Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
ANALISIS LITERASI INFORMASI PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Laila Hadri Nasution Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Abstract The purpose of this study was to analyze information literacy library users of University of Sumatera Utara using ACRL standards which have five competencies, determines the nature and extent of the information needed, accesses needed information effectively and efficiently, evaluates information and its sources critically and incorporates selected information into his or her knowledge base and value system, uses information effectively to accomplish a specific purpose, and understands many of the economic, legal, and social issues surrounding the use of information and accesses and uses information ethically and legally. The research used quantitative research method with a descriptive explanation. The results showed that 71.25% of respondents stated the need of information literacy training in University of Sumatera Utara. The average score of all information literacy standard of the Library University of Sumatera Utara users is 3.15. The score is included in the category of interval fair. Average rating is 3.29 on standard one, 3.08 standard two, 3.10 standard three and 3.15 for standard four and five. University of Sumatera Utara is expected to arrange the information literacy training. To be more focused, Library University of Sumatera Utara needs to determine the needs of information literacy and arrange the model of information literacy. Keywords: information literacy, ACRL, training. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran di perguruan tinggi harus mampu mengajarkan kepada mahasiswa belajar bagaimana cara belajar (learning how to learn) dan menuntut kemandirian dalam belajar yang dimulai dari mahasiswa memasuki perguruan tinggi. Di samping itu, mahasiswa harus mengetahui bahwa dosen bukan sumber pengetahuan utama. Mahasiswa diharapkan bisa memenuhi kebutuhan informasi dengan berbagai cara dan strategi. Bagi yang baru menjadi mahasiswa biasanya diikutsertakan dalam
pelatihantentang cara belajar di perguruan tinggi dan cara memanfaatkan sumber informasi untuk mendukung perkuliahan. Pelatihan literasi informasi merupakan konsep pembelajaran seumur hidup yang membantu meningkatkan kemampuan dan produktifitas mahasiswa. Literasi informasimerupakan bagian yang tidak dapat dipisahkandari kegiatan pembelajaran. Menurut Koneru (2010) literasi informasi adalah kompetensi yang memerlukan pengetahuan tentang informasi, sifat dan format yang tersedia,kemampuan untuk mengambil informasi yang relevan dengan menyaring yang tidak relevan, dan sikap untuk menggunakan informasi dan Halaman 16
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
saja yang perlu dipelajari pada saat pelatihan.
berbagidengan cara etis. Sedangkan dalam lingkungankerja sering digunakan istilah informationcompetencies dan information proficiencies(Hasugian, 2008). Literasi informasi bermanfaat meningkatkan kemampuan dalam hal identifikasi kebutuhan informasi dan pemilihan sumber informasi yang tepat, membangun strategi pencarian, mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi serta taat hukum dalam penggunaan sumber informasi.
Perpustakaan USU rutin melakukan pelatihan pengguna setiap tahun namun hanya sebatas pada pengenalan perpustakaan dan cara menggunakan koleksinya yaitu pada saat kegiatan orientasi bagi mahasiswa baru dan lebih dikenal dengan pendidikan pengguna.Saat ini pendidikan pengguna sudah ditingkatkan ke taraf pelatihan literasi informasi untuk meningkatkan kompetensi melek informasi. Secara teoritis pendidikan pengguna yang selama ini dilakukan oleh perpustakaan USU masih belum memenuhi standar suatu pelatihan. Sementara banyak kemampuan lain yang perlu dimiliki mahasiswa sebagai pengguna informasi. Oleh karenanya perlu meningkatkan model pelatihan yang lebih inovatif untuk menyiapkan mahasiswa yang berkemampuan sesuai dengan kompetensinya yaitu pelatihan literasi informasi.
Literasi informasi merupakan tahapan pengetahuan atau proses belajar yang mensyaratkan adanya kompetensi dan kemampuan tertentu. Kompetensi menjadi relevan dan sangat penting untuk dipelajari dan digunakan mulai sekolah dasar sampai pendidikan tinggi, baik dalam pekerjaan maupun waktu luang (PNRI, 2007). Penelitian ini menggunakan standar ACRL (Association of College and Research Libraries) sebagai tolok ukur untuk mengukur kompetensi pengguna perpustakaan dalam hal mengidentifikasi kebutuhan informasi dan pemanfaatan sumber informasi. Pelatihan literasi informasi diharapkan dapat meningkatkan kompetensi agar inovatif, mampu memecahkan masalah secara kreatif, dan mampu melakukan tugas dengan efektif dan efisien.
