ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAYA SAING DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA BOGOR
Oleh : KARLINA YULIYANTI H14104022
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAYA SAING DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA BOGOR
Oleh : KARLINA YULIYANTI H14104022
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
KARLINA YULIYANTI. Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor (dibimbing oleh IDQAN FAHMI) Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hampir semua negara mengembangkan potensi pariwisatanya, karena sektor ini menciptakan lapangan kerja (mulai dari tahap kontruksi sampai operasionalnya) dan hasilnya besar bagi devisa negara. Proses globalisasi yang dimotori oleh kemajuan di bidang “Triple T”: Tourism, Telecomunication dan Transportation telah mendorong berbagai negara mengembangkan ketahanan budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi serta mengembangkan pariwisata sebagai usaha kemajuan ekonomi bangsanya. Upaya ini dilakukan berbagai negara, tak terkecuali Indonesia terus berupaya mengembangkan kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu andalan pemerintah dalam memulihkan dari kondisi krisis bangsa. Kota Bogor memiliki posisi sangat strategis yaitu berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta. Walaupun Bogor bukan kota yang kaya akan sumber daya alam, tetapi potensi yang dimiliki kota Bogor sangat besar, khususnya di sektor pariwisata. Banyaknya pilihan tempat wisata yang ada di kota Bogor terdiri dari wisata ilmiah, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata belanja merupakan potensi yang sangat besar untuk dapat menarik banyak wisatawan yang datang ke kota Bogor baik wisatawan nusantara ataupun wisatawan mancanegara. Data menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke kota Bogor setiap tahunnya tidak selalu meningkat bahkan cenderung mengalami penurunan.. Sebagai salah satu kota yang mempunyai potensi yang cukup tinggi, Bogor harusnya bisa bersaing dengan kota lain yang ada di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor. 2) Menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. 3) Merumuskan strategi apa yang dapat direkomendasikan untuk peningkatan pengembangan kepariwisataan kota Bogor. Data diperoleh dari wawancara dan kuesioner dengan wisatawan yang berwisata di kota Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan porter’s diamond untuk melihat potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. Analisis dengan metode probit digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan berwisata ke kota Bogor. Hasil analisis deskriptif dengan pendekatan porter’s diamond menunjukkan bahwa anggaran untuk kepariwisataan kota Bogor masih kurang, sarana dan prasarana kota masih kurang lengkap, dan transportasi kota Bogor masih memerlukan penataan lebih lanjut. Menurut analisis dengan metode probit, faktorfaktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan berwisata ke kota Bogor yaitu intensitas berwisata, pendidikan, kenyamanan kota Bogor, dan biaya yang dikeluarkan ketika berwisata,. Variabel-variabel tersebut signifikan pada taraf nyata 10 persen. Dari hasil analisis dengan porter’s diamond dan metode probit,
maka dapat dirumuskan suatu strategi yaitu peningkatan kenyamanan kota Bogor dengan meningkatkan anggaran dari pemerintah untuk kepariwisataan kota Bogor. Anggaran ini dialokasikan untuk melengkapi sarana dan prasarana kota Bogor .
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ” ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAYA SAING DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA BOGOR”. ADALAH KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.
Bogor, Febuari 2009
Karlina Yuliyanti H14104022
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 24 November 1985 dari keluarga Bapak Tarmedi dan Ibu Warniti yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cimalaka Kab Sumedang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Sejak tingkat satu penulis aktif di organisasi pencinta alam KAREMATA (Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pencinta Alam) sebagai angkatan 2 “Hujan Gunung” pernah menjabat sebagai ketua divisi Gunung Hutan periode 2005-2007 dan menjabat sebagai bidang kesekretariatan dan logistik periode 2007-2008. Selama di IPB penulis juga berperan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi panitia Hipotex-R, Camp on Beach ’06, Diklatsar Karemata, Latihan Gabungan Jambore Gunung Hutan, dan Latihan Gabungan Rock Climbing Mapala se-Bogor. Selain aktif di organisasi kepencintaalaman penulis juga tergabung dalam organisasi seni sunda IPB (GENTRA KAHEMAN). Penulis juga pernah bekerja sebagai instruktur outbond training di IPB Outbond.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ” Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor”. Penulis menyadari sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dari lubuk hati yang teramat dalam, perkenankanlah Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec, selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan masukan, saran dan kritik yang sangat membantu penulisan skripsi ini. 2. Dr. Sri Mulatsih dan Fifi Diana Thamrin, SP, M.si Selaku dosen penguji, atas kesediaannya untuk menguji skripsi saya. 3. Kedua orang tua yang sangat aku sayangi yang dengan sabar membesarkanku, membimbingku, memberikan kasih sayang kepadaku, mendidikku, dan selalu mendoakanku. 4. Pemerintah kota Bogor (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan BPS kota Bogor), Para pengelola obyek wisata yang ada di Kota Bogor atas informasi dan telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini. 5. Kakakku tercinta Teh Elah dan A Asep atas dukungan,doa dan pengertiannya kepada penulis. 6. Ricky Sikumbang atas motivasi, bantuan dan kasih sayang. 7. Keponakanku tersayang (Ariel dan Arya) dan adiku Lia atas keceriaan dan kenakalannya. 8. Seluruh Dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi atas segala bantuannya. 9. Sahabat tercinta (Mami,Tika,Wida, Rista, Donin) atas motivasi, persahabatan dan kebersamaan. 10. Teman-teman IE 41 atas kebersamaan, persahabatan dan silaturahminya.
iii
11. Keluarga keduaku di KAREMATA, terima kasih atas kebersamaan yang indah ini. 12. Teman-teman satu bimbingan (Fitsol dan Lulu) atas kerjasama dan motivasinya. 13. Kakak kelas IE 40 (Teh Devi dan Teh Halida) atas bantuan dan bimbingannya. 14. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak disebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan. Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak baik bagi penulis, pembaca maupun pihak lainnya.
Bogor, Februari 2009
Karlina Yuliyanti H14104022
iv
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI………………………………………………………………….…. i DAFTAR TABEL……………………………………………………………….iii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….vi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………...………….vii I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang ...........................................................................................1 Perumusan Masalah ...................................................................................5 Tujuan ........................................................................................................7 Manfaat Penelitian .....................................................................................7 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................7
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Kepariwisataan .............................................................................8 2.2 Faktor Pendorong dan Penarik ...................................................................8 2.3 Proses Pengambilan Keputusan Berwisata ..............................................11 2.4 Motivasi Wisatawan.................................................................................14 2.5 Konsep Daya Saing Porter’s Diamond....................................................16 2.6 Keterkaitan antara Daya Saing dengan Preferensi Masyarakat ...............18 2.7 Penelitian Terdahulu…………………………………………………….18 2.8 Kerangka Pemikiran…………………………………………………….22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian……………................................................25 3.2 Jenis dan Sumber Data.…………………................................................25 3.3 Metode Penarikan Sampel…………….……………….…......................25 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data………..………………………...27 3.5 Strategi Peningkatan Daya Saing.............................................................34 IV. GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BOGOR 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor…………………………………..……...37 4.2 Kondisi Ekonomi………………………………………………..…........39 4.3 PDRB Kota Bogor…………………………………………………........40 4.4 Gambaran Umum Pariwisata Kota Bogor………………………….…...41 4.5 Obyek Wisata di Kota Bogor……………………..….………………....42 4.6 Promosi Kepariwisataan Kota Bogor…………………………….…....47 4.7 Usaha-Usaha yang Terkait dengan Kepariwisataan Kota Bogor…….....47
v
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
5.2
5.3
Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor……………........... 5.1.1 Tingkat Preferensi……………………………........................ 5.1.2 Kondisi Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Preferensi Wisatawan……………………………………………........... 5.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Wisatawan Dalam Berwisata ke Kota Bogor…………………………… Potensi Dan Kondisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Pariwisata Kota Bogor……………………………................. 5.2.1 Kondisi Faktor………………………………………............. 5.2.2 Kondisi Permintaan…………………………………............. 5.2.3 Strategi Perusahaan, Struktur, dan Persaingan…………......... 5.2.4 Industri Pemasok dan Terkait……….........…………….......... Strategi Peningkatan Daya Saing Pariwisata Kota Bogor….............
50 50 52 61 63 64 70 71 75 80
V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan…………………….……………………………………......84 6.2 Saran……………………….………………………………………........85 DAFTAR PUSTAKA……………………………..……………………........86 LAMPIRAN…………………..………………………………………….......87
vi
DAFTAR TABEL
No 1
Halaman
2
Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya (2004-2007)…………………………………………………….. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia 2000 -2006…
3 4
3
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 1996-2007………
6
4
Tingkat Kunjungan Objek Wisata Kota Bogor…………………………...
45
5
Objek dan Daya Tarik Wisata di kota Bogor……………………………..
46
6
Promosi yang Diterbitkan/disediakan di Kota Bogor…………………….
47
7
Perkembangan Jumlah Akomodasi Hotel dari Tahun 2000-2007……......
48
8
Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan dari Tahun 200449 2007...........................................................................................................
9
Perkembangan Biro Perjalanan Wisata di Kota Bogor…………………
49
10 Persentase Preferensi Wisatawan Dalam Berwisata……………………
50
11 Hubungan Antara Preferensi Wisatawan Dengan Tempat Tinggal…….
51
12 Hubungan Antara Preferensi Wisatawan Dengan Pekerjaan…………...
51
13 Hubungan antara Preferensi Wisatawan Dengan Pendapatan Per Bulan…
52
14 Persepsi Wisatawan Terhadap Biaya yang Dikeluarkan Ketika Berwisata di Kota Bogor…………………………………………………………….. 56 15 Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Pariwisata Kota Bogor…………. 56 16 Persepsi Wisatawan Terhadap Kelengkapan Fasilitas Kota Bogor……....
57
17 Persepsi Wisatawan Terhadap Kebersihan Kota Bogor………………….
57
18 Persepsi Wisatawan Terhadap Kenyamanan Kota Bogor………………...
58
19 Persepsi Wisatawan Terhadap Keamanan Kota Bogor…………………...
58
20 Persepsi Wisatawan Terhadap Letak Kota Bogor………………………... 59
vii
21 Persepsi Wisatawan Terhadap Atraksi yang Ditawarkan di Kota Bogor…
59
22 Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Pengelola Obyek Wisata di Kota Bogor……………………………………………………………………... 60 23 Persepsi Wisatawan Terhadap Fasilitas Yang Ada di Obyek Wisata di Kota Bogor.................................................................................................. 60 24 Hasil Estimasi Model Binary (Probit)……………………………………
62
25 Persepsi Responden Terhadap Kualitas Tenaga Kerja di Bidang Pariwisata di Kota Bogor……………………………………………….. 65 26 Persepsi Responden Terhadap Alokasi Anggaran Pemerintah Daerah Terhadap Sektor Pariwisata di Kota Bogor………………………………. 66 27 Persepsi Responden Terhadap Kemudahan Akses Informasi Tentang Kepariwisataan Kota Bogor……………………………………………… 67 28 Persepsi Responden terhadap Kesesuaian Harga dengan Jasa yang Ditawarkan……………………………………………………………….. 67 29 Persepsi Responden Terhadap Daya Tarik Pernyataan Obyek Wisata di Kota Bogor………………………………………………………………. 69 30 Persepsi Responden Terhadap Efektivitas Peraturan yang Dikeluarkan Pemerintah………………………………………………………………... 71 31 Persepsi Responden Terhadap Efektivitas Promosi Kepariwisataan Kota Bogor……………………………………………………………………... 73 32 Persepsi Responden Terhadap Persaingan antar Perusahaan-Perusahaan Pariwisata di Kota Bogor……………………………………………….... 73 33 Penerimaan Daerah dari Pajak Kepariwisataan………………………......
74
34 Persentasi Hambatan Pemerintah Dalam Pengembangan Bisnis Pariwisata.................................................................................................... 74 35 Persepsi Responden Terhadap Tingkat Persaingan Dalam Bisnis Pariwisata di Kota Bogor……………………………………………….. 75 36 Persepsi Responden Terhadap Kualitas Hotel yang Ada di Kota Bogor…
75
37 Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Hotel Yang Ditawarkan Di Kota Bogor………………………………………………. 76
viii
38 Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Restoran Yang ditawarkan di Kota Bogor……………………………………………...... 77 39 Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Jasa Travel Yang Ditawarkan di Kota Bogor……………………………….......................... 77 40 Persepsi responden terhadap Banyaknya Penjual Souvenier Yang ditawarkan di Kota Bogor………………………………………………... 78 41 Persepsi Responden terhadap KeteraturanTransportasi di Kota Bogor……................................................................................................... 78
9
DAFTAR GAMBAR
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Halaman Porter’s Diamond Model........................................................................ 17 Kerangka Pemikiran............................................................................... 24 Important Performance Analysis.............................................................. 35 Usia Responden....................................................................................... 53 Pendidikan Responden....................................................................... .... 53 Pendapatan Rata-Rata Responden.......................................................... 54 Analisis Daya Saing Pariwisata kota Bogor dengan Pendekatan Porter’s Diamond………………………………………………........... 79 Perumusan Strategi dari Hasil Analisis dengan Metode Probit....................................................................................................... 80
10
DAFTAR LAMPIRAN
No 1
Halaman Kuesioner Penelitian ............................................................................
