ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA AGROWISATA KEBUN TANAMAN OBAT KARYASARI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
IGNAZ CHRISTIAN SIMANJUNTAK H34076078
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN IGNAZ CHRISTIAN SIMANJUNTAK. Analisis Strategi Pemasaran pada Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HENY K. DARYANTO) Perkembangan preferensi dan motivasi wisatawan menyebabkan persaingan pada usaha kepariwisataan menjadi semakin kompetitif. Berbagai strategi dapat ditempuh para pelaku bisnis di bidang ini untuk dapat memenangkan persaingan. Berbagai produk dan jasa yang ditawarkan diharapkan mampu memuaskan kebutuhan pengunjung kawasan wisata tersebut termasuk pengunjung kawasan agrowisata. Dalam masa perkembangannya, keberadaan Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari kurang dikenal dan diketahui masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa strategi pemasaran yang diterapkan oleh pihak manajemen belum dilaksanakan dengan tepat. Selain itu, objek wisata ini merupakan jenis objek wisata minat khusus. Hal ini dapat terlihat dari jumlah pengunjung Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari yang tercatat sejak Mei 2008 hingga Agustus 2009 hanya berjumlah 396 orang bahkan pada bulan tertentu tidak ada satupun wisatawan yang melakukan kunjungan. Agar upaya pengembangan Agrowisata KTO Karyasari dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan penerapan strategi bauran pemasaran yang baik dan tepat agar dapat bersaing dalam persaingan global. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan, (2) mengidentifikasi dan menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman, dan (3) menganalisis alternatif strategi pemasaran dan menentukan prioritas strategi pemasaran yang tepat dan dapat diterapkan. Penelitian dilaksanakan pada Agrowisata KTO Karyasari yang terletak di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Responden yang dipilih adalah Pimpinan Yayasan Pengembangan Obat Karyasari, Kepala Bagian Agrowisata, Kepala Bagian Kebun, dan Kepala Bagian Promosi. Tahapan-tahapan yang digunakan dalam pengolahan data dilakukan secara sistematis yaitu : Analisis Matriks IFE dan EFE, penentuan posisi perusahaan (Matris IE), formulasi alternatif strategi pemasaran (Matriks SWOT), dan prioritas strategi pemasaran (Matriks QSPM). Nilai total skor matriks IFE sebesar 2,166 dan EFE sebesar 3,184 menempatkan Agrowisata KTO Karyasari pada sel II dalam matriks IE. Posisi ini mengambarkan kondisi internal rata-rata dan respon perusahaan terhadap faktorfaktor eksternal yang dihadapinya tergolong tinggi. Strategi yang dapat dilaksanakan adalah grow and build atau strategi pertumbuhan. Divisi pada sel ini dapat menerapkan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) dan strategi integrasi (integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horisontal). Prioritas strategi terbaik dengan menggunakan alat analisis matriks QSPM untuk diimplementasikan adalah memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran dengan cara melatih dan memotivasi
karyawan untuk melayani pelanggan dengan baik, serta menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada konsumen terutama untuk pengunjung rombongan. Pengunjung yang datang secara rombongan seperti sekolah, perguruan tinggi, kantor, perkumpulan dan sebagainya adalah konsumen yang mendatangkan penghasilan paling besar bagi Agrowisata KTO Karyasari sehingga konsumen seperti ini sangat diandalkan untuk terus mendukung keberlanjutan usahanya.
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA AGROWISATA KEBUN TANAMAN OBAT KARYASARI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
IGNAZ CHRISTIAN SIMANJUNTAK H34076078
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pemasaran pada Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor Nama
: Ignaz Christian Simanjuntak
NIM
: H34076078
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc NIP. 19610916 198601 2001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran pada Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
Ignaz Ch Simanjuntak H34076078
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Siborongborong, Kabupaten Humbang Habinsaran pada tanggal 12 Mei 1987. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Viktor Simanjuntak dan Ibunda D. Entelina Sianipar. Penulis memulai pendidikan dasar di SD HKBP Siborongborong pada tahun 1992. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Siborongborong hingga tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Atas di SLTA Negeri 1 Siborongborong, hingga selesai tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai Mahasiswa Diploma III Program Studi Manajemen Hutan Produksi, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan selesai tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sarjana, Progam Studi Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran pada Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan eksternal Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari serta menganalisis alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi pemasaran yang tepat dan dapat diterapkan bagi perusahaan. Penulis berusaha mewujudkan kesempurnaan dalam menyajikan karya ilmiah ini. Namun, penulis menyadari bahwa sebagai manusia memiliki kekurangan dan keterbatasan. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, serta bagi para pembaca yang membutuhkannya.
Bogor, Maret 2010 Ignaz Ch Simanjuntak
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini, antara lain sebagai berikut : 1. Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Burhanudin, MM selaku dosen evaluator pada kolokium penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan proposal penelitian. 3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Ir. Yuniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji bidang akademik, seluruh dosen, dan staf Departemen Agribisnis. 5. Orangtua, saudari (Rumondang Evlin Manuturi Simanjuntak dan Putri Rebeca Simanjuntak), dan semua keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Pihak Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 7. Teman-teman seperjuangan (Marsella Sembiring dan Ardian Surbakti) dan teman-teman Agribisnis atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi. 8. Keluarga mahasiswa/i asal Siborongborong dan sekitarnya di perantauan Bogor (Gamasintan), dan Sopo Ombus-Ombus crews (Agus Sihombing, Paska Panjaitan, Herbet Sianipar, Andrew Manik, Aldo Silaban, Benardo Nababan, Chrisman Simorangkir, b’Jean, dan b’Ajay). 9. Sahabat-sahabat terkasih (Erik, Kinza, Felix, Lustri, Heri, dan Wastin). 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kaih atas bantuannya.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
..............................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
vi
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 1.5. Ruang Lingkup ................................................................................
1 1 5 7 7 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 2.1. Agrowisata ....................................................................................... 2.1.1. Defenisi Agrowisata ............................................................. 2.1.2. Tujuan dan Manfaat Agrowisata ........................................... 2.1.3. Pengembangan Agrowisata ................................................... 2.1.4. Hal-hal yang perlu Diperhatikan dalam Pengembangan Agrowisata ............................................................................ 2.2. Manfaat Tanaman Obat ................................................................... 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu ..............................................................
8 8 8 8 9 12 15 17
III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................ 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................... 3.1.1. Konsep Strategi...................................................................... 3.1.2. Manajemen Strategi ............................................................... 3.1.3. Model Manajemen Strategi ................................................... 3.1.4. Konsep Pemasaran ................................................................. 3.1.5. Strategi Pemasaran ................................................................ 3.1.6. Pemasaran Jasa ...................................................................... 3.1.7. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ........................ 3.1.7.1. Produk ......................................................................... 3.1.7.2. Harga ........................................................................... 3.1.7.3. Saluran distribusi atau tempat ..................................... 3.1.7.4. Promosi ....................................................................... 3.1.7.5. Orang ........................................................................... 3.1.7.6. Bukti fisik .................................................................... 3.1.7.7. Proses .......................................................................... 3.1.8. Analisis Lingkungan Pemasaran ........................................... 3.1.8.1. Analisis Lingkungan Internal ...................................... 3.1.8.2. Analisis Lingkungan Eksternal ...................................
22 22 22 22 22 23 24 25 26 26 28 29 29 33 33 34 34 35 37 i
3.1.9. Matriks Internal Eksternal ................................................... 3.1.10. Analisis SWOT .................................................................... 3.1.11. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) .. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................
41 42 43 43
IV. METODE PENELITIAN..................................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 4.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 4.4.1. Analisis Matriks IFE dan EFE ............................................ 4.4.2. Analisis Matriks IE .............................................................. 4.4.3. Analisis Matriks SWOT ...................................................... 4.4.4. Analisis QSPM ....................................................................
47 47 47 48 48 49 53 54 55
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................... 5.1. Gambaran Umum Agrowisata KTO Karyasari ............................... 5.2. Sejarah Agrowisata KTO Karyasari ................................................ 5.3. Visi dan Misi Agrowisata KTO Karyasari ...................................... 5.4. Struktur Organisasi .......................................................................... 5.5. Sarana dan Prasarana ....................................................................... 5.6. Sumber Daya Modal ........................................................................
58 58 58 59 60 62 63
VI. INDENTIFIKASI STRATEGI BAURAN PEMASARAN ............... 6.1. Identifikasi Faktor Internal Perusahaan ........................................... 6.1.1. Sumber Daya Manusia ......................................................... 6.1.2. Produksi dan Operasi............................................................ 6.1.3. Penelitian dan Pengembangan .............................................. 6.1.4. Keuangan.............................................................................. 6.1.5. Bauran Pemasaran Agrowisata KTO Karyasari ................... 6.1.5.1. Produk (Product)........................................................ 6.1.5.2. Tempat/ saluran distribusi (Place) ............................. 6.1.5.3. Harga (Price).............................................................. 6.1.5.4. Promosi (Promotion).................................................. 6.1.5.5. Orang (People) ........................................................... 6.1.5.6. Bukti fisik (Physical evidence) .................................. 6.1.5.7. Proses (Process) ......................................................... 6.1.6. Segmentasi, Target, dan Posisi ............................................. 6.2. Identifikasi Faktor Eksternal Perusahaan ........................................ 6.2.1. Lingkungan Umum ............................................................... 6.2.1.1. Politik dan Pemerintahan ........................................... 6.2.1.2. Ekonomi ..................................................................... 6.2.1.3. Sosial Budaya dan Lingkungan .................................. 6.2.1.4. Teknologi ................................................................... 6.2.2. Lingkungan Industri ............................................................. 6.2.2.1. Konsumen .................................................................. 6.2.2.2. Pesaing .......................................................................
64 64 64 64 65 66 66 67 68 69 70 72 73 75 76 76 77 77 79 80 81 82 82 84 ii
6.2.2.3. Hambatan Masuk Bagi Pendatang Baru .................... 6.2.2.4. Ancaman Produk Substitusi ....................................... 6.3. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan, Peluang dan Ancaman ....... 6.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan .............. 6.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Perusahaan ....................
85 86 86 87 88
VII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI .................................... 7.1. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ....................................... 7.2. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ................................... 7.3. Tahapan Pemaduan.......................................................................... 7.3.1. Matriks IE Agrowisata KTO Karyasari ............................... 7.3.2. Matriks SWOT Agrowisata KTO Karyasari ........................ 7.3.3 Matriks QSPM Agrowisata KTO Karyasari ........................
89 89 90 92 92 96 99
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 8.1. Kesimpulan ...................................................................................... 8.2. Saran ................................................................................................
101 101 102
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
103
LAMPIRAN .................................................................................................
105
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesia Tahun 2001 – 2008 .........
1
2. Jumlah Wisatawan ke Objek Wisata di Jawa Barat Tahun 2004-2007 ..
3
3. Penelitian Terdahulu yang terkait dengan Strategi Pemasaran ...............
17
4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ...............................................
50
5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal.............................................
50
6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ..............................................
52
7. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ...........................................
53
8. Matriks SWOT (Strengths, Weaknesess, Opportunities, and Threats)...
55
9. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ......................
56
10. Penawaran Paket Agrowisata KTO Karyasari ........................................
68
11. Kekuatan dan Kelemahan Agrowisata KTO Karyasari ..........................
87
12. Peluang dan Ancaman Agrowisata KTO Karyasari................................
88
13. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Agrowisata KTO Karyasari ........................................................................................
90
14. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Agrowisata KTO Karyasari ........................................................................................
91
15. Matriks SWOT Agrowisata KTO Karyasri.............................................
98
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Laju Persentase Perubahan Pengunjung Per Bulan Pada Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari Tahun 2008-2009 ............
6
2. Model Komprehensif Manajemen Strategi .............................................
23
3. Kekuatan-kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ...............
40
4. Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................................
46
5. Matriks IE ...............................................................................................
54
6. Struktur Organisasi Karyasari .................................................................
61
7. Matriks Internal-Eksternal (IE) Agrowisata KTO Karyasari ..................
93
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Panduan Wawancara ...............................................................................
106
2. Kuisioner Matriks IFE dan EFE ..............................................................
107
3. Penentuan Strategi Terpilih dengan Matriks QSP ..................................
112
4. Hasil Median Rating Faktor Eksternal dan Faktor Internal ....................
113
5. Hasil Matriks Perbandingan Faktor Eksternal dan Faktor Internal ........
114
6. Matriks Gabungan Perbandingan Berpasangan Untuk Faktor Eksternal dan Faktor Internal...........................................
118
7. Hasil QSPM Agrowisata KTO Karyasari ...............................................
119
8. Dokumentasi Agrowisata KTO Karyasari ..............................................
120
vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Panorama dan keragaman budaya lokal sebagai anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa merupakan potensi yang harus dimanfaatkan sekaligus dilestarikan. Salah satu bentuk pengusahaan tersebut adalah pengembangan sektor pariwisata dan upaya pelestarian agar kekayaan alam dan hayati tidak punah. Sektor pariwisata telah menjadi salah satu sumber devisa yang potensial di Indonesia dan mengalami peningkatan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Beberapa hal yang menyebabkan sektor pariwisata dapat dijadikan sebagai tumpuan ekonomi adalah : (1) pariwisata merupakan sektor jasa yang menyatu dengan kehidupan masyarakat; (2) pariwisata mempunyai kekuatan sinergetik karena keterkaitan yang erat dengan berbagai bidang dan sektor lainnya; dan (3) tumpuan pariwisata sebagai kekuatan daya saing negara terletak pada sumber daya yang terolah dan memiliki ciri khas atau keunikan tersendiri (Deptan 2008).
Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesia Tahun 2001 – 2008 Tahun Jumlah Wisatawan Mancanegara (orang) Penerimaan Devisa (juta US $) 2001
5.153.620
5.396,26
2002
5.033.400
4.305,56
2003
4.467.021
4.037,02
2004
5.321.165
4.797,88
2005
5.002.101
4.521,89
2006
4.871.351
4.447,98
2007
5.505.759
5.345,98
6.429.027
7.377,39
2008 Sumber : BPS (2009)
1
1
http:// www.database.deptan.go.id ‘Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesia 2001 - 2008’ (18 Juni 2009)
Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam berwisata beragam mulai dari bentuk menikmati objek-objek spesifik sampai kepada hal-hal yang sangat spesifik (mass tourism ke niche tourism) yang berbasis pada lingkungan seperti agrowisata. Pengembangan dan perpaduan antara sektor pariwisata dan sektor pertanian akan menghasilkan suatu konsep yang berbasis pertanian yang layak jual. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, memelihara budaya serta teknologi lokal, dan menjaga kondisi lingkungan alamnya. Konsumsi jasa lingkungan dalam bentuk komoditas wisata bagi sebagian masyarakat Indonesia telah menjadi salah satu kebutuhan seiring berkembangnya zaman yang mengakibatkan perubahan gaya hidup, preferensi, dan motivasi masyarakat yang terus berubah dan berkembang. Wisata pertanian semakin digemari masyarakat, mereka pada umumnya ingin mengetahui produk pertanian sekaligus suasana lokasi tersebut (Deptan 2008). Pada
dekade
terakhir,
pembangunan
Agrowisata
di
Indonesia
menunjukkan kecenderungan terus meningkat. Preferensi dan motivasi wisatawan berkembang
secara
dinamis.
Hal
tersebut
terlihat
dari
meningkatnya
kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati objek-objek wisata spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengenalan tanaman langka, pengolahan produk secara tradisional maupun modern dan spesifik. Kecenderungan tersebut membuka peluang bagi pengembangan produkproduk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik2. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Wisata pertanian merupakan usaha dibidang jasa yang tidak hanya menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan sinyal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis dan menjadi kawasan pertumbuhan baru daerah, sektor pertanian, dan ekonomi nasional. Objek agrowisata seperti Kebun Raya Bogor, Taman Buah Mekarsari, Perkebunan Teh Gunung Mas, Kusuma Agrowisata Batu - Malang, dan Agrowisata Stroberi 2
http:// www.budpar.go.id ‘Agrowisata Berbasis Tanaman Obat dan Aromatik’ (02 Juni 2009)
2
Cihideung-Bandung, memiliki skala hamparan areal yang luas dan biasanya memiliki keseragaman tipe objek yang dinikmati. Di samping itu, ada jenis objek agrowisata dengan skala kecil namun tetap memberikan unsur yang menarik untuk dinikmati. Indonesia kaya akan beragam jenis tanaman berkhasiat, namun pemanfaatannya dirasa masih kurang sehingga diperlukan adanya suatu media promosi ke arah pengembangan biofarmaka seperti melalui media agrowisata tanaman obat-obatan yang bersifat rekreasi dan sekaligus edukatif. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia, 26 persen telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74 persen masih tumbuh liar di hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional. Pemakaian tanaman obat dalam dekade terakhir ini cenderung meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi, kosmetik, makanan, dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan telah mengalami pengolahan). Simplisia berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, terna, dan kulit batang (Hernani dan Syukur 2003). Dewasa ini agrowisata sudah banyak terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Jawa Barat adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki ciri khas alam dan budaya masyarakat lokalnya. Selain itu, Jawa Barat merupakan propinsi yang menjadi sentra produksi komoditas pertanian. Potensi yang dimiliki Jawa Barat ini telah dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk mendirikan objek wisata berbasis pertanian. Jumlah wisatawan ke objek wisata di Jawa Barat tahun 2004-2007 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Jumlah Wisatawan ke Objek Wisata di Jawa Barat Tahun 2004-2007 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara Jumlah Tahun (orang) (orang) (orang) 2004 11.611.680 239.139 16.850.793 2005
16.890.316
207.935
17.098.251
2006
23.859.547
227.935
24.086.615
2007
23.789.302
338.959
24.121.261
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat (2008)
3
Tabel 2 memperlihatkan jumlah Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara yang berkunjung ke Propinsi Jawa Barat dari tahun 2004 sampai tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Peningkatan paling tinggi terjadi pada tahun 2005 ke tahun 2006. Jumlah Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara pada tahun 2005 tercatat sebesar 17.098.251 orang kemudian meningkat sebesar 24.086.615 orang pada tahun 2006 atau meningkat sebesar 40 persen. Salah satu objek agrowisata di Jawa Barat adalah Kebun Tanaman Obat Karyasari yang merupakan suatu bentuk usaha untuk mengembangkan tanaman obat dengan cara meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan tanaman obat oleh masyarakat luas. Pola pengembangan tanaman yang dilakukan tidak hanya melalui forum pelatihan dan seminar oleh lembaga pendidikan pengobatan herbal, praktisi pengobatan tradisional dan pemerintah, namun juga melalui pola lain yang lebih strategis yaitu kampanye wisata ke kebun tanaman obat-obatan. Objek wisata yang ditawarkan terdiri dari kurang lebih 500 jenis tanaman obat yang tumbuh secara alamiah dalam lingkungan taman seluas 2,25 hektar. Para pengunjung tidak hanya dapat menikmati objek-objek wisata tersebut, tetapi melalui acara Seminar Kebun pengunjung memperoleh tambahan pengetahuan mengenai sejarah tanaman obat, penggunaan tanaman obat yang benar dan berbagai khasiat yang terkandung di dalamnya. Fasilitas yang disediakan berupa ruang seminar berupa saung di tengah kebun, mushola, dan area parkir. Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari juga menyediakan bibit tanaman obat dan juga melayani penjualan kapsul tanaman obat, teh herbal dan simplisia yang berkhasiat mengobati berbagai penyakit. Pergerakan
ke
arah
efisiensi
menuntut
kemampuan
manajerial,
profesionalisme dalam pengelolaan usaha, dan penggunaan teknologi maju. Untuk itu diperlukan suatu upaya yang kuat dan terintegrasi. Salah satunya dengan menerapkan strategi pemasaran yang baik dan tepat agar Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari dapat bersaing dalam persaingan global.
4
1.2. Perumusan Masalah Perkembangan
preferensi
dan
motivasi
wisatawan
menyebabkan
persaingan pada usaha kepariwisataan menjadi semakin kompetitif. Berbagai strategi dapat ditempuh para pelaku bisnis di bidang ini untuk dapat memenangkan persaingan. Berbagai produk dan jasa yang ditawarkan diharapkan mampu memuaskan kebutuhan pengunjung kawasan wisata tersebut termasuk pengunjung kawasan agrowisata. Yayasan Pengembangan Tanaman Obat Karyasari merupakan suatu usaha yang bergerak di dalam pengembangan tanaman obat di Indonesia. Kebun Tanaman Obat Karyasari yang juga sebagai tempat objek wisata pertanian ini terletak di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Usaha ini dirintis oleh Ir. W. P. Winarto pada bulan Agustus 1995 dan secara resmi beroperasi pada bulan Januari 2001. Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari menawarkan objek wisata alternatif, yaitu pengenalan dan pendalaman terhadap tanaman obat-obatan. Dalam masa perkembangannya, keberadaan Agrowisata Kebun Tanaman Obat
Karyasari
kurang
dikenal
dan
diketahui
masyarakat.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa strategi pemasaran yang diterapkan oleh pihak manajemen belum dilaksanakan dengan tepat. Selain itu, objek wisata ini merupakan jenis objek wisata minat khusus. Hal ini dapat terlihat dari jumlah pengunjung Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari yang tercatat sejak Mei 2008 hingga Agustus 2009 hanya berjumlah 396 orang bahkan pada bulan tertentu tidak ada satupun wisatawan yang melakukan kunjungan. Jika dilihat dari fluktuasi jumlah pengunjung Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari pada tahun 2008 dan 2009 adalah hampir sama, dimana jumlah pengunjung pada bulan Mei 2008 dan bulan Juni 2009 mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan bahwa pada bulan tersebut merupakan masa liburan sekolah sehingga cenderung untuk melakukan kegiatan wisata. Data jumlah pengunjung Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
5
140 120 100 80 2008 60
2009
40 20 0 Jan
Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Agu Sep Okt Nop Des
Keterangan : Agustus = angka sementara Gambar 1. Laju Persentase Perubahan Pengunjung Per Bulan Pada Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari Tahun 2008-2009 Sumber : Agrowisata KTO Karyasari (2009)
Agar upaya pengembangan Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan strategi yang kuat dan terintegrasi yang mencakup aspek produk, harga, tempat, promosi, orang, bukti fisik, dan proses. Strategi bauran pemasaran mencakup semua aspek tersebut, sehingga penerapan suatu strategi pemasaran yang baik dapat berimplikasi menciptakan keunggulan bersaing yang mampu menghasilkan laba yang tinggi secara berkelanjutan
(sustainable)
dan
akan
berdampak
pada
keberhasilan
pengembangan agrowisata. Dalam menentukan strategi pemasaran diperlukan analisis lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan melalui analisis keunggulan dan kelemahan perusahaan serta analisis peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari lingkungannya (Assauri 2004). Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Faktor internal apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari?
6
2. Faktor eksternal apa yang menjadi peluang dan ancaman Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari? 3. Alternatif strategi pemasaran dan prioritas apakah yang tepat bagi Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari. 3. Menganalisis alternatif strategi pemasaran dan menentukan prioritas strategi pemasaran yang tepat dan dapat diterapkan bagi Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari dalam pengembangan usaha.
1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak manajemen Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari dalam merencanakan dan menetapkan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan. Selain itu, penelitian ini berguna bagi penulis untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang telah diterima selama perkuliahan. Penulis juga berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan literatur untuk penelitian selanjutnya. Dan bagi pembaca adalah sebagai sumber informasi mengenai strategi pemasaran pada agrowisata tanaman obat.
1.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini secara keseluruhan adalah mengidentifikasi dan merumuskan strategi pemasaran yang dapat dijalankan oleh Agrowisata KTO Karyasari dalam pengembangan usaha. Strategi pemasaran yang akan digunakan yaitu konsep bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari strategi produk, harga, distribusi, promosi, orang, bukti fisik, dan proses.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata 2.1.1. Definisi Agrowisata Agrowisata secara umum dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwista dan pertanian. Pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau kilang anggur untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian aktivitas, makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal perkebunan atau taman (Farmstop 2008). Di Indonesia, Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Deptan 2008). Menurut Asosiasi Wisata Agro Indonesia (2004), wisata agro merupakan suatu bentuk wisata yang sangat spesifik, dimana pengunjung dapat menikmati keindahan dan keunikan alam sekaligus menikmati produk agro atau dapat tinggal di lingkungan pertanian, terlibat dalam proses produksi yang kesemuanya dilakukan untuk dapat mengalami, menikmati, mempelajari, dan menghayati bagian dari kehidupan keseharian yang berlangsung disuatu lingkungan pertanian.
