PENGARUH PEMBERIAN JAGUNG (Zea mays) TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI DESA TANJUNG MULIA KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG Effect of giving Maize (Zea mays) to the Goldfish Growth (Cypirinus carpio) in Tanjung Mulia Village Tanjung Morawa Subdistrict Deli Serdang Regency. Muhammad Khairul Saleh1, Eri Yusni2, Syammaun Usman3 1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email :
[email protected]) 2 Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara 3 Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Common carp (Cypirinus carpio) is fish consumption. It is a high economic value and suitable for cultivationed. This is very popular in Indonesia people. The Experimental wer give commercial feed and combinasion with the corn (Zea mays). Feed this were give 3 times a day, and the corn (Zea mays)were give for the treatment 1(1%), treatment 2(2%), and treatment 3 (3%, but to the commercial feed were give 3% for the all treatment. During 3 mounth of this studys were used 9 cages,eat 1 cages were put of 50 fish and the results were found of treatment 3(3%) were to be better than treatment 1 and treatment 2. Body weight of treatment 3 were found of 170 gram, followed treatment 2 of 120 gram and treatment 1 of 87 gram. The body length treatment 3 were found of 16 – 18 cm, followed treatment 2 of 15 – 17 cm and treatment 1 of 13 – 15 cm.
Keyword: Cypirinus carpio,Common carp, Feeding, Zea mays. PENDAHULUAN Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan jenis ikan bernilai ekonomis, karena sudah memasyarakat dan tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia dan telah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat pada daerah tertentu, seperti Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah (Suseno, 2002).kebutuhan
ikan mas dipasar yang selalu meningkat, sehingga banyak para pembudidaya ikan mas yang berkembang dimasyarakat. Ikan Mas di Indonesia berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budidaya yang sangat penting. Dalam melakukan kegiatan budiaya ikan hal yang harus diperhatikan adalah pakan dimana pemberian pakan yang
sesuai dengan kebutuhan ikan akan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan mas diperairan. Pertumbuhan ikan tidak merata disebabkan kandungan nutrisi pada pakan ikan yang belum mencukupi kebutuhan nutrisi pada ikan. Sehingga ikan sangat lemabat pertumbuhannya (Murtinjo, 2001). Sehingga dapat dilihat dari ketiga perlakuan dalam satu kolam dan satu jenis ikan dengan tiga ulangan terdapat hasil yang menyatakan bahwa perlakuan P3J3 merupakan perlakuan dengan nilai yang terbaik. Bahwa pada laju pertumbuhan spesifik nilai yang paling kecil diantara setiap perlakuan atau organisme yang dibandingkan dengan tingkat laju pertumbuhan yang terbaik akan semangkin kecil nilai (Shemimo, 1974) Disamping dedak halus, bahan mentah nabati yang umum digunakan adalah jagung, bersama-sama bahan mentah lainnya. Jagung adalah salah satu bahan pakan yang berharga relatif murah tetapi memiliki kandungan nutrisi dan susunan komposisi yang dibutuhkan ikan. Sebagai gambaran, harga eceran jagung mencapai Rp. 3.450/kg dan sangat mudah didapat dikarenakan jagung juga dapat ditanam di sekitar lokasi budidaya atau dilahan yang sederhana, begitu pula untuk berbagai jenis pakan yang senantiasa dikeluarkan secara periodik melalui proses ekskresi akan dibutuhkan juga pemasukannya secara rutin melalui pakan (Widodo, 2008). Dalam pertumbuhan ikan jika kebutuhan asam amino ikan terpenuhi makan pertumbuhan ratarata ikan mas akan sangat baik. Ukuran ikan mas dipasar menurut selera masyarakat tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil atau ukuran