87
11
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak asasi manusia, sebagaimana dinyatakan oleh John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox bahwa “where once travel was considered a privilege of the moneyed elite, now it is considered a basic human right”. Dalam hubungan ini, berbagai negara termasuk Indonesia pun turut menikmati dampak dari peningkatan pariwisata dunia terutama pada periode 1990 – 1996. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak akhir tahun 1997, merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi masyarakat pariwisata Indonesia untuk melakukan re-positioning sekaligus re-vitalization kegiatan pariwisata Indonesia. Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Perencanaan Nasional pariwisata mendapatkan penugasan baru untuk turut mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan memulihkan citra Indonesia di dunia internasional. Tuntutan masyarakat dalam menyelesaikan krisis yang dihadapi oleh bangsa dan negara di sekitar tahun 1997 memacu pemerintah dan penyelenggara negara lainnya untuk menyiapkan segenap perubahan yang perlu dalam rangka koreksi kelemahan dan kesalahan masa lalu. Bidang kebudayaan dan bidang pariwisata telah mengalami reformasi menuju kepada suatu sistem baru yang diharapkan
2 akan lebih handal dan berkelanjutan. Meskipun demikian, transformasi yang telah menghasilkan berbagai perubahan tersebut masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Bahkan berbagai langkah awal telah menghasilkan berbagai implikasi rumit yang terus menuntut pemecahan masalah yang sistematis dan konsisten. Proses globalisasi yang dimotori oleh kemajuan di bidang “Triple T”: Tourism, Telecomunication, dan Transportation telah mendorong berbagai negara mengembangkan ketahanan budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi serta mengembangkan pariwisata sebagai usaha kemajuan ekonomi bangsanya. Upaya ini dilakukan berbagai negara, tak terkecuali Indonesia terus berupaya mengembangkan kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu andalan pemerintah dalam memulihkan dari kondisi krisis bangsa. Dalam kenyataan yang sesungguhnya pengembangan kebudayaan Indonesia menjadi terlantar disebabkan perhatian yang kurang terhadap arti penting kebudayaan. Padahal kebudayaan itu sangat penting sebagai alat perjuangan untuk mendapatkan
pengakuan
kesetaraan
dalam
pergaulan
antarbangsa
yang
sesungguhnya. Setiap negara akan berusaha tampil dengan kelengkapan budayanya sebagai jati diri yang membedakan dengan negara lainnya. Di samping itu, pembangunan kebudayaan nasional didorong oleh kebutuhan akan media sosial yang dapat mempersatukan bangsa merupakan tenaga yang kuat dan menjadi dasar kebanggaan suatu bangsa. Pariwisata merupakan salah satu industri jasa yang berkembang pesat di dunia sejak perang dunia II. Hampir semua negara mengembangkan potensi
3 pariwisatanya, karena sektor ini menciptakan lapangan kerja (mulai dari tahap kontruksi sampai operasionalnya) dan hasilnya besar bagi devisa negara. Tabel 1 menunjukkan kontribusi pariwisata terhadap penerimaan devisa. Tabel 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya (2004-2007) No
Jenis Komoditi
2
Minyak & gas bumi Pariwisata
3 4 5
1
2004 Nilai Rank (JutaUS$) 15.587,50 1
2005 Nilai Rank (JutaUS$) 19.231,59 1
2006 Nilai Rank (JutaUS$) 21.209,50 1
2007 Nilai Rank (JutaUS$) 17.464,52 1
4.797,88
2
4.966,91
3
5.605,16
6
5.997,73
Pakaian jadi
4.271,65
3
4.521,90
2
5.465,14
2
5.345,98
5
Alat listrik
3.406,91
4
4.364,11
4
4.817,64
5
5.008,69
6
Tekstil
3.301,55
5
3.756,28
6
4.448,74
7
4.739,74
7
3.233,22
6
3.703,95
5
4.447,97
4
3.947,72
2
7
Minyak kelapa sawit Kayu Olahan
3.136,69
7
3.545,68
8
3.908,76
8
3.474,75
11
8
Karet Olahan
2.833,32
8
3.086,16
7
3.324,97
3
3.032,23
4
2.227,83
9
2.324,77
9
2.859,22
9
2.742,22
9
10
Kertas & Brg dr Kertas Bahan Kimia
1.799,56
10
2.079,91
10
2.697,38
10
2.818,41
8
11
Makanan Olahan
1.407,17
11
1.506,31
11
1.963,36
11
1.157,20
10
6
9
3
Sumber :Data Badan Pusat Statistik
Perkembangan jumlah pengunjung wisatawan ke Indonesia yang meningkat akan menyebabkan pertumbuhan devisa yang tinggi,. Pada tahun 2002 dan 2003 kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia menurun yaitu dari 5.033.400 menjadi 4.467.021. Tetapi pada tahun 2004 mengalami peningkatan. Namun peningkatan itu tidak diikuti di tahun berikutnya. Pada tahun 2005 dan 2006 jumlah kunjungan wisatawan terus menurun. Kemungkinan hal ini disebabkan kondisi Indonesia yang tidak mendukung baik dari segi keamanan, politik dan juga bencana alam yang sering terjadi. Tabel 2 menunjukan statistik kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia pada tahun 2000-2006. Tabel 2. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia 2000 2006 Tahun
Wisatawan Mancanegara
Rata-rata Pengeluaran /orang (US $) Per Kunjungan
Per Hari
Rata-Rata Lama Tinggal
Devisa (JutaUS $)
4 2000
5.064.217
1.135,18
92,59
12,26
5.748,80
2001
5.153.620
1.053,36
100,42
10,49
5.428,62
2002
5.033.400
893,26
91,29
9,79
4.496,13
2003
4.467.021
903,74
93,27
9,69
4.037,02
2004
5.321.165
901,66
95,17
9,47
4.797,88
2005
5.002.101
904,00
99,86
9,05
4.521,89
2006
4.871.351
913,09
100,48
9,09
4.447,98
Sumber: Data Statistik Jumlah Wisatawan Mancanegara Indonesia
Pada tahun 2004
kontribusi komoditas pariwisata terhadap penerimaan
devisa negara menduduki peringkat ke-2 setelah minyak dan gas bumi dengan kontribusi sebesar US $ 4.797,88 Juta. Tetapi pada tahun 2005 kontribusi komoditas pariwisata mengalami penurunan yaitu menjadi peringkat ke-3 setelah minyak dan gas bumi dan pakaian jadi dari sebelas komoditas sumber penerimaan negara dengan kontribusi sebesar US $ 4.521,90. Pada tahun 2006 kontribusi komoditas pariwisata menurun drastis menjadi peringkat ke-6 dengan kontribusi sebesar US $ 4.447,97 Juta. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil, dan hal ini berdampak pada sektor-sektor lainnya termasuk pariwisata. Pada tahun 2007 kontribusi komoditas pariwisata mengalami peningkatan dari peringkat ke-6 pada tahun 2006 menjadi peringkat ke-3 dengan kontribusi sebesar US $ 5.345,98 Juta. Pariwisata sangat tergantung pada lingkungan sosial budaya setempat dan kualitas lingkungan alamiahnya. Dalam beberapa pengembangan kegiatan ekonomi, kualitas lingkungan dapat ditukarkan dengan keuntungan yang diharapkan, tetapi dalam kasus pariwisata sangat penting untuk tetap memelihara kualitas lingkungan alam. Lingkungan hidup merupakan sumberdaya yang besar untuk industri pariwisata, hampir di semua tempat industri ini menjual potensi
5 pemandangan alam atau budaya masyarakat setempat. Sebab itu pemanfaatan dan pemeliharaan sumberdaya ini secara bijaksana akan mempertinggi nilai lingkungan hidup dan nilai ekonominya. Sebagai salah satu bagian dari provinsi Jawa Barat, kota Bogor merupakan penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki asset wisata ilmiah yang bersifat internasional, salah satunya adalah obyek wisata alam Kebun Raya Bogor. Pusat kota Bogor terletak 100 km di sebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang pada jaman dahulu
merupakan pelabuhan terpenting bagi negara Pakuan
Pajajaran yang pusatnya sekitar BatuTulis di Selatan Kota Bogor. Kedudukan topografis kota Bogor di tengah-tengah wilayah kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota Negara, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang di dalamnya terdapat Istana Bogor di pusat kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak-Cianjur juga merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi.
1.2. Perumusan Masalah Kota Bogor memiliki posisi sangat strategis yaitu berdekatan dengan Ibu Kota Jakarta. Walaupun Bogor bukan kota yang kaya akan sumber daya alam, tetapi potensi yang dimiliki kota Bogor sangat besar, khususnya di sektor pariwisata. Banyaknya pilihan tempat wisata yang ada di kota Bogor terdiri dari wisata ilmiah, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata belanja
merupakan
potensi yang sangat besar untuk dapat menarik banyak wisatawan yang datang ke kota Bogor baik wisatawan nusantara ataupun wisatawan mancanegara. Tabel 3
6 menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke kota Bogor setiap tahunnya tidak selalu meningkat bahkan cenderung mengalami penurunan. Sebagai salah satu kota yang mempunyai potensi yang cukup tinggi, Bogor harusnya bisa bersaing dengan kota lain yang ada di Indonesia.
Tabel 3. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 1996-2007 Jumlah wisatawan No Tahun Total Wisnus Wisman 1 1996 1,902,913 112,085 2,014,998 2 1997 1,664,223 89,595 1,753,818 3 1998 1,537,844 71,980 1,609,824 4 1999 1,414,045 44,116 1,458,161 5 2000 1,794,336 34,325 1,828,661 6 2001 1,595,814 52,070 1,647,884 7 2002 2,072,369 69,307 2,141,676 8 2003 1,529,572 41,893 1,571,465 9 2004 1,533,321 24,808 1,558,129 10 2005 1,807,115 49,876 1,856,991 11 2006 2,086,926 50,157 2,137,083 12 2007 1,708,637 57,372 1,766,009 Sumber : Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor Dengan berpijak pada alasan itu, penelitian ini akan menjawab masalahmasalah kepariwisataan di daerah penelitian yakni : 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor? 2. Bagaimana potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor ? 3. Strategi
apa
yang
dapat
direkomendasikan
untuk
pengembangan kepariwisataan di kota Bogor? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah :
peningkatan
7 1. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berwisata di kota Bogor. 2. Menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan di kota Bogor. 3. Merumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing kepariwisataan di kota Bogor. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai salah satu media latih untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam mengamati dan mempelajari serta menganalisa permasalahan yang dijumpai sesuai diiplin ilmu yang diperoleh.
2.
Sebagai dasar bagi penyusunan kebijaksanaan investasi serta proyeksinya pada masa yang akan datang.
3.
Sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan terutama bagi aparat pemerintah dan pihak swasta yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dalam mempertimbangkan keputusan-keputusan dalam pembangunan terutama pada sektor pariwisata.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor, difokuskan pada Kepariwisataan di Kota Bogor saja. Pembahasan hanya melingkupi daya saing kepariwisataan kota Bogor dengan pendekatan Porter’s Diamond, preferensi
8 wisatawan mengapa mereka berwisata di kota Bogor. Sehingga dapat dirumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kepariwisataan di kota Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dengan pihak terkait dan penyebaran kuesioner terhadap wisatawan yang sedang berekreasi di kota Bogor. Data sekunder diperoleh dari BPS, Disparbud kota Bogor, internet dan beberapa literatur yang terkait dengan pariwisata di kota Bogor.
9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Definisi Kepariwisataan Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km atau 50 mil dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. Pariwisata adalah aktivitas bersantai atau aktivitas waktu luang. Perjalanan wisata bukanlah suatu kewajiban, dan umumnya dilakukan pada saat seseorang bebas dari pekerjaan yang wajib dilakukan, yaitu pada saat cuti atau libur. Dalam perkembangan selanjutnya, berwisata dapat diidentikkan dengan ‘berlibur di daerah lain’. Berlibur di daerah lain, atau memanfaatkan waktu luang dengan melakukan perjalanan wisata, dewasa ini merupakan salah satu ciri dari masyarakat moderen. Banyak negara bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal. 2.2.
Faktor Pendorong dan Penarik Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh
kuatnya faktor-faktor pendorong (push factor) dan faktor-faktor penarik (pull
10 factor). Faktor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan faktor internal dan eksternal yang memotivasi wisatawan untuk mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan. Faktor pendorong umumnya bersifat sosialpsikologis, atau merupakan person specific motivation, sedangkan faktor penarik merupakan destination specific attributes. Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tapi belum jelas daerah mana yang akan dituju. Berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata akan menyebabkan orang tersebut memilih daerah tujuan wisata tertentu untuk memenuhi need and wants-nya. Ryan (1993), dari kajian literaturnya menemukan berbagai faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata seperti di bawah ini. 1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari. 2. Relaxation. Keinginan untuk penyegaran yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas. 3. Play. Ingin menikmati kegembiraan melalui berbagai permainan, yang merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius. 4. Strengthening family bonds. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks VFR (Visiting Friends and Relations). 5. Prestige. Untuk menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk menaikkan status dan derajat sosial.
11 6. Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi. 7. Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis, untuk memenuhi kebutuhan seksual, khususnya dalam pariwisata seks. 8. Educational opportunity. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain atau daerah lain, atau kebudayaan etnis lain.Hal ini pendorong yang dominan dalam pariwisata. 9. Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri (self – discovery), karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru. 10. Wish – fulfillment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa melakukan perjalanan. Jackson (1989) juga telah mengidentifikasikan berbagai faktor penarik dan membedakannya atas sebelas faktor, yaitu: (1) location climate, (2) national promotion, (3) retail advertising, (4) wholesale marketing, (5) special event, (6) eincentive schemes, (7) visiting friends, (8) visiting relatives, (9) tourist attractions, (10) culture, (11) natural environment man made environment. 2.3. Proses Pengambilan Keputusan Berwisata Keputusan
untuk
melakukan
perjalanan
wisata
adalah
keputusan
‘pembelian’, yaitu mengeluarkan uang untuk mendapatkan kepuasan. Namun pembelian dalam konteks pariwisata mempunyai beberapa keleluasaan, paling
12 tidak dalam hal-hal di bawah ini (Mathieson dan Wall, 1982 : Shaw dan William, 1992): 1. Produk
yang
dibeli
adalah
produk
intangible,
berupa
pengalaman
(experience). Meskipun ada bagian dari produk yang tangible (seperti cendramata), tetapi preparasinya sangat kecil terhadap total nilai pembelian. 2. Nilai pembelian umumnya besar, umumnya jauh lebih besar dibandingkan dengan pembelian barang-barang umum lainnya. 3. Pembelian tidak bersifat spontan. Perjalanan wisata umumnya direncanakan jauh hari sebelumnya, termasuk perencanaan aspek finansial, pemilihan jenis akomodasi, transportasi dan seterusnya. 4. Untuk menikmati produk yang dibeli, wisatawan harus mengunjungi daerah tujuan wisata secara langsung, berbeda degan produk lain yang dapat dikirim kepada pembeli. 5. Bagi sebagian wisatawan, mereka tidaklah distance minimized, bahkan menganggap perjalanan panjang sebagai bagian penting dari produk wisata yang dibeli. Menurut Mathieson dan Wall (1982), proses pengambilan keputusan seorang wisatawan melalui lima fase yang sangat penting, yaitu : 1. Kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan. Tujuan dari perjalanan dirasakan oleh calon wisatawan, yang selanjutnya ditimbangtimbang apakah perjalanan tersebut memang harus dilakukan atau tidak. 2. Pencarian dan penilaian informasi. Hal ini misalnya dilakukan dengan menghubungi agen perjalanan, mempelajari bahan-bahan promosi (brosur,
13 leaflet,
media
massa),
atau
mendiskusikan
dengan
mereka
yang
berpengalaman terlebih dahulu. 3. Keputusan melakukan perjalanan wisata. Keputusan ini meliputi antara lain daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, jenis akomodasi, cara bepergian, dan aktivitas yang akan dilakukan di daerah tujuan wisata. 4. Persiapan perjalanan dan pengalaman wisata. Wisatawan melakukan booking, dengan segala persiapan pribadi, dan akhirnya perjalanan wisata dilakukan. 5.
Evaluasi kepuasan perjalanan wisata. Selama perjalanan, tinggal di daerah tujuan wisata, dan setelah kenbali ke negara asal, wisatawan secara sadar maupun tidak sadar selalu melakukan evaluasi terhadap perjalanan wisatanya, yang akan mempengaruhi keputusan perjalanan wisatanya di masa yang akan datang. Ada berabagai faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan di
atas, antara lain sebagai berikut : 1. Karakteristik
wisatawan,
baik
karakteristik
sosial,
ekonomi
(umur,
pendidikan, pendapatan, dan pengalaman sebelumnya), maupun karakteristik pelaku (seperti motivasi, sikap, dan nilai yang dianut). 2. Kesadaran akan manfaat perjalanan, pengetahuan terhadap destinasi yang akan dikunjungi, citra destinasi. 3. Gambaran perjalanan, yang meliputi jarak, lama tinggal di daerah tujuan wisata, kendala waktu dan biaya, bayangan akan resiko, ketidakpastian, dan tingkat kepercayaan terhadap biro perjalanan wisata.
14 4. Keunggulan daerah tujuan wisata, yang meliputi jenis dan sifat atraksi yang ditawarkan, kualitas layanan, lingkungan fisik dan sosial, situasi politik, aksesibilitas, dan perilaku masyarakat lokal terhadap wisatawan. Yang juga sangat penting sebagai salah satu atribut daerah tujuan wisata adalah citra (image) yang dimiliki. 2.4. Motivasi Wisatawan Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, Mc Intosh (1977) dan Murphy (1985, cf. Sharpley, 1994) mengatakan bahwa motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut: 1.
Phisical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya.,
2.
Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai obyek tinggalan budaya.
3.
Sosial motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga (VFR, Visiting friends and relatives), menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan, dan seterusnya.
15 4.
Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang
akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang
menjemukan, dan ego-enchanment yang memberikan kepuasan fisiologis. Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu sendiri (intrinsic motivation) dan faktor eksternal (extrinsic motivation). Secara intrinsik motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan dan atau keinginan dari manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan prestise, dan kebutuhan akan aktualisasi diri, telah dijadikan dasar untuk meneliti motivasi wisatawan oleh Pearce (1988) dan Pearce dan Caltabiano (1983), yang antara lain menemukan bahwa motivasi perjalanan seorang wisatawan bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dinamis. Dann (1977) juga menggunakan dasar teori maslow di dalam membahas motivasi wisatawan, dari studi kasus Barbados. Ia melaporkan temuannya bahwa social needs dan esteem needs memegang peran penting, termasuk ke dalamnya rasa diterima oleh masyarakat dan ingin dihargai. Motivasi wisatawan ditentukan juga oleh menarik atau tidaknya tempat tujuan wisatanya. Semakin besar potensi suatu daerah tujuan wisata semakin besar motivasi wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata tersebut. Besarnya potensi yang ada dalam suatu daerah tujuan wisata dapat dijadikan ukuran daya saing daerah tersebut dibandingkan dengan daerah lain. Potensi ini diukur tidak hanya dari sumber daya alamnya tetapi juga sumberdaya manusianya dan juga
16 sumber daya lain yang terkait dan mendukung terhadap peningkatan daya saing suatu daerah. 2.5. Konsep Daya Saing Porter’s Diamond Daya saing usaha dapat didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi (Porter,1995). Dalam ilmu ekonomi, daya saing merupakan konsep yang bersifat relatif (Relative Concept). Dalam pemahaman tersebut, konsep daya saing identik dengan konsep efisiensi. Dengan menggunakan kriteria atau melihat indikator tertentu sebagai acuan, maka dapat diukur tingkat kuat lemahnya daya saing. Porter menganalisis daya saing sebuah industri dengan pendekatan diamond model. Adapun elemen dari diamond model tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Kondisi faktor dalam analisis Porter adalah variabel-variabel yang sudah ada dan dimiliki oleh suatu industri seperti sumber daya manusia (human resource), modal (capital resource), infrastruktur fisik (physical infrastructure), infrastruktur informasi (information infrastruktur), infrastruktur administrasi (administrative infrastruktur), serta sumber daya alam. Semakin tinggi kualitas faktor input ini, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas. Kondisi permintaan menurut diamond model dikaitkan dengan sophisticated and demanding local customer. Kondisi permintaan merupakan sifat dari asal untuk barang dan jasa. Semakin maju suatu masyarakat dan semakin demanding pelanggan dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk atau melakukan inovasi guna memenuhi keinginan pelanggan
17 lokal yang tinggi. Namun dengan adanya globalisasi, kondisi permintaan tidak hanya berasal dari lokal tetapi juga bersumber dari luar negeri. Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan
Kondisi Permintaan
Kondisi Faktor
Industri Pemasok dan Terkait Gambar 1. Porter’s Diamond Model
Adanya industri pemasok dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan sinergi dalam suatu industri. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama transaction cost ,sharing teknologi, informasi maupun skill tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya. Manfaat lain industri pemasok dan terkait adalah akan terciptanya daya saing dan produktivitas yang meningkat. Strategi perusahaan dan pesaing dalam diamond model juga penting karena kondisi ini akan memotivasi perusahaan atau industri untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru. Dengan adanya persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu mencari stategi baru yang cocok dan berupaya untuk selalu meningkatkan efisiensi.
