengatur keuangan hanya mengetahui uang tunai yang saat ini ada di perusahaan. Pencatatanpun masih sering dilakukan secara manual. Oleh karena itu membuat rekening khusus produk olahan ikan dirasakan perlu agar uang perusahaan dapat diketahui dengan jelas dan menata ulang sistem keuangan perusahaan dengan menggunakan laptop atau komputer setiap saat sangat dianjurkan kepada perusahaan sehingga keuangan perusahaan mudah untuk dikontrol. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi yang ada.
74
b.
Mencari tambahan modal usaha. CV Bening diketahui masih tergolong usaha kecil yang masih lemah
dalam hal permodalan. Hal ini disebabkan karena perusahaan hanya mengandalkan modal pribadi pemilik yang tentunya terbatas. Oleh karena itu sebaiknya perusahaan melakukan peminjaman untuk penambahan modal usahanya dalam waktu dekat ini dan untuk jangka panjang perusahaan dapat mencari investor untuk usahanya sehingga usaha dapat berjalan dengan lancar tanpa terkendala dengan modal. Hal ini didukung dengan adanya program pemerintah yang memberikan bantuan modal untuk UMKM. c.
Menjalin kemitraan dengan dengan pemasok yang ada di beberapa daerah di Indonesia. Bahan baku merupakan sesuatu hal yang penting untuk keberlangsungan
suatu usaha. Namun di waktu tertentu pasokan ikan laut sulit didapatkan sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam hal pengadaan bahan baku. Jika dilihat peluang pemasok yang cukup banyak, maka perusahaan seharusnya mampu melakukan penyelesaian masalah tersebut dengan melakukan kemitraan dengan pemasok yang ada. Perusahaan dapat melakukan penetapan harga sedikit diatas harga biasanya, sehingga pemasok akan senang dan merasa lebih diuntungkan dengan adanya kerjasama tersebut 3.
Strategi ST Strategi ST merupakan strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan
dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengantisipasi serta mengurangi dampak dari ancaman yang ada. Adapun strategi ST yang dapat digunakan perusahaan, antara lain: a.
Melakukan inovasi produk olahan ikan. Salah satu strategi untuk meningkatkan penjualan yaitu dengan membuat
sesuatu yang berbeda terhadap produk. Hal ini dilakukan agar konsumen merasakan sesuatu yang baru sehingga konsumen tidak bosan terhadap tampilan produk. Selain itu perusahaan juga bisa membuat produk yang baru yang tentunya perusahaan harus mengetahui apa saja keinginan konsumen terhadap produk barunya. Hal ini tentunya dapat dilakukan perusahaan karena perusahaan memiliki prestasi sehingga produk yang dihasilkan seharusnya memiliki kualitas yang baik 75
yang dapat diterima masyarakat. Kualitas yang baik dalam penciptaan produk juga didukung dengan sudah mampunya perusahaan melakukan produksi yang sesuai dengan standar produksi HACCP. Strategi ini diharapkan dapat mengurangi ancaman akibat rendahnya hambatan masuk usaha pengolahan ikan, persaingan dengan pengusaha sejenis, dan adanya persaingan dengan produk substitusi seperti bakso daging, nugget ayam serta ketika produk unik maka terjadinya inflasi tidak terlalu berdampak akibat perusahaan bisa menggunakan harga yang sesuai karena produk tersebut unik. b.
Memelihara serta meningkatkan kualitas produk. Adanya prestasi dan penghargaan yang didapatkan memperlihatkan bahwa
produk perusahaan berkualitas. Dengan kualitas yang terus dijaga bahkan terus ditingkatkan diharapkan produk mampu bersaing dengan produk substitusinya terutama dengan produk sejenis. Pemeliharaan dan peningkatan tersebut tentunya membutuhkan kekonsistenan dalam proses mengolahannya, perusahaan harus tetap melakukan standar produksi sehingga hasil produk memang benar-benar berkualitas. Strategi ini dilakukan untuk mengurangi ancaman dari perusahaan sejenis dengan produk yang sama, serta adanya produk substitusi yang telah lebih dulu dikenal masyarakat. 4.
Strategi WT Strategi WT merupakan strategi yang digunakan untuk mengurangi
kelemahan dan menghindari ancaman yang muncul. Adapun Strategi yang dapat dilakukan, antara lain: a.
Restrukturisasi perusahaan.
organisasi
serta
memperbaiki
sistem
manajemen
Jika perusahaan ingin meningkatkan omzet penjualan maka salah satu caranya adalah dengan menambah tenaga kerja untuk pemasaran. Hal ini perlu dilakukan agar mengurangi masalah tidak adanya divisi pemasaran. Strategi ini perlu dilakukan agar pemilik tidak perlu repot untuk memasarkan produk sekaligus mengontrol perusahaan sendirian. Sehingga dengan penambahan tenaga kerja setidakknya urusan pemasaran dapat ditangani oleh bagian pemasaran tidak perlu selalu menunggu keputusan pemilik. Selain itu pemilik sebaiknya membuat job description yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih pekerjaan. Sehingga 76
dengan pembagian kerja yang jelas perusahaan dapat menyaingi perusahaan sejenis yang telah memiliki divisi pemasaran secara khusus. 7.4
Rancangan Arsitektur Strategik CV Bening Jati Anugrah
7.4.1 Sasaran CV Bening Jati Anugrah Sasaran perusahaan adalah meningkatkan omzet penjualan perusahaan setiap tahunnya, memasyarakatkan produk olahan ikan, membantu meningkatkan tingkat konsumsi ikan masyarakat serta mengurangi pengangguran penduduk setempat dengan semakin berkembangnya perusahaan. 7.4.2 Tantangan CV Bening Jati Anugrah Pencapaian sasaran perusahaan tentunya harus diseimbangkan dengan kemampuan perusahaan mengatasi tantangan yang ada. Adapun tantangan CV Bening Jati Anugrah, antara lain: perusahaan harus mampu memperkuat pengadaan bahan baku ikan, perusahaan mampu memperluas pasarnya, melakukan inovasi produk, serta meningkatkan kinerja perusahaan. 7.4.3
Rekomendasi Program Kegiatan Rekomendasi program kegiatan merupakan penjabaran dari alternatif
strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT. Program-program tersebut dipetakan dalam arsitektur strategik sehingga memudahkan perusahaan untuk melihat langkah yang akan dijalankan perusahaan untuk tiga tahun ke depan. Adapun program kegiatan yang dapat digunakan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 15.