rata-rata panjang ikan mas antara 1517 cm dan sangat sesuai dengan ukuran ikan mas (Buwono ,2000). Semangkin besar pertumbuhan ikan maka nilai laju pertumbuban spesifikya semangkin kecil dikarnakan kondisi dan faktor ikan dapat bertahan dari ganguan lingkungan disekitar. Laju pertumbuhan spesifik pada ikan akan semangkin kecil nilai persentasinya dikarnakan ikan tersebut sangat bagus pertumbuhannya namun pada ikan yang lambat pertumbuhannya nilai persentasinya akan sangat tinggi (Herper, 1981). Kepadatan ikan yang rendah berdampak pada pertumbuhan yang baik dan tingginya tingkat kelangsungan hidup tetapi produksi per area rendah (Gomes,dkk. 2000), sedangkan kepadatan ikan yang tinggi berdampak pada rendahnya pertumbuhan dan meningkatnya stres pada ikan, selain itu tingginya interaksi sosial pada ikan akan menimbulkan heterogenitas ukuran ikan. Kepadatan ikan yang tepat akan meningkatkan total produksi dan biaya produksi per unit menjadi rendah. Pertumbuhan ikan mas ikan mas memiliki pertumbuhan yang sangat cepat apa bila mengkonsumsi pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutris untuk pertumbuhan dan akan tahan terhadap kondisi lingkungan disekitar lokasi budidaya (Cahyono, 2000). Kualitas pakan tidak hanya sebatas pada nilai gizi, yang dikandunggnya melainkan sifat fisik pakan seperti kelarutannya, kecernaanya, warna, bau, dan nutrisi yang dikandung. Pemilihan pakan yang baik dapat dilihat berdasarkan indikator nilai gizi yang dikandungnya kecernaannya
(digestibility), dan daya serap (biovaibility) (Suryaningsih, 2010). Jagung memiliki energi gross yang besar dan memliki serat kering yang hampir sama dengan karbonhidrat yaitu sekitar 75 – 90% serta sebagai sumber energi yang baik dan tidak diragukan lagi jagung kuning memiliki energi pertumbuhan yang tertinggi diantara kelompok biji – bijian (Murtindjo ,2001). Air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat yang cocok bagi kehidupan ikan, karena kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan mahluk – mahluk hidup di air (Djatmika, 1986). Dalam kondisi kualitas air diperairan juga mempengaruhi nafsu makan ikan dan nutrisi yang diserap dalam prosep pertumbuhan seihinga kondisi lingkungan di lokasi penelitin juga berpengaruh terhadap pertumbuhan (Harminani dalam Jamilah 2006). Kegiatan budidaya nilai konversi pakan harus sangat efisien sehingga dapat meningkatkan nilai produksi dan keuntungan yang maksimal (Cahyono, 2000). Menyusun ransum pakan harus menentukan nilai GE terlebih dahulu dan kemudian nilai DE yang dimana kandungan nilai protein, lemak, dan karbonhidrat harus di jumlahkan. Nilai DE Protein 4.0 kkal/g, DE lemak 9.0 kkal/g, DE karbonhidrat 4,0 kkal/g dan dikalikan dengan 1000 bila disusun dalam 1kg. Penentuan nilai GE dan DE pada penelitian digunakan untuk mengetahui seberapa banyak pakan yang dibutuhkan dalam meningkatkan pertumbuhan ikan (Buwono, 2000). Konversi pakan merupakan perhitungan seberapa banyak ikan
mampu merubah pakan menjadi daging ikan (dalam 1 kg daging) dan konversi pakan tersebut sebagai acuan atau tolak ukur sampai sejauh mana efisiensi usaha pembesaran ikan tersebut. Nilai konversi pakan bertujuan untuk mengetahui berapa banyak pakan yang diberikan untuk mencapai berat ikan dalam 1 kg (Monalisa, 2005). METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2014 didesa Tanjung Mulia kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Bahan dan Alat bahan yang digunakan adalah ikan mas berukuran 8-12 cm dengan berat 28-30 gram, pakan pelet pabrikan berukuran 3 mm dan pakan tambahan berupa jagung. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tong air, pH, thermometer, satu set metode winkler, tangguk, kamera dan alat tulis, tempat pakan ikan, jaring pemisah, timbangan, penggaris, serta data yang didapat akan diolah menggunakan SPSS. Metode Penelitian Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan 3 pherlakuan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari : P3J1= Perlakuan dengan pemberian jagung sebanyak 1% P3J3= Perlakuan dengan pemberian jagung sebanyak 2% P3J3= Perlakuan dengan pemberian jagung sebanyak 3%
Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Kolam Penelitian Ikan Mas Tempat untuk penelitian ikan mas menggunakan kolam dengan ukuran total luas kolam 4,2 x 15 meter yang akan dibagi menjadi Sembilan dengan ukuran masingmasing sekat 1,4 x 5 meter dimana pada pembagian tersebut akan dibuat sekat-sekat dengan menggunakan jaring yang akan diletakan dikolam dan ditancapkan bambu sebagai tiang untuk jaring tersebut. Sebelum digunakan kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu selama seminggu setelah itu diberi kapur agar pH tanah dikolam tersebut kembali netral dan membersihkan kolam tersebut dari hama seperti ular, ikan gabus dengan cara membersihkan pada waktu kolam tersebut kering. Pada saluran masuknya air dan keluarnya air dipasang jaring yang berguna untuk menghalangi masuknya hama kedalam kolam tersebut. Setelah dipasang penyaring pada input dan output, air telah terisi didalam kolam sesuai yang kita inginkan. 2. Penyediaan Pakan dan Benih Ikan Mas Pakan pelet yang digunakan merupakan pakan yang biasa digunakan oleh para pembudidaya adalah jenis pelet Comffed yang bersifat sebagai pakan tenggelam, serta terdapat dipasaran dimana pakan ini dibeli di jalan Medan Tebing Tinggi kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Sedangkan pakan jagung dapat dibeli dikoperasi didesa Tanjung Mulia kecamatan Tanjung Morawa serta jagung yang ditanam disekitar lokasi kolam tersebut jagung yang digunakan merupakan jagung yang sudah digiling terlebih dahulu. Benih ikan mas yang digunakan berasal dari pembudidaya lokal yang dapat dibeli langsung dimana benih tersebut telah dikarantina terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam kolam. Benih yang
digunakan berukuran 4-5 inci dimana benih ikan mas yang di ambil harus sehat dan memiliki warna yang cerah serta bergerak aktif, memiliki berat 28-30 g, sudah dapat memakan pelet. Padat tebar benih ikan mas pada setiap skat yang berukuran 1,4 x 5 meter dengan volume air setinggi 1meter, maka padat penebaran ikan mas adalah 7 ekor/m3, jadi padat tebar untuk satu skat sekitar 50 ekor. 3. Pemberian Pakan Dalam penelitian ini yang menjadi pakan benih ikan mas dalam kolam adalah pelet ikan jenis Comffed yang merupak jenis pelet tenggelam, dan pakan tambahan berupa jagung, di mana kolam tersebut akan dibagi menjadi sembilan bagian pada bagian yang diberi label P3J1, P3J2, P3J3. Pemberian pakan dilakukan pada pukul 09.00 WIB, pukul 13.00 WIB, dan pukul 17.00 WIB sedangkan pemberian pelet pada masing-masing perlakuan sebanyak 3% dimana jumlah dalam satu hari pemberian pakan dengan jagung yang telah direndam didalam tong selama 3 hari 3 malam dengan kapasitas tong sebanyak 20 kg. Jagung yang telah direndam selama 3 hari 3 malam tersebut akan diberikan sebagai pakan tambahan sesuai dengan berat ikan yang akan terus bertambah dan sesuai dengan kebutuhan. 4. Pengelolaan Kualitas Air Parameter kualitas air dilakukan pengukuran kualitas air yang meliputi pH, kandungan oksigen terlarut (DO), dan suhu yang diukur setiap 14 hari sekali. Parameter Penelitian Parameter terhadap ikan yang diamati dalam penelitian ini yaitu pertambahan panjang, laju pertumbuhan Spesifik, pertambahan bobot harian dan laju konfersi pakan .Pengamatan dilakukan
melalui pengambilan sampel ikan sebanyak 50 ekor dari setiap sekat pada masingmasing perlakuan setiap 14 hari sekali. Kegiatan ini dilakukan sebelum pemberian pakan pada ikan. Ikan diambil dengan menggunakan tanggok secara perlahan kemudian ditempatkan dalam ember yang telah diisi air. Sampel ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan. Setelah itu, panjang tubuh ikan diukur dengan menggunakan penggaris satu per satu. Untuk pengamatan jumlah ikan dilakukan setiap hari sehingga dapat diketahui jumlah ikan yang mati dan jumlah ikan yang masih hidup. Dari data yang didapatkan tersebut kemudian digunakan untuk menghitung pertambahan panjang, Laju pertumbuhan spesifik (SGR) Pertambahan Bobot harian (DWG), serta konversi pakan (FCR).