18 2.6. Keterkaitan antara Daya Saing dengan Preferensi Masyarakat Tweeten dalam Saragih (2000) lebih lanjut mendefinisikan keunggulan bersaing sebagai kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar secara menguntungkan dan berkelanjutan melalui pemanfaatan keunggulan komparatifnya. Konsep keunggulan bersaing dengan deskripsi tersebut secara eksplisit menyatakan preferensi atau selera konsumen sebagai syarat keharusan (necessary condition) dalam upaya peningkatan daya saing. Harga yang murah dan kompetitif sebagai implikasi dari orientasi biaya produksi minimum (efisiensi) di pasar bukanlah suatu determinan tunggal dalam keunggulan bersaing. Preferensi konsumen merupakan sebuah cetak biru (blue print) yang harus digarap secara serius. Terlebih pada struktur pasar yang mengarah pada mekanisme liberalisasi perdagangan tanpa distorsi. 2.7. Penelitian Terdahulu Anggraini (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di DKI Jakarta” dengan menggunakan alat analisa Ordinary Least Squares (OLS) menyatakan bahwa investasi sektor perhotelan dan jumlah biro perjalanan wisata berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisman pada taraf nyata 0,01 dan kondisi keamanan berpengaruh pada taraf nyata 0.05 dengan arah negatif pada saat kondisi tidak aman. Pengaruh yang terbesar adalah banyaknya biro perjalanan wisata, kemudian kondisi keamanan, lalu investasi sektor perhotelan. Terdapat satu variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisman, yaitu nilai tukar. Hal ini diduga disebabkan oleh relatif rendahnya nilai tukar
19 rupuah terhadap mata uang negara-negara yang menjadi pasar utama pariwisata Indonesia Sridawati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Terhadap Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik” dengan menggunakan alat analisa regresi logistik menyatakan bahwa ada ada delapan variabel yang nyata mempengaruhi preferensi masyarakat dalam menggunakan kartu pembayaran elektronik, diantaranya : jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan rata-rata per bulan, pengeluaran, lokasi, teknologi, dan motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga kartu bervariasi, pada kartu kredit yang mempengaruhi penggunaannya adalah pendidikan, pengeluaran, dan teknologi. Pada kartu debet yang mempengaruhi penggunaannya adalah jenis kelamin, pendapatan dan motivasi. Sedangkan pada kartu ATM yang mempengaruhi penggunaannya adalah umur, pendidikan, pendapatan, dan lokasi. Nurmalasari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional” menyatakan bahwa potensi dan kondisi faktorfaktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond. Hasil analisis tersebut diantaranya kondisi faktor: pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok dan citra pasar tradisional buruk di mata konsumen baik dari bangunan maupun infrastrukturnya, kondisi permintaan: produk yang berkualitas terutama produk-produk segar dan pasar tradisional belum dapat memenuhi tuntutan diluar
20 sisi harga seperti kenyamanan dan pelayanan, strategi perusahaan, struktur dan persaingan: konsep tawar menawar dan belum ada aturan yang jelas dan tegas seperti peraturan presiden mengenai lokasi, komoditi, waktu operasi, dan jarak antara pasar modern dan pasar traditional, industri pemasok dan terkait: rantai distribusi barang masih panjang namun pasar tradisional mampu menyediakan barang dengan siklus harian sehingga barang lebih segar. Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional adalah variabel pendapatan, intensitas belanja, kualitas barang, kebersihan dan kenyamanan pasar. Semua variabel tersebut signifikan pada taraf nyata 10 persen. Variabel yang berpengaruh positif adalah pendapatan, intensitas belanja, kualitas barang, kebersihan barang dan kenyamanan pasar sehingga semakin besar pengaruh dari variabel-variabel tersebut semakin besar pula peluang masyarakat dalam hal ini IRT yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional. Walaupun untuk variabel pendapatan perlu didalami lebih lanjut karena hasilnya berbeda dengan hipotesis. Amaliah (2008) dalam Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Impor Susu Indonesia Periode 1976-2005, dengan metode penelitian yang digunakan terdiri atas : Pertama, metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan Porter’s Diamond dijadikan alat untuk menganalisis kondisi faktorfaktor yang mempengaruhi daya saing susu domestik di tengah serbuan impor susu pasca penghapusan kebijakan rasio impor. Kedua, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor susu baik dalam jangka panjang maupun pendek diestimasi
21 secara kuantitatif dengan metode Engle-Granger-Cointegration dan Error Correction Model (ECM). Berdasarkan penelitian ini dihasilkan bahwa analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing susu domestik melalui pendekatan Porter’s Diamond menghasilkan implikasi penelitian bahwa kelemahan mendasar daya saing susu domestik terletak pada kondisi faktor. Sebaliknya, faktor yang diduga berkontribusi besar terhadap kondisi daya saing adalah kondisi permintaan. Industri pendukung dan terkait melibatkan peranan koperasi primer peternak dihadapkan
pada
permasalahan
mismanajemen
dan
pemborosan
akibat
diversifikasi usaha yang tidak relevan dan menjadi biaya yang besar bagi koperasi. Kondisi strategi, struktur, dan persaingan antar susu domestik dan impor belum kondusif untuk meningkatkan daya saing susu domestik. Intervensi pemerintah melalui penghapusan kebijakan rasio impor memberikan pengaruh yang beragam bagi setiap determinan. Impor susu dari sisi permintaan pada jangka panjang dipengaruhi secara signifikan oleh harga riil susu impor, harga riil susu domestik, nilai tukar Rupiah, dan pendapatan per kapita dan pengaruh yang dapat diidentifikasi dalam persamaan tersebut konsisten dengan hipotesis penelitian yang diajukan. Produksi susu domestik tidak mempengaruhi impor susu pada jangka panjang. Hal ini diduga karena terdapat variabel antara yang tidak mampu dijelaskan oleh model persamaan yang dibangun. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor yang akan membentuk preferensi wisatawan dan selanjutnya membentuk persepsi wisatawan terhadap kepariwisataan kota Bogor
22 yang dapat dijadikan acuan/rekomendasi untuk meningkatkan daya saing kepariwisataan kota Bogor. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis probit. Sedangkan untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan untuk berwisata ke kota Bogor dengan menggunakan analisis Porter’s Diamond. 2.8. Kerangka Pemikiran Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi untuk memperoleh kepuasan. Kebutuhan yang sifatnya primer memang lebih diutamakan daripada keburtuhan yang sifatnya sekunder ataupun tersier. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang juga pasti mempunyai kebutuhan tersier. Salah satunya yaitu kebutuhan fisiologis yang lebih cenderung bersifat abstrak karena hanya dapat ia rasakan dan tidak dapat dilihat orang lain. Salah satu kebutuhan fisiologis tersebut yaitu kebutuhan akan rekreasi. Kota Bogor yang mempunyai daya tarik wisata yang cukup potensial merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang menjadi perhatian para wisatawan baik wisatawan nusantara ataupun mancanegara. Selain tempat-tempat wisata yang cukup menarik juga didukung oleh letak kota yang secara geografis cukup dekat dengan ibukota negara dan juga merupakan jalur utama transportasi. Dapat dikatakan bahwa Bogor merupakan kota yang cukup representatif baik itu di tingkat nasional ataupun internasional. Oleh karena itu perlu dikaji secara lebih mendalam terhadap potensi dan kondisi faktor-faktor yang dapat dijadikan kekuatan daya saing kepariwisataan kota Bogor dibandingkan dengan kota lainnya. Referensi dalam meningkatkan daya saing kepariwisataan kota Bogor
23 dapat dilihat dari sisi wisatawan dengan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor. Faktorfaktor ini akan membentuk preferensi wisatawan terhadap kepariwisataan kota Bogor. Informasi dari persepsi wisatawan terhadap kepariwisataan kota Bogor diharapkan dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat baik dan optimal. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan model probit, dimana variabel dependennya
berskala
biner.
Potensi
dan
kondisi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor dianalisa dengan menggunakan analisis daya saing Porter’s Diamond. Hasil analisis deskriptif dan probit tersebut dapat dirumuskan untuk menyusun strategi dalam peningkatan daya saing kepariwisataan kota Bogor. Alur kerangka pemikiran konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
24
Pariwisata Kota Bogor
Preferensi Wisatawan
Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan berekreasi di kota Bogor
Potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan di kota Bogor
Persepsi Pemerintah Daerah
Strategi peningkatan daya saing Kepariwisataan di kota Bogor
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Persepsi Wisatawan terhadap kepariwisataan kota Bogor
25 III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (contoh berdasarkan pertimbangan tentang beberapa karakteristik yang cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitiannya) karena Bogor merupakan salah satu kota yang sangat dekat dengan Ibukota negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, ekonomi dan pariwisata. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni 2008 sampai bulan Juli 2008. 3.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui metode survei dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara. Kuesioner yang disebarkan berupa daftar pertanyaan yang telah disusun dengan rapi. Data kepariwisataan beserta instansi terkait lainnya, seperti: Disparbud kota Bogor, BPS kota Bogor, Dispenda kota Bogor dan Deperindagkop kota Bogor. 3.3. Metode Penarikan Sampel Penelitian ini menggunakan metode penarikan contoh yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode penarikan contoh untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berekreasi ke kota Bogor dengan menggunakan accidental sampling, yaitu ketika responden yang
26 dijadikan sampel sedang berada di lokasi penelitian dan mau diwawancarai. Ada screening di awal kuesioner dimana pengunjung yang dijadikan responden adalah pelaku utama yang mempunyai minat ingin berekreasi ke kota Bogor dan pengunjung pernah berkunjung sebelumnya ke kota Bogor minimal satu kali. Penyebaran kuesioner dilakukan di tempat-tempat rekreasi seperti Kebun Raya Bogor, The Jungle, dan tempat-tempat rekreasi serta hiburan lainnya. Responden yang diambil sebagai sampel adalah wisatawan yang berada di tempat wisata selama penelitian dilaksanakan. Ukuran sampel yang diambil, mengacu pada pendapat Slovin (Umar, 2005) sesuai dengan rumus seperti sebagai berikut :
dimana :
n = ukuran sampel N= ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir
Ukuran populasi mengacu pada data jumlah kunjungan yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Budaya kota Bogor, yakni data kunjungan tahun 2007 yaitu sebanyak 1.212.285 orang dan persen kelonggaran yang ditentukan adalah 10 persen. Berdasarkan data kunjungan yang dimasukkan ke dalam rumus Slovin, maka diperoleh jumlah sampel yang akan diambil adalah :
27
Untuk memudahkan perhitungan maka jumlah sampel yang diambil dibulatkan menjadi 100 orang. Tetapi yang dimasukkan ke dalam perhitungan dan pengolahan data yaitu sebanyak 105 responden. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pengolahan data. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan model Probit. Dalam penelitian ini pengolahan data dengan menggunakan Microsoft Excel dan Eviews 4.1. Penelitian ini mengikuti beberapa tahap yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deskripsi Data Tahapan ini dilakukan untuk melihat karakteristik seluruh data yang diperoleh. Data diperoleh dari wisatawan yang menjadi responden dalam pengisian kuesioner. Terdapat dua jenis kuesioner dengan
responden yang
berbeda. Kuesioner pertama ditujukan untuk wisatawan yang sedang berwisata di kota Bogor. Kuesioner yang pertama ini digunakan untuk mengetahui faktorfaktor apa saja yang mempengeruhi preferensi wisatawan dalam berwisata di kota Bogor. Kuesioner yang kedua ditujukan untuk pemerintah daerah, para pengelola obyek wisata, dan pengusaha untuk melihat potensi dan kondisi faktor-faktor yang
28 mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor. Sebelum dilakukan pengolahan data dilakukan pengkodean data kualitatif dan mengklasifikasikan kategori jawaban untuk disesuaikan dengan tujuan penelitian. 2. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond. Analisis dengan pendekatan porter’s diamond digunakan untuk menganalisa kondisi dan potensi daya saing kepariwisataan di kota Bogor. Dalam menganalisis kondisi dan potensi daya saing kepariwisataan kota Bogor dilakukan dengan survey melihat langsung ke lapangan dan selain itu juga dilakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait seperti kepala dinas pariwisata, pengelola tempat wisata, pengembang pariwisata, pengusaha-pengusaha industri yang berhubungan dengan pariwisata. Adapun untuk melihat kondisi permintaan selain dilakukan wawancara terhadap wisatawan juga dilakukan dengan pengisian kuesioner yang pertanyaan-pertanyaannya sudah disusun teratur dan sistematis sebelumnya. Analisis dengan menggunakan metode frekuensi digunakan untuk menjelaskan berbagai variabel yang berkaitan dengan jumlah dan persentase karakteristik responden. 3. Model Probit Model
Probit
digunakan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berekreasi ke kota Bogor. Menurut Arief (1993), model Probit didasarkan atas asumsi bahwa variabel dependen yang diteliti mengikuti fungsi distribusi kumulatif yang berbentuk normal. Oleh karena
29 didasarkan atas normal cumulative distribution function, maka model ini disebut juga model normit (normit model). Menurut Gujarati (1997), penggunaan model Probit yaitu untuk menjelaskan perilaku suatu variabel tak bebas (dependen) yang dummy atau dichotomous. Variabel dependennya bernilai 0 atau 1. Modelnya secara sederhana sebagai berikut: Yi = α + βXi + Ui……………………………..………………………………..(2.1) Yi bersifat dikotomi sebagai fungsi linier dari variable yang menjelaskan Xi€ (Yi/Xi) merupakan harapan bersyarat dari Yi untuk Xi tertentu. Sedangkan menurut Koop (2003), model probit digunakan ketika variabel dependennya berupa data kualitatif sebagai dummy yang bernilai 0 dan 1. Ketika individu membuat sebuah pilihan diantara dua pilihan, secara ekonomi akan dirumuskan dengan fungsi utilitas. Jika utilitas dari individu i dan Uji (Untuk J= 0,1). Individu akan memilih 1 jika Uji > U01 dan sebaliknya jika pilihannya 0. Dengan demikian pilihan tergantung dari perbedaan utiltas. Model Probit mengasumsikan perbedaan utilitas ini mengikuti regresi linier normal yang dinyatakan sebagai berikut: Yi* = Xi’β +εi……………………………………………………………………(2.2) Ahli ekonomi tidak meninjau Yi* secara langsung, tetapi hanya pilihan yang sebenarnya dibuat oleh individu i.
30 Menurut Maddala (1994) dalam prakteknya Yi* tidak dapat diobservasi. Sedangkan yang dapat kita observasi adalah variable dummy yang didefinisikan sebagai berikut : Y= 1 jika Yi* > 0 Y= 0 jika sebaliknya Prob (Yi = 1) = Prob (Ui > β’Xi) = 1- F (-β’Xi)t……………………………...…………………….(2.3) Nilai pengamatan dari Y dalam model Probit ini hanya dapat direalisasikan sebagai sebuah proses binomial dengan probabilitas seperti di atas. Oleh karena itu kemungkinan fungsinya adalah L=
yi = 0 F(-β’Xi)
yi=1 {1-
F(-β’Xi)}………………………………………….(2.4)
Variabel dependen yang digunakan untuk model Probit dalam penelitian ini adalah preferensi wisatawan yang berekreasi di kota Bogor. Model persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut: Y = β1 + β2X1 + β3X2 + β4D1 + β5X3 + β6X 4+ β7X5 + β8X6 + β9X7 + β10 X8+ β11 X9+ β12 X10+ β13X11 + β14 X12+ β15 X13+ β16 X14+ui................................(3.1) Keterangan : Y
= 1 jika preferensi wisatawan berwisata di kota Bogor 0 jika preferensi wisatawan berwisata selain kota Bogor
Variabel dependen (Y) diambil dari poin E pertanyaan nomor 2 pada kuesioner pertama dengan responden wisatawan.
31 X1
= Umur (tahun)
Variabel independen (X1) diambil dari poin A pertanyaan nomor 1 pada kuesioner pertama dengan responden wisatawan. X2
= Pendidikan (tahun)
Variabel independen (X2) diambil dari poin A pertanyaan nomor 2 pada kuesioner pertama dengan responden wisatawan. X3
= Pendapatan rata-rata wisatawan per bulan (Rupiah)
Variabel independen (X3) diambil dari poin A pertanyaan nomor 5 pada kuesioner pertama dengan responden wisatawan. X4
= Intensitas berwisata (kali/tahun)
Variabel independen (X4) diambil dari poin C pertanyaan nomor 1 pada kuesioner pertama dengan respoden wisatawan. X5
= Biaya yang dikeluarkan Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap pernyataan “ biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi di kota Bogor tidak terlalu besar”. Bila penilaian responden adalah 1 artinya biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi di kota Bogor adalah terlalu besar. Bila penilaian responden adalah 2 maka berarti biaya yang dikeluarkan adalah besar. Bila penilaian responden 3 artinya biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi di kota Bogor tidak terlalu besar. Bila
32 penilaian responden 4 artinya biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi di kota Bogor adalah murah. Variabel independen (X5) sampai (X14)
diambil dari poin F pada kuesioner
pertama dengan responden wisatawan. X6
= Kualitas Wisata Kota Bogor Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap pernyataan “Kualitas Kepariwisataan Kota Bogor baik”.
