PERTUMBUHAN TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA KEBUN CAMPURAN DI DESA KARACAK, KECAMATAN LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR
ADRIAN FADRI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PERTUMBUHAN TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA KEBUN CAMPURAN DI DESA KARACAK, KECAMATAN LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR
ADRIAN FADRI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRACT ADRIAN FADRI. E44061742. Growth on Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) Plantation on Mixed garden at Village Karacak, Leuwiliang Subdistrict, Bogor Regency. Undersupervised by NURHENI WIJAYANTO. One of the timber producing plants which grown in mixed garden is sengon. The selection of combinations and plants spacing which cultivated in the mixed garden had not previously planned, the selection of combinations and plants spacing can allowing for differences in growth response of sengon plantation. The research aims to assess growth of sengon plantation that related to the composition, plants spacing, management, and also to review the percentage of canopy closure in mixed garden plants at the Village Karacak, Leuwiliang Subdistrict, Bogor Regency. The research showed that mixed garden KC 4a with 1-1,5 years sengon and KC 3b with 3 years sengon, have quite good high growth and less good diameter growth. Percentage of canopy closure in mixed garden with 1-1,5 years old sengon relatively small compared to 3 years sengon plants. The influence from plant spacing, combinations and management activities thought to be factor of low-dimensional growth of plants and percentage of canopy closure. The Farmers still considering sengon is a plant that does not require intensive maintenance, and land management activities only focused on fruit crops and seasonal crops, caused the low-dimensional growth of sengon plants. Keywords : sengon, growth, plants spacing, management
ABSTRAK ADRIAN FADRI. Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) pada Kebun Campuran di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NURHENI WIJAYANTO. Salah satu tanaman penghasil kayu yang ditanam pada kebun campuran di Desa Karacak ialah sengon. Pemilihan kombinasi dan jarak tanam tanaman yang dibudidayakan pada kebun belum direncanakan sebelumnya, sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan respon bagi pertumbuhan tanaman sengon. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengkajian pertumbuhan tanaman sengon yang berkaitan dengan komposisi, jarak tanam, dan manajemen pengelolaan, dan juga mengkaji persentase penutupan tajuk tanaman pada kebun campuran di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan kebun campuran KC 4a dengan tanaman sengon umur 11,5 tahun dan KC 3b dengan tanaman sengon umur 3 tahun, memiliki pertumbuhan tinggi yang cukup baik dan pertumbuhan diameter yang kurang baik. Sedangkan persentase penutupan tajuk pada kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun relatif kecil dibandingkan dengan tanaman sengon umur 3 tahun. Pengaruh jarak tanam, komposisi, dan kegiatan pengelolaan diduga menjadi faktor rendahnya pertumbuhan dimensi tanaman dan nilai persentase penutupan tajuk. Petani kebun campuran menganggap sengon merupakan tanaman tidak memerlukan pemeliharaan intensif dan kegiatan pengelolaan lahan yang hanya difokuskan pada tanaman buah-buahan dan tanaman semusim, menyebabkan pertumbuhan dimensi tanaman sengon rendah. Kata kunci : sengon, pertumbuhan, jarak tanam, pengelolaan
Judul Skripsi : Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) pada Kebun Campuran di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor Nama
: Adrian Fadri
NIM
: E44061742
Menyetujui: Dosen Pembimbing
(Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS) NIP 19601024 198403 1 009
Mengetahui, Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
(Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr) NIP 19641110 199002 1 001
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) pada Kebun Campuran di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2010
Adrian Fadri NRP E44061742
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) pada Kebun Campuran di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor”. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengkajian pertumbuhan tanaman sengon yang berkaitan dengan komposisi, jarak tanam, dan manajemen pengelolaan, dan juga mengkaji persentase penutupan tajuk tanaman pada kebun campuran. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan, khususnya di bidang kehutanan. Penulis juga menyadari masih adanya kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini, oleh karena itu saran, kritik serta masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk melengkapi karya ilmiah ini.
Bogor, Agustus 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Pelaksanaan hingga penyusunan karya ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian hingga penyusunan skripsi, terutama kepada : 1.
Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MSi yang telah menjadi dosen pembimbing skripsi dan selalu memberikan arahan dalam melaksanakan penelitian hingga penyusunan skripsi.
2.
Papa, Mama, Yu’ Aga, Kak Yopie, Randi, Viska dan seluruh keluarga yang telah
menjadi
motivator
sekaligus
inspirator
bagi
penulis
selama
melaksanakan penelitian hingga penyusunan skripsi. 3.
Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS, Istie Sekartining Rahayu, S.Hut, M.Si, dan Dra. Sri Rahaju, M.Si yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi.
4.
Seluruh dosen dan staf Departemen Silvikultur yang telah membantu pada saat kuliah hingga penyusunan skripsi ini.
5.
Kak Rifai, Pak Dadang dan keluarga, Muhammad Awet Samana, Surahman, Asep Hendra, Utari Ocsewonda Mahfira, Widya Indah Lestari, Kak Degi Harja dan Kak Rahmat dari World Agroforestry yang telah membantu selama penelitian hingga penyusunan skripsi.
6.
Teman-teman Tadaruda, Crysantena, dan Palas Ranger atas motivasinya untuk selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi.
7.
Teman-teman satu kontrakan (Budi, Wiwid, Wahyu, Awet, Habib, dan Fandi) atas motivasi dan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi.
8.
Teman-teman Departemen Silvikultur 43 atas persahabatannya dan bantuan selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.
9.
Teman-teman Wisma Baut (Kak Gilang, Kak Fuad, Kak Edi, Kak Ikhsan) atas bantuan dan motivasinya.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian hingga penyusunan skripsi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 13 Oktober 1989 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, pasangan Darius Iskandar dan Arni Susilawati. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA YPI (Yayasan Pendidikan Islam) Tunas Bangsa Palembang pada tahun 2006. Penulis masuk Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan yakni sebagai staf Divisi Informasi dan Komunikasi himpunan profesi Tree Grower Community (TGC) tahun 2008-2009, staf Divisi Business Development himpunan profesi Tree Grower Community (TGC) tahun 2009-2010, Sekretaris Umum OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) IKAMUSI (Ikatan Mahasiswa Bumi Sriwijaya) Sumatera Selatan tahun 2008-2009, panitia Belantara 2008, Panitia TGC In Action. Penulis juga pernah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di BKPH Rawa Timur, KPH Banyumas Barat dan BKPH Gunung Slamet Barat, KPH Banyumas Timur, tahun 2008. Penulis melaksanakan Praktek Pembinaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Kabupaten Sukabumi, tahun 2009. Penulis juga telah melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di KPH Saradan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Silvikultur (2009-2010). Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) pada Kebun Campuran di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor”, dibawah bimbingan Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii I.
PENDAHULUAN ................................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1.2 Tujuan ................................................................................................ 1.3 Manfaaat ............................................................................................
1 1 2 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2.1 Agroforestri........................................................................................ 2.2 Kebun Campuran ............................................................................... 2.3 Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) ................................. 2.2.1 Klasifikasi dan penyebaran ........................................................ 2.2.2 Deskripsi Botani ........................................................................ 2.2.3 Teknik silvikultur ...................................................................... 2.2.4 Pemanfaatan ..............................................................................
3 3 4 5 5 6 6 7
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 8 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 8 3.2 Bahan dan Alat Penelitian .................................................................. 8 3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 9 3.3.1 Pengambilan data dimensi tanaman pokok dan tata ruang penggunaan lahan ............................................................ 9 3.3.2 Persentase penutupan tajuk ........................................................ 10 3.3.3 Pengelolaan lahan kebun campuran ........................................... 10 3.4 Analisis Data ...................................................................................... 11 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN .......................................... 4.1 Letak Geografis dan Biofisik .............................................................. 4.2 Tata Guna Lahan di Desa Karacak...................................................... 4.3 Kondisi Sosial Ekonomi .....................................................................
12 12 13 13
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 5.1 Pertumbuhan Dimensi Tanaman Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen dan Tata Ruang Penggunaan Lahan ....................................... 5.2 Persentase Penutupan Tajuk ............................................................... 5.3 Pengelolaan Lahan Kebun Campuran .................................................
16 16 25 29
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 36 6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 36 6.2 Saran .................................................................................................. 36
x
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 37 LAMPIRAN ................................................................................................... 39
DAFTAR TABEL Halaman 1. Sebaran umur penduduk Desa Karacak .................................................... 13 2. Lembaga pendidikan di Desa Karacak ...................................................... 14 3. Mata pencaharian penduduk Desa Karacak .............................................. 14 4. Pertumbuhan dimensi tanaman sengon umur 1-1,5 tahun ......................... 16 5. Pertumbuhan dimensi tanaman sengon umur 3 tahun ............................... 21 6. Rata-rata pertumbuhan tanaman sengon yang ditanam monokultur di daerah Jawa Barat ................................................................................ 25 7. Rata-rata ukuran tajuk dan persentase penutupan tajuk pada 4 (empat) kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun di Desa Karacak ....... 26 8. Rata-rata ukuran tajuk dan persentase penutupan tajuk pada 4 (empat) kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun di Desa Karacak ............. 28 9. Data status kepemilikan lahan pada kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun ...................................................................................... 29 10. Data status kepemilikan lahan pada kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun ............................................................................................ 30 11. Teknik penanaman tanaman sengon umur 1-1,5 tahun pada beberapa kebun campuran di Desa Karacak ............................................................ 31 12. Teknik penanaman tanaman sengon umur 3 tahun pada beberapa kebun campuran di Desa Karacak............................................................ 31
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Lokasi penelitian Desa Karacak .................................................................. 12 2. Perbandingan pertumbuhan rata-rata P. falcataria umur 1-1,5 tahun (a) rata-rata tinggi total, (b) rata-rata diameter ............................................ 17 3. Tata ruang kebun campuran P. falcataria umur 1-1,5 tahun (a) KC 1a, (b) KC 2a, (c) KC 3a, (d) KC 4a. ................................................................ 20 4. Perbandingan pertumbuhan rata-rata P. falcataria umur 3 tahun (a) rata-rata tinggi total, (b) rata-rata diameter ............................................................... 23 5. Tata ruang kebun campuran P. falcataria umur 3 tahun (a) KC 1b, (b) KC 2b, (c) KC 3b, (d) KC 4b ............................................................... 24 6. Perbandingan persentase rata-rata penutupan tajuk pada kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun .............................................................. 27 7. Perbandingan persentase rata-rata penutupan tajuk pada kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun .................................................................... 28
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Data hasil pengukuran pada KC 1a ........................................................... 39 2. Data hasil pengukuran pada KC 2a ........................................................... 40 3. Data hasil pengukuran pada KC 3a ........................................................... 42 4. Data hasil pengukuran pada KC 4a ........................................................... 45 5. Data hasil pengukuran pada KC 1b .......................................................... 47 6. Data hasil pengukuran pada KC 2b .......................................................... 50 7. Data hasil pengukuran pada KC 3b .......................................................... 51 8. Data hasil pengukuran pada KC 4b .......................................................... 52 9. Rekapitulasi persentase penutupan tajuk kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun ...................................................................................... 53 10. Rekapitulasi persentase penutupan tajuk kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun ............................................................................................ 53 11. Penutupan tajuk tanaman pada kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun ............................................................................................... 54 12. Penutupan tajuk tanaman pada kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun ..................................................................................................... 55 13. Kuesioner penelitian ................................................................................ 56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agroforestri merupakan sebuah konsep umum dalam sistem pengelolaan lahan yang mengkombinasikan antara pohon dan tanaman pertanian. Konsep agroforestri ini memungkinkan dapat memenuhi kebutuhan akan kayu, non kayu, dan hasil pertanian. Kebun campuran merupakan salah satu bentuk dari agroforestri, karena di dalam kebun campuran terdapat berbagai jenis tanaman yang terdiri dari beberapa pohon buah-buahan, pohon penghasil kayu, dan tanaman pangan semusim. Komposisi jenis tanaman yang cukup bervariasi pada kebun campuran memungkinkan terjadinya interaksi antar tanaman di dalam kebun. Suatu lahan yang terdiri dari berbagai macam komposisi jenis tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan satu sama lain dan menciptakan interaksi, hal ini terjadi karena pada suatu lahan ketersediaan ruang tumbuh, air, nutrisi, dan cahaya terbatas. Interaksi yang terjadi pada suatu lahan dapat bernilai negatif (merugikan) atau positif (menguntungkan). Kebun campuran sangat penting bagi masyarakat, karena sebagai sumber penghasil pemasukan uang dan modal. Pohon penghasil kayu bagi masyarakat pemilik kebun campuran memiliki peran yang sangat penting, karena sebagai investasi untuk beberapa tahun kemudian hingga kayu dapat dipanen. Sistem agroforestri berupa kebun campuran di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor hingga saat ini masih bertahan. Pemenuhan kayu di Kecamatan
Leuwiliang
salah
satunya
menggunakan
tanaman
sengon
(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) yang diperoleh dari kebun campuran masyarakat sekitar Desa Karacak. Pertumbuhan tanaman sengon erat kaitannya dengan hasil panen yang akan diperoleh. Tanaman sengon yang ditanam pada kebun
campuran
pertumbuhannya
dapat
dipengaruhi
oleh
manajemen
pengelolaan, jarak tanam, dan komposisi tanaman. Manajemen pengelolaan erat kaitannya dengan ketersediaan modal untuk dilakukannya kegiatan pemeliharaan.
2
Pemilik atau pengelola kebun campuran di Desa Karacak pada umumnya memiliki modal yang terbatas untuk melakukan kegiatan pemeliharaan terhadap tanaman sengon, sehingga pertumbuhan tanaman sengon pada kebun campuran belum dimaksimalkan. Interaksi yang yang terjadi karena pengaruh jarak tanam, komposisi tanaman dan sistem pengelolaan pada kebun campuran menarik untuk diteliti karena berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh para petani. Penelitian ini menjadi penting karena menurut Wiersum (2004) bahwa penelitian tentang forest garden (termasuk kebun campuran) masih sedikit. Padahal kebun campuran yang struktur dan komposisinya dianalogkan dengan hutan alam merupakan bagian penting dari sistem kehidupan di pedesaan.