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Agrowisata Pengembangan agrowisata diharapkan sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan sehingga akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta
masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata (Deptan 2008). Manfaat dari agrowisata antara lain (Tirtawinata dan Fachruddin 1996) : 1) Meningkatkan konservasi lingkungan 2) Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam 3) Memberikan nilai rekreasi 4) Meningkatkan kagiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan 5) Mendapatkan keuntungan ekonomi
2.1.3. Pengembangan Agrowisata Pembangunan dan pengembangan agrowisata mempunyai tujuan ganda yaitu membantu meningkatkan perolehan devisa negara serta membantu meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat sekitar. Sedangkan di pihak lain pembangunan dan pengembangan agrowisata dapat menambah jenis dan variasi produk pariwisata Indonesia. Pengembangan usaha agrowisata membutuhkan manajemen yang baik diantara sub sistem, yaitu diantara kesediaan sarana dan prasarana wisata, objek yang dijual, promosi, dan pelayanannya. Upaya peningkatan dan penganekaragaman usaha pertanian terus ditingkatkan secara intensif dan terencana, baik yang secara tradisional maupun modern merupakan potensi kuat yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik yang dapat dinikmati oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara (Deptan 2008). Potensi budidaya pertanian yang dapat dijadikan agrowisata antara lain : 1) Perkebunan Suatu kawasan perkebunan yang ideal untuk dapat dimanfaatkan sebagai objek dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang kegiatannya merupakan kesatuan yang utuh mulai dari pembibitan sampai dengan pengolahan hasilnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa setiap kegiatan dan proses
9
pengusahaan perkebunan dapat dijadikan daya tarik atau atraksi yang menarik bagi wisatawan mulai dari pembibitan, penanaman, pengolahan ataupun pengepakan hasil produksinya. 2) Tanaman pangan dan Hortikultura Daya tarik tanaman pangan dan hortikultura sebagai objek agrowisata antara lain kebun bunga-bungaan, kebun buah-buahan, kebun sayur-sayuran, dan kebun tanaman obat-obatan. 3) Peternakan Potensi peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain cara tradisional dalam pemeliharaan ternak, aspek kekhasan atau keunikan pengelolaan, produksi ternak, atraksi peternakan dan peternakan khusus seperti bekisar dan burung puyuh. 4) Perikanan Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan dengan potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup besar, kegiatan perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai obyek agrowisata. Secara garis besar kegiatan perikanan dibagi menjadi kegiatan penangkapan dan kegiatan budidaya, dan kegiatan tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek agrowisata seperti budidaya ikan air tawar, budidaya Air Payau (tambak), budidaya laut (kerang, rumput laut, kakap merah, dan mutiara). Manusia di bumi hidupnya dipenuhi dengan kejenuhan, rutinitas dan segudang kesibukan. Untuk ke depan, prospek pengembangan agrowisata diperkirakan sangat cerah. Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan, maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar,
10
teknologi budidaya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan (Deptan 2008). Adapun tenaga kerja sebagai salah satu kunci keberhasilan pembangunan objek agrowisata adalah kemampuan pengelola yang terdiri dari tenaga pembina, pelaksana, dan pemandu wisata. Untuk itu penyediaan tenaga manajerial dan pemandu agrowisata yang profesional sesuai dengan bidangnya mutlak diperlukan. Pola pengelolaan agrowisata yang dikembangkan atau dibangun perlu dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan yang menunjang usaha agrowisata. Dengan keikutsertaan masyarakat di dalam pengembangan agrowisata, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan interaksi positif dalam bentuk rasa ikut memiliki untuk menjaga eksistensi objek wisata (Deptan 2008). Peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui : a) Masyarakat desa yang memiliki lahan di dalam kawasan yang dibangun agar tetap dapat mengolah lahannya sehingga menunjang peningkatan hasil produk pertanian yang menjadi daya tarik agrowisata, dan di sisi lain akan mendorong rasa memiliki dan tanggung jawab di dalam pengelolaan kawasan secara keseluruhan. b) Melibatkan masyarakat desa setempat di dalam kegiatan perusahaan secara langsung sebagai tenaga kerja, baik untuk pertanian maupun untuk pelayanan wisata, pemandu dan lain-lain. Untuk itu pihak pengelola perlu melakukan langkah-langkah
dan
upaya
untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan tenaga kerja khusus yang berasal dari masyarakat. c) Menyediakan fasilitas dan tempat penjualan hasil pertanian, kerajinan, dan cendera mata bagi masyarakat desa di sekitar kawasan, sehingga dapat memperkenalkan ciri khas tempat sekaligus untuk meningkatkan penghasilan.
11
2.1.4. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Pengembangan Agrowisata Upaya pengembangan Agrowisata secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumber daya manusia, sumber daya alam, promosi, serta dukungan sarana dan kelembagaan (Deptan 2008). 1) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat berperan penting dalam keberhasilan pengembangan Agrowisata. Kemampuan pengelola Agrowisata dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini keberadaan/peran pemandu wisata dinilai sangat penting. Kemampuan pemandu wisata yang memiliki pengetahuan ilmu dan keterampilan menjual produk wisata sangat menentukan. Pengetahuan pemandu wisata seringkali tidak hanya terbatas kepada produk dari objek wisata yang dijual tetapi juga pengetahuan umum, terutama untuk hal-hal yang lebih mendalam berkaitan dengan produk wisata tersebut. 2) Promosi Kegiatan
promosi
merupakan
kunci
dalam
mendorong
kegiatan
Agrowisata. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik (hotel, restoran, bandara, dan lainnya). Dalam kaitan ini, kerjasama antara objek Agrowisata dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan. Salah satu metode promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan objek Agrowisata adalah metode "tasting", yaitu memberi kesempatan kepada calon konsumen/wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya. 3) Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sebagai
bagian dari
usaha pertanian, usaha Agrowisata sangat
mengandalkan kondisi sumber daya alam dan lingkungan. Sumber daya alam dan
12
lingkungan tersebut mencakup sumber daya objek wisata yang dijual serta lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu upaya mempertahankan kelestraian dan keasrian sumber daya alam dan lingkungan yang dijual sangat menentukan keberlanjutan usaha Agrowisata. Antara usaha Agrowisata dengan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Usaha Agrowisata berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumber daya alam dan lingkungan yang lestari, sebaliknya dari usaha bisnis yang dihasilkannya dapat diciptakan sumber daya alam dan lingkungan yang lestari. 4) Dukungan Sarana dan Prasarana Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahankemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan akomodasi dan transportasi, sampai kepada kesadaran masyarakat sekitarnya. Upaya menghilangkan hal-hal yang bersifat formal, kaku dan menciptakan suasana santai, serta kesan bersih dan aman merupakan aspek penting yang perlu diciptakan. 5) Kelembagaan Pengembangan Agrowisata memerlukan dukungan berbagai pihak baik pemerintah, swasta (terutama pengusaha agrowisata), lembaga yang terkait, seperti perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi, serta masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai
fasilitator dalam mendukung
berkembangnya Agrowisata dalam bentuk kemudahan perizinan dan lainnya. Intervensi pemerintah terbatas kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan. Departemen Pertanian (2008), mengindentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan suatu agrowisata dalam kaitannya dengan atraksi yang ditawarkan sebagai objek wisata sebagai berikut : a) Kelangkaan Jika wisatawan melakukan wisata di suatu kawasan agrowisata, wisatawan mengharapkan suguhan hamparan perkebunan atau taman yang mengandung unsur kelangkaan karena tanaman tersebut sangat jarang ditemukan pada saat ini.
13
b) Kealamiahan Kealamiahan atraksi agrowisata juga akan sangat menentukan keberlanjutan dari agrowisata yang dikembangkan. Jika objek wisata tersebut telah tercemar atau penuh dengan kepalsuan, pastilah wisatawan akan merasa sangat tertipu dan tidak mungkin berkunjung kembali. c) Keunikan Keunikan dalam hal ini adalah sesuatu yang benar-benar berbeda dengan objek wisata yang ada. Keunikan dapat saja berupa budaya, tradisi, dan teknologi lokal dimana objek wisata tersebut dikembangkan. d) Pelibatan Tenaga Kerja Pengembangan Agrowisata diharapkan dapat melibatkan tenaga kerja setempat, setidak-tidaknya meminimalkan tergusurnya masyarakat lokal akibat pengembangan objek wisata tersebut. e) Optimalisasi Penggunaan Lahan Lahan-lahan pertanian atau perkebunan diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal, jika objek agrowisata ini dapat berfungsi dengan baik. Tidak ditemukan lagi lahan tidur, namun pengembangan agrowisata ini berdampak positif terhadap pengelolaan lahan, jangan juga dieksploitasi dengan semenamena. f) Keadilan dan Pertimbangan Pemerataan Pengembangan agrowisata diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat secara keseluruhan, baik masyarakat petani/desa, penanam modal/investor, dan regulator/pemerintah. Dengan melakukan koordinasi di dalam pengembangan secara detail dari input-input yang ada. g) Penataan Kawasan Agrowisata
pada
hakekatnya
merupakan
suatu
kegiatan
yang
mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik.
14
2.2. Manfaat Tanaman Obat Tanaman biofarmaka dapat berupa tanaman perkebunan, tanaman hortikultura maupun tumbuh-tumbuhan liar di hutan primer dan sekunder, maupun semak dan belukar yang mempunyai fungsi sebagai obat seperti menghilangkan rasa sakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membunuh bibit penyakit, memperbaiki organ yang rusak, dan menghambat pertumbuhan sel yang tidak normal seperti tumor dan kanker. Dengan adanya pergeseran pola kehidupan masyarakat yang cenderung “back to nature” dalam bidang pengobatan menyebabkan upaya-upaya pelestarian dan pemanfaatan tanaman biofarmaka semakin banyak dilakukan. Menurut Ditjen Bina Produksi dan Hortikultura (2002), ada beberapa alasan mengapa terdapat kecenderungan masyarakat kembali ke obat obat alternatif, antara lain : 1) Adanya kelemahan obat modern/obat kimia a)
Efek samping langsung Efek secara langsung ini terjadi karena obat modern terdiri dari bahan
kimia yang murni, baik tunggal maupun campuran. Bahan kimia ini bersifat tajam dan reaktif (mudah bereaksi), sedangkan tubuh bersifat organis dan kompleks, sehingga bahan kimia bukan merupakan bahan yang benar-benar cocok untuk tubuh dan hanya dapat ditoleransi oleh tubuh. b)
Sering kurang efektif untuk penyakit tertentu Banyak penyakit belum ditemukan obatnya sehingga obat yang digunakan
lebih banyak bersifat simptomatis dan digunakan secara terus menerus. Beberapa penyakit bahkan belum diketahui sebabnya, sehingga pasien harus datang berulang-ulang ke klinik dan tidak mengalami kemajuan bahkan ada yang memburuk. c)
Harga yang mahal karena adanya faktor impor Hampir seluruh obat kimia dan bahan baku obat kimia yang digunakan
merupakan barang impor. Hal ini terjadi karena untuk memproduksi obat dibutuhkan teknologi yang canggih, biaya, dan waktu pengujian yang cukup lama.
15
2) Adanya kelebihan tanaman biofarmaka sebagai obat jika penggunaannya secara benar a) Efek samping sangat kecil Hal ini mengingat tanaman biofarmaka bersifat kompleks dan organis yang cocok untuk tubuh yang bersifat kompleks dan organis pula. Sehingga tanaman biofarmaka dapat disertakan dengan makanan, suatu bahan yang dikonsumsi dengan maksud merekonstruksi organ atau sistem yang rusak. b) Efek untuk penyakit yang sulit disembuhkan dengan obat kimia Efektif
untuk
penyembuhan
penyakit
tertentu
yang
sering
sulit
disembuhkan dengan obat-obat kimia seperti kanker, tumor, darah tinggi, darah rendah, diabetes, hepatitis, stroke sinissitis, bau badan, bisul, dan lain-lain. c) Harganya murah Harganya murah karena ditanam sendiri. Harga akan meningkat jika diperoleh dalam bentuk kering dan meningkat lagi jika diperoleh dalam bentuk hasil olahan. Harga akan sangat mahal jika diperoleh dalam bentuk isolat yaitu senyawa tertentu yang diperoleh dari ekstrak tanaman, seperti vincristine, obat kanker yang diisolasi dari ekstrak tapak dara (Canthranthus roseus). d) Tidak perlu banyak bantuan tenaga medis Jika didiagnosa sudah jelas maka pengobatannya dapat dilakukan oleh anggota keluarga tanpa harus tergantung pada bantuan tenaga medis. Namun di samping kelebihan tersebut, terdapat juga kelemahan dari tanaman biofarmaka seperti belum adanya standarisasi untuk beberapa jenis obat yang dihasilkan. 3) Tanaman biofarmaka sebagai pengobatan alternatif Pengertian pengobatan alternatif, yaitu : a) Penderita penyakit tertentu yang serangannya masih dalam tahap awal. b) Penderita penyakit yang kronis, guna menghindari efek samping obat kimia yang pemakaiannya dalam jangka panjang dan dengan harga yang lebih murah. c) Penderita penyakit yang sudah parah dan harus menghadapi tindakan medis yang drastis. d) Penyakit tertentu yang menurut dokter sudah tidak dapat disembuhkan
16
Tanaman biofarmaka secara keseluruhan memiliki multi fungsi dalam kehidupan manusia sebagai pemelihara kesehatan dan kebugaran, untuk pengobatan alternatif, untuk kosmetika perawatan kecantikan, sebagai makanan penguat dan makanan tambahan, dan sebagai terapi aromatik. Bahkan masih ada penggunaan lain, yaitu sebagai penyegar udara ruangan, sebagai pestisida nabati, dan sebagai bahan parfum (Ditjen Bina Produksi Hortikultura 2004).
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang terkait dengan agrowisata dan strategi pemasaran. Dua hal tersebut dipilih sebagai masukan penentuan topik penelitian dan penentuan alat analisis yang tepat. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai obat herbal dan strategi pemasaran dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Penelitian Terdahulu yang terkait dengan Strategi Pemasaran No Judul Penelitian Penulis 1
Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Masang
Tahun 2006
Tradisional Taman Sringanis Bogor, Jawa Barat 2
Analisis Strategi Bersaing agrowisata Vin’s Muttaqien
2007
Berry Park 3
Formulasi
Strategi
Pemasaran
Obat Putri
2008
Tradisional pada Taman Syifa di Kota Bogor, Jawa Barat 4
Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Fandy Akhdiar
2008
Pada Agrowisata Rumah Sutra Alam Kec. Pasir Eurih, Kab. Bogor, Jawa Barat 5
Strategi Pemasaran Agrowisata Kebun Buah Hary Purnama
2009
Plantera Fruit Paradise, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
17
Masang (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis Bogor bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang melingkupi Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisional, menganalisis penilaian konsumen, dan memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha Taman Sringanis. Metode pengolahan data yang digunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM. Tabel bobot IFE dan EFE memposisikan Taman Sringanis pada sel IV dalam matriks IE yang merupakan daerah tumbuh dan bina dengan menerapkan strategi intensif dan strategi integrasi. Dari rumusan analisis SWOT diperoleh Sembilan strategi alternatif. Penentuan prioritas strategi dengan QSPM merekomendasikan strategi satu sebagai nilai tertinggi yaitu mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro serta menjaga kualitas produk tetap bermutu dan berkhasiat. Muttaqien (2007) menganalisis strategi bersaing agrowisata Vin’s Berry Park. Dengan menggunakan matriks SWOT menghasilkan sebelas strategi alternatif, namun hanya enam strategi yang benar-benar dapat mendukung strategi bersaing total. Analisis matriks QSPM memeringkatkan keenam strategi tersebut sesuai dengan daya tariknya masing-masing, yaitu : menciptakan paket agrowisata dengan muatan edukasi yang lebih baik dan menarik; meningkatkan personal selling kepada pengunjung group khususnya kepada para decision maker untuk kegiatan fieldtrip dengan memaksimalkan network; melakukan promosi yang gencar melaui presentasi kepada konsumen rombongan yang potensial seperti sekolah, peruguruan tinggi, kantor dan sebagainya; memperbaiki jadwal produksi stroberi sehingga keinginan konsumen untuk memetik stroberi dapat dipenuhi setiap saat; meningkatkan kompetensi karyawan terutama dalam agrowisata seperti pemandu, customer service, dan kebun; mengembangkan skema harga discount yang menarik bagi peserta rombongan. Putri (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Formulasi Strategi Pemasaran Obat Tradisional pada Taman Syifa di Kota Bogor menggunakan metode dan analisis data berupa analisis deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif. Analisis kualitatif berusaha mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan serta malakukan analisis SWOT. Analisis kuantitatif
18
menggunakan matriks IFE, EFE, IE, dan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Matriks IE menempatkan posisi Taman Syifa pada sel II yaitu tumbuh dan kembangkan. Matriks SWOT menghasilkan sembilan strategi. Hasil analisis vertikal terhadap elemen tujuan dengan menggunakan metode PHA menghasilkan urutan prioritas tujuan yang ingin dicapai perusahaan yaitu menghadapi persaingan, memperluas pangsa pasar, dan meningkatkan penjualan. Analisis vertikal terhadap elemen alternatif strategi yaitu melakukan riset pasar, memperkuat merek, meningkatkan inovasi yang mengarah pada penambahan lini produk, menambah variasi produk, mengoptimalkan fungsi tenaga pemasar, dan memperbaiki sistem pembayaran. Akhdiar (2008) menganalisis prioritas strategi bauran pemasaran pada Agrowisata Rumah Sutra Alam dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik dan dan didapatkan prioritas dari elemen-elemen dalam strategi bauran pemasaran, yaitu : tujuan yang mendapat prioritas pertama adalah meningkatkan jumlah pengunjung dibandingkan dengan tujuan menjadikan Rumah Sutera Alam sabagai objek wisata yang potensial di Kabupaten Bogor dengan memberikan pengetahuan tentang agribisnis ulat sutera. Pada strategi bauran pemasaran, strategi yang mendapat prioritas utama adalah produk/jasa dengan menggunakan strategi operasional kualitas atraksi wisata; promosi dengan strategi operasional pemasaran langsung; harga dengan strategi operasional kesesuaian harga dengan mutu; bukti fisik dengan strategi operasional galeri kain sutera; orang dengan strategi operasional kesigapan melayani pengunjung; tempat dengan strategi operasional tempat penyediaan informasi; dan proses dengan strategi operasional tanggapan atas keluhan. Purnama (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pemasaran Agrowisata Kebun Buah Plantera Fruit Paradise Kabupaten Kendal bertujuan untuk mengidentifikasi bauran pemasaran yang telah diterapkan oleh Plantera dalam memasarkan agrowisatanya, menganalisis persepsi konsumen terhadap atribut bauran pemasaran, dan memformulasikan rekomendasi prioritas bauran pemasaran yang tepat untuk diterapkan dalam memasarkan agrowisata kebun buah Plantera Fruit Paradise. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada perusahaan Plantera yang bergerak di bidang agrowisata. Data yang
19
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil pengisian kuisioner oleh responden konsumen untuk menilai persepsi konsumen terhadap atribut bauran produk dan pengisian kuisioner oleh responden pihak manajemen perusahaan dengan metode Proses Hirarki Analistik (PHA). Strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan telah menggunakan konsep bauran pemasaran tujuh P, yaitu : 1) faktor produk, subfaktor yang diperhatikan adalah variasi paket wisata, jumlah ragam atau jenis buah-buahan, kualitas buah, dan ketersediaan buah-buahan; 2) faktor harga, subfaktor yang diperhatikan adalah kesesuaian harga dan mutu paket wisata, diskon musiman pada masa panen raya, dan penetapan harga bersaing; 3) faktor promosi, subfaktor yang diperhatikan adalah penciptaan iklan, penyebaran media publikasi, dan kegiatan sponsorship; 4) faktor keempat, subfaktor yang diperhatikan adalah kemudahan pencapaian lokasi, udara, kenyamanan, keindahan, dan kebersihan, dan pelayanan awal konsumen; 5) faktor orang, subfaktor yang diperhatikan adalah keramahan dan kesopanan, kompetensi dan pengetahuan karyawan, serta jumlah karyawan; 6) faktor proses, subfaktor yang diperhatikan adalah tanggapan atas keluhan, kemudahan administrasi, dan kemudahan pembayaran; dan 7) faktor bukti fisik, subfaktor yang diperhatikan adalah desain dan layout, desain dan tata letak agrowisata, papan informasi tanaman, papan penunjuk arah, fasilitas tempat peribadatan, toilet, tempat penjualan buah-buahan, gajebo atau shelter, luas area parkir, arena bermain anak, mobil wisata keliling kebun, tempat pembuangan sampah, ballroom, hall, pendopo, waduk, toko bibit tanaman buah, pupuk pertanian, dan restoran. Hasil analisis dengan metode PHA langkah pemasaran yang mendapat prioritas pertama adalah untuk memperluas promosi agrowisata. Dari beberapa penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa salah satu strategi pemasaran dapat didekati melalui bauran pemasaran yaitu bauran produk, bauran harga, bauran distribusi dan bauran promosi. Analisis SWOT membantu perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran yang efektif dan juga membantu perusahaan dalam mengelola sarana usaha agar lebih menarik. Analisis lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan internal dengan analisis IFE, lingkungan eksternal dengan analisis EFE, penentuan posisi perusahaan dengan analisis IE, penentuan alternatif strategi pemasaran dengan analisis QSPM.
20
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam hal tujuan dan hasilnya. Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk melihat kondisi lingkungan perusahaan untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran yang terbaik agar perusahaan mampu bersaing di pasar, sedangkan hasil penelitian hanya dapat dimanfaatkan oleh perusahaan yang bersangkutan karena aspek penelitian khusus dan spesifik mengenai kondisi perusahaan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis lingkungan pemasaran berupa lingkungan internal dengan analisis IFE, lingkungan eksternal dengan analisis EFE, posisi perusahaan dengan analisis IE, penentuan strategi pemasaran dengan analisis SWOT dan prioritas strategi pemasaran dengan analisis QSPM untuk menghasilkan strategi pemasaran yang tepat.
21
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta rumusan pada pendayagunaan dan semua alokasi sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut (Rangkuti 2000). Sedangkan menurut David (2006), bahwa strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar.
3.1.2. Manajemen Strategi Manajemen strategi adalah seni dari ilmu untuk pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan sebuah perusahaan mencapai tujuan pada masa yang akan datang (Umar 2003). Proses manajemen strategis berusaha mengorganisasikan informasi kuantitatif dengan cara yang memungkinkan keputusan efektif diambil dalam kondisi tidak relatif. Pada penerapan strategis membutuhkan pengalaman, penilaian, perasaan, dan intuisi. Menurut David (2006), manajemen strategis akan membantu perusahaan dalam melihat ancaman dan peluang pada masa yang akan datang, sehingga memungkinkan organisasi untuk dapat mengantisipasi kondisi yang selalu berubah. Selain itu, manajemen strategis juga menyediakan sasaran serta arah yang
jelas
bagi
masa
depan
perusahaan
sehingga
perusahaan
yang
mengembangkan sistem manajemen strategis mempunyai kemungkinan tingkat keberhasilan lebih besar dari pada yang tidak menggunakan sistem ini.
3.1.3. Model Manajemen Strategi Proses manajemen strategi merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan. Suatu perubahan dalam salah satu komponen utama dalam model dapat menyebabkan perubahan dalam satu atau semua komponen lainnya. Cara belajar dan mengaplikasikan proses manajemen strategis adalah dengan menggunakan model komprehensif manajemen strategi (Gambar 2).
Melakukan audit eksternal
Mengembangkan pernyataan visi dan misi
Menetapkan tujuan jangka panjang
Membuat, mengevaluasi dan memilih strategi
Implementasi strategi manajemen
Implementasi strategi pemasaran, keuangan, Litbang, SIB
Menetapkan tujuan jangka panjang
Melakukan audit internal
Perumusan strategi
Implementasi strategi
Evaluasi strategi
Gambar 2. Model Komprehensif Manajemen Strategi Sumber : David (2006)
3.1.4. Konsep Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler 2005). Definisi yang dikemukakan oleh Stanton adalah sebagai berikut, pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha ynag ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton 1993). Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran (Assauri 2004). Proses pemasaran terjadi dan dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi. Keputusan dalam pemasaran harus dibuat untuk menentukan produk dan pasarnya, harganya dan promosinya. Kegiatan pemasaran tidak bermula pada selesainya proses produksi juga tidak berakhir pada saat penjualan dilakukan. Perusahaan
harus
dapat
memberikan
kepuasan
kepada
konsumen
jika
mengharapkan usahanya dapat berjalan terus atau konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan.
23
Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna mendapatkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (Kotler 2005). Menurut Assauri (2004), konsep pemasaran merupakan orientasi manajemen yang menekankan bahwa kunci pencapaian tujuan organisasi terdiri dari kemampuan perusahaan/organisasi menentukan kebutuhan dan keinginan pasar yang dituju (sasaran) dan kemampuan perusahaan/organisasi tersebut memenuhinya dengan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari para pesaing. Konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh kegiatan pemasaran yang terpadu yang diarahkan untuk memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci keberhasilan organisasi dalam usahanya. Pada hakikatnya konsep pemasaran menekankan orientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh kegiatan pemasaran yang terpadu, yang ditujukan untuk keberhasilan mencapai tujuan perusahaan. Dengan demikian ada empat unsur pokok yang terdapat dalam konsep pemasaran, yaitu : orientasi pada konsumen (kebutuhan dan keinginan konsumen), kegiatan pemasaran terpadu, kepuasan konsumen, dan tujuan perusahaan jangka panjang (Assauri, 2004).
3.1.5. Strategi Pemasaran Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan atas logika itu unit bisnis diharapkan bisa mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran dapat didefinisikan sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan
perusahaan
dengan
mengembangkan
keunggulan
bersaing
yang
berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Perencanaan strategi pemasaran merupakan langkah yang memegang peranan penting bagi organisasi atau perusahaan karena keberhasilan pemasaran pada dasarnya akan dapat menentukan standar, harkat, dan martabat hidup perusahaan. Dengan demikian pencapaian kinerja pemasaran yang unggul akan
24
menjadi cita-cita setiap eksekutif perusahaan. Strategi perusahaan menjabarkan rencana permainan untuk mencapai sasaran perusahaan. Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi. Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dan hubungannya dengan keadaan lingkungan yang diharapkan, dan kondisi persaingan yang dihadapi (Kotler 2000). Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat dapat berubah dengan cepat, sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman, baik yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan dalam internal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Strategi pemasaran dapat dilakukan melalui penetapan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Marketing mix merupakan sekelompok variabel yang sering dijalankan oleh suatu perusahaan dengan tujuan meningkatkan jumlah penjualan produknya di pasar.
