ANALISIS KUALITAS PERAIRAN PANTAI SEI NYPAH KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA
Analisist Water Quality in Sei Nypah Beach Serdang Bedagai District North Sumatera Province Rizki Eka Putra1, Budi Utomo2, Ahmad Muhtadi3 1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email :
[email protected]) 2 Staff Pengajar Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara 3 Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT Sei Nypah beach are located in the eastern coast of Sumatra, it has a variety of activities that affect the water quality. Information and understanding of environmental change is indispensable in ecosystem monitoring efforts.This research aims to determine the status of Sei Nypah’s the water quality. This research had been conducted on May to Juny 2015 in Sei Nypah Beach, Serdang Bedagai District, North Sumatera Province. There are three station observed, Station 1 : aqua culture activities area; station 2 : agriculture activities area; and station 3: tourism activities area. Sampling was done three time within 2 months. The value of physical and chemical parameters of water include temperature from 29,2 – 31,9 oC, turbidity 2 – 8 mg/l, pH 7,4 – 8,5, salinity 25 – 30 o/oo, DO 7,6 – 8 mg/l, BOD 0,6 – 1,7 mg/l, COD 11,12 – 18,36 mg/l, nitrate 0,0029 – 0,0041 mg/l, and phosphate 0,015 – 0,075. Sei Nypah’s water quality to pollution index and storet method for station 1, station 2, and station 3 according were catagorized to class lightly polluted. Keywords : Sei Nypah Beach, Pollution Index, Storet.
PENDAHULUAN Pantai merupakan satu di antara beberapa ekosistem yang telah lama dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai aktivitas dalam menunjang kehidupan. Fungsi pantai semakin beragam seiring dengan kemajuan peradapan dan kebudayaan manusia yang mengakibatkan fungsi dari pantai tidak sesuai dengan peruntukan untuk mendukung kehidupan organisme akuatik dan kebutuhan masyarakat di sekitar pantai. Hal yang menyebabkan penurunan kualitas pantai disebabkan
oleh masuknya berbagai buangan limbah dari berbagai aktivitas manusia sehingga menyebabkan terjadi perubahan kualitas fisika dan kimia pantai tersebut. Kawasan pesisir adalah limbah yang dibuang dari aktivitas tersebut melalui saluan - saluran sungai akan terakumulasi di kawasan muara sungai yang langsung bertemu dengan laut. Hal yang menjadi perhatian disini adalah limbah dari setiap aktivitas yang terakumulasi ke wilayah perairan dan dari aktivitas tersebut dapat sebagai 1
bahan baku maupun sebagai katalisator. Wilayah pesisir khususnya pantai dan laut memiliki potensi yang sangat besar bagi kehidupan manusia, dari bidang perikanan hingga bidang pariwisata yang menghasilkan devisa bagi daerah setempat. Wahyudi, dkk. (2009) menyatakan bahwa satu diantara beberapa pemanfaatan yang penting adalah sebagai kawasan pemukiman, dimana lebih dari 70% kota besar di dunia berada di daerah pantai. Potensi pantai yang khas adalah daya tarik visual. Secara empiris wilayah pesisir merupakan tempat aktivitas ekonomi yang mencakup perikanan laut, transportasi dan pelabuhan, pertambangan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, kawasan pemukiman serta tempat pembuangan limbah (Dahuri, 2004). Kawasan pesisir Pantai Sei Nypah Kecamatan Perbaungan Provinsi Sumatera Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka, namun sejalan perkembangan aktivitas kawasan pesisir Pantai Sei Nypah Kecamatan Perbaungan, telah mengalami perubahan seperti aktivitas budidaya, aktivitas wisata aktivitas pertanian. Sehubungan dengan hal ini tidak menutup kemungkinan akibat dari aktivitas tersebut akan menimbulkan masalah perubahan kualitas perairan baik yang dilakukan aktivitas pertanian, aktivitas parawisata dan aktivitas budidaya. Permasalahan bagi kawasan Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi pengambilan sampel adalah “Purposive Random Sampling”yaitu dengan cara memilih 3 (tiga) stasiun penelitian berdasarkan aktivitas di sekitar pantai. Stasiun 1 terdapat aktivitas budidaya, stasiun 2