B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis literasi informasi pengguna perpustakaan USU menggunakan standar ACRL dan 2) Menyusun topik untuk pelatihan literasi informasi
Penelitian literasi informasi sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Samosir (2010) dengan hasil penilitian persentase rata-rata kemampuan literasi informasi mahasiswa S2 Pascasarjana USU adalah 74,38%, dan Kurnianingsih (2012) dengan hasil rancangan pembelajaran literasi informasi berbasis web.Kaitan kedua penelitian tersebut dalam penelitian ini yaitu sebelum melakukan pelatihan perlu menganalisis kebutuhan pelatihan dengan mengukur literasi informasi pengguna perpustakaan. Selanjutnya berdasarkan temuan tersebut disusun topik-topik apa
C. Ruang Lingkup Penelitian ini merupakan analisis mengenai literasi informasi menggunakan standar ACRL dengan responden pada penelitian ini adalah pengguna perpustakaan USU yang menjadi peminjam terbanyak selama periode September hingga Nopember 2012. TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi Informasi Halaman 17
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
4.
Mengetahui bagaimana menemukan informasi yang dibutuhkan 5. Mengetahui cara membuat atau menciptakan pengetahuan baru jika informasi yang dibutuhkan tidak tersedia. 6. Mengetahui bagaimana memahami informasi yang ditemukan atau jika tidak memahaminya, tahu ke mana harus meminta bantuan. 7. Mengetahui bagaimana mengatur, menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi informasi, termasuk keandalan sumbernya. 8. Mengetahui bagaimana berkomunikasi dan menyajikan informasi kepada orang lain dalam format dan media yang tepat dan bermanfaat. 9. Mengetahui bagaimana memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi kebutuhan 10. Mengetahui bagaimana melestarikan, menyimpan, menggunakan kembali, merekam dan mengarsipkan informasi untuk penggunaan di masa depan 11. Mengetahui bagaimana membuang informasi yang tidak lagi diperlukan, dan menjaga informasi yang harus dilindungi.
Seseorang yang sudah melek informasi dianggap akan mampu menjelajahi banyaknya informasi yang semakin lama semakin luas dan rumit, baik yang menggunakan sumber-sumber tercetak maupun yang elektronik. Program penguasaan literasi informasi dianggap dapat menciptakan keberaksaraan yang berbasis keterampilan (skills-based literacy). Termasuk di dalam keterampilan ini adalah kemampuan mencari informasi, memilih sumber informasi secara cerdas, menilai dan memilah-milah sumber informasi, menggunakan serta menyajikan informasi secara etis (Webber, 2000). Literasi informasi adalah seperangkat keterampilan, sikap dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengetahui kapani nformasi diperlukan untuk membantu memecahkan masalah atau membuat keputusan, bagaimana mengartikulasikan kebutuhan informasi bisa dicari menggunakan istilah dan bahasa, kemudian pencarian informasi dengan efisien, mengambilnya, menafsirkan dan memahami, mengatur, mengevaluasi kredibilitas dan keaslian, menilai relevansi, berkomunikasi kepada orang lain jika perlu, kemudian memanfaatkannya untuk mencapai tujuanyang diinginkan (UNESCO, 2007).
Kemampuan baru dapat diperoleh dengan menjalani proses belajar. Dalam proses belajar memerlukan informasi yang tepat dan benar. Bagi mahasiswa, kemampuan ini akan menentukan banyaknya informasi yang dapat diserap, dan lebih dari itu mahasiswa makin mampu menyelesaikan masalah secara kritis, logis, dan tidak mudah diperdaya oleh informasi yang diterimanya tanpa evaluasi. Untuk itu diperlukan standar kompetensi literasi informasi. Berikut konsep literasi informasi yang digambarkan oleh Lau (2006):
Dalam hal ini UNESCO menyusun sebelas tahapan siklus hidup literasi informasi berikut: 1. Menyadari adanya kebutuhan atau masalah yang memerlukan informasi sebagai solusi. 2. Mengetahui secara akurat bagaimana mengidentifikasi dan menentukan informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah, atau membuat keputusan. 3. Mengetahui bagaimana menentukan informasi apayang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan, dan mengetahui cara membuat atau menciptakan informasi atau pengetahuan baru.