77
Tabel 15. Rekomendasi Program Kegiatan Alternatif Strategi
Restrukturisasi organisasi serta memperbaiki sistem manajemen perusahaan
Program Kegiatan 1. Membuat job description yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih pekerjaan 2. Melakukan perekrutan tenaga kerja untuk bagian pemasaran 3.Melakukan pertemuan rutin untuk membahas hasil kerja dan membuat perencanaan untuk waktu kedepannya seperti pendiskusian visi dan misi perusahaan 4.Melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan serta memberikan reward kepada karyawan terbaik dalam periode waktu tertentu 5.Melakukan penyesuaian jumlah tenaga kerja dan sistem kerja
1.Mengajukan kredit untuk modal perusahaan kepada instansi pemerintah ataupun perbankan Mencari 2.Mengajukan proposal kerjasama terhadap beberapa calon tambahan modal investor potensial usaha 3.Membuat kontrak perjanjian kerjasama dengan investor dan bersedia menjalankan segala yang telah dibuat dalam kontrak. 1. Membuat kontrak perjanjian kerjasama dengan pemasok ikan Menjalin 2. Menaati dan menjalankan perjanjian yang telah dibuat kemitraan dengan sebelumnya termasuk mengenai ketepatan waktu pembayaran pemasok yang kepada pemasok. ada di beberapa 3. Melakukan pertemuan rutin dengan pemasok dalam periode daerah di waktu tertentu. Indonesia 1.Menghadiri pameran mengenai hasil olahan ikan 2.Menawarkan produk ke beberapa daerah dengan memberikan Memperluas jaringan distribusi contoh produk 3.Menjalin kerjasama dengan modern retail 1. Membuat rekening khusus untuk usaha pengolahan ikan Memperbaiki sistem administrasi dan 2. Menata ulang sistem keuangan dan administrasi perusahaan keuangan 3. Membuat laporan keuangan dan sistem administrasi yang rapi perusahaan 1. Melakukan promosi produk berdasarkan target penjualan dengan Meningkatkan pemberian diskon harga kepada Agen jumlah penjualan 2. Melakukan promosi produk berdasarkan target penjualan dengan produk pemberian bonus produk kepada pedagang keliling perusahaan 3. Meningkatkan penjualan melalui promosi dengan pemberian poin untuk pembelian dalam kelipatan tertentu 1.Mempertahankan jumlah bahan baku ikan yang digunakan untuk bahan baku olahan ikan 2.Menggunakan ikan-ikan dengan kualitas yang baik Memelihara serta meningkatkan 3.Mempertahankan citarasa produk kualitas produk 4.Mengurus nomor MD 5.Mendaftarkan produk ke Badan Standardisasi Nasional untuk mendapatkan label SNI 1. Menambah jenis produk Melakukan inovasi produk
2. Memberikan bentuk baru terhadap produk tertentu 3. Membuat kemasan baru yang lebih menarik
Melakukan diversifikasi produk yang memanfaatkan limbah perusahaan
Penanggung Jawab Pemilik Pemilik Pemilik
Pemilik
Pemilik Bag. Keuangan Bag. Keuangan Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Bagian Pemasaran Bagian Pemasaran Bag. Pemasaran Bagian Keu dan adm Bagian Keu dan adm Bagian Keuangan dan administrasi Bagian Pemasaran Bagian Pemasaran Bagian Pemasaran Bagian Produksi Bagian Produksi Bagian Produksi Pemilik Pemilik Bag. Produksi & Pemasaran Bagian Pemasaran dan Produksi Bagian Pemasaran
1.Mencari literatur mengenai pendayagunaan limbah ikan serta mempelajari proses produksinya.