X7
= Kelengkapan fasilitas Kota Bogor Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap pernyataan “Fasilitas di kota Bogor lengkap”.
X8
= Kebersihan Kota Bogor Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap pernyataan “Kondisi Kota Bogor Bersih ”.
X9
= Kenyamanan Kota Bogor Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4
33 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap pernyataan “Berwisata di kota Bogor terasa nyaman”. X10
= Keamanan Kota Bogor Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap pernyataan “Berwisata di kota Bogor terasa aman”.
X11
= Letak kota Bogor Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap pernyataan “Letak kota Bogor cukup strategis”.
X12
= Atraksi yang ditawarkan di obyek wisata Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap pernyataan “Atraksi yang ditawarkan di obyek wisata yang ada di kota Bogor cukup menarik”.
X13
= Pengelola obyek wisata Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap
34 pernyataan “Pengelola yang ada di obyek wisata yang ada di kota Bogor bekerja cukup baik”. X14
= Sarana dan Prasarana yang ada di obyek wisata Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal 1 hingga 4. Nilai 1 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat tidak setuju dan nilai 4 adalah untuk pendapat wisatawan yang sangat setuju terhadap pernyataan “Sarana dan Prasarana yang ada di obyek wisata yang ada di kota Bogor lengkap”.
D1
= Dummy pekerjaan, 1 jika wisatawan bekerja dan 0 jika wisatawan tidak bekerja.
Variabel independen (D1) diambil dari poin A pertanyaan nomor 2 pada kuesioner pertama dengan respoden wisatawan. D2
= Dummy tempat tinggal, 1 jika wisatawan tinggal di kota Bogor dan 0 jika wisatawan tinggal di luar kota Bogor.
Variabel independen (D2) diambil dari data responden pada kuesioner pertama dengan responden wisatawan. i
= Responden ke i
ui
= error
β1
= intersep
β2…….. β13 = Koefisien-koefisien estimasi 3.5. Strategi Peningkatan Daya Saing Strategi peningkatan daya saing kepariwisataan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Importance Performance Analysis. Gambar 3
35 merupakan bagan Importance Performance Analysis. Terdapat empat kuadran dalam bagan ini, yaitu Kuadran I (priorotas), Kuadran II (maintain), Kuadran III (low priority), dan Kuadran IV (over).
Koefisien Indeks Prioritas
Maintain
Rata-rata Koefisien
Low Priority
Over
Rata-rata Persepsi
Nilai Persepsi
Gambar 3. Importance Performance Analysis Koefisien
indeks
diperoleh
dari
koefisien
variabel-variabel
yang
berpengaruh nyata dalam metode probit. Nilai persepsi wisatawan dalam penelitian ini bernilai 1, 2, 3 dan 4. Rata-rata yang diperoleh dari koefisien indeks dan persepsi wisatawan dapat menentukan batas dari tiap kuadran. Koordinat yang diperoleh dari perpotongan titik koefisien indeks dan persepsi wisatawan akan menunjukkan letak titik tersebut. Bila terletak di kuadran I berarti variabel tersebut merupakan prioritas utama yang perlu diperbaiki. Bila terletak di kuadran II berarti variabel tersebut
36 merupakan hal yang harus dijaga dan dipertahankan. Bila berada di kuadran III berarti variabel tersebut bukan merupakan prioritas utama untuk diperbaiki. Bila berada di kuadran IV berarti variabel tersebut sudah diberi perlakuan berlebihan.
37 IV. GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BOGOR
4.1. Kondisi Geografis Kota Bogor Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 hektar atau 0,27 persen dari luas propinsi Jawa Barat. Kota Bogor ini terdiri dari 6 (enam) Kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal, yang meliputi 68 Kelurahan. Ciri–ciri daerah perkotaan adalah kepadatan penduduk sangat tinggi di atas 5.000 jiwa/km2, untuk Kota Bogor rata-rata ditempati sebanyak 6.662 jiwa/km2 jiwa penduduk. Kepadatan tertinggi ada di kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar 11.770 jiwa/km2 dan terendah ada di kecamatan Bogor Selatan 5.019 jiwa/km2. Kota Bogor mempunyai ketinggian rata rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter, kemiringan lereng antara 0-3 persen, 4-15persen 16-30 persen dan di atas 40 persen dengan jarak dari Ibu Kota kurang lebih 60 Km, dikelilingi Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede. Kota Bogor berpenduduk 820.707 jiwa dengan komposisi 419.252 Laki- laki dan perempuan 401.455 jiwa. Kota Bogor dikenal dengan sebutan Kota Hujan karena memiliki curah hujan yang tinggi yaitu berkisar 3.500 – 4.000 milimeter pertahunnya. Secara umum Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu gunung Pangrango (berupa satuan breksi tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa aluvium/kal dan kipas aluvium/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari daerah aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang
38 tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil dari pelapukan endapan yang baik untuk vegetasi. Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki daya dukung tanah yang berada antara 1,5 Kg/Cm2. Sebagai salah satu bagian dari propinsi Jawa Barat, Kota Bogor merupakan penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki Asset Wisata Ilmiah yang bersifat Internasional (Kebun Raya). Pusat Kota Bogor terletak 100 Km disebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang pada jaman dahulu kala merupakan pelabuhan terpenting bagi Negara Pakuan Pajajaran yang pusatnya sekitar BatuTulis di Selatan Kota Bogor. Kota Bogor dengan ketinggian dari permukaan laut minimal 190 meter dan maksimal 330 meter, memiliki udara rata - rata setiap bulannya adalah 26oC dan suhu udara terendah 21,8o C, dengan kelembaban udara kurang lebih 70 persen. Sedangkan curah hujan cukup besar setiap tahunnya yaitu berkisar antara 35004000 mm dengan luas 4.992,30 Ha, antara 4000-4500 mm dengan luas 6.424,65 Ha, dan antara 4500-5000 mm dengan luas 433,05 Ha, terutama pada bulan Desember sampai dengan bulan Januari. Kota Bogor yang disebut sebagai Kota Hujan dialiri beberapa sungai yang permukaan airnya jauh di bawah permukaan Kota, yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok, maka boleh dikatakan secara umum Kota Bogor aman dari bahaya banjir. Kedudukan topografis kota Bogor di tengah-tengah wilayah kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibu kota Negara, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya kebun raya yang di dalamnya terdapat Istana Bogor di pusat kota, merupakan tujuan
39 wisata, serta kedudukan kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak – Cianjur juga merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Adapun batas wilayah kota Bogor yaitu sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Sukaraja, kecamatan Bojong Gede dan kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Sebelah Barat berbatasan dengan
Kecamatan
Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. 4.2. Kondisi Ekonomi Sejalan dengan kondusifnya perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi di kota Bogor sepanjang tahun 2005 pun menunjukkan kecenderungan semakin membaik. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu dua tahun terakhir, khususnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005. Nilai PDRB kota Bogor berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 6,836 trilyun yang berarti mengalami kenaikan dari tahun 2004 sebesar Rp 5,245 trilyun. Sedangkan berdasarkan harga konstan PDRB tahun 2005 sebesar Rp 3,567 trilyun, meningkat Rp 3,361 trilyun dari tahun 2004. Laju pertumbuhan Ekonomi (LPE) tahun 2005 berdasarkan angka sementara dari BPS tercatat 6,12 persen, berarti meningkat dari tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh delapan sektor lapangan usaha yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,
40 serta sektor jasa-jasa. Peningkatan pertumbuhan ekonomi telah berimplikasi pada pendapatan perkapita. Berdasarkan harga berlaku pendapatan perkapita pada tahun 2005 Rp 8.292.947.47 meningkat dari tahun 2004 yang mencapai Rp 6.494.347,81 sedangkan berdasarkan harga konstan pendapatan perkapita tahun 2005 Rp 4.326.942,50 atau meningkat dari tahun 2004 yang mencapai Rp 4.161.551,26. 4.3. PDRB Kota Bogor Perkembangan perekonomian Kota Bogor tahun 2002 menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,78 persen meningkat menjadi 6,07 persen tahun 2003. Pertumbuhan yang cukup baik ini merupakan modal yang baik untuk pemulihan ekonomi Kota Bogor. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor tahun 2002 berdasarkan harga berlaku Rp. 3.282.218.410.000,00 pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp. 3.645.650.790.000,00 dengan pendapatan perkapita Rp. 4.227.462,01 pada tahun 2002 menjadi Rp. 4.605.734,59 pada tahun 2003. Sektor Lapangan Usaha yang memberikan kontribusi bagi peningkatan PDRB Kota Bogor adalah Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 12,35 persen, Pertanian sebesar 0,40 persen, Pengangkutan dan Komunikasi 10,62 persen Industri Pengolahan 26,44 persen Listrik, Gas dan Air Bersih 3,06 pesen Perdagangan, Hotel dan Restoran 31.27 persen Jasa-jasa 7,37 persen dan Sektor Bangunan sebesar 8,50 persen.
41 4.4. Gambaran Umum Pariwisata Kota Bogor Kota Bogor merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Barat yang mempunyai potensi kepariwisataan. Kota Bogor menampilkan pesona wisata dan mampu menjadi tuan rumah pertemuan-pertemuan tingkat nasional maupun internasional seperti pada tahun 1954 sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Panca Negara, Pertemuan Informal Jakarta (JIM), pada tahun 1994 sebagai pertemuaan APEC. Bogor terkenal pula dengan julukan Kota Hujan karena memiliki curah hujan yang tinggi yaitu 4117 milimeter per tahun. Salah satu fungsi kota Bogor adalah sebagai kota Pariwisata, karena banyaknya tempat-tempat menarik untuk dikunjungi. Selain itu kota Bogor juga adalah sebagai kota ilmu dimana terdapat banyak lembaga-lembaga pusat penelitian dalam berbagai disiplin ilmu. Letak geografis kota Bogor sangat strategis karena merupakan kota lintasan utama dan pintu gerbangnya jawa Barat. Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang perlu diberdayakan, karena selain sebagai sumber penerimaan daerah, serta pengembangan dan pelestarian seni budaya kota Bogor, juga membangkitkan sektor perekonomian masyarakat kota. Oleh karena itu sasaran pengembangan kepariwisataan Kota Bogor diarahkan kepada peningkatan seluruh potensi pariwisata, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, peningkatan lama tinggal wisatawan, penyerap angkatan kerja secara maksimal, peningkatan kontribusi pada
PAD dan kesejahteraan masyarakat, mewujudkan citra Kota
42 Bogor yang bersaing dengan kota-kota lain, meningkatkan peran serta masyarakat dalam kepariwisataan. 4.5. Objek Wisata di Kota Bogor Berdasarkan data tentang kepariwisataan, jenis-jenis objek wisata yang ada di kota Bogor berjumlah sepuluh (Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2004), dimana kesepuluh objek wisata tersebut adalah : 1. Istana Bogor Istana Bogor memiliki luas areal 28 Ha yang ditumbuhi oleh sekitar 100 pohon besar dengan halaman rumput yang luas dan hidup bebas ratusan ekor kijang aksis. Istana ini didirikan pada tahun 1745 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda yang bernama Gustaf Willem Baron Van Imhoff dengan tujuan sebagai tempat peristirahatan. Pengunjung istana Bogor ini minimal berjumlah 10 orang dan diharuskan menyampaikan surat permohonan kunjungan ke kepala rumah tangga Istana Kepresidenan Bogor. 2. Kebun Raya Bogor Luas areal Kebun Raya Bogor sekitar 87 Ha, didirikan pada tahun 1817 oleh Prof. DR, c. G. C. Reinwart seorang ahli botani dari Jerman. Kebun Raya Bogor ini terletak di Jl. Ir. H. Juanda. Di dalamnya terdapat 20.000 tanaman yang tergolong dalam 6000 spesies. 3. Museum Etnobotani Sekitar 2000 artefaka etnobotani dipamerkan di museum ini. Berbagai diaroma pemanfaatan flora sebagai bahan sandang, pangan, papan, obat-
43 obatan, kosmetika maupun pelengkap ritual dan lain-lain dilengkapi dengan cara peragaan cara membuatnya. 4. Museum Zoologi Museum Zoologi ini didirikan pada tahun 1894, koleksi yang terdapat pada museum ini meliputi ribuan spesies binatang mamalia, serangga, reftilia, burung ikan, dan moluska. 5. Museum Tanah Museum Tanah ini dijadikan sebagai pusat penelitian tanah dan agroklimat. Terdapat koleksi jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia yang berupa makromonolit serta dilengkapi oleh data gambar tempat pengambilan, gambar penampang tanah, data morpologi, data analisis tanah dan lingkungan tanah. 6. Plaza Kapten Muslihat Merupakan tempat rekreasi dan hiburan untuk umum dilengkapi dengan fasilitas toko cinderamata, rumah makan dengan berbagai hidangan. Secara berkala menampilkan pentas musik tradisional. Di kawasan ini terdapat gedung pusat informasi Kepariwisataan atau Tourism Information Centre (TIC). 7. Situ Gede Wisata Situ Gede ini merupakan danau yang berada di kawasan atau lingkungan yang keadaannya masih alami dikelilingi hutan rindang, terletak di kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat sangat berpotensi sebagai objek wisata alam.
44 8. Museum Pembela Tanah Air Museum Pembela Tanah Air ini merupakan suatu lokasi pusat pendidikan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air. Di dalam museum Pembela Tanah Air ini terdapat berbagai diaroma mengenai perjalanan perjuangan para pahlawan Pembela Tanah Air dalam memperebutkan kemerdekaan Republik Indonesia. 9. Museum Perjuangan Di dalamnya terdapat diaroma perjuangan dan koleksi berbagai macam senjata hasil rampasan dari tentara Jepang dan Inggris yang kemudian digunakan oleh para pejuang untuk merebut kemerdekaan Republik Indonesia. 10. Prasasti Batutulis Prasasti Batutulis dibuat pada masa pemerintahan Surawisesa pada tahun 1521-1535 Putra Prabu Siliwangi Raja Pajajaran. Selain obyek-obyek wisata unggulan di Kota Bogor masih terdapat lokasi yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata antara lain Wisata Kampung Tour di Kelurahan Cikaret Pancasan Bogor, kebun penelitian tanaman obat industri Cimanggu, Kawasan pedesaan Situ Gede dan pusat-pusat penelitian lainnya. Kesepuluh objek wisata di atas memiliki jumlah pengunjung yang berbedabeda. Semakin banyak jumlah pengunjung yang datang, menunjukkan objek wisata tersebut semakin banyak diminati. Objek wisata di kota Bogor yang paling banyak didatangi oleh wisatawan adalah Kebun Raya Bogor. Sedangkan yang paling sedikit menarik pengunjung adalah Museum Tanah.
45 Tabel 4. Tingkat Kunjungan Objek Wisata Kota Bogor No Objek Wisata Tingkat Kunjungan 1 Kebun Raya 1.337.208 2 Istana Bogor 58.731 3 Museum Zoologi 51.748 4 Museum Etnobotani 8.345 5 Prasasti Batu tulis 1.294 6 Danau Situgede 1.631 7 Taman Topi (Plaza Kapten Muslihat) 156.394 8 Museum Tanah 698 9 Museum PETA 10.399 10 Museum Perjuangan 1.315 Sumber : Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor
Selain kunjungan ke obyek-obyek wisata tersebut, aktivitas kunjungan wisata ke Kota Bogor juga tercermin dari keramaian di pusat-pusat perdagangan makanan jajanan dan buah-buahan serta factory outlet pakaian dan tas seperti di Jalan Suryakencana, Siliwangi, Pajajaran, dan Tajur terutama pada Hari Sabtu, Minggu dan hari-hari libur. Tabel 5 menunjukkan daftar nama objek wisata yang ada yang ada di kota Bogor beserta alamat, fasilitas yang ada di tiap objek wisata, tarif yang diberlakukan untuk setiap objek wisata beserta jenis dari tiap objek wisata yang merupakan karakter tiap objek wisata yang ada di kota Bogor. Sebagian besar jenis objek wisata yang ada di kota Bogor merupakan jenis wisata ilmiah. Hal ini dikarenakan banyaknya museum-museum. Tarif yang diberlakukan cukup terjangkau oleh wisatawan karena tarif yang diberlakukan tidak terlalu mahal. Bahkan ada yang tidak dikenakan tarif yaitu prasasti Batutulis. Fasilitas di tiap objek wisata berbeda-beda ada yang sudah lengkap ada juga yang masih kurang lengkap. Dapat dilihat Prasati Batutulis fasilitasnya masih belum lengkap, belum adanya toilet ataupun fasilitas lain termasuk tempat parkir.