Halaman 18
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
Information Fluency
Developmen t of Information Skills
User Training Information Competencies
Information Literacy
Other Concepts
akademika. Ada banyak model pembelajaran literasi informasi untuk memandu mahasiswa memahami literasi informasiyang dikaitkan dalam kurikulum pendidikan tinggi. Saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang menyusun sendiri model literasi informasi bagi sivitas akademikanya. Namun tidak menutup kemungkinan bagi pihak luar kampus untuk menggunakan model literasi informasi tersebut.
User Education
Bibliographic Instruction
Library Orientation
B. Gambar 1.Konsep literasi informasi
Standar Kompetensi Informasi Model ACRL
Literasi
Standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasikan individu yang memiliki kompetensi informasi. Standar berfokus pada kebutuhan mahasiswa di pendidikan tinggi. Model kompetensi literasi informasi dari ACRL (2000) terdiri dari: (1)Kemampuan menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan (2)Kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien (3)Kemampuan mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis (4)Kemampuan menggunakan informasi untuk menyelesaikan tujuan tertentu (5)Memahami aspek ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan dengan penggunaan informasi.
Informasi yang bersumber dari perpustakaan cenderung diterima sebagai informasi yang andal karena sumber informasinya dianggap dipercaya. Akan tetapi, dari dunia maya, segala macam informasi membaur dari yang masih mentah, dalam proses diolah sampai yang sudah matang, oleh karena kebenaran informasinya patut dipertanyakan. Perlu seperangkat kemampuan atau kompetensi untuk mengelola dan memanfaatkan informasi secara efektif yaitu kemampuan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam konteks literasi informasi, perlu membekali pengguna dengan kemampuan yang diperlukan untuk menemukan dan memanfaatkan informasi yang mereka butuhkan untuk bekerja, belajar dan rekreasi. Kemampuan bisa didapat melalui bermacam konsep literasi informasi di atas.
Model literasi informasi ACRL terdiri dari lima indikator utama. Dari lima indikator diuraikan lagi menjadi sub-sub indikator. Model ACRL memiliki serangkaian standar, indikator kinerja dan hasil untukliterasi informasi dalam pendidikan tinggi.Setiap tingkat dikaitkan dengan indikator kinerjadan hasil secara spesifik untuk menentukan tingkat kemampuan literasi informasi untuk mahasiswa. Model ACRL juga memasukkan keterampilan perpustakaan dasar dan kemampuan teknologi informasi sebagaielemen dasar,
Literasi informasi tidak bisa hanya mengandalkan pustakawan atau pengetahuan yang terbatas dari mahasiswa. Sebaliknya, perlu pendekatan melalui mitra kampus yang bekerjasama untukkepentingan literasi informasi dan menerima tanggung jawab bersama di dalamnya. Mengintegrasikan literasi informasi di seluruh kurikulum adalah kesempatan dan tantangan bagi pustakawan untuk membantu sivitas
Halaman 19
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
deskriptif. Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan rating scale. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi rekomendasi untuk menentukan materi apa saja yang perlu diperdalam dalam kegiatan pelatihan. Materi diambil berdasarkan penghitungan nilai rata-rata dari jawaban responden untuk setiap item pertanyaan yang < 3,25. Hal ini ditetapkan dengan pertimbangan nilai rata-rata 3,25 cenderung lebih dekat ke interval kemampuan cukup, dengan harapan setelah mengikuti pelatihan peserta akan mencapai nilai maksimum yaitu pada level kemampuan baik. 5. Menyusun topik pelatihan berdasarkan analisis kebutuhan materi pelatihan yang didapat melalui penghitungan nilai rata-rata dari jawaban responden untuk setiap item pertanyaan.