Bagian Produksi
2.Melakukan diversifikasi produk
Bagian Produksi
78
7.4.4
Tahapan Arsitektur Strategik Rancangan arsitektur strategik dalam usaha pengolahan ikan CV Bening
Jati Anugrah merupakan rancangan strategi dengan penjabaran program kegiatan yang penulis berikan kepda perusahaan untuk membantu mewujudkan sasaran di masa depan. Pada rancangan arsitektur yang dibuat terdapat sumbu X dan Y. Sumbu X merupakan periode waktu yang digunakan penulis yaitu dalm periode semester, sedangkan sumbu Y merupakan program kegiatan perusahaan. Program-program yang diplotkan ditetapkan berdasarkan prioritas utama yang menjadi kebutuhan mendasar perusahaan. Selain itu pemetaan program kedepannya berdasarkan pada program yang saling melengkapi dan menjadi syarat yang harus dilakukan sebelum program yang selanjutnya dilakukan. Program yang akan dipetakan dalam gambar arsitektur strategik dibagi menjadi program kegiatan bertahap dan program yang dilakukan secara rutin. Program kegiatan yang dilakukan secara bertahap, antara lain: pada semester II tahun 2011, perusahaan membuat job description yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih pekerjaan hal ini dilakukan untuk membenahi lingkungan internal perusahaan, kemudian setelah itu mengajukan kredit modal perusahaan kepada instansi pemerintahan atau perbankan untuk mengatasi kelemahan perusahaan dalam hak permodalan hal ini dilakukan hanya untuk kegiatan usaha jangka pendek, kemudian untuk penanganan bahan baku perusahaan harus membuat kontrak kerjasama dengan pemasok ikan yang sebaiknya perusahaan memberikan harga diatas harga biasa agar pemasok merasa diuntungkan dengan kerjasama tersebut, serta sebaiknya juga perusahaan kembali menghadiri pameran mengenai hasil olahan ikan sehingga lebih memperluas distribusi perusahaan. Ketika bahan baku telah terpenuhi, modal cukup dan penugasan sumberdaya manusia sudah jelas maka dapat dikatakan perusahaan sudah lebih siap untuk bangkit kembali dalam usaha pengolahan ikan tersebut. Tahap selanjutnya pada semester I 2012 yaitu: melakukan perekrutan tenaga kerja untuk bagian pemasaran. Hal ini dilakukan agar pemilik tidak perlu melakukan kegiatan pemasaran sendiri sehingga pemilik dapat fokus memikirkan rencana-rencana untuk memajukan perusahaan. Selain itu program selanjutnya untuk mencari pelanggan baru, perusahaan dapat menawarkan produk ke beberapa 79
daerah dengan memberikan contoh produk. Disisi lain perusahaan perlu menata sistem keuangan agar lebih rapi lagi dengan membuat rekening khusus untuk usaha pengolahan ikan. Sampai tahap ini diharapkan kondisi internal perusahaan sudah lebih baik daripada sebelumnya. Tahapan ketiga pada semester II 2012 antara lain: menawarkan produk ke beberapa daerah dengan memberikan contoh produk hal ini dilakukan untuk meningkatkan agen perusahaan. Selanjutnya untuk pelanggan yang telah lama ataupun yang baru, perusahaan dapat melakukan peningkatan penjualan melalui promosi produk berdasarkan target penjualan dengan pemberian diskon harga kepada agen, serta meningkatkan penjualan melalui promosi produk berdasarkan target penjualan dengan pemberian bonus produk kepada pedagang keliling. Pada tahap ini diharapkan penjualan dan omzet perusahaan sudah membaik bahkan mengalami peningkatan. Program tahapan keempat, dengan penjualan yang terus meningkat, maka untuk meningkatkan modal usaha, perusahaan diprogramkan untuk mengajukan proposal kerjasama terhadap beberapa calon investor potensial, kemudian membuat kontrak perjanjian kerjasama dengan investor dan bersedia menjalankan segala yang telah dibuat dalam kontrak. Selain itu, perusahaan dengan penjualan produk lama yang sudah membaik, mencoba memberikan bentuk baru terhadap produk tertentu sehingga pembeli menjadi tertarik terhadap bentuk produk yang cantik. Kemudian dengan penjualan yang meningkat dan disertakan dengan peningkatan jumlah tenaga kerja, secara tidak langsung memperluas skala usaha yang tadinya skala kecil bisa menjadi skala menengah ataupun besar. Jika hal tersebut terjadi, maka perusahaan dapat mengurus nomor SP atau MD untuk produk perusahaannya dan mencoba membuat diversifikasi produk dengan bahan baku limbah olahan ikan. Tahap kelima yaitu ketika pasar sudah mulai jenuh, maka perusahaan dapat melakukan peningkatan penjualan melalui promosi dengan pemberian poin untuk pembelian dalam kelipatan tertentu, menambah jenis produk, dan membuat kemasan baru yang lebih menarik. Sehingga dengan program tersebut pembeli tetap melakukan pembelian pada perusahaan. Sedangkan tahap terakhir yaitu tahap keenam yaitu mendaftarkan produk ke Badan Standardisasi Nasional untuk mendapatkan label SNI dan menjalin 80
kerjasama dengan modern retail. Adanya program tersebut diharapkan produk mampu masuk ke modern retai karena produk telah memiliki atribut produk yang sudah baik yaitu memiliki label SNI, sehingga dapat dikatakan kualitas produk sudah baik. Dari semua program, ada program yang dilakukan dalam beberapa semester, yaitu mulai dari semester I 2012 hingga semester II 2013 perusahaan melakukan penyesuaian terhadap jumlah tenaga jkerja dan sistem kerja perusahaannya serta mencoba mencari literatur terkait pemberdayaan limbah olahan ikan. Program kegiatan yang menjadi program rutin perusahaan antara lain: mempertahankan jumlah bahan baku ikan yang digunakan untuk bahan baku olahan ikan, menggunakan ikan-ikan dengan kualitas yang baik, mempertahankan citarasa produk, membuat laporan keuangan dan sistem administrasi yang rapi, menaati dan menjalankan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya termasuk mengenai ketepatan waktu pembayaran kepada pemasok, melakukan pertemuan rutin dengan pemasok dalam periode waktu tertentu, melakukan pertemuan rutin untuk membahas hasil kerja dan membuat perencanaan untuk waktu kedepannya seperti pendiskusian visi dan misi perusahaan, melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan serta memberikan reward kepada karyawan terbaik dalam periode waktu tertentu.