3.1.6. Pemasaran Jasa Menurut Swasta (1997), jasa adalah barang yang tidak kentara (intangible product) yang dibeli dan dijual di pasar melalui suatu transaksi pertukaran yang saling memuaskan. Pada perusahaan jasa yang berperan penting adalah mutu jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Agar mutu jasa yang ditawarkan dapat memuaskan diperlukan beberapa langkah dalam mengendalikan mutu jasa. Kotler (2005) menyebutkan, kunci keberhasilan dalam perusahaan jasa yaitu 1) kemudahan pemesanan, 2) pengiriman, 3) pemasangan, 4) pelatihan pelanggan, 5) konsultasi pelanggan, dan 6) pemeliharaan dan perbaikan.
25
Gronroos diacu dalam Kotler (2005) berpendapat bahwa pada pemasaran jasa membutuhkan tiga cara pemasaran, yaitu : 1) Pemasaran internal, menggambarkan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi karyawannya untuk melayani pelanggan dengan baik. 2) Pemasaran eksternal, menggambarkan pekerjaan biasa untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada konsumen. 3) Pemasaran interaktif, menggambarkan kemampuan karyawan dalam melayani klien. Berbeda dengan perusahaan manufaktur yang menghasilkan barang.
3.1.7. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Strategi pemasaran dapat didekati dengan konsep bauran pemasaran atau marketing mix (Stanton 1993). Kotler (2005) mendefenisikan bauran pemasaran sebagai seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran merupakan kumpulan strategi yang terdiri dari 4-P yaitu produk (product), harga (price), saluran distribusi (place), dan promosi (promotion). Booms dan Bitner diacu dalam Kotler (2003) menyatakan bahwa pada perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa terdapat tiga strategi tambahan pada strategi bauran pemasarannya, yaitu orang (people), bukti fisik (physical evidence), dan proses (process).
3.1.7.1. Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar (baik berwujud maupun tidak berwujud) untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga memuaskan keinginan atau kebutuhan yang meliputi objek secara fisik, pelayanan, orang, tempat, organisasi, gagasan atau bauran dari semua wujud tersebut (Kotler 2005).
26
Produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut daya tahan dan wujudnya (Kotler 2005), yaitu : 1. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. Karena barang ini dikonsumsi dengan cepat dan sering dibeli, strategi yang tepat adalah menyediakannya di berbagai lokasi, hanya mengenakan marjin yang kecil dan memasang iklan besar-besaran guna memancing orang untuk mencoba dan membangun preferensi. 2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan beberapa kali. Produk tahan lama pada umumnya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, mengenakan marjin yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak garansi dari penjual. 3. Jasa (services) adalah produk yang tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis. Produk jenis ini memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi. Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu (kualitas), penampilan, pilihan (option), gaya (style), merek, pengemasan, jenis produk (product lines), dan macam produk (items). Mutu produk menurut Kotler (2005) berarti menujukkan kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta atribut yang lain. Dalam mengembangkan suatu produk, produsen harus menentukan tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk itu dalam pasar sasaran. Kualitas produk merupakan keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. Kegiatan memperkenalkan dan mempopulerkan merek dagang suatu produk merupakan syarat berhasilnya pemasaran. Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler 2005). Pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus suatu produk.
27
Bauran produk adalah kombinasi dari semua produk (product line dan product item) yang ditawarkan/dijual perusahaan kepada konsumen (Assauri 2004). Lini produk adalah kumpulan dari produk-produk yang berhubungan erat karena memiliki fungsi yang serupa, atau karena dijual kepada kelompok konsumen yang sama atau dijual dengan harga jual dalam suatu skala tertentu. Macam produk adalah jenis produk tertentu yang mempunyai ciri-ciri spesifik menurut ukuran, harga, penampilan atau atribut lainnya.
3.1.7.2. Harga Harga adalah sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Harga merupakan unsur yang menghasilkan pendapatan penjualan, sedangkan unsur lainnya merupakan unsur yang mengakibatkan pengeluaran biaya. Strategi harga meliputi strategi penetapan harga, strategi tingkat harga, strategi keseragaman harga, strategi potongan harga, serta strategi syarat-syarat pembayaran (Kotler 2005). Perusahaan dapat menetapkan harga dengan menggunakan metode-metode penetapan harga, sebagai berikut : 1. Penetapan harga dengan orientasi biaya, yaitu penetapan harga mark up, penetapan harga dengan “cost plus”, dan penetapan harga sasaran. 2. Penetapan harga dengan orientasi permintaan, yaitu penetapan harga berdasarkan persepsi atau penilaian konsumen terhadap mutu dan penetapan harga diskriminasi harga. 3. Penetapan harga dengan orientasi persaingan, yaitu penetapan harga mengikuti pasar (sama dengan pesaing) dan harga dibawah pesaing. Dalam
penetapan
harga
perlu
diperhatikan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya baik langsung maupun tidak langsung. Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah bahan baku, biaya pemasaran, biaya produksi, adanya peraturan pemerintah, dan faktor lainnya. Faktor tidak langsung adalah harga produk sejenis yang dijual oleh para pesaing, pengaruh harga terhadap hubungan antara produk substitusi dan produk komplementer, serta potongan diskon untuk para penyalur dan konsumen.
28
3.1.7.3. Saluran Distribusi atau Tempat Pada umumnya perusahaan atau organisasi tidak memasarkan produknya langsung kepada pengguna akhir, diantaranya terdapat perantara yang menjalankan fungsi pemasaran. Perantara ini membentuk saluran pemasaran yang juga disebut sebagai saluran dagang atau saluran distribusi. Saluran pemasaran adalah beberapa organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses mengupayakan agar produk atau jasa dapat digunakan atau dikonsumsi. Perusahaan dapat menghadapi banyak saluran distribusi alternatif untuk menjangkau pasar sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperlihatkan dan dipertimbangkan dalam memilih saluran pemasaran adalah jenis dan sifat produk, sifat konsumen potensial, sifat persaingan dan sifat saluran pemasaran yang ada. Keputusan-keputusan saluran pemasaran termasuk diantara keputusan paling penting yang dihadapi manajemen. Saluran yang dipilih sangat mempengaruhi semua keputusan pemasaran lain, hal ini disebabkan saluran distribusi merupakan faktor yang akan menjamin ketersediaan produk di pasar. Menurut Kotler (2005), ada empat level saluran pemasaran untuk barang konsumen : 1) Saluran langsung (level-nol) terdiri dari produsen yang menjual langsung ke konsumen. 2) Saluran satu level berisi satu perantara, seperti pengecer. 3) Saluran dua level berisi dua perantara, umumnya adalah pedagang besar dan pengecer. 4) Saluran tiga level berisi tiga perantara, umumnya adalah pedagang besar, pemborong dan pengecer.
3.1.7.4. Promosi Definisi promosi menurut Kotler (2005) adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk, dan mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut. Menurut Assauri (2004), promosi adalah usaha perusahaan untuk mempengaruhi dengan merayu (persuasive communication) calon pembeli, melalui pemakaian segala unsur acuan pemasaran.
29
Suatu produk tidak akan dibeli bahkan dikenal apabila konsumen tidak mengetahui kegunaannya, keunggulannya, dimana produk dapat diperoleh, dan berapa harganya. Untuk itulah konsumen yang menjadi sasaran produk atau jasa perusahaan perlu diberikan informasi yang jelas. Efektifitas pemasaran suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh sistem komunikasi pemasaran yang dilakukan. Semakin efektif komunikasi yang dilakukan maka akan berbanding lurus dengan pemasarannya. Untuk melaksanakan komunikasi pemasaran diperlukan beberapa cara komunikasi yang disebut bauran komunikasi pemasaran (bauran promosi) yang terdiri atas lima cara komunikasi utama, yaitu : periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan secara pribadi, dan pemasaran langsung (Kotler, 2005).
1) Iklan Kotler (2005) mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk presentasi nonpribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang bagi suatu produk atau memicu penjualan yang cepat. Iklan dapat efisien menjangkau pembeli yang tersebar secara geografis. Menurut Kotler (2005), tujuan iklan dapat digolongkan menjadi empat, diantaranya : a) Iklan informatif dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah ada. b) Iklan persuasif dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan dan pembelian suatu produk atau jasa. c) Iklan pengingat dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk dan jasa kembali. d) Iklan penguatan dimaksudkan meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pemilihan yang tepat.
2) Promosi Penjualan Menurut Stanton (1993), promosi penjualan adalah sesuatu yang direncanakan untuk menambah dan mengkoordinasikan kegiatan penjualan
30
personal dan periklanan yang meliputi kegiatan pameran di toko, pameran dagang, membagikan contoh/kupon-kupon “cent off” (untuk pembuatan harga ke bawah). Promosi
penjualan
mencakup
alat
untuk
promosi
konsumen,
promosi
perdagangan, promosi bisnis, dan tenaga penjualan (Kotler 2005). Promosi penjualan mempunyai sifat yang unik yaitu dapat menarik perhatian konsumen dan memberikan informasi yang dapat mendorong konsumen untuk membeli. Promosi penjualan memberikan insentif untuk menarik orangorng baru untuk mencoba, memberi imbalan kepada pelanggan setia, dan dapat menaikkan tingkat pembelian ulang orang yang sesekali menggunakan. Promosi penjualan sering menarik orang-orang yang beralih merek, terutama mencari harga murah, nilai yang baik, atau hadiah. Namun promosi penjualan tidak mungkin merubah mereka menjadi pemakai yang setia. Kotler (2005) menjelaskan alat-alat promosi penjualan, diantaranya mencakup alat untuk promosi konsumen (sampel, kupon, tawaran uang kembali, potongan harga, cinderamata, hadiah, hadiah berlangganan, pengujian gratis, garansi, promosi bersama, promosi silang, pajangan di tempat pembelian, dan peragaan), promosi perdagangan (potongan harga, dana iklan dan pajangan, dan barang gratis), serta promosi bisnis dan tenaga penjualan (pameran dan konvensi perdagangan, kontes untuk perwakilan penjualan, dan iklan khusus).
3) Hubungan Masyarakat Hubungan masyarakat atau public relation merupakan kegiatan pemasaran yang luas sekali jangkauannya, tetapi sering diperlakukan sebagai unsur yang sepele dalam bauran promosi. Menurut Swastha (1990), hubungan masyarakat dapat didefenisikan sebagai fungsi manajemen yang memberikan penilaian tentang sifat masyarakat, identitas kebijaksanaan dan prosedur dari individu atau organisasi dengan keinginan masyarakat, dan melakukan program tindakan untuk mendapatkan pengertian serta pengakuan masyarakat. Hubungan
masyarakat
dapat
membantu
untuk
membentuk
citra
perusahaan atau produk. Hubungan masyarakat juga sangat efektif dalam membangun kesadaran dan pengetahuan merek serta berbiaya yang jauh lebih kecil daripada biaya iklan. Namun promosi melalui hubungan masyarakat
31
memiliki tantangan dalam menciptakan berita atau acara yang dapat menarik perhatian khalayak. Alat-alat utama yang digunakan dalam humas pemasaran antara lain terbitan (brosur, artikel, berita berkala, majalah perusahaan), acara-acara (seminar, pameran dagang, konferensi berita, kompetisi, ulang tahun), pemberian dana sponsor, berita, ceramah, kegiatan layanan masyarakat, dan media identitas (logo perusahaan, brosur, bangunan, aturan berpakaian, dan lain-lain).
4) Penjualan Pribadi Penjualan pribadi atau personal selling adalah alat yang paling efektif pada tahap terakhir berupa proses pembelian, khususnya dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli (Kotler 2005). Dalam operasinya, personal selling lebih fleksibel dibandingkan dengan yang lain, ini disebabkan karena tenaga-tenaga penjualan dapat secara langsung mengetahui keinginan, motif dan perilaku konsumen, dan sekaligus dapat melihat reaksi konsumen sehingga langsung dapat mengadakan penyesuaian seperlunya. Tiga ciri khusus dari penjualan personal, yaitu : a) Konfrontasi personal : mencakup hubungan yang hidup, langsung, dan interaktif antara dua orang atau lebih. b) Mempererat : memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan hingga hubungan persahabatan. c) Tanggapan : membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan pembicaraan wiraniaga.
5) Pemasaran Langsung Kotler (2005) menyatakan bahwa pemasaran langsung atau direct marketing adalah penggunaan saluran-saluran langsung konsumen untuk menjangkau atau menyerahkan barang atau jasa kepada pelanggan tanpa menggunakan perantara pemasaran. Saluran-saluran ini mencakup surat langsung, katalog, telemarketing, TV interaktif, kios, situs internet, dan peralatan bergerak. Pemasaran langsung dapat menguntungkan penjual karena mereka dapat mengkhususkan dan menyesuaikan pesan-pesan penjualan mereka. Pemasaran
32
langsung dapat membina hubungan yang berkesinambungan dengan masingmasing pelanggan. Namun ada beberapa kerugian dari pemasaran langsung, diantaranya kemungkinan terjadinya penipuan dan kecurangan, serta beberapa pelanggan menganggap pemasaran langsung sebagai gangguan (seperti telepon penjualan pada saat larut malam).
3.1.7.5. Orang Sumber daya manusia (karyawan) merupakan unsur bauran pemasaran yang memiliki peran penting, karena terlibat langsung dalam kegiatan penyampaian produk ke tangan konsumen. Kesuksesan pemasaran sangat tergantung pada seleksi pelatihan, motivasi, dan manajemen sumberdaya manusia, terlepas dari apakah karyawan adalah profesioal yang sangat terampil atau karyawan yang memiliki keterampilan rendah. Idealnya, karyawan seharusnya memperlihatkan
kompetensi,
sikap
kepedulian,
sikap
tanggap,
inisiatif,
kemampuan memecahkan masalah, dan niat baik. Kesan dari usaha jasa khususnya tempat wisata, diukur dari orang-orang yang memberikan pelayanan kepada pengunjung atau pelanggan. Salah satu cara perusahaan
mempertahankan
pelanggannya
adalah
dengan
meluncurkan
serangkaian program yang khusus pada orang-orang di dalam organisasi. Para karyawan dilatih untuk mengembangkan sikap-sikap baru terhadap para pelanggan dengan menekankan bahwa perusahaan tersebut ingin memuaskan pelanggan. Pentingnya strategi orang dalam pemasaran yaitu mengarahkan minat yang lebih besar dalam menarik, memotivasi, melatih, dan mempertahankan kualitas
karyawan
dengan
mengembangkan
pekerjaan-pekerjaan
untuk
memuaskan kebutuhan konsumen.
3.1.7.6. Bukti fisik Bukti fisik merupakan lingkungan fisik perusahaan dimana layanan diciptakan, penyediaan, dan pelanggan berinteraksi. Bukti fisik mewakili keputusan kunci mengenai desain dan lay-out bangunan, misalnya tempat duduk, toilet, tempat ibadah, parkir, dan sebagainya yang dibutuhkan pengunjung. Bukti fisik berhubungan dengan fasilitas apa yang diharapkan pelanggan sehingga dapat
33
meningkatkan kenyamanan. Bila fasilitas yang dibutuhkan konsumen di tempat wisata telah tersedia maka tingkat kepuasan konsumen akan meningkat. Selain itu, perusahaan-perusahaan juga akan mencoba mutu jasanya melalui bukti fisik atau penyajian. Kotler dalam buku Marketing Plus lebih sering menyebut bukti fisik sebagai presentation.
3.1.7.7. Proses Proses merupakan seluruh kegiatan kerja yang berhubungan dengan pelayanan yang akan diberikan kepada konsumen. Menurut Umar (2003), perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi proses ini merupakan penggabungan dari beberapa dimensi, yaitu : 1) Akses, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan 2) Komunikasi,
merupakan
kemampuan
melakukan
komunikasi
untuk
menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan. 3) Pemahaman pada pelanggan, meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pasar.
3.1.8. Analisis Lingkungan Pemasaran Dalam
menetapkan
suatu
strategi
pemasaran,
perusahaan
harus
memperhatikan lingkungan yang mempengaruhinya. Agar sukses dalam jangka waktu lama, perusahaan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan (David 2003). Lingkungan ini dibedakan menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Analisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perlu diketahui oleh suatu perusahaan untuk menentukan suatu strategi yang dijalankan guna memasarkan produk yang dihasilkan. Tiga alasan perusahaan perlu melakukan analisis lingkungan, yaitu (1) Lingkungan dapat berubah dengan cepat sehingga perlu melakukan analisis secara
34
sistematis, (2) Perusahaan perlu mencari informasi dari sekelilingnya guna menentukan faktor-faktor yang ada di lingkungan sekarang yang menjadi ancaman maupun faktor-faktor apa saja yang menjadi peluang, dan (3) Perusahaan secara sistematis melakukan analisis dan mengenali lingkungan akan dapat bekerja lebih efektif dan efisien (Kotler, 2005).
3.1.8.1. Analisis Lingkungan Internal Menurut David (2003), sebuah variabel merupakan kekuatan apabila menyediakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yang dilakukan perusahaan atau berpotensi untuk dilakukan dengan lebih baik secara relatif terhadap kecakapan pesaing lain yang sudah ada ataupun potensial. Sebuah variabel merupakan kelemahan apabila berupa sesuatu yang tidak dilakukan dengan baik oleh perusahaan atau perusahaan yang tidak memiliki kepastian untuk melakukannya, sementara para pesaingnya memiliki kapasitas tersebut. Lingkungan internal meliputi bagian dalam perusahaan yang merupakan sumberdaya perusahaan yang dapat menjadi kekuatan perusahaan jika dikelola secara efektif dan efisien, dan apabila sebaliknya menjadi kelemahan perusahaan. Lingkungan internal terdiri dari faktor pemasaran, keuangan, produksi, administrasi, riset dan pengembangan. Pada akhirnya, analisis terhadap lingkungan internal perusahaan akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan yang dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam menerapkan strategi pemasarannya (David, 2003). Lingkungan internal dapat menentukan kinerja perusahaan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki, kapabilitas, dan kompetensi inti. Analisis lingkungan internal dimaksudkan untuk mengembangkan daftar kekuatan yang dimanfaatkan oleh perusahaan dan daftar kelemahan yang harus diatasi oleh perusahaan tersebut.
35
Pendekatan fungsional diperlukan untuk menganalisis lingkungan internal perusahaan. Menurut Assauri (2004), bidang fungsional yang menjadi variabel dalam analisis internal adalah : 1) Kebijakan Kebijakan sumber daya manusia terpengaruh oleh aspek-aspek eksternal, yaitu perkembangan pendidikan, jumlah penawaran tenaga kerja, perkembangan sosial dan sistem masyarakat lainnya. Selain itu perlu diperhatikan keterampilan dan moral tenaga kerja karyawan, biaya hubungan kekaryawanan dibandingkan dengan industri dan pesaing, tingkat keluar masuk dan kemangkiran karyawan, serta keterampilan khusus dan pengalaman. 2) Pemasaran Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa (David, 2006). Menurut Kotler (2005), pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Joel Evans dan Barry Bergman diacu dalam David (2006), menyatakan bahwa terdapat sembilan dasar fungsi pemasaran, yaitu : (1) analisis pelanggan, (2) membeli sediaan, (3) menjual produk atau jasa, (4) merencanakan produk atau jasa, (5) menetapkan harga, (6) distribusi, (7) riset pemasaran, (8) analisis peluang, dan (9) tanggung jawab sosial. 3) Keuangan Kondisi keuangan sering dijadikan ukuran tunggal terbaik dalam menentukan posisi persaingan. Selain itu, kondisi keuangan perusahaan juga dapat menjadi daya tarik bagi investor. Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan adalah kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus dipikul sebagai upaya memperoleh modal tambahan, hubungan baik dengan penanam modal, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, dan sistem akuntansi yang handal.
36
4) Produksi dan Operasi Produksi dan operasi dalam suatu perusahaan merupakan seluruh aktivitas yang merubah input menjadi output berupa barang dan jasa. Manajemen produksi dan operasi erat kaitannya dengan input, proses, dan output. Roger Schroeder diacu dalam David (2006), menyarankan bahwa manajemen produksi dan operasi terdiri dari lima fungsi atau bidang keputusan yaitu : proses, kapasitas, sediaan, tenaga kerja, dan mutu. 5) Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan biasanya diarahkan pada produk-produk baru sebelum pesaing melakukannya. Hal tesebut dilakukan untuk meningkatkan pemasaran serta mendapatkan keunggulan dari biaya melalui efisiensi.
3.1.8.2. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal menekankan pada pengenalan dan evaluasi kecenderungan peristiwa yang berada di luar kendali sebuah perusahaan. Tujuan analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan suatu daftar peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan daftar ancaman yang harus dihindari perusahaan. Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, sedangkan ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Menurut Kotler (2005), lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan mikro. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi situasi lingkungan eksternal perusahaan dijelaskan sebagai berikut :
1) Lingkungan Makro Lingkungan makro menggambarkan suatu situasin di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Terdapat tiga karakteristik khas lingkungan makro, yaitu : (1) lingkungan makro tidak memiliki batas (boundlessness) dan memiliki intensitas pengaruh yang berbeda terhadap berbagai aspek manajemen, (2) lingkungan makro hanya memberikan sinyal lemah pada manajemen, karena perubahan yang ditimbulkan hanya dapat dilihat dalam jangka
37
panjang, (3) lingkungan makro mempunyai sifat tidak dapat dikendalikan. Dalam situasi global, perusahaan harus memantau enam kekuatan utama, yaitu : a) Lingkungan Demografi Lingkungan demografi terdiri atas umur, pendidikan, pekerjaan, ukuran keluarga, tempat tinggal, dan ukuran kota. Lingkungan demografi merupakan hal menarik bagi penyusun strategi pemasaran karena berhubungan dengan studi statistik tentang manusia dimana populasi manusia dapat membentuk pasar beserta karakteristiknya. b) Lingkungan Ekonomi Variabel dari faktor ekonomi antara lain adalah tingkat inflasi, kecenderungan Produk Domestik Bruto, tingkat pajak, kebijakan moneter, tingkat suku bunga, neraca pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi. c) Lingkungan Alam/Ekologi Faktor ekologi, istilah ekologi mengacu pada hubungan antara manusia dan makhluk hidup lainnya dengan udara, tanah, dan air yang mendukung kehidupan mereka. Ancaman terhadap ekologi pendukung kehidupan kita terutama disebabkan oleh kegiatan manusia dalam suatu masyarakat industrial yang biasa disebut dengan polusi. d) Lingkungan Teknologi Faktor teknologi perlu diperhatikan untuk menghindari keusangan dan mendorong adanya inovasi yang dapat mempengaruhi industri. Adanya tenologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. e) Lingkungan Politik dan Hukum Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan. Faktor-faktor ini antara lain adalah peraturanperaturan, undang-undang, dan kebijaksanaan pemerintah baik pada tingkat daerah, propinsi, maupun sampai tingkat nasional yang menentukan beroperasinya suatu
perusahaan.
Adanya
faktor
politik
atau
pemerintah
melalui
kebijaksanaannya dapat memberi peluang dan juga kendala bagi perusahaan.
38
f) Lingkungan Sosial Budaya Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan etnik. Jika setiap sosial berubah, maka akan menyebakan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis kebutuhan seseorang.
2) Lingkungan Mikro Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik pasar atau segmen pasar tertentu (Kotler, 1997). Lima kekuatan tersebut adalah pesaing industri, pendatang baru, produk substitusi, pembeli, dan pemasok (Gambar 2). Lima ancaman yang ditimbulkan kekuatan tersebut adalah : a) Ancaman Pesaing Industri Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika memiliki pesaing yang paling banyak, kuat, dan agresif. Segmen ini menjadi tidak menarik lagi jika pertumbuhannya stabil atau menurun, penambahan kapasitas dilakukan secara besar-besaran, biaya tetap tinggi, hambatan keluar besar, atau pesaing mempunyai kepentingan yang besar terhadap segmen tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan sering terjadinya perang harga, perang iklan, dan pengenalan produk baru. b) Ancaman Produk Baru Daya tarik segmen berbeda-beda menurut tingginya hambatan masuk dan keluar. Segmen yang paling menarik adalah memiliki hambatan untuk masuk yang tinggi dan hambatan untuk keluar yang rendah. Sedangkan tidak menarik apabila hambatan masuk rendah tetapi hambatan keluar tinggi. Semakin menarik segmen tersebut akan mengokohkan posisi perusahaan lama, karena pendatang baru tidak mudah memasuki segmen tersebut dan begitu sebaliknya. c) Ancaman Produk Substitusi Segmen tertentu menjadi tidak menguntungkan jika terdapat substitusi produk yang aktual dan potensial. Konsumen akan segera berpikir untuk berpindah mengkonsumsi suatu produk ke produk substitusinya, apabila produk tersebut tidak mampu memuaskan kebutuhan konsumen.