dan dengan menekankan strategi untuk lokasi informasi serta dimensi kreatif dengan mengembangkan kompetensi untuk visual dan media literasi. C. Penilaian Kebutuhan Pelatihan Penilaian kebutuhan pelatihan merupakan langkah awal yang dilakukan dalam merencanakan kegiatan pelatihan (UNESCO, 2004). Alat bantu identifikasi kebutuhan yang umum digunakan yaitu interview, kuesioner, observasi dan charting (Rempel, 2008). Dari alat bantu identifikasi yang ada, dibentuk proposal program pelatihan literasi informasi (Djohani, 2005). Penilaian kebutuhan membantu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari calon peserta, serta mengetahui masalah yang mereka hadapi dan mengetahui penyebab dari masalah tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan penjelasan secara deskriptif. Lokasi penelitian yaitu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Adapun langkah-langkah atau prosedur penelitian yang dilakukan yaitu: 1. Observasi untuk mengetahui kondisi kegiatan pelatihan di perpustakaan USU apakah sudah melakukan kegiatan pelatihan literasi informasi 2. Menentukan sampel yaitu sebanyak 80 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria: a) peminjam terbanyak periode September hingga Nopember 2012, b) mahasiswa tingkat sarjana strata 1 (S1) Semester VI. 3. Menyebarkan kuesioner dengan datang langsung ke fakultas masingmasing responden 4. Data yang dikumpulkan dari penyebaran kuesioner dianalisis dengan menggunakan metode
A. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Literasi Informasi Berdasarkan observasi di lapangan, perpustakaan USU belum pernah melakukan kegiatan pelatihan literasi informasi. Didapat bahwa sebanyak 52,5% tidak pernah mengikuti pelatihan literasi informasi.Hasil dari analisa identifikasi kebutuhan pelatihan melalui kuesioner diketahui bahwa sebanyak 57 orang (71,3%) responden menjawab perlu diadakan pelatihan literasi informasi bagi pengguna perpustakaan USU. B. Identifikasi Kebutuhan Materi Pelatihan Identifikasi kebutuhan materi pelatihan dilakukan untuk mengetahui materi apa saja yang perlu dimasukkan dalam kegiatan pelatihan. Materi diambil berdasarkan penghitungan nilai rata-rata dari jawaban responden untuk setiap item Halaman 20
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
pertanyaan yang < 3,25. Hal ini ditetapkan dengan pertimbangan nilai rata-rata 3,25 cenderung lebih dekat ke interval kemampuan cukup, dengan harapan setelah mengikuti pelatihan peserta akan mencapai nilai maksimum yaitu pada level kemampuan baik. Berikut analisis identifikasi kebutuhan materi pelatihan yang dibagi ke dalam empat standar kemampuan sesuai urutan pertanyaan di kuesioner.
Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada standar 1 terdapat nilai minimum = 3,05 dan nilai maksimum = 3,47. Ada dua kemampuan dengan nilai < 3,25 dan diharapkan bisa ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan pelatihan literasi informasi yaitu kemampuan untuk membedakan sumber informasi primer, sekunder dan tersier (3,05) dan kemampuan untuk mengidentifikasi waktu untuk memperoleh informasi (3,11).. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.
1. Standar 1 Kemampuan menentukan Jenis dan Sifat Informasi yang dibutuhkan
Tabel 1. Standar 1 kemampuan menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan Kompetensi
Frekuensi Jawaban Responden
Interval Jawaban
Nilai Ratarata
Pilihan Materi Pelatihan
3,45 3,47 3,45 3,05
3,26 3,30 3,11
3,25 Nilai rata-rata per standar
3,29
Halaman 21
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
mengikuti kegiatan pelatihan literasi informasi yaitu kemampuan menggunakan logika boolean (2,61), menggunakan katalog online perpustakaan lokal (3,22), menggunakan katalog online perpustakaan lain (2,98), memilih alat pencarian (2,98), menggunakan millist dan newsgroup (2,80), partisipasi dalam diskusi online (2,75), dan menggunakan alamat web (3,11).Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.