81
ALTERNATIF STRATEGI
Program Kegiatan
Restrukturisasi organisasi serta memperbaiki sistem manajemen perusahaan Mencari tambahan modal Menjalin kemitraan dengan pemasok yang ada di beberapa daerah di Indonesia Memperluas Jaringan Distribusi
Semester II 2011 Semester I 2012
Semester II 2012
Membuat job description yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih pekerjaan
Melakukan perekrutan tenaga kerja untuk bagian pemasaran
Menawarkan produk ke beberapa daerah dengan memberikan contoh produk
Mengajukan kredit untuk modal perusahaan kepada instansi pemerintahan atau perbankan
Menawarkan produk ke beberapa daerah dengan memberikan contoh produk
Meningkatkan penjualan melalui promosi produk berdasarkan target penjualan dengan pemberian diskon harga kepada agen
Memperbaiki sistem administrasi dan keuangan perusahaan
Membuat rekening khusus untuk usaha pengolahan ikan
Membuat kontrak perjanjian kerjasama dengan pemasok ikan
Meningkatkan jumlah penjualan produk perusahaan
Menghadiri pameran mengenai hasil olahan ikan
Memelihara serta meningkatkan kualitas produk
Meningkatkan penjualan melalui promosi produk berdasarkan target penjualan dengan pemberian bonus produk kepada pedagang keliling
Menata ulang sistem keuangan dan administrasi perusahaan
Semester I 2013 Mengurus nomor SP atau MD Mengajukan proposal kerjasama terhadap beberapa calon investor potensial Membuat kontrak perjanjian kerjasama dengan investor dan bersedia menjalankan segala yang telah dibuat dalam kontrak Memberikan bentuk baru terhadap produk tertentu
Semester II 2013 Meningkatkan penjualan melalui promosi dengan pemberian poin untuk pembelian dalam kelipatan tertentu
Mendaftarkan produk ke Badan Standardisasi Nasional untuk mendapatkan label SNI
Menambah jenis produk
Menjalin kerjasama dengan modern retail
Membuat kemasan baru yang lebih menarik
Sasaran Melakukan diversifikasi produk
Mencari literatur mengengai pemberdayaan limbah hasil olahan ikan Melakukan inovasi produk Melakukan penyesuaian jumlah tenaga kerja dan sistem kerja Melakukan diversifikasi produk
Tantangan 1. Perusahaan mampu memperkuat pengadaan bahan baku ikan 2. Perusahaan mampu memperluas pasar 3. Perusahaan harus melakukan inovasi terhadap produk 4. Perusahaan mampu meningkatkan kinerja perusahaan
Program kegiatan yang dilakukan secara rutin 1.
Mempertahankan jumlah bahan baku ikan yang digunakan untuk bahan baku olahan ikan
2.
Menggunakan ikan-ikan dengan kualitas yang baik
3.
Mempertahankan citarasa produk
4.
Membuat laporan keuangan dan sistem administrasi yang rapi
5.
Menaati dan menjalankan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya termasuk mengenai ketepatan waktu pembayaran kepada pemasok
Semester I 2014
6.
Melakukan pertemuan rutin dengan pemasok dalam periode waktu tertentu
7.
Melakukan pertemuan rutin untuk membahas hasil kerja dan membuat perencanaan untuk waktu kedepannya seperti pendiskusian visi dan misi perusahaan
8.
Melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan serta memberikan reward kepada karyawan terbaik dalam periode waktu tertentu
1. Meningkatkan omset penjualan setiap tahunnya 2. Memasyarakatkan produk olahan ikan 3. Membantu meningkatkan tingkat konsumsi ikan masyarakat 4. Mengurangi pengangguran penduduk setempat dengan semakin berkembangnya perusahaan
Gambar 11. Rancangan Arsitektur Strategi CV Bening Jati Anugrah 82
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8. 1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada usaha pengolahan ikan
CV. Bening Jati Anugrah, didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1.
Berdasarkan analisis lingkungan eksternal perusahaan didapatkan faktor peluang yang dihadapi perusahaan antara lain: (1) Trend konsumsi ikan semakin meningkat, (2) Adanya program GEMARIKAN, (3) Adanya program pelatihan pengolahan produk hasil perikanan dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, (4) Perkembangan teknologi informasi, produksi, dan pemasaran, (5) Adanya kesempatan UMKM mendapatkan bantuan baik material maupun non material baik dari pihak Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. Bogor, Provinsi Jawa Barat dan dari Perbankan, (6) Peningkatan PDRB Perkapita, dan (7) Pemasok ikan ada dalam jumlah yang banyak. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman antara lain: (1) Barrier to entry usaha pengolahan ikan rendah, (2) Persaingan dengan perusahaan sejenis, (3) Persaingan dengan produk substitusi dan (4) Tingkat inflasi yang cenderung meningkat.
2.
Berdasarkan analisis lingkungan internal perusahaan didapatkan kekuatan perusahaan antara lain: (1) Lokasi perusahaan strategis (2) Memiliki prestasi dan penghargaan, (3) Perusahaan telah menjalankan kegiatan produksi berdasarkan HACCP. Sedangkan kelemahan perusahaan antara lain: (1) Pemilik tidak hanya fokus menjalankan pada satu usaha yaitu usaha pengolahan ikan, (2) Segala keputusan kegiatan usaha masih bergantung pada pemilik perusahaan, (3) Tidak adanya divisi pemasaran secara khusus, pemasaran dilakukan oleh pemilik, (4) Administrasi dan keuangan perusahaan belum rapi, (5) Modal usaha terbatas, dan (6) Ketidakmampuan perusahaan mendapatkan bahan baku ikan. 3. Alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT terdiri dari sembilan strategi, antara lain: (1) Restrukturisasi organisasi serta memperbaiki sistem manajemen perusahaan, (2) Mencari tambahan modal 83
usaha (3) Menjalin kemitraan dengan pemasok yang ada di beberapa daerah di Indonesia, (4) Memperluas jaringan distribusi, (5) Memperbaiki sistem administrasi dan keuangan perusahaan, (6) Meningkatkan jumlah penjualan perusahaan, (7) Melakukan inovasi produk, (8) Memelihara serta meningkatkan kualitas produk, dan (9) Membuat diversifikasi produk dengan menggunakan bahan limbah olahan ikan. 8.2
Saran Saran yang dapat diberikan untuk CV Bening Jati Anugrah berdasarkan
hasil penelitian, antara lain: 1.
Pelaksanaan program-program hasil dari arsitektur strategi sebaiknya menjadi pertimbangan untuk mencapai sasaran tiga tahun ke depan, dan untuk menjalankannya dibutuhkan kekonsistenan para pelaku usaha.
2.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat beli ulang produk-produk olahan ikan CV Bening Jati Anugrah.