1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengkajian pertumbuhan tanaman sengon yang berkaitan dengan komposisi, jarak tanam, dan manajemen pengelolaan, dan juga mengkaji persentase penutupan tajuk tanaman pada kebun campuran di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
1.3 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para petani dalam pengelolaan kebun campuran, sehingga dapat menghasilkan tanaman sengon yang baik pertumbuhannya dalam rangka meningkatkan nilai dari tanaman sengon
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agroforestri Lahjie (1992) menyatakan bahwa agroforestri merupakan bentuk pengelolaan lahan yang memadukan prinsip-prinsip pertanian dan kehutanan. Prinsip pertanian dalam arti suatu pemanfaatan lahan untuk memperoleh pangan, serat, dan protein hewani. Sedangkan dari segi prinsip kehutanan yaitu untuk memperoleh produksi kayu pertukangan, kayu bakar, fungsi estetik, hidrologi, dan konservasi flora dan fauna. Beragam teknik seperti alley cropping, taungya, dan lainnya, akhirnya melahirkan beragam bentuk sistem agroforestri. Beragam bentuk sistem agroforestri yang ada dikelompokkan agar memudahkan untuk memahami, mengevaluasi dan mengembangkan agroforestri berdasarkan kriteria umum. Praktek-praktek agroforestri dibagi menjadi 3 kategori utama berdasarkan komponen agroforestri yaitu agrisilvicultural systems, silvopastural systems dan agrosilvopastoral systems (Nair termasuk
kategori
1993). Praktek-praktek agroforestri yang
agrisilvicultural
systems
memiliki
karakter
bahwa
komponennya adalah tanaman yang terdiri atas tanaman semusim, tanaman semak belukar, tanaman merambat dan pohon. Berbeda dengan agrisilvicultural systems, silvopastural systems memiliki karakter utama dengan komponen agroforestri adalah pohon, ternak dan atau binatang. Kategori yang terakhir, agrosilvopastoral systems, memiliki karakter utama komponen penyusunnya adalah pohon, tanaman semusim dan ternak atau binatang. Dalam bahasa Indonesia, kata agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks (De Forestra dan Michon 1997). Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Bentuk agroforetsri sederhana yang paling banyak dibahas di Jawa adalah tumpang sari atau taungya. Sedangkan sistem agroforestri kompleks
4
adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistemnya menyerupai hutan, contoh dari bentuk agroforestri kompleks adalah kebun dan agroforest.
2.2 Kebun Campuran De Foresta et al (2000) menyatakan bahwa berdasarkan jaraknya terhadap tempat tinggal sistem agroforetri kompleks dibedakan menjadi dua, yaitu kebun atau pekarangan berbasis pohon (home garden) yang letaknya di sekitar tempat tinggal dan agroforestri yang biasanya disebut “hutan” letaknya jauh dari tempat tinggal. Kebun atau pekarangan merupakan sistem bercocok tanam berbasis pohon yang paling terkenal di Indonesia selama berabad-abad. Kebun yang umum dijumpai di Jawa Barat adalah sistem pekarangan, yang diawali dengan penebangan dan pembakaran hutan atau semak belukar yang kemudian ditanami dengan tanaman semusim selama beberapa tahun (fase kebun). Pada fase kedua pohon buah-buahan (durian, pisang, dll) ditanam secara tumpang sari dengan tanaman semusim (fase kebun campuran). Pada fase ketiga beberapa tanaman asal hutan yang bermanfaat dibiarkan tumbuh sehingga terbentuk pola kombinasi tanaman asli setempat misalnya bambu, pepohonan lainnya dengan pohon buahbuahan (fase talun) (De Foresta et al 2000). Perubahan-perubahan yang terjadi pada ketiga fase (kebun/pekarangan, kebun campuran, talun) dapat dibedakan berdasarkan karakteristik untuk masingmasing fase (Wiersum 1982): a) Pekarangan (home gardens) merupakan bentuk penggunaan lahan di lahan milik yang berada di pekarangan rumah dengan pagar yang jelas dengan beberapa jenis pohon yang ditanam bersamaan dengan tanaman semusim dan tanaman tahunan dan seringkali dijumpai sedikit ternak. b) Kebun campuran (mixed gardens) merupakan bentuk penggunaan yang didominasi dengan tanaman tahunan kebanyakan pepohonan dan dibawahnya ditanami dengan tanaman tahunan.
5
c) Talun atau kebun (forest gardens) merupakan bentuk penggunaan lahan yang ditanami pepohonan atau pohon yang tumbuh sendiri dan terkadang ditanami pula dengan tanaman pangan tahunan.
2.3 Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) 2.3.1 Klasifikasi dan Penyebaran Sengon disebut jeungjing, albiso atau albasiah, dahulu mempunyai nama botani Albisia falcataria (L). Namun, sejak tahun 1983 nama botaninya diganti menjadi Paraserianhtes falcataria. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah yaitu jeunjing, jeunjing laut (Sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut atau sengon sebrang (Jawa), seia (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore) (Santoso 1992). Klasifikasi morfologi sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) ialah: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Sub Famili
: Mimosoidae
Genus
: Paraserianthes
Spesies
: Paraserianthes falcataria (L) Nielsen Sengon tumbuh secara alami di Sumatera, Jawa, Bali, Maluku, Papua
Nugini, Kepulauan Solomon, dan Australia. Sengon dapat tumbuh pada ketinggian 0-1600 m dpl, dan tumbuh pada tanah berpasir dan laterit dengan drainase yang cukup baik (Sutisna et al 1998). Sengon dapat beradaptasi dengan iklim monsoon dan lembab dengan curah hujan 200-2700 mm/th dengan bulan kering sampai 4 bulan dan dapat ditanam pada tapak yang tidak subur tanpa dipupuk, namun tidak dapat tumbuh subur pada lahan berdrainase jelek. Sengon termasuk spesies yang memerlukan cahaya dan salah satu spesies paling cepat tumbuh di dunia, karena mampu tumbuh 8 m dalam tahun pertama penanaman (Santoso 1992).
6
2.3.2 Deskripsi Botani Tinggi pohon sengon dapat tumbuh mencapai 30-45 m dengan tinggi batang bebas cabang 20 m dan diameter batang sekitar 70-80 cm. Pohon sengon tidak memiliki banir dengan kulit batang licin, berwarna kelabu muda, bulat agak lurus. Sengon memiliki tajuk yang bentuknya menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok, panjang daunnya dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8-15 pasang anak tangkai daun yang berisi 15-25 helai daun. Tanaman sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus ke dalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambut pada sengon berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, sehingga tanah di sekitar pohon sengon menjadi subur (Santoso 1992). Buah pada sengon berbentuk polong, pipih, tipis, lurus dan tidak bersekatsekat waktu muda berwarna hijau, berubah kuning sampai coklat setelah masak. Panjang buah sekitar 6-12 cm dan Setiap polong buah berisi 15-30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman, agak keras, dan berlilin. Jumlah benih sengon 40.000 butir/kg dengan daya berkecambah rata-rata 80%. Sengon mulai berbunga sejak umur 3 tahun, pada bulan Maret–Juni dan Oktober - Desember sengon berbunga dan pembuahan berlangsung sepanjang tahun terutama bulan Juli–September. Penyerbukan bunga pada sengon dibantu oleh angin atau serangga (lebah). Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5-1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina (Santoso 1992).
2.3.3 Teknik Silvikultur Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan biji. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik yaitu kulit bersih
7
berwarna coklat tua, ukuran benih maksimum, tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan bentuk benih masih utuh. Selain penampakan visual benih, perlu diperhatikan juga daya tumbuh dan daya hidupnya dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya caranya dengan mengupas benih tersebut (Santoso 1992). Benih sengon memiliki kulit luar yang sedikit keras, oleh karena itu, untuk mempercepat dan menyerempakkan perkecambahan, sebelum ditabur benih disiram air mendidih sebanyak 4 kali volume benih, lalu dibiarkan mendingin. Cara lain yang dapat dilakukan ialah benih direndam pada air mendidih 1-3 menit, diangkat dan direndam dalam air dingin selama 24 jam. Tujuan dari perendaman benih sengon adalah untuk memutuskan masa dorman dari benih sengon yang akan ditanam, sehingga sengon dapat segera tumbuh (Santoso 1992).
2.3.4 Pemanfaatan Berat jenis kayu sengon memiliki rata-rata 0,33, dan termasuk kelas awet IV-V, serta kelas kuat IV-V. Kayu sengon termasuk kayu yang ringan dan cocok untuk konstruksi ringan, meubel, bahan pengepak (rak botol, kotak cerutu, kotak rokok, dll), bahan korek api, alat musik mainan anak-anak, papan partikel, dan bahan pembuatan kertas. Selain itu, tanaman sengon kayunya dapat digunakan sebagai kayu bakar dan bahan pembuatan arang, sedangkan daun sengon dapat digunakan sebagai pakan ayam dan kambing (Sutisna et al 1998). Daun sengon mengandung protein, zat lemak, memosin, dan sebagainya, sehingga dapat bermanfaat sebagai pupuk hijau (Santoso 1992).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dan berlangsung sejak bulan Juni hingga Juli 2010. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lahan garapan petani kebun campuran dengan tanaman sengon umur berkisar 1-1,5 tahun dan 3 tahun. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah phiband (pita diameter), haga hypsometer, kompas, patok, tali rafia atau tambang, golok atau parang, tally sheet, spiracle densiometer, alat tulis, label kertas, lembar kuisioner, alat hitung, kamera digital, Microsoft office excel, program SExI-FS (Spatially Explicit Individualbased Forest Simulator). 3.3 Teknik Pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tehnik antara lain: a. Teknik Observasi Data primer dikumpulkan berdasarkan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Data pengukuran yang diambil berupa tinggi dan diameter tanaman sengon, tata ruang penggunaan lahan, persentase penutupan tajuk, dan proyeksi tajuk tanaman sengon. Data tentang pola kebun campuran diambil dengan mengadakan pengamatan langsung di lahan petani penggarap. b. Teknik Wawancara Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan petani pemilik lahan kebun campuran. Wawancara dilakukan dengan dua teknik yaitu wawancara secara terstruktur yang dilakukan menggunakan daftar kuisioner atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Selain itu, dilakukan juga wawancara bebas atau semi terstruktur yang dilakukan tanpa kuisioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan dengan penelitian. Kegiatan
9
wawancara menekankan pada penelusuran sejarah pengelolaan lahan yang meliputi tahapan pembangunan kebun campuran sampai dengan penerapan teknologi pada masing-masing pola kebun campuran. c. Pengumpulan data sekunder diambil dari instansi-instansi pemerintah yang terkait serta studi pustaka. 3.3.1 Pengambilan data dimensi tanaman pokok dan tata ruang penggunaan lahan Dimensi tanaman pokok yang diamati adalah tinggi dan diameter pohon. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik plot sampling pada masing-masing lahan kebun campuran petani yang dipilih secara purposive sampling yang artinya pengambilan sampel pada kebun campuran yang memiliki tanaman sengon dengan komposisi tanaman yang relatif banyak. Penentuan jumlah plot contoh dan jarak antar plot dilakukan secara purposive sampling, artinya disesuaikan dengan luas kebun campuran dan tanaman sengon yang memiliki komposisi tanaman yang relatif banyak. Tinggi pohon diukur menggunakan haga hypsometer, sedangkan diameter pohon diukur menggunakan pita diameter (phiband). Panjang dan lebar tajuk diukur dengan pita meter pada proyeksi tajuk tanaman yang diamati. Panjang tajuk merupakan tajuk terpanjang dari tanaman sengon yang diukur pada garis proyeksinya yang tegak lurus ke tanah. Lebar tajuk yang diukur adalah tajuk terlebar dari tanaman sengon yang garis proyeksinya tegak lurus dengan garis imajiner dari proyeksi tajuk terpanjang yang sudah diukur. Arah proyeksi tajuk juga diamati dengan menggunakan kompas, azimuth proyeksi tajuk yang diukur adalah penyimpangannya dari arah Utara. Pengukuran dilakukan dengan cara berdiri di bawah tajuk dan mengarahkan kompas pada arah proyeksi tajuk pohon. Data untuk tata ruang penggunaan lahan diperoleh dengan cara menentukan posisi tanaman dalam sumbu X dan sumbu Y. Penentuan tata ruang dilakukan dengan cara mengukur letak tanaman pada sumbu X dan sumbu Y dengan menggunakan pita meter.
10
3.3.2 Persentase penutupan tajuk Persentase penutupan tajuk diukur untuk menduga besarnya jumlah radiasi sinar matahari yang menembus sampai ke tanah. Radiasi sinar matahari ini penting
artinya
bagi
pertumbuhan
tanaman
khususnya
tanaman
yang
dibudidayakan di bawah tegakan sengon dan tanaman lainnya pada kebun campuran. Pendugaan penutupan cahaya matahari oleh tajuk tegakan ini dilakukan dengan menggunakan alat spiracle densiometer. Titik pengukuran pada masing-masing pola kebun campuran ditetapkan secara acak sebanyak 10 titik contoh yang tersebar merata pada lokasi yang dianggap mewakili. Pengamatan pada masing-masing titik dilakukan dengan cara meletakkan spiracle densiometer pada jarak 30-45 cm dari badan dengan ketinggian sejajar lengan. Masing-masing kotak dihitung persentase bayangan langit yang dapat tertangkap pada cermin dengan pembobotan. Terbuka penuh memiliki bobot 4 (100 %), bobot 3 (75 %), bobot 2 (50 %), bobot 1 (25 %), bobot 0 (tidak ada bayangan langit yang bisa dilihat). Data pengukuran masing-masing titik selanjutnya dijumlahkan dan merupakan nilai pada titik. Bobot rata-rata pada masing-masing pola kebun campuran dihitung dengan rumus:
Ti : Keterbukaan tajuk Tn : Bobot pada masing-masing titik pengukuran N
: Jumlah titik pengukuran
1,04: Faktor koreksi Persentase penutupan tajuk (T) pada masing-masing lokasi dihitung dengan rumus: T = 100-Ti. 3.3.3 Pengelolaan Lahan Kebun Campuran Data pengelolaan kebun campuran diperoleh dengan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan mewancarai pengelola kebun campuran mengenai sejarah terbentuknya kebun dan teknik pengelolaan yang dipakai pada kebun campuran.
