ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ENTREPRENEURIAL OPPORTUNITY RECOGNITION PADA UMKM BINAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Abigail Thyca Paruntung Program Ekstensi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Abstrak UMKM memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Oleh karena itu untuk mengembangkan UMKM penting untuk menumbuhkan jiwa wirausaha dalam mayarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor seperti skema, efikasi diri, ikatan sosial yang lemah, ikatan sosial yang kuat, mentor, dinamisme pasar, heterogenitas pasar dan dukungan lingkungan dalam mengakses pasar terhadap mengenali peluang wirausaha pada UMKM. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan single cross-sectional. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dalam skala Likert yang kemudian dianalisis dengan metode regres berganda. Hasil analisis membuktikan bahwa skema,mentor, heterogenitas pasar, dan dukungan lingkungan dalam mengakses pasar secara signifikan berpengaruh dalam mengenali peluang wirausaha UMKM. Kata Kunci: Skema, Efikasi Diri, Ikatan sosial yang lemah, Ikatan sosial yang kuat, Mentor, Dinamisme pasar, Heterogenitas pasar, Market munificence, Entrepreneurial opportunity recognition, UMKM 1. Pendahuluan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong
banyak
negara
termasuk
Indonesia
untuk
terus
berupaya
mengembangkan UMKM. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi maupun penyediaan lapangan
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
2
kerja. Dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 juga disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemeritah Daerah di Indonesia memiliki upaya-upaya dalam mendukung penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah agar mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Upaya-upaya tersebut adalah Pemberdayaan, Iklim Uaha, Pengembangan, Pembiayaan, Penjaminan dan Kemitraan yang bertujuan mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan, menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri dan meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Untuk menggenapi tujuan dalam UU No. 20 tahun 2008, maka jiwa wirausaha masyarakat harus dibangkitkan dan UMKM harus disukseskan. Dalam perkembangannya wirausaha telah membuktikan dirinya berperan untuk dapat memberikan kontribusi yang sangat nyata dan penting untuk membangun perekonomian sejahtera bagi masyarakat. Pentingnya wirausaha di dalam masyarakat tersebut tidak sekedar menjadi ‗alat‘ untuk melakukan perbaikan dan perubahan di dalam kualitas hidup diri dan masyarakat, tetapi juga wirausaha juga dibuktikan dapat berperan signifikan di dalam mewujudkan kualitas diri masyarakat dan bangsa. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menentukan untuk meneliti lebih lanjut faktor-faktor yang secara dominan berpengaruh secara signifikan terhadap mengenali peluang wirausaha pada UMKM.
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah setiap kelas usaha memiliki definisi dan kriteria yang berbeda. Menurut Kementian Koperasi dan UKM, UMKM terbagi atas 9 (sembilan) kategori bisnis. Kategori tersebut adalah agrikultur, makanan dan
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
3
minuman, mode (fashion), kulit dan alas kaki, aksesoris, kerajinan tangan (handicraft), furnitur, houseware and home decor dan aneka ragam (other).
2.2 Entrepreneurial Opportunity Recognition Opportunity (peluang) dijelaskan sebagai sebuah keadaan yang membentuk inspirasi untuk dapat menghasilkan nilai tambah (seperti profit) yang sebelumnya tidak dieksploitasi oleh diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan opportunity recognition (mengenali peluang bisnis) diartikan sebagai sebuah proses dimana ide-ide usaha baru yang berpotensi menguntungkan teridentifikasi oleh orang-orang tertentu (Kirzner 1979, Shane 2003). Beberapa pengusaha (wirausahawan) memiliki kemampuan mengenali peluang bisnis yang sangat penting untuk proses wirausaha, begitu pula dengan mengembangkan bisnis. Peluang bisnis mewakili kemungkinan seorang pengusaha untuk berhasil memenuhi kebutuhan yang tidak terpuaskan dari munculnya ide yang tidak terbaca atau tidak dipedulikan oleh orang lain yang dapat menghasilkan keuntungan.