84
DAFTAR PUSTAKA Adawyah Rabiatul. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara. Amir Rini Ariani. 2008. Strategi pengembangan usaha abon ikan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ardhi Baiquni. 2008. Perancangan Strategi pengembangan usaha melalui pendekatan arsitektur strategik : studi kasus BANISI, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Azis K.A, et al. 1998. Potensi, pemanfaatan dan peluang pengembangan sumberdaya ikan laut di perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut-Pusat Kajian dan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Bogor. 33 hal. Badan Pusat Statistik. 2009. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi. Berdasarkan hasil Susenas Panel Maret 2009. Badan Pusat Statistik. 2010. Tren Jumlah Penduduk Indonesia. Survei tahun 2010. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2004. Iptek Kelautan dan Perikanan Masa Kini. Departemen Kelautan dan Perikanan. Bank Indonesia. 2011. Tingkat Inflasi pada Februari 2010-Februari 2011. Departemen Perikanan dan Kelautan. 2011. Produksi Perikanan Indonesia. Indonesia. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. 2009. Buku Data Perikanan Tahun 2009. Bogor. Dirgantoro Crown. 2001. Manajemen Stratejik: konsep, kasus, dan implementasi. 2001. PT. Grasindo, Anggota Ikapi, Jakarta. David Fred R. 2009. Manajemen Strategis Konsep. Salemba Empat: Jakarta. Fatimah Hilma. 2009. Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Asap Petikan Cita Halus Di Desa Ragajaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Fauziyah. 2005. Identifikasi, Klasifikasi dan Analisis Struktur Spesies Kawanan Ikan Pelagis Berdasarkan Metode Deskriptor Akustik. [Disertasi] Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan) Fonna. 2004. Analisis Kelembagaan dan Keragaan Usaha Industri Pengolahan ikan Di Kabupaten Bangka. [Tesis] Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Hukmi Fadhila. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan Asap (Kasus pada Aneka Ikan Asap IACHI Petikan Cita Halus (PCH), Desa
85
Raga Jaya, Kecamatan Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Institut Pertanian Bogor. Irianto H.E. & Soesilo, I. 2007. Teknologi Pendukung Pengujian dan Jaminan Mutu Dukungan Teknologi Penyediaan Produk Perikanan. Makalah disampaikan pada seminar nasional hari pangan sedunia 2007 di auditorium II Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor, 21 Nopember 2007. http://www.scribd.com/doc/28831060/dukungan-tek-perikanan [Diakses 7 Februari 2011] Porter Michael E. 1980. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. (Terjemahan). Erlangga. Jakarta. Porter Michael E. 1985. Keunggulan Bersaing: Menciptakan Mempertahankan Kinerja Unggul. (Terjemahan). Erlangga. Jakarta.
dan
Rahayu D L. 2009. Disain Peningkatan Daya Saing Industri Pengolahan Ikan Berbasis Perbaikan Kinerja Mutu dalam Rantai Pasokan Ikan Laut Tangkapan Di Wilayah Utara Jawa Barat.[Tesis] Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Rangkuti Freddy. 2005. Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis:reorientasi konsep perencanaan strategis untuk menghadapi abad 21. Cetakan kedua belas. PT Gramedia pustaka utama. Jakarta. Sampono Nono. 2007. Hubungan Kebijakan Pemerintah dengan Pemasaran Kerupuk Ikan Hasil Home Industry Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Nelayan Di Kabupaten Tuban. [Tesis] Sekolah Pascasarjana, Program Studi Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Singgih Wibowo. 2006. Bakso Ikan dan Bakso Daging. Depok: Penebar Swadaya. Tresnaprihandini Yulia. 2006. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Kerupuk Udang dan Ikan Pada Perusahaan “Candramawa” Di Kabupaten Indramayu [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Umar. 2008. Strategic Management In Action. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Widiarti A, dkk. 2010. Warta Pasar Ikan. Edisi Januari 2010, volume 77. Direktorat Pemasaran Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Yoshida Diah T. 2006. Arsitektur Strategik: Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang Senantiasa Berubah. PT Elex Media. Komputindo. Jakarta.
86
LAMPIRAN
87
Lampiran 1. Usaha Pengolahan Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2009 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Nama Perusahaan/Kelompok/Perorangan Petikan Cita Halus Kelompok Citra Dumbo P. D. Della Ujang Kodir Sirod Solihin Harun Satibi Asep Kusnadi Oman Andi Maman Awang Hj. Yuhindun H. Gopur H. Dimin Mumuh H. Oban Pajri Neman Suma Midud Suhandi Deden H. Dimas Sanusi Rosidah Ina Medi Sajum Komsiah Asmi Nasir Roni Syaputra Amung M. Edi Mei Gunawan/ Rama Guna Makmur Ragajaya Mandiri
41
Bening Jati Anugrah
Bidang Usaha Pengasapan Ikan Pengasapan Lele Pengolahan Pindang/ Bandeng Presto Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pemindangan Ikan Pindang Ikan Mas Pindang Ikan Mas Pindang Ikan Mas Pengepakan Ebi Pengepakan Ebi Pengepakan Ebi Pengepakan Ebi Pengepakan Ebi Pengepakan Ebi Ekado, keong mas, udang gulung, kaki naga, siomay, karageikan, rajungan, donat ikan Ekado, Keong Mas, Udang gulung, 88
42. Citra Mandiri 43. Samaky 44. Sakana 45. Maria
46. Hanada
47. CV. Quindofood 48. PT. Fresh On Time Seafood 49. PT. Frozen Food Pahala 50. PT. Kusuma Kaisan
kaki naga, siomay, bakso marlin, cilok tau bakso ikan, udang gulung, lumpia dan lain-lain. Kaki naga, nugget, otak-otak Kaki naga, nugget Kaki naga, nugget, otak-otak, siomay dan lain-lain. Pempek, kerupuk 3 jenis, pempek kulit, tekwan, pindang oatin, kangan patin, ikan bumbu kuning, abon Teri nasi goreng, peyek udang, peyek teri, kerupuk kulit, rengginang udang, pengemasan sumpia udang, ikan nilem balita, ikan mas balita Ikan teri goreng tepung Pasterisasi daging rajungan Frozen baby clam Shrimp nugget, fish finger tempura, dragon leg Ubur-Ubur
89
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Kuesioner Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor
Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswi tingkat akhir pada program sarjana Agribisnis (S1) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Berikut ini adalah kuesioner dari penelitian yang saya lakukan di CV Bening Jati Anugrah yang berhubungan dengan analisis strategi pengembangan usaha pengolahan ikan. Bapak dapat melakukan pengisian kuesioner dengan petunjuk yang tertera di awal lembaran isian yang tersedia. Saya sangat berharap agar Bapak dapat mengisinya secara objektif dan benar adanya, karena kuesioner ini adaah untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah sehingga dioperlukan data yang valid dan akurat. Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Atas segala bantuan, masukan, dan kerjasamanya Saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Nuning Indriyashari H34070038
90
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL USAHA PENGOLAHAN IKAN CV BENING JATI ANUGRAH
Wawancara ini disusun dalam rangka penelitian skripsi yang berjudul: ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGOLAHAN IKAN PADA CV BENING JATI ANUGRAH, PARUNG, KABUPATEN BOGOR
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
:..................................................................................................