39
d) Ancaman Kekuatan Posisi Tawar Pembeli Sebagian pembeli memiliki kekuatan tawar (bargaining position) yang tinggi. Kekuatan tawar pembeli berkembang apabila mereka menjadi lebih terorganisasi, produk tersebut merupakan bagian yang signifikan dari biaya pembeli, produk tersebut tidak terdeferensiasi, pembeli peka terhadap harga, atau pembeli dapat melakukan integrasi ke hulu. e) Ancaman Kekuatan Posisi Tawar Pemasok Pemasok yang mempunyai bargaining power yang tinggi dapat memaksakan kehendaknya kepada perusahaan. Pemasok mampu berbuat sesuai keinginannya, seperti menaikkan harga atau mengurangi kuantitas input yang mereka pasok. Kekuatan pemasok yang besar dapat mempengaruhi biaya dan investasi, sehingga akan mengurangi potensi laba perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Pendatang baru potensial Ancaman masuknya pendatang baru Kekuatan tawar menawar pemasok
Para pesaing industri
Potensial
Kekuatan tawar menawar pembeli
Pembeli Pesaing di suatu perusahaan Ancaman produk atau jasa pengganti
Produk pengganti Gambar 3. Kekuatan-kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri Sumber : Michael E. Porter (1987)
40
3.1.9. Matriks IE (Internal-Eksternal) Matriks Internal Eksternal menggunakan parameter yang meliputi parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal perusahaan yang masingmasing akan diidentifikasi ke dalam elemen eksternal dan internal melalui matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE). Tujuan penggunaan matriks IE adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat perusahaan yang lebih detail (Rangkuti, 2000). Menurut David (2006), tujuan melakukan audit eksternal dalam suatu matriks EFE adalah untuk mengembangkan daftar batas peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang harus dihindari. Penggunaan istilah terbatas mengacu pada pengertian bahwa analisis eksternal tidak bertujuan untuk mengembangkan daftar panjang dan lengkap dari setiap faktor kemungkinan yang dapat dilakukan. Namun untuk mengenali variabel kunci yang menawarkan respon yang dapat dilakukan. Audit eksternal tersebut meliputi aspek ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Sementara audit internal dalam matriks IFE dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi kakuatan dan kelemahan internal perusahaan di
bidang-bidang
fungsional,
termasuk
manajemen,
pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi, operasi, pendidikan dan pengembangan, dan sistem informasi komputer (David 2006). Penggabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks InternalEksternal (IE) yang menghasilkan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE. Tetapi pada prinsipinya kesembilan sel dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda (David 2006). Pertama, Growth Strategy, dapat disebut tumbuh dan bina. Posisi ini berada pada sel I, II, atau IV. Dalam hal ini biasanya perusahaan mengejar pertumbuhan dalam keuntungan, pangsa pasar, dan tujuan primer lain. Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) mungkin paling tepat untuk semua posisi ini.
41
Kedua, Stability Strategy, dapat dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara. Posisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII, dalam hal ini perusahaan menerapkan strategi tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan. Tujuannya relatif defensif, yaitu menghindari kehilangan profit. Ketiga, Retrenchment Strategy, dapat disebut pula dengan strategi panen atau divestasi. Posisi yang umum masuk sel VI, VII, atau IX, pada saat kelangsungan hidup perusahaan terancam dan tidak lagi dapat bersaing secara efektif, seringkali dibutuhkan strategi yang menekankan penghematan.
3.1.10. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. SWOT merupakan singkatan dari strengths (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang/kesempatan), dan threats
(ancaman).
Analisis
ini
didasarkan
pada
logika
yang
dapat
memaksimalkan strengths dan opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan weakness dan threats (Rangkuti 2000). Kekuatan dapat dijelaskan sebagai positif organisasi yang dapat membimbing ke arah peluang yang lebih luas sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan. Kelemahan adalah setiap kekurangan di dalam hal keahlian dan sumberdaya perusahaan. Pertimbangan perlu diberikan pada bagaimana hal ini dapat diobati, misalnya dengan pengambilalihan, penggabungan, atau pelatihan dan pengembangan. Peluang/kesempatan menggambarkan peristiwa-peristiwa di lingkungan luar yang memungkinkan organisasi mendapatkan keuntungan. Tampaknya hal ini timbul dari perubahan-perubahan teknologi, pasar dan produk, perundangundangan dan sebagainya. Ancaman adalah bahaya atau masalah yang dapat menghancurkan kedudukan organisasi. Contohnya, peluncuran produk baru oleh pesaing, perubahan standar keamanan, perubahan model, atau masalah-masalah yang timbul dengan pemasok atau pelanggan.
42
3.1.11. Matriks QSPM Quantitative Strategic Planning Matrix merupakan tahap penentuan prioritas dari strategi alternatif terbaik. QSPM menggunakan input dari identifikasi faktor strategis dan hasil mencocokkan analisis IE dan SWOT untuk memutuskan sasaran strategi alternatif yang terbaik. Matriks ini adalah alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif dengan menggunakan penilaian intuitif. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan pada sejauh mana faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari setiap strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menetapkan dampak kumulatif dari setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal. Sifat positif dari QSPM adalah alat ini mengharuskan ahli strategi untuk membuat faktor-faktor kunci strategis eksternal dan internal menjadi lebih kecil kemungkinannya terabaikan atau diberi bobot secara tidak sesuai. Hal ini disebabkan dalam pemberian peringkat dan daya tarik menggunakan keputusan subyektif, namun dalam prosesnya menggunakan informasi objektif (David 2006).
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Yayasan Pengembangan Tanaman Obat (YPTO) Karyasari adalah salah satu perusahaan yang memanfaatkan peluang dengan membudidayakan dan memproduksi berbagai jenis obat herbal yang berbahan baku tanaman obat asli Indonesia yang berkhasiat mengobati berbagai penyakit. Selain itu, YPTO Karyasari dalam pengembangan pengetahuan konsumen tentang tanaman obat herbal mengadakan acara Seminar Kebun mengenai sejarah, penggunaan dan berbagai khasiat yang terkandung dalam tanaman obat, dan juga acara Pelatihan Pengobatan Herbal Dasar Intensif. Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari merupakan salah satu objek pengusahaan wisata agro yang masih memerlukan peningkatan kualitas daya tarik wisatanya melalui penataan fasilitas penunjang, aksesbilitas, dan beberapa produk wisata yang terdapat pada kawasan tersebut. Untuk konsumen kawasan tersebut apabila dilihat dari segi jumlahnya, dapat dikategorikan sebagai wisata
43
rombongan (group tour), karena selama ini konsumen jasa agrowisata yang memanfaatkan kawasan tersebut pada umumnya merupakan perusahaan swasta dan instansi pemerintah, maupun pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses perencanaan lebih lanjut mengenai pengembangan agrowisata tersebut agar diperoleh suatu alternatif strategi pemasaran yang tepat. Strategi yang efektif dan efisien harus dikembangkan oleh perusahaan dengan melihat peluang, kekuatan, ancaman, dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan. Penentuan
kekuatan
dan
kelemahan
yang
dimiliki
perusahaan
menggunakan analisis faktor internal yang terdiri atas : faktor manajemen, seperti status pengelolaan kawasan dan sumberdaya manusia kawasan; faktor pemasaran, seperti unsur pemasaran kawasan; faktor keuangan, seperti unsur anggaran pengelolaan; serta faktor produksi atau operasi, seperti potensi objek wisata, aksesbilitas kawasan, serta saran dan prasarana. Analisis peluang dan ancaman menggunakan analisis faktor eksternal yang terdiri atas : faktor lingkungan jauh, seperti sikap masyarakat sekitar dan peran serta masyarakat sekitar; faktor lingkungan industri, seperti pengunjung kawasan dan pesaing kawasan; faktor lingkungan operasi, seperti akomodasi kawasan serta reputasi kawasan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muttaqien (2007) menganalisis strategi bersaing Agrowisata Vin’s Berry Park. Hasil analisis faktor internal yang diperoleh adalah faktor kekuatan yaitu keunggulan dalam budidaya dan panen stroberi, lokasi mudah diakses, fasilitas umum dan rekreasi yang memenuhi standar umum, produk olahan stroberi yang beragam, network pemilik yang luas, menggunakan modal sendiri, dan pengendalian mutu buah bagus; sedangkan untuk faktor kelemahan yaitu manajemen yang berpusat pada pemilik, promosi belum optimal, pencatatan keuangan masih sederhana, wisata petik stroberi tidak dapat dilakukan setiap saat, tidak memiliki pemandu, dan profesionalisme karyawan rendah. Hasil analisis faktor eksternal yang diperoleh adalah faktor peluang
yaitu
dukungan
pemerintah
dalam
pengembangan
agrowisata,
pembangunan tol Cipularang menciptakan akses cepat untuk berwisata ke Kabupaten Bandung, trend sosial untuk kembali ke alam, inovasi budidaya stroberi sistem gantung, pemasok luar negeri memiliki citra kualitas unggul; sedangkan untuk faktor ancaman yaitu pemilihan umum yang akan datang
44
mengancam stabilitas politik, inflasi mengurangi daya beli, banjir di Jakarta berpeluang mengurangi kunjungan, jumlah agrowisata yang semakin bertambah, dan konsumen memiliki banyak pilihan. Variabel-variabel eksternal dan internal yang telah dianalisis kemudian diringkas dan dijabarkan dalam matriks External Factor Evaluation (EFE), dan matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Total skor kedua matriks tersebut selanjutnya dipadukan dalam matriks Internal-Eksternal (I-E) untuk mengetahui posisi perusahaan. Kemudian melalui analisis SWOT dengan menggunakan matriks SWOT, hasil analisis gabungan dari faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman tersebut digunakan untuk memperoleh alternatif strategi pemasaran. Setelah tahap pencocokan dengan matriks SWOT menghasilkan beberapa alternatif strategi pemasaran, alternatif strategi tersebut diprioritaskan dengan menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran operasional sebagai Gambar 4 berikut.
45
Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari - Jumlah pengunjung relatif rendah - Tingkat persaingan agrowisata
Identifikasi Faktor-Faktor Internal
Manajemen Produksi/operasi Penelitian dan pengembangan Keuangan Bauran pemasaran (7 P)
Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal
Visi dan Misi Agrowisata KTO Karyasari
Lingkungan Makro Ekonomi Alam Demografi Sosial Politik Teknologi Lingkungan Mikro Pesaing Pelanggan
Matriks IFE
Matriks EFE
Matris IE dan Matriks SWOT
Alternatif Strategi Pemasaran
Prioritas Strategi Pemasaran (Matriks QSPM)
Strategi Pemasaran
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
46
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Yayasan Pengembangan Tanaman Obat Karyasari yang pusat operasionalnya terletak di Jalan Klamono Blok A5 No.4 Perum Jatiwaringin Asri, Pondok Gede, Jakarta Timur, dan pada Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari yang terletak di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Agrowisata KTO Karyasari merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agrowisata dan pengembangan tanaman obat Indonesia, yang selain memproduksi tanaman obat juga membuka klinik herbal, melakukan pelatihan-pelatihan, seminar, dan membuat majalah tanaman obat “Herba”. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2009.
4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari para pengambil keputusan di perusahaan dan tenaga kerja harian, serta pemandu di Kebun Tanaman Obat dengan proses dialog atau wawancara untuk memperoleh informasi faktor internal dan eksternal. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa responden memiliki tingkat penguasaan yang tinggi terhadap bidang yang akan diteliti sekaligus permasalahannya. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan mengenai agrowisata, laporan penelitian terdahulu, artikel, serta literatur yang relevan dengan masalah penelitian, majalah pertanian (Herba dan Trubus), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik, dan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (Balitro).
4.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan panduan kuesioner kepada pihak manajemen Agrowisata KTO Karyasari yang terkait langsung dan mengetahui secara benar kegiatan pemasaran di Agrowisata KTO Karyasari. Wawancara yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan bauran pemasaran Agrowisata KTO Karyasari, lingkungan internal perusahaan yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dan lingkungan eksternal perusahaan yang dapat menjadi peluang dan dan ancaman perusahaan, tujuan dari berdirinya Agrowisata KTO Karyasari, tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan, dan pemilihan alternatif strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan dari Agrowisata KTO Karyasari. Dalam penelitian ini, responden yang dipilih adalah Pimpinan Yayasan Pengembangan Obat Karyasari, Kepala Bagian Agrowisata, Kepala Bagian Kebun, dan Kepala Bagian Promosi. Untuk metode pengumpulan data sekunder diperoleh dari data-data yang terkait di beberapa instansi, internet, dan studi literatur.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan proses kegiatan usaha dan penentuan alternatif dan strategi perusahaan, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, serta penentuan prioritas strategi perusahaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1) Mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan objek penelitian dalam bentuk pertanyaan atau hasil wawancara, data berbentuk gambargambar, maupun tabel-tabel untuk mempermudah dalam menganalisis lebih lanjut. 2) Mengkaji
situasi
perusahaan
secara
internal
dan
eksternal
dengan
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman perusahaan. Kemudian dihubungkan untuk mengetahui posisi perusahaan saat ini.
48
3) Menentukan alternatif dan prioritas strategi yang tepat bagi perusahaan. Tahapan-tahapan yang digunakan dalam pengolahan data dilakukan secara sistematis, sebagai berikut :
4.4.1. Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Analisis internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Secara ringkas analisis ini disajikan dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Matriks External Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan. Tahapan-tahapan dalam penyusunan matriks IFE dan EFE adalah : 1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Tahap identifikasi faktor-faktor internal, dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Dalam penyajiannya, faktor yang bersifat positif (kekuatan) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan). Begitu pula dengan tahap identifikasi faktor eksternal perusahaan.
2. Pemberian Bobot Setiap Faktor Penentuan bobot pada analisis internal dan eksternal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pihak manajemen atau ahli strategi dengan menggunakan paired comparison (perbandingan berpasangan) yang dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
49
Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal A B C
D
…
Total
Bobot
Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Strategis Internal A B C D
…
Total
Bobot
A B C D … Total Sumber : David (2006)
A B C D … Total Sumber : David (2006)
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus : Xi ai =
m
∑ Xi i=1
Keterangan : ai = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i
= 1, 2, 3, …, m
m = Jumlah variabel
50
Adapun bobot yang diperoleh akan berada pada kisaran antara 0,0 (tidak penting), sampai 1,0 (terpenting) pada setiap faktor. Tanpa memperdulikan apakah faktor kunci kekuatan atau kelemahan serta peluang dan ancaman perusahaan, faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi perusahaan diberi bobot tertinggi. Jumlah dari semua bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. Lebih lanjut pemberian bobot berdasarkan pada keadaan industri yang sedang diketahui.
3. Perkalian Bobot dan Rating Nilai dari pembobotan dikalikan dengan rating pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total pembobotan. Perkalian bobot dan rating diperlihatkan dalam matriks IFE pada Tabel 6 dan matriks EFE pada Tabel 7. Penjumlahan nilai yang dibobotkan pada matriks IFE akan berada pada kisaran 1,0 yang rendah sampai 4,0 yang tinggi dengan rata-rata 2,5. Total nilai yang dibobot yang jauh di bawah 2,5 merupakan ciri organisasi yang lemah secara internal, sedangkan jumlah yang jauh di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Matriks IFE diperlihatkan pada Tabel 6. Pemberian nilai rating menunjukkan tingkat faktor strategis sebagai kekuatan atau kelemahan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan sebagai berikut : Nilai 1, jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kelemahan utama Nilai 2, jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kelemahan kecil Nilai 4, jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kekuatan utama Nilai 3, jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kekuatan kecil
Begitu pula pada matriks EFE, dengan tanpa memperdulikan jumlah peluang dan ancaman kunci, total nilai yang dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,5. Jumlah nilai yang dibobot sama dengan 4,0 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi jawaban dengan cara yang luar biasa pada peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman
51
eksternal. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam meraih peluang yang ada. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, jika perusahaan mempunyai kemampuan sangat baik dalam meraih peluang tersebut. Nilai 3, jika perusahaan mempunyai kemampuan baik dalam meraih peluang tersebut. Nilai 2, jika perusahaan mempunyai kemampuan cukup baik dalammeraih peluang tersebut. Nilai 1, jika perusahaan mempunyai kemampuan tidak baik dalam meraih peluang tersebut. Pemberian nilai peringkat untuk ancaman didasarkan pada besarnya ancaman yang dapat mempengaruhi keberadaan perusahaan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, jika faktor ancaman memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap perusahaan Nilai 3, jika faktor ancaman memberikan pengaruh kuat terhadap perusahaan Nilai 2, jika faktor ancaman memberikan pengaruh biasa terhadap perusahaan Nilai 1, jika faktor ancaman tidak memberikan pengaruh terhadap perusahaan
Tabel 6. Matriks IFE Faktor Eksternal Utama Kekuatan internal 1 ………. ………. ………. 2 ………. 3 ………. ………. Kelemahan internal 1 ………. ………. 2 ………. ………. ………. 3 ………. Total 1,0
Bobot (1)
Peringkat (2)
Rata-rata Tertimbang (3) = (1) x (2)
………. ………. ……….
………. ………. ……….
………. ………. ……….
………. ………. ……….
Sumber : David (2006)
52
Tabel 7. Matriks EFE Faktor Eksternal Utama Peluang 1 ………. 2 ………. 3 ………. Ancaman 1 ………. 2 ………. 3 ………. Total
Bobot (1)
Peringkat (2)
Rata-rata Tertimbang (3) = (1) x (2)
………. ………. ……….
………. ………. ……….
………. ………. ……….
………. ………. ………. 1,0
………. ………. ……….
………. ………. ……….
Sumber : David (2006)
4.4.2. Analisis Matriks IE (Internal-Eksternal) Nilai yang diperoleh pada matriks IFE dan matriks EFE kemudian dimasukkan kedalam matriks Internal-Eksternal (Internal-Eksternal Matrix) untuk memetakan posisi perusahaan pada saat ini. Lebih lanjut berdasarkan posisi tersebut, perusahaan dapat menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan. Total skor bobot IFE dalam matriks IE, ditempatkan pada sumbu x dan total skor bobot EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, total skor bobot IFE sebesar 1,0 hingga 1,99 menggambarkan posisi internal yang lemah, skor 2,0 hingga 2,99 merupakan pertimbangan rata-rata, dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah kuat. Begitu pula dengan sumbu y, total skor bobot EFE dari 1,0 hingga 1,99 adalah pertimbangan rendah, skor 2,0 hingga 2,99 adalah medium, dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Matriks IE diperlihatkan pada Gambar 5. Matriks IE terbagi atas tiga bagian besar yang memiliki implikasi strategi yang berbeda, yaitu : 1. Divisi yang berada pada sel I, II, atau IV dapat melaksanakan strategi mengembangkan dan membangun (growth and build). Strategi yang umum dipakai adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal).
53
2. Divisi yang beradapada sel III, V, atau VII dapat melaksanakan strategi mempertahankan dan memelihara (hold and maintain). Strategi yang umum dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3. Divisi yang berada pada sel VI, VIII, atau IX, yakni strategi mengambil hasil atau melepaskan (harvest or divest). Strategi yang umum dipakai adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat, dan strategi likuidasi.
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
Kuat 3.0-4.0
Rata-rata 2.0-2.99
Lemah 1.0-1.99
4.0
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Tinggi 3.0-4.0 3.0 Menengah 2.0-2.99 2.0 Rendah 1.0-1.99 1.0
Gambar 5. Matriks IE Sumber : David (2006)
4.4.3. Analisis Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunity-Threats) Matriks
SWOT
merupakan
alat
analisis
yang
digunakan
untuk
mencocokkan hasil yang diperoleh pada matriks IFE dan EFE. Hasil yang diperoleh
dari
matriks
SWOT
adalah
alternatif
strategi
yang
layak
diimplementasikan dalam strategi perusahaan. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O (StrengthsOpportunity), strategi W-O (Weakness-Opportunuty), strategi W-T (WeaknessThreats), dan strategi S-T (Strengths-Threaths). Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 8.
54
Tabel 8. Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunity-Threats) Internal STRENGTH-S WEAKNESS-W Eksternal OPPORTUNITY-O Daftar Peluang
Daftar Kekuatan
Daftar Kelemahan
STRATEGI S-O
STRATEGI W-O
Gunakan kekuatan untuk Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
THREATHS-T Daftar Ancaman
STRATEGI S-T
memanfaatkan peluang STRATEGI W-T
Gunakan kekuatan untuk Minimalkan menghindari ancaman
kelemahan
dan menghindari ancaman
Sumber : David (2006)
Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan matriks SWOT yaitu : 1. Tentukan faktor-faktor strategis peluang eksternal perusahaan 2. Tentukan faktor-faktor strategis ancaman eksternal perusahaan 3. Tentukan faktor-faktor strategis kekuatan internal perusahaan 4. Tentukan faktor-faktor strategis kelemahan internal perusahaan 5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O 6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O 7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T 8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-T
4.4.4. Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Tahap terakhir dari penetapan strategi bauran pemasaran adalah tahap keputusan, yaitu menentukan strategi yang menjadi prioritas berdasarkan analisis daya tarik alternatif strategi. QSPM adalah suatu teknik analisis yang dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak dengan membuat peringkat strategi pemasaran untuk memperoleh daftar prioritas. Analisis QSPM memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif 55
pemasaran secara objektif. Strategi ini dapat diperoleh dari matriks SWOT. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Faktor sukses kritis Strategi 1 Strategi 2 Bobot
AS
TAS
Bobot
AS
TAS
Peluang Ancaman 1,00
1,00
1,00
1,00
Kekuatan Kelemahan
Sumber : David (2006)
Tahapan dalam menyusun QSPM adalah sebagai berikut : 1. Mendaftar peluang dan ancaman lingkungan eksternal ataupun kekuatan dan kelemahan lingkungan internal dari perusahaan dalam kolom kiri QSPM. Informasi tersebut didapatkan dari Matriks EFE dan Matriks IFE. 2. Memberikan bobot pada setiap faktor strategis internal dan eksternal. Bobot yang digunakan sama dengan bobot pada Matriks EFE dan Matriks IFE. 3. Mengidentifikasi strategi alternatif yang layak untuk diimplementasikan pada perusahaan. 4. Menetapkan nilai daya tarik (AS). Penetapan nilai daya tarik setiap strategi terhadap faktor strategis internal dan eksternal menggunakan skala satu sampai empat dengan ciri sebagai berikut : 1 = tidak menarik 2 = agak menarik 3 = cukup menarik 4 = sangat menarik 5. Menghitung total nilai daya tarik (TAS). Total nilai daya tarik ditetapkan sebagai hasil perkiraan bobot dengan nilai daya tarik (AS). Total nilai daya tarik menujukkan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif dengan
56
mempertimbangkan kepentingannya terhadap faktor strategis internal dan eksternal. Semakin tinggi total nilai daya tarik menunjukkan semakin menarik alternatif strategi tersebut terhadap faktor strategis yang dihadapi. 6. Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Jumlah total nilai daya tarik menunjukkan prioritas keseluruhan alternatif strategi. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan menunjukkan strategi yang semakin menarik terhadap keseluruhan faktor strategis internal dan eksternal perusahaan. Besarnya perbedaan antara jumlah total nilai daya tarik dalam setiap alternatif menunjukkan seberapa besar strategi lebih diinginkan terhadap yang lain.
57
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Agrowisata KTO Karyasari Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari terletak di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi terletak 30 km sebelah barat kota Bogor dan berada di salah satu jajaran perbukitan di kaki Gunung Sanggabuana. Gunung Sanggabuana merupakan gunung api tua yang tidak aktif lagi dan terletak sekitar 20 km ke arah selatan. Pada jarak sekitar 10 km ke arah selatan terdapat Kebun Teh milik PTP XIII di salah satu lereng Gunung Sanggabuana. Agrowisata KTO Karyasari terletak pada ketinggian 600-900 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 24,28 derajat celcius dan curah hujan rata-rata 1200 milimeter per tahun. Areal kebun memiliki koleksi kurang lebih dari 500 jenis tanaman berkhasiat obat yang tumbuh secara alami dalam lingkungan taman seluas 2,25 hektar dan terbagi menjadi tiga bagian. Kebun bagian depan merupakan tempat pemeliharaan dan koleksi, kebun bagian tengah merupakan bagian budidaya yang terdiri dari green house seluas 12 meter x 29 meter, dan kebun bagian belakang yang dikhususkan untuk tanaman koleksi. Fasilitas lainnya yang disediakan berupa ruang seminar, musholla, kamar mandi, dan area parkir.
5.2. Sejarah Agrowisata KTO Karyasari Yayasan Pengembangan Tanaman Obat (YPTO) Karyasari yang berdiri tahun 1995 merupakan perusahaan yang bergerak didalam pengembangan tanaman obat di Indonesia. YPTO Karyasari merupakan perusahaan keluarga yang didirikan oleh Ir.W.P. Winarto, seorang Sarjana Pertanian lulusan Institut Pertanian Bogor. Dengan membeli sebuah bukit yang digunakan sebagai kebun koleksi dan tempat agrowisata yang dilatarbelakangi ketertarikan terhadap tumbuhan obat-obatan dan pengalaman pribadi beliau yang sembuh dari penyakit dengan mengkonsumsi ramuan tanaman obat. Saat itu tanaman obat-obatan dirasa sangat dibutuhkan namun ketersediaannya masih terbatas. Pada November 1996, Karyasari mulai melakukan produksi dan penjualan tanaman obat yang bahan bakunya diperoleh dari kebun di Leuwiliang dalam
bentuk simplisia kering dan tanaman obat hidup dengan tujuan untuk menyediakan tanaman obat bagi masyarakat yang responnya sangat baik. Untuk mengkonsumsi tanaman obat dalam bentuk simplisia kering tidak praktis dan membutuhkan waktu karena harus direbus terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Kemudian dibuat sediaan dalam bentuk kapsul serbuk bersamaan dengan dibukanya sebuah Showroom tanaman obat, sekaligus tempat produksi kapsul di Pondok Cabe, Ciputat pada tahun 1997. Kebun Tanaman Obat Karyasari lambat laun mulai dikenal sebagai Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari sejak September 2001. Seiring dengan perkembangannya permintaan ceramah dan pelatihan tentang tanaman obat oleh Karyasari mulai berdatangan. Kali pertama pelatihan di Dinas Peternakan DKI Jakarta yang ternyata diikuti bukan hanya dari masyarakat umum saja, namun juga oleh orang-orang yang berkecimpung di bidang farmasi, obatobatan tradisional dan yang berprofesi sebagai dokter. Jika dilihat dari jumlah pengunjung yang tercatat mulai bulan Januari 2008 sampai Agustus 2009 maka dapat dikatakan tingkat kunjungan setiap bulannya masih relatif rendah. Hal ini dikarenakan Agrowisata KTO Karyasari merupakan agrowisata minat khusus bagi pengunjung yang tertarik pada tanaman berkhasiat obat yaitu segmen wanita, berusia lanjut, atau kalangan yang bergerak di bidang pengobatan. Segmen wanita mendominasi pengunjung agrowisata ini disebabkan adanya kecenderungan wanita untuk tergabung dalam suatu wadah perkumpulan seperti Dharma Wanita, Ibu PKK, perkumpulan arisan, dan lainnya. Selain itu, pengunjung Agrowisata KTO Karyasari didominasi juga oleh pengunjung yang berusia lanjut karena adanya kebutuhan untuk mengobati berbagai penyakit tanpa efek samping.