2.3 Skema Pakar yang pertama kali mengajukan konsep schema/scheme adalah Bartlett (1932, 1958), dalam bidang kajian kognitif, yaitu tentang cara kerja memori/ingatan pada manusia. Pendekatan kognitif dalam perkembangan dan studi empiris mengenai pengenalan peluang memperkirakan bahwa manusia memiliki kemampuan mengenali peluang lebih baik secara individual dibanding lainnya karena mereka berkembang secara lebih baik dalam pembentukan skema (pola pikirnya) pada peluang. Pola pikir individual yang telah terbentuk akan secara otomatis membentuk tingkat reflek terhadap suatu kejadian, dan pada akhirnya menghasilkan suatu inspirasi dari pola pikir yang telah ada untuk selalu membentuk peluang menghasilkan keuntungan. Adanya pertanyaan mengapa beberapa orang dapat mengenali peluang yang kemudian dapat menjadi usaha yang menguntungkan namun orang lainnya tidak, faktor kognitif seperti skema yang mengiringi orang dalam mengenali peluang.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
4
2.4 Efikasi Diri Efikasi-diri
entrepreneur
(entrepreneur
self-efficacy)
berperan
pada
peningkatan pengembangan niat entrepreneurial (Fitzsimmons dan Douglas, 2006). Efikasi-diri entrepreneur didefinisikan sebagai keyakinan individual bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas yang berkaitan dengan entrepreneurship (Fitzsimmons dan Douglas, 2006; Hmieleski dan Baron, 2008) dan keyakinan kognitifnya tentang kemampuankemampuan ini (Fitzsimmons dan Douglas, 2006). Dalam beberapa tahun belakangan, efikasidiri telah memperoleh perhatian sebagai faktor kunci dalam menjelaskan mengapa beberapa orang termotivasi untuk menjadi entrepreneur sedangkan yang lain tidak (Muller dan Dato-On, 2008).
2.5 Ikatan sosial yang lemah dan ikatan sosial yang kuat Kebanyakan hubungan yang terjadi dalam kehidupan kita adalah weak ties (Mahatma, 2013). Weak ties atau diartikan sebagai ikatan sosial yang lemah dapat dirujuk kepada hubungan bisnis, relasi dengan orang-orang yang berhubungan erat dengan binis semisal produsen, supplier, distributor, investor, maupun pelanggan atau konsumen. Weak Ties sendiri merupakan hubungan yang tidak mengandung kaitan emosi, orang yang terhubung tidak memiliki kesamaan dan frekuensinya rendah. Strong ties diartikan sebagai ikatan sosial yang kuat yaitu orang disekitar yang dekat seperti keluarga, kerabat maupun teman dekat sekalipun tidak memiliki hubungan dengan bisnis yang dijalankan. Pada strong tie, kita mengerahkan energi kita untuk menjadi akrab, mengerahkan baik waktu, tenaga dan pikiran untuk tetap terkoneksi. Strong tie inilah yang lebih banyak memberi pengaruh atas keberhasilan suatu horizontal marketing, new wave marketing, social media, mulut ke mulut atau apapun namanya. Sisi emosional strong tie lebih dalam dan kuat.
2.6 Mentor Mentoring adalah proses pendampingan bisnis bagi para pemilik usaha yang ingin mengembangkan diri, usaha, dan kekayaannya. Dengan mentoring, Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
5
langkah bisnis dan investasi Anda lebih terarah, sehingga Anda dapat lebih optimal mencapai tujuan dengan meminimalisasi resiko kegagalan. Hasil riset kami membuktikan bahwa para pebisnis yang didampingi melalui mentoring mampu mencapai kemajuan usaha lebih pesat dan dalam waktu relatif lebih singkat dibandingkan dengan sesama pebisnis lain yang tidak memperoleh pendampingan.
2.7 Market dynamism Market dynamism (dinamisme pasar) mewakili kondisi perubahan lingkungan yang tidak dapat diprediksi (Dess dan Beard, 1984 dikutip dalam Ward, Bickford, dan Leaong, 1995). Lingkungan yang dinamis dikarakteristisasikan oleh perubahan lingkungan cepat dan kontinyu dalam hal permintaan, pesaing, teknologi, dan peraturan seperti informasi yang tidak akurat, tidak tersedia, dan ketinggalan jaman. Dinamisme pasar mengukur tingkat produk dan jasa dalam proses, dan tingkat perubahan selera, serta preferensi konsumen. Dinamisme mengacu pada ketidakstabilan pada pasar yang dirasakan wirausahawan karena perubahan yang terjadi secara terus menerus (Keats and Hitt, 1988). Dinamisme atau pergerakan persaingan usaha yang terjadi tersebut dapat menurunkan tingkat batasan / halangan masuk ke pasar, sehingga membantu para wirausahawan mengenali peluang lebih baik dan memulai usahanya. Peluang muncul dari dinamika industri di mana perubahan sosial, politik, teknologi, dan ekonomi membawa perkembangan baru yang dapat memperkaya keuntungan usaha.