Pekerjaan/Jabatan
:..................................................................................................
Alamat
:..................................................................................................
No Responden
:..................................................................................................
PENELITI NUNING INDRIYASHARI H34070038
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 91
Profil dan Gambaran Umum CV Bening Jati Anugrah 1.
Bagaimana sejarah dan perkembangan dari CV Bening Jati Anugrah?
2.
Bagaimana keadaan umum lokasi CV Bening Jati Anugrah?
3.
Apakah alasan pemilihan lokasi tersebut?
4.
Apa visi, misi dan tujuan dari CV Bening Jati Anugrah?
5.
Siapa pendiri, pemilik, dan pengelola CV Bening Jati Anugrah?
6.
Bagaimana Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah?
7.
Mengapa memilih struktur tersebut?
8.
Apa saja kendala yang dihadapi CV Bening Jati Anugrah dalam menjalankan usaha?
9.
Apa kendala utama dalam menjalankan usaha?
Analisis Lingkungan Internal CV Bening Jati Anugrah •
Aktivitas Utama
a.
Logistik ke dalam
1.
Apakah Perusahaan melakukan kontrak kerjasama dengan pemasok?, jika iya, bagaimanakah bentuk kontraknya?
2.
Bagaimanakah sistem penerimaan barang dari pemasok? (Berapa hari, dalam jumlah berapa, dan menggunakan tanda terima yang seperti apa)
3.
Bagaimanakah sistem pengembalian bahan ke pemasok? Apa saja syarat melakukan pengembalian?
4.
Apakah ada tempat khusus untuk menyimpan bahan baku produksi?
5.
Bagaimanakah penanganan yang dilakukan setelah bahan baku sampai di tempat tujuan?
6.
Apakah pasokkan bahan baku yang diperlukan tersebut dapat diandalkan perusahaan?
b.
Operasi
1.
Bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan pembeli?
2.
Bagaimana layout proses produksi dalam pembuatan produk-produk perusahaan?
3.
Kendala apa saja yang dihadapi dalam kegiatan proses produksi?
4.
Bagaimanakah perusahaan menghadapi kendala-kendala tersebut? 92
5.
Berapa banyak rata-rata produksi dari masing-masing produk yang dihasilkan perharinya?
6.
Bagaimanakah cara menentukan target produksi per harinya? (Berdasarkan permintaan konsumen, atau pesanan atau lain-lain?
7.
Bagaimanakah kualitas produk yang dihasilkan perusahaan?
c.
Logistik ke luar
1.
Apakah ada tempat penyimpanan khusus untuk produk jadi yang dihasilkan?
2.
Penanganan apa yang dilakukan setelah produk selesai di produksi?
3.
Bagimanakah sistem pemprosesan pesanan produk dari konsumen?
4.
Apakah ada sistem penjadwalan pesanan dari pelanggan?
d.
Pemasaran dan Penjualan
1.
Berapa harga yang ditetapkan untuk masing-masing produk?
2.
Apakah dasar dari penetapan harga tersebut? (Berdasarkan biaya produksi, keseimbangan penawaran dan permintaan, harga persaingan dan berdasarkan nilai produk dimata konsumen)
3.
Apakah perusahaan mengalami hambatan dalam penentuan harga pokok produk?
4.
Apakah perusahaan mampu bersaing dari sisi harga dan kualitas?
5.
Apa saja keinginan konsumen yang perlu dipenuhi pada produk yang diproduksi perusahaan?
6.
Citra produk bagaimana yang hendak dipertahankan oeleh perusahaan?
7.
Apakah pemasaran diarahkan pada suatu wilayah geografis tertentu?
8.
Bagaimanakah saluran distribusi yang dijalankan perusahaan?
9.
Apakah ada promosi produk dari perusahaan? Jika iya apa bentuk promosinya dan berapa biaya yang dianggarkan untuk kegiatan promosi?
10.
Bagaimana strategi pemasaran yang saat ini dilakukan perusahaan? (Siapa segmen pasar, siapa target pasar, dan positioning produk CV Bening Jati Anugrah)
11.
Bagaimana proses pengiriman produk ke konsumen?
93
e.
Layanan
1.
Pelayanan apa yang diberikan kepada konsumen saat membeli produk?
2.
Apakah ada pelayanan setelah konsumen membeli produk? Jika ada berupa apa?
3.
Sistem pelayanan seperti apa yang di terapkan di perusahaan? Apakah telah sesuai dengan keinginan?
•
Aktivitas Pendukung
a.
Infrastruktur Perusahaan
1.
Bagaimanakah perusahaan mendapatkan modal untuk seluruh kegiatan perusahaan?
2.
Apakah perusahaan memiliki hubungan baik dengan pihak pemberi pinjaman?
3.
Apakah perusahaan mempunyai hubungan baik dengan investor?
4.
Apakah perusahaan memiliki modal yang mencukupi?
5.