5.3. Visi dan Misi Agrowisata KTO Karyasari YPTO Karyasari bergerak di bidang tanaman obat untuk mengembangkan tanaman obat asli Indonesia. Sebagai suatu usaha yang sedang berkembang, YPTO Karyasari telah menetapkan suatu visi atau pandangan ke depan yang hendak dicapai. Rumusan visi tersebut adalah “Mengembangkan tanaman obat agar sejajar dengan obat modern”. Disamping visi, pernyataan misi yang
59
merupakan “alasan keberadaan” suatu bisnis yang membedakannya dengan bisnis lain juga telah ditetapkan oleh pengelola, yaitu : 1) Menjadi sumber informasi mengenai penggunaan tanaman obat secara aman dan efektif. 2) Mendukung pengembangan usaha kemitraan yang berkaitan dengan tanaman obat. 3) Menyebarluaskan hasil penelitian dan pengembangan tanaman obat kepada masyarakat luas. Adapun peranan KTO Karyasari dalam pengembangan tanaman obat herbal adalah memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas dengan menyediakan tanaman obat yang bertujuan untuk : 1) Membantu keluarga yang bermaksud membuat koleksi tanaman obat di pekarangan yang dikembangkan guna kepentingan pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit. 2) Membantu kegiatan ibu-ibu PKK dan Dharma Wanita yang memiliki program pengembangan apotik hidup untuk kebutuhan bersama. 3) Membantu perusahaan farmasi dalam mengembangkan kebun koleksi tanaman obat untuk kepentingan penelitian atau penyediaan bahan baku obat. 4) Menyediakan tanaman segar atau kering sebagai obat untuk dikonsumsi langsung oleh penderita penyakit tertentu. 5) Menyediakan tanaman obat kering dan segar untuk dokter dan pengobat tradisional guna membantu kegiatan praktek. 6) Menyediakan tanaman obat untuk kepentingan penelitian dari lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
5.4. Struktur Organisasi YPTO Karyasari memiliki tenaga kerja dengan jumlah total 48 orang yang berasal dari berbagai tingkat pendidikan yang berbeda. Selain itu, YPTO Karyasari juga bekerja sama dengan dengan 10 orang dokter yang diposisikan sebagai dokter di klinik-klinik Karysari. Cuti diberikan untuk karyawan yang telah bekerja minimal enam bulan dengan jangka waktu maksimal 12 hari setiap tahunnya.
60
Bentuk organisasi di YPTO Karyasari adalah garis staf yang telah menempatkan posisi karyawan berdasarkan tugasnya masing-masing. Dalam menjalankan
fungsinya,
pengelolaan
Agrowisata
KTO
Karyasari
bertanggungjawab kepada Kepala Urusan Penelitian dan Penelitian yang dibawahi oleh Ketua YPTO Karyasari selaku pemilik. Agrowisata ini memiliki tiga bagian yang berbeda dan saling mendukung yang masing-masing bagiannya dipimpin oleh Kepala Bagian Agrowisata, Kepala Bagian Kebundan Kepala Bagian Promosi. Struktur Organisasi Karyasari dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.
Ketua YPTO Karyasari
Sekretaris
Bendahara Umum
Kaur. Penelitian dan Pengembangan
Kaur. Produksi, Bahan Baku, Personalia dan Logistik
Kaur. Pengembangan Produk, Quality Control dan Kemitraan
Kabag. Agrowisata
Kabag. Kebun
Kabag. Promosi
Asisten I Kebun Depan
Asisten II Kebun Tengah
Asisten III Kebun Belakang
Staf Asisten I
Staf Asisten II
Staf Asisten III
Gambar 6. Struktur Organisasi Karyasari Sumber : YPTO Karyasari (2009)
Kepala bagian Agrowisata bertugas memberikan informasi kepada masyarakat mengenai KTO Karyasari sebagai salah satu bentuk wisata edukatif bagi semua golongan, bertanggungjawab atas kelancaran seluruh kegiatan agrowisata, serta mengkoordinasikan seluruh kegiatan tersebut dengan Kepala Bagian Kebun, baik
fisik maupun finansial. Kepala Bagian Promosi 61
bertanggungjawab untuk memperkenalkan YPTO Karyasari kepada masyarakat dalam usahanya untuk dapat mensejajarkan tanaman obat dengan obat-obatan modern. Promosi yang dilakukan adalah kegiatan YPTO Karyasari secara keseluruhan, yaitu Klinik Herbal, penjualan obat-obat herbal, Pelatihan Tanaman Obat, serta Agrowisata KTO Karyasari. Promosi KTO merupakan merupakan tugas bersama antara Kepala Bagian Agrowisata, Kepala Bagian Promosi, dan Kepala Kebun. Selanjutnya, Kepala Kebun bertanggungjawab atas segala kegiatan kebun yang terdiri dari bidang sosial, bidang ekonomi, dan bidang estetika (keindahan). Bidang sosial meliputi kegiatan non materi seperti penelitian dan kegiatan magang. Bidang ekonomi meliputi kegiatan penjualan bibit tanaman obat, penjualan kapsul tanaman obat, dan penjualan Majalah Herba. Sementara itu, kegiatan estetika berupa semua kegiatan yang berhubungan dengan memperindah lingkungan kebun, kegitan budidaya, penataan tanaman, serta kegiatan lainnya yang berhubungan dengan agrowisata seperti penyampaian seminar dan pemandu wisata.
5.5. Sarana dan Prasarana Untuk menunjang kegiatan wisata, fasilitas dan sarana yang dimiliki Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari adalah : 1) Kawasan kebun dengan koleksi lebih dari 500 jenis tanaman obat yang tumbuh secara alami dalam lingkungan tanaman seluas 2,25 hektar 2) Ruang seminar berupa saung yang berada di lokasi kebun dengan pemandangan pegunungan dan suasana yang sejuk 3) Green house sebesar 12 x 29 meter yang terletak di kebun bagian tengah. Green house digunakan sebagai tempat untuk membudidayakan tanaman obat, selain kebun terbuka yang juga ditanami tanaman obat. 4) Kantor pengelola, merupakan pusat pelayanan informasi, display tanaman, serta penjualan simplisia dan kapsul tanaman obat 5) Alat transportasi berupa dua unit mini bus. Pengangkutan pengunjung dilakukan dari Jakarta yang merupakan kantor pusat Karyasari menuju lokasi Agrowisata KTO Karyasari.
62
6) Musholla, berupa saung yang terletak di kebun 7) Area pakir 8) Rumah karyawan sebanyak tiga unit 9) Toilet sebanyak empat unit dan satu unit terletak di kebun 10) Fasilitas cottages
5.6. Sumber Daya Modal Agrowisata KTO Karyasari memiliki modal usaha yang bersifat pribadi karena berasal dari pemilik dan belum melakukan pinjaman atau hutang. Aset yang dimiliki Agrowisata KTO Karyasari terdiri dari dua jenis yaitu, berupa aktiva tidak lancar (lahan, bangunan, dan tanaman), dan aktiva aktiva lancar (uang).
63
VI. IDENTIFIKASI STRATEGI PEMASARAN 6.1. Identifikasi Faktor Internal Perusahaan Identifikasi faktor-faktor internal dilakukan dengan meninjau faktor-faktor yang terdapat dalam perusahaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam proses penyusunan strategi. Aspek-aspek internal perusahaan dibagi atas aspek sumber daya manusia, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, keuangan dan pemasaran.
6.1.1. Sumber Daya Manusia Perekrutan tenaga kerja di YPTO Karyasari dilakukan berdasarkan kebutuhan dari setiap bagian dengan menerapkan sistem training kepada karyawan barunya. Tujuan diberikannya training agar setiap karyawan Karyasari memiliki pengetahuan tentang jenis-jenis dari tanaman obat, bagaimana bentuk fisiknya, cara membudidayakannya, sifat, maupun kegunaan dari tanaman obat tersebut. Proses perekrutan tenaga kerja di YPTO Karyasari dilakukan melalui iklan di media cetak dan memakai sistem gethok tular yaitu sistem bawaan dari karyawan yang lebih dahulu bekerja di perusahaan tersebut. Sistem perekrutan juga dilakukan secara sederhana melalui wawancara langsung calon karyawan dengan pimpinan yayasan dan penempatan sesuai dengan keahliannya. Setiap karyawan YPTO Karyasari disediakan tunjangan perumahan dan untuk beberapa jabatan disediakan tunjangan alat komunikiasi, transportasi dan kesehatan.
6.1.2. Produksi dan Operasi Sebelum dijadikan tempat agrowisata, Kebun Tanaman Obat Karyasari merupakan sumber bahan baku untuk produksi obat herbal dalam bentuk simplisia kering dan penjualan untuk tanaman hidup. Namun peningkatan permintaan akan obat herbal menyebabkan kebun tidak dapat lagi dijadikan sebagai sumber bahan baku untuk produksi obat. Saat ini KTO Karyasari hanya mampu memenuhi 15 persen untuk bahan baku produksi obat, sisanya diperoleh dari kemitraan dengan alumni pelatihan dan pemasok tanaman obat. Sehingga fungsi kebun lebih difokuskan untuk agrowisata dan kebun koleksi.
Pemanenan tanaman obat tidak berlangsung setiap hari namun tergantung dari kondisi simplisia yang akan dipanen. Hasil panen akan dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari sebelum dikirim ke Jakarta untuk diproses menjadi produk obat herbal. Sampai saat ini Karyasari memiliki empat bentuk produk obat yaitu simplisia kering, kapsul serbuk, kapsul ekstrak, dan teh herba. Untuk mengekstraksi kapsul ekstrak Karyasari melakukan kemitraan dengan perusahaan pengekstraksi yaitu PT. Eisai Indonesia dan PT. Phyto Chemindo Reksa (Herba 2002).
6.1.3. Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan merupakan faktor yang mempengaruhi pengembangan produk, baik dari segi bentuk, kualitas maupun performance dari suatu produk yang dihasilkan. Dalam struktur organisasi YPTO Karyasari memiliki divisi yang menangani penelitian dan pengembangan. Agrowisata Karyasari menawarkan tanaman obat sebagai objek wisatanya merupakan agrowisata yang baru (pionir) dalam wisata kebun tanaman obat. Agrowisata Karyasari sebagai bentuk dari kegiatan pelayanan merupakan agrowisata yang diperuntukkan untuk para wisatawan minat khusus. Prinsip agrowisata bentuk wisata minat khusus antara lain adalah konsep berwisata yang menekankan motivasi pencarian sesuatu yang unik dan baru (novelty seeking) dan motivasi pencarian pengalaman wisata yang berkualitas (quality seeking). Pencarian atraksi yang berkualitas yang memiliki karakter aktif dan penekanan pada kualitas pengalaman, keterlibatan secara aktif baik secara fisik, mental atau emosional terhadap objek-objek atau kegiatan wisata yang diikuti (Deptan 2002). Pengelolaan agrowisata tanaman obat ke arah yang lebih baik sesuai dengan perkembangan industri dan untuk pencapaian kepuasan konsumen serta pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus mengalami perubahan perlu diupayakan oleh pengelola agar dapat meningkatkan daya saing dan mempertahankan eksistensi perusahaan. Perbaikan dan penambahan berbagai fasilitas dengan tata letak areal yang bagus seperti penambahan dan penempatan play ground yang baik sangat penting diupayakan untuk meningkatkan penjualan. Kebersihan areal dan fasilitas-fasilitas agrowisata seperti toilet dan mushola serta
65
keindahan kawasan agrowisata (landscape) melalui penataan kebun, penambahan tanaman sangat dibutuhkan untuk menciptakan kesan yang lebih alami, sejuk, dan nyaman (Deptan 2002). Penelitian dan pengembangan yang saat ini sedang dilakukan oleh Agrowisata KTO Karyasari meliputi pengembangan produk dan koleksi tanaman obat. Selain itu, pengembangan fasilitas juga terus dilakukan seperti penyediaan cottages yang masih dalam tahap pembangunan.
6.1.4. Keuangan Keuangan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam setiap usaha. Sumber pemasukan YPTO Karyasari terbesar diperoleh dari hasil penjualan produk obat. Sedangkan dari agrowisata dengan harga paket agrowisata Rp 125.000,00; sampai Rp 55.000,00; YPTO menyisihkan sebesar Rp 30.000,00; dari setiap pengunjung. Uang tersebut dipergunakan untuk pengembangan tanaman obat. Setiap bulan YPTO mengeluarkan dana kurang lebih Rp 100.000.000,00;
untuk
menjalankan
usahanya
dengan
perincian
Rp
50.000.000,00; untuk gaji karyawan, Rp 30.000.000,00; untuk biaya operasional, dan sisanya untuk biaya lain-lain. Setiap bulan Agrowisata Karyasari menghabiskan dana sebesar Rp 8.000.000,00; dengan biaya operasional kebun Rp 3.500.000,00; dan sisanya untuk gaji karyawan. Sumber modal YPTO Karyasari masih berasal dari dana pribadi pemilik dan belum memanfaatkan pinjaman dari pihak luar. Pimpinan yayasan sebaiknya perlu
mempertimbangkan
pengembangan
usaha.
pinjaman
Karena
dari
sistem
pihak
prioritas
luar yang
untuk
membantu
diterapkan
dalam
pengalokasian dana, dikhawatirkan akan menghambat perencanaan di salah satu divisi karena alokasi dana yang kurang memenuhi. Pengalokasian dana perlu kiranya untuk tidak hanya mementingkan profitabilitas jangka pendek namun juga memperhitungkan pertumbuhan dari masing-masing usaha yang dijalankan.
6.1.5. Bauran Pemasaran Agrowisata KTO Karyasari Bauran pemasaran (marketing mix) yaitu variabel-variabel pemasaran yang dapat dikontrol, yang akan dikombinasikan oleh perusahaan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dalam bauran pemasaran (marketing mix) terdapat tujuh
66
variabel pemasaran yang harus dikontrol yaitu produk, harga, distribusi, promosi, orang, bukti fisik, dan proses. Suatu perusahaan harus mempunyai strategi yang dinamis dan disesuaikan dengan pasar yang dilayani agar perusahaan dapat bertahan hidup dan terus berkembang. Strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh Agrowisata KTO Karyasari akan dianalisis dengan bauran pemasaran.
6.1.5.1. Produk Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen oleh perusahaan. Dalam kondisi persaingan, sangat berbahaya bagi suatu perusahaan apabila hanya mengandalkan produk yang ada tanpa usaha tertentu untuk perkembangannya. Layanan produk wisata Agrowisata KTO Karyasari adalah paket kunjungan satu hari dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB yang menawarkan objek wisata berupa rekreasi edukatif dengan mengenali dan mempelajari lebih dari 500 jenis tanaman obat pada lingkungan tumbuh yang alami, cara budidayanya, dan khasiat dari tanaman obat. Pengetahuan tentang tanaman obat-obatan juga diperoleh melalui seminar kebun, dilengkapi dengan fasilitas dan sarana penunjang. Objek wisata tanaman obat-obatan yang diperlihatkan tertata rapi pada suasana kebun seluas 2,25 hektar. Adapun seminar kebun menjelaskan tentang sejarah dan penggunaan tanaman berkhasiat obat di Indonesia serta pengenalan 25 jenis tanaman obat terpenting, khasiat dan kegunaannya. Paket agrowisata yang ditawarkan kepada kunjungan rombongan beserta fasilitas yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
67
Tabel 10. Penawaran Paket Agrowisata KTO Karyasari, 2009 Paket I II III Rp 125.000,00; per orang Fasilitas Seminar kebun Seminar kit Makan siang Snack 2 kali Transportasi PP Pemandu Diskon belanja Harga
Rp 100.000,00; per orang Seminar kebun Seminar kit Snack 2 kali Transportasi PP Pemandu Diskon belanja
Rp 85.000,00; per orang Seminar kebun Seminar kit Transportasi PP Pemandu Diskon belanja
IV Rp 55.000,00; per orang Seminar kebun Seminar kit Snack 2 kali Pemandu Diskon belanja
Sumber : Agrowisata KTO Karyasari (2009)
Keterangan : 1) Seminar kit
: - pengenalan 25 jenis tanaman obat terpenting - buku panduan tanaman obat utama - block note - bolpoint
2) Makan siang
: - nasi timbel - ikan mas pepes - ayam kampung goreng - sayur asem - lalapan daun tanaman obat - sambal lalap
3) Minuman
: - wedang jahe - teh seduh alami
4) Transportasi PP
: - dua unit mini bus dengan fasilitas AC dan musik
5) Diskon belanja
: - sebesar 15 persen
6.1.5.2. Saluran Distribusi atau Tempat Bauran tempat marupakan serangkaian kegiatan untuk menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi pemasaran dengan menyalurkan, menyebarkan, mengirimkan atau menyampaikan barang dab jsasa dari produsen ke konsumen. Bagi sebuah tempat wisata, tempat menjadi strategi yang penting karena dengan
68
lokasi wisata yang strategis dan mudah dijangkau pengunjung dapat dengan mudah berkunjung ke tempat wisata tersebut. Strategi distribusi yang dilakukan KTO Karyasari adalah pemilihan lokasi yang dijadikan sebagai tempat agrowisata. Lokasi Agrowisata KTO Karyasari yang terletak di kaki Gunung Sanggabuana menghadirkan pemandangan indah dan suasana sejuk yang cocok sebagai tempat tumbuh berbagai jenis tanaman obat. Topografi kebun yang berbukit-bukit menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang akan mengunjungi objek wisata tersebut. Strategi operasional atau taktik lain yang dilakukan terkait dengan kemudahan pengunjung mencapai lokasi Agrowisata KTO Karyasari adalah dengan membuat penuunjuk arah menuju lokasi. Selain itu, agrowisata ini memberikan fasilias customer service untuk kejelasan rute mencapai lokasi. Namun untuk mencapai lokasi membutuhkan waktu sekitar dua jam dari Kota Bogor karena melewati daerah yang rawan akan kemacetan.
6.1.5.3. Harga Harga merupakan standar nominal yang ditetapkan oleh perusahaan terhadap produk yang dihasilkannya untuk dijual kepada konsumen. Strategi harga merupakan elemen pokok bauran pemasaran yang penting karena pengaruhnya langsung terhadap jumlah hasil panjualan dan tingkat keuntungan yang diterima perusahaan. Strategi bauran harga meliputi strategi penetapan harga, tingkat harga, potongan harga serta syarat-syarat pembayaran. Penetapan harga selalu menjadi masalah bagi setiap perusahaan termasuk agrowisata karena penetapan harga ini bukanlah kekuasaan atau kewenangan yang mutlak dari pengusaha. Peranan penetapan harga akan menjadi sangat penting terutama dalam keadaan persaingan yang semakin kompetitif dan permintaan yang terbatas. Dalam penetapan harga perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik langsung maupun tidak langsung. Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah harga bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan pemerintah dan faktor lainnya. Faktor yang tidak langsung namun erat hubungannya dengan penetapan harga adalah harga produk sejenis yang dijual oleh para pesaing, pengaruh harga terhadap hubungan antara
69
produk substitusi dan produk komplementer, serta potongan (discount) untuk para penyalur dan konsumen. Sesuai dengan tujuan meningkatkan jumlah pengunjung yang akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima, Agrowisata KTO Karyasari berusaha menetapkan harga sesuai dengan mutu dari produk dan layanan yang ditawarkan sehingga pengunjung merasakan kepuasan. Diharapkan dengan kepuasan pengunjung, mereka dapat melakukan kunjungan ulang ke Agrowisata KTO Karyasari. Harga tiket masuk bagi pengunjung resmi Agrowisata KTO Karyasari terdiri dari empat pilihan harga berdasarkan paket agrowisata yang dipilih, seperti yang sudah dijelaskan pada Tabel 10. Sedangkan harga tiket masuk bagi kunjungan biasa sebesar Rp 25.000,00; per orang. Selain melakukan kunjungan, pengunjung juga dapat membeli aneka jenis tanaman obat-obatan, kapsul tanaman obat, buku pengetahuan tanaman obat dan Majalah Herba dengan biaya berkisar antara Rp 5.000,00; – Rp 175.000,00;. Strategi harga yang dilakukan perusahaan adalah diskon khusus dan keringanan cara pembayaran. Diskon khusus diberikan bagi rombongan yang berjumlah lebih dari 15 orang berupa tiket masuk gratis untuk satu orang. Pemesanan paket agrowisata dilakukan minimal empat hari sebelum kunjungan dengan pembayaran uang muka sebesar 50 persen dari total biaya dan sisanya dibayarkan pada saat kunjungan. Apabila kunjungan batal dilakukan maka uang muka tidak dapat dikembalikan.
6.1.5.4. Promosi Promosi merupakan strategi yang sangat penting dalam bauran pemasaran. Promosi dalam kegiatan bertujuan untuk memberitahukan dan mengingatkan konsumen akan keberadaan produk. Selain itu kegiatan promosi juga digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan dengan cara meraih pembeli atau pelanggan baru yang belum terjangkau oleh tenaga penjual yang telah ada. Kegiatan promosi yang dilakukan sejalan dengan rancangan pemasaran secara keseluruhan serta direncanakan akan diarahkan dan dikendalikan dengan baik, diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan penjualan dan share pasar. Selain
70
itu kegiatan promosi ini juga diharapkan akan dapat mempertahankan ketenaran merek (brand) selama ini dan bahkan perlu ditingkatkan lagi. Strategi promosi yang dilakukan oleh Agrowisata KTO Karyasari dalam hal ini adalah melakukan promosi melalui kegiatan-kegiatan khusus seperti seminar atau pameran tanaman berkhasiat obat dan dalam pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh Karyasari. Promosi dilakukan secara aktif melalui telepon, brosur, atau mendatangi langsung berbagai perkumpulan. Bentuk perkumpulan tersebut meliputi perkumpulan yang berhubungan dengan bidang medis maupun bidang non medis. Perkumpulan pada bidang medis seperti Rumah Sakit, Puskesmas, klub herbal atau lembaga pendidikan herbal. Sedangkan perkumpulan pada bidang non medis seperti sekolah-sekolah, perkumpulan Dharma Wanita, penggerak PKK, ibu kader, perkumpulan arisan, klub lansia, dan lainnya. Promosi yang dilakukan tidak terbatas pada segmen wanita saja, namun pada segmen pria juga menjadi tujuan promosi Agrowisata KTO Karyasari. Segmen wanita dianggap potensial terhadap promosi yang dilakukan oleh Agrowisata KTO Karyasari. Hal tersebut disebabkan karena adanya kecenderungan bagi kaum wanita untuk bergabung dalam suatu wadah perkumpulan seperti Dharma Wanita atau perkumpulan arisan. Selain itu, ibu rumah tangga memiliki waktu luang lebih banyak serta berperan sebagai sumber informasi keluarga dalam mengkonsumsi obat-obatan. Media promosi lainnya dengan menjadi anggota AWAI (Asosiasi Wisata Agro Indonesia) karena organisasi ini setiap tahunnya melakukan pelatihan yang lokasinya berpindah-pindah dari satu agrowisata ke agrowisata lainnya yang selain membahas dan mengevaluasi kinerja AWAI juga melakukan promosi. Memanfaatkan alumni pelatihan Karyasari yang tersebar diseluruh Indoseia merupakan media promosi yang efektif, karena salah satu metode promosi yang dinilai efektif untuk mempromosikan objek agrowisata adalah metode “tasting” yaitu memberi kesempatan kepada calon konsumen/wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi serta menikmati produk tanpa pengawasan berlebih sehingga menjadi betah. Pemasangan iklan secara rutin juga dilakukan oleh pihak perusahaan melalui berbagai media baik media cetak maupun media elektronik. Promosi
71
Agrowisata KTO Karyasari pada majalah tanaman obat “Herba” dilakukan secara rutin pada setiap edisinya dan secara tidak rutin pada majalah pertanian lainnya seperti Hortikultur dan Trubus. Selain itu, perusahaan juga memiliki web site yang berisi tentang profil perusahaan dan berbagai bidang usaha yang digelutinya.
6.1.5.5. Orang Orang atau karyawan merupakan unsur bauran pemasaran yang memiliki peran penting, karena terkait langsung dengan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada
pengunjung.