2.8 Market heterogenity Heterogenitas artinya adalah keanekaragaman (KBBI). Pasar yang heterogen maksudanya adalah pasar yang menjual lebih dari satu atau bermacam-macam produk atau jasa. Di pasar heterogen, konfigurasi faktor sosial dan teknologi sangat beragam bagi seorang wirausahawan dan dapat mempepengaruhi seorang
wirausahawan
dalam
mengenali
peluang
usahanya.
Namun
heterogenitas bisa tidak dapat berpengaruh saat perihal suku di bisnis menjadi
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
6
pertimbangan besar dalam suatu Negara serta kurangnya penerapan teknologi mutakhir oleh konsumen dalam kehidupan sehari – harinya.
2.9 Market munificence Market munificence merupakan tingkat dukungan lingkungan terhadap pertumbuhan organisasi yang ada di dalamnya (Badri & Davis, 2000). Munificence seringkali diukur dengan tiga skala yang secara konseptual yaitu biaya melakukan produksi, ketersediaan tenaga kerja, dan tingkat persaingan. Ketersediaan tenaga kerja mewakili fokus pada pengurangan teknisi, clerical, dan pekerja produksi. Sedangkan competitive hostility (tingkat persaingan) mencakup fokus pada penurunan permintaan baik dalam pasar lokal maupun pasar asing dan fokus pada profit margin yang rendah dan standar kualitas permintaan.
3. Metode Penelitian Penelitian ini menguji model integratif dari entrepreneurial opportunity recognition berdasarkan teori cognition, social capital, pengembangan lingkungan dan karakter yang secara langsung mempengaruhi proses opportunity recognition dalam UMKM. Adapun model yang digunakan untuk melakukan analisa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Skema
H1
Efikasi Diri
H2
Ikatan sosial yang lemah
H3
Ikatan sosial yang kuat
H4 H5
Mentor
Opportunity Recognition
H6 Dinamisme Pasar Heterogenitas Pasar
H7 H8
Dukungan Pasar
Gambar 3.1 Model Penelitian Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
7
Opportunity recognition merupakan variabel dependen, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah skema, efikasi diri, ikatan sosial yang lemah, ikatan sosial yang kuat, mentor, dinamisme pasar, heterogenitas pasar, dan market munificence.
3.1 Hipotesis H1: Ada pengaruh positif antara skema dengan opportunity recognition H2: Ada pengaruh positif antara efikasi diri dengan opportunity recognition H3: Ada pengaruh positif antara ikatan sosial yang lemah dengan opportunity recognition H4: Ada pengaruh positif antara ikatan sosial yang kuat dengan opportunity recognition H5: Ada pengaruh positif antara mentor dengan opportunity recognition H6: Ada pengaruh positif antara dinamisme pasar dengan opportunity recognition H7: Ada pengaruh positif antara heterogenitas pasar dengan opportunity recognition H8: Ada pengaruh positif antara market munificence dengan opportunity recognition
3.2 Objek Penelitian Objek yang diteliti adalah faktor-faktor yang mempengaruhi opportunity recognition dalam sebuah UMKM. Pengertian UMKM adalah sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
3.3 Unit Analisis Unit analisis yang akan diteliti merupakan UMKM.
3.4 Responden Responden penelitian ini adalah pemilik bisnis UMKM yang secara langsung mengatur dan mengawasi sebagian besar proses bisnisnya. UMKM Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
8
yang diteliti adalah UMKM yang berada di bawah binaan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia di DKI Jakarta.
3.5 Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non-probabilitas. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan cara judgement untuk memilih sampel yang representatif dari populasi (purposive sampling).