pesisir adalah limbah yang dibuang dari aktivitas tersebut melalui saluan saluran dan sungai akan terakumulasi di kawasan muara sungai yang langsung bertemu dengan laut. Informasi tentang kondisi fisika dan kimia di perairan Pantai Sei Nypah masih sangat terbatas. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai Analisis Kualitas Perairan Pantai Sei Nypah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Berdagai Sumatera Utara. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2015 dengan interval waktu pengambilan sampel 2 minggu. Pengambilan sampel dilakukan di perairan Pantai Sei Nypah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sampel air,yang diukur parameter fisika kimia dan larutan MnSO4, KI, KOH, H2SO4, Na2S2O3, dan amilum. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, pH meter, refraktometer, botol wikler, labu erlemeyer, jarum suntik, pipet tetes, GPS (Global Positioning System), alat tulis, botol sampel, kamera digital, kertas label dan ember ukuran 5 liter. terdapat aktivitas pertanian, dan stasiun 3 terdapat aktivitas wisata. Deskripsi Area Penelitian Stasiun pertama merupakan kawasan Budidaya Pantai Sei Nypah dengan koordinat 99o 05’ 23,6” LU dan 03o 35’ 36,5’’ BT. Stasiun kedua merupakan kawasan Pertanian Pantai Sei Nypah dengan koordinat 990 04’ 2
49,3” LU dan 030 34’ 54,1’’ BT. Stasiun ketiga merupakan kawasan Wisata Pantai Sei Nypah dengan koordinat 99o 05’ 28,7” LU dan 03o 35’ 32,9’’ BT. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel air dilakukan pada saat kondisi air menjelang surut sehingga masih memungkinkan air untuk diambil. Pengambilan sampel air dilakukan pada pukul 08.00 – 10.00 WIB, dimana keadaan pantai dalam kondisi surut sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel. Sampel Air Data parameter seperti Suhu, Dissoplved oxygen, Salinitas, dn pH diukur langsung dilokasi penelitian. Sedangkan Kekeruhan, biological oxygen demand, chemical oxygen demand, Nitrat, dan Fosfat di ukur di Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PUSLIT-SDAL) Universitas Sumatera Utara. Masing – masing botol diberi label dengan nama parameter dan nama stasiun. Analisis data Parameter kualitas air Keseluruhan data parameter kualitas perairan ada penurunan dan perubahan kualitas perairan secara deskriptif. Data lapang yang didapat akan dibandingkan dengan nilai baku mutu yang digunakan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 115 tahun 2003. Metode Indeks Pencemaran (IP) Status mutu air merupakan tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi tercemar atau kondisi baik pada suatu sumber air
dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang telah ditetapkan, dalam hal ini digunakan baku mutu untuk kehidupan biota laut. Penentuan status mutu air menggunakan metode Indeks Pencemaran. Prosedur Penggunaan 1. Sebaiknya dipilih parameterparameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas air membaik. 2. Sebaiknya dipilih konsentrasi parameter baku mutu (Lij) yang tidak memiliki rentang. 3. Harga Ci/Lij dihitung untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan sampel air. 4.a. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal DO. Tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim (misal untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil perhitungan, yaitu :
Keterangan : Cim = Nilai konsentrasi teoritik atau nilai konsentrasi maksimum parameter (i) Lij = Konsentrasi parameter kualitas air (i) berdasarkan baku mutu (j) 4.b. Jika nilai parameter Lij memiliki rentang : - Untuk Ci ≤ Lij rata-rata
- untuk Ci Lij rata-rata 3