11
3.4 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif terhadap parameter pertumbuhan sengon dengan pola kebun campuran yang dikembangkan dan tehnik pengelolaan. Sedangkan data tata ruang sumbu X dan sumbu Y disimulasikan dalam program SExI-FS (Spatially Explicit Individual-based Forest Simulator) untuk melihat penataan tata ruang dalam kebun campuran.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Biofisik Desa Karacak merupakan salah desa yang berada dalam wilayah kerja Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Karacak sebelah Utara berbatasan dengan Desa Barengkok, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulan, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karyasari, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pabangbon/Cibeber II. Desa Karacak terletak kurang lebih 5 km dari ibu kota Kecamatan Leuwiliang dan 42 km dari ibu kota Kabupaten Bogor (Desa Karacak 2009). Letak Desa Karacak dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Lokasi penelitian Desa Karacak
Curah hujan pada Desa Karacak yaitu 2.683 mm/tahun dengan jumlah bulan hujan sebanyak 9 bulan. Topografi di Desa Karacak berupa areal yang datar, bergelombang sampai berbukit/bergunung dengan ketinggian daerah sekitar 500-600 m dpl. Jenis tanah pada Desa Karacak berupa tanah Latosol berlempung liat dengan drainase agak baik (Desa Karacak 2009).
13
4.2 Tata Guna Lahan di Desa Karacak Desa Karacak mempunyai luas wilayah 710.723 ha yang meliputi tanah sawah irigasi setengah teknis 210.714 ha, tanah tegalan seluas 139.510 ha, tanah pemukiman seluas 36.236 ha, tanah perkebunan rakyat seluas 270.510 ha, dan tanah fasilitas umum yang terdiri dari tanah kas desa seluas 1 ha, lapangan seluas 1.390 ha, perkantoran pemerintah 0,90 ha dan lainnya seluas 42.606 ha. Desa Karacak memiliki potensi dalam menghasilkan tanaman pangan dan sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman perkebunan, dan tanaman penghasil kayu. Potensi kayu yang dihasilkan diperoleh dari beberapa jenis tanaman yaitu sengon (P. falcataria), kayu afrika (Maesopsis eminii), durian (Durio zibethinus), dan lain sebagainya (Desa Karacak 2009).
4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Jumlah penduduk Desa Karacak yaitu sebesar 10.576 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 5.165 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 5.411 jiwa. Penduduk Desa Karacak sebagian besar masih berusia muda dengan umur 1-10 tahun sebanyak 2.370 jiwa. Sebaran umur penduduk Desa Karacak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Sebaran umur penduduk Desa Karacak No
Umur Penduduk
1
0-12 bulan
213
2
1-10 tahun
2.370
3
11-20 tahun
2.348
4
21-30 tahun
1.333
5
31-40 tahun
1.486
6
41-50 tahun
1.705
7
51-58 tahun
961
8
59 tahun ke atas
160
Jumlah total Sumber : Desa Karacak (2009)
Jumlah (Orang)
10.576
14
Tingkat pendidikan di Desa Karacak tergolong masih rendah, hal ini dapat dilihat yaitu penduduk yang belum sekolah sebanyak 1.091 orang, pernah sekolah tetapi tidak tamat sebanyak 1.040 orang, tamat SD (sederajat) sebanyak 5.475 orang, tamat SLTP (sederajat) sebanyak 2.351 orang, tamat SLTA (sederajat) sebanyak 1.809 orang, tamat atau lulus D1 sebanyak 54 orang, tamat atau lulus D3 sebanyak 59 orang, dan tamat S1 sebanyak 51 orang. Lembaga pendidikan dan komponennya di Desa Karacak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Lembaga pendidikan di Desa Karacak No
Lembaga Pendidikan
Jumlah Unit
Jumlah Guru
Jumlah Murid
1
TK
2
5
74
2
SD
7
68
1.592
3
SLTP
2
27
471
4
SLTA
1
12
79
5
Lembaga Keagamaan
5
12
753
Sumber : Desa Karacak (2009)
Penduduk di Desa Karacak hampir semuanya menganut agama Islam, hanya terdapat 2 orang yang menganut agama Katholik. Desa Karacak memiliki sarana peribadatan yang terdiri dari 17 masjid, 39 langgar/surau/musholla, dan 29 majelis ta’lim. Mata pencaharian penduduk Desa Karacak yang terbesar yaitu petani. Data mata pencaharian penduduk Desa Karacak dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Mata pencaharian penduduk Desa Karacak No
Mata Pencaharian
Jumlah (Orang)
1
Petani
2
Buruh Tani
3
Buruh Swasta
4
Pegawai Negeri
5
Pengrajin
34
6
Pedagang
529
7
Montir
4
8
Bidan
2
9
Lain-lain
Sumber : Desa Karacak (2009)
1.998 148 1.145 198
639
15
Kebun campuran menjadi salah satu sumber penghidupan bagi penduduk setempat. Hasil kebun berupa buah, kayu dan tanaman semusim dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan subsisten dan juga menjadi produk-produk komersil yang diperdagangkan. Masyarakat Desa Karacak memiliki beberapa usaha ternak kambing dan domba yang merupakan aset ekonomi dan dapat dijual untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam kondisi khusus. Ketersediaan pakan ternak dipenuhi dari kebun campuran berupa rerumputan, daun ketela pohon, daun sengon, dan daun kayu afrika.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan Dimensi Tanaman Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen dan Tata Ruang Penggunaan Lahan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan tanaman sengon pada kebanyakan kebun campuran di Desa Karacak tidak direncanakan sebelumnya, kebanyakan tanaman sengon tumbuh secara alami pada kebun yang baru dibuka atau pada saat pergiliran tanaman pada kebun. Benih sengon diduga berasal dari pohon induk yang berada di sekitar kebun yang terbawa melalui bantuan angin, sehingga benih sengon dapat tumbuh di kebun tersebut. Pada penelitian dipilih kebun campuran yang terdapat tanaman sengon umur 1-1,5 tahun dan 3 tahun dengan komposisi yang relatif banyak dan luasan yang hampir sama. Pertumbuhan tanaman sengon umur 1-1,5 tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pertumbuhan dimensi tanaman sengon umur 1-1,5 tahun No
Kebun campuran
Rata-rata tinggi Tt (m)
Tbc (m)
Diameter (cm)
1
KC 1a
5,75
3,72
5,89
2
KC 2a
5,35
2,89
4,58
3
KC 3a
4,95
2,86
4,23
4
KC 4a
9,44
6,26
8,96
Keterangan : Tt = Tinggi total
Tbc = Tinggi bebas cabang
Komposisi yang beragam pada kebun campuran dapat menciptakan interaksi antar tanaman, tergantung dari jenis, jumlah, dan tata ruang pada lahan kebun campuran. Pada KC 1a memiliki komposisi tanaman yang terdiri atas : durian (Durio zibethinus), pete (Parkia speciosa), nangka (Artocarpus heterophyllus), manggis (Garcinia mangostana), pisang (Musa Sp.), talas (Colocasia giganteum). KC 2a memiliki komposisi tanaman yang terdiri atas : durian, pete, nangka, rambutan (Nephelium lappaceum), afrika (Maesopsis eminii), manggis, pisang, singkong. Pada KC 3a memiliki komposisi tanaman yang terdiri atas : durian, pete, jengkol (Archidendron pauciflorum), afrika,
17
manggis, pisang, kunyit (Curcuma longa), singkong (Manihot esculenta). Sedangkan pada kebun campuran yang terakhir yaitu KC 4a memiliki komposisi tanaman yang terdiri atas : durian, pete, jengkol, puspa, melinjo (Gnetum gnemon), manggis, pisang. Pertumbuhan dimensi tinggi total dan diameter pada KC 4a menunjukkan nilai yang terbesar dibandingkan dengan kebun campuran yang lainnya. Nilai ratarata tinggi total pada KC 4a sebesar 9,44 m dan rata-rata diameter sebesar 8,96 cm. Sedangkan nilai pertumbuhan tinggi total dan diameter terkecil ditunjukkan pada KC 3a, dengan rata-rata tinggi total sebesar 4,95 m dan rata-rata diameter sebesar 4,23 cm. Perbandingan rata-rata tinggi dan diameter dapat dilihat pada Gambar 2.
10 Rata-rata Diameter (cm)
Rata-rata Tinggi Total (m)
10 8 6 4 2 0 KC 1a
KC 2a
KC 3a
KC 4a
a
8 6 4
2 0 KC 1a
KC 2a
KC 3a
KC 4a
b
Gambar 2 Perbandingan pertumbuhan rata-rata P. falcataria umur 1-1,5 tahun (a) rata-rata tinggi total, (b) rata-rata diameter. Kebun campuran merupakan sistem agroforestri yang kompleks, karena terdapat berbagai komposisi jenis tanaman (pohon penghasil kayu, tanaman buah, tanaman semusim) yang dapat saling mempengaruhi dalam hal pertumbuhan satu sama lain. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan dari jumlah dan dimensi pohon, baik diameter maupun tinggi yang terdapat pada suatu tegakan. Pertumbuhan ke atas (tinggi) merupakan pertumbuhan primer (initial growth), sedangkan pertumbuhan ke samping (diameter) disebut pertumbuhan sekunder (secondary growth) (Davis dan Jhonson 1987). Pertumbuhan tanaman pada kebun campuran dapat dipengaruhi oleh asal usul induknya, manajemen pengelolaan, jarak tanam, komposisi tanaman, dan kesesuaian lahan tempat tumbuh serta lingkungan sekitarnya. Sistem kebun campuran yang terdiri dari berbagai
18
komposisi jenis tanaman menyebabkan setiap jenis tanaman dapat mengubah lingkungannya dengan caranya sendiri (Hairiah et al 2002). Sebagai contoh, jenis tanaman yang bercabang banyak dan rimbun akan menaungi tanaman lain di sekitarnya dan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Proses yang terjadi antar tanaman dapat bersifat menguntungkan (interaksi positif) maupun merugikan (interaksi negatif), sehingga antar tanaman dapat saling mempengaruhi pertumbuhan satu sama lain. Pertumbuhan dimensi tanaman sengon pada umur 1-1,5 tahun yang baik terdapat pada KC 4a, diduga karena faktor asal benih, kesuburan lokal, tindakan manajemen pengelolaan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa asal usul benih berasal dari pohon induk yang berada di sekitar kebun, yang kemudian tumbuh secara alami pada kebun. Benih sengon yang tumbuh pada kebun campuran diduga merupakan benih dari pohon induk yang cukup baik daripada benih sengon pada kebun campuran lainnya, karena penampilan suatu pohon (fenotipe) dipengaruhi oleh potensi genetik yang dimiliki oleh individu tersebut dan kondisi lingkungan dimana tanaman tersebut ditanam (Zobel dan Talbert 1984). Pada pola KC 4a sebelum ditanami sengon, KC 4a merupakan kebun kopi yang kemudian ditebang dan dibakar, setelah itu diberi pupuk kandang ayam. Hasil pembakaran kebun sebelumya dan pemberian pupuk kandang ayam pada kebun diduga memberikan nutrisi yang cukup pada kebun tersebut, sehingga pertumbuhan sengon lebih baik daripada kebun yang lainnya. Selain itu, komposisi pohon yang menaungi tanaman sengon pada KC 4a hanya sedikit, sehingga memungkinkan tanaman sengon untuk mendapatkan cahaya mahahari dalam jumlah yang cukup. Pada KC 3a menunjukkan pertumbuhan dimensi tanaman sengon paling rendah dibandingkan kebun campuran yang lainnya. Hal ini diduga pengaruh asal benih, kesuburan lokal, tindakan manajemen pengelolaan dan interaksi yang ada pada kebun tersebut bersifat negatif. Jarak tanam yang rapat antar tanaman sengon dan tanaman sengon dengan tanaman lainnya pada kebun membuat persaingan dalam hal nutrisi, air, dan cahaya semakin tinggi, sehingga diduga membuat pertumbuhan beberapa tanaman sengon terhambat. Adanya naungan dari pohonpohon yang besar seperti pete dan durian menjadikan tanaman sengon pada KC 3a
19
banyak yang ternaungi dan menyebabkan persaingan dalam memperoleh cahaya cukup tinggi. Sitompul (2002) menyatakan bahwa salah fungsi utama dari cahaya pada pertumbuhan tanaman adalah untuk menggerakkan proses fotosintesis dalam pembentukkan karbohidrat.
Karbohidrat
mempunyai arti penting dalam
pertumbuhan tanaman, terlihat jelas dalam komposisi bahan kering total tanaman yang sebagian besar (85-90%) terdiri dari bahan (senyawa) karbon, kegunaan karbohidrat dalam pertumbuhan tanaman tidak hanya sebagai bahan penyusun struktur tubuh tanaman, tetapi juga sebagai sumber energi metabolisme yaitu energi yang digunakan untuk mensintesis dan memelihara biomassa tanaman. Tanaman sengon merupakan tanaman yang menyukai sinar matahari yang jatuh secara langsung (Santoso 1992), sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan cahaya yang cukup. Tingkat persaingan dalam hal nutrisi, air, dan cahaya tergantung dari jarak tanam dan pengaturan tata ruang dalam kebun. Interaksi pada kebun campuran dapat terjadi karena adanya berbagai spesies pohon dengan jarak tanam yang tidak teratur dan fase perkembangan tanaman yang berbeda. Sumber nutrisi, air, dan cahaya yang terbatas pada suatu lahan, menyebabkan tanaman yang kondisi tempat tumbuhnya tidak menguntungkan menjadi terhambat pertumbuhannya. Pengaturan tata ruang penggunaan lahan harus direncanakan sebaik mungkin, agar pertumbuhan tanaman yang diusahakan dapat lebih baik. Pada kebun campuran di Desa Karacak, tanaman sengon tumbuh alami di kebun campuran, sehingga perencanaan tata ruang pada kebun belum dipersiapkan sebelumnya. Beberapa tanaman sengon pada kebun campuran yang ternaungi terhambat pertumbuhannya, dan juga pengaturan jarak tanam yang cukup rapat menyebabkan beberapa tanaman sengon terhambat pertumbuhannya. Rapatnya jarak tanam sengon pada kebun campuran dapat menyebabkan persaingan dalam memperoleh nutrisi dan air cukup ketat. Pengaturan tata ruang pada kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun dapat dilihat pada Gambar 3.