3.6 Analisis Regresi Sebelum melakukan pengolahan data untuk menganalisis regresi, maka seluruh pertanyaan dari setiap variabel penelitian ini akan diberikan nilai faktor (factor score) sehingga menghasilkan satu nilai yang mewakili satu variabel. Nilai faktor dari setiap variabel ini yang nantinya akan digunakan untuk analisis regresi.
4. Hasil Penelitian 4.1 Pengujian Validitas Hasil uji validitas dapat dilihat melalui angka Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA), instrumen dikatakan valid apabila nilai KMO memenuhi batas 0,50 (Malhotra, 2009). Hair et al., (2006) juga menambahkan bahwa nilai dari KMO diatas 0,5 mengindikasikan sebagai variabel yang pantas/valid. Sedangkan nilai Sig. yang lebih kecil dari 0,05 berarti ada korelasi yang signifikan antar komponen pada setiap variabel.
Tabel 4.1 Uji Validitas - KMO and Bartlett's Test
Variabel
KMO MSA
Barlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square
df
Sig.
Skema
0.637
69.029
3
0.000
Kepercayaan Diri
0.764
230.264
6
0.000
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
9
KMO
Variabel
MSA
Barlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square
df
Sig.
Ikatan sosial yang lemah
0.790
241.060
6
0.000
Keluarga
0.669
195.509
3
0.000
Mentor
0.658
172.395
3
0.000
Dinamisme Pasar
0.608
67.759
3
0.000
Pasar
0.822
196.896
6
0.000
Dukungan Pasar
0.664
240.594
15
0.000
Hubungan
Heterogenitas
Sumber: Output SPSS hasil olahan peneliti
Tabel 4.2 Uji Validitas - Loading Faktor
KMO
Variabel
MSA
Barlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square
df
Sig.
Skema
0.637
69.029
3
0.000
Kepercayaan Diri
0.764
230.264
6
0.000
lemah
0.790
241.060
6
0.000
Hubungan Keluarga
0.669
195.509
3
0.000
Mentor
0.658
172.395
3
0.000
Dinamisme Pasar
0.608
67.759
3
0.000
Heterogenitas Pasar
0.822
196.896
6
0.000
Dukungan Pasar
0.664
240.594
15
0.000
Ikatan sosial yang
Sumber: Output SPSS hasil olahan peneliti Dengan melihat dua tabel diatas terlihat bahwa indikator valid dan hal ini pun menandakan bahwa penelitian dapat dilanjutkan.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
10
4.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen penelitian memiliki reliabilitas yang memadai jika nilai Cronbach Alpha lebih besar atau sama dengan 0,60. Berikut merupakan ringkasan hasil Reability Statistic masing-masing variabel: Tabel 4.3 Uji Reliabilitas - Cronbach Alpha
KMO
Variabel
MSA
Barlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square
df
Sig.
Skema
0.637
69.029
3
0.000
Kepercayaan Diri
0.764
230.264
6
0.000
0.790
241.060
6
0.000
Keluarga
0.669
195.509
3
0.000
Mentor
0.658
172.395
3
0.000
Dinamisme Pasar
0.608
67.759
3
0.000
Pasar
0.822
196.896
6
0.000
Dukungan Pasar
0.664
240.594
15
0.000
Ikatan sosial yang lemah Hubungan
Heterogenitas
Sumber: Output SPSS hasil olahan peneliti
4.3 Profil Responden Dari 116 responden yang diperoleh, jenis kelamin yang paling banyak merupakan Laki-laki yaitu sebanyak 60 responden, 52% dari total seluruh responden dan jenis kelamin Perempuan sebanyak 56 responden (48%). Rata-rata pelaku bisnis memulai usaha dari peluang bisnis yang mereka temukan di usia produktif yang masih muda yaitu rentang usia 18-23 tahun sebanyak 31 orang, 39 responden berada pada rentang usia 24-29 tahun dan ini merupakan porsi terbesar yaitu 33,6%. Sebanyak 24 orang pada rentang 30-35 tahun, kemudian 14 responden di usia 36-41 tahun. Selanjutnya 2
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
11
responden di usia 42-47 tahun, 4 di usia 48-53 tahun, dan 2 responden di rentang usia 54-59 tahun. Sebanyak 44 responden memiliki pengalaman dalam industri sebelum berwirausaha tidak lebih dari 3 tahun, 34 responden memiliki pengalaman antara 4 hingga 7 tahun,
kemudian masing-masing 11 responden yang
memiliki pengalaman antara 8-11 tahun dan 12-15 tahun. Selanjutnya yang memiliki pengalaman antara 20-23 tahun berjumlah 8 responden. Lalu sebanyak 5 responden berpengalaman 24-247 tahun sebelum memulai berwirausaha dan 2 responden telah memiliki pengalaman lebih dari 28 tahun ssat mengenali sebuah peluang bisnis. Pendidikan terakhir para pelaku bisnis UMKM ini sebanyak 50% atau sejumlah 58 responden memiliki pendidikan terakhir di Sekolah Menengah Atas atau setingkat. 16 responden (13,8%) tingkat pendidikan terakhirnya adalah Diploma. Sedangkan pendidikan terakhir jenjang Sarjana dimiliki oleh 40 responden atau sejumlah 34,5%. Dan untuk jenjang Master/Doktor sejumlah 2 responden (1,7%).