angka yang di dapat disesuaikan pada evaluasi terhadap nilai IP yang dapat dilihat pada Tabel 1. 4.c. Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0, misal C1/L1j = 0,9 dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah : (1) Penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari 1,0. (2) Penggunaan nilai (Ci/Lij) baru jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih besar dari 1,0. (Ci/Lij)baru = 1,0 P.log(Ci/Lij)hasil pengukuran P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5). 4.d. Nilai rata-rata da, kn< nn nilai maksimum ditentukan dari keseluruhan Ci/Lij ((Ci/Lij)R) dan (Ci/Lij)M). 5.a. Harga IP ditentukan dengan rumus :
Keterangan : Lij = Konsentrasi Parameter Kualitas Air yang Dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air (j) Ci = Konsentrasi parameter kualitas air hasil pengamatan (Ci/Lij)M= Nilai Ci/Lij maksimum (Ci/Lij)R= Nilai Ci/Lij rata-rata 5.b. Apabila hasil harga indeks pencemaran telah di temukan, maka
Tabel 1. Evaluasi Terhadap Nilai IP Nilai
0 ≤ PIj ≤ 1,0 1,0 ≤ PIj ≤ 5,0 5,0 ≤ PIj ≤ 10 PIj ≥10
Kriteria Memenuhi baku mutu (kondisi baik) Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar berat
Metode Storet Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode Storet dapat diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip, metode Storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan sebagai berikut : 1. Skor =0 memenuhi baku mutu 2. Skor =-1 s/d -10 tercemarringan 3. Skor = -11 s/d -30 tercemar sedang 4. Skor = ≤ -31 tercemar berat Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode Storet dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga membentuk data dari waktu ke waktu (time series data). 2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
4
3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku mutu) maka diberi skor 0. 4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu) maka diberi skor yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air Jumlah Contoh < 10 ≥ 10
Nilai Maksimum Minimum Rata-rata Maksimum Minimum Rata-rata
Parameter Fisika Kimia -1 -2 -1 -2 -3 -6 -2 -4 -2 -4 -6 -12
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Parameter Fisika Kimia Perairan Parameter fisika dan kimia perairan yang diukur pada saat pengamatan meliputi suhu, kekeruhan, pH, salinitas, DO, BOD5, COD, nitrat, dan fosfat. Hasil pengukuran parameter fisika kimia perairan selama penelitian yang dicantumkan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kisaran nilai parameter fisika kimia perairan No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8 9
Parameter Fisika Suhu Kekeruhan Kimia Ph Salinitas DO BOD5 COD Nitrat Fosfat
Satuan
(Stasiun 1)
(Stasiun 2)
(Stasiun 3)
Baku Mutu
o
C NTU
29,8 – 31,9 5–7
29,2 – 31,3 2–6
30,9 – 31,3 5–8
24-32 5
‰ mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
7,4 – 8,3 29 – 30 7,8 – 8,1 1,5 – 1,6 15,09 – 17,24 0,0029 – 0,0041 0,033 – 0,075
8,2 – 8,3 25 – 26 7,6 – 8,8 0,6 - 1,4 11,12 – 14,2 0,0074 – 0,0075 0,016 – 0,019
8,3 – 8,5 27 – 28 7,8 – 8,5 1,5 – 1,7 15,09 – 18,24 0,0064 – 0,007 0,015 – 0,019
7-8,5 34-35 >5 <10 <40 0,008 0,015
Analisis Mutu Air Laut Menggunakan Metode Indeks Pencemaran (IP) Pada model indeks pencemaran kualitas air, maka pada penggunaannya dibutuhkan nilai rata-rata dari keseluruhan nilai Ci/Lix sebagai tolak ukur pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan efesien jika salah satu nilai Ci/Lix lebih besar dari 1. Beberapa parameter yang dijadikan perhitungan dalam indeks pencemaran perairan Pantai Sei Nypah adalah suhu, kekeruhan, pH, DO, BOD5, COD, nitrat dan fosfar. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan untuk setiap parameter kualitas air maka dilakukan
analisis dengan Indeks Pencemaran (IP) untuk mengetahui status pencemaran di Perairan Pantai Sei Nypah. Tabel 4. Nilai Indeks Pencemaran pada Setiap Stasiun Lokasi
Stasiun 1
Indeks Pencemaran (IP) 1,56
Stasiun 2
1,41
Stasiun 3
1,35
Kategori
Tercemar ringan Tercemar ringan Tercemar ringan
5