20
a
c
b
d
Keterangan :
Gambar 3 Tata ruang kebun campuran P. falcataria umur 1-1,5 tahun (a) KC 1a, (b) KC 2a, (c) KC 3a, (d) KC 4a.
Tanaman sengon merupakan tanaman fast growing species, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk memanen hasil kayunya dan pada umumnya sudah dapat dipanen saat berumur 5 tahun. Pertumbuhan dimensi pada tanaman sengon umur 3 tahun dapat dilihat pada Tabel 5.
21
Tabel 5 Pertumbuhan dimensi tanaman sengon umur 3 tahun No
Kebun campuran
Rata-rata Tinggi Tt (m)
Tbc (m)
Diameter (cm)
1
KC 1b
9,66
6,98
10,58
2
KC 2b
11,72
8,42
16,11
3
KC 3b
12,60
8,00
15,90
4
KC 4b
11,83
5,75
14,82
Keterangan : Tt = Tinggi total
Tbc = Tinggi bebas cabang
Komposisi pada kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun cukup bervariasi, pada KC 1b terdiri atas : durian, pete, jambu biji (Psidium guajava), rambutan, menteng (Baccaurea racemosa), melinjo, kemang (Mangifera kemanga), manggis, duku (Lansium domesticum), pisang. Pada KC 2b memiliki komposisi tanaman yang terdiri atas : nangka, melinjo, rambutan, manggis, duku, pisang. Pada KC 3b memiliki komposisi yang lebih sedikit dibandingkan pola lainnya, karena hanya terdiri atas : pete, afrika, melinjo, manggis, pisang, singkong. Sedangkan pada KC 4b memiliki komposisi yang cukup banyak. Tanaman yang ada pada KC 4b yaitu durian, nangka, puspa, mahoni (Swietenia macrophylla), cempedak (Artocarpus champeden), jengkol (Archidendron pauciflorum), pisang, singkong, kapulaga (Amomum kepulaga), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit. Pertumbuhan dimensi tinggi total pada KC 3b menunjukkan nilai yang terbesar yaitu sebesar 12,6 m dibandingkan dengan kebun campuran yang lain. Terdapat tiga faktor lingkungan dan satu faktor genetik (intern) yang sangat nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi yaitu kandungan nutrien mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta keseimbangan sifat genetik antara pertumbuhan tinggi dan diameter suatu pohon (Davis dan Jhonson 1987). Perbedaan naungan pada kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini berkaitan langsung dengan intensitas, kualitas dan lama penyinaran cahaya yang diterima untuk tanaman melaksanakan proses fotosintesis. Pertumbuhan dimensi tinggi yang cukup tinggi pada KC 3b ini diduga, karena asal benih sengon berasal dari pohon induk yang cukup baik, selain itu komposisi pada KC 3b tidak terlalu
22
banyak sehingga interaksi yang bersifat negatif dapat dikurangi, terutama dalam persaingan cahaya. Tidak adanya naungan yang menaungi tanaman sengon membuat pertumbuhan sengon cukup baik, selain itu jarak tanam yang tidak terlalu rapat (± 2 m x 2 m) antar tanaman sengon dan tanaman sengon dengan tanaman lainnya, diduga dapat mengurangi persaingan air, cahaya, dan nutrisi antar tanaman di dalam kebun. Sebelum ditanam sengon, KC 3b merupakan kebun palawija, yang kemudian ditebang dan dibakar, setelah itu diberi pupuk kandang kambing. Hasil pembakaran kebun sebelumnya dan pemberian pupuk kandang kambing pada kebun diduga memberikan nutrisi yang cukup pada kebun tersebut, sehingga pertumbuhan tinggi sengon cukup baik daripada kebun campuran yang lainnya. Pertumbuhan diameter sengon terbesar terdapat pada KC 2b dengan nilai sebesar 16,11 cm. Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan tinggi telah terpenuhi. Besarnya pertumbuhan diameter sengon diduga pengaruh asal benih, kesuburan lokal, dan jarak tanam yang cukup lebar. Jarak tanam yang cukup lebar antar tanaman sengon yaitu lebih dari 2 m x 2 m pada KC 2b diduga dapat mengurangi persaingan antar tanaman, terutama dalam hal air, cahaya dan nutrisi. Pada KC 1b menunjukkan pertumbuhan dimensi tinggi total dan diameter yang terendah dibandingkan dengan kebun campuran yang lainnya. Nilai tinggi total pada KC 1b sebesar 9,88 m dengan diameter sebesar 10,58 cm. Hal ini diduga pengaruh asal benih, kesuburan lokal, tindakan manajemen pengelolaan dan interaksi yang ada pada kebun tersebut bersifat negatif. Simorangkir (2000) menyatakan bahwa pengaruh cahaya terhadap pembesaran sel dan diferensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun serta batang. Adanya kombinasi tanaman sengon yang ditanam di bawah pohon-pohon yang besar seperti pete dan durian menjadikan tanaman sengon pada pola KC 1b banyak yang ternaungi dan menyebabkan kompetisi cahaya cukup tinggi. Selain itu, jarak tanam yang terlalu rapat, sekitar 0,5 m x 0,5 m sampai 1 m x 1 m antar tanaman, terutama antar tanaman sengon diduga menghambat pertumbuhan tanaman sengon. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi tanaman yaitu
23
semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan tinggi tanaman. Hal ini disebabkan karena dengan besarnya kerapatan, berarti tanaman yang tumbuh cukup banyak pada ruang yang terbatas dan saling berkompetisi untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya terbatas. Perbandingan ratarata tinggi dan diameter dapat dilihat pada Gambar 4.
10 Rata-rata Diameter (cm)
Rata-rata Tinggi Total (m)
15 10 5 0 KC 1b
KC 2b
KC 3b
KC 4b
8 6 4 2 0
a
KC 1a
KC 2a
KC 3a
KC 4a
b
Gambar 4 Perbandingan pertumbuhan rata-rata P. falcataria umur 3 tahun (a) rata-rata tinggi total, (b) rata-rata diameter. Penataan tata ruang dalam suatu lahan sangat penting, karena berkaitan dengan jumlah dan jenis tanaman yang dapat ditanam pada suatu luasan lahan tertentu.
Pada
kebun
campuran
memiliki
pola-pola
tertentu
dalam
mengkombinasikan komposisi tanaman dalam satu ruang dan waktu. Pola yang ada diharapkan tidak terjadi interaksi negatif antar komposisi tanaman pada kebun campuran. Interaksi negatif yang terjadi bisa berupa kompetisi yang tidak sehat dalam memperebutkan nutrisi, cahaya matahari, air, dan ruang tumbuh. Kompetisi yang terjadi mengakibatkan salah satu tanaman bisa tertekan bahkan mati karena pengaruh tanaman lainnya. Tajuk pohon yang terlalu lebar menyebabkan cahaya matahari tidak sampai ke strata di bawahnya yang menjadi tempat tumbuh tanaman pertanian. Penataan tata ruang pada kebun campuran sengon umur 3 tahun dapat dilihat pada Gambar 5.
24
a
b
c
d
Keterangan :
Gambar 5
Tata ruang kebun campuran P. falcataria umur 3 tahun (a) KC 1b, (b) KC 2b, (c) KC 3b, (d) KC 4b.
Hasil penelitian tanaman sengon pada kebun campuran di Desa Karacak dapat dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman sengon yang ditanam monokultur di Jawa Barat yang baik pertumbuhannya. Pertumbuhan tanaman sengon yang ditanam monokultur di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 6.
25
Tabel 6
Rata-rata pertumbuhan tanaman sengon yang ditanam monokultur di daerah Jawa Barat Rata-rata tinggi Umur Tanaman Diameter (cm) Tt (m) Tbc (m) 9 bulan
5,00
1,60
3,50
2 tahun
13,10
5,80
15,03
3 tahun
13,70
5,60
20,89
4 tahun
16,90
7,10
27,01
Sumber : Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, (1990).
Riap pertumbuhan diameter sengon yang baik yaitu sekitar 7 cm per tahunnya. Sedangkan untuk tinggi dapat mencapai 8 m dalam tahun pertama penanamannya (Hidayat 2002). Pada tanaman sengon kisaran umur 1-1,5 tahun bila dibandingkan dengan Tabel 6, pertumbuhan pada KC 1a, 2a, dan 3a kurang baik, karena memiliki selisih tinggi dan diameter yang cukup besar. Pada KC 4a memilki pertumbuhan tinggi sebesar 9,44 m dan bila dibandingkan dengan Tabel 6 pertumbuhan pada KC 4a cukup baik. Namun, pertumbuhan diameter pada KC 4a tidak terlalu baik bila dibandingkan dengan Tabel 6 karena hanya sebesar 8,96 cm. Pada tanaman sengon kisaran umur 3 tahun bila dibandingkan dengan Tabel 6, KC 1b, 2b, dan 4b rata-rata pertumbuhan sengon di dalam kebun kurang baik karena pertumbuhan tinggi dan diameter memiliki selisih yang cukup jauh. Bila dibandingkan dengan Tabel 6 pertumbuhan tinggi pada KC 3b cukup baik, karena pertumbuhan tinggi pada KC 3b sebesar 12,6 m. Namun pertumbuhan diameter pada pola KC 3b kurang baik bila dibandingkan dengan Tabel 6, karena diameter pada KC 3b hanya 15,9 cm. 5.2 Persentase Penutupan Tajuk Tinggi tanaman semusim biasanya lebih rendah daripada pohon. Hal ini menyebabkan pohon dapat menciptakan naungan, sehingga menurunkan jumlah cahaya yang dapat digunakan tanaman semusim untuk pertumbuhannya. Cahaya adalah salah satu faktor utama yang mengendalikan sistem agroforestri untuk menjalankan fungsinya. Tanaman sela atau semusim dapat diusahakan di antara pohon apabila cahaya cukup tersedia. Tanaman semusim tidak akan berproduksi
26
bila pohon menaungi penuh, walaupun perbaikan kesuburan tanah telah diusahakan semaksimal mungkin (Sitompul 2002). Aspek fotosintesis merupakan proses yang memanfaatkan energi cahaya matahari untuk membentuk karbohidrat dari karbondioksida dan air serta melepaskan oksigen sebagai hasil sampingan (Taiz dan Zeiger 2002). Pengaruh dari radiasi matahari pada pertumbuhan tanaman dapat dilihat sangat jelas pada tanaman yang tumbuh di bawah naungan. Pertumbuhan tanaman di bawah naungan semakin terhambat bila tingkat naungan semakin tinggi (Sitompul 2002). Analisis intersepsi cahaya pada sistem agroforestri menjadi sangat kompleks dengan variasi struktur keragaman bentuk kanopi yang sangat besar secara horizontal dan vertikal. Hal ini berkaitan dengan perbedaan dalam atribut tanaman yang berkaitan dengan intersepsi cahaya yaitu (i) ukuran, bentuk, dan orientasi daun, (ii) distribusi daun dalam tajuk, (iii) lebar tajuk, (iv) tinggi tanaman yang timbul akibat adanya perbedaan kombinasi spesies tanaman (pohon dan tanaman semusim), pola penanaman (jarak tanam), dan waktu tanam (Sitompul 2002). Perbedaaan tinggi tanaman, daun, lebar tajuk, dan jarak tanam menciptakan kondisi naungan yang bervariasi bagi tanaman semusim dan cahaya yang dapat dimanfaatkan bagi tanaman yang ternaungi. Hasil penelitian yang dilakukan di kebun campuran di Desa Karacak pada kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun menunjukkan perbedaaan persentase penutupan tajuk pada tiap-tiap kebun campuran. Persentase penutupan tajuk pada masing-masing kebun campuran dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Rata-rata ukuran tajuk dan persentase penutupan tajuk pada 4 (empat) kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun di Desa Karacak Jumlah Jumlah Rata-rata Rata-rata Persentase Kebun tanaman pohon panjang tajuk lebar tajuk penutupan campuran sengon lain (m) (m) tajuk (%) KC 1a 36 4 2,04 1,14 23,47 KC 2a 20 22 2,04 1,08 23,83 KC 3a
86
6
1,83
1,10
25,78
KC 4a
56
5
2,50
1,30
34,99
27
Kebun campuran pada KC 4a diduga memiliki persentase penutupan tajuk sebesar 34,99%, Sehingga persentase cahaya yang dapat dimanfaatkan tanaman di bawahnya sebesar 65,01%. Rapatnya jarak tanam, tajuk yang cukup besar dan tidak adanya perlakuan pemangkasan yang dilakukan pada tanaman sengon atau pohon yang lain diduga menjadi faktor tingginya persentase penutupan tajuk dibandingkan dengan kebun campuran yang lainnya. Luas areal ternaungi dalam sistem agroforestri sangat tergantung kepada lebar lahan dan lebar baris pohon yang tertutupi oleh tajuk (Suryanto et al 2005). Persentase penutupan tajuk pada kebun campuran yang lainnya satu sama lain tidak berbeda jauh. Pada KC 1a persentase penutupan tajuknya sebesar 23,47%, KC 2a sebesar 23, 83%, dan KC 3a sebesar 25,78%. Pada KC 1a di selasela tanaman sengon ditanam tanaman talas dan tanaman buah lainnya, sehingga dilakukan pemangkasan agar talas mendapatkan cahaya yang cukup, selain itu faktor panjang dan lebar tajuk yang cukup kecil pada tanaman sengon di dalam kebun membuat persentase penutupan tajuk tidak terlalu besar. Manfaat daun tanaman sengon yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan ternak, membuat para pemilik ternak mengambil daun tanaman sengon pada cabang, diduga hal ini yang menjadi faktor kecilnya persentase penutupan tajuk pada KC 2a dan 3a. Perbedaan persentase penutupan tajuk pada masing-masing kebun dapat dilihat
Penutupan Tajuk (%)
pada Gambar 6.