Agrowisata
KTO
Karyasari
perlu
memperhatikan
pengetahuan karyawan tentang tanaman obat. Hal ini diperlukan agar dalam melayani pengunjung, karyawan dapat menjelaskan tentang profil perusahaan, sejarah, manfaat, budidaya, dan cara penggunaan tanaman obat kepada pengunjung. Saat ini sumber daya manusia Agrowisata KTO Karyasari cukup berpengalaman dan memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang tanaman obat, namun sebagian besar tidak memiliki latar belakang pendidikan pariwisata. Kemampuan pengelola agrowisata dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata sesuai dengan potensi yang dimiliki serta promosi yang terus-menerus sangat menentukan keberhasilan mendatangkan wisatawan. Agrowisata KTO Karyasari telah berusaha untuk melayani setiap pengunjung dengan baik. Para karyawan dilatih dalam melayani pengunjung dengan cepat dan tepat. Pihak manajemen memberikan program pendidikan dan penyuluhan bagi para karyawan. Hal ini terkait dengan pemberian informasi tentang tanaman obat kepada pengunjung. Jumlah karyawan dan pemandu dalam sebuah agrowisata juga harus diperhatikan karena harus disesuaikan dengan luas organisasi, sehingga dengan jumlah sumberdaya yang ada maka program kerja dapat terlaksana dengan baik. Adapun jumlah karyawan dan pemandu pada Agrowisata KTO karyasari adalah berjumlah lima orang, namun pada saat pengunjung sedang ramai pemandu merasa kewalahan dalam melayani pengunjung.
Keramahan karyawan dan
pemandu juga diperhatikan, karena dengan keramahan, kedekatan, dan keakraban maka pengunjung akan merasa puas.
72
6.1.5.6. Bukti Fisik Bukti fisik merupakan fasilitas fisik yang mendukung keberadaan Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari. Fasilitas tersebut disediakan dan diperhatikan oleh manajemen dalam upaya memberikan kepuasan dan kenyamanan kepada pengunjung. Hal ini sangat penting mengingat adanya penambahan fasilitas yang sedang dirancang oleh manajemen Agrowisata KTO Karyasari. Bebarapa bukti fisik yang mendukung keberadaan Agrowisata KTO Karyasari adalah : 1) Penunjuk arah Untuk memudahkan pengunjung menikmati fasilitas wisata maka jalan di dalam kawasan Agrowisata KTO Karyasari dilengkapi dengan tanda-tanda jarak, papan keterangan nama daerah, nama latin, dan manfaat tanaman obat. Hal tersebut digunakan agar pengunjung mudah dalam menjangkau tempat-tempat tertentu di dalam kawasan wisata seperti toilet, mushola, lokasi kebun dan memperoleh informasi tanaman obat. Penunjuk arah menuju lokasi agrowisata juga sudah disediakan oleh pihak Agrowisata KTO Karyasari. 2) Papan informasi tanaman obat dalam agrowisata Pemberian informasi tanaman obat di lokasi Agrowisata KTO Karyasari dilakukan juga dengan penyediaan papan informasi tanaman obat yang ditempatkan pada setiap tanaman. Papan informasi ini berisi informasi mengenai nama lokal dan latin tanaman, serta kegunaan tanaman obat tersebut. Papan informasi tanaman obat ini diharapkan dapat menambah wawasan pengunjung. 3) Tempat penjualan hasil produksi tanaman obat dan majalah herba Karyasari Tempat penjualan obat dan majalah herba disediakan pada Agrowisata KTO Karyasari dengan menggunakan lemari kaca dan rak. Setelah melakukan wisata keliling kebun, pengunjung diharapkan dapat berbelanja obat dan majalah herba yang telah disediakan Karyasari. 4) Tempat parkir Tempat parkir adalah lokasi yang sudah ditentukan untuk menempatkan kendaraan. Bagi pengunjung yang menggunakan bus atau kendaraan pribadi, Agrowisata KTO Karyasari menyediakan tempat parkir yang cukup luas dan terdiri dari dua areal parkir. Areal parkir di depan agrowisata digunakan sebagai
73
tempat parkir kendaraan besar (bus). Sedangkan areal parkir di samping agrowisata digunakan sebagai tempat parkir kendaraan pribadi
(mobil dan
motor). 5) Toilet Agrowisata KTO Karyasari menyediakan fasilitas toilet yang cukup memadai bagi pengunjung. Sarana toilet tersedia di lokasi yang mudah dijangkau oleh penunjung. Kebersihan dan kenyamanan toilet sudah cukup diperhatikan oleh pihak manajemen Agrowisata KTO Karyasari. 6) Tempat ibadah (mushola) Pengunjung yang beragama Islam tentunya memerlukan tempat ibadah untuk melaksanakan solat lima waktu. Agrowisata KTO Karyasari menyediakan fasilitas mushola berupa saung yang letaknya berada di kebun, tujuannya agar mudah dijangkau dari seluruh bagian kebun. Pihak manajemen juga memperhatikan kebersihan dan kenyamanan mushola. 7) Saung Agrowisata KTO Karyasari juga membangun saung (bangunan tanpa dinding) yang berfingsi sebagai tempat seminar dan tempat peristrahatan bagi pengunjung setelah melakukan keliling kebun. Bangunan ini dibuat tanpa dinding sehingga pengunjung dapat melihat pemandangan dan aktifitas yang sedang berlangsung di sekitar lingkungan Agrowisata KTO Karyasari. 8) Desain dan layout Desain dan layout pada Agrowisata KTO Karyasari didesain sebaik mungkin. Penempatan semua tempat paket wisata tidak terlalu jauh antara satu tempat ke tempat yang lain, sehingga pengunjung dapat dengan dengan mudah mengikuti pemandu dengan nyaman dan tenang. Rute perjalanan wisata berkeliling kebun dibangun mengitari kawasan tanaman produksi sehingga terkesan rapi dan teratur. 9) Fasilitas cottages Fasilitas penginapan merupakan fasilitas yang mendukung keberadaan agrowisata. Bagi pengunjung yang ingin bermalam di Agrowisata KTO Karyasari, pihak manajemen membuka fasilitas cottages dengan berbagai fasilitas menarik di dalamnya. Fasilitas ini sangat bermanfaat bagi pengunjung yang datang dari jauh.
74
Namun pada saat ini fasilitas cottages di Agrowisata KTO Karyasari masih dalam tahap pembangunan. 10) Waduk Waduk yang terdapat pada lokasi Agrowisata KTO Karyasari memiliki dua fungsi yaitu sebagai penampung air guna keperluan irigasi dan juga sebagai tempat wisata. Jumlah waduk yang terdapat pada agrowisata ini lebih dari satu dengan penempatan yang sesuai dengan peruntukannya seperti untuk irigasi tanaman obat. 11) Daftar aktifitas Daftar aktifitas adalah papan yang diberi tanda-tanda dan tulisan yang berisi keterangan atau penjelasasn aktifitas perusahaan yang akan dilaksanakan. Agrowisata KTO Karyasari selalu memberikan informasi kepada pengunjung tentang aktifitas yang akan dilakukan dan memberikan informasi apabila mengadakan event-event tertentu seperti seminar, jadwal pelatihan, dan lain-lain.
6.1.5.7. Proses Proses merupakan seluruh kegiatan kerja yang berhubungan dengan pelayanan yang akan diberikan kepada konsumen. Kualitas layanan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan jumlah pengunjung Agrowisata KTO Karyasari, karena dengan kualitas layanan yang baik akan memberikan citra yang baik pula bagi agrowisata tersebut. Agrowisata KTO Karyasari berusaha memberikan pelayanan yang cepat, sehingga pengunjung juga dapat dengan cepat belajar dan memilih berbagai paket agrowisata yang ditawarkan. Media
layanan
pelanggan
(customer
service)
dilakukan
dengan
mensosialisasikan nomor kontak telepon Agrowisata KTO Karyasari atau alamat email perusahaan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan konsumen untuk memperoleh informasi tentang paket wisata dan fasilitas yang ditawarkan oleh agrowisata yang beroperasi pada hari senin sampai dengan sabtu dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Keluhan para pengunjung berusaha ditanggapi Agrowisata Karyasari dengan serius, sehingga keinginan pengunjung dapat diberikan. Selain itu, keluhan dari pengunjung juga menjadi bahan masukan bagi Agrowisata KTO Karyasari untuk memperbaiki kinerjanya. Selain itu,
75
pembayaran paket wisata bisa dipesan terlebih dahulu menggunakan via telepon dan langsung mentransfer ke rekening Agrowisata KTO Karyasari dengan uang muka sebesar 50 persen.
6.1.6. Segmentasi, Target, dan Posisi Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar keseluruhan suatu produk atau jasa yang bersifat heterogen ke dalam beberapa segmen dimana masingmasing segmennya cenderung bersifat homogen dalam segala aspek. Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah (Rangkuti 2000). Segmentasi pasar yang dilakukan Agrowisata KTO Karyasari adalah membagi pengunjung menjadi dua, yaitu kunjungan paket wisata (kunjungan resmi) dan kunjungan biasa (kunjungan tidak resmi). Kunjungan paket wisata adalah kunjungan yang berjumlah minimal 12 orang dan memilih salah satu dari keempat paket agrowisata yang ditawarkan. Kunjungan tidak resmi adalah kunjungan secara individual tanpa memperoleh fasilitas seminar kebun dan pemandu. Target pasar Agrowisata KTO Karyasari selanjutnya adalah presentasi langsung yang dilakukan ke sekolah-sekolah umum, namun juga ke sekolah dengan kurikulium khusus, seperti sekolah internasional, sekolah terpadu, atau sekolah alam. Hal ini dilakukan karena pada sekolah-sekolah dengan kurikulium khusus memiliki metode pembelajaran yang sedikit berbeda dengan sekolah umum, dimana proses belajar tidak hanya dilakukan di dalam ruangan atau dengan materi pelajaran regular, namun diperkaya dengan materi dan proses belajar yang lain. Sedangkan jasa wisata berupa rekreasi edukatif dengan pilihan empat paket wisata berdasarkan jenis fasilitas yang ditawarkan merupakan kekuatan dalam penentuan posisi produk di pasar.
6.2. Identifikasi Faktor Eksternal Perusahaan Identifikasi faktor-faktor eksternal dilakukan dengan meninjau faktorfaktor yang terdapat di luar perusahaan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan dalam proses penyusunan strategi. Faktor-faktor
76
tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian utama, yaitu (1) Lingkungan umum dan (2) Lingkungan industri.
6.2.1. Lingkungan Umum Pengembangan agrowisata sangat dipengaruhi oleh faktor di luar sektor itu sendiri seperti tingkat kestabilan keamanan dan politik, karena tingkat kestabilan keamanan dan politik akan mempengaruhi kondisi ekonomi, hukum, sosial budaya di suatu negara. Kebijakan pemerintah (political will) sangat berperan dalam menumbuhkembangkan industri pariwisata pada umumnya dan agrowisata pada khususnya. Kecenderungan masyarakat untuk menikmati wisata agro seperti outing dan outbounding menjadikan peluang yang besar untuk dapat dimanfaatkan perusahaan. Di sisi lain kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan faktor yang juga cukup berperan dalam pengembangan industri ini. Hasil analisis lingkungan makro menunjukkan bahwa tingkat persaingan industri berada pada posisi cukup tinggi, hal ini berkaitan dengan intensitas faktor yang mempengaruhi tingkat persaingan industri rata-rata berada pada posisi tinggi. Di sisi lain dengan kecilnya rintangan dalam memasuki industri agrowisata, menyebabkan persaingan menjadi semakin ketat, dimana pemain-pemain baru dapat dengan mudah masuk dalam industri ini.
6.2.1.1. Politik dan Pemerintahan Sebagai industri perdagangan jasa, kegiatan pariwisata tidak terlepas dari peran serta pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama yaitu; perencanaan (planning) daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan (development) fasilitas utama dan pendukung pariwisata, pengeluaran kebijakan (policy) pariwisata, dan pembuatan dan penegakan peraturan (regulation). Peraturan pemerintah memiliki peran yang sangat penting terutama dalam melindungi wisatawan dan memperkaya atau mempertinggi pengalaman perjalanannya. Peraturan-peraturan penting yang harus dibuat oleh pemerintah untuk kepentingan tersebut adalah: (1) peraturan perlindungan wisatawan terutama bagi biro perjalanan wisata yang mengharuskan wisatawan untuk membayar uang muka (deposit payment) sebagai
77
jaminan pemesanan jasa seperti akomodasi, tour dan lain-lain; (2) peraturan keamanan kebakaran yang mencakup pengaturan mengenai jumlah minimal lampu yang ada di masing-masing lantai hotel dan alat-alat pendukung untuk keselamatan lainnya; (3) peraturan keamanan makan dan kesehatan yang mengatur mengenai standar kesehatan makanan yang disuguhkan kepada wisatawan; dan (4) peraturan standar kompetensi pekerja-pekerja yang membutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus seperti seperti pilot, sopir, dan nahkoda3. Pengembangan wisata agro memerlukan dukungan semua pihak pemerintah, swasta terutama pengusaha wisata agro, lembaga yang terkait seperti perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi, serta masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya wisata agro dalam bentuk kemudahan perijinan dan lainnya. Intervensi pemerintah terbatas kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan. Untuk itu kerjasama baik antara pengusaha objek wisata agro, maupun antara obyek wisata agro dengan lembaga pendukung (perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya) sangat penting. Terobosan kegiatan bersama dalam rangka lebih mengembangkan usaha agro diperlukan. (Deptan 2008). Kebijakan Pemerintah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) RI dalam memfasilitasi perkembangan industri pariwisata Indonesia diungkapkan dalam rencana strategi 2005-20094. Di dalamnya terdapat beberapa program yang memiliki keterkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh Agrowisata KTO Karyasari yaitu : (1) Pemberian perhatian khusus kepada pengembangan kawasan ekowisata dan wisata bahari yang sangat besar; (2) Pengembangan Litbang dan pengembangan SDM dalam bentuk joint research, dual-training, serta aliansi strategis terutama dengan lembaga sejenis di luar negeri; (3) Mendorong pengembangan daya tarik wisata unggulan setiap propinsi (one province one primary tourism destination) secara bersama dengan pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat; 3 4
http:// http:// subadra.wordpress.com „Artikel Pariwisata‟ (12 Des 2009) http:// http:// depbudpar.go.id „Rencana Strategis Depbudpar 2004-2009‟ (12 Des 2009)
78
(4) Pemberian intensif dan kemudahan bagi pelaku usaha pariwisata dalam membangun produk pariwisata (daya tarik dan sarana pariwisata); dan (5) Fasilitasi pemasaran paket-paket wisata dan distribusinya. Selain itu, dukungan pemerintah terhadap Agrowisata Karyasari tercermin dengan
dikeluarkannya
keputusan
oleh
Departemen
Kesehatan
No:KS.01.01.06.03.441 pada tanggal 6 juli 2001, perihal pemberitahuan tentang penyelenggaraan pusat konsultasi pengobatan menggunakan tanaman obat. Oleh karena dukungan ini Karyasari dapat melaksanakan misinya mengembangkan tanaman obat asli Indonesia dalam bentuk agrowisata.
6.2.1.2. Ekonomi Keadaan perekonomian suatu negara mempengaruhi kinerja perusahaan dalam memasarkan produknya. Perekonomian yang stabil dan berkembang meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ketidakstabilan kondisi perekonomian Indonesia saat ini memberikan pengaruh terhadap kecenderungan iklim usaha yang tidak menentu. Hal ini ditandai dengan tersendatnya perekonomian dan tingkat inflasi yang cukup tinggi. Keadaan tersebut menyulitkan perusahaan ataupun lembaga keuangan dalam membuka peluang pemberian bantuan usaha yang ditujukan dalam penambahan akses modal untuk perluasan usaha karena harga jual daerah tujuan wisata menjadi mahal. Hal ini dapat mempengaruhi arus kunjungan wisatawan. Selain itu kenaikan bahan bakar minyak yang tidak terkendali (krisis energi) menyebabkan banyak perusahaan penerbangan menghentikan operasinya, karenanya banyak wisatawan yang tidak terangkut menuju daerah tujuan wisata5. Ketidakstabilan perekonomian suatu negara menjadi ancaman untuk perkembangan dunia industri. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi keadaan perekonomian suatu negara sehingga berdampak pada perkembangan perusahaan terutama pemasaran. Dengan adanya krisis ekonomi global, maka negara-negara akan berlomba-lomba untuk mencari pasar baru guna memasarkan produk mereka sehingga arus impor produk yang masuk ke Indonesia semakin tinggi dari tahun ke tahun. 5
http:// http:// emperordeva.wordpress.com 2009)
„Peranan Pemerintah Dalam Pariwisata‟ (12 Des
79
Sementara itu agrowisata termasuk usaha yang tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar karena input yang digunakan mayoritas adalah sumberdaya domestik, sedangkan output yang dihasilkan dikonsumsi oleh sebagian besar wisatawan domestik. Perkembangan Agrowisata Karyasari mulai dilirik oleh beberapa lembaga perbankan. Hal tersebut terbukti dari banyaknya tawaran oleh beberapa bank dalam penyediaan kredit. Tawaran tersebut tentunya menjadi pertimbangan bagi perusahaan mengingat usahanya yang semakin lama semakin berkembang dan membutuhkan modal yang besar untuk terus mempertahankan eksistensinya.
6.2.1.3. Sosial Budaya dan Lingkungan Trend penggunaan tanaman obat yang banyak dipakai oleh masyarakat pada tahun-tahun belakangan ini sehingga menjadi suatu peluang usaha bagi masyarakat untuk mengembangkan tanaman obat. Masyarakat menggunakan tanaman obat sebagai alternatif untuk pengobatan karena harganya yang jauh lebih murah dibandingkan obat modern, dan juga khasiatnya yang tidak kalah dengan obat-obatan tradisional. Hal ini juga menjadi peluang bagi Agrowisata Karyasari selain kecenderungan berwisata yang beralih dari mass torism ke niche tourism yang berbasis lingkungan. Masyarakat tidak hanya ingin menikmati udara yang sejuk serta pemandangan indah saja tetapi juga ingin mengetahui cara memetik daun teh sampai mengolahnya menjadi teh yang siap untuk diseduh. Peranan masyarakat sekitar terhadap hadirnya Agrowisata Karyasari dirasakan masih kurang. Agrowisata Karyasari dikenal masyarakat sekitar sebagai tempat untuk melakukan pengobatan dan tempat menjual tanaman obat. Masyarakat tidak mengetahui bahwa KTO Karyasari dinaungi oleh suatu Yayasan Pengembangan Tanaman Obat dengan berbagai bentuk kegiatan untuk memasyarakatkan tanaman obat, salah satunya dengan menjadikan tempat agrowisata. Hal ini terlihat dari tidak adanya masyarakat sekitar yang menjual ciri khas disekitar areal Agrowisata Karyasari sebagai peran serta masyarakat terhadap agrowisata. Sesuai dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1998-2003 mengamanatkan
pembangunan
kepariwisataan
terus
ditingkatkan
dan
dikembangkan untuk memperbesar penerimaan devisa dan meratakan kesempatan
80
usaha dan lapangan kerja. Hal ini menggambarkan bahwa peran dan harapan terhadap sektor pariwisata sangat besar. Sedangkan peranan Agrowisata KTO Karyasari terhadap masyarakat sekitar yaitu mempekerjakan sebanyak 8 orang pekerja harian dalam hal pengelolaan kebun dengan sistem pembayaran per hari. Hal lain yang mempengaruhi keberadaan wisata agro dan juga wisata pada umumnya adalah situasi keamanan yang kurang kondusif dan kondisi alam yang tidak menentu. Keadaan demikian membuat wisatawan merasa kurang nyaman dalam melakukan perjalanan wisata karena berbagai ketakutan yang mereka rasakan. Musibah peristiwa bom di Legian Bali (2002) yang menewaskan ratusan turis asing, pengeboman oleh teroris di beberapa wilayah di tanah air (2003-2009), bencana alam tsunami di Aceh (2004), masalah yang terkait dengan kesehatan (mewabahnya SARS, flu burung, dan flu babi), kondisi pasca gempa dan erupsi Merapi tahun 2006, ditambah kondisi ekonomi yang terpuruk, dan kenaikan bahan bakar minyak, menyebabkan wisatawan turun drastis. Selain itu bencana yang beruntun melanda dengan banyak korban jiwa dan harta benda, menjadikan berwisata menjadi kebutuhan terkesampingkan. Khusus untuk wisata agro, kondisi alam tidak hanya berpengaruh pada pengunjung namun juga pada kondisi tanah dan infrastruktur, karena sebagai objek wisata dengan komoditas pertanian yang memiliki ketergantungan tinggi pada ketersediaan air dan cahaya matahari, contohnya adalah Agrowisata KTO Karyasari.
6.2.1.4. Teknologi Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi bahan baku, produk, jasa, pasar, pemasok, pesaing, pelanggan, distributor, proses produksi produk dengan jasa perusahaan, karena perubahan teknologi dapat memberi peluang besar untuk meningkatkan hasil, tujuan, atau mengancam kedudukan perusahaan.
Kemajuan
teknologi
dapat
menciptakan
pasar
baru
yang
menghasilkan penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya kompetitif dalam suatu industri dan membuat produk dan jasa saat ini menjadi ketingglan zaman. Perubahan teknologi dapat mengurangi hambatan biaya antar perusahaan, menciptakan siklus produksi yang lebih pendek,
81
menciptakan kekurangan dalam keterampilan teknis serta menghasilkan perubahan dalam nilai-nilai dan harapan karyawan, manajer, dan pelanggan. Kemajuan teknologi dalam perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif baru yang lebih baik dari keunggulan saat ini, hal ini didukung dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penggunaan teknologi yang dipakai. Teknologi merupakan salah satu fungsi yang memegang peranan penting dalam perkembangan Agrowisata Karyasari. Perubahan teknologi yang terus mengalami kemajuan menuntut Agrowisata Karyasari untuk terus mengamati bahkan mengadopsi perkembangan teknologi dan melakukan inovasi agar dapat bersaing dengan industri lainnya. Adanya peningkatan budidaya pertanian yang dilakukan seperti penggunaan green house. Selain itu, teknologi di bidang transportasi, komunikasi dan produksi dapat memperlancar dan mempermudah kegiatan pemasaran dan proses produksi merupakan peluang bagi perusahaan. Pemesanan tiket paket agrowisata dapat dilakukan tanpa harus datang ke lokasi agrowisata namun dapat dilakukan dengan cara transfer biaya melalui bank. Melalui berbagai search engine dan situs-situs pariwisata dapat diketahui informasi seputar objek wisata agro yang ada di Indonesia dengan berbagai karakteristiknya. Bahkan beberapa objek wisata agro sudah memiliki situs web sendiri, termasuk Agrowisata KTO Karyasari. Perkembangan teknologi dibidang produksi obat ditandai dengan berkembangnya bentuk produk obat Karyasari dari simplisia kering yang berubah menjadi kapsul serbuk kemudian menjadi kapsul ekstrak dan adanya produk Karyasari yang berupa teh herba. Karyasari juga melakukan kemitraan dengan lembaga penelitian dalam mengolah obatnya agar lebih baik kualitasnya.
6.2.2. Lingkungan Industri Lingkungan yang dimaksud antara lain konsumen, pesaing, hambatan masuk pendatang baru dan ancaman produk substitusi.
6.2.2.1. Konsumen Bagi masyarakat menengah ke atas, rekreasi merupakan suatu kebutuhan. Bahkan rekreasi kini dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang tidak lagi eksklusif
82
bagi sebagian masyarakat menengah ke atas. Beragamnya fasilitas yang disediakan dan objek wisata yang ditawarkan oleh para produsen dengan harga yang
beragam
memberikan
pilihan
bagi
konsumen
dalam
memenuhi
kebutuhannya. Agrowisata Karyasari menangkap peluang ini dengan menawarkan suatu wisata yang sangat berbeda dengan wisata lainnya. Perpaduan antara pertanian dan pariwisata mampu menghadirkan pemandangan yang berbeda dari lingkungan masyarakat sehari-hari. Konsumen wisata agro tanaman obat sangat beragam, baik ditinjau dari kelas sosial, usia, tingkat pendidikan, suku bangsa, dan lain sebagainya. Agrowisata Karyasari sangat memahami adanya faktor-faktor demografi ini dengan menyediakan paket-paket wisata yang dapat dijangkau dan dinikmati oleh semua segmen. Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan wawancara kepada responden yang merupakan pengunjung rombongan Agrowisata Karyasari dapat disimpulkan bahwa hampir 50 persen pengunjung Agrowisata Karyasari adalah ibu-ibu dari bebagai latar belakang dengan rata-rata usia diatas 40 tahun. Ini terlihat bahwa konsumen agrowisata tersegmentasi yaitu konsumen yang rata-rata sudah berumur yang tertarik akan tanaman obat sedangkan kaum muda masih memandang sebelah mata tanaman obat, hal ini menjadi tantangan bagi YPTO Karyasari. Konsumen Agrowisata Karyasari sebagian besar berasal dari Jakarta, Bogor, Bandung, Bali, Lampung, dan kota-kota lainnya di Indonesia yang juga merupakan para peserta pelatihan tanaman obat Karyasari. Sedangkan wisatawan mancanegara yang pernah ke Agrowisata Karyasari berasal dari Jepang, Afrika Selatan, Jerman, Singapura, Amerika, dan Fiji, yang sebagian besar merupakan para peneliti yang ingin mengetahui lebih jauh tentang tanaman obat. Dalam perkembangannya Agrowisata Karyasari telah mempunyai pelanggan yang loyal. Hal ini terlihat dari adanya kunjungan berulang (repeater guest)
dari
konsumen,
menuntut
Agrowisata
Karyasari
untuk
menyediakan/menawarkan kualitas yang benar-benar unggul baik dari segi objek wisata maupun prasarana penunjang. Pembaharuan paket-paket wisata sangat diperlukan agar konsumen tidak merasa bosan karena menonton dengan acaraacara yang ditawarkan bila berkunjung kembali. Pemenuhan kebutuhan dan
83
keinginan beragam konsumen tersebut menjadi faktor yang penting untuk mempertahankan eksistensi agrowisata. Untuk itu selalu dibutuhkan adanya inovasi-inovasi dan penambahan prasarana penunjang yang bervariasi dan menarik untuk meningkatkan arus pengunjung. Usaha
agrowisata
bersifat
jangka
panjang
dan
hampir
tidak
memungkinkan sebagai usaha jangka pendek, untuk itu segala upaya perlu dilakukan dalam perspektif jangka panjang. Sekali konsumen mendapatkan kesan buruk tentang kondisi sumberdaya wisata dan lingkungan maka dapat berdampak jangka panjang untuk mengembalikannya. Dapat dikemukakan bahwa agrowisata merupakan usaha agribisnis yang membutuhkan keharmonisan semua aspek.