4.4 Hasil Analisis 4.4.1 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Berganda Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error
Durbin-
Square
of the
Watson
Estimate 1
0.606
0.3677
0.320 0.82470801
1.906
Sumber: Output SPSS Olahan Peneliti Hasil output SPSS diatas menunjukkan nilai R = 0,606 yang artinya besar korelasi antara variabel skema, efikasi diri, Ikatan sosial yang lemah, Ikatan Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
12
sosial yang kuat, mentor, dinamisme pasar, heterogenitas pasar dan akses pasar dengan variabel mengenali peluang kewirausahaan adalah 60,6%. Angka R Square sebesar 0,367. Hal ini menunjukkan bahwa variabel skema, efikasi diri, Ikatan sosial yang lemah, Ikatan sosial yang kuat, mentor, dinamisme pasar, heterogenitas pasar dan akses pasar mampu menjelaskan sebesar 36,7% variabel mengenali
peluang
kewirausahaan.
Sedangkan
sisanya
sebesar
63,3%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini. Dalam menguji hipotesis dilakukan pengujian menggunakan uji F dengan signifikansi 5%. Hasil output diatas menunjukkan nilai F Hitung lebih besar dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel skema, efikasi diri, Ikatan sosial yang lemah, Ikatan sosial yang kuat, mentor, dinamisme pasar, heterogenitas pasar dan akses pasar berpengaruh terhadap mengenali peluang kewirausahaan UMKM. Tabel 4.6 Coefficients Analisis Regresi Berganda Standardize d
Model (Constant
Unstandardized
Coefficient
Coefficients
s
B
Std. Error
-1.002E-
Collinearity Statistics
Beta
.077
T
Sig.
.000
1.000
Tolerance
VIF
)
015
SK
.304
.097
.304
3.138
.002
.630
1.589
SE
.150
.092
.150
1.632
.106
.699
1.430
WT
-.081
.104
-.081
-.775
.440
.542
1.846
ST
.092
.126
.092
.732
.466
.370
2.700
M
.315
.104
.315
3.023
.003
.545
1.834
MD
-.052
.093
-.052
-.557
.579
.691
1.447
MH
.365
.112
.365
3.255
.002
.470
2.129
MM
-.352
.111
-.352
-3.162
.002
.478
2.094
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
13
Sumber: Output SPSS Olaan Peneliti Dari tabel 4.6 didapatkan persamaan regresi, yaitu: Y=-1.002+0.304SK+0.150SE-0.081WT+0.092ST+0.315M-0.052MD+0.365MH0.352MM+E Tanda positif atau negatif pada nilai koefisien regresi melambangkan arah hubungan terhadap variabel mengenali peluang kewirausahaan. Tanda positif terlihat pada nilai koefisien skema, efikasi diri, Ikatan sosial yang kuat, mentor, dan heterogenitas pasar, artinya variabel tersebut memiliki pengaruh yang positif atau searah dengan mengenali peluang kewirausahaan. Semakin tinggi nilai skema, efikasi diri, Ikatan sosial yang kuat, mentor, dan heterogenitas pasar maka mengenali peluang kewirausahaan juga akan meningkat. Sedangkan tanda negatif terlihat pada nilai koefisien Ikatan sosial yang lemah, dinamisme pasar dan akses pasar, artinya variabel tersebut memiliki pengaruh yang negatif dengan mengenali peluang kewirausahaan. Semakin tinggi nilai variabel Ikatan sosial yang lemah, dinamisme pasar dan akses pasar Angka Sig. yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan. Tabel 4.14 menunjukkan bahwa variabel efikasi diri, Ikatan sosial yang lemah, Ikatan sosial yang kuat dan dinamisme pasar menunjukkan angka Sig. yang lebih besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak signifikan. Dari hasil uji koefisien parsial (uji t - two-tailed) dengan signifikansi 5%, melalui perbandingan nilai t hitung dengan t tabel menunjukkan bahwa H1, H5, H7, H8 diterima dan H2, H3, H4, H6 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel skema, mentor, heterogenitas pasar dan market munificence secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap entrepreneurial opportunity recognition, sedangkan secara signifikan variabel efikasi diri, weak ties, strong ties dan dinamisme pasar tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bisnis berkelanjutan pada UMKM.