46 Tabel 5. Objek dan Daya Tarik Wisata di kota Bogor No 1
2
3 4 5 6 7
Nama dan Alamat Objek dan Daya Tarik Wisata Museum Perjoangan
Danau Wisata Situ Gede
Kebun Raya Bogor Istana Kepresidenan Bogor M.Zoologi
Jenis Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
Budaya
-
X
Danau/Situ
-
Minat khusus Koleksi benda bersejarah yang dipergunakan pada perang kemerdekaan Rekreasi
Museum Pembela Tanah Air
9
Museum Tanah
10
Museum Etnobotani
-Ruang sekertariat/kantor -Mushalla -Toilet
-4 unit Perahu Angsa -1 unit Perahu Dayung -Pemancingan -Areal Hutan -WC & Parkir
Gedung Istana Flora&Fauna Rusa Totol
Benda Seni Lukisan
Sejarah
Tarif Berupa Sumbangan Kategori Umum: 2000 Pelajar: 1000 5000
2000 per mobil 1000 Per motor 5000 Gratis
Ruang Pameran Binatang 1000 Gratis
Prasasti Batu Tulis Kebun Wisata Ilmiah
8
Fasilitas
-Rumah Joglo -Toilet -Koleksi Tanaman Obat&Aromatik -Perpustakaan -R.Informasi -Toilet -R.VIP -Parkir -Mushalla -Loket Minat Khusus
Sumber : Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor
1000 3000
Koleksi: Contoh Tanah,contoh batuan,Peta Maket,Peralatan survey,Produk Teknologi,Penelitian tanah -Toilet -Parkir -Kantin -Mushalla -Pemandian
1000
47 4.6. Promosi Kepariwisataan Kota Bogor Pariwisata tidak akan berkembang bila tidak ada promosi. Promosi sangat dibutuhkan untuk publikasi tempat-tempat wisata yang ada di suatu tempat. Promosi sangat berkaitan dengan pemasaran, termasuk perangkat atau fasilitas yang dipergunakan sebagai alat unuk untuk promosi. Adapun fasilits promosi yang disediakan pemerintah kota Bogor adalah sebagai berikut : Tabel 6. Promosi yang Diterbitkan/disediakan di Kota Bogor No 1 2 3 4 5
Jenis Bahan Promosi Buku Panduan Wisata Brosur/Leaflet Peta Kota Bogor VCD Pariwisata Papan Petunjuk Arah objek Wisata
Jumlah /Tahun
Bahasa
Tujuan Distribusi Dalam Luar Negeri Negeri √ √ √ √
1,200
Indonesia Inggris
1,000
Indonesia Inggris Indonesia
√ √ √
Indonesia Inggris Indonesia
√ √ √
2 1,400 20
Tahun Dibuat 2003
2004
2005
2006
2007
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √ X
√ √ √
√ √ X
√ √ X
√ √ X
√ √ X
√ √ X
X X X
X X X
X X X
X X X
√ √ √
Sumber : Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor Pada tahun 2003 pihak pemerintah kota Bogor belum mampu melengkapi fasilitas promosi kepariwisataan kota Bogor seperti yang disebutkan di atas. Begitu pula pada tahun-tahun berikutnya. Tetapi pada tahun 2007 pemerintah kota Bogor telah mampu melengkapi fasilitas promosinya walaupun masih ada kekurangan. Tetapi hal ini lebih baik karena pada tahun-tahun sebelumnya masih belum lengkap. 4.7. Usaha-Usaha yang Terkait dengan Kepariwisataan Kota Bogor Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat luas karena berhungan dengan sektor yang lainnya. Misalnya Perhubungan, dan usaha-usaha yang
48 lainnya misalnya sektor usaha hotel dan restoran. Dampak dari pariwisata itu sendiri memiliki multiplier effect, yaitu untuk penyerapan tenaga kerja dan menimbulkan adanya usaha-usaha lain yang akhirnya menjadi salah satu sumber pendapatan suatu daerah. Tabel 7. Perkembangan Jumlah Akomodasi Hotel dari Tahun 2000-2007 Klasifikasi Akomodasi Persentase Perubahan No Tahun Jumlah Hotel Pondok (%) Wisata 1 2000 42 5 47 2 2001 37 5 42 11 3 2002 38 5 43 2 4 2003 38 5 43 0 5 2004 40 5 45 5 6 2005 43 5 48 7 7 2006 43 6 49 2 8 2007 39 7 46 6 Sumber : Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor Salah satu sektor uasaha yang berkaitan yaitu usaha perhotelan. Di kota Bogor akomodasi perhotelan mengalami perkembangan yang tidak stabil yaitu naik turun tiap tahunnya.
Pada tahun 2001 perkembangannya mengalami
penurunan. Tetapi dari tahun 2002 sampai 2006 usaha perhotelan ini mengalami peningkatan. Dan pada tahun 2007 menurun lagi. Berbeda halnya dengan usaha restoran dan rumah makan. Dari tahun 2004 sampai 2007 perkembangannya sangat bagus, jumlahnya terus meningkat. Pada tahun 2004 yang jumlahnya sebanyak 188 dan pada tahun 2007 yaitu sebanyak 268. Hal ini menunjukkan permintaan konsumen terhadap usaha ini terus meningkat tiap tahunnya.
49 Tabel 8. Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan dari Tahun 2004-2007 Jumlah Jenis Usaha Persentase Perubahan No Tahun Total Restoran Rumah (%) Makan 1 2004 64 124 188 2 2005 86 136 222 18 3 2006 91 157 248 12 4 2007 93 175 268 8 Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bogor
Begitu pula halnya dengan usaha perhubungan, yaitu usaha biro perjalanan wisata. Perkembangannya sangat bagus, tiap tahun mengalami peningkatan. Dari tahun1996 yang jumlahnya hanya 4 buah dan pada sebelas tahun kemudian yaitu pada tahun 2007 jumlahnya menjadi 71 buah. Tetapi dari tahun 1999-2001 jumlahnya tidak mengalami peningkatan, jumlahnya tetap yaitu 11 buah. Hal ini dikarenakan krisis yang terjadi pada tahun 1997/1998, berdampak terhadap semua sektor termasuk sektor pariwisata kota Bogor. Tabel 9. Perkembangan Biro Perjalanan Wisata di Kota Bogor Tahun Jumlah Persentase Perubahan (%) 1996 4 1997 7 75 1998 8 14 1999 11 38 2000 11 0 2001 11 0 2002 12 9 2003 18 50 2004 26 44 2005 37 42 2006 51 38 2007 71 39s Sumber : Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor
50 V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Preferensi Wisatawan dalam Berwisata ke Kota Bogor
5.1.1. Tingkat Preferensi Preferensi wisatawan dalam berwisata dipengaruhi berbagai faktor baik yang sifatnya internal maupun eksternal. Setiap wisatawan tidak mempunyai kebebasan untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan karena terkendala oleh waktu, pendapatan, pekerjaan yang merupakan bagian dari faktor pribadi dan banyak faktor lain dalam menentukan pilihannya dalam berwisata. Penjelasan mengenai hubungan preferensi berwisata dengan kategori tertentu dengan mengelompokkan preferensi wisatawan yang berwisata ke kota Bogor, maupun ke daerah lain selain kota Bogor. Hal ini dilakukan agar dapat melihat karakteristik yang lebih spesifik dari masing-masing preferensi wisatawan dalam berbelanja. Dalam penelitian ini variabel dependen (Y) yang merupakan variabel kategorik dimana Y akan bernilai 1 bila preferensi wisatawan berwisata ke kota Bogor dan Y akan bernilai 0 jika preferensi wisatawan berwisata selain ke kota Bogor. Tabel 10 menunjukkan 55 persen wisatawan yang merupakan responden dari penelitian ini memilih berwisata ke kota Bogor dan 45 persen wisatawan lebih memilih berwisata ke luar kota Bogor. Tabel 10. Persentase Preferensi Wisatawan Dalam Berwisata Nilai Variabel Dependen (Y) Jumlah 1 (Preferensi wisatawan berwisata ke Bogor) 0 (Preferensi wisatawan berwisata ke luar Bogor) Total
58 47 105
Persentase (%) 55 45 100
51 Variabel dependen (Y) dipengaruhi oleh oleh variabel independen. Variabel independen
yang diduga mempengaruhi yaitu : umur, pendidikan,
pendapatan, intensitas berwisata, biaya yang dikeluarkan, kualitas wisata kota Bogor, kelengkapan fasilitas kota Bogor, kebersihan kota Bogor, kenyamanan kota Bogor, keamanan kota Bogor, letak kota Bogor, atraksi yang ditawarkan, pengelola objek wisata dan sarana prasarana yang ada dalam objek wisata. Tabel 11. Distribusi Antara Preferensi Wisatawan Dengan Tempat Tinggal Tempat Tinggal Preferensi Wisatawan Bogor Luar Bogor Jumlah Persentase Jumlah Persentase Berwisata ke kota Bogor 29 53 29 58 Berwisata ke luar kota Bogor 26 47 21 42 Jumlah Total 55 100 50 100 Berdasarkan Tabel 11 wisatawan yang bertempat tinggal di Bogor memiliki persentase preferensi yaitu sebesar 53 persen memilih berwisata ke Bogor dan 47 persen berwisata ke luar Bogor. Sedangkan wisatawan yang tempat tinggalnya di luar Bogor persentase prefensinya yaitu sebesar 58 persen memilih berwisata ke kota Bogor dan sebesar 42 persen memilih berwisata ke luar kota Bogor. Tabel 12. Distribusi Antara Preferensi Wisatawan Dengan Pekerjaan Pekerjaan Preferensi Wisatawan Bekerja Tidak Bekerja Jumlah Persentase Jumlah Persentase Berwisata ke kota Bogor 31 53 24 51 Berwisata ke luar kota 27 47 23 49 Bogor Jumlah Total 58 100 47 100 Berdasarkan Tabel 12 baik wisatawan yang bekerja ataupun tidak bekerja sebagian besar memilih berwisata ke kota Bogor. Sebesar 53 persen dari seluruh
52 wisatawan yang bekerja memilih berwisata ke Bogor. Dari seluruh wisatawan yang tidak bekerja sebesar 51 persen memilih berwisata ke Bogor. Sedangkan sebesar 49 persen wisatawan yang tidak bekerja memilih berwisata ke luar Bogor. Tabel 13. Distribusi Antara Preferensi Wisatawan Dengan Pendapatan Per Bulan Preferensi Wisatawan dalam Berwisata Bogor Luar Bogor Total
< 500.000 7 (41) 10 (59) 17 (100)
500.0001juta 19 (60) 13 (40) 32 (100)
Pendapatan 11,5-2juta 1,5juta 11 (67) 5 (33) 16 (100)
5 (45) 6 (55) 11 (100)
2-2,5juta
>2,5 juta
3 (50) 3 (50) 6 (100)
12 (52) 11 (48) 23 (100)
Keterangan : Angka dalam kurung merupakan persentase Berdasarkan Tabel 13, untuk setiap tingkatan pendapatan sebagian besar wisatawan lebih memilih berwisata ke kota Bogor. Tetapi untuk tingkat pendapatan < 500.000 dan tingkat pendapatan 1,5-2 juta sebesar 59 persen dan 55 persen wisatawan lebih memilih berwisata ke luar kota Bogor . 5.1.2. Kondisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Wisatawan 5.1.2.1. Faktor-Faktor Demografis Responden dalam penelitian ini adalah wisatawan nusantara yang berkunjung ke kota Bogor. Berdasarkan Gambar 4. usia yang menjadi responden sebagian besar berusia 21-25 tahun yaitu sebesar 37 persen, dan yang paling kecil yaitu yang berusia 15-20 tahun.
53
Gambar 4. Usia Responden
Sebagian besar tingkat pendidikan dari reponden adalah tamatan SMU yaitu sebesar 43 persen,disusul oleh tamatan Sarjana/Pascasarjana yaitu sebesar 23 persen. Untuk tingkat pendidikan yang paling kecil yaitu tidak tamat SD yaitu sebesar 1 persen.
Gambar 5. Pendidikan Responden
Pekerjaan responden sebagian besar adalah bekerja yaitu sebesar 52 persen, dan tidak bekerja yaitu sebesar 48 persen. Hal ini dikarenakan orang cenderung melakukan kegiatan berwisata bila sudah mempunyai pendapatan. Baik itu pendapatan pribadi ataupun pendapatan keluarga.
54 Pendapatan rata-rata keluarga perbulan responden sebagian besar berjumlah kurang dari satu juta sebanyak 31 persen. Sedangkan responden yang pendapatan rata-rata keluarganya paling kecil yaitu dua juta sampai dua juta lima ratus yaitu sebesar enam persen.
Gambar6. Pendapatan Rata-Rata Responden
5.1.2.2. Faktor-Faktor Perilaku Wisatawan Perilaku wisatawan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu terkait dengan intensitas berwisata yang dilakukan wisatawan tiap tahunnya dan juga biaya yang dikeluarkan setiap melakukan kegiatan wisatanya. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata wisatawan melakukan kegiatan wisatanya yaitu 10 kali per tahun. Besarnya pendapatan seseorang tidak menjadi ukuran seseorang mempunyai intensitas yang sering pula. Karena setiap orang mempunyai kebutuhan berwisata yang berbeda-beda dan kegiatan berwisata ini erat kaitannya dengan hobi atau kesenangan seseorang. Dari hasil penelitian ini menunjukkan orang yang pendapatannya lebih kecil memiliki intensitas yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang pendapatannya lebih besar.
55 Sedangkan rata-rata biaya yang dikeluarkan wisatawan setiap melakukan kegiatan wisatanya yaitu sebesar Rp. 244904,76 atau jika dibulatkan yaitu sama dengan Rp. 250.000,00. Biaya yang dikeluarkan dalam berwisata tergantung jauh tidaknya tempat objek wisata yang menjadi tujuan wisatanya. Hal ini berkaitan dengan pendapatan seseorang, biaya yang dikeluarkan untuk transportasi, tarif masuk dan yang lainnya di objek wisata yang dituju, harga souvenir-souvenir di objek wisata, dan yang tak kalah pentingnya yaitu pola konsumsi seseorang. Orang yang konsumtif akan mengeluarkan biaya yang lebih besar daripada orang yang tidak konsumtif. 5.1.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wisatawan Terhadap Objek Wisata Yang Ada di Kota Bogor Suatu daerah tujuan wisata harus menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan, agar tujuan kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi. Sarana prasarana, aksestabilitas, termasuk daya tarik objek-objek wisata yang ada di daerah tujuan. Hal-hal yang menjadi ciri khas dari suatu daerah akan menjadikan citra tersendiri bagi suatu daerah. Setiap daerah tujuan wisata mempunyai citra (image) tertentu, yaitu kesan seseorang terhadap suatu destinasi yang mengandung keyakinan dan persepsi. Persepsi wisatawan terhadap objek wisata yang ada di kota Bogor yang dikaji dalam penelitian ini yaitu dilihat dari segi, biaya yang dikeluarkan, kualitas pariwisata
kota
Bogor,
kelengkapan
fasilitas
kota
Bogor,
kebersihan,
kenyamanan, keamanan kota Bogor, letak kota Bogor, atraksi yang ditawarkan, pelayanan dari pengelola tiap objek wisata yang ada di kota Bogor, dan fasilitas yang ada di dalam tiap objek wisata yang ada di kota Bogor.