6.2.2.2. Pesaing Tinggi rendahnya persaingan antar perusahaan dalam industri dapat dilihat dari jumlah peserta pesaing yang banyak dan kurang lebih setara dalam hal ukuran dan kekuatan modal dan penguasaan pangsa pasarnya. Pada kebanyakan industri gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pesaingnya dan dengan demikian dapat mendorong perlawanan atau usaha untuk menandingi gerakan tersebut, artinya perusahaan-perusahaan saling tergantung dengan perusahaan lain. Pesaing Agrowisata Karyasari yang lokasinya paling dekat adalah Balitro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat) yang berlokasi di Cimanggu, Bogor. Tempat tersebut merupakan balai penelitian namun hanya sedikit jenis tanaman obat yang terdapat di kebunnya dan belum dikemas menjadi tempat untuk berwisata. Tempat lainnya adalah adalah Balitro Tawang Mangu, Solo. Tempat ini juga merupakan Balai Penelitian yang dijadikan objek wisata tanaman obat. Selain itu perusahaan jamu tradisional seperti Sido Muncul dan Nyonya Meneer juga memiliki kebun tanaman obat yang menjadi sumber bahan baku untuk produksi jamu di Semarang namun kebun tersebut masih memiliki sedikit jenis tanaman obat dan belum menjadi tempat objek wisata. Agrowisata tanaman obat terdapat juga di Singapura. Pemerintah Negeri Singa ini menaruh perhatian yang besar akan kelestarian tanaman obat. Di negara tersebut tanaman obat dijadikan penutup tanah dan tanaman latar (background).
84
Tujuan penanaman tanaman obat di taman kota adalah untuk keindahan dan secara tidak langsung untuk pelestarian (Karyasari 2003). Negara lain yang memiliki agrowisata tanaman obat adalah Thailand. Menurut salah satu pengunjung Agrowisata Karyasari yang pernah selama tujuh tahun tinggal di Bangkok mengatakan bahwa jenis tanaman obat yang terdapat di sana tidak banyak namun sudah dikemas dengan baik oleh Pemerintah Thailand sehingga menjadi salah satu objek agrowisata yang menarik. Pengunjung tersebut juga menilai bahwa Agrowisata Karyasari sudah sangat lengkap untuk jenis dari tanaman obat namun belum dapat menghadirkannya menjadi agrowisata pilihan bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Agrowisata lain yang letaknya dekat dengan Agrowisata Karyasari adalah Kampung Wisata Cinangneng, Agrowisata Teh Gunung Mas, dan Taman Buah Mekarsari yang menawarkan objek wisata berbeda namun mempunyai daya tarik tersendiri.
6.2.2.3. Hambatan Masuk bagi Pendatang Baru Hambatan masuk bagi pendatang baru relatif kecil. Pengelolaan agrowisata tidak mutlak dilakukan oleh satu orang dengan luas areal yang cukup besar.
Kelompok-kelompok
tani
dapat
melakukan
kerjasama
untuk
mengembangkan potensi-potensi agribisnis mereka menjadi suatu agrowisata yang layak jual. Bahkan suatu perkampungan yang mengusahakan komoditi pertanian yang khas dan menarik akan sangat potensial jika dikelola sebagai kawasan agrowisata. Suasana alam pedesaan ditambah dengan komoditi-komoditi pertanian yang berkualitas dapat menjadi panorama (view) yang menarik bagi wisatawan. Akan tetapi untuk menjadikan suatu tempat menjadi objek agrowisata yang alami, asri, dan nyaman membutuhkan waktu yang relatif lama. Faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Dengan memanfaatkan potensi yang ada, tidak sulit bagi setiap daerah membangun objekobjek wisata agro yang disertai dengan dukungan dari pemerintah. Salah satu faktor yang menjadi hambatan adalah kriteria suatu tempat untuk dapat dikategorikan sebagai objek wisata agro. Untuk menjadi objek wisata
85
agro diperlukan unsur pendukung seperti halnya objek wisata lain. Sarana dan prasarana umum merupakan persyaratan dasar bagi pembangunan dan pengembangan wisata agro seperti aksesbilitas, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan fasilitas kepariwisataan lainnya seperti rumah makan, toilet, tempat parkir, penginapan, dan lain sebagainya. Demikian juga dengan unsur hiburan/rekreasi, memperluas pengetahuan dan menambah pengalaman. Hal ini merupakan muatan yang harus dikandung dalam suatu wisata agro.
6.2.2.4. Ancaman Produk Substitusi Selain hambatan masuk yang rendah, ancaman produk substitusi juga ikut berpengaruh terhadap kelangsungan usaha agrowisata. Agrowisata pengganti merupakan agrowisata yang dapat menggantikan fungsi wisata saat ini yang dipasarkan oleh angota-anggota industri. Banyak agrowisata yang memanfaatkan kegiatan agribisnis dengan mewujudkan tekonologi proses dan objek-objek wisata yang menonjolkan keindahan dan keserasian alam dan lingkungannya untuk mencapai kepuasan konsumen dari objek yang ditawarkan menyebabkan konsumen lebih leluasa dalam memilih dan menentukan objek wisata yang akan dinikmati. Dengan intensitas persaingan yang cukup tinggi mencerminkan bahwa industri wisata yang ada saat ini sedang mengalami pertumbuhan. Kondisi seperti ini sebaiknya ditangkap secara positif Agrowisata Karyasari dan diharapkan dapat terus meningkatkan kualitasnya mengikuti laju pesaing dan perubahan teknologi/global. Dengan inovasi dan kelengkapan fasilitas yang terus diupayakan industri agrowisata umumnya dan Agrowisata Karyasari khususnya akan memperoleh profit yang lebih besar. Iklim persaingan yang sehat dapat diciptakan dengan adanya kerjasama dengan para pesaing dan biro perjalanan, serta hotelhotel melalui penawaran paket wisata bersama.
6.3. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan, serta Peluang dan Ancaman Perusahaan Faktor-faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman perusahaan berasal dari identifikasi
86
terhadap faktor internal dan eksternal yang telah dilakukan. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman ini kemudian digunakan untuk menyusun matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE (External Factor Evaluation).
6.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Identifikasi faktor internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan. Sejumlah kekuatan dan kelemahan dihasilkan dari hasil analisis yang dilakukan oleh penulis. Berdasarkan hal tersebut, maka kekuatan dan kelemahan perusahaan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Kekuatan dan Kelemahan Agrowisata KTO Karyasari Faktor-Faktor Strategis Internal Kekuatan
Kelemahan
1) Rekreasi yang ditawarkan adalah 1) Belum rekreasi edukatif dengan mengenali
banyak
dikenal
oleh
masyarakat
dan mempelajari jenis-jenis tanaman 2) Masih kurangnya event-event yang obat pada lingkungan tumbuhnya
dilakukan Karyasari
yang alami, cara budidaya dan 3) Belum khasiatnya
tersedianya
yang menjual
gallery/stand
souvenir
Karyasri
2) Dijualnya produk-produk tanaman
seperti topi, kaos, payung ataupun
obat yang berupa kapsul dan teh
foto-foto tanaman obat dan produk
herba
tanaman obat Karysari
3) Adanya
paket
agrowisata
yang 4) Permodalan yang masih berasal dari
menarik dengan pemberian diskon untuk
pembelian berbagai
dana pribadi
jenis
tanaman obat 4) Pemandu
yang
terlatih
dan
memahami jenis-jenis tanaman obat Sumber : data primer diolah (2009)
87
6.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Perusahaan Identifikasi faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Sejumlah peluang dan ancaman yang dihasilkan diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan oleh penulis. Berdasarkan hal tersebut, maka peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Peluang dan Ancaman Agrowisata KTO Karyasari Faktor-Faktor Strategis Eksternal Peluang Ancaman 1) Pesaing yang menawarkan objek 1) Industri agrowisata mudah dimasuki wisata yang sejenis belum banyak
pendatang baru
(termasuk pionir dalam agrowisata 2) Ketidakstabilan perekonomian tanaman obat)
3) Situasi
2) Kecenderungan masyarakat
beralih
berwisata dari
yang
kurang
kondusif
mass 4) Kondisi iklim dan cuaca alam yang
tourism ke niche tourism yang berbasis lingkungan
sulit diprediksi 5) Konsumen
3) Pengunjung yang datang secara rombongan 4) Adanya
keamanan
dalam
memiliki
memilih
keleluasaan
objek
wisata
pengganti dukungan
pemerintah
terhadap agrowisata Sumber : data primer diolah (2009)
88
VII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI
7.1. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Analisis lingkungan internal dilakukan melalui identifikasi faktor internal perusahaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kemudian diberikan kuisioner kepada empat orang responden yang memiliki kemampuan dan kapasitas dalam menyusun strategi serta dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Paired Comparison sehingga diperoleh bobot dari masingmasing faktor internal. Keempat responden tersebut adalah Pimpinan YPTO Karyasari, Kabag Agrowisata, Kabag Kebun, dan Kabag Promosi. Pemberian rating juga dilakukan untuk menunjukkan apakah faktor-faktor tersebut merupakan kekuatan yang besar atau yang kecil bagi perusahaan. Pemberian rating tersebut dilakukan oleh responden yang sama dan dicari median dari jawaban responden sehingga diperoleh skor bobot dari faktor-faktor stategis internal. Hasil pemberian bobot dan rating dari faktor-faktor internal pemasaran Agrowisata Karyasari dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE untuk Agrowisata Karyasari pada Tabel 13, yang menjadi faktor kekuatan utama bagi Agrowisata Karyasari adalah adanya paket agrowisata yang menarik dengan pemberian diskon untuk pembelian berbagai jenis tanaman obat dengan skor tertinggi sebesar 0,476. Sedangkan kelemahan utama adalah permodalan yang masih berasal dari dana pribadi dengan skor tertinggi sebesar 0,160. Berdasarkan hasil perhitungan dari penilaian responden terhadap faktor kunci internal perusahaan maka diperoleh total skor rata-rata matriks IFE sebesar 2,166. Hal ini menunjukkan bahwa Agrowisata KTO Karyasari berada di bawah rata-rata (2,50) dalam kekuatan internal keseluruhannya. Ini berarti posisi internal Agrowisata KTO Karyasari lemah dimana agrowisata tersebut belum mampu memanfaatkan kekuatan-kekuatan usahanya dan mengatasi kelemahan usahanya.
Tabel 13. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor Strategis Internal
Bobot Rating
Skor
Kekuatan 1) Rekreasi yang ditawarkan adalah rekreasi edukatif
0.105
3.5
0.368
0.133
3.5
0.467
0.119
4
0.476
0.106
3
0.318
1) Belum banyak dikenal oleh masyarakat
0.115
1
0.115
2) Masih kurangnya event-event yang dilakukan
0.115
1
0.115
0.147
1
0.147
0.160
1
0.160
dengan mengenali dan mempelajari jenis-jenis tanaman obat pada lingkungan tumbuhnya yang alami, cara budidaya dan khasiatnya 2) Dijualnya produk-produk tanaman obat yang berupa kapsul dan teh herba 3) Adanya paket agrowisata yang menarik dengan pemberian diskon untuk pembelian berbagai jenis tanaman obat 4) Pemandu yang terlatih dan memahami jenis-jenis tanaman obat Kelemahan
Karyasari 3) Belum tersedianya gallery/stand yang menjual souvenir Karyasri seperti topi, kaos, payung ataupun foto-foto tanaman obat dan produk tanaman obat Karysari 4) Permodalan yang masih berasal dari dana pribadi
1.000
2.166
Sumber : data primer diolah (2009)
7.2. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Analisis matriks EFE merupakan hasil identifikasi faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang berpengaruh. Pembobotan didasarkan pada tingkat kepentingan dari faktor-faktor eksternal tersebut terhadap perusahaan dengan menggunakan metode Paired Comparison sehingga diperoleh bobot dari masing-masing faktor eksternal. Demikian juga dengan pemberian rating dilakukan oleh responden yang sama dan dicari median dari jawaban reespoden 90
sehingga diperoleh skor bobot dari faktor-faktor stategis eksternal. Pemberian rating untuk menunjukkan apakah faktor-faktor tersebut merupakan peluang yang besar atau kecil bagi perusahaan. Hasil pemberian bobot dan rating dari faktorfaktor eksternal Agrowisata KTO Karyasari dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Faktor Strategis Eksternal
Bobot Rating
Skor
Peluang 1) Pesaing yang menawarkan objek wisata yang
0.122
4
0.488
0.083
3.5
0.290
3) Pengunjung yang datang secara rombongan
0.087
4
0.348
4) Adanya dukungan pemerintah terhadap agrowisata
0.087
3
0.261
2.5
0.330
sejenis belum banyak (termasuk pionir dalam agrowisata tanaman obat) 2) Kecenderungan berwisata masyarakat beralih dari mass tourism ke niche tourism yang berbasis lingkungan
Ancaman 1) Industri agrowisata mudah dimasuki pendatang baru 0.132 2) Ketidakstabilan perekonomian
0.104
3
0.312
3) Situasi keamanan yang kurang kondusif
0.101
3
0.303
4) Kondisi iklim dan cuaca alam yang sulit diprediksi
0.139
3
0.417
5) Konsumen memiliki keleluasaan dalam memilih 0.145
3
0.435
objek wisata pengganti 1.000
3.184
Sumber : data primer diolah (2009)
Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE pada Tabel 14, untuk Agrowisata KTO Karyasari menujukkan bahwa peluang yang paling besar yang dimiliki adalah pesaing yang menawarkan objek wisata yang sejenis belum banyak dengan total skor 0,488. Hal ini disebabkan karena Agrowisata KTO Karyasari masih termasuk agrowisata pionir dalam agrowisata tanaman obat.
91
Faktor strategis eksternal yang juga mempengaruhi industri agrowisata khususnya Agrowisata KTO Karyasari adalah konsumen memiliki keleluasaan dalam memilih objek wisata pengganti sehingga dianggap sebagai faktor strategis eksternal paling penting yang mempengaruhi perusahaan tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan bobot yang paling tinggi yaitu sebesar 0,435 yang berarti bahwa faktor ancaman eksternal dapat menjadi perhatian perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk, pelayanan, dan ciri khas wisata kepada konsumen. Sedangkan untuk hasil perhitungan dengan menggunakan matriks EFE diperoleh total skor rata-rata untuk matriks EFE sebesar 3,184 menunjukkan bahwa Agrowisata KTO Karyasari di atas rata-rata (2,50) dalam usahanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman.
7.3. Tahapan Pemaduan Tahap pemaduan merupakan tahapan kedua dalam proses perumusan strategi dan berfungsi untuk memadukan kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada perusahaan dengan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IE (Internal-Eksternal) dan matriks SWOT (Strengths, Weaknesess, Opportunities and Threats). Ini merupakan tahapan yang efektif untuk merumuskan alternatif strategis.
7.3.1. Matriks IE (Internal-Eksternal) Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE maka selanjutnya dapat disusun dalam matriks IE (Internal-Eksternal) sehingga dapat diketahui posisi perusahaan. Matriks ini selanjutnya dapat digunakan untuk mempermudah dalam pemilihan alternatif strategi. Informasi spesifik tentang lingkungan internal maupun eksternal persahaan mengacu pada satu cara untuk mendapatkan suatu kemampuan strategi antara peluang eksternal dan kekuatan internal. Nilai total skor matriks IFE sebesar 2,166 sedangkan matriks EFE sebesar 3,184 sehingga menempatkan Agrowisata KTO Karyasari pada sel II dalam matriks IE (Gambar 7). Posisi ini menggambarkan Agrowisata KTO Karyasari
92
dalam kondisi internal rata-rata dan respon perusahaan terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong tinggi. Strategi yang dapat dilaksanakan adalah grow and build atau strategi pertumbuhan. Untuk sel tipe seperti ini paling tepat melaksanakan strategi intensif dan
integrasi.
Strategi-strategi
Penetrasi
Pasar
(Market
Penetration),
Pengembangan Pasar (Market Development), dan Pengembangan Produk (Product Development) adalah tiga strategi yang dikelompokkan ke dalam Strategi Intensif. Penetrasi pasar yaitu usaha peningkatan pangsa pasar atau market share suatu produk atau jasa yang sudah ada di pasar melalui usaha pemasaran yang lebih gencar (David 2002).
TOTAL SKOR IFE
Kuat 3.0-4.0
Rata-rata 2.0-2.99
Lemah 1.0-1.99
4.0 Tinggi
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
TOTAL SKOR EFE
3.0 Menengah 2.0 Rendah 1.0
Gambar 7. Matriks Internal-Eksternal (IE) Agrowisata KTO Karyasari
Untuk meningkatkan pangsa pasar agrowisata dapat ditempuh antara lain dari peran aktif pemandu dalam memberikan informasi yang dapat memuaskan pengunjung. Keefektifan dan keaktifan pemandu dalam memberikan informasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan minat dan loyalitas konsumen. Pemandu diharapkan mampu memberikan informasi dengan tepat dan mampu memilah konsumen dalam memberikan informasi sehingga dapat menjalankan fungsi dan peranannya dengan baik.
93
Alternatif strategi ke dua dari strategi intensif adalah pengembangan pasar merupakan pengenalan produk atau jasa yang telah ada pada daerah atau kelompok konsumen baru (David 2002). Strategi pengembangan pasar dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan promosi seperti pemilihan media promosi dan program promosi yang sesuai dengan sasaran yang akan dicapai dapat meningkatkan permintaan terhadap agrowisata. Agrowisata masih memerlukan promosi secara berkesinambungan untuk penanaman citra dalam benak konsumen yang berdampak jangka panjang. Salah satunya dengan promosi di media cetak secara kontinu untuk menciptakan ingatan yang kuat dalam benak konsumen. Kemudian promosi melalui stasiun radio yang menjadi saluran favorit pemirsa atau televisi pada acara pengobatan alternatif perlu menjadi pertimbangan pihak perusahaan. Penonjolan citra perusahaan sebagai usaha yang terdiferensiasi perlu diperhatikan agar konsumen dapat merasakan manfaat dan adanya perbedaan produk jasa yang diterima. Alternatif strategi intensif yang ke tiga adalah strategi pengembangan produk. Strategi pengembangan produk merupakan peningkatan penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasi produk-produk atau jasa-jasa yang ada sekarang (David 2002). Strategi pengembangan produk dilakukan untuk meningkatkan daya saing. Peningkatan mutu pelayanan menjadi faktor yang penting bagi Agrowisata KTO Karyasari yang menjual jasa dan produk. Keramahan para karyawan kebun terutama para pemandu wisata yang memandu pengunjung di lokasi perlu ditingkatkan kualitasnya. Pihak perusahaan perlu mempertimbangkan tambahan tenaga kerja apabila jumlah pengunjung sedang meningkat dan pengaturan rute keliling kebun agar setiap pengunjung berkesempatan untuk melihat dan mengenal tanaman obat sehingga kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen dapat tercipta lebih baik. Untuk menciptakan inovasi dalam produk-produk yang ditawarkan, Agrowisata KTO Karyasari dapat melakukan kerjasama dengan peneliti untuk menambah objek wisata yang ditawarkan, dan masyarakat sekitar untuk menciptakan produk-produk yang memiliki ciri khas seperti makanan khas atau benda-benda yang dapat dijadikan sebagai souvenir. Pengembangan produk dapat juga dilakukan dengan meningkatkan pengelolaan agrowisata seperti kebersihan
94
dan keindahan kebun, nilai estetika dari tata letak (landscape) kebun, kebersihan toilet dan lain-lain. Selain strategi intensif, strategi integrasi menjadi alternatif lain dalam pemasaran Agrowisata KTO Karyasari yang berada pada posisi sel II. Strategi integrasi terdiri atas integrasi ke depan (Forward Integration), integrasi ke belakang
(Backward
Integration),
dan
integrasi
horisontal
(Horizontal
Integration). Integrasi ke depan merupakan strategi untuk memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali atas distributor atau pengecer (David 2002). Untuk dapat melakukan strategi ini Agrowisata KTO karyasari dapat melakukan kerjasama dengan travel atau biro perjalanan wisata sehingga Agrowisata KTO Karyasari dimasukkan dalam paket wisatanya, melakukan kerjasama dengan asosiasi-asosiasi seperti ASITA (Association of Indonesian Tours and Travel Agency) atau AWAI (Asosiasi Wisata Agro Indonesia). Strategi integrasi ke belakang adalah pengembangan kepemilikan atau meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok (David 2002). Alternatif strategi integrasi yang ke tiga adalah integrasi horisontal merupakan strategi untuk memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali atas pesaing (David 2002). Dalam melaksanakan strategi horisontal, Agrowisata KTO Karyasari dapat melaksanakan kerjasama dengan objek wisata yang ada di Kota Bogor seperti Kebun Raya Bogor, Agrowisata Teh Gunung Mas, Taman Bunga Nusantara Cianjur dan agrowisata lainnya untuk melakukan paket wisata bersama. Selain itu kerjasama dengan hotel-hotel di Kota Bogor dapat juga dilakukan dimana para tamu hotel dapat mengunjungi Agrowisata KTO Karyasari sebagai fasilitas tambahan. Strategi ini bertujuan untuk mendatangkan konsumen ke lokasi wisata dengan mengadakan paket wisata bersama dengan pesaing. Menurut Rangkuti (2000), perusahaan yang berada pada posisi sel II dapat melakukan strategi konsentrasi melalui strategi horizontal. Strategi pertumbuhan melalui integrasi horisontal adalah suatu kegiatan untuk memperluas perusahaan dengan cara membangun di lokasi yang lain dan meningkatkan jenis produk serta jasa. Perusahaan yang berada pada sel II berada dalam industri yang sangat atraktif, tujuannya adalah meningkatkan penjualan dan profit dengan cara
95
memanfaatkan keuntungan economics of scale baik diproduksi maupun pemasaran. Perusahaan dapat memperluas pasar, fasilitas produksi dan teknologi melalui pengembangan internal maupun eksternal melalui akuisisi/joint ventures dengan perusahaan lain dalam industri yang sama.
7.3.2. Matriks SWOT Agrowisata KTO Karyasari Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan model analisis matriks SWOT. Keunggulan dari penggunaan model ini adalah mudah memformulasikan strategi berdasarkan gabungan faktor eksternal dan internal. Strategi utama yang dapat disarankan terdapat empat macam, yaitu : strategi SO, ST, WO, dan WT. Analisis ini menggunakan data yang telah diperoleh dari matriks EFE dan IFE di atas. Hasil analisis matriks SWOT pada Agrowisata KTO Karyasari dapat dilihat pada Tabel 15. Perumusan alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan oleh Agrowisata KTO Karyasari dalam memasarkan agrowisatanya berdasarkan matriks SWOT adalah sebagai berikut :
1) Strategi S-O Strategi ini merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata yang bersifat edukatif, karena ini menjadi ciri khas Agrowisata KTO Karyasari. Meningkatkan kualitas pelayanan dilakukan dengan menambah jumlah pemandu terutama pada saat pengunjung sedang ramai, pengaturan rute keliling kebun agar setiap pengunjung dapat melihat semua jenis tanaman obat yang ada dan tetap menjaga keramahan agar setiap pengunjung merasa betah. Kemudian mengembangkan paket agrowisata agar tidak monoton termasuk dalam seminar kebun lebih banyak menyediakan waktu untuk sesi tanya jawab dengan peserta agrowisata atau mengundang konsumen yang sudah sembuh dengan tanaman obat untuk mencegah kebosanan dari pengunjung pengulang (repeater).
96
2) Strategi W-O Strategi
ini
bertujuan
untuk
memperbaiki
kelemahan
dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu : a) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran dengan cara melatih dan memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan dengan baik, serta menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada konsumen terutama untuk pengunjung rombongan. Pengunjung yang datang secara rombongan seperti sekolah, perguruan tinggi, kantor, perkumpulan
dan
sebagainya
adalah
konsumen
yang
mendatangkan
penghasilan paling besar bagi Agrowisata KTO Karyasari sehingga konsumen seperti ini sangat diandalkan untuk terus mendukung keberlanjutan usahanya. b) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin, seperti melakukan seminar, pelatihan di berbagai perkumpulan, dan mengikuti pameran agrowisata serta pameran tanaman obat untuk mengenalkan Agrowisata KTO Karyasari kepada masyarakat.