5. Pembahasan Berdasarkan hasil analisa penelitian, maka dapat disimpulkan dan dibandingkan dengan hipotesis pada penelitian sebelumnya, yaitu sebagai berikut: Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
14
Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Penelitian Penelitian Terdahulu Hipotesis
Intrepretasi
(Riquelme
Hasil
&
Penelitian
Signifikansi
Fatrouni, 2012) Skema secara signifikan berpengaruh H1
positif terhadap Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM
Diterima
Diterima
0.002
Diterima
Ditolak
0.106
Diterima
Ditolak
0.440
Diterima
Ditolak
0.466
Ditolak
Diterima
0.003
DKI Jakarta. Efikasi diri secara signifikan H2
berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM DKI Jakarta. Ikatan sosial yang lemah secara
H3
signifikan berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM DKI Jakarta. Ikatan sosial yang kuat secara signifikan
H4
berpengaruh positif Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM DKI Jakarta. Mentor secara signifikan berpengaruh
H5
positif terhadap Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM DKI Jakarta.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
15
Penelitian Terdahulu Hipotesis
Intrepretasi
(Riquelme
Hasil
&
Penelitian
Signifikansi
Fatrouni, 2012) Dinamisme pasar secara signifikan H6
berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial opportunity recognition
Diterima
Ditolak
0.579
Ditolak
Diterima
0.002
Diterima
Diterima
0.002
pada UMKM DKI Jakarta. Heterogenitas pasar secara signifikan H7
berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM DKI Jakarta. Akses pasar secara signifikan
H8
berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM DKI Jakarta.
Sumber: Olahan peneliti
Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riquelme & Fatrouni (2012), maka dapat dilihat pada tabel 4.7 bahwa terdapat 6 (enam) perbedaan yaitu hipotesis pada variabel efikasi diri, ikatan sosial yang lemah, ikatan sosial yang kuat, mentor, dinamisme pasar dan heterogenitas pasar. Pada penelitian terdahulu tidak berhasil membuktikan bahwa mentor dan heterogenitas pasar secara signifikan berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM DKI Jakarta, sedangkan penelitian ini berhasil membuktikan. Sebaliknya pada penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa efikasi diri, ikatan sosial yang lemah, ikatan sosial yang kuat dan dinamisme pasar berpengaruh secara signifikan terhadap Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM DKI Jakarta, yang pada penelitian sebelumnya berhasil dibuktikan. Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
16
5.1 Skema Hasil analisis menunjukkan bahwa skema secara signifikan berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Baron (2004). Hasil penelitian ini menegaskan peran skema dan framework berpikir dalam mengolah berbagai informasi yang berbeda untuk mengarahkan kepada penemuan peluang bisnis. Para wirausahawan ini menyetujui bahwa cara pandang mereka terhadap informasi yang tersedia dan pengetahuan mereka tentang lapangan bisnis mereka membantu dalam menemukan peluang bisnis. 5.2
Efikasi Diri Variabel efikasi diri tidak terbukti secara signifikan berpengaruh positif
terhadap Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM. Hal ini mungkin disebabkan karena ketidakpercayaan wirausahawan terhadap kemampuannya sendiri dikarenakan ketatnya persaingan bisnis di DKI Jakarta yang menuntut inovasi dan kreatifitas yang tinggi. Phillips dan Gully (dalam Judge dkk, 2007, h. 108) juga menyebutkan kemampuan kognitif individu yang baik adalah prediktor bagi tingginya efikasi diri individu. Dalam hal ini, kemampuan kogntif yang baik itu adalah cara berpikir yang positif. 5.3