56
Tabel 14. Persepsi Wisatawan Terhadap Biaya yang Dikeluarkan Ketika Berwisata di Kota Bogor Nilai 1 2 3 4 Total
Keterangan Sangat Besar Besar Kecil Sangat Kecil
Jumlah 2 13 71 19 105
Persentase(%) 2 12 68 18 100
Tabel 14 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap anggaran biaya yang dikeluarkan ketika para wisatawan berekreasi di kota Bogor. Sebagian besar wisatawan yaitu 68 persen setuju bahwa biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi di kota Bogor tidak terlalu besar. Biaya yang dimaksud disini yaitu semua anggaran yang dikeluarkan ketika melakukan kegiatan berwisata di kota Bogor. Termasuk di dalamnya yaitu biaya tarif masuk objek wisata, transportasi, biaya akomodasi, dan pengeluaran lainnya. Tabel 15. Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Pariwisata Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase(%) 2 1 Sangat Tidak Berkualitas 2 32 2 Tidak Berkualitas 34 64 3 Berkualitas 67 2 4 Sangat Berkualitas 2 Total 105 100 Tabel 15 menunjukkan 64 persen wisatawan berpendapat pariwisata kota Bogor mempunyai kualitas yang cukup baik. Kualitas pariwisata berkaitan dengan daya tarik dari tiap objek tersedia,
sarana
wisata, pelayanan yang diberikan, fasilitas yang
pendukung
seperti
akomodasi,
souvenir-souvenir
yang
57 ditawarkan, atraksi yang ditawarkan, dan kondisi kenyamanan dan keamanan tempat tujuan wisata. Tabel 16. Persepsi Wisatawan Terhadap Kelengkapan Fasilitas Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase(%) 0 1 Sangat Tidak Lengkap 0 11 2 Tidak Lengkap 12 78 3 Lengkap 82 10 4 Sangat Lengkap 11 Total 105 100
Tabel 16 menunjukkan 78 persen wisatawan setuju bahwa kota Bogor memiliki fasilitas yang lengkap. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju bahwa fasilitas kota Bogor lengkap hanya sebesar 11 persen wisatawan yang menjadi responden dalam penelitian ini. Fasilitas yang dimaksud yaitu meliputi bank, pasar, rumah makan, hotel/penginapan, layanan telekomunikasi, dan rumah sakit/ puskesmas. Tabel 17. Persepsi Wisatawan Terhadap Kebersihan Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase(%) 11 1 Sangat Tidak Bersih 12 47 2 Tidak Bersih 49 39 3 Bersih 41 3 4 Sangat Bersih 3 Total 105 100
Tabel 17 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap kebersihan kota Bogor. Sebanyak 47 persen wisatawan menyatakan kota Bogor masih belum bersih. Kebersihan kota masih kurang diperhatikan. Kebersihan berhubungan dengan sampah yang masih berserakan dimana-mana. Hal ini memerlukan kesadaran dari semua pihak baik pemerintah, pengelola objek wisata, masyarakat
58 setempat dan juga wisatawan itu sendiri. Tidak hanya cukup dengan penyediaan tempat sampah dan peringatan saja seperti tulisan-tulisan jangan buang sampah sembarangan. Hal ini saja tidak cukup untuk meningkatkan kesadaran setiap manusia akan pentingnya kebersihan lingkungan. Pemerintah setempat juga perlu memperhatikan banyaknya tempat sampah yang tersedia dan juga letak tempat sampah tersebut. Tabel 18. Persepsi Wisatawan Terhadap Kenyamanan Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase(%) 1 Sangat Tidak Nyaman 5 5 2 Tidak Nyaman 37 35 3 Nyaman 57 54 4 Sangat Nyaman 6 6 Total 105 100 Tabel 18 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap kenyamanan kota Bogor. Sebanyak 54 persen wisatawan menyatakan bahwa ketika berekreasi di kota Bogor mereka merasa nyaman. Kenyamanan suatu tempat akan berpengaruh tehadap kesan wisatawan terhadap tempat tersebut. Bila tempat tersebut dapat memberikan kenyamanan terhadap wisatawan yang datang, maka akan membuat wisatawan untuk datang ke tempat itu lagi. Hal ini akan membawa kesan yang positif bagi wisatawan terhadap tempat tersebut, dan memberikan citra yang baik bagi kota secara keseluruhan. Tabel 19. Persepsi Wisatawan Terhadap Keamanan Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase(%) 1 Sangat Tidak Aman 3 3 2 Tidak Aman 31 30 3 Aman 66 63 4 Sangat Aman 5 5 Total 105 100
59
Tabel 19 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap keamanan kota Bogor. Sebanyak 63 persen wisatawan merasa aman ketika mereka berekreasi di kota Bogor. Keamanan suatu tempat merupakan salah satu hal yang dijadikan pertimbangan wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat wisata. Karena dalam melakukan kegiatan wisatanya wisatawan harus merasa aman. Tabel 20. Persepsi Wisatawan Terhadap Letak Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase(%) 1 Sangat Tidak Strategis 0 0 2 Tidak Strategis 11 10 3 Strategis 79 75 4 Sangat Strategis 15 14 Total 105 100 Tabel 20 menunjukkan sebanyak 75 persen wisatawan menyatakan bahwa letak kota Bogor cukup strategis. Hal ini didukung pula oleh akses tol yang mudah, berdekatan dengan Jakarta, dan merupakan salah satu kota yang menjadi jalur utama. Tabel 21. Persepsi Wisatawan Terhadap Atraksi yang Ditawarkan di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase(%) 1 Sangat Tidak Menarik 4 4 2 Tidak Menarik 46 44 3 Menarik 54 51 4 Sangat Menarik 1 1 Total 105 100 Tabel 21 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap atraksi yang ditawarkan di kota Bogor. Sebesar 51 persen responden menyatakan atraksi yang ditawarkan di kota Bogor menarik. Atraksi (objek dan daya tarik) merupakan
60 komponen yang sangat vital, karena atraksi merupakan faktor penyebab utama, mengapa seseorang wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Tabel 22. Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Pengelola Obyek Wisata di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase(%) 1 Sangat Tidak Berkualitas 3 3 2 Tidak Berkualitas 41 39 3 Berkualitas 59 56 4 Sangat Berkualitas 2 2 Total 105 100 Tabel 22 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap kualitas pengelola objek wisata di kota Bogor. Sebesar 56 persen wisatawan menyatakan pengelola objek wisata yang ada di kota Bogor mempunyai kualitas yang baik. Kualitas pengelola yang dimaksud yaitu menyangkut pelayanan terhadap wisatawan yang datang. Bila suatu objek wisata tempatnya menarik tetapi pelayanannya tidak memuaskan, kesan menarik itu akan berkurang bahkan hilang. Kualitas dari pengelola objek wisata ini juga erat kaitannya dengan kualitas dari masing-masing sumber daya manusianya. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusianya maka semakin berkualitas juga pelayanan dari para pengelola objek wisata. Hal ini sangat mendukung terhadap kualitas dari suatu objek wisata. Tabel 23. Persepsi Wisatawan Terhadap Fasilitas Yang Ada di Obyek Wisata di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase(%) 1 Sangat Tidak Lengkap 2 2 2 Tidak Lengkap 34 32 3 Lengkap 64 61 4 Sangat Lengkap 5 5 Total 105 100
61 Tabel 23 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap fasilitas yang ada di dalam objek wisata di kota Bogor. Sebesar 61 persen wisatawan menyatakan fasilitas yang ada dalam objek wisata di kota Bogor lengkap. Fasilitas yang dimaksud disini yaitu sarana penunjang di dalam tiap objek wisata seperti toilet, tempat parkir, musola, kantin, ruang sekertariat, ruang pameran, ruang informasi dan sebagainya. 5.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Wisatawan dalam Berwisata ke Bogor Nilai Probability LR stat sebesar 0,0000654 atau 6,54 x 10-5. Nilai ini lebih kecil dari dari taraf nyata yang digunakan (α = 10 persen), jika H0= variabelvariabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dan H1= variabel-variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen, karena 0.000148< 0,1 maka tolak H0. Hal ini berarti secara bersama-sama variabel-variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software E-views 4.1 dengan menggunakan model Binary (Probit) didapat hasil seperti pada Tabel 24. Variabel pendidikan wisatawan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dengan nilai p sebesar 0.0615 pada taraf alpha 10 persen. Nilai koefisien variabel pendidikan sebesar -0.282596 artinya semakin tinggi pendidikan maka semakin memperkecil kecenderungan wisatawan untuk berwisata ke Bogor. Hal ini membuktikan bahwa adanya kemungkinan adanya hubungan positif antara tingkat pendidikan dan pilihan berwisata. Semakin tinggi tingkat pendidikan memberikan peluang kepada wisatawan untuk lebih leluasa memilih obyek wisata yang dikehendaki.
62 Tabel 24. Hasil Estimasi Model Binary (Probit) Variabel Independen C Konstanta X1 Umur Wisatawan X2 Pendidikan wisatawan
Koefisien -3.270328 -0.034504 -0.282596 0.018525
P-value 0.1587 0.1557 0.0615 0.8839
X3
Pendapatan wisatawan per bulan
X4
Intensitas berwisata
0.043331
0.0251
X5
Biaya yang dikeluarkan ketika berwisata
0.672368
0.0217
X6
Kualitas pariwisata kota Bogor
0.078148
0.8257
X7
Fasilitas kota Bogor
-0.314532
0.4285
X8
Kebersihan kota Bogor
-0.390209
0.2482
X9
Kenyamanan ketika berwisata
1.090626
0.0011
X10 Keamanan kota Bogor
0.357723
0.2967
X11 Letak kota Bogor
0.539379
0.1562
X12 Atraksi yang ditawarkan di kota Bogor
0.171016
0.5641
X13 Pengelola obyek wisata di kota Bogor Sarana & Prasarana di dalam obyek X14 wisata
-0.290701
0.4394
-0.138069
0.6482
Pekerjaan wisatawan
0.224627
0.5600
Tempat Tinggal Wisatawan LR statistic (16 df) Probability(LR stat) Alpha = 10 persen
-0.036526
0.9199
D1 D2
44.82683 0.000148
Variabel intensitas melakukan kegiatan berwisata berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dengan nilai p sebesar 0.0251 pada taraf alpha 10 persen. Nilai koefisien variabel intensitas sebesar 0.043331
artinya semakin
tinggi intensitas berwisata seseorang maka semakin besar kecenderungan preferensi wisatawan untuk berwisata ke Bogor. Hal ini membuktikan bahwa kota Bogor masih menjadi pilihan obyek wisata. Variabel biaya yang dikeluarkan ketika berwisata di kota Bogor berpengaruh nyata terhadap variabel dependent dengan nilai p 0.0217 sebesar
63 pada taraf alpha 10 persen. Nilai koefisien variabel biaya sebesar 0.672368 artinya semakin tinggi tingkat penilaian faktor biaya yang dikeluarkan ke Bogor relatif murah maka semakin besar kecenderungan preferensi wisatawan untuk berwisata ke kota Bogor. Hal ini membuktikan bahwa dalam melakukan kegiatan wisatanya wisatawan mempertimbangkan biaya yang harus mereka keluarkan. Variabel kenyamanan berwisata di kota Bogor berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dengan nilai p sebesar 0.0011 pada taraf alpha 10 persen. Nilai koefisien variabel kenyamanan sebesar 1.090626 artinya semakin tinggi tingkat kenyamanan maka semakin besar kecenderungan preferensi wisatawan untuk berwisata ke kota Bogor. Variabel umur wisatawan, pendapatan wisatawan, kualitas pariwisata kota Bogor, fasilitas kota Bogor, keamanan kota Bogor, letak kota Bogor, atraksi yang ditawarkan di kota Bogor, pengelola obyek wisata, sarana dan prasarana yang ada dalam objek wisata, pekerjaan wisatawan dan tempat tinggal wisatawan tidak berpengaruh nyata terhadap preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor.
5.2. Potensi dan Kondisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Pariwisata Kota Bogor Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang perlu diberdayakan, karena selain sebagai sumber penerimaan daerah, serta pengembangan dan pelestarian seni budaya kota Bogor, juga membangkitkan sektor perekonomian masyarakat kota Bogor. Oleh karena itu sasaran pengembangan kepariwisataan Kota Bogor diarahkan kepada peningkatan seluruh potensi pariwisata, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara,
64 peningkatan lama tinggal wisatawan, penyerap angkatan kerja secara maksimal, peningkatan kontribusi pada PAD dan kesejahteraan masyarakat, mewujudkan citra kota Bogor yang bersaing dengan kota-kota lain, meningkatkan peran serta masyarakat dalam kepariwisataan. Pendekatan Porter’s Diamond dapat digunakan untuk menganalisis faktorfaktor mempengaruhi daya saing pariwisata kota Bogor. Dalam pendekatan Porter’s Diamond
yang dikaji meliputi kondisi faktor, kondisi permintaan,
strategi perusahaan dan pesaing, industri pendukung dan industri terkait. 5.2.1. Kondisi Faktor Kondisi faktor adalah melihat posisi suatu industri dalam faktor produksi seperti tenaga kerja yang terampil, infrastruktur, modal, teknologi serta faktorfaktor alam. Faktor-faktor alam seperti letak strategis wilayah, besarnya jumlah penduduk, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tenaga kerja di bidang pariwisata di kota Bogor mempunyai kualitas yang cukup baik. Tabel 25 menunjukkan persentase kualitas tenaga kerja bidang pariwisata kota Bogor. Dari Tabel 25 menunjukkan bahwa tenaga kerja pariwisata dengan kriteria berkualitas sebesar 61 persen responden menyatakan berkualitas, sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak berkualitas sebesar 4 persen. Hal ini tidak terlepas dari upaya dan dukungan setiap pihak baik itu dari pihak pemerintah kota Bogor ataupun pihak-pihak lain seperti misalnya PHRI, Asta dan perhimpunan pramuwisata Indonesia. Adapun salah satu program yang telah dilaksanakan pihak pemerintah kota Bogor dengan bekerja sama dengan PHRI, Asta dan perhimpunan pramuwisata Indonesia yaitu melakukan pelatihan-
65 pelatihan terhadap tenaga di bidang Sumber Daya Manusia kepariwisataan antara lain melatih tenaga tata boga, guide dan tenaga-tenaga travel biro perjalanan wisata. Pelatihan ini dilakukan untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan yang berkunjung ke kota Bogor. Tabel 25. Persepsi Responden Terhadap Kualitas Tenaga Kerja di Bidang Pariwisata di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Tidak berkualitas 1 4 2 Tidak Berkualitas 6 26 3 Berkualitas 14 61 4 Sangat Berkualitas 2 9 23 100 Total Pendidikan dan latihan yang diberikan pemerintah ataupun pihak-pihak tertentu terhadap tenaga kerja ataupun pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan pariwisata telah berjalan efektif dan sangat mendukung terhadap peningkatan pariwisata di kota Bogor. Data dari Dinas Pariwisata menunjukkan adanya peningkatan pramuwisata kota Bogor, pada tahun 2007 berjumlah 58 orang mengalami peningkatan 11 orang dari tahun 2001. Sebanyak 56 persen responden setuju bahwa pengelola obyek wisata yang ada di kota Bogor memiliki kinerja baik. Hal ini ditunjukkan dalam Tabel 22. Dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja di bidang pariwisata di kota Bogor yaitu berkualitas. Anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk pengembangan pariwisata di kota Bogor belum mencukupi untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas pariwisata kota Bogor. Hal ini berkaitan dengan sarana dan prasarana yang ada di kota Bogor dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kurang lengkap. Hal ini
66 dikarenakan anggaran yang dialokasikan pemerintah kota Bogor sebagian besar dialokasikan ke sektor lain. Tabel dibawah ini menunjukkan persentasi persepsi reponden terhadap anggaran untuk parwisata kota Bogor. Tabel 26. Persepsi Responden Terhadap Alokasi Anggaran Pemerintah Daerah Terhadap Sektor Pariwisata di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Tidak Cukup 4 17 2 Tidak Cukup 13 57 3 Cukup 6 26 4 Sangat Cukup 0 0 23 100 Total Sebesar 57 persen responden menyatakan
anggaran pemerintah untuk
kepariwisataan di kota Bogor tidak mencukupi. Sebagian besar responden disini adalah para pelaku usaha pariwisata baik itu pengelola obyek wisata, pengusaha akomodasi, dan dari pemerintah itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa anggaran dari pemerintah untuk pengembangan kepariwisataan kota bogor belum mencukupi. Akses informasi tentang kepariwisataan Bogor mudah. Promosi dan pemasaran Kepariwisataan tentang objek-objek wisata di Kota Bogor tak hanya gencar dilakukan oleh brosur, City Map dan Pusat Informasi Kepariwisataan di Taman Topi. Tetapi hal ini didukung juga oleh nama kota Bogor sendiri yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas. Tidak hanya orang Bogor saja tetapi juga orang luar di luar kota Bogor. Selain itu juga letak kota Bogor yang cukup strategis, berdekatan dengan ibu kota Jakarta.
67 Tabel 27. Persepsi Responden Terhadap Kemudahan Akses Informasi Tentang Kepariwisataan Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Tidak Mudah 1 4 2 Tidak Mudah 7 30 3 Mudah 14 61 4 Sangat Mudah 1 4 23 100 Total Tabel 27 menunjukkan sebesar 61 persen responden setuju bahwa akses informasi tentang kepariwisataan Kota Bogor mudah. Hal ini didukung pula oleh letak kota Bogor yang cukup strategis, seperti terlihat pada Tabel 20. Sebesar 75 persen responden setuju terhadap pernyataan letak kota Bogor strategis. Jadi dapat disimpulkan bahwa akses informasi tentang kepariwisataan Kota Bogor mudah. Hal ini didukung oleh tabel promosi pariwisata kota Bogor yang menunjukkan bahwa pada tahun 2007 pemerintah kota Bogor mampu melengkapi promosi pariwisatanya. Hal ini semakin menunjukkan kemudahkan akses informasi kepariwisataan kota Bogor. Kebijakan terhadap harga (harga tiket masuk, harga souvenir, tarif permainan dan jasa yang ada dalam obyek wisata) yang ditetapkan sesuai dengan jasa yang ditawarkan. Tabel 28
menunjukkan sebesar 74 persen responden
menyatakan bahwa harga yang diterapkan sesuai dengan jasa yang ditawarkan. Tabel 28. Persepsi Responden terhadap Kesesuaian Harga dengan Jasa yang Ditawarkan Nilai Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Tidak Sesuai 1 4 2 Tidak sesuai 5 22 3 Sesuai 17 74 4 Sangat Sesuai 0 0 23 100 Total
68 Didukung oleh Tabel 5 pada halaman 43, tarif yang diterapkan untuk tiap obyek wisata relatif terjangkau oleh wisatawan. Begitu pula halnya dengan hargaharga souvenir baik itu berupa makanan ataupun hasil kerajinan tangan harga yang ditetapkan memang sesuai dengan kualitas produk itu sendiri dan terjangkau oleh konsumen. Obyek wisata yang ditawarkan di kota Bogor sangat menarik dan beragam. Sebagai kota wisata ilmiah, kota Bogor memiliki objek wisata alam Situ Gede dan Situ Panjang. Wisata Budaya Makam Raden Saleh, Istana Batu Tulis, Istana Bogor, Museum Peta, Museum Perjuangan, maupun wisata Ilmiah yaitu Kebun Raya Bogor, Museum Zoologi dan Museum Etnobotani. a.
Kebun Raya Bogor dengan jenis Obyek wisata Alam, Ilmiah dan Budaya seluas 87 hektar
b.
Istana Kepresidenan dengan jenis obyak wisata sejarah dan Bidaya seluas 28,8 Ha.
c. Prasasti Batutulis dengan jenis obyak wisata Sejarah seluas 231,34 m2. d. Plaza Kapten Muslihat dengan jenis obyek wisata Taman Rekreasi seluas 17,690 m2. e.