Metode storet Kualitas air yang ditentukan dari nilai parameter fisika dan kimia perairan dilakukan dengan menggunakan metode Storet untuk memperoleh total skor yang menunjukkan status mutu air. Pada stasiun 1 di peroleh skor -4, stasiun 2 di peroleh skor -1, dan stasiun 3 diperoleh skor -4 sehingga stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun 3 dikatagorikan tercemar ringan untuk katagori wisata bahari. Pembahasan Parameter Fisika Kimia Perairan Berdasarkan data pengamatan didapatkan suhu pada stasiun 1 berkisar antara 29,8 − 31,9 oC, pada stasiun 2 antara 29,2 – 31,9 oC dan pada stasiun 3 antara 30,9 − 31,3 oC, nilai ini masih berada dibawah nilai baku mutu yang telah ditetapkan dan masih mendukung untuk kehidupan biota laut. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kisaran suhu di setiap stasiun masih berada dalam batas normal, dimana menurut Efriyeldi (1999) kisaran suhu yang dianggap layak bagi kehidupan organismeakuatik bahari adalah 25-32 o C. Nilai kekeruhan pada stasiun 1 berkisar antara 5 − 7 NTU, stasiun 2 berkisar antara 2 − 6 NTU, dan stasiun 3 berkisar 5 – 8 NTU. Batas cahaya matahari untuk menembus kolom perairan tidak terlalu jauh. Wulandari (2009) menyatakan bahwa nilai kecerahan yang rendah menggambarkan nilai kekeruhan yang tinggi. Parameter kimia yang diperoleh selama penelitian diantaranya adalah nilai pH pada stasiun 1 berkisar antara 7,4 − 8,3 pada stasiun 2 berkisar antara 8,2 – 8,3 dan stasiun 3 berkisar antara 8,3 − 8,5. Secara keseluruhan pH perairan Pantai Sei Nypah berkisar antara 7,4 − 8,5. Nilai pH yang diperoleh masih dalam kisaran baku mutu. Kisaran pH dalam perairan alami,
sangat dipengaruhi oleh konsentrasi karbon dioksida yang merupakan substansi asam. Menurut Odum, 1994 menyatakan bahwa air laut merupakan system penyangga (buffer capacity) yang sangat luas dengan derajat keasaman (pH) yang relatif stabil sebesar 7,0 − 8,5. Sedangkan Nilai salinitas yang ditemukan pada stasiun 1 antara 29 − 30 ‰, stasiun 2 antara 25 − 26 ‰ dan pada stasiun 3 antara 27 − 28 ‰. Menurut Nybakken (1992), kisaran salinitas pada tiap daerah berbeda berdasarkan kondisi masing-masing perairan. Pada daerah pesisir salinitas berfluktuasi, secara definisi suatu perbedaan salinitas akan tampak pada saat tertentu, tetapi pola perbedaan bervariasi bergantung pada musim, pasang surut, dan jumlah masukan air tawar. Selain itu, Nontji (1993) menyatakan bahwa salinitas memiliki peranan penting dalam kehidupan organisme, seperti distribusi biota akuatik. Nilai DO yang didapatkan di pantai Sei Nypah, pada stasiun 1 berkisar antara 7,8 – 8,1 mg/l, pada stasiun 2 berkisar antara 7,6 – 8,8 mg/l dan pada stasiun 3 berkisar antara 7,8 − 8,5 mg/l.Nilai DO tertinggi pada stasiun 2 yaitu daerah pertanian, hal ini disebabkan oleh bahan-bahan organik sisa dari kegiatan pertanian yang terbawa masuk ke kolom perairan dan ini dioksidasi oleh mikroorganisme. Menurut Effendi (2003), kadar oksigen berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, bergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulance) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Pengukuran nilai BOD5 didapatkan nilai yang berkisar antara 0,6- 1,7 mg/l nilai BOD5 yang tertinggi diperoleh pada stasiun 3 dengan nilai 1,7 mg/l, Menurut Salmin, 2005 6
Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam - macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasidengan hasil akhir karbon dioksida (CO2) danair (H2O). Pemeriksaan BOD5 tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD5 merupakan hasil dari aktivitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Hasil pengukuran COD pada stasiun pengamatan diperoleh kisaran nilai antara 11,12 − 18,36 mg/l, COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Nilai COD tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 18,36 mg/l. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 Thn 2004 nilai baku mutu untuk kehidupan biota laut yang diperbolehkan adalah <40 mg/l, maka nilai yang diperoleh dari hasil pengamatan masih memenuhi standar baku mutu. Tingginya nilai BOD5 dan COD pada stasiun 3 oleh karena stasiun 3 merupakan daerah yang terdapat bahan non organik, sehingga meningkatkan aktivitas penguraian menggunakan oksigen dalam proses penguraian tersebut. Pengukuran nilai nitrat di dapatkan nilai yang berkisar antara 0,0029 − 0,0075 mg/l. Nilai nitrat (NO3N) yang tertinggi diperoleh pada stasiun 2 dengan nilai 0,0075 mg/l. Nilai konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan diduga bahwa jumlah limbah pertanian yang terbuang ke perairan yang diberikan pada kegiatan pertanian telah memberikan pengaruh terhadap terjadinya peningkatan konsentrasi
nitrat di perairan. Menurut Diansyah (2004), distribusi horizontal kadar nitrat semakin tinggi menuju ke arah pantai, dan kadar tertinggi biasanya ditemukan di perairan muara. Sedangkan Pengukuran nilai fosfat didapatkan nilai yang berkisar antara 0,015 – 0,075 mg/l. Nilai fosfat tertinggi diperoleh pada stasiun 1 dengan nilai 0,0075 mg/l. Menurut Edwand dan Tarigan, 2003, adanya kadar fosfat yang rendah dan tinggi pada kedalaman - kedalaman tertentu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya arus laut pada kedalaman tersebut yang membawa fosfat dan kelimpahan fitoplankton. Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan zat hara telah banyak, Dengan adanya proses upwelling, maka semua fosfat yang ada di dasar perairan akan terangkat naik ke permukaan, sehingga lapisan permukaan menjadi subur akibat terjadinya pengayaan (eutrofikasi) zat hara ini Status Mutu Air Tujuan perhitungan indeks pencemaran dan perhitungan storet adalah untuk membandingkan perhitungan setiap stasiun yang diteliti dan memberikan informasi sehingga dalam menyajikan kualitas suatu perairan cukup disajikan dalam suatu nilai tunggal. Dapat dibandingkan antara kualitas suatu perairan dan juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan pantai. Status lingkungan hidup dengan melihat indeks pencemaran dan storet yang ada akan memberikan informasi secara keseluruhan status pencemaran pada lingkungan perairan. Pengukuran secara akurat status lingkungan tersebut dapat dilakukan dengan melihat kondisi perairan dengan standar baku mutu yang diperuntukkan, baik untuk 7
kegiatan budidaya, pertanian dan wisata (Samawi, 2007). Nilai indeks pencemaran yang diperoleh selama penelitian dibandingkan dengan nilai baku mutu untuk wisata bahari berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004, Secara umum lingkungan perairan Pantai Sei Nypah dalam kondisi tercemar ringan. Pada stasiun 1 didapat kan nilai Indeks Pencemaran sebesar 1,56 pada stasiun 2 sebesar 1,41 dan pada stasiun 3 sebesar 1,35 nilai indeks pencemaran dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan kriteria indeks pencemaran yang ditetapkan pada Berdasarkan kriteria indeks pencemaran yang ditetapkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang penentuan status mutu air, nilai 1,0 < IP < 5,0 termasuk kedalam kategori tercemar ringan untuk wisata bahari. Nilai indeks pencemaran tertinggi terdapat pada stasiun 1 dimana pada stasiun ini terdapat aktivitas budidaya yang dilakukan salah satu perusahaan di sekitar kawasan pantai Sei Nypah namun aktivitas budidaya tersebut masih dalam kawasan aman untuk melakukan aktivitas tersebut karena tidak terlalu mempengaruhi pencemaran pantai tersebut dan masih memenuhi nilai indeks pencemaran. pada stasiun 3 yaitu stasiun ini merupakan aktivitas wisata merupakan nilai indeks pencemaran yang terendah di daerah tersebut dan memiliki nilai indeks pencemaran yang tidak berbeda jauh dengan dua stasiun lainnya. Hal ini disebabkan karena antara stasiun 2 dengan stasiun 3 merupakan pertemuan antara air laut dan payau yang disebut muara selain dari faktor kondisi ekologi stasiun 3 yang memiliki mangrove di sekitarnya yang mempengaruhi nilai beberapa parameter tinggi.