Apakah perusahaan telah melakukan pencatatan keuangan dengan baik, rutin, dan terperinci?
6.
Apakah perusahaan memiliki perencanaan untuk masa depan?
7.
Bagaimanakah sistem pajak yang dijalani perusahaan?
8.
Apakah perusahaan membeli dan menyewa aset tetap yang digunakan dalam usaha pengolahan ikan?
b.
Manajemen SDM
1.
Berapa banyak jumlah karyawan yang ada di CV Bening Jati Anugrah?
2.
Berapa upah atau gaji yang dibayarkan oleh perusahaan?
3.
Bagaimanakah wewenang dan kewajiban dari karyawan di CV Bening Jati Anugrah? Apalah sudah ada pembagian pekerjaan yang jelas?
4.
Apakah struktur organisasi yang ada saat ini telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan?
5.
Kualifikasi karyawan seperti apakah yang di butuhkan oleh perusahaan?
6.
Bagaimanakah latar belakang pendidikan karyawan CV Bening Jati Anugrah?
7.
Apakah perusahaan menetapkan penilaian prestasi kerja?
8.
Apakah turnover dan kebiasaan bolos kerja para karyawan rendah? 94
9.
Apakah ada pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan keahlian dan pengalaman karyawan?
10.
Apakah karyawan memiliki moral yang baik untuk bekerja?
11.
Bagaimana kinerja karyawan bagi CV Bening Jati Anugrah?
12.
Apakah ada intensif untuk karyawan? Intensif yang seperti apa yang diberikan?
13.
Bagaimanakah cara perusahaan memotivasi karyawan?
c.
Pengembangan Teknologi
1.
Teknologi apa saja yang digunakan perusahaan dalam berbagai kegiatan perusahaan?
2.
Apakah alat yang digunakan untuk melakukan pencatatan keuangan perusahaan?
3.
Apakah manajeman dan karyawan perusahaan memiliki pengetahuan yang baik mengenai pengolahan ikan?
4.
Apakah perusahaan memiliki perencanaan dalam hal inovasi produk? Jika iya seperti apa inovasinya?
5.
Apakah perusahaan akan melakukan perubahan teknologi yang telah digunakan perusahaan? Alasan?
6.
Apakah perusahaan memiliki fasilitas R&D?
7.
Apakah manajemen informasi dan sistem komputerisasi telah sesuai?
8.
Apakah produk-produk yang saat ini dihasilkan memiliki daya saing dari sisi teknologi?
d.
Pembelian
1.
Apakah ada penyeleksian pemasok ketika ingin melakukan pembelian bahan baku? Berdasarkan apa penyeleksian tersebut?
2.
Apakah bahan baku yang dibeli berkualitas? Apa kriteria bahan baku berkualitas menurut anda?
3.
Apakah harga bahan baku yang dibeli dari pemasok relatif murah? Mengapa anda berpendapat demikian?
4.
Apakah ada penyeleksian perusahaan ketika melakukan pembelian peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan perusahaan? Berdasarkan apa penyeleksian tersebut? 95
Lampiran 3. Proses Produksi Bakso Ikan CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ikan Lemak sapi Bawang bombay Bawang putih Gula putih Lada Penyedap Pemutih makanan
9. Pengenyal 10. Pengembang 11. Garam 12. Es Balok 13. Tepung tapioka 14. Sagu aren 15. Tepung meizena
Giling ikan, bawang putih, bawang bombay dan lemak sapi ke dalam mesin Chopper Masukkan hasil gilingan ke dalam mesin Silent Cutter Campurkan dengan es balok, bumbu, dan tepung Cetak di mesin cetak bakso atau cetak manual Hasil cetakkan dimasukkan ke perebusan yang dicampur dengan minyak goreng Pendinginan bakso Pengemasan (50 butir)
96
Lampiran 4. Proses Produksi Nugget Stik Ikan CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ikan Udang Wortel Bawang putih Bawang goreng Bawang bombay Es balok Gula putih
9. Garam 10. Penyedap 11. Lada 12. Pengenyal 13. Minyak wijen 14. Minyak sayur 15. Telur 16. Tepung tapioka Ikan, udang digiling di mesin Chopper
Hasil gilingan ikan, masuk ke mesin Silent Cutter
tambahkan wortel, bawang putih, bawang goreng, bawang bombay, es, bumbu, tepung Bentuk adonan menjadi kotak, kemudian taburkan tepung roti Kukus hingga matang, kurang lebih 15 menit
Dinginkan nugget, kemudian masukkan dalam plastik kemasan (ukuran 500 gram)
Pemberian label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
97
Lampiran 5. Proses Produksi Kaki Naga CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ikan Udang Wortel Bawang putih Bawang goreng Bawang bombay Es balok Tepung tapioka
9. Telur 10. Gula merah 11. Garam 12. Minyak wijen 13. Minyak sayur 14. Penyedap 15. Lada 16. pengenyal
Ikan, udang digiling di mesin Chopper Hasil gilingan ikan, masuk ke mesin Silent Cutter Sambil diolah ditambahkan wortel, bawang putih, bawang goreng, bawang bombay, es, bumbu, tepung tapioka Bentuk adonan menjadi bulat, kemudian taburkan tepung roti, dan Kukus hingga matang, kurang lebih 15 menit Dinginkan kaki naga, kemudian masukkan dalam plastik kemasan (ukuran 500 gram) Pemberian label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
98
Lampiran 6. Proses Produksi Fish Finger CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ikan Udang Wortel Bawang putih Bawang goreng Bawang bombay Es balok Gula putih
9. Garam 10. Penyedap 11. Lada 12. Pengenyal 13. Minyak wijen 14. Minyak sayur 15. Telur 16. Tepung tapioka
Ikan, udang digiling di mesin Chopper Hasil gilingan ikan, masuk ke mesin Silent Cutter, Sambil diolah ditambahkan wortel, bawang putih, bawang goreng, bawang bombay, es, bumbu, tepung Bentuk adonan menjadi bulat panjang, kemudian taburkan tepung roti Kukus hingga matang, kurang lebih 15 menit Dinginkan kaki naga, kemudian masukkan dalam plastik kemasan (ukuran 500 gram) Pemberian label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
99