Museum Bogor dengan jenis obyek wisata ilmiah dan Budaya seluas 1500 m2.
f. Museum etnobotani dengan jenis obyek wisata ilmiah dan budaya seluas 1.600 m2. g. Museum Perjuangan Bogor dengan jenis obyek wisata Sejarah dan Budaya seluas 800 m2.
69 h. Museum Pembela Tanah Air dengan jenis obyek wisata Sejarah dan Budaya seluas 800 m2. i. Museum Tanah dengan obyek wisata ilmiah dengan luas 30 m2. j. Situ Gede dengan objek wisata alam. Selain obyek wisata di atas, kota Bogor juga mempunyai daya tarik wisata lainnya seperti Taman obat ‘Sringanis’, ‘Taman Pembibitan’ “Kuntum Nurseries”, Kebun wisata ilmiah “BALITRO”, arboretum tanaman Hutan, Terminal Ikan Hias, Kebun Jambu Merah, Persawahan Padi organik, Kampung Wisata Cikaret dan lain sebagainya. Tabel 29 sebesar 74 persen responden setuju bahwa obyek wisata yang ada di kota Bogor menarik . Tabel 29. Persepsi Responden Terhadap Daya Tarik Pernyataan Obyek Wisata di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Tidak Menarik 1 4 2 Tidak Menarik 2 9 3 Menarik 17 74 4 Sangat Menarik 3 13 23 100 Total
Untuk wisata belanja di kota Bogor di daerah Pajajaran sampai dengan jalan raya Tajur. Perkembangan wisata belanja di kota Bogor dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah outlet-outlet pakaian dan aksesorinya, pusat-pusat jajanan yang menjual makanan khas kota Bogor seperti Roti Mungil, Asinan buah dan Sayur. Selain makanan khas, outlet-outlet tas tumbuh dengan cepat dan tersentra di daerah Tajur dan daerah Katulampa. Untuk menarik minat wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara para seniman dan budayawan kota
70 Bogor berupaya untuk tetap meletarikan kesenian yang telah ada sebagai warisan seniman terdahulu dan berupaya untuk lebih dapat mengembangkan karya seni hasil seniman-seniman muda kota Bogor yang bertitik tolak pada kesenian tradisional. Hal ini didukung pula oleh persepsi wisatawan dalam Tabel 15 yaitu sebesar 64 persen wisatawan menyatakan kepariwisataan kota Bogor berkualitas. 5.2.2. Kondisi Permintaan Kondisi permintaan merupakan sifat dari permintaan pasar asal untuk barang dan jasa industri. Kepariwisataan kota Bogor sangat potensial yang didukung oleh sumber daya kota Bogor itu sendiri. Sesuai dengan Visi Kota Bogor sebagai Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan
Amanah,
perekonomian
masyarakat
Kota
Bogor
dengan
berupaya
menitik
terus
beratkan
mengembangkan pada
jasa
yang
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada. Hal itu terbukti dengan dioptimalkannya beragam obyek wisata dan potensi lainnya yang dimiliki Kota Bogor, diantaranya obyek wisata ilmiah yang bertaraf Internasional, wisata alam, olahraga, budaya, cinderamata dan aneka makanan khas dan pusat-pusat perbelanjaan serta kegiatan pariwisata dan budaya dapat disaksikan di kota Bogor. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Bogor cukup banyak, tetapi tidak diiringi peningkatan jumlah kunjungan tiap tahunnya menurut data sekunder dari Dinas Pariwisata Kota Bogor. Tabel 3 pada halaman 6 menunjukkan dari tahun 1996 sampai tahun 1999 jumlah wisatawan yang datang ke kota Bogor mengalami penurunan. Pada tahun 2000 dan tahun 2002 jumlahnya mengalami
71 peningkatan. Pada tahun 2003 dan tahun 2004 jumlahnya kembali menurun. Pada tahun 2005 dan 2006 jumlahnya mengalami peningkatan kembali, tetapi pada tahun 2007 jumlahnya kembali menurun. 5.2.3. Strategi Perusahaan, Struktur, dan Persaingan Peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah Kota Bogor belum berjalan efektif. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin Usaha Kepariwisataan, pemerintah kota Bogor telah melakukan pungutan retribusi izin usaha kepariwisataan. Tetapi setelah dilakukan evaluasi dan dalam rangka meningkatkan usaha kepariwisataan serta mendorong peningkatan dan percepatan kota Bogor sebagai salah satu daerah tujuan wisata, maka pemberian izin usaha kepariwisataan tidak dipungut retribusi; bahwa berdasarkan pertimbangan maka dikeluarkan Peraturan Daerah Kota Bogor nomor 14 tahun 2007 yang berisi tentang Pencabutan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin Usaha Kepariwisataan. Dengan adanya pencabutan peraturan daerah ini akan lebih memperlancar usaha kepariwisataan di kota Bogor. Tabel 30 menunjukkan sebesar 61 persen responden setuju terhadap pernyataan bahwa peraturan yang diterapkan sudah berjalan efektif. Tabel 30. Persepsi Responden Terhadap Efektivitas Peraturan yang Dikeluarkan Pemerintah Nilai Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Tidak Efektif 1 4 2 Tidak Efektif 6 26 3 Efektif 14 61 4 Sangat Efektif 2 9 23 100 Total
72 Sistem manajemen yang diterapkan sudah berjalan efektif. Hal ini mempengaruhi kinerja suatu organisasi. Dalam hal ini yaitu manajemen sistem kepariwisataan di kota Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan 52 persen responden berpendapat bahwa sistem manajemen yang diterapkan sudah berjalan efektif. Maksudnya koordinasi dan birokrasi antara pihak-pihak yang terkait misalnya pemerintah kota Bogor, pengelola obyek wisata, pengusaha-pengusaha hotel dan restoran dan pengusaha jasa lainnya sudah berjalan dengan baik dan antara pihak satu dan lainnya saling mendukung. Tetapi dari hasil wawancara di lapangan menemukan hasil yang berbeda. Koordinasi antara pemerintah kota Bogor dengan pengelola pariwisata itu sendiri belum berjalan secara efektif, karena pihak pengelola menyebutkan bahwa mereka belum mengetahui peraturan-peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah setempat. Promosi kepariwisataan kota Bogor belum berjalan efektif. Hal ini terjadi karena promosi kepariwisataan kota Bogor ini hanya dilakukan didukung secara sepihak. Maksudnya dari pihak pemerintah kota Bogor sudah melakukan upaya promosi dengan program-program yang sudah dilakukan seperti pameran pariwisata, pasanggiri mojang jajaka, promosi pariwisata melalui leaflet, city map. Tetapi upaya ini tidak didukung oleh pihak lain misalnya dari masyarakat kota Bogor itu sendiri. Sebagian masyarakat kota Bogor kurang menyadari akan potensi kota Bogor itu sendiri, sehingga rasa memiliki dan rasa untuk menjaga dan mengembangkan kota Bogor masih kurang. Pernyataan ini didukung pula dengan data yang didapat dari pengisian kuesioner yaitu sebanyak 57 persen reponden tidak setuju promosi kepariwisataan di kota Bogor berjalan efektif.
73 Tabel
31. Persepsi Responden Kepariwisataan Kota Bogor Nilai Keterangan 1 Sangat Tidak Efektif 2 Tidak Efektif 3 Efektif 4 Sangat Efektif Total
Terhadap
Efektivitas
Jumlah 4 13 6 0 23
Promosi
Persentase (%) 17 57 26 0 100
Persaingan antara perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan pariwisata terjadi secara sehat. Dapat kita lihat di kota Bogor ini tidak ada perusahaan tertentu yang memonopoli bisnis pariwisata. Bisnis pariwisata di kota Bogor ini cukup banyak. Dari mulai obyek wisata itu sendiri, restoran, hotel, souvenir, perusahaan jasa. Semuanya saling terkait dan mendukung. Tetapi 57 persen responden menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan bahwa persaingan antara perusahaan yang berhubungan dengan pariwisata terjadi secara sehat. Tabel 32. Persepsi Responden Terhadap Persaingan antar PerusahaanPerusahaan Pariwisata di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Tidak Sehat 4 17 2 Tidak Sehat 13 57 3 Sehat 6 26 4 Sangat Sehat 0 0 23 100 Total Tidak ada hambatan dari pemerintah dalam pengembangan bisnis pariwisata di kota Bogor. Hal ini dapat dilihat dari dihapuskannya retribusi izin usaha kepariwisataan di kota Bogor. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memajukan bisnis kepariwisataan dan memudahkan para pelaku bisnis yang baru yang akan masuk untuk ikut terlibat dalam pengembangan kepariwisataan kota Bogor. Tabel
74 33 menunjukkan besarnya pendapatan daerah dari kepariwisataan kota Bogor. Tidak dapat dipungkiri penerimaan daerah dari kepariwisataan cukup besar. Tabel 33. Penerimaan Daerah dari Pajak Kepariwisataan No Jenis pungutan Target Realisasi 1 Pajak Hotel 2.992.400.000 3.299.162.210 2 Pajak Restoran 11.821.600.000 11.898.268.356 3 Pajak Hiburan 1.532.639.500 1.738.596.597 4 Retribusi ijin 27.000.000 8.494.500 kepariwisataan
% 110,25 100,65 113,44 31,46
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah kota Bogor
Tabel 34 menunjukkan sebesar 61 persen responden setuju bahwa tidak ada hambatan dari pemerintah dalam pengembangan bisnis pariwisata. Salah satunya yaitu dengan dihapuskannya Peraturan Daerah kota Bogor Nomor 9 tahun 2004 yaitu yang berisi tentang retribusi izin usaha kepariwisataan. Perda ini diganti dengn Perda Nomor 14 Tahun 2007 yaitu tentang pencabutan Perda Nomor 9 Tahun 2004 .Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerintah kota Bogor memberikan kemudahan-kemudahan
terhadap
para
pelaku
bisnis
pariwisata
untuk
mengembangkan kegiatan bisnisnya. Termasuk segala jenis pungutan-pungutan liar telah ditiadakan. Tabel 34. Persepsi Responden Terhadap Hambatan Pemerintah Dalam Pengembangan Bisnis Pariwisata Nilai Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Menghambat 1 4 2 Menghambat 7 30 3 Tidak Menghambat 14 61 4 Sangat Tidak Menghambat 1 4 23 100 Total
75 Persaingan dalam bisnis pariwisata di kota Bogor terjadi secara sehat dan tidak ada perusahaan tertentu yang memonopoli bisnis pariwisata. Persaingan diciptakan untuk meningkatkan kompetensi antar perusahaan satu dan lainnya. Hal ini akan memicu produktivitas dari setiap perusahaan. Dengan adanya persaingan
setiap
perusahaan
akan terus terpacu untuk meningkatkan
produktivitasnya. Tabel 35. Persepsi Responden Terhadap Tingkat Persaingan Dalam Bisnis Pariwisata di Kota Bogor No Nilai Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Ada Monopoli 1 4 2 Ada Monopoli 2 9 3 Tidak Ada Monopoli 17 74 4 Sangat Tidak Ada Monopoli 3 13 23 100 Total
5.2.4. Industri Pemasok dan Terkait Terdapat banyak pilihan hotel yang ditawarkan di kota Bogor. Sarana akomodasi perhotelan terdapat 46 buah hotel dan penginapan kelas melati, dengan perincian 2 buah hotel berbintang tiga, 1 buah hotel berbintang dua, 2 hotel berbintang satu, 36 buah kelas melati dan 5 buah pondok wisata. Banyaknya pilihan hotel yang ada di kota Bogor disertai juga dengan kualitas dari hotel itu . Tabel 36. Persepsi Responden Terhadap Kualitas Hotel yang Ada di Kota Bogor No Nilai Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Tidak Berkualitas 1 13 2 Tidak Berkualitas 6 30 3 Berkualitas 14 52 4 Sangat Berkualitas 2 4 23 100 Total
76 Tabel 36 menunjukkan 52 persen reponden setuju bahwa kualitas hotel yang ada di kota Bogor berkualitas. Hal ini ditunjang dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan juga sistem manajemen dan pelayanan yang diberikan sudah bisa memuaskan para pengunjung yang datang. Tabel 37. Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Hotel yang Ditawarkan di Kota Bogor No Nilai Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Sedikit 1 4 2 Sedikit 6 26 3 Banyak 14 61 4 Sangat Banyak 2 9 23 100 Total Terdapat banyak pilihan restoran dan rumah makan yang ada di kota Bogor. Baik restoran ataupun rumah makan tiap tahun jumlahnya mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini membuktikan permintaan mayarakat akan kebutuhan wisata kuliner di kota Bogor sangatlah besar. Hal ini membuktikan juga kalau kualitas restoran dan rumah makan yang ada di kota Bogor sangat bagus. Sumberdaya yang berkualitas didukung oleh modal yang menunjang dari tiap pengusaha restoran dan rumah makan. Hal ini didukung juga oleh pihak pemerintah yang memberikan kemudahan akan izin usaha restoran ataupun rumah makan karena tidak dapat dipungkiri bahwa penerimaan pajak dari restoran ini cukup besar yaitu melebihi target yang dicanangkan pemerintah. Target yang diperkirakan yaitu sebesar Rp 11.821.600.000 sedangkan realisasi yang diterima yaitu sebesar Rp 11.898.268.356, dan persentasenya yaitu sebesar 100,65 persen.
77 Tabel 38. Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Restoran yang Ditawarkan di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Sedikit 1 4 2 Sedikit 9 39 3 Banyak 12 52 4 Sangat Banyak 1 4 23 100 Total Terdapat banyak pilihan biro perjalanan wisata yang ada di kota Bogor. Jumlah biro perjalanan wisata yang terus meningkat dengan peningkatan yang cukup signifikan. Dari jumlahnya yang hanya 4 pada tahun 1996, sebelas tahun kemudian pada tahun 2007 jumlahnya menjadi 71 buah. Hal ini dikarenakan jumlah wisatawan yang terus meningkat, jadi permintaan terhadap biro perjalanan wisata meningkat pula. Tetapi sebanyak 61 persen responden menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan terdapat banyak pilihan jasa travel yang ditawarkan di kota Bogor. Hal ini dikarenakan penilaian responden bersifat subyektif. Tabel 39. Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Jasa Travel yang Ditawarkan di Kota Bogor Nilai 1 2 3 4
Keterangan Sangat Sedikit Sedikit Banyak Sangat Banyak Total
Jumlah 1 14 8 0 23
Persentase (%) 4 61 35 0 100
Penjual souvenir di kota Bogor tidak terlalu banyak. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas souvenir-souvenir yang ada di kota Bogor sangat bagus. Souvenir disini tidak hanya souvenir berbentuk benda tetapi juga bisa berupa makanan ataupun buah tangan lainnya. Kota Bogor terkenal dengan Talas
78 Bogornya, roti unyil, asinan ,Tas Tajur, dan masih banyak lagi. Jadi souvenir di kota Bogor itu sudah terjamin kualitasnya. Tabel 40. Persepsi responden terhadap Banyaknya Penjual Souvenier Yang ditawarkan di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Sedikit 4 17 2 Sedikit 13 57 3 Banyak 6 26 4 Sangat Banyak 0 0 23 100 Total Tabel 42 menunjukkan persepsi responden terhadap keteraturan transportasi di kota Bogor. Sebagian besar responden yaitu 61 persen menyatakan transpotasi kota Bogor sudah teratur. Tabel 41. Persepsi Responden terhadap Keteraturan Transportasi di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 2 3 4
Sangat Tidak Teratur Tidak Teratur Teratur Sangat Teratur Total
1 7 14 1 23
4 30 61 4 100
Penjelasan di atas merupakan variabel-variabel yang digunakan dalam pendekatan porter’s diamond. Pendekatan ini digunakan untuk melihat potensipotensi yang dimiliki kepariwisataan kota Bogor. Potensi-potensi yang dijelaskan di atas digunakan sebagai ukuran daya saing yang dimiliki kepariwisataan kota Bogor. Semuanya terangkum di Gambar 7.