2. Standar 2 Kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara Efektif dan Efisien Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada seluruh standar 2 adalah 3,08. Untuk nilai rata-rata jawaban responden untuk setiap item pertanyaan terdapat nilai minimum = 2,30 dan nilai maksimum = 3,60. Ada enam kemampuan yang diharapkan bisa ditingkatkan dengan
Tabel 2. Standar kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien Kompetensi
Frekuensi Jawaban Responden
Interval Jawaban
Nilai Ratarata
Pilihan Materi Pelatihan
3,63 2,61
3,22
2,98
2,93
3,27 3,31 2,80
2,75
3,11
3,28 Nilai rata-rata per standar
3,08 responden untuk setiap item pertanyaan terdapat nilai minimum = 2,98 dan nilai maksimum 3,25. Ada lima kemampuan yang diharapkan bisa ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan pelatihan literasi informasi yaitumengevaluasi keaslian informasi (3,12), membedakan sumber
3. Standar 3 Kemampuan mengevaluasi Informasi dan Sumber-sumbernya Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada seluruh standar 3 adalah 3,10. Untuk nilai rata-rata jawaban
Halaman 22
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
informasi yang tersaji dalam berbagai format file (3,15), mengevaluasi kualitas informasi tercetak dan elektronik (3,06),
menyaring informasi (3,03) dan mengidentifikasi informasi bias (2,96). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.Standar kemampuan mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya Kompetensi
Frekuensi Jawaban Responden
Interval Jawaban
Nilai Ratarata
Pilihan Materi Pelatiha n
3,12
3,15
3,06
3,25
Nilai rata-rata per standar
3,03
2,96
3,10 mengkombinasikan informasi asli dengan hasil pikiran sendiri (3,18), dan menciptakan pengetahuan baru (2,96). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.
4. Standar 4 Kemampuan Penggunaan Informasi secara Efektif, Efisien, Etis dan berdasar Hukum Berdasarkanpenghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada seluruh standar 4 dan 5adalah 3,15. Untuk nilai rata-rata jawaban responden untuk setiap item pertanyaan terdapat nilai minimum = 2,98 dan nilai maksimum = 3,30. Ada empat kemampuan yang diharapkan bisa ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan pelatihan literasi informasi yaitu pemahaman masalah hak cipta di web (3,22), membuat daftar pustaka (3,10),
Berdasarkan analisis literasi informasi dengan nilai <3,25diperoleh delapanbelas itemkebutuhan materi pelatihan. Kedelapanbelas item tersebut direkomendasikan menjadi materi pelatihan literasi informasi untuk memperdalam kemampuan mahasiswa. Berikut pengelompokan materi berdasarkan standar kemampuan yang harus dicapai.
Halaman 23
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
Tabel 4.37 Standar kemampuan penggunaan informasi secara efektif, efisien, etis dan berdasar hukum Pilihan Frekuensi Interval Nilai Materi Kompetensi Jawaban Jawaban RataPelatiha Responden rata n
3,30
Nilai rata-rata per standar
3,22
3,10
3,18
2,96
3,15
Tabel 5. Pengelompokan kemampuan yang perlu dijelaskan lebih janjut pada kegiatan pelatihan Kelompok Kemampuan 1. Kemampuan menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan 2. Kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien 3. Kemampuan mengevaluasi informasi dan sumbersumbernya 4. Kemampuan penggunaan informasi secara efektif, efisien, etis dan berdasar hukum
Standar yang perlu dijelaskan lebih lanjut 1. Kemampuan membedakan sumber informasi primer, sekunder dan tersier (St.1.4) 2. Kemampuan mengidentifikasi waktu untuk memperoleh informasi (St.1.7) 3. Kemampuan menggunakan logika Boolean (St.2.2) 4. Kemampuan menggunakan katalog online perpustakaan lokal (St.2.3) 5. Kemampuan menggunakan katalog online perpustakaan lain (St.2.4) 6. Kemampuan memilih alat pencarian (St.2.5) 7. Kemampuan menggunakan millist dan newsgroup (St.2.8) 8. Partisipasi dalam diskusi online (St.2.9) 9. Kemampuan menggunakan alamat web (St.2.10) 10 Kemampuan mengevaluasi keaslian informasi (St.3.1) 11. Kemampuan membedakan sumber informasi yang tersaji dalam berbagai format file (St.3.2) 12. Kemampuan mengevaluasi kualitas informasi tercetak dan elektronik (St.3.3) 13. Kemampuan menyaring informasi (St.3.5) 14. Kemampuan mengidentifikasi informasi bias (St.3.6) Halaman 24
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
15. Kemampuan memahami masalah hak cipta di web (St.4.2) 16. Kemampuan membuat daftar pustaka (St.4.3) 17. Kemampuan mengkombinasikan informasi asli dengan hasil pikiran sendiri (St.4.4) 18. Kemampuan menciptakan pengetahuan baru (St.4.5)
KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
A. Kesimpulan
Pelatihan literasi informasi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan USU, maka disarankan agar: 1. Diharapkan dari hasil penelitian ini pustakawan bisa lebih termotivasi untuk meningkatkan kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan untuk mendukung perkembangan pengetahuan dengan mengadakan kegiatan pelatihan literasi informasi. 2. Perpustakaan USU diharapkan menyusun rancangan pelatihan literasi informasi dengan langkah awal melakukan analisis kebutuhan pelatihan dan menetapkan model literasi informasi mana yang digunakan agar pelatihan lebih terarah. 3. Untuk meningkatkan motivasi peserta pelatihan ada baiknya perpustakaan memberikan penghargaan berupa sertifikat bagi peserta yang telah selesai mengikuti pelatihan dan memberikan penghargaan bagi peserta yang berprestasi. 4. Adanya dukungan infrastruktur, sarana dan prasarana yang baik agar pelatihan bisa berjalan lancar.