Ikatan sosial yang lemah Hasil analisis menunjukkan bahwa Ikatan sosial yang lemah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen penelitian ini. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya (Ma & Huang, 2007) yang menyatakan bahwa ikatan sosial yang lemah berhubungan negatif dengan opportunity recognition. Hal ini mungkin dikarenakan DKI Jakarta merupakan pasar bebas dimana informasi tidak lagi esklusif, dimonopoli atau dimiliki oleh sebagian orang. Disatu sisi pola pikir pelaku UMKM yang masih berpatokan profit oriented sehingga tidak terlalu memikirkan ikatan sosial yang lemah jangka panjang. 5.4
Ikatan sosial yang kuat Dari hasil penelitian Ikatan sosial yang kuat tidak mempengaruhi
Entrepreneurial opportunity recognition pada UMKM. Mungkin Ikatan sosial yang kuat menyediakan informasi yang kurang maksimal akibat pola pikir yang
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
17
kurang lebih masih sama dikarenakan masih berada dilingkungan yang sama sehingga tidak ada poin lebih dalam informasi yang diberikan (Arenius, 2005). 5.5
Mentor Variabel Mentor terbukti secara signifikan mempengaruhi proses
mengenali peluang wirausaha. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian salah satunya yang dilakukan oleh Kuratko & Welsch (2001) yang menyatakan bahwa mentor merupakan salah satu bagian penting dalam hubungan sosial seorang wirausahawan 5.6
Dinamisme pasar Dinamisme atau perubahan dalam pasar juga ditemukan sebagai salah satu
faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan dalam mengenali peluang wirausaha. Ini didukung oleh studi Keats & Hitt (1988) bahwa terdapat hubungan negatif antara dinamika lingkungan dengan kinerja wirausaha. Ini mungkin disebabkan karena para pelaku usaha menjalankan usaha dan produksi yang masih dalam skala kecil, sehingga mereka dapat dipastikan mengenal dengan baik pasar mereka. Kecil kemungkinan terjadi perubahan dalam pasar dan sekalipun ada maka mereka dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan tersebut. 5.7
Heterogenitas Pasar Hasil penelitian ini menunjukkan heterogenitas pasar sebagai salah satu
faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap mengenali peluang wirausaha. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Carlsson (1995) yang menyatakan bahwa heterogenitas dalam pasar justru memberikan pengaruh positif yang besar kepada kemampuan wirausaha dalam Entrepreneurial opportunity recognition 5.8
Dukungan Pasar Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Caruna, Ewing dan Ramaseshan (2002) di Australia menghasilkan kesimpulan bahwa lingkungan yang komplek, munificence dan technological turbulence memiliki hubungan positip dengan orientasi entrepreneur. Industri yang sedang berkembang dipenuhi banyak peluang-peluang baru karena adanya peningkatan dalam kebutuhan konsumen dan permintaan pasar akan terus bertumbuh (Zahra,
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
18
1991) dan industri yang sedang berkembang juga akan banyak menarik para investor atau lembaga keuangan untuk berinvestasi didalamnya.
6. Saran Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka disarankan beberapa hal dalam membantu pertumbuhan bisnis berkelanjutan UMKM. Saran yang diusulkan meliputi: 6.1
Bagi UMKM Para pelaku UKM agar tidak asal dalam mengidentifikasi peluang yang ditemui. Hanya karena UKM free entry barrier sehingga peluang yang teridentifikasi langsung dijalankan tanpa meneliti pasar, yang menyebabkan usaha yang dibentuk tidak memiliki masa hidup yang lama. Disatu sisi agar para pelaku UKM lebih berani dalam mengambil risiko. Yaitu ketika mengenali sebuah peluang dalam menciptakan usaha baru, pasar baru ataupun produk baru segera lakukan melakukan identifikasi dengan baik dan benar serta percaya terhadap kemampuan diri untuk terus berkembang dan tidak tinggal dalam lingkaran UKM tetapi bertumbuh menjadi usaha yang besar. UKM harus lebih proaktif, sensitif dan cepat tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi baik dalam lingkungan mereka maupun di pasar secara global.