berat rata-rata awal (w1) pemeliharaan dengan rumus : DWG =
𝑊2 𝑔 −𝑊1 𝑇2−𝑇1
Keterangan : DWG = Daily weight gain (Berat ikan setiap hari) (g) W2 = Berat ikan pada akhir peneitian (g) W1 = Berat ikan pada awal penelitian (g) T2 = Waktu akhir penelitian (hari) T1 = Waktu awal penelitian (hari) 3. Konversi Pakan Konversi pakan (FCR) adalah jumlah pakan yang dikonsumsi dibagi dengan jumlah total berat ikan 𝐹𝐶𝑅 =
1. Laju
pertumbuhan Growth Rate)
spesifik
(Specific
Laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate) digunakan untuk mengetahui perbandingan persentasi laju pertumbuhan setiap perlakuan menggunakan rumus Steffens (1989) 𝑆𝐺𝑅 =
ln 𝑊𝑡2−ln 𝑊𝑡1 𝑡2−𝑡1
𝑥 100%
Keterangan : SGR = Laju pertumbuhan berat spesifik (% perhari) Wt2 = Bobot biomassa pada akhir penelitian (g) Wt1 = Bobot biomassa pada awal penelitian (g) t2 = Waktu akhir penelitian (hari) t1 = Waktu awal penelitian (hari)
2. Berat badan ikan setiap hari Berat ikan setiap hari (gram) ditentukan berdasarkan selisih berat rata-rata akhir (w2) dengan
𝐹𝑘 𝑊𝑡
Keterangan : FCR = Konversi pakan ikan Fk = jumlah pakan yang diberi (gram) Wt = Berat akhir penelitian(gram) 4. Analisis Data Data kelangsungan hidup, pertambahan panjang , laju pertumbuhan spesifik, pertambahan bobot harian dan konversi pakan yang telah diperoleh dari hasil pengamatan akan ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan sofwer SPSS, yaitu meliputi : 1. Analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, yang digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh terhadap pertambahan panjang, laju pertumbuhan Spesifik, pertambahan bobot harian dan konversi pakan. Apabila perlakuan berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjutan dengan uji T .
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Panjang Pertambahan panjang ikan mas selama 12 minggu pemeliharaan terdapat pertambahan panajnag yang paling besar pada perlakuan P3J3 16.11 cm (Gambar 3), nilai ini merupakan nilai tertinggi yang didapatkan diantara 3 perlakuan dimana pada perlakuan P3J2 pertambahan panjang rata-rata 15,24 cm dan yang paling kecil pada perlakuan P3J1 dengan panjang ratarata 13.74 cm (Gambar 3) (Murtindjo, 2001).
