3
BAB I “WHAT ?”
Dalam kesempatan ini, perancang mendapatkan tugas dengan tema Kelompok “Royal Heritage”. Pengertian dari Royal Heritage sendiri diperoleh dari kata Royal yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti melampaui batas sedangkan Heritage memiliki arti peninggalan atau pusaka, sehingga Royal Heritage dapat diartikan menjadi peninggalan/pusaka yang Melampaui Batas. Batas dalam arti peninggalan yang mampu bertahan era modern dan memiliki nilai sejarah yang patut dipertahankan, tetapi bangunan peninggalan itu sendiri tidak dapat terus bertahan bila tetap dibiarkan tanpa fungsi sehingga akan semakin terlupakan eksistensinya. Peran arsitek adalah mengembalikan aksistensi bangunan bersejarah tanpa menghilangkan eksistensi bangunan lama namun menjadikan bangunan lama semakin terpandang dan semakin diketahui kehadirannya
Tentunya dari tema tersebut, perancang mendapat gambaran apa yang harus dilakukan terhadap bangunan yang terdapat pada site yang terletak di persimpangan antara jalan Veteran dan jalan Sutomo. Pada site terdapat 2 bangunan bersejarah yaitu Gedung Nasional dan Gedung Olahraga pertama di Medan, sedangkan di sekitar site terdapat gedung RRI Medan dan Tugu Perjuangan Medan. Selain bangunan bersejarah, keunikan lain dari site adalah sepanjang jalan Sutomo pada pukul 1-5 pagi di fungsikan menjadi “trading area” dimana pedagang besar sayur mayur menjual dagangannya dalam partai besar selama jam tersebut, setelah jam tersebut selesai jalan akan kembali kosong dan digantikan dengan pedagang pasar tradisional yang menyebar di sekitar site, di badan jalan. Kehadiran pasar tradisional di site selain merupakan permasalahan dimana sampah yang ditinggalkan pedagang tidak dibersihkan sehingga menjadi kotor. Selain itu hadirnya pasar tradisional menjadi salah satu penyebab
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4
kemacetan di jalan Veteran dan sekitarnya sehingga dibutuhkan penanggulangan permasalahan pasar terhadap site.
Tindakan yang akan diambil terhadap bangunan bersejarah, pada kenyataannya bertolak belakang dengan permasalahan pasar, dimana bangunan bersejarah yang tidak diperhatikan pemerintah serta pasar yang juga tidak di tata pemerintah menjadikan bangunan bersejarah semakin hancur dan tidak terperhatikan. Namun tidak mudah kita menghilangkan keberadaan pasar yang menjadi daya tarik masyarakat untuk datang dan menjadi tempat masyarakat mencari nafkah. Sehingga perancang mencoba menggabungkan elemen bangunan bersejarah dan kehadiran pasar di dalamnya walau tidak mudah.
Contoh kasus nyata penggabungan Pasar tradisional dengan bangunan bersejarah belum ada, namun penggabungan bangunan bersejarah dengan pusat perbelanjaan modern sudah ada. Salah satu contohnya Gurney Paragon di Malaysia (gambar 1.1). Bangunan yang dulunya merupakan bangunan keagamaan St. Joseph yang berdiri 1925 ini merupakan bagian dari sejarah peradaban Perancis di Malaysia. Bangunan ini sekarang dikelilingi pusat perbelanjaan dan hotel serta apartement dan menjadi penghubung antara mall dan tower apartement dan hotel (gambar 1.2). Daerah ini ramai dikunjungi wisatawan yang sekedar menikmati bangunan tua yang beralih fungsi menjadi museum, atau menikmati wisata belanja. Areal bagian depan bangunan bersejarah ini difungsikan menjadi plaza tempat berlangsungnya acara atau konser (gambar 1.3).