Lampiran 7. Proses Produksi Siomay CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ikan Udang Bawang putih Bawang bombay Es balok Gula putih Garam
8. Penyedap 9. Lada 10. Pengenyal 11. Minyak wijen 12. Minyak sayur 13. Telur 14. Tepung tapioka
Ikan, udang digiling di mesin Chopper Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, bumbu Cetak bulat, taruh hasil cetakkan di atas kulit pangsit yang sudah berbentuk bulat, dibungkus dan di ujung cetakkan diberi parutan wortel Kukus kurang lebih 15 menit Dinginkan siomay hasil kukusan, dikemas ke dalam plastik (20 buah siomay) Pemberian label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
100
Lampiran 8. Proses Produksi Otak-otak Bulat CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ikan Udang Bawang putih Bawang bombay Daun bawang Gula putih Garam Penyedap
9. Lada 10. Pengenyal 11. Minyak wijen 12. Minyak sayur 13. Telur 14. Tepung tapioka 15. Wortel
Ikan, udang digiling di mesin Chopper Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, wortel, bumbu, telur Cetak bulat seperti bakso, kemudian direbus hingga matang Dinginkan dan dikemas ke dalam plastik dengan ukuran 500 gram Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
101
Lampiran 9. Proses Produksi Otak-otak Panjang CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ikan Udang Es balok Bawang putih Bawang bombay Daun bawang Lengkio/kucai Telur
9. Gula putih 10. Garam 11. Lada 12. Pengenyal 13. Minyak wijen 14. Minyak sayur 15. Tepung tapioka
Ikan, udang digiling di mesin Chopper Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, lengkio/kucai, bumbu,telur Bentuk panjang menggunakan bambu dengan alas tangan, kemudian direbus hingga matang Dinginkan dan dikemas kedalam plastik dengan ukuran 500 gram Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
102
Lampiran 10. Proses Produksi Bakso Ikan Tahu CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ikan Bawang putih Bawang bombay Lemak sapi Es balok Gula putih Lada Penyedap
9. Pemutih makanan 10. Pengenyal 11. Pengembang 12. Garam 13. Tepung tapioka 14. Tepung meizena 15. Sagu aren
Giling ikan, bawang putih, bawang bombay dan lemak sapi ke dalam mesin Chopper Masukkan hasil gilingan ke dalam mesin Silent Cutter Campurkan dengan es balok, bumbu, dan tepung Adonan dimasukkan kedalam tahu yang telah dikeluarkan isinya terlebih dahulu Kukus tahu isi selama kurang lebih 15 menit Dinginkan bakso tahu isi Pengemasan (20 butir)
103
Lampiran 11. Proses Produksi Lumpia CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ikan Udang Bawang putih Bawang bombay Daun bawang Bawang goreng Telur Es balok
9. Gula putih 10. Garam 11. Penyedap 12. Lada 13. Pengenyal 14. Minyak wijen 15. Minyak sayur 16. Tepung tapioka
Ikan,udang digiling di mesinChopper Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, bawang goreng, bumbu, telur Sediakan kulit lumpia, dan isi kulit lumpia dengan adonan yang telah dibuat Gulung adonan dan kukus hingga matang Dinginkan dan dikemas ke dalam plastik dengan ukuran 500 gram Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
104
Lampiran 12. Proses Produksi Ekado CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ikan Udang Wortel Bawang putih Bawang bombay Daun bawang Es balok Gula putih
9. Garam 10. Penyedap 11. Lada 12. Pengenyal 13. Minyak wijen 14. Minyak sayur 15. Telur 16. Tepung tapioka
Ikan dan udang digiling di mesin Chopper Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, wortel, bumbu, telur Sediakan kulit tahu, kemudian isi kulit tahu dengan adonan Tutup rapat sisi kulit tahu menuju ke atas, kemudian dikukus Dinginkan dan dikemas kedalam plastik dengan isi 20 buah Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
105
Lampiran 13. Proses Produksi Keong Mas CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan: 1. Ikan 2. Udang 3. Cabai merah 4. Wortel 5. Bawang putih 6. Bawang bombay 7. Daun bawang 8. Es balok 9. Gula putih 10. Garam 11. Penyedap 12. Lada 13. Pengenyal 14. Minyak wijen 15. Minyak sayur 16. Telur 17. Tepung tapioka
Ikan dan udang digiling di mesin Chopper Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, cabai maerah, daun bawang, wortel, bumbu, telur Sediakan kulit tahu, kemudian isi kulit tahu Tutup rapat sisi kulit tahu membentuk keong (kerucut), kemudian dikukus Dinginkan dan dikemas kedalam plastik dengan isi 20 buah Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
106
Lampiran 14. Proses Produksi Udang Gulung CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan: 1. Ikan 2. Udang 3. Cabai merah 4. Wortel 5. Bawang putih 6. Bawang bombay 7. Daun bawang 8. Es balok 9. Telur 10. Tepung tapioka 11. Gula putih 12. Garam 13. Penyedap 14. Lada 15. Pengenyal 16. Minyak wijen 17. Minyak sayur
Ikan dan udang digiling di mesin Chopper Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, cabai maerah, daun bawang, wortel, bumbu, telur Masukkan adonan ke dalam pipa yang telah dibagi dua bagian, dengan panjang 15 cm. Padatkan, cetak dan cabut pipa, kemudian dikukus selama Dinginkan dan dikemas ke dalam plastik dengan isi 3 buah Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
107
Lampiran 15. Dokumentasi
108
Lampiran 16. Foto-foto Produk Olahan CV Bening Jati Anugrah
Kaki Naga
Bakso Ikan
Udang Gulung
Ekado
Keong Mas
Siomay
Fish Finger
Lumpia
109