35 30 25 20 15 10 5 0 KC 1a
KC 2a
KC 3a
KC 4a
Gambar 6 Perbandingan persentase rata-rata penutupan tajuk pada kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun.
28
Pada tanaman sengon umur 3 tahun penutupan tajuk cukup besar dibandingkan umur 1-1,5 tahun. Tanaman sengon umur 3 tahun memiliki tajuk yang cukup besar, sehingga persentase naungan tanaman sengon terhadap tanaman yang berada di bawahnya cukup besar. Persentase penutupan tajuk pada masing-masing kebun campuran dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rata-rata ukuran tajuk dan persentase penutupan tajuk pada 4 (empat) kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun di Desa Karacak Jumlah Jumlah Rata-rata Rata-rata Persentase Kebun tanaman pohon panjang tajuk lebar tajuk penutupan campuran sengon lain (m) (m) tajuk (%) KC 1b 81 13 3,18 1,78 35,86 KC 2b
15
16
2,67
1,53
24,84
KC 3b
18
10
3,67
1,86
24,80
KC 4b
18
2
4,36
2,25
27,84
Persentase penutupan tajuk pada KC 1b cukup tinggi, diduga persentase penutupan tajuk sebesar 35,86% sehingga persentase cahaya yang dapat dimanfaatkan tanaman di bawahnya sebesar 64,14%. Besarnya persentase penutupan tajuk ini diduga karena rapatnya jarak tanam dan adanya pohon-pohon besar lainnya seperti durian. Perbedaan Persentase penutupan tajuk pada masingmasing pola kebun dapat dilihat pada Gambar 7.
Penutupan Tajuk (%)
40
30 20 10 0 KC 1a
KC 2a
KC 3a
KC 4a
Gambar 7 Perbandingan persentase rata-rata penutupan tajuk pada kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun.
29
Pada KC 2b dan 3b menunjukkan persentase penutupan tajuk yang cukup kecil dibandingkan dengan yang lainnya. Pada KC 2b menunjukkan persentase penutupan tajuk diduga mencapai 24,84% dan KC 3b sebesar 24,80%. Kecilnya persentase pentupan tajuk diduga karena kecilnya bentuk tajuk dan sedikitnya pohon besar yang menaungi tanaman di sekitarnya. Kerapatan tajuk menjadi perhatian penting dalam pemanfaatan ruang lahan. Tajuk yang rapat merupakan kompetitor dominan dalam mendapatkan cahaya matahari, akibatnya tanaman lain di strata bawahnya tumbuh kurang optimal, tertekan, bahkan bisa mati (Mahendra 2009). Hairiah et al (2000) menyatakan bahwa adanya pemangkasan tajuk tanaman menyebabkan berkurangnya aktivitas akar, bila tajuk tanaman telah tumbuh kembali akan diikuti pula oleh pertumbuhan akar-akar baru. Tajuk melalui proses fotosintesis menyediakan karbohidrat untuk akar dan akar menyerap air dan hara dari dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan tajuk. 5.3 Pengelolaan Lahan Kebun Campuran Hasil penelitian dan wawancara dengan para petani tentang pengelolaan kebun campuran menunjukkan bahwa luas dan kepemilikan lahan kebun campuran bervariasi. Lahan yang digunakan untuk kebun campuran merupakan lahan milik pribadi atau milik orang lain (saudara) yang dikelola atau digarap. Data tentang status kepemilikan lahan kebun campuran tanaman sengon umur 11,5 tahun dan 3 tahun disajikan pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9 Data status kepemilikan lahan pada kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun Luas lahan garapan (m2) 500
No
Kebun campuran
Status kepemilikan lahan
1
KC 1a
2
KC 2a
500
3
KC 3a
10.000
Penggarap
4
KC 4a
8.000
Penggarap
Milik sendiri Milik sendiri
30
Tabel 10 Data status kepemilikan lahan pada kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun No
Kebun campuran
1
KC 1b
Luas lahan garapan (m2) 7.500
2
KC 2b
800
Penggarap
3
KC 3b
500
Milik sendiri
4
KC 4b
20.000
Milik sendiri
Status kepemilikan lahan Penggarap
Tanaman yang dikelola di lahan pada masing-masing kebun bervariasi komposisinya, mulai dari tanaman penghasil kayu, buah, tanaman obat, dan tanaman semusim lainnya. Tanaman penghasil kayu yang ada yaitu sengon, kayu afrika, puspa, sedangkan tanaman penghasil buah yang bisa dijadikan penghasil kayu yang ada yaitu durian, pete, jengkol, nangka, melinjo, nangka, dan rambutan. Berdasarkan hasil wawancara komposisi tanaman pada kebun tidak direncanakan sebelumnya. Para petani menanam tanaman pada kebunnya tergantung dengan kondisi kebun dan ketersediaan bibit yang ada. Bibit yang dipakai untuk ditanam pada kebun umumnya disemai sendiri ataupun memang sudah tumbuh secara alami pada kebun karena faktor pembawa angin ataupun trubusan pohon yang telah ditebang. Akibat tidak adanya perencanaan dalam pembentukkan kebun membuat tanaman sengon tidak memiliki jarak tanam yang sama. Jarak tanam pada tanaman sengon cukup bervariasi antar kebun, mulai dari yang rapat sampai yang tidak rapat. Tidak adanya perencanaan dalam pengaturan jarak tanam diduga penyebab terjadinya interaksi negatif pada tanaman yang ditanam rapat. Interaksi negatif yang terjadi berupa kompetisi dalam memperoleh air, cahaya, dan nutrisi, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman sengon. Hasil wawancara tentang teknik penanaman tanaman sengon umur 1-1,5 tahun dan umur 3 tahun yang dilakukan petani pada masing-masing kebun campuran disajikan pada Tabel 11 dan pada Tabel 12.
31
Tabel 11 Teknik penanaman tanaman sengon umur 1-1,5 tahun pada beberapa kebun campuran di Desa Karacak
1
Kebun Campuran KC 1a
Jarak Tanam Disesuaikan
Ukuran Lubang Tanam Secukupnya
2
KC 2a
Disesuiakan
Secukupnya
3
KC 3a
Disesuaikan
Secukupnya
4
KC 4a
Disesuaikan
Secukupnya
No
Keterangan Dipupuk dasar (kandang) Dipupuk dasar (kandang)
Tabel 12 Teknik penanaman tanaman sengon umur 3 tahun pada beberapa kebun campuran di Desa Karacak No
Pola Kebun Campuran
Jarak Tanam
Ukuran Lubang Tanam
1
KC 1b
Disesuaikan
Secukupnya
2
KC 2b
Disesuaikan
Secukupnya
3
KC 3b
Disesuaikan
Secukupnya
4
KC 4b
Disesuaikan
Secukupnya
Keterangan Dipupuk dasar (kandang) Dipupuk dasar (kandang) Dipupuk dasar (kandang) Dipupuk dasar (kandang)
Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa ukuran lubang untuk tanaman sengon umur 1-1,5 tahun disesuaikan dengan keadaan semai, karena tanaman sengon yang ada tumbuh secara alami pada kebun campuran dan apabila terlalu rapat akan dipindahkan ke tempat lain pada lahan kebun dengan ukuran secukupnya. Pemberian pupuk untuk tanaman sengon hanya diberikan pada awal tanam saja, karena berdasarkan hasil wawancara para petani beranggapan bahwa tanaman sengon dapat mencari nutrisi di sekitarnya dengan sendirinya. Seperti halnya tanaman sengon umur 1-1,5 tahun, tanaman sengon umur 3 tahun tidak memiliki jarak tanam yang pasti dan juga diberi pupuk kandang pada awal pembukaan lahan kebun ataupun pada awal penanaman. Pengaturan ruang tumbuh dan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman sengon. Tanaman sengon yang terlalu rapat akan terhambat pertumbuhannya akibat persaingan air, cahaya, dan nutrisi. Pengaturan ruang tumbuh yang baik akan memberikan ruang yang cukup untuk tanaman sengon tumbuh dengan baik. Pengaturan ruang tumbuh pada KC 3a yang
32
menanam tanaman sengon di bawah naungan pohon yang cukup besar, diduga membuat pertumbuhan tanaman sengon terhambat, karena sengon termasuk tanaman yang menyukai atau memerlukan cahaya yang cukup banyak dalam pertumbuhannya. Selain itu, jarak tanam pada KC 3a
yang terlalu rapat
menyebabkan interaksi negatif antar tanaman sengon ataupun tanaman lain di sekitarnya. Pertumbuhan tanaman sengon sangat tergantung dengan pemeliharaaan yang dilakukan. Kegiatan pemeliharaan dapat berupa pemupukan, pendangiran, penyiangan, pemangkasan, penjarangan, pemberatasan hama dan penyakit. Untuk pemupukan tanaman sengon hanya diberi pupuk pada awal tanam saja. Pengaruh pemupukan pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman sengon pada KC 4a yaitu pertumbuhannya lebih baik dibandingkan kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun lainnya, karena dalam pembukaaan lahan kebun dibakar dan diberi pupuk kandang. Pengaruh pembakaran dan pemberian pupuk kandang yang cukup diduga memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sengon. Pertumbuhan tanaman sengon yang kurang baik pada KC 3a diduga karena pengaruh tindakan pengelolaan yaitu pemupukan. Pada KC 3a, tanaman sengon tidak diberi pupuk dasar pupuk kandang, hal ini diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sengon yang lebih kecil dibandingkan kebun lainnya. Kegiatan pemeliharaan selanjutnya yaitu penyiangan gulma. Gulma dapat menciptakan persaingan dengan tanaman di sekitarnya. Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat faktor, yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma, tingkat cekaman air dan hara, serta spesies gulma. Populasi gulma dapat dikurangi dengan melakukan penyiangan. Kegiatan penyiangan pada semua kebun campuran waktunya tidak tentu, petani melakukan penyiangan apabila dirasakan gulma yang ada cukup banyak. Selain itu, alasan dilakukannya penyiangan yaitu apabila memerlukan pakan untuk ternak, maka gulma di dalam kebun akan dibersihkan. Alat yang digunakan untuk penyiangan pada semua kebun hampir sama yaitu menggunakan arit atau parang, namun pada KC 2b menggunakan mesin pemotong rumput. Kegiatan pemeliharaan selanjutnya yaitu pendangiran. Dari hasil wawancara, untuk tanaman sengon tidak pernah dilakukan pendangiran. Pendangiran hanya dilakukan pada awal penanaman
33