79 (+)Sistem manajemen yang diterapkan sudah berjalan efektif (+)Tidak ada hambatan dari pemerintah dalam pengembangan bisnis pariwisata di Bogor (+)Persaingan antara perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan pariwisata terjadi secara sehat (+)Tidak banyak pungutan-pungutan dari pihak tertentu dalam bisnis pariwisata (+)Tidak ada perusahaan tertentu yang memonopoli bisnis dalam pariwisata di kota Bogor (-)Peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah kota Bogor belum berjalan efektif (-)Promosi-promosi kepariwisataan kota Bogor belum berjalan efektif
(+)Wisatawan yang datang ke kota Bogor sangat banyak (+)Jumlah wisatawan yang datang tiap tahun selalu bertambah
Strategi Perusahaan dan Pesaing Kondisi Permintaan
Kondisi Faktor
Industri Pendukung dan industri terkait (+)Tenaga kerja di bidang pariwisata di kota Bogor berkualitas (+)Pendidikan dan latihan yang diberikan pemerintah ataupun pihak-pihak tertentu terhadap tenaga kerja ataupun pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan pariwisata telah berjalan efektif dan sangat mendukung terhadap peningkatan pariwisata di kota Bogor (+)Akses informasi tentang kepariwisataan di kota Bogor mudah (+)Obyek wisata yang ditawarkan menarik dan beragam (+)Kebijakan terhadap harga (harga tiket masuk,harga souvenir-souvenir,tarif permainan yang ada dalam obyek wisata,dll)yang ditetapkan sesuai dengan jasa yang ditawarkan (-)Anggaran pemerintah untuk pariwisata di kota Bogor belum mencukupi
(+) Banyak pilihan hotel yang ditawarkan di kota Bogor (+) Banyak pilihan restoran yang ditawarkan di kota Bogor (+)Restoran yang ada di kota Bogor sangat berkualitas (+)Kualitas souvenir-souvenir yang ditawarkan di kota Bogor sangat baik (+)Banyak jasa travel yang ditawarkan di kota Bogor (+)Kualitas hotel yang ada di kota Bogor sangat baik (+)Transportasi di kota Bogor sudah teratur (-)Masih kurangnya pilihan penjual souvenir yang ditawarkan di kota Bogor
Gambar 7. Analisis Daya Saing Pariwisata kota Bogor dengan Pendekatan Porter’s Diamond
80 5.3. Strategi Peningkatan Daya Saing Pariwisata Kota Bogor Perumusan strategi yang didapat dalam penelitian ini yaitu dengan memetakan tingkat persepsi wisatawan dengan koefisien variabel-variabel yang berpengaruh nyata dalam model probit. Gambar 8 merupakan pemetaan tingkat persepsi dengan koefisien model probit. Koordinat variabel kenyamanan yaitu 1,09 ; 2,61, koordinat variabel biaya yaitu 0,67 ; 3,02. Rata-rata koefisien indeks yaitu 0,88 dan rata-rata persepsi yaitu 2,8. Rata-rata Persepsi
Koefisien Indeks Prioritas
Variabel Kenyaman Kenyamanan
Maintain
1 Rata-rata Koefisien
Variabel Biaya
0,5
Low Priority
1
Over
2
3 4 Persepsi
Gambar 8. Pemetaan Tingkat Persepsi dengan Koefisien Model Probit
81 Berdasarkan hasil pemetaan tingkat persepsi dengan koefisien model probit, maka dapat dirumuskan suatu strategi yaitu : 1. Variabel kenyamanan menjadi prioritas utama yang harus ditingkatkan. Misalnya dengan melengkapi fasilitas kepariwisataan kota Bogor. Untuk melengkapi fasilitas ini diperlukan adanya peningkatan anggaran untuk sektor pariwisata. Perlu adanya penambahan kawasan bermain seperti taman ria yang ada di Taman Topi. Kurangnya pilihan tempat bermain buat keluarga terutama anak-anak, sehingga perlu adanya tambahan fasilitas tersebut .Selain hal itu juga harus adanya perombakan proses birokrasi di instansi-instansi tertentu yang birokrasinya masih menyulitkan pihak lain. Hal ini dimaksudkan untuk peningkatan efisiensi dari segi biaya ataupun waktu. 2. Suatu tempat atau daerah pasti mempunyai ciri khas. Untuk kota yang begitu familiar seperti Bogor, harus lebih meningkatkan ciri khas yang ada di kota itu.. Jumlah penjual souvenir yang ada di kota Bogor masih kurang. Selain penjual-penjual yang ada di kawasan objek wisata, harus ada tempat khusus lagi dimana di tempat tersebut menjual souvenir khas kota Bogor. Souvenir yang dijual juga harus lebih beragam, menarik dan berkualitas. Hal ini memerlukan dukungan tidak hanya dari pengusaha atau pengrajin itu sendiri tetapi juga pemerintah kota Bogor yang dapat membantu kelancaran para pengrajin souvenir itu misalnya dengan mengusahakan pinjaman modal, ijin usaha yang tidak menyulitkan, dan pajak yang tidak begitu besar. 3. Variabel intensitas dan variabel pendidikan tidak dapat dirumuskan dalam Gambar 8 karena data yang tidak memungkinkan untuk dimasukkan dalam
82 perumusan tersebut. Tetapi dari hasil olahan dengan metode probit dapat dirumuskan strategi yaitu untuk lebih meningkatkan intensitas wisatawan untuk berwisata ke kota Bogor, kepariwisataan kota Bogor harus lebih menarik lagi dan sarana pendukung yang lain harus dibenahi lagi. Wisata ilmiah yang ada di kota Bogor seperti museum-museum harus lebih ditingkatkan promosinya dan dikemas lebih menarik lagi, supaya dapat menarik pengunjung lebih banyak. 4. Walaupun jumlah wisatawan tiap tahun tetap bertambah, tetapi harus tetap diupayakan supaya selalu meningkat tiap tahun dan jangan sampai mengalami penurunan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara tetap gencar dalam melakukan promosi tentang kepariwisataan kota Bogor. Promosi yang dilakukan harus dilakukan dan didukung oleh semua pihak, tidak hanya dari pemerintah kota saja ataupun pihak lain seperti pengusaha dan pengelola obyek wisata, tetapi harus didukung pula oleh masyarakat kota Bogor itu sendiri. Yaitu peningkatan rasa bangga dan cinta terhadap kota Bogor itu sendiri, sehingga akan timbul rasa memiliki yang besar dan menjadikan masyarakat itu sendiri lebih menjaga kotanya. 5. Pemerintah kota Bogor harus lebih berkoordinasi dengan pihak swasta yang bergerak di bidang bisnis pariwisata. Keduanya harus bisa lebih menciptakan iklim persaingan usaha yang lebih kompetitif tetapi tetap sehat. Hal ini dimaksudkan supaya setiap pengusaha yang bergerak di bidang pariwisata lebih terpacu untuk menciptakan produktivitasnya dan meningkatkan kualitas perusahaannya pula. Kualitas dari segi manajemen ataupun pelayanan
83 terhadap dimaksudkan pula untuk peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke kota Bogor. Bila jumlah wisatawan meningkat maka jumlah penrimaan daerah pun akan meningkat.
84 VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor dianalisis dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond. Hasil analisis tersebut yaitu
kondisi kepariwisataan di kota Bogor
menarik dan beragam tetapi tidak diiringi jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Hal ini dikarenakan masih kurang mendukungnya fasilitas kepariwisataan di kota Bogor baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah kota Bogor belum sepenuhnya berhasil, karena kurangnya partisipasi dari pihak lain,yaitu masyarakat kota Bogor itu sendiri. Selain itu juga anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk pengembangan kepariwisataan kota Bogor masih sangat kurang untuk membiayai peningkatan kualitas maupun kuantitas kepariwisataan kota Bogor. Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor yaitu variabel pendidikan, intensitas, biaya, dan kenyamanan. Semua variabel tersebut signifikan pada taraf nyata 10 persen. Variabel yang berpengaruh positif yaitu intensitas, biaya dan kenyamanan sehingga semakin besar pengaruh dari variabel-variabel tersebut semakin besar pula peluang wisatawan yang preferensi wisatanya ke kota Bogor. Berdasarkan analisis potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan kota Bogor dengan pendekatan porter’s diamond dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata
85 ke kota Bogor maka strategi untuk meningkatkan daya saing kepariwisataan kota Bogor yang dapat direkomendasikan adalah peningkatan anggaran dari pemerintah, pemerintah kota Bogor harus lebih berkoordinasi dengan pihak swasta yang bergerak di bidang bisnis pariwisata. Walaupun jumlah wisatawan tiap tahun tetap bertambah, tetapi harus tetap diupayakan supaya selalu meningkat tiap tahun dan jangan sampai mengalami penurunan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara tetap gencar dalam melakukan promosi tentang kepariwisataan kota Bogor. Souvenir yang dijual juga harus lebih beragam, menarik dan berkualitas. 6.2. Saran Kurangnya kualitas dan kuantitas kepariwisataan kota Bogor menuntut adanya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang bergerak di bidang kepariwisataan. Untuk peningkatan kuantitas dari kepariwisataan kota Bogor diperlukan adanya tambahan alokasi anggaran dari pemerintah. Pemerintah harus lebih meningkatkan koordinasi dengan masyarakat kota Bogor dalam meningkatkan promosi kepariwisataan kota Bogor. Hal ini dimaksudkan supaya masyarakat turut berpartisipasi aktif dalam mengembangkan pariwisata kota Bogor.
86 DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kopersi Kota Bogor. Potensi dan Penanaman Modal di Kota Bogor. 2007. Bogor. Dinas Pariwisata dan Budaya kota Bogor. Pariwisata Bogor Dalam Angka. 2007. Bogor Espana, J. 2004. Explaining Embraer's Hi-Tech Success: Porter's Diamond, New Trade Theory. Journal of American Academy of Business, Cambridge, 1/2; ABI/INFORM Global pg. 489 Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [Penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Nurmalasari, D. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pendit, S.N. 2006. “Ilmu Pariwisata”. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Pitana, G dan P Gayatri . 2005. “Sosiologi Pariwisata”. Andi. Yogyakarta. Pramudia, E. 2008. Evaluasi Potensi Obyek Wisata Aktual di Kabupaten Agam Sumatera Barat untuk Perencanaan Program Pengembangan. Tesis pada Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Rahayu, F. 2006. Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Kota Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen . Institut Pertanian Bogor. Sledge, S. 2005. Advances in Competitiveness Research. Does poter’s diamond hold in the Global Automotive Industry?. 13, 1; ABI/INFORM Global pg. 22 Wardiyanta. 2006. “Metode Penelitian Pariwisata”. Andi. Yogyakarta. Winarno, Wing W. 2007. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”. Cetakan pertama. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. http://www.kotabogor.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=111 5&Itemid=1 [23 Januari 2007]
87
LAMPIRAN
88 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Untuk Wisatawan KUESIONER PENELITIAN Mohon kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Hasil kuesioner ini akan digunakan untuk tugas akhir (skripsi) Karlina Yuliyanti NRP H14104022 Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Ilmu ekonomi. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih Nama responden : Alamat sekarang : A. Data Responden 1. Berapakah umur anda ?
Tahun
2. Pekerjaan anda saat ini a.
Tidak bekerja
b.
Bekerja (sebutkan jenis pekerjaan) :
3. Apakah status pendidikan terakhir Anda ? a.
Tidak tamat SD
b.
Tamat SD
c.
Tamat SMP
d.
Tamat SMU
e.
Sarjana Muda/Diploma
f.
Sarjana/Pasca Sarjana
4. Status anda saat ini ? a.
Belum menikah
b.
Sudah menikah (Jumlah anggota Keluarga saat ini):
orang
5. Berapa pendapatan rata-rata keluarga Anda sebulan ? Rp. 6. Berapa pengeluaran rata-rata keluarga Anda sebulan ? Rp. B. Preferensi Wisatawan 1. Jenis wisata apa yang ada di kota Bogor yang pernah anda lakukan? a. Wisata Alam (sebutkan)
:
b.Wisata Belanja (sebutkan) : c. Wisata Kuliner (sebutkan) : d. Wisata Tirta (sebutkan)
:
89 e. Lainnya (sebutkan)
:
C. Pola Wisatawan 1. Berapa kali rata-rata anda melakukan wisata / rekreasi dalam setahun ?. …………..Kali/tahun 2. Kapan waktu Anda melakukan wisata/rekreasi ? a. Akhir pekan c. Kapan saja / waktu luang b. Liburan kerja/sekolah d.Lainnya: 3. Berapa biaya yang biasa Anda keluarkan setiap kali Anda berekreasi di tempat tersebut? Rp. D. Perilaku Wisatawan 1. Di kota Bogor Anda paling sering berekreasi kemana? a. Kebun Raya Bogor d. The Jungle b. Taman Topi e. Situ Gede c. Museum f. Outlet g. Restoran / rumah makan E. Motivasi Wisatawan 1. Apa motivasi Anda melakukan wisata / rekreasi ? a. Kebersamaan keluarga
c. Liburan sekolah / waktu luang
b. Paket sekolah / tempat kerja
d.Lainnya:
2. Kota tempat tujuan utama wisata anda? a. Bogor b. Selain Bogor (sebutkan): 3. Prioritas penilaian tujuan wisata Anda? ( Nilai 1-5. nilai 1 merupakan prioritas utama alasan anda memilih tujuan wisata) Prioritas Tujuan Wisata Bogor Selain Bogor Biaya yang dikeluarkan Kenyamanan berwisata
Keamanan berwisata Obyak wisata yang ditawarkan (keindahan wisata) Sarana dan Prasarana yang ada dalam obyek wisata (penjualan souvenir , makanan, tempat parker, toilet) F. Opini Wisatawan 1. Berikan penilaian atas pernyataan tujuan wisata di Bogor pada tabel bawah ini! Keterangan Penilaian: 1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju
3 = setuju 4 = sangat setuju
90 Penilaian 1 2 3 4
No
Pernyataan
1
Biaya yang dikeluarkan ketika berekreasi di kota Bogor tidak terlalu besar Kualitas Kepariwisataan kota Bogor baik Fasilitas di kota Bogor lengkap (bank, pasar, rumah makan,
2 3
hotel/penginapan, sakit/puskesmas) 4 5 6 7 8 9 10
layanan
telekomunikasi,
rumah
Kondisi Kota Bogor Bersih Berwisata di kota Bogor terasa nyaman Berwisata di kota Bogor terasa aman
Letak kota Bogor cukup strategis Atraksi yang ditawarkan di obyek wisata yang ada di kota bogor cukup menarik Pengelola obyek wisata yang ada di kota Bogor bekerja cukup baik Sarana dan Prasarana yang ada dalam obyek wisata yang ada di kota Bogor lengkap (penjualan souvenir , makanan, tempat parker, toilet) 2. Menurut Anda, Apakah Kepariwisataan di kota Bogor masih dibutuhkan oleh para wisatawan zaman sekarang maupun di masa yang akan datang?berikan alasannya!
3. Apa saran Anda untuk pengembangan pariwisata kota Bogor?
Terima Kasih
91 Lanjutan Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Untuk Pemerintah Daerah KUESIONER PENELITIAN
Mohon kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Hasil kuesioner ini akan digunakan untuk tugas akhir (skripsi) Karlina Yuliyanti NRP H14104022 Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Ilmu ekonomi. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih No.kuesioner
:
Nama responden
:
Alamat sekarang
:
B. Data Responden A1. Berapakah umur anda ? (pilih selang angka yang sesuai ) a. > 20 th d. 40-49 th b. 20-29 th e. > 50 th c. 30-39 th A2. Apa pekerjaan anda saat ini ? a. Pegawai negeri d. buruh b. Pegawai swasta e. wiraswasta c. Ibu rumah tangga f. Lainnya, sebutkan…………………….. A3. Apakah status pendidikan terakhir Anda ? a. Tamat SD atau kurang c. Tamat SMU e.Tamat S1 b. Tamat SLTP d. Tamat Diploma f. Tamat S2 atau lebih A4. Berapa jumlah anggota keluarga Anda ?.............................................. A5. Berapa pendapatan rata-rata keluarga Anda sebulan ? a. < Rp 1 juta d. Rp 3-4 juta b. Rp 1-2 juta e. Rp 4-5 juta c. Rp 2-3 juta f. Rp > 5 juta
92
Berilah tanda silang pada kotak jawaban yang paling sesuai ! Keterangan : STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak setuju S : Setuju SS
JAWABAN No 1
Pertanyaan Kondisi Faktor Tenaga kerja di bidang pariwisata di kota Bogor berkualitas Pendidikan dan latihanyang diberikan pemerintah ataupun pihak-pihak tertentu terhadap tenaga kerja ataupun pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan pariwisata telah berjalan efektif dan sangat mendukung terhadap peningkatan pariwisata di kota Bogor Anggaran pemerintah untuk pariwisata di kota Bogor sudah mencukupi Sarana dan Prasarana kepariwisataan di kota Bogor lengkap Akses informasi tentang kepariwisataan di kota Bogor mudah Proses administrasi yang berlaku sangat baik dan tidak berbelitbelit Obyek wisata yang ditawarkan menarik dan beragam Kebijakan terhadap harga (harga tiket masuk,harga souvenirsouvenir,tariff permainan-permainan yang ada dalam obyek wisata,dll)yang ditetapkan sesuai dengan jasa yang ditawarkan
2
Kondisi Permintaan Wisatawan yang datang ke kota Bogor sangat banyak Jumlah wisatawan yang datang tiap tahun selalu bertambah
3
Industri Pemasok dan Terkait Terdapat banyak pilihan hotel yang ditawarkan di kota Bogor Terdapat banyak pilihan restoran yang ditawarkan di kota Bogor
STS
TS
S
SS
93 Terdapat banyak pilihan penjual souvenir yang ditawarkan di kota Bogor Terdapat banyak jasa travel yang ditawarkan di kota Bogor Transportasi di kota Bogor teratur Kualitas hotel yang ada di kota Bogor sangat baik Kualitas restoran yang ada di kota Bogor sangat baik K ualitas souvenir-souvenir yang ditawarkan di kota Bogor sangat baik 4
Strategi Perusahaan,Struktur dan Persaingan Peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah kota Bogor sudah berjalan efektif Sistem manajemen yang diterapkan sudah berjalan efektif Promosi-promosi kepariwisataan kota Bogor telah berjalan efektif Persaingan antara perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan pariwisata terjadi secara sehat Tidak ada hambatan dari pemerintah dalam pengembangan bisnis pariwisata di Bogor Tidak ada perusahaan tertentu yang memonopoli bisnis dalam pariwisata di kota Bogor