Sifat fisika-kimia air yang terdapat di Perairan Sei Nypah dihubungkan dengan kriteria yang dikemukakan oleh Storet yang lebih dikenal dengan metode Storet. Berdasarkan data yang tersaji nilai sifat fisika kimia air yang terdapat pada Stasiun 1, stasiun 2 dan statiun 3 menurut metode Storet secara berturutturut adalah -4, - 1 dan -4. Skor tertinggi terdapat pada Stasiun 1 dan stasiun 3 yaitu pada daerah dimana terdapat aktivitas budidaya dan wisata seperti wisata tumbuhan magrove sedangkan yang terendah terdapat pada Stasiun 2 yakni daerah muara yang bersifat lebih alami. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Data analisis yang diperoleh dapat diketahui bahwa secara umum parameter yang diukur hasilnya masih sesuai dengan standar baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5l Tahun 2004 untuk katagori wisata bahari. 2. Tingkat pencemaran pantai Sei Nypah menurut Indeks Pencemaran dan Storet berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 115 tahun 2003 menunjukkan bahwa kondisi Perairan Pantai Sei Nypah tergolong tercemar ringan untuk katagori wissata bahari dengan nilai untuk IP pada stasiun 1 (1,56) stasiun 2 (1,41) dan stasiun 3 (1,35) dan nilai untuk Storet pada stasiun 1 (-4) stasiun 2 (-1), dan stasiun 3 (-4). Saran
Untuk menjaga kelestarian perairan pantai Sei Nypah, diharapkan 8
kepada masyarakat sekitar pantai untuk melakukan pengelolaan dan menanggulangi pencemaran terhadap air laut. Perlu juga dilakukan penelitian secara kontiniu terhadap paramaeter fisika dan kimia di perairan pantai Sei Nypah kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai provinsi sumatera utara agar dapat di ketahui sejauh mana dan secepat apa penyebaran pencemaran pantai Sei Nypah selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Diansyah, G. 2004. Kualitas Perairan Pantai pulau batam, Kepulauan Riau Berdasarkan Karakteristik Fisika-Kimia dan Struktur komunitas Plankton. [Skripsi]. Program Studi ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan. IPB. Bogor. Edwand dan Tarigan, M. S. 2003. Pengaruh Musim Terhadap Fluktuasi Kadar Fosfat dan Nitrat di Laut Banda. Makara. Sains. 7 (2) : 19 - 22. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Menteri Lingkungan hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta Nontji,
A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta. Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana. 30 (3) : 21 – 26. Samawi, M. F. 2007. Desain Sistem Pengendalian Pencemaran Perairan Pantai (Studi Kasus Perairan Pantai Kota Makassar). Disertasi. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor. Wulandari, D. 2009. Keterikatan Antara Kelimpahan Fitoplankton Dengan Parameter Fisika Kimia Di Estuari Sungai Brantas (Porong). Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Efriyeldi. 1999. Sebaran Spasial Karakteristik Sedimen dan Kualitas Air Muara Bantan Tengah. Bengkalis Kaitannya Dengan Budidaya KJA (Keramba Jaring Apung). Jurn. Nat. Indo. 11(1) : 85 – 92. Menteri Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta.
9