Laju Pertumbuhan Spesifik Laju pertumbuhan spesifik ikan mas terlihat dari ketiga perlakuan perumbuhan yang terbaik terlihat pada perlakuan P3J3 dengan nilai persentasi 3.03%. pada perlakuan P3J2 4.89% dan yang paling tinggi pada perlakuan P3J1 dengan nilai 6.73%. terlihat pada Gambar 4. Laju Pertumbuhan Spesifik (%)
2. Analisis deskripsi, digunakan untuk menjelaskan parameter kerja dan kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan ikan mas yang dibudidayakan dalam tabel atau grafik.
8 7 6 5 4 3 2 1 0
6.73 4.89 3.03
P3J1
P3J2
P3J3
Pertambahan Panjang (cm)
20 16 12
Gambar
8
P3J2
4
P3J3
0 2 4 6 8 1012 Minggu ke
3. Pertambahan panjang ikan mas (Cyprinus carpio) P3J3 memiliki ukuran panjang sebesar 15,24 cm dan dapat terlihat bahwa ukuran tersebut sesuai standar pertumbuhan ikan mas yang di konsumsi oleh masyarakat. Dalam pertumbuhan ikan kebutuhan asam amino ikan terpenuhi makan pertumbuhan rata-rata ikan mas akan sangat baik. Ukuran ikan mas dipasar menurut selera masyarakat tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil atau ukuran rata-rata panjang ikan mas antara 15-17 cm dan sangat sesuai dengan ukuran ikan mas pada P3J3 (Buwono, 2000).
Gambar 4. Laju pertumbuhan Spesifik ikan mas (Cpyrinus carpio) Sehingga dapat dilihat dari ketiga perlakuan dalam satu kolam dan satu jenis ikan dengan tiga ulangan terdapat hasil yang menyatakan bahwa perlakuan P3J3 merupakan perlakuan dengan nilai yang terbaik menyatakan bahwa pada laju pertumbuhan spesifik nilai yang paling kecil diantara setiap perlakuan atau organisme yang dibandingkan dengan tingkat laju pertumbuhan yang terbaik akan semangkin kecil nilai persentasinya , itu yang terlihat pada perlakuan P3J3 dengan nilai 3,03% (Shemimo, 1974). Semangkin besar pertumbuhan ikan maka nilai laju pertumbuban spesifikya semangkin kecil dikarnakan kondisi dan faktor ikan dapat bertahan dari ganguan lingkungan disekitar. Laju pertumbuhan spesifik pada ikan akan semangkin kecil nilai persentasinya dikarnakan ikan tersebut sangat bagus pertumbuhannya namun pada ikan yang lambat pertumbuhannya nilai persentasinya akan sangat tinggi (Herper 1981).
Laju Pertumbuhan Harian (Gram)
Pertambahan Bobot Harian Selama pemeliharaan 12 minggu nilai pertambahan bobot harian rata-rata ikan mas yang tertinggi diperoleh sebesar 169.71 gram yang terdapat pada perlakuan P3J3 dan untuk pertambahan bobot ikan terendah yaitu sebesar 58.11 gram yang diperoleh pada perlakuan P3J1(Gambar 5). Pertumbuhan ikan mas ikan mas memiliki pertumbuhan yang sangat cepat apa bila mengkonsumsi pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutris untuk pertumbuhan dan akan tahan terhadap kondisi lingkungan disekitar lokasi budidaya (Cahyono, 2000). Kandungan pakan yang diberikan selama penelitian juga mempengaruhi pertumbuhan ikan mas, jika kandungan nutrisi pada pakan mencukupi kebutuhan asam amino dan nutrisi pertumbuhan pada ikan mas maka pertumbuhan ikan akan sangat meningkat sehingga dapat terlihat pada Gambar 5 perlakuan P3J3 merupakan perlakuan dengan nilai yang terbaik. 180 150 120 90
P3J1
60
P3J2
30
P3J3
0 2 4 6 8 1012 Minggu Ke
Gambar 5. Pertambahan Bobot harian (gram) ikan mas (Cpyrinus carpio) s; kualitas pakan tidak hanya sebatas pada nilai gizi, yang dikandunggnya melainkan sifat fisik pakan seperti kelarutannya, kecernaanya, warna, bau, dan nutrisi yang dikandung. Pemilihan pakan yang baik dapat dilihat berdasarkan indikator nilai gizi yang dikandungnya