6.2
Bagi Penelitian Selanjutnya Keterbatasan waktu dan biaya membuat penelitian ini hanya mampu menjangkau UMKM yang berada dibawah binaan Kementerian Koperasi dan UKM yang mengikuti pameran selama bulan Mei dan Juni. Model dalam penelitian ini dapat ditingkatkan dengan penambahan variabel yang relevan di masa depan dan kemudian di analisis untuk mengetahui
pengaruhnya
terhadap Entrepreneurial Opportunity Recognition.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
19
DAFTAR REFERENSI Arenius, P. and D.D. Clercq, A Network-based Approach on Opportunity Recognition. Small Business Economics, 2005. 24(3): p. 249-265. Badri, Masood A., Donald Davis, and Donna Davis. "Operations strategy, environmental uncertainty and performance: a path analytic model of industries in developing countries." Omega 28.2 (2000): 155-173. Baldwin, A. L. (1967). Theories of Child Development. New York: John Wiley & Sons., Inc. Baron, Robert A. "The cognitive perspective: A valuable tool for answering entrepreneurship's basic ―why‖ questions." Journal of business venturing 19.2 (2004): 221-239. Bartlett, Frederic. "Thinking: An experimental and social study." (1958). Carlsson, B., Technological systems and economic performance. The case of factory automation. 1995, Boston: Kluwer Academic Publishers. Caruana, Albert, B. Ramaseshan, and Michael T. Ewing. "Anomia and deviant behaviour in marketing: some preliminary evidence." Journal of Managerial Psychology 16.5 (2001): 322-338. Feist, J. and Feist, G.J. Theories of Personality. Fourth Edition, (Boston:McgrawHill Companies Inc., 1998) Fitzsimmons, Jason R., and Evan J. Douglas. "Interaction between feasibility and desirability in the formation of entrepreneurial intentions." Journal of Business Venturing 26.4 (2011): 431-440. Judge, Timothy A., and Joyce E. Bono. "Relationship of core self-evaluations traits—self-esteem, generalized self-efficacy, locus of control, and emotional stability—with job satisfaction and job performance: A meta-analysis." Journal of applied Psychology 86.1 (2001): 80. Keats, Barbara W., and Michael A. Hitt. "A causal model of linkages among environmental dimensions, macro organizational characteristics, and performance." Academy of management journal 31.3 (1988): 570-598. Kirzner, Israel M. Perception, opportunity, and profit: Studies in the theory of entrepreneurship. Chicago: University of Chicago Press, 1979.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013
20
Kuratko, D. and H. Welsch, Strategic Entrepreneurial Growth. 2001, Orlando, FL: Harcourt, Inc. Ma, Rong, and Yen-Chih Huang. "Social network and opportunity recognition: A cultural perspective." Academy of Management Proceedings. Vol. 6. 2008. Mahatma, Rhein. The Beauty of Social Media : Membangun Weak Ties dengan Scalability Tinggi, 25 April 2013. http://startupbisnis.com/the-beauty-of-socialmedia-membangun-weak-ties-dengan-scalability-tinggi/ Malhotra, Naresh K. 2009. Riset Pemasaran, Edisi ke-empat. Jakarta: Indeks Mueller, Stephen L., and Mary Conway Dato-On. "Gender-role orientation as a determinant of entrepreneurial self-efficacy." Journal of Developmental Entrepreneurship 13.01 (2008): 3-20. Parsloe, E., and M. Wray. "Coaching and Mentoring. 2001." Riquelme, Hernan E and Fatrouni, Mahmoud. ―Entrepreneurial Opportunity Recognition‖ (2012). Thomas, R.M. (1979). Comparing Theories of Child Development. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company, Inc. Zahra, Shaker A. "Goverance, ownership, and corporate entrepreneurship: The moderating impact of industry technological opportunities." Academy of Management Journal 39.6 (1996): 1713-1735.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Abigail Thyca Paruntung, FE UI, 2013