hingga sengon berumur 3 bulan. Pendangiran bisa membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama perbaikan siklus udara. Tanah-tanah yang diolah menyebabkan tata udara menjadi lebih baik sehingga penghancuran bahan organik berlangsung cepat (Hardjowigeno 2003). Pemangkasan merupakan kegiatan pemeliharaan untuk mendapatkan tanaman yang tinggi bebas cabangnya cukup tinggi dari tinggi total atau menciptakan ruang cahaya untuk tanaman di bawahnya. Sudomo et al (2007) menyatakan bahwa pemangkasan cabang menurut para ahli silvikultur merupakan upaya untuk menghasilkan batang tanpa cacat mata kayu (knot), sehingga meningkatkan kualitas batang. Pemangkasan yang terjadi pada kebun campuran hanya dilakukan pada tanaman sengon umur 6 bulan hingga berumur 1-1,5 tahun, karena terkait dengan ketinggian yang dapat dicapai untuk pemangkasan. Pemangkasan terjadi karena untuk menciptakan ruang cahaya masuk untuk tumbuhan di bawahnya, seperti pada KC 1a yang memangkas sengon untuk pertumbuhan talas. Selain itu, pemangkasan dilakukan terkait dengan kegunaan daun sengon untuk pakan ternak, para pemilik ternak mengambil beberapa cabang tanaman sengon untuk diambil daunnya. Kecilnya persentase naungan tanaman sengon umur 1-1,5 tahun dibandingkan dengan umur 3 tahun, diduga karena perlakuan pemangkasan yang dilakukan pada tanaman sengon umur 1-1,5 tahun dan kecilnya tajuk pada tanaman sengon. Tinggi tanaman sengon umur 3 tahun yang mencapai 10 meter ke atas menjadi faktor penyebab para petani tidak melakukan pemangkasan, karena terkait teknologi yang dapat dipakai untuk memangkas cabang pada ketinggian hingga 10 meter ke atas. Penjarangan pada tanaman sengon dilakukan untuk memberikan ruang pertumbuhan yang baik bagi tegakan selanjutnya. Penjarangan dimulai setelah tanaman berumur 3 tahun. Penjarangan dilakukan terutama untuk pohon-pohon yang tertekan, terserang hama dan penyakit, batang pokok bengkok, menggarpu, bercabang banyak. Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa hanya pada KC 2b dilakukan penjarangan. Penjarangan pada KC 2b dilakukan karena tanaman sengon pada KC 2b terserang hama boktor (Xystrocera festiva). Salah satu cara mencegah perkembangan hama boktor tersebut yaitu dengan menebang dan memusnahkan tanaman sengon yang terserang, agar tidak menular ke pohon
34
lainnya. Tanaman sengon pada KC 3b dan 4b tidak pernah dilakukan penjarangan, karena mereka menganggap tanaman sengon yang ada jarak tanamnya cukup lebar. Sama halnya dengan tanaman sengon pada KC 3b dan 4b, pada KC 4b juga tidak pernah melakukan penjarangan, namun pada KC 4b tanaman sengon ditanam dengan jarak tanam yang cukup rapat. Alasan tidak dilakukannya penjarangan pada KC 4b ialah apabila dilakukan penjarangan maka pada saat pemanenan, pohon yang akan dipanen akan berkurang. Hal ini diduga penyebab kecilnya tinggi dan diameter tanaman sengon umur 3 tahun pada KC 4b dibandingkan dengan kebun lainnya, karena persaingan air, cahaya, dan nutrisi yang
cukup
ketat,
sehingga
menyebabkan
beberapa
tanaman
sengon
pertumbuhannya terhambat. Pola tanam campuran memiliki keuntungan diantaranya dapat menekan terserangnya hama dan penyakit. Dari hasil wawancara belum ada kejadian hama atau penyakit yang menyerang tanaman sengon secara besar-besaran. Hama yang ada pada tanaman sengon umur 1-1,5 tahun berupa ulat pemakan daun, yang hanya menyerang beberapa tanaman sengon di dalam kebun. Para petani mencegah pertumbuhan ulat tersebut dengan cara menyemprot pestisida Rifcord dengan takaran 1 tutup botol (3-4 ml) yang dilarutkan dengan 10 liter air, cara pencegahan lainnya ialah dengan membunuh ulat yang ditemui pada kebun. Hama yang menyerang tanaman sengon umur 3 tahun yaitu boktor. Penyerangan hama boktor hanya terjadi pada KC 2b, diduga karena kombinasi tanaman pada KC 2b yang sedikit menjadi faktor berkembangnya hama boktor secara hebat pada KC 2b. Pohon yang terserang hama boktor pada KC 2b diatasi dengan cara menebang dan memusnahkan pohon yang terserang hama boktor. Semakin banyak kombinasi tanaman, semakin banyak alternatif ulat atau hama lainnya untuk mencari sumber makanan. Tidak adanya serangan hama yang hebat pada kebun yang lain, diduga karena banyaknya komposisi tanaman yang terdapat kebun tersebut. Banyaknya alternatif makanan, membuat tanaman sengon tidak diserang hama secara besar-besaran. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan sengon sangat dipengaruhi oleh sistem pemeliharaan yang dilakukan. Kendala masyarakat atau petani dalam menentukan pemeliharaan yaitu biaya, terutama sengon yang ditanam secara
35
monokultur. Pola tanam dengan kebun campuran memberikan keuntungan yaitu dari segi ekologi dan ekonomi. Dari segi ekologi, keuntungan kebun campuran yaitu adanya perbaikan lingkungan, perbaikan bahan organik dari akar-akar yang telah mati dan membusuk, menekan serangan hama dan penyakit. Dari segi ekonomi, kebun campuran memiliki keuntungan yaitu adanya alternatif dalam pemanenan hasil kebun, dengan banyaknya komposisi tanaman pada kebun memungkinkan para petani memanen tanaman tidak hanya satu jenis tanaman saja pada kebunnya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Pertumbuhan tanaman sengon yang baik pada kebun campuran yaitu dengan komposisi nangka, melinjo, rambutan, pete, afrika, manggis, duku, dan pisang. 2. Jarak tanam yang terlalu rapat (sekitar 0,5 m x 0,5 m sampai 1 m x 1 m) antar tanaman sengon atau tanaman sengon dengan tanaman lainnya menyebabkan pertumbuhan tanaman sengon terhambat. 3. Kegiatan manajemen pengelolaan belum dioptimalkan terutama pemupukan dan penjarangan menyebabkan pertumbuhan tanaman sengon belum dimaksimalkan. 6.2 Saran 1. Perlu dilakukan pengkajian pengaruh serapan hara dan interaksi oleh setiap komponen jenis tanaman terhadap pertumbuhan tanaman sengon. 2. Pemilihan jenis dan kombinasi tanaman pada kebun campuran harus direncanakan dengan sebaik mungkin, untuk menghindari interaksi yang negatif, terutama pengaruh naungan terhadap tanaman yang menyukai cahaya untuk pertumbuhannya. 3. Pengaturan jarak tanam antar tanaman sengon maupun tanaman sengon dengan tanaman lainnya harus dioptimalkan dan disesuaikan dengan keadaan lahan kebun campuran, untuk mengurangi interaksi negatif antar komponen tanaman. 4. Kegiatan pemeliharaan tanaman sengon pada kebun campuran harus ditingkatkan, terutama pemupukan, pendangiran dan penjarangan untuk mendapatkan tanaman sengon yang baik pertumbuhannya. 5. Beberapa tanaman sengon yang baik penampilannya perlu dijadikan sebagai pohon induk, agar sumber benih tanaman sengon di Desa Karacak tersedia.
DAFTAR PUSTAKA Davis LS, Jhonson. 1987. Forest Management. Newyork: Mc Graw-Hill Book Company. De Foresta H, Michon G. 1997. The Agroforest alternative to Imperata Grassland: When Smallholder Agriculture and Forestry Reach Sustainability. Agroforestry Systems 36:105-120. De Foresta H, Kusworo A, Michon G, dan Djatmiko WA. 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan Agroforest Khas Indonesia, Sumbangan Masyarakat bagi Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: SMT Grafika Desa Putera. Desa Karacak. 2009. Monografi desa. Bogor: Desa Karacak Hairiah K, Van Noordwijk M, Suprayogo D. 2002. Interaksi antara pohon-tanahtanaman semusim: kunci keberhasilan atau kegagalan dalam sistem agroforestri. Di dalam: Hairiah K, Widianto, Utami SR, Lusiana B, (eds). Wanulcas : Model Simulasi untuk Sistem Agroforestri. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry. hlm 19-39. Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo. Hidayat J. 2002. Informasi Singkat: Paraserianthes falcataria. Jakarta: Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Lahjie, A.M. 1990. Teknik Agroforestri di Asia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahendra F. 2009. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nair PKR. 1993. An Introduction to Agroforestry. Kluwer Academic Publishers.
Dordrecht-Netherlands:
Santoso. 1992. Budidaya Sengon. Jakarta: Kanisius. Simorangkir, 2000. Analisis Riap Dryobalanopslanceolata Burck pada Lebar Jalur yang Berbeda di Hutan Koleksi Universitas Mulawarman Lempake. Kalimantan Timur: B.D.A.S. Sitompul SM. 2002. Radiasi dalam sistem agroforestri. Di dalam: Hairiah K, Widianto, Utami SR, Lusiana B, (eds). Wanulcas : Model Simulasi untuk Sistem Agroforestri. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry.. Bogor: International Center for Research in Agoforestri. hlm 78-101. Sudomo A, Permadi P, Rachman E. 2007. Kajian kontrol silvikultur hutan tanaman terhadap kualitas kayu pulp. Info Teknis Vol 5(02), Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Ciamis. 10 Hal.
38
Suryanto P, Tohari, Sabarnurdin MS. 2005. Dinamika sistem berbagi sumberdaya (resouces sharing) dalam agroforestri: dasar pertimbangan penyusunan strategi silvikultur. Ilmu Pertanian 12:165-178. Sutisna U, Titi K, Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia. Bogor: Yayasan PROSEA, dan Pusat Diklat Pegawai dan SDM. Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1990. Peta Kesesuaian Agroklimat Pengembangan Hutan Tanaman Industri Sengon (Albizia falcataria) di Pulau Jawa.Jakarta: Departemen Kehutanan. Taiz L, Zeiger E. 2002. Plant Physiology, 3rd edition. Sinauer Associates. 690p. Wiersum. 2004. Forest garden as an intermediate land use system in the natureculture continuum: Characteristics and futute potensial. Agroforestry system 61: 123-134. . 1982. Tree gardening and taungya on Java: Examples of agroforestry techniques in the humid tropics. Agroforestry systems 1: 53-70. Zobel BJ, Talbert. 1984. Applied Forest Tree Improvement. Canada: John Wiley and Sons Inc.
LAMPIRAN
39
Lampiran 1 Data KC 1a No
Jenis Tanaman
Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Rata-rata Sengon 4 th Sengon 4 th Pete
K
D
T tot
Tbc
(cm)
(cm)
(m)
(m)
10 22 9,5 17,5 12,5 13 18 14,5 35,5 9 30 22 19,5 23 7,5 26 15,5 21 32 18 19 15 21 17 13 13 29 7 9 40 18 15 7 17 19 31 18,50 83 69 43
3,18 7,01 3,03 5,57 3,98 4,14 5,73 4,62 11,31 2,87 9,55 7,01 6,21 7,32 2,39 8,28 4,94 6,69 10,19 5,73 6,05 4,78 6,69 5,41 4,14 4,14 9,24 2,23 2,87 12,74 5,73 4,78 2,23 5,41 6,05 9,87 5,89 26,43 21,97 13,69