kecernaannya (digestibility), dan daya serap (biovaibility)(Suryaningsih, 2010). Energi pertumbuhan juga berperan dalam proses pertumbuhan ikan mas dimana dalam pakan juga terdapat, sebagai pakan yang membuat pertumbuhan ikan mas pada perlakuan P3J2 dan P3J3 mengalami pertumbuhan yang cepat karna selain dari jagung sendiri didalam pakan pellet juga sudah terdapat jagung itu sendiri. (Murtindjo, 2001) energi gross yang besar dan memliki serat kering yang hampir sama dengan karbonhidrat yaitu sekitar 75 – 90% serta sebagai sumber energi yang baik dan tidak diragukan lagi jagung kuning memiliki energi pertumbuhan yang tertinggi diantara kelompok biji – bijian. Terdapat faktor internal dan eksternal yang mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan mas. Faktor internal merupakan faktor – faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri sepeti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan daya serap terhadap pakan tersebut, ketahanan terhadap penyakit dan parasit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan, meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersedian makanan dari segi kualitas dan kuantitas, serta perubahan kondisi dilingkungan dimana penelitian ini dilakukan di kolam terbuka dengan sumber air langsung dari aliran sungai. Air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat yang cocok bagi kehidupan ikan, karena kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan mahluk – mahluk hidup di air ( Djatmika, 1986). Dalam kondisi kualitas air diperairan juga mempengaruhi nafsu makan ikan dan nutrisi yang diserap dalam prosep pertumbuhan seihinga kondisi lingkungan di lokasi penelitin juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan, kenaikan suhu dalam
keadaaan normal adalah 27oC sampai 28oC menjadi 30oC sampai 36oC. Selama 24 jam menyebabkan pergerakan ikan menjadi sangant lambat dan kurang dalam memberikan respon terhadap stimulant dan penuruna kadar oksigen terlarut serta nafsu makan ikan yang berkurang (Harminani dalam Jamilah, 2006)
Rasio Konversi Pakan
Konversi Pakan Pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan yaitu pelet komersil, dengan tambahan berupa jagung . Setiap minggu nya berat pakan selalu berubah-ubah berdasarkan bobot ikan uji. Konversi pakan tertinggi pada ikan mas selama pemeliharaan 12 minggu diperoleh sebesar 2.66 yang didapat pada perlakuan P3J1 dan konversi pakan terendah yaitu sebesar 1,85 yang didapat pada perlakuan P3J3 (Gambar 6). 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
2.66
P3J1
1.9
1.85
P3J2
P3J3
Perlakuan
Nilai rasio konversi pakan di pengaruhi oleh protein pakan, energi pertumbuhan dalam pakan, dan jumlah pakan yang diberikan, dengan semakin sedikit pakan yang diberikan pemberian pakan semakin efisien. Semakin kecil nilai konversi pakan menunjukkan pemanfaatan pakan semakin efisien pada kegiatan budidaya ikan. Dalam menyusun ransum pakan harus menentukan nilai GE terlebih dahulu dan kemudian nilai DE yang dimana kandungan nilai protein, lemak, dan karbonhidrat harus di jumlahkan. Nilai DE Protein 4.0 kkal/g, DE lemak 9.0 kkal/g, DE karbonhidrat 4,0 kkal/g dan dikalikan dengan 1000 bila disusun dalam 1kg. Penentuan nilai GE dan DE pada penelitian digunakan untuk mengetahui seberapa banyak pakan yang dibutuhkan dalam meningkatkan pertumbuhan ikan (Buwono, 2000). Konversi pakan merupakan perhitungan seberapa banyak ikan mampu merubah pakan menjadi daging ikan (dalam 1 kg daging) dan konversi pakan tersebut sebagai acuan atau tolak ukur sampai sejauh mana efisiensi usaha pembesaran ikan tersebut. Nilai konversi pakan bertujuan untuk mengetahui berapa banyak pakan yang diberikan untuk mencapai berat ikan dalam 1 kg (Monalisa, 2005).