3) Strategi S-T Strategi ini bertujuan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan internal. Alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan khusus. Pelatihan khusus dilakukan dilakukan untuk meningkatkan produktifitas karyawan sehingga memiliki keterampilan dan pengetahuan mengenai agrowisata.
4) Strategi W-T Strategi ini merupakan strategi yang berusaha untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki serta dapat menghindari ancaman dari luar. Alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu melakukan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal. Hal ini perlu dilakukan untuk pengembangan Agrowisata KTO Karyasari, karena permodalan yang digunakan selama ini masih menggunakan modal pribadi. Pengembangan usaha yang dapat dilakukan penyediaan gallery/stand untuk menjual produk Agrowisata KTO Karyasari seperti obat-
97
obatan, majalah Herba, foto-foto tanaman obat maupun hasil kerajinan yang khas dari masyarakat sekitar sebagai souvenir bagi pengunjung.
Tabel 15. Matriks SWOT Agrowisata KTO Karyasari Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesess)
1) Rekreasi yang ditawarkan adalah rekreasi edukatif 2) Dijualnya produk tanaman obat berupa kapsul dan teh herba 3) Adanya paket agrowisata yang menarik dengan pemberian diskon 4) Pemandu yang terlatih Strategi S-O
1) Belum banyak dikenal oleh masyarakat 2) Masih kurangnya eventevent yang dilakukan Karyasari 3) Belum tersedianya gallery/stand Karyasari 4) Permodalan yang masih berasal dari dana pribadi Strategi W-O
1) Pesaing yang menawarkan objek wisata yang sejenis belum banyak 2) Kecenderungan berwisata masyarakat beralih dari mass tourism ke niche tourism yang berbasis lingkungan 3) Pengunjung yang datang secara rombongan 4) Adanya dukungan pemerintah terhadap agrowisata Ancaman (Threats)
1) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata dengan mengembangkan paket wisata (S1,2,3,4 dan O1,2,3)
2) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran (W1 dan O2,3) 3) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin (W1,2 dan O1,2,3,4)
Strategi S-T
Strategi W-T
1) Industri agrowisata mudah dimasuki pendatang baru 2) Ketidakstabilan perekonomian 3) Situasi keamanan yang kurang kondusif 4) Kondisi iklim dan cuaca alam yang sulit diprediksi 5) Konsumen memiliki keleluasaan dalam memilih objek wisata pengganti
4) Meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan khusus (S1,4 dan T1,5)
5) Melakukan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal (W3,4 dan T1,5)
Peluang (Opportunities)
98
7.3.3. Matriks QSPM Agrowisata KTO Karyasari Tahap akhir dari perumusan strategi adalah pemilihan strategi terbaik dengan menggunakan alat analisis matriks QSPM berdasarkan pada hasil analisis SWOT. Matriks QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi peneliti untuk mengevaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif berdasarkan faktor-faktor utama internal dan eksternal pada matriks IFE, EFE, I-E serta matriks SWOT. Pada matriks QSPM terdapat nilai AS dan TAS. Nilai AS menunjukkan daya tarik masing-masing strategi terhadap terhadap faktor kunci yang dimiliki. Penentuan alternatif strategi yang layak dimasukkan pada matriks QSPM berdasarkan penilaian atas kondisi perusahaan dan penggunaan intuisi. Proses pemilihan prioritas strategi dilakukan oleh pimpinan YPTO Karyasari yang memiliki otoritas dan kemampuan dalam memilih strategi. Matriks ini akan menentukan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari tindakan-tindakan strategi alternatif yang dapat dilaksanakan oleh Agrowisata Karyasari pada YPTO Karyasari. Berikut alternatif strategi yang terpilih, antara lain : 1) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata dengan mengembangkan paket wisata 2) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran terutama untuk pengunjung rombongan 3) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin 4) Meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan khusus 5) Melakukan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal Berdasarkan hasil perhitungan matriks QSPM dengan mengalikan bobot masing-masing faktor dengan nilai daya tarik (Attractive Score) dihasilkan total nilai daya tarik (Total Attractive Score) yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Sehingga dihasilkan bahwa alternatif strategi terpilih adalah strategi satu yaitu meningkatkan kualitas pelayanan wisata dengan mengembangkan paket wisata. Prioritas strategi yang disarankan disusun berdasarkan nilai TAS tertinggi hingga terendah maka dihasilkan strategi yang paling menarik untuk diimplementasikan oleh Agrowisata KTO Karyasari. Perumusan strategi ini hanya
99
sampai tahap formulasi strategi. Adapun prioritas strategi tersebut adalah sebagai berikut : 1) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran terutama untuk pengunjung rombongan (5.724) 2) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata dengan mengembangkan paket wisata (5.685) 3) Melakukan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal (5.399) 4) Meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan khusus (5.268) 5) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin (5.207)
100
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Faktor strategis internal yang menjadi faktor kekuatan utama bagi Agrowisata KTO Karyasari adalah adanya paket agrowisata yang menarik dengan pemberian diskon untuk pembelian berbagai jenis tanaman obat. Sedangkan faktor strategis internal yang menjadi kelemahan utama adalah permodalan yang masih berasal dari dana pribadi. Untuk faktor strategi eksternal yang menjadi faktor peluang utama bagi Agrowisata KTO Karyasari adalah pesaing yang menawarkan objek wisata yang sejenis belum banyak (termasuk pionir dalam agrowisata tanaman obat). Sedangkan faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman utama adalah konsumen memiliki keleluasaan dalam memilih objek wisata pengganti. Total skor bobot hasil dari matriks IFE (Internal Factor Evaluasi) dan matriks EFE (External Factor Evaluation) memposisikan Agrowisata KTO Karyasari pada sel II dalam matriks IE (Internal-Eksternal). Posisi ini menggambarkan bahwa Agrowisata KTO Karyasari dalam kondisi internal ratarata dan respon perusahaan terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong tinggi. Strategi yang dapat dilaksanakan adalah grow and build atau strategi pertumbuhan. Divisi pada sel ini dapat menerapkan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) dan strategi integrasi (integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal). Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT maka diperoleh lima alternatif strategi terbaik. Kemudian dilakukan perumusan strategi dengan cara melakukan pemilihan prioritas strategi terbaik dengan menggunakan alat analisis matriks QSPM untuk diimplementasikan pada Agrowisata KTO Karyasari. Adapun prioritas strategi tersebut adalah sebagai berikut : 1) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran terutama untuk pengunjung rombongan 2) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata dengan mengembangkan paket wisata 3) Melakukan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal 4) Meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan khusus
5) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin
8.2. Saran Beberapa saran yang dapat dijadikan masukan bagi manajemen Agrowisata KTO Karyasari adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata yang bersifat edukatif, karena ini menjadi ciri khas Agrowisata KTO Karyasari. Meningkatkan kualitas pelayanan dilakukan dengan menambah jumlah pemandu terutama pada saat pengunjung sedang ramai, pengaturan rute keliling kebun. Kemudian mengembangkan paket agrowisata agar tidak monoton termasuk dalam seminar kebun lebih banyak menyediakan waktu untuk sesi tanya jawab dengan peserta agrowisata atau mengundang konsumen yang sudah sembuh dengan tanaman obat untuk mencegah kebosanan dari pengunjung pengulang (repeater). 2) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran dengan cara melatih dan memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan dengan baik, serta menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada konsumen terutama untuk pengunjung rombongan. Pengunjung yang datang secara rombongan seperti sekolah, perguruan tinggi, kantor, perkumpulan
dan
sebagainya
adalah
konsumen
yang
mendatangkan
penghasilan paling besar bagi Agrowisata KTO Karyasari sehingga konsumen seperti ini sangat diandalkan untuk terus mendukung keberlanjutan usahanya. Peningkatan pemasaran dengan skema diskon yang menarik akan mengundang konsumen rombongan untuk berkunjung. 3) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin, seperti melakukan seminar, pelatihan di berbagai perkumpulan, dan mengikuti pameran agrowisata serta pameran tanaman obat untuk mengenalkan Agrowisata KTO Karyasari kepada masyarakat. 4) Pemilik, Kepala Bagian Agrowisata, Kepala Bagian Kebun, dan Kepala Bagian Promosi Agrowisata KTO Karyasari diharapkan dapat mensosialisasikan strategi kepada seluruh karyawan agar tumbuh rasa tanggungjawab dan motivasi untuk melaksanakan strategi pemasaran agrowisata dengan baik dan hasil yang dicapai sesuai dengan harapan.
102
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiar. F. 2008. Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Pada Agrowisata Rumah Sutra Alam Kec. Pasir Eurih, Kab. Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Asosiasi Wisata Agro Indonesia. 2004. Pengertian Dasar Wisata Agro. Makalah disampaikan dalam Pelatihan Wisata Agro di Yogyakarta tanggal 15-19 Juli 2004. Yogyakarta. Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Pemasaran. Dasar, Konsep, dan Strategi. Cetakan ke-4. Rajawali. Jakarta. Buku Panduan Agrowisata. 2003. Back To Nature Back To Medical Herbs. Agrowisata, Seminar, Pelatihan, Pertemuan. Karyasari. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2008. Data Statistik Kebudayaan dan Pariwisata 2008. BPS. Jakarta. David, Fred. 2003. Manajemen Strategi : Konsep-Konsep. Edisi Kesembilan. PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. David, Fred. 2006. Manajemen Strategi. Edisi Kesepuluh. Terjemahan. Prenhallindo. Jakarta. Deptan. 2002. Laporan Pelatihan Pengelolaan Wisata Agro Tingkat Nasional. Proyek Koordinasi Penataan Pembangunan Pertanian. Biro Perencanaan dan Keuangan. Departemen Pertanian. Jakarta. Deptan. 2008. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. www.database.deptan.go.id/agrowisata/index.asp [Diakses tanggal 18 Juni 2009]. Direktur Jendral Bina Produksi dan Hortikultura. 2002. Potensi Produksi Tanaman Obat. Departemen Pertanian. Jakarta. Direktur Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2004. Informasi Pengembangan Agribisnis Tanaman Biofarmaka. Jakarta. Farmstop. 2008. About Agrotourism. www.farmstop.com/aboutagrotourism.asp [Diakses tanggal 18 Juni 2009].
Purnama H. 2009. Strategi Pemasaran Agrowisata Kebun Buah Plantera Fruit Paradise, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Herba. 2002. Karyasari, 7 Tahun Mengukir Dunia Herba. Karyasari. Jakarta Hernani dan Syukur. 2003. Budidaya Tanaman Obat Komersial Cetakan Ketiga. Penebar Swadaya. Jakarta. Kotler, Philip dan Amstrong. 2000. Manajemen Pemasaran Terjemahan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jilid 1. Penerbit Indeks. Jakarta. Masang. 2006. Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Muttaqien. 2007. Analisis Strategi Bersaing agrowisata Vin’s Berry Park [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Putri FSA. 2008. Formulasi Strategi Pemasaran Obat Tradisional pada Taman Syifa di Kota Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rangkuti, Freddy. 2000. Analisis SWOT Teknik Membelah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Stanton, William J. 1993. Prinsip Pemasaran. Edisi Ketujuh. Jilid Kedua. Erlangga. Jakarta. Swasta, Basu dan Irawan. 1997. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi ke-2. Liberty. Yogyakarta. Tirtawinata, Reza dan Fachruddin, Lisdiana. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Umar, H. 2003. Riset Pemsaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
104
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Panduan Wawancara dengan Pengelola Agrowisata Kebun Tanaman Obat Karyasari
1. Sejarah pembentukan Agrowisata KTO Karyasari 2. Rencana pengembangan agrowisata 3. Kebijakan pengelolaan agrowisata 4. Objek, daya tarik produk wisata yang ditawarkan oleh agrowisata 5. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan agrowisata, khususnya terkait dengan pengembangan kawasan 6. Upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi 7. Kerjasama dengan pihak-pihak terkait (masyarakat total, pemerintah daerah, biro perjalanan wisata, investor, dll) 8. Kegiatan pemasaran yang pernah dan akan dilakukan oleh pengelola agrowisata 9. Kuantitas serta kualitas Sumber Daya Manusia pengelola agrowisata 10. Pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti oleh pengelola agrowisata 11. Pelayanan serta pemeliharaan yang telah dan akan dilakukan di agrowisata 12. Objek-objek wisata yang berdekatan
dengan kawasan baik yang sejenis
maupun tidak 13. Keluhan pengunjung yang pernah disampaikan kepada pihak pengelola agrowisata
106
Lampiran 2. Kuisioner Matriks IFE dan EFE
KUISIONER PENELITIAN ANALISIS STRATEGI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN TANAMAN OBAT KARYASARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
IDENTITAS MAHASISWA Nama
: Ignaz Christian Simanjuntak
Nrp
: H34076078
IDENTITAS RESPONDEN Nama
:
Jabatan
:
107
I. Pemberian Nilai Peringkat (Rating) terhadap Kekuatan Responden : Petunjuk pengisian : Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu. Penetuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, Jika faktor tersebut sangat kuat apabila dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) Nilai 3, Jika faktor tersebut kuat apabila dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis)
Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi usaha apabila dibandingkan dengan usaha pesaing yang sejenis dalam hal faktor-faktor kekuatan yang dimiliki usaha berikut: Faktor-Faktor Kekuatan
4
3
2
1
1) Rekreasi yang ditawarkan adalah rekreasi edukatif dengan mengenali dan mempelajari jenis-jenis tanaman obatpada lingkungan tumbuhnya yang alami, cara budidaya dan khasiatnya 2) Dijualnya produk-produk tanaman obat yang berupa kapsul dan teh herba 3) Adanya paket agrowisata yang menarik dengan pemberian diskon untuk pembelian berbagai jenis tanaman obat 4) Pemandu yang terlatih dan memahami jenis-jenis tanaman obat
108
II. Pemberian Nilai Peringkat (Rating) terhadap Kelemahan Responden : Petunjuk pengisian : Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kelemahan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu. Penetuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 1, Jika faktor tersebut sangat lemah apabila dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) Nilai 2, Jika faktor tersebut lemah apabila dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis)
Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi usaha apabila dibandingkan dengan usaha pesaing yang sejenis dalam hal faktor-faktor kelemahan yang dimiliki usaha berikut: Faktor-Faktor Kelemahan
4
3
2
1
1) Belum banyak dikenal oleh masyarakat 2) Masih kurangnya event-event yang dilakukan Karyasari 3) Belum tersedianya gallery/stand yang menjual souvenir Karyasri seperti topi, kaos, payung ataupun foto-foto tanaman obat dan produk tanaman obat Karysari 4) Permodalan yang masih berasal dari dana pribadi
109
III. Pemberian Nilai Peringkat (Rating) terhadap Peluang Responden : Petunjuk pengisian : Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada kemampuan usaha dalam meraih peluang yang ada berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu. Penetuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, Jika usaha tersebut mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam meraih peluang yang ada Nilai 3, Jika usaha tersebut mempunyai kemampuan yang baik dalam meraih peluang yang ada Nilai 2, Jika usaha tersebut mempunyai kemampuan yang sedang dalam meraih peluang yang ada Nilai 1, Jika usaha tersebut mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam meraih peluang yang ada
Menurut Bapak/Ibu bagaimana kemampuan usaha dalam memanfaatkan peluang yang ada berikut: Faktor-Faktor Peluang
4
3
2
1
1) Pesaing yang menawarkan objek wisata yang sejenis belum banyak (termasuk pionir dalam agrowisata tanaman obat) 2) Kecenderungan berwisata masyarakat beralih dari mass tourism ke niche tourism yang berbasis lingkungan 3) Pengunjung yang datang secara rombongan 4) Adanya dukungan pemerintah terhadap agrowisata
110
IV. Pemberian Nilai Peringkat (Rating) terhadap Ancaman Responden : Petunjuk pengisian : Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada besarnya ancaman dalam mempengaruhi keberadaan usaha dimasa depan berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu. Penetuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, Jika faktor ancaman sangat kuat mempengaruhi keberadaan usaha Nilai 3, Jika faktor ancaman kuat mempengaruhi keberadaan usaha Nilai 2, Jika faktor ancaman memberikan pangaruh yang biasa terhadap usaha usaha Nilai 1, Jika faktor ancaman tidak berpengaruh apa-apa terhadap usaha
Menurut Bapak/Ibu bagaimana pengaruh ancaman terhadap kondisi usaha berikut: Faktor-Faktor Ancaman
4
3
2
1
1) Industri agrowisata mudah dimasuki pendatang baru 2) Ketidakstabilan perekonomian 3) Situasi keamanan yang kurang kondusif 4) Kondisi iklim dan cuaca alam yang sulit diprediksi 5) Konsumen memiliki keleluasaan dalam memilih objek wisata pengganti
111
Lampiran 3. Penentuan Strategi Terpilih dengan Matriks QSP
PENENTUAN STRATEGI TERPILIH DENGAN MATRIKS QSP Tujuan : Untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractive) dari alternatif-alternatif strategi yang terpilih melalui analisis SWOT untuk menetapkan
strategi
alternatif
yang
paling
baik
untuk
diimplementasikan oleh Agrowisata KTO Karyasari. Alternatif strategi yang terpilih : 1) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan wisata dengan mengembangkan paket wisata 2) Memperluas target pasar dengan meningkatkan pemasaran terutama untuk pengunjung rombongan 3) Melakukan dan mengikuti event-event secara rutin 4) Meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan khusus 5) Melakukan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal
Petunjuk Pengisian : Tentukan Attractive Score (AS) atau daya tarik dari masing-masing faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) untuk masing-masing alternatif strategi. Pilihan Attractive Score (AS) pada isian berikut ini terdiri dari : 1 = tidak menarik 2 = agak menarik 3 = secara logis menarik 4 = sangat menari
112
Lampiran 4. Hasil Median Rating Faktor Eksternal dan Faktor Internal Hasil Median Rating Faktor Eksternal Faktor
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Median
A B C D E F G H I
4 3 4 2 2 3 3 3 3
4 4 4 3 3 3 3 2 3
4 3 2 3 2 3 3 4 2
3 4 4 3 4 3 3 3 4
4 3.5 4 3 2.5 3 3 3 3
Hasil Median Rating Faktor Internal Faktor
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Median
A B C D E F G H
3 3 3 3 1 1 1 1
3 3 4 3 1 1 1 1
4 4 4 3 1 1 1 2
4 4 4 4 1 1 1 1
3.5 3.5 4 3 1 1 1 1
113
Lampiran 5. Hasil Matriks Perbandingan Faktor Eksternal dan Faktor Internal
Hasil Matriks Perbandingan Faktor Eksternal Responden 1 : Kepala Bagian Agrowisata Faktor A B C D E F G H I
A 2 3 3 3 3 2 3 2
B 2 2 1 3 2 2 3 2
C 1 2 2 3 2 2 3 3
D 1 3 2 3 2 2 3 2
E 1 1 1 1 2 3 3 3
F 1 2 2 2 2 2 2 3
G 2 2 2 2 1 2 1 2
H 1 1 1 1 1 2 3
I 2 2 1 2 1 1 2 1
3
Responden 2 : Kepala Bagian Kebun Tanaman Obat Karyasari Faktor A B C D E F G H I
A 1 1 1 2 1 1 1 2
B 3 2 2 3 2 2 2 2
C 3 2 1 3 2 2 3 3
D 3 2 3 3 2 2 2 3
E 2 1 1 1 2 1 1 2
F 3 2 2 2 2 2 3 3
G 3 2 2 2 3 2 3 2
H 3 2 1 2 3 1 1
I 2 1 1 1 2 1 2 1
3
114
Responden 3 : Pimpinan YPTO Karyasari Faktor A B C D E F G H I
A 1 2 2 3 2 2 3 3
B 3 2 3 3 2 2 3 3
C 2 2 3 3 2 2 3 3
D 2 1 1 3 3 3 3 3
E 1 1 1 1 1 1 3 3
F 2 2 2 1 3 2 2 3
G 2 2 2 1 3 2 2 2
H 1 1 1 1 1 2 2
I 1 1 1 1 1 1 2 1
3
Responden 4 : Kepala Bagian Promosi Faktor A B C D E F G H I
A 1 1 1 2 1 1 2 1
B 3 1 3 3 2 2 3 3
C 3 3 2 3 1 1 3 3
D 3 1 2 3 3 3 3 2
E 2 1 1 1 2 1 2 1
F 3 2 3 1 2 2 2 2
G 3 2 3 1 3 2 3 3
H 2 1 1 1 2 2 1
I 3 1 1 2 3 2 1 2
2
115
Hasil Matriks Perbandingan Faktor Internal
Responden 1 : Kepala Bagian Agrowisata Faktor
A
A B C D E F G H
2 2 2 2 2 3 2
B 2 2 2 2 2 3 2
C 2 2 2 2 2 2 2
D 2 2 2 2 2 3 2
E 2 2 2 2 2 3 2
F 2 2 2 2 2 3 2
G 1 1 2 1 1 1
H 2 2 2 2 2 2 2
2
Responden 2 : Kepala Bagian Kebun Tanaman Obat Karyasari Faktor
A
A B C D E F G H
3 2 2 2 3 3 2
B 1 2 1 2 3 3 2
C 2 2 2 2 2 3 2
D 2 3 2 2 3 3 2
E 2 2 2 2 3 3 1
F 1 1 2 1 1 3 2
G 1 1 1 1 1 3
H 2 2 2 2 3 2 3
1
116
Responden 3 : Pimpinan YPTO Karyasari Faktor
A
A B C D E F G H
3 2 1 2 1 3 3
B 1 2 2 2 1 3 3
C 2 2 1 2 1 3 3
D 3 2 3 2 1 3 3
E 2 2 2 2 1 3 3
F 3 3 3 3 3 3 3
G 1 1 1 1 1 1
H 1 1 1 1 1 1 1
3
Responden 4 : Kepala Bagian Promosi Faktor
A
A B C D E F G H
3 3 2 2 2 3 3
B 1 3 1 1 1 2 3
C 1 1 2 2 3 2 3
D 2 3 2 2 3 3 3
E 2 3 2 2 2 3 3
F 2 3 1 1 2 3 3
G 1 2 2 1 1 1
H 1 1 1 1 1 1 1
3
117
Lampiran 6. Matriks Gabungan Perbandingan Berpasangan untuk Faktor Eksternal dan Faktor Internal Matriks Gabungan Perbandingan Berpasangan Untuk Faktor Eksternal Faktor A B C D E F G H I
A
B 3
1 1.5 1.5 2.5 2 1.5 2.5 2
2 2.5 3 2 2 3 2.5
C 2.5 2 2 3 2 2 3 3
D 2.5 1.5 2 3 2.5 2.5 3 2.5
E 1.5 1 1 1
F 2 2 2 1.5 2
2 1.5 2.5 2.5
2 2.5 3
G 2.5 2 2 1.5 2.5 2 2.5 2.5
H 1.5 1 1 1 1.5 1.5 1.5 3
I 2 1.5 1 1.5 1.5 1 1.5 1
Total 17.5 12 12.5 12.5 19 15 14.5 20 21 144
Bobot 0.122 0.083 0.087 0.087 0.132 0.104 0.101 0.139 0.145 1.000
Matriks Gabungan Perbandingan Berpasangan Untuk Faktor Internal Faktor A B C D E F G H
A
B
C 1
3 2 2 2 2 3 2.5
2 1.5 2 1.5 3 2.5
D 2 2
2 2 2 2.5 2.5
2 2.5 2 2 2.5 3 2.5
E 2 2 2 2 2 3 2.5
F
G
2 2.5 2 1.5 2
1 1 1.5 1 1 1
3 2.5
2.5
H 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Total 11.5 14.5 13 11.5 12.5 12.5 16 17.5 109
Bobot 0.105 0.133 0.119 0.106 0.115 0.115 0.147 0.160 1.000
118
Lampiran 7. Hasil QSPM
Faktor Strategis
Bobot
Kekuatan 1 0.105 2 0.133 3 0.119 4 0.106 Kelemahan 1 0.115 2 0.115 3 0.147 4 0.160 Peluang 1 0.122 2 0.083 3 0.087 4 0.087 Ancaman 1 0.132 2 0.104 3 0.101 4 0.139 5 0.145 TOTAL PRIORITAS
S1 AS TAS
Alternatif Strategi Terpilih S2 S3 S4 AS TAS AS TAS AS TAS
AS
S5 TAS
3 3 3 4
0.315 0.399 0.597 0.424
4 3 3 4
0.420 0.399 0.597 0.424
3 2 4 3
0.315 0.266 0.476 0.318
2 2 4 3
0.210 0.266 0.476 0.318
3 3 4 3
0.315 0.399 0.476 0.318
4 2 2 2
0.460 0.230 0.294 0.320
3 2 2 2
0.345 0.230 0.294 0.320
4 3 3 2
0.460 0.345 0.441 0.320
3 3 2 3
0.345 0.345 0.294 0.480
3 2 3 2
0.345 0.230 0.441 0.320
4 3 4 2
0.488 0.249 0.348 0.174
4 2 4 2
0.488 0.166 0.348 0.174
2 3 4 2
0.244 0.249 0.348 0.174
2 3 4 2
0.244 0.249 0.348 0.174
2 3 3 2
0.244 0.249 0.261 0.174
2 2 2 2 3
0.264 0.208 0.202 0.278 0.435 5.685 2
3 2 2 2 3
0.396 0.208 0.202 0.278 0.435 5.724 1
2 3 1 1 3
0.264 0.312 0.101 0.139 0.435 5.207 5
3 2 2 2 3
0.396 0.208 0.202 0.278 0.435 5.268 4
2 2 3 3 3
0.264 0.208 0.303 0.417 0.435 5.399 3
119