4,5 6,5 3,5 5,5 5 5 6,5 5 10 3,5 8,5 6 6,5 6 3,5 7 5,5 6,5 8 5,2 6 5 6,5 5 5,2 4,8 9 2,5 4 10 5 5 2,8 5 4,5 9 5,75 15 14 7
2,3 3 3 4 4,5 3,5 4 3 6 3 4 4,5 4 4 2 4,5 4 4,5 5 3,5 4 3 5 3 3,5 3,1 5 1,6 3,4 5,3 3 3,3 1,5 2,8 3,1 7 3,72 10 10 4
Kondisi Tajuk P (m) L (m) 1,3 2 1 2 1,1 1,3 2 2 3,5 1,2 2 2,5 2,5 2 1,1 3 1,2 2,5 3 1,4 2 1,8 1,8 2 2,1 1,8 3,5 1 1,6 4,5 2,1 1,8 0,8 2,2 2 4 2,04 6 6 4,5
1 0,5 0,5 1,5 0,5 0,5 1,5 1 1,5 0,5 1,8 1,5 1 1 0,5 1,5 0,5 1 1,6 0,6 1,1 0,6 0,7 1,1 1,6 0,4 2 0,4 0,8 3,2 1,3 1,1 0,9 1,3 1,4 3,1 1,14 4 5,3 2
Posisi Pohon X (m)
Y (m)
5 6,5 7,5 9 2,5 11,3 11,4 14,3 3 3,5 10 10 11,7 11,9 12,3 14,3 15,5 17,2 17,7 18,2 14,1 13,8 12,9 15,1 15,9 17,8 18,8 16,6 8,7 8,2 4,2 5,1 8,4 11,3 11,5 5
3 3 3 3 5,8 4,5 3,5 3,5 9 9 9 12 9 9,2 9 8,8 10 8,8 9,5 10,5 10,8 10,8 11,8 11,8 13,2 11,8 12,8 14,3 14,3 16,2 16,5 16,9 16,8 17,7 16,6 13,5
12,4 14,3 0
3 3 0
40
Lampiran 2 Data KC 2a No
K
D
T tot
Tbc
(cm)
(cm)
(m)
(m)
18 13 17 10 20 18 21 5 12 16 12 7 19 6 15 18,5 18 17 16 9 14,80 46 10,5 8 8 8 8 8 8 10 32 5 21,98 18 48 37 12,56 28,5 46 12
5,73 4,14 5,41 3,18 6,37 5,73 6,69 1,59 3,82 5,10 3,82 2,23 6,05 1,91 4,78 5,89 5,73 5,41 5,10 2,87 4,8 14.65 3,34 2,55 2,55 2,55 2,55 2,55 2,55 3,18 10,19 1,59 7 5,73 15,29 11,78 4 9,08 14,65 3,82
6 5,5 6,5 4 6 6,5 7 2,5 5,5 6 5,5 3 7 3 5,5 5,5 6 6 6 4 5,35 12,5 4 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 1 4,5 7 2,5 6 4,5 8,5 10 2 5,5 8 2,5
3 2,8 4 1,8 3 3 3 1,8 2,5 4 3 2,5 3,5 2 3,5 3 3 2,8 3,5 2 2,89 8 3 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 0,3 2 4 0,8 3 2,5 3,5 5 1 2,5 1,3 0,8
Jenis Tanaman Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Rata-rata Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Afrika Bacang Cengkeh Duku Duren Duren Duren Jengkol Jengkol Manggis Manggis
Kondisi Tajuk P L (m) (m) 2,5 1 2,5 0,5 3 1,5 2 1 2,5 2 2,5 2 3 2 0,5 0,5 1,8 0,9 2 1,2 1,5 0,9 0,5 0,5 2 2 0,7 0,8 2,5 2 2,5 3 2,5 2,5 3 2,5 2,5 2 1,5 1 2,08 1,49 3 2,5 2 2 1 0,5 1 0,5 1 0,5 1 0,5 1 0,5 1 0,5 2 1,5 2 1,5 1 0,5 1.5 2 2.5 1 5 3 3.5 1,5 0.8 0,4 3 2 4.5 3 1 0,5
Posisi Pohon X (m)
Y(m)
0 2,6 5,3 9,6 19 15,8 10,6 8 3,7 3,5 2,2 3 6 9 12 17,5 19 15 13 20
0 1,7 1,4 1,7 6 8 7 7 6,5 4 3 8,5 8,5 10,2 10 10 13 13,5 19 19
3 3,8 4,5 4,2 4 2 2,5 2 18 11,8 13 0 6,7 7,6 2 12,8 3,5 16,8 16,2
5,5 5 13,5 12,8 14 13 13 19 18,5 4,5 14,5 18,5 0,8 14,3 20 8 7 13 14
41
Lanjutan Lampiran 2 No
K
D
T tot
Tbc
(cm)
(cm)
(m)
(m)
Jenis Tanaman Pohon 40 41 42 43
Pete Pete Pete Pete
31 92 39,5 34,5
9,87 29,30 12,58 10,99
11 12 8 11
6,5 8 6 9
Kondisi Tajuk P L (m) (m) 5 3,5 6 4 4 2 4 3,5
Posisi Pohon X (m)
Y(m)
20 11,8 9 10
1,4 8 14,5 19,5
42
Lampiran 3 Data KC 3a No
K
D
T tot
Tbc
(cm) 9,5 16 21,5 25 9 22 11 10 15 18,5 20,5 12 20,5 17,8 13 7 8 8 7,5 15 12 7,5 24 12 10 10 8 8 10 12 15 10,4 11 14 10 9 13 11 15
(cm) 3,03 5,10 6,85 7,96 2,87 7,01 3,50 3,18 4,78 5,89 6,53 3,82 6,53 5,67 4,14 2,23 2,55 2,55 2,39 4,78 3,82 2,39 7,64 3,82 3,18 3,18 2,55 2,55 3,18 3,82 4,78 3,31 3,50 4,46 3,18 2,87 4,14 3,50 4,78
(m) 4 7 7 8 4 7 4 4,1 6 6.5 6.5 4 8 7,5 5 3 4 3,5 3 7,5 4 3 4 4 3,5 4 3 3,5 3,5 3,7 5 4 4 5 4 3,5 5 5 5
(m)
Jenis Tanaman Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon
2 3 4 3 1,8 3 1,8 3 3,5 3,5 3,3 3 5 4 4 1,5 2,5 3 2 5 2,5 2 1,2 2 2 3 2 2,5 2,5 3 3 2,8 2,5 3,5 2,8 1,8 2,8 3,5 3,5
Kondisi Tajuk P L (m) (m) 1,3 0,8 2,2 1 2,5 1,5 3 2,8 1,8 0,8 3,2 2 2,1 2,3 1 0,6 2 1,5 3,8 2 3,5 2 1,8 0,8 4 3 2,3 0,9 0,8 0,5 0,8 0,5 0,8 0,6 1,2 0,4 1,2 0,8 2,5 1,2 1 0,8 0,8 0,6 1 0,8 1 0,8 1,5 1,5 1,2 1 1 0,5 1,5 1,5 2 1,5 1,5 1 1,8 1,6 1,6 0,5 2 1,5 2 0,5 1,2 0,5 1,5 0,8 1,2 1 1,5 1 2 1,8
Posisi Pohon X (m) 0,8 3,4 4,9 10,8 7,2 10,55 13,1 15 16 17,45 14,2 14,2 5,1 3,2 2,1 0,8 0,75 5,6 6,35 5,6 6,85 7,67 8,3 17,4 18,1 16 17,3 20 18,7 17,5 15,9 14,8 14,3 14,5 15,2 16,4 17,8 19,7 18,3
Y(m) 0,6 1 2,5 2 1,25 1,24 2,1 0,35 1,05 2,2 2,8 4 4,5 4 3,5 2,7 4,35 6,7 4,5 7,5 7,5 8,2 5,5 3,3 3,8 4,2 4,3 5,8 5,5 5,2 6 6,5 5,8 8 7,68 8 7,6 7,6 8,4
43
Lanjutan Lampiran 3 No Pohon 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Jenis Tanaman Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon
Lanjutan Lampiran 3
K
D
T tot
Tbc
Kondisi Tajuk
(cm) 13 17 15,5 8,5 15,5 7 7 10 19,5 8 13,5 21 11 8 18,5 13 15 11 15 8,5 13 7,5 10 14 9 16 8 17,5 14 9 16,5 8 12,5 21,5 19 18 18 22,5 13
(cm) 4,14 5,41 4,94 2,71 4,94 2,23 2,23 3,18 6,21 2,55 4,30 6,69 3,50 2,55 5,89 4,14 4,78 3,50 4,78 2,71 4,14 2,39 3,18 4,46 2,87 5,10 2,55 5,57 4,46 2,87 5,25 2,55 3,98 6,85 6,05 5,73 5,73 7,17 4,14
(m) 4,5 6 5 3 5,5 2,5 2,5 4 6 3,5 4,5 6,5 4 3 6,5 5 5 4,5 6 3 4,5 4 5 5 4 6,5 4 6,5 6,5 4,5 6,5 3,5 4,5 7 7,5 4 6,5 7 5
(m) 2,8 3 3 2 4 1,6 1,6 2 3,2 1,85 2,5 3 2 2 2,5 2,5 2,5 2,2 3,5 2,8 3 2 2,5 2,8 2 4 2 2,5 3 3,2 2,8 2,5 3 4 4 3,5 4,5 4 2,8
P (m) 1,2 2,1 2 1,2 2 1,3 1,3 1,8 2 1,5 1,8 2 1,8 1 2 2 2 1,5 2 1,8 2 1 2 2,2 1,9 2 1,8 3 3 1,2 2,7 2 1,1 3 3 3 2,5 2,5 2
L (m) 0,5 2,2 1,5 0,8 2 1,2 1,2 1,9 2,2 0,5 0,8 1,8 0,7 0,5 2,2 1,2 1,5 0,5 1 1,5 1,8 0,5 1,5 1,5 0,8 1,9 0,7 2 0,5 0,7 1 1 0,8 1 1 1 1 0,8 1
Posisi Pohon X (m) 19,2 17,6 16,9 16,3 15,1 14,8 13,8 12,2 12,2 11,5 10,1 19,4 18,8 18,2 17,2 16,1 19 17,9 17 16,4 15,6 14,1 13,1 12,2 12,1 11,3 10,7 9,2 8 6,6 4,7 3,2 3,7 1 1,2 1,6 2,1 2,7 4
Y (m) 9,6 9,9 9,4 7,4 10,9 9,2 12,2 14,1 15,2 16,5 18,1 14,7 15 15,3 15,3 15,3 16,5 16,7 16,9 17,4 17,9 18,1 18,2 19,5 18,8 19,8 18,3 19,3 19,3 18,3 18 16 15,5 17 16 15,5 15 13,2 12
44
No Pohon 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
Jenis Tanaman Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Rata-rata Afrika Afrika Duren Duren Pete Jengkol
K
D
T tot
Tbc
Kondisi Tajuk
(cm) 12 13,5 17 11,5 13,5 12 20 12 13,29 24,66 16,50 61,50 44 58 88
(cm) 3,82 4,30 5,41 366 4,30 3,82 6,37 3,82 4,23 7,64 5,25 19,59 14.01 18,47 28,03
(m) 4,5 5 6 5,5 6,5 5 7,5 6,5 4,95 4 4 9,50 6,50 14 10
(m) 2,5 3 3 5 2,5 2,5 5 5 2,88 1,20 3 4 5 8 4
P (m) 1,8 1.8 2 1 2 1,5 3 1,6 1,83 1 2,50 4 3,20 6 4
Posisi Pohon
L (m) X (m) Y (m) 0,7 3,7 9 0,7 3,9 7,3 1 3,5 7,8 0,5 2 8 1 0,7 7,9 0,8 1,4 8,5 0,8 0,7 9,5 0,8 0,5 11,5 1,10 0,8 8,30 7,70 1,50 14,60 16,30 3,80 0 5,35 2 0,15 0,10 5,50 1,50 6,70 3,80 10,20 8,20
45
Lampiran 4 Data KC 4a No
K
D
T tot
Tbc
(cm)
(cm)
(m)
(m)
35 21 26 25 27 23 46 43 34 34 39 23 26 20 36 35 34 24 22 36 46 39 29 35 23 45 20 26 42 31 19 31 28 36 30 31 29 65 16
11,15 6,69 8,28 7,96 8,60 7,32 14,65 13,69 10,83 10,83 12,42 7,32 8,28 6,37 11,46 11,15 10,83 7,64 7,01 11,46 14,65 12,42 9,24 11,15 7,32 14,33 6,37 8,28 13,38 9,87 6,05 9,87 8,92 11,46 9,55 9,87 9,24 20,70 5,10
Jenis Tanaman Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon
13 10 11 10 9 8.5 13 12 12 11 13 8 9 7 12 13 10 8 8 11 12 11 9 11 8 13 8 9 12 11 9 10 9 12 9 9 8 13 8
9 8 8 7 7 7 10 9 9 7 10 6 6 5 9 10 6 5 6 7 8 6 7 6 6 9 5 5 8 7 5 7 6 9 5 5 4 9 4,5
Kondisi Tajuk P L (m) (m) 3 2 2,5 1,5 3 2 2 1 2 1,5 2 1 4 2 3 1 3 1,5 2,5 1 3,5 2 2 1 2 1,5 2 1 3,5 1 3 1,5 2,5 2 2,5 1,5 2 1 3 2 3,5 1 2 1,5 3 1 2 1 2 1 3 1,5 2,5 2 2 1 3,5 1 3 1,5 2 1 3 2 3 1 3 1,7 3 2 2,5 1 2 1 4 2 3 1,9
Posisi Pohon X (m)
Y(m)
0,5 2,5 3,5 5 9 6 4 2 6 18 4 3 0,5 1 0,5 6 3 4 5 3 4 3 4 9,5 9 10,8 11 12,5 13,5 16 17 19,5 19 20 16 16 15,5 17 14
1,3 0,7 0,7 0,7 1,1 1,7 1,7 1,7 6 7,4 6,3 8,4 9,2 13 14 13 13 14,3 13,7 13,7 15 15,7 18 15,6 16,8 20 17,8 17,8 18,3 11,5 16,5 14 12 11 8 0,2 2,5 3,5 9,3
46
Lanjutan Lampiran 4 No
K
D
T tot
Tbc
(cm)
(cm)
(m)
(m)
14 11 20 15 13 24 20 29 37 32 11 13 11 22 15 16 43 28,14 61 17
4,46 3,50 6,37 4,78 4,14 7,64 6,37 9,24 11,78 10,19 3,50 4,14 3,50 7,01 4,78 5,10 13,69 8,96 11,15 11,15
6 5 7 6 7,5 7 7.5 10,5 11 10 6 8 5,5 8 7 7 10 9,44 11 7
4 3,5 4,5 3 4 3,5 3,5 8 8 6 3 4 3 5 4 4 7 6.26 4 2,3
Jenis Tanaman Pohon 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Rata-rata Manggis Duku
Kondisi Tajuk P L (m) (m) 2 1 1,5 0,5 2 0,5 2 1 1 0,5 2 1 2 1 3 2 2 1 3 1,8 2 1 2 0,75 1,5 1 2 0,8 1,5 0,6 2 1 3,5 2 2,50 1,30
Posisi Pohon X (m)
Y(m)
13 13,5 11,5 11,5 10,8 10,5 11,5 14 11 12,5 12 10,8 11,3 11,1 11,2 12 20
7,5 9,3 12 11 12,3 15,2 0.7 1,4 2 3,3 2,7 3,5 5,5 6,8 7,2 5,2 20
1 0,5
2,7 1,6
47
Lampiran 5 Data KC 1b No
K
D
T tot
Tbc
(cm)
(cm)
(m)
(m)
86,5 74 59 73 59 55 53,5 47 21,5 22,5 18,5 65,5 20,5 19,5 22,5 13 36,5 17 21,5 15 21 17,5 17 47,5 53,5 38,5 18,5 60 27 17 10,5 25 19 50,5 17,5 27 37 37 18
27,55 23,57 18,79 23,25 18,79 17,52 17,04 14,97 6,85 7,17 5,89 20,86 6,53 6,21 7,17 4,14 11,62 5,41 6,85 4,78 6,69 5,57 5,41 15,13 17,04 12,26 5,89 19,11 8,60 5,41 3,34 7,96 6,05 16,08 5,57 8,60 11,78 11,78 5,73
17 16 15,5 15,5 15,5 15 14 14 8 8 7 15 8 8 6,5 6 8 6 6 6,5 6 6,5 6 12 15 12 8 14 9 7 5 8 7,5 13 7 8,5 11 11 7,5
Jenis Tanaman Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon
14 14 12 11 10 10 8 9 6 6 5 11 5 6 4 4 6 4 4 4,5 4 5 4 9 10 9 6,5 11 6 5 4 6 5,5 10 4 5 8 7,5 5
Kondisi Tajuk P L (m) (m) 7 3 5 2 5 2 4,5 3 4 2 4 1,5 3 2 3,5 3 2 1 3 1 3 2 4 2 2 1 2 1,5 3 2 2 1,5 3 1 2 1 2,5 1 2 1,5 2 1 1,5 1 1,5 1 4 2 5 3 3 2,5 2 1 5 3 2 1 3 2 1,5 1 2 1,5 2 1 5 3 2 1 2 1,5 3 2 4 2 2 1
Posisi Pohon X (m)
Y(m)
2,2 8 8,7 12,75 14,35 16,41 4 20 9,7 7 6 1,2 11,65 12,75 12,75 16,41 17,36 17,71 19,5 20 18,5 18,4 17,5 15,1 14,9 14,9 14,5 13,25 13,1 13,2 11,3 11,48 11,68 10,28 9,8 9,58 9,28 8,68 8,14
0,3 0,56 0 1,9 0 0 1 0 0,4 0,8 0,8 1,2 1,4 2,5 0,4 2,5 0,8 0,95 3 3,5 5 6,22 6,7 6,4 5,9 4,6 5 6,2 7,33 8 7,3 7,85 5 7,55 6,8 6,03 7,06 6,03 6,8
48
Lanjutan Lampiran 5 No
K
D
T tot
Tbc
(cm)
(cm)
(m)
(m)
30 17 18 17 32 16 46 42 18 28 28 53 53 20 20 38 24 39 21 67,5 18 52 25 34 19,5 17 59 47 32,5 34,5 16 19,5 61 23,5 29 49 22,5 24 26
9,55 5,41 5,73 5,41 10,19 5,10 14,65 13,38 5,73 8,92 8,92 16,88 16,88 6,37 6,37 12,10 7,64 12,42 6,69 21,50 5,73 16,56 7,96 10,83 6,21 5,41 18,79 14,97 10,35 10,99 5,10 6,21 19,43 7,48 9,24 15,61 7,17 7,64 8,28