Berdasarkan evaluasi dan analisis yang dilakukan terhadap hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Perpustakaan USU belum pernah melakukan pelatihan literasi informasi. Pelatihan yang dilakukan selama ini hanya sebatas untuk menggunakan layanan atau koleksi perpustakaan baik koleksi elektronik maupun yang tercetak yang diberikan pada saat kegiatan orientasi bagi mahasiswa baru setiap tahunnya. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa sebanyak 57 orang (71,25%) responden menjawab perlu diadakan pelatihan literasi informai bagi pengguna perpustakaan USU. Selain itu diperoleh informasi bahwa tingkat kemampuan literasi informasi responden adalah 74%. Skor tersebut termasuk dalam kategori interval yang kurang dari cukup tetapi lebih mendekati kemampuan cukup. 2. Nilai rata-rata dari seluruh standar kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan USU adalah 3,15. Nilai ini termasuk dalam kategori interval cukup.
DAFTAR PUSTAKA [ACRL] Association of College & Research Libraries. 2000. Information Literacy Competency Standard for Higher Education. Halaman 25
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
http://www.ala.org/ala/mgrps/divs/ acrl/Standards/standards.pdf[17 Januari 2011] Djohani R, Irfan R. 2005. 10 Jurus Menulis Modul Pelatihan. Bandung: Studio Driya Media Bandung. Hasugian J. 2008. Urgensi Literasi informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Pustaha 4 (2): 34-44. Jabar CSA. 2011. Desain Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi (Pengembangan Diklat Sistemik Model ADDIE). Makalah Seminar Penyusunan Draft Desain Kurikulum Diklat Manajemen Perkantoran pada Badan Diklat Propinsi DI Yogyakarta-25 Mei 2011. Koneru I. 2010. ADDIE: Designing Web-enabled Information Literacy Instructional Modules.DESIDOC J. Lib. Inf. Technol..30 (3): 23-34. Kurnianingsih I. 2012. Perancangan Pembelajaran Literasi Informasi Berbasis Web di Perpustakaan Sekolah Madania. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Lau J. 2006. Guidelines on Information Literacy for Lifelong Learning. Mexico: IFLA. http://www.ifla.org/files/assets/inf ormation-literacy/publications/iflaguidelines-en.pdf (17 Oktober 2011) [PNRI] Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 2007. Literasi Informasi (Information Literacy): Pengantar untuk Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Rempel HG, Davidson J. 2008. Providing Information Literacy Instruction to Graduate Students through Literature Review Workshops. Issues in Science and Technology Librarianship, Winter 2008. http://www.isti.org/08-
winter/refereed2.html. (31 Januari 2011). Samosir FT. 2010. Literasi Informasi Mahasiswa S2 Pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan Universitas Sumatera Utara [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Shapiro J, Hughes SK. 1996. Information Literacy as a Liberal Art: Enlightenment Proposal for a New Curriculum. Educom Review 31 (2): 31-35. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta [UNESCO] United Nations Educational Scientific and Cultural Organization. 2004. Training Guide and Training Techniques. http://unesdoc.unesco.org/images/ 0013/001356/135603.pdf[17 Januari 2011]. .____ United Nations Educational Scientific and Cultural Organization. 2007. Understanding Information Literacy: A Primer. France: UNESCO. Webber S, Johnston B. 2000. Conception of Information Literacy: new perspective and implications. Journal of InformationScience, Vol.26 N0.6, p. 381-387.
Halaman 26