Gambar 6. Konversi pakan ikan mas (Cpyrinus carpio)
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Pakan perlakuan P3J3 memiliki nilai konversi pakan terbaik diikuti dengan perlakuan P3J2. Sedangkan pada perlakuan P3J1 nilai konversi tertinggi. Semangkin rendah nilai konversi pakan dalam suatu usaha kegiatan budidaya maka semakin efisiensi pakan yang digunakan.(Cahyono, 2000). Dalam suatu kegiatan budidaya nilai konversi pakan harus sangat efisien sehingga dapat meningkatkan nilai produksi dan keuntungan yang maksimal.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Permberian jagung sebanyak 3% lebih bagus dari pemberian jagung sebanyak 1%dan memiliki nilai efisien yang keci yaitu 0.46 . 2. Berdasarkan hasil penelitian dari pertumbuhan ikan mas selama 12 minggu penelitian hasil tertinggi diperoleh dari perlakuan pemberian jagung sebanyak 3% dengan berat rata – rata adalah 169.71 gram, dengan
panjang ikan dengan efisiensi pakan sebesar 1.85 dengan tingkat kematian total dari penelitian adalah 1.3% atau hannya 6 ekor ikan yang mati dari 450 ekor ikan. Saran Disarankan untuk penelitian ini selanjutnya menggunakan jagung sebanyak 3% dikarnakan pertumbuhan yang terus dapat meningkat dan melihat tingkat pengaruh jagung terhadap warna ikan. DAFTAR PUSTAKA Bachtiar, Y. 2002. Mencemerlangkan Warna Koi. Agromedia. Jakarta. Buwono, D. I. 2000 Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Cahyono, 2000.Budidaya Ikan Air Tawar. Kanisius. Jakarta. Davis, D. A. and D. M. Gatlin, III. 1991. Dietary Mineral Requirements of Fish and Shrimp. In.: Proceeding of the Aquaculture Feed Processing and Nutrition Workshop. Sept. 1925, 1991. ASA. Singapore. P. 44-46. Effendie, M. I. 1997. Metoda Perancangan Percobaan. CV Armico. Bandung. 472 hal. Effendie, M. I. 2002.Petumbuhan dan Dimensi Sel pada Ikan. PT. Penebar Swadaya.Jakarta. Eriyusni. 1999. Effect of Diet on Growth Performance and Carcass Composition in Different Strains of Tilapia. Institute of Biological Sciences University of Malaya Kulala Lumpur. Malaysia
Hepher, B. dan Yoel Pruginin. 1981. Commercial Fish Farming. O. W., New York. 261 pp. Kordi, M. G., dan Andi, B. T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Mudjiman, A. 2001. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta Monalisa, S. S., dan Minggawati, I Rochdianto, 2005.Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Penebar Swadaya. Jakarta Satyani, D. dan Sugito, S. 1997. Astaxanthin sebagai Sumber Pakan untuk Peningkatan Warna Ikan Hias. Warta Penelitian Perikanan Indonesia 3 (1):68. Shemino,S. 1974. Studies on Carbohydrate Metabolismin Fishes.Rep Fish. Lab.,Kochi Univ. 2: 1-107. Shemino, S., H. Hosokawa, and M. Takeda. 1977. Comparative Studies on Carbohydrate Metabolism of Yellowtail and Carp. Buff.Jap. Soc. Sci. Fish 43(2): 213-217. Suprapto. 2001. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Jakarta: Argo Media Pustaka. Tappin, A.R. 2010. Rainbow Fishes : Their Care and the Keeping in Captivity.