Jenis Tanaman Pohon 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon
10 7 8 8 10 8 12 12 7 8 8,5 14 13 7 7 11 7 10 8 15 6 11 8 9 7 7 14 12 12 11 6 7 14 8 8,5 12 8 8 8
7 5 5,5 5,5 7 6 9 9,5 5 6 6 12 11 5 5 9 4,5 7 5 12 4 8 5,5 7 5,5 5 11 9 9 8,5 4 4,5 11 5 5 8,5 4,5 5 5,5
Kondisi Tajuk P L (m) (m) 4 2 3 2 2 1 2 1 3 1,5 2 1 5 3 4 3 2 1 3 2 3,5 3 5 3 4 2 2 1 2 1 4 2 3 1 4 2 2 1 6 4 2 0,5 4 2 2 1 3,5 2 3 1 2 1 6 4 5 4 4 2 3,5 2 3 2 3 1 6 4 4 3 3 1,5 3 1,5 2 1 3 2 3 1
Posisi Pohon X (m)
Y(m)
7,26 6,58 6,88 5,88 6,28 6,06 5,56 5,38 4,83 3,9 3,7 3,2 2,7 2,5 2,45 2,2 1,9 2,2 1,4 0 0 0,7 2,7 4,7 5,9 6,45 7,25 7,15 8,35 9,55 13,4 13,8 14,9 14,95 15,55 17 16 15,4 14,2
5 5,97 7,27 6,47 5,57 4,52 5,9 7,42 6,92 5,7 6,9 6,5 4,5 5,45 7,1 7,1 7,2 5,45 6,92 6,92 4,5 9,9 10,9 10,85 9,8 10,25 10,9 10,85 10,85 11,2 9,5 9,8 10,5 11 9,8 14,3 13,1 14 14
49
Lanjutan Lampiran 5 No
K
D
T tot
Tbc
(cm)
(cm)
(m)
(m)
24 44 26 33,21 15 22 16 130 125 26 10 12 11 13 12 15
7,64 14,01 8,28 10,58 4,78 7,01 5,10 41,40 39,81 8,28 3,18 3,82 3,50 4,14 3,82 4,78
7 10 9 9,66 4 6 4 17 14 5 3 3,5 3 2 2,5 3
5 7,5 7 6,98 3 4 2,5 9 2,5 3,5 2 1 1 0,8 1,2 1,8
Jenis Tanaman Pohon 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93
Sengon Sengon Sengon Rata-rata Afrika Bacang Bacang Durian Durian Durian Durian Manggis Manggis Manggis Manggis Rambutan
Kondisi Tajuk P L (m) (m) 2 1 3 1 3 2 3,18 1,78 1,2 0,8 1,7 0,9 1,2 0,5 6 3,5 5,5 4 2 1,5 0,8 0,6 1,5 1 0,9 0,8 1 0,7 1,2 0,8 1,2 0,8
Posisi Pohon X (m)
Y(m)
12,1 11,9 0
13,8 13,9 17,4
6 16,7 18 17,71 14,2 15,85 5 18,11 17,59 5,2 16,2 19,2
10,5 5 16 3,25 13,3 4,6 16 7,32 11,05 18,8 20 4,9
50
Lampiran 6 Data KC 2b No
K
D
T tot
Tbc
(cm)
(cm)
(m)
(m)
87 47 61 38 40 34,5 68 33 30 51 72 40 50,5 27,5 67 43 31 90 50,58 30 24 72 69 34 12 12 12 27 62
27,71 14,97 19,43 12,10 12,74 10,99 21,66 10,51 9,55 16,24 22,93 12,74 16,08 8,76 21,34 13,69 9,87 28,66 16,11 9,55 7,64 22,93 21,97 10,83 3,82 3,82 3,82 8,60 19,75
16 12 12,5 10 10,5 10 14 11 9 12 13 10 12 9 14 11 9 16 11.7 11 10 12 10 10 2 2 2 7 11
11 8 8 7 7 7 9 8 7 9 9 7 9 7 11 9 6,5 12 8,42 8 7 9.5 7 7 1 1 1 4,5 8
Jenis Tanaman Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Rata-rata Mahoni Mahoni Bacang Bacang Durian Durian Manggis Manggis Rambutan Duku
Kondisi Tajuk P L (m) (m) 6 3 4,5 3 4 2 4 2 3,5 1,5 3,5 1 3 1,5 3 1 3 1 4 2 4 2,5 2,5 1 3 1 2 1 5 3 3 2 2 1 6 4 3,67 1,86 4 2 3 1,5 3,5 1 1,9 1 3 2 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 3 1 3 1,5
Posisi Pohon X (m)
Y(m)
3,7 15,8 22,2 23 23 23 22 18,5 21 21 17,4 16,9 15,9 15,8 15,3 13,7 10,2 9,9
0,3 0,2 1,6 4,6 6,65 7,95 7,4 7,4 4,6 4 4,4 4,4 5,4 5,4 2,15 2,15 1,65 3,65
4,3 8 17,8 10,5 7,1 10,8 22 17,8 13,1 0
1,7 1,6 0,44 2,15 0,5 1,65 6,65 5,43 1,34 16
51
Lampiran 7 Data KC 3b No
K
D
T tot
Tbc
(cm)
(cm)
(m)
(m)
32 57 43 43,50 60,50 53 52 61,50 48 36,50 63.50 44 68 39 47,50 49,93 18 22 18 34 36 28 28 28 12 12 24 30 38 40 34 35
10,19 18,15 13,69 13,85 19,27 16,88 16,56 19,59 15,29 11,62 20,22 14,01 21,66 12,42 15,13 15,90 5,73 7,01 5,73 10,83 11,46 8,92 8,92 8,92 3,82 3,82 7,64 9,55 12,10 12,74 10,83 11,15
14 12 11,5 14,5 14,5 13 15 14 12 10 14,5 12,5 13,5 8 10 12,60 2,3 3,5 2,2 6 5 5 3 3,5 1 1 3,8 6,5 11 11 9 10
Jenis Tanaman Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Rata-rata Manggis Manggis Manggis Bacang Bacang Melinjo Melinjo Melinjo Melinjo Melinjo Melinjo Melinjo Afrika Afrika Pete Pete
8 10 8 8 8 6 10 7 8 8 8 9 9 6 7 8 1 1,2 1 3 2,5 1,5 1 1,2 0,8 0,8 1,8 3 8 7,5 6 7
Kondisi Tajuk P L (m) (m) 4,5 3 3 2 2,5 1,5 2 1 3 2 2 1 3 2 2 1 2,5 2 3 1 2 1 3,5 2 3 1 2 1 2 1,5 2,67 1,53 0,8 0,4 0,8 0,4 0,8 0,4 0,8 0,4 0,8 0,4 1,2 0,8 1,2 0,8 1,2 0,8 1,2 0,8 1,2 0,8 1,2 0,8 1,2 0,8 3 2 3 2 3,5 1,5 3,5 1,5
Posisi Pohon X (m)
Y(m)
13,2 3 3 7,7 5,8 2,3 4,8 9 2,6 6,8 12,2 8 6,2 12,8
12,2 1,3 0,7 7,6 7,9 8,4 11,7 12 17,1 16,8 16,3 19,4 19,3 8,6
5,4 1,6 6,4 4 1,2 2,5 1,2 15,7 16,1 13,5 14,1 1,2 1,4 16,5 15,7 12,1
3,8 16 13,2 3,1 7,75 0,5 10,8 11,7 10,8 13,4 18,3 18,5 6,5 11,7 11,7 19,2
52
Lampiran 8 Data KC 4b No Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jenis Tanaman Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Rata-rata Manggis Melinjo
K
D
T tot
Tbc
(cm)
(cm)
(m)
(m)
14 13 14,5 10 11 11,5 8,5 13,5 8 16 14 14 12 10 12,5 8 7,5 15 11,83 9 7
7 6 6,5 5 3 6 4 6 3,5 8 6 7 7 5 7,5 4,5 5 6 5,75 2,3 1,5
64,5 20,54 39 12,42 71 22,61 27 8,60 46 14,65 33 10,51 28 8,92 60 19,11 20 6,37 87 27,71 65 20,70 51 16,24 41 13,06 31 9,87 46 14,65 26 8,28 24 7,64 78 24,84 46,53 14,82 85 27,07 35 11,15
Kondisi Tajuk P L (m) (m) 4 1,5 5 3 6 3 3,5 1,5 3 1,5 4 2,5 3 1,5 7 3 3 2 6 3 6 4 4 2 3 2 3,5 2 5 2 2,5 1 4 2 6 3 4,36 2,25 5 3 4 3
Posisi Pohon X(m)
Y(m)
7 8 6 7 6 3 0 6 4 1 7 10,8 15 10,8 16 12 16 17
1 1,2 1,4 4,7 10 10 10,2 15,4 15,2 15,2 19,9 3,5 5,8 6,6 6,6 11 11 13
19 17
3 12
53
Lampiran 9 Rekapitulasi persentase penutupan tajuk kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun Kebun campuran KC 2a KC 3a
No
Titik Pengamatan
1
T1
18,41
19,50
18,41
48,75
2
T2
18,42
18,41
22,75
54,16
3
T3
21,67
20,58
26
32,50
4
T4
34,67
15,17
32,50
30,33
5
T5
27,08
22,75
17,33
29,25
6
T6
28,17
28,16
31,42
37,91
7
T7
31,42
34,67
16,25
40,08
8
T8
14,08
23,83
19,50
28,16
9
T9
17,33
28,17
34,67
27,08
10
T10
23,45
27,08
39
21,66
23,47
23,83
25,78
34,99
Rata-rata
KC 1a
KC 4a
Lampiran 10 Rekapitulasi persentase penutupan tajuk kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun Kebun campuran KC 2b KC 3b
No
Titik Pengamatan
1
T1
39
30,33
22
58,50
2
T2
48,75
28,16
21,66
24,91
3
T3
34,66
34,66
32,50
26
4
T4
56,33
31,41
31,41
24,92
5
T5
26
21,66
27,08
30,33
6
T6
60,66
22
27,08
17,33
7
T7
21,66
19,50
28,16
21,66
8
T8
19,50
18
17,33
21,67
9
T9
13
18,41
21,66
32,50
10
T10
39
23,83
19,50
20,58
35,86
24,80
24,84
27,84
Rata-rata
KC 1b
KC 4b
54
Lampiran 11 Penutupan tajuk tanaman pada kebun campuran tanaman sengon umur 1-1,5 tahun
KC 1a
KC 3a Keterangan ;
KC 2a
KC 4a
55
Lampiran 12 Penutupan tajuk tanaman pada kebun campuran tanaman sengon umur 3 tahun
Keterangan :
KC 1b
KC 2b
KC 3b
KC 4b
56
Lampiran 13 Kuesioner penelitian
KUISIONER PENELITIAN PERTUMBUHAN TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA KEBUN CAMPURAN DI DESA KARACAK, KECAMATAN LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR
I. Identitas Responden 1. Nama responden
: ..................................................................
2. Pendidikan
: ..................................................................
3. Alamat
: .................................................................. ...................................................................
4. Jumlah anggota keluarga
: ..................................................................
Jumlah anak
: ..................orang
4. Mata pencaharian utama
: .........................................
5. Jumlah hari kerja dalam
: ...........................................hari
Seminggu
II. Informasi Lahan 1. Status dan luas lahan Status Lahan(1)
Asal Lahan(2)
Luas yang dimiliki (m2)
Keterangan : (1) a. Milik sendiri (2) a. Warisan
b. Sewa
c. Lain-lain.......
b. Pembelian
2. Pola agroforestri yang dikembangkan : a. Tanaman Pokok/kayu
b. Tanaman Perkebunan
c. Tanaman Hortikultura
d. Tanaman Buah
: (1) ..................
(3) ..................
(2) ..................
(4) ..................
: (1) ...................
(3) ..................
(2) ...................
(4) ..................
: (1) .................. ..
(3) ..................
(2) ................. ..
(4) ..................
: (1) ................. ..
(3) ..................
(2) ................. ..
(4) ..................
57
III. Kegiatan Pengelolaan Lahan 1. Kegiatan Persiapan Lahan (a) Manual :..................
(b) Mekanis : ...................
..................
....................
(c) Lain-lain : ................ .................
..................
....................
.................
...................
....................
.................
Keterangan :
2. Pengadaan Bibit/Benih Tanaman a. Jika bibit/benih diperoleh dengan cara membeli No
Jenis tanaman
Jumlah bibit/benih (batang/kg)
Harga bibit/benih
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
b. bibit/benih diperoleh dengan cara selain membeli No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis tanaman
Keterangan
Keterangan
58
3. Tehnik Penanaman yang Dikembangkan : a. Tanaman Kayu No.
Jenis tanaman
Umur
Jarak tanam (m)
Ukuran lubang tanam (cm)
Jarak
Ukuran
tanam
lubang tanam
(m)
(cm)
Jarak tanam (m)
Ukuran lubang tanam (cm)
Keterangan
1. 2. 3. 4.
b. Tanaman Perkebunan
No.
Jenis tanaman
Umur
Keterangan
1. 2. 3. 4.
c. Tanaman Hortikultura No.
Jenis tanaman
Umur
Keterangan
1. 2. 3. 4.
d. Tanaman Perkebunan No. 1. 2. 3. 4.
Jenis tanaman
Jarak Ukuran Umur tanam lubang tanam (cm) (m)
Keterangan
59
4. Kegiatan Pemeliharaan A. Pemupukan No
Jenis tanaman
Umur
Jenis pupuk
Satuan (Kg)
Frekuensi
Biaya (Rp)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
B. Penjarangan No
Jenis tanaman
Syarat tanaman yang dijarangi
Frekuensi
1. 2. 3. 4.
C. Penanganan hama-penyakit No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jenis tanaman
Umur
Jenis pestisida
Satuan (L)
Frekuensi
Biaya (Rp)
60
D. Penyiangan a. Alat
: ........................
b. Tehnik
: .........................
c. Waktu
: .........................
d. Frekwensi
: .........................
e. Lain-lain
: .........................
E. Kegiatan lainnya
: ............................
5. Kegiatan Pemanenan Jumlah No.
Harga
Jenis Tanaman Produk per Panen Produk Penjualan Produk (Rp)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sistem Frekuensi