Hal ini dapat direalisasikan karena pemerintah dan pihak swasta samasama melihat keuntungan dari dua sisi, dimana pemerintah dapat menekan biaya pemugaran bangunan bersejarah dan tetap mempertahankan eksistensinya dan pihak swasta dapat memanfaatkan bangunan tua sebagai daya tarik bagi wisatawan yang menjadi kaunikan tersendiri dari bangunan yang akan dibangun di sekitar St. Joseph.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5
Gambar 1.1 Gurney Paragon Malaysia (Sumber Google Picture)
Gambar 1.2 St. Jo Sebagai Penghubung (Sumber Google Picture)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
6
Gambar 1.3 Plaza Gurney Sebagai Tempat Konser (Sumber Google Picture) Berdasarkan tema “Royal Heritage” yang seharusnya menjadi acuan pembangunan di Medan dikarenakan banyaknya bangunan bersejarah, adalah satu potensi meningkatkan minat wisatawan dan masyarakat sekitar untuk berkunjung ke suatu lokasi untuk menikmati arsitektur kolonial maupun kemerdekaan yang memiliki sejarah masing-masing tiap bangunannya. Dengan pemanfaatan “Urban Heritage Tourism” selain untuk meningkatkan pendapatan kota, untuk meningkatkan nilai pariwisata di kota Medan serta dapat memperkenalkan bangunan bersejarah kota medan. Menurut perancang , Urban Heritage Tourism diartikan per-kata sebagai, Urban memiliki arti Kota, Heritage memiliki arti Sejarah (preservasi) dan Tourism memiliki arti Pariwisata, pengertian secara keseluruhan adalah pariwisata ke tempat bersejarah di suatu kota, dengan tujuan meningkatkan angka kunjungan dan tujuan wisata ke kota, khususnya dalam bidang pariwisata sejarah. Diantara tema “Royal Heritage” dan “Urban Heritage Tourism” tidak terjadi pengelaborasian, tetapi terjadi peningkatan level dari “Urban Heritage Tourism” menjadi “Royal Heritage” dimana bangunan bersejarah yang menjadi kunjungan wisata bukan hanya menjadi tempatkunjungan wisata tetapi menjadi bagian dari perkembangan tersebut. Dengan kata lain, bangunan bersejarah tersebut menjadi bagian dari bangunan baru. Dengan begitu tidak ada kemungkinan bangunan bersejarah kehilangan eksistensinya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
7
Menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Medan angka kunjungan ke Kota Medan paling banyak adalah Istana Maimun dengan jumlah kunjungan 107.800 orang pada tahun 2011 dan jumlah kunjungan untuk Gedung Nasional, GOR, Gedung RRI, Tugu Perjuangan adalah 0 (Nol), bahkan tidak dianggap pemerintah ini merupakan situs bersejarah dan menjadi tempat sampah di beberapa titik. Miris merupakan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan pola pikir pemerintah yang tidak berpikir maju, hanya berpikir menikmati apa yang ada. Perlu adanya campur tangan pihak swasta dalam pelaksanaan proyek ini menjadi tujuan utama agar tercapainya perbaikan kota dan penyelamatan situs bersejarah.
Penambahan fasilitas dan pemanfaatan bangunan bersejarah merupakan potensi yang direncanakan pada lokasi site tentunya dapat menjadi sebuah “Oase” di tengah gurun beton kota Medan yang menarik minat pengunjung lokal maupun wisatawan mancanegara untuk berkunjung, berbelanja di pasar tradisional, menikmati bangunan dan situs bersejarah karena penambahan dan perbaikan fasilitas pada site. Fasilitas yang direncanakan perancang pada site adalah pembangunan Hotel Bintang 5 dan Upperclass Apartement, penyediaan tempat pasar tradisional serta areal terbuka hijau yang lebih besar agar dapat menjadi “Oase” kota maupun daerah sekitar bagi wisatawan yang menginginkan nuansa berbeda.
Untuk perencanaan pasar sebagai salah satu potensi, perancang merencanakan fungsi pasar yang memiliki akses mudah dari apartemen dimana kebutuhan orang yang tinggal di apartement akan lebih banyak berhubungan dengan pasar dibandingkan hotel Bintang 5. Diharapkan dengan penambahan fasilitas hotel Bintang 5, upperclass apartement dan ruang publik dapat menjadi solusi permasalahan hubungan antara situs sejarah, ruang publik, pasar tradisional dan fasilitas berkelas sehingga meningkatkan jumlah pengunjung yang datang dan menjadi daya tarik wisatawan sesuai dengan perencanaan perancang.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara