ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
MENGUKUHKAN METODE ‘URF KELOMPOK DALAM MELANGGENGKAN KEBERAGAMAAN UNTUK PENENTUAN BULAN QAMARIYAH TAREQAT SYATTHARIYYAH DI SUMATERA BARAT Adlan Sanur Dosen Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi E-mail :
[email protected] Diterima: 2 Oktober 2016
Direvisi : 14 November 2016
Diterbitkan: 26 Desember 2016
Abstract Tareqat Syatthariyah has long grown and developed in Minangkabau, along with the entry of Islam into Minangkabau. One of developed local ‘urf and still survive and sustainable even become an annual event and habits of the fellow Syatthariyah worshipers is moon sighting ("maliek bulan") as one of the models in hisab science. This is in accordance with their 21 basic teachings for followers of tareqat Syatthariyah particularly in West Sumatra. In which to determine the initial entry of fasting month of Ramadan with "ru'yatul hilal". Crowded locations are in Koto Tuo Agam and Ulakan Padang Pariaman. This habits often make them fasting two days after the Government's decision and this become a different source of religious. This study was conducted to explore or probe about this group habit as well as the methods they did to "maliek bulan" or ru'yatul hilal. So it will get an idea about the reason why (undeniably) the existence of these activities carried out by followers of tareqat Syatthariyah in West Sumatra until now. Keywords: Methods, Qamariyah moon, Tareqat Syatthariyah, Maliek Bulan
Abstrak Tareqat Syatthariyah telah lama tumbuh dan berkembang di ranah Minang, seiring dengan masuknya Islam ke Minangkabau. Salah satu urf lokal yang dikembangkan dan masih tetap bertahan dan lestari bahkan menjadi kegiatan rutin tahunan dan kebiasaan secara bersama-sama sesama jama’ah Syatthariyah adalah “maliek bulan” sebagai salah satu model dalam ilmu hisab. Hal ini sesuai dengan adanya 21 amanah ajaran dasar bagi pengikut tareqat Syatthariyah khusus Sumatera Barat. Di mana untuk menentukan awal masuknya bulan puasa Ramadhan dengan “ru’yatul hilal”. Lokasi yang ramai di Koto Tuo Agam dan Ulakan Padang Pariaman. Dari adanya kebiasaan ini seringkali mereka terlambat puasanya dua hari dari keputusan Pemerintah. Hal ini menjadi sumber keagamaan yang berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk mengadakan eksplorasi atau penggalian tentang kebisaan kelompok ini serta metode yang mereka lakukan untuk “maliek bulan” atau ru’yatul hilal. Sehingga akan mendapatkan gambaran tentang alasan dari adanya kegiatan tersebut yang masih eksis dan tak terbantahkan sampai saat ini dilakukan oleh pengikut tareqat Syatthariyah di Sumatera Barat. Kata Kunci: Metode, Bulan Qamariyah, Tareqat Syatthariyah, Maliek Bulan
Pendahuluan
rukyatul hilal merupakan suatu kegiatan
Tradisi “Maliek Bulan” atau dalam istilah
yang
lebih
Adlan Sanur Tarihoran
populer
dengan
rutin tahunan bagi pengikut jama’ah tareqat Syatthariyah di Sumatera Barat. 127
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
Kegiatan ini tidak terbantahkan tetap
Kehadiran
Burhanuddin,
pada
berlansung sampai saat ini. Terakhir
masa awal ini disebut-sebut sebagai
tahun
tareqat
peletak dasar Islam di Minangkabau,
mengadakan
namun jika menilik pada alur sejarah,
kegiatan “maliek bulan” dan hasilnya
sebelum itu Islam sudah hadir di
mereka
hari
Minangkabau tetapi akibat tidak adanya
berpuasa dari hasil sidang itsbath yang
survivalisme maka agama Islam dalam
telah
Ini
pengamalan masyarakat Minangkabau
menunjukkan mereka tetap konsisten
mengalami pasang surut. Burhanuddin
dengan
dengan
2016
Syatthariyah
pengikut tetap
tetap
terlambat
diumumkan tradisi
dua
pemerintah.
yang
telah
turun-
pendidikan
suraunya,
temurun mereka lakukan. Walaupun
mengembangkan
kadang
dengan
Murid-murid yang telah selesai belajar
pemerintah namun kesamaan tersebut
di surau Burhanuddin, juga mendirikan
bukan karena mengikut pemerintah
surau di tempat lain atau di kampung
hanya secara kebetulan saja. Bahkan
halamannya,
mereka mengatakan tidak akan pernah
agama ketika ini kuat dilakukan oleh
sama karena perbedaan metode dan
murid-murid Buhanuddin.3
ada
yang
sama
proses yang mereka lakukan.12
tradisi
transmisi
Adapun
yang
ke
telah Islam.
dan
tetap
diffusi
menjadi
Bila dihubungkan peran tokoh
kekuatan bagi tareqat Syatthariyyah
Tarekat Syattahriyah dengan sejarah
adalah silsilah dan direkat lagi oleh
Islam masuk di Minangkabau punya
organisasi Jamaah Syatthariyyah. 4 Hal
peranan yang sangat besar. Di mana
ini dengan sistem penyebaran Islam
dipahami
melalui ulama dan pengikut tarekat
bahwa
kajian
sejarah
masuknya Islam atau periode awal
bersifat
Islam di Minangkabau -umumnya lebih
“multisektoral”. Pada level institusional
terfokus
kesurauan dijumpai adanya jaringan
setelah
pada ia
peran
kembali
Burhanuddin-
menuntut
“multilevel”
dan
ilmu
ulama yang dihubungkan dan terbentuk
bersama seorang guru di Aceh yang
melalui adanya visi dan misi yang sama
bernama Al-Kalani Amin bin Abd Rauf
atau karena adanya jaringan intelektual
Singkil Al-Jawi bin Al-Fansyuri punya
(relasi murid-guru). Pada level ideologis
andil yang kuat.
(mungkin
teologis)
didapati
pula
jaringan ulama tarekat yang bersifat Lihat hasil penelitian Adlan Sanur Tarihoran, Ru’yatul Hilal Jama’ah Tareqat Syatthariyah di Sumatera Barat, (Bukittinggi, P3M STAIN Bukittinggi, 2012), hal. 93 2 M.Ilham, Masuknya Islam di Minangkabau, Bahan didapatkan dari Blog M.Ilham dan data di up date tanggal 7 Maret 2013 1
Adlan Sanur Tarihoran
organisatoris.
Mohammad Saifullah al-Aziz, Risalah Memahami Ilmu Tashawwuf, (Terbit Terang: Surabaya, 1998), hal. 56 3
128
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Bahkan
lebih
jauh
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
memang
peranan surau dan ulama tarekat dalam gerakan keagamaan tidak
bisa
pesisir Barat terus mendaki ke daerah Darek.
di Minangkabau
5
diabaikan
telah
muncul
di
saja.
Minangkabau sejalan dengan masuknya
Sebahagian tampil untuk kemajuan dan
Islam di kawasan ini.8 Di antara tarekat
bahkan
yang
dalam
begitu
Tarekat
masa
awal
ada
dan
berkembang
perkembangan Islam hingga akhir abad
Minangkabau
ke-18 surau-surau tarekat Syatthariyyah
Naqsyabandiyah
di Minangkabau tampil sebagai pelopor
menyebutnya dengan naqsyabandiyah-
pembaharuan keagamaan.6
Khalidiyah) dan Samaniyah. Sumber lain
adalah
di
menyatakan
Syatthariyah,
(Van
Bruinessen
bahwa
tarekat
Kerangka Teori
Qadiriyah juga pernah terdapat di
Tareqat Syatthariyah di Minangkabau
daerah Pesisir, tetapi sekarang sudah
Islam diperkirakan
masuk
ke
sekitar
Minangkabau abad
VII
M.
tidak ada lagi. Tarekat-tarekat tersebut masuk
ke
Minangkabau
tidaklah
Meskipun begitu ada juga pendapat
serentak. Banyak sumber menyebutkan
lain, yaitu abad XIII. Para sejarawan
bahwa tarekat yang pertama masuk ke
sepakat menyatakan bahwa penyebaran
Minangkabau
Islam melalui tiga jalur: 7 Pertama, jalur
Syattariyah, tetapi yang lebih cepat
dagang. Sebagaimana dijelaskan di atas
perkembangannya
bahwa
Naqsyabandiyah.9
Minangkabau
selain
terletak
adalah adalah
tarekat tarekat
pada jalur yang strategis dalam hal perdagangan. Kedua, penyiaran Islam tahap ini berlangsung pada saat Pesisir Barat Minangkabau berada di bawah pengaruh Aceh (1285-1522 M). Sebagai umat yang telah terlebih dulu masuk Islam, pedagang Aceh juga berperan sebagai Mubaligh. Ketiga, Islam dari
5
Adlan Sanur Tarihoran, Sjech Tuanku Aluma Koto Tuo dan Pengaruhnya dalam Pengembangan Tareqat Syatthariyah di Minangkabau, Jurnal Diniyah, STIT Diniyah Padang Panjang, Vol.I, Juni 2014, hal.126 9 Lihat tulisan Rafikah, Perkembangan Tarekat di Minangkabau Awal Abad ke Dua Puluh, Jurnal Analisa Vol.3 No.1 Januari-Juni, 2006. hal.3-4 8
Adlan Sanur Tarihoran, Sjech M. Djamil Djambek Pengkritik Tarekat yang Moderat di Minangkabau, Jurnal Al-Hurriyah, Vol 12 No.2, Juli-Desember, 2011, P3M STAIN Bukittinggi, hal.2 7 Adlan Sanur Tarihoran, Evolusi Tareqat Syatthariyah di Sumatera Barat, (Bukittinggi, LP2M IAIN Bukittinggi, 2015), hal. 113-114 6
Adlan Sanur Tarihoran
129
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
TAREKAT
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
11
Syathariyyah di Minangkabau adalah di
MERUPAKAN SALAH SATU TAREKAT YANG
Ulakan pantai Barat Sumatera. Pengaruh
TELAH
NUSANTARA
Ulakan bagi perkembangan Islam di
SEKALIGUS DI MINANGKABAU.12 BERBAGAI
Minangkabau cukup besar sehingga
SUMBER
MENYEBUTKAN
dalam tradisi sejarah di kalangan para
SYEIKH BURHANUDDIN SEBAGAI TOKOH
ulama sering di anggap bahwa kota
TAREKAT SYATHARIYYAH YANG PERTAMA
kecil ini adalah sumber penyebaran
MEMBAWA
Islam
10
SYATHARIYYAH
BERKEMBANG
DI
PENELITIAN
DAN
MEMPERKENALKAN
dan
tarekat
ke
yang
di
TAREKAT INI DI MINANGKABAU TEPATNYA
berbagai
DI ULAKAN PANTAI BARAT SUMATERA
Minangkabau. Syekh Burhanuddin juga
BARAT.13
sekaligus menanamkam ajaran Islam
Pada
periode
awal,
tarekat
daerah
Syathariyyah ada
kepada masyarakat sekitar Ulakan.15 Pasca Syekh Burhanuddin, para
Syathariyyah mengembangkan ajaran Islam di Minangkabau melalui surau-
pengikutnya
surau.
pengamal juga menjadi penyebar tarekat
14
Surau
pertama
tarekat
selain
Syathariyah. Tarekat berasal dari bahasa Arab tariqah, secara etimologis berarti cara, jalan, metode, mazhab, dan aliran. Menurut Istilah tasawuf, tarekat berarti perjalanan seorang shalik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri, atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan. Lihat dalam Depag RI, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Intermasa, 1994), h. 66 11 Nama tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa mengembangkannya yaitu Abdullah al-Syatar, pada abad ke-15 di India. Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1992), h.124 12 Menurut Sanusi Latief bahwa orang yang pertama membawa tarekat ini ke Minangkabau adalah Syekh Abdullah Wali dan Syekh Maksum dari Panampung (Bukittinggi). Lihat Sanusi Latief, Gerakan Kaum Tua di Minangkabau , Disertasi Doktor (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1988), h.7 13 Karel A.Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hal. 179 14 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Bandung: Mizan, 1995), hal.209 10
Adlan Sanur Tarihoran
penganut
Setelah
dan Syaikh
Burhanuddin meninggal, paham tarekat Syattariyyah di Sumatera Barat diwarnai corak Ulakan Pariaman yang diwakili oleh ulama yang tinggal di sekitar Ulakan dan mengaku sebagai pelanjut dari
Syaikh
Burhanuddin,
seperti
:1)Tuanku Bermawi yang berkedudukan di Surau Pondok, yang dikenal agak kaku
dan
rigid
terutama
dalam
mensyaratkan pengajian tarekat yang hanya dilakukan secara berhalaqah di suraunya; 2) Tuanku Kuning Syahril Luthan yang mengikuti pola moderen dalam
memimpin
pengajian
terbuka
jamaah
melalui
dan
sering
mengunjungi muridnya ke pusat-pusat
Azizman “Pengaruh Tarekat Syatthariyah di Galudua Koto Tuo Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam” Tugas Akhir pada Jurusan Aqidah Filsafat. Bahan diambil dari berbagai situs yang telah mempublikasikan data ini. Data di up date pada 17 Januari 2013 15
130
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
tarekat. 3) Tuanku Tibarau, yang dikenal
diintervensi
oleh masyarakat setempat sebagai ulama
Dobbin
yang keramat, tetapi tidak begitu luas
tersebut memiliki alasan-alasan ekonomi
pengaruhnya.
dan sosial yang kental. Perdagangan
Walaupun
tareqat
(1983)
dan
Belanda.
menganalisis
perang
saja
kopi, emas dan lada yang luar biasa
mendapat karena sikap pasif dan apatis
mendatangkan kemakmuran ke tengah
mereka
masyarakat Minangkabau terutama di
terhadap
selalu
Inggris
peristiwa-peristiwa
politik dan sosial. Menurut pengkritik,
Darat.
kaum sufi hanya sibuk memutar tasbih
Perkembangan tareqat yang luar
dan berzikir, terlena dengan pencarian
biasa di Ranah Minang juga mendapat
spiritual yang individualistis. Mereka
kritikan
pun
Sumatera Barat. Ulama seperti Syeikh
dituding
kompromi
suka
dan
melakukan
asimilasi
dengan
dari
Ahmad
ulama
yang
Khathib
ada
di
Minangkabawi
penguasa dan status quo demi cari
menuangkan
aman.
bisa
thariqat. Beliau menulis dalam kitab
dijustifikasi pada sebagian kasus dan
yang berjudul Izhharu Zaghlil Kazibin fi
pada sebagian tempat,
tapi bahwa
Tasyabbuhihim bish Shadiqin yang selesai
seluruh kaum sufi atau kaum tarekat
ditulis pada malam Ahad, 4 Rabiul akhir
seperti itu tampaknya perlu dipikir
1324 H/1906 M. Kitab tersebut telah
ulang.
mengundang
di
Kritikan
seperti
ini
16
sanggahan
terhadap
kemarahan
seluruh
Namun perjuangan fisik kaum sufi
penganut Thariqat Naqsyabandiyah al-
Minangkabau
Khalidiyah
sebelum
kontak
dan
penganut-penganut
dengan Eropa (VOC, Inggris, kemudian
tasawuf daripada pelbagai thariqat yang
Kerajaan
masih
lainnya. Akibatnya, Syeikh Muhammad
sangat sedikit diketahui. Baru setelah
Sa’ad Mungka menanggapi karangan
VOC masuk dan konfrontasi dengan
tersebut
penduduk pribumi tak terhindarkan,
kitab
tercatatlah
Muta’annitin
Kolonial
Belanda)
sejumlah
ulama
dengan
mengarang
berjudul fi
sebuah
Irghamu Inkarihim
Unufi Rabithatil
Minangkabau semisal dari Pauh dan
Washilin yang beliau selesaikan pada
Kubung XIII yang menyerang markas
akhir
VOC di Padang. Kemudian, pada akhir
H/1907
abad
ke-19
Minangkabau muncul dua kelompok
pecahlah Perang Paderi, mulanya antara
besar yang dikenal dengan kaum tuo
kaum agama dengan kaum adat, lalu
dan mudo. Kaum tuo identik dengan
ke-18
dan
awal
abad
bulan M.
Muharam Pada
tahun
1325
akhirnya
di
kaum tradisionalis yang sebahagiannya Novelia Musda, Kaum Sufi dalam Sejarah Minangkabau, Opini , Harian Singgalang Sumatera Barat, diterbitkan tanggal 30 Maret 2012 16
Adlan Sanur Tarihoran
dari tokoh-tokoh kaum 131
mudo
tareqat
adalah
sedangkan dari
kaum
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
pembaharu
atau
diantaranya
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
modernis
adalah
yang
organisasi
Muhammadiyah.
temu.
Masing-masing
mazhab
mempunyai kriteria dan ego masingmasing
seperti
yang
terjadi
pada
2. Metode Hisab dan Ru’yat
penentuan 1 Syawal setiap tahunnya. Di
Perbedaan pendapat tentang hilal
Indonesia, perbedaan penentuan awal
serta implikasinya telah menyita banyak
bulan
energi umat Islam. Persoalan ijtihadiyah
disharmonisasi di kalangan umat Islam.
ini sangat berpotensi merusak ukhuwah
akhirnya
Kalau
membuat
diperhatikan
Islamiah. Padahal, tidak ada kebenaran
dalam
mutlak
qamariyyah bukanlah sesuatu yang baru
atas
pendapat
ijtihadiyah.
menetapkan
perdebatan
awal
Sifatnya kadang sangat temporal dan
di
kalangan
umat
Islam.
situasional.
kekhawatiran
mulai
muncul
Secara
normatif,
bulan Namun
perbincangan mengenai perbedaan sifat
perbedaan
ijtihadiyah
bulan
memahami dalil-dalil naqly yang pada
selesai.
mulanya hanya berada dalam ruang
ormas
lingkup ilmiyyah, akhirnya mengkristal
Qamariah Artinya,
penentuan
awal
sebenarnya jika
telah
masing-masing
pandangan
ketika
masih kukuh mempertahankan kriteria
menjadi
masing-masing maka potensi terjadinya
dukungan atau penolakan secara fanatik
perbedaan dalam menentukan waktu
di antara kaum muslimin. Sehingga
ibadah
terjadi.
dalam satu kota bahkan dalam satu
Sementara, kriteria atau metode tersebut
masjid terjadi perbedaan yang berujung
dalam nilai normatif disiplin hisab
kepada dua kalinya pelaksanaan sholat
rukyat tak bisa dipersalahkan karena
hari raya.18
selamanya
akan
memiliki landasan dasar berupa dalil dan dalih masing-masing.17 Dari
nilai
menggagas
kriteria
menemui
bisa
Dengan
yang
munculnya
mendapat
himbauan
untuk bersikap ‘arif dan berlapang dada
sosiologis
perbincangan
pendapat
dalam
inilah,
dalam menyikapi perbedaan pendapat
penyatuan
ini, disadari atau tidak sebenarnya
titik
temu.
hanya bisa ditangkap oleh kalangan
Karena, jika dilihat dari aspek normatif
tertentu dari ummat ini. Begitu banyak
selama ini mustahil akan menemui titik
mereka yang tidak faham kenapa ini mesti
Muhhadi Bashori: Kritik Hilal Normatif (Tanggapan Atas Muh Khalid AS), Muh Hadi Bashori Praktisi Falak pada Pusat Kajian dan Layanan Falakiyah IAIN Walisongo Semarang, Koran Digital. Tulisan di muat pada hari Rabu, 09 Mei 2012, tulisan diambil darihttp://republika.pressmart.com/PUBLICATI ONS /RP/RP/2012/05/10/ ArticleHtmls/ KritikHilal Normatif-10052012004024.shtml?Mode=1 17
Adlan Sanur Tarihoran
terjadi.
Juga
begitu
sering
terdengar keluhan dan harapan yang merindukan agar hari kemenangan ini dirayakan serentak dalam kebersamaan. Rasanya dengan demikian, syi’ar hari Gusrizal (Ket. MUI Sumbar Bid. Fatwa, Hukum & Perundang-undangan), Penetapan ِAwal Bulan-bulan Qamariyyah, Makalah, tth, h.1 18
132
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
raya itu akan lebih terasa. Demikian
senantiasa memperhatikan hadis atau
alasan yang muncul dari orang-orang
sunnah Rasulullah dan bahkan selalu
yang sering dianggap awwam.
berupaya
Kalau ditelusuri lebih jauh bahwa
dengan
untuk
mengamalkannya
konsekuen.
Karena
itulah
sepakat ulama bahwa Rasulullah saw
Muhammadiyah sangat selektif dalam
tidak pernah menetapkan awal bulan
menilai hadis sebelum dijadikan dalil
dengan perhitungan Ilmu Falak tapi
dan menghindari riwayat-riwayat yang
dengan ru`yah atau langsung melihat
tidak jelas asal usulnya atau yang tidak
bulan dengan mata telanjang. Namun
dapat
tindakan Rasul saw tersebut dianggap
periwayatannya. Apalagi menyangkut
oleh sebagian ulama sebagai tindakan
urusan ibadah, Muhammadiyah selalu
yang bersabab(mu’allal).
mendasarkan amal ibadahnya kepada
Bila disigi lebih jauh ru’yatul hilal
dipertanggungjawabkan
sunnah
yang
shahih
dengan
adalah kriteria penentuan awal bulan
periwayatan
(kalender) Hijriyah dengan meru’yat
dipertangungjawabkan.
(mengamati) hilang secara langsung.
Muhammadiyah
Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat
dari beribadah secara tradisi atau ikut-
(atau
bulan
ikutan yang tidak berdasarkan kepada
digenapkan
sunnah. Demikian juga dengan hadis
gagal
(kalender)
terlihat),
maka
berjalan
(istikmal) menjadi 30 hari.
yang
dapat
membersihkan
diri
yang terkait dengan penetapan awal
19
Dari tiga metode penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal yang ada
Syawal di atas, tetap diperhatikan dan dipedomani oleh Muhammadiyah.
yakni: Metode ru’yah, metode hisab atau
Awal Ramadhan setidaknya dapat
disebut juga dengan metode wujudul
ditetapkan
hilal
imkanurru’yah.
metode: hisab dan rukyah. Penetapan
Muhammadiyah
awal bulan Qamariyah dalam muktamar
menggunakan metode kedua, yakni
Tarjih Muhammadiyah dapat ditempuh
metode hisab atau metode
dengan empat metode:
dan
metode
Sementara
“wujudul
melalui
dua
cara
atau
hilal”. Tentunya orang-orang yang tidak
1.
Ru’yatul hilal;
menggunakan metode ini seharusnya
2.
Kesaksian orang yang adil;
pula menghormati hak orang lain yang
3.
Menggenapkan (istikmal) bilangan
menggunakannya. Muhammadiyah pemahaman
keagamaannya
Sya’ban 30 hari; dan dalam
4.
juga
Hisab. Jadi
penetapan
Qamariyah Fauzan, Penetapan Awal Bulan Qamariyah (Antara Ta’abudi dan Ta’aquli), Jurnal Al-Hurriyah, STAIN Bukittinggi, Vol12 No.2 Juli-Desember 2011, hal.88 19
Adlan Sanur Tarihoran
pada
awal
bulan
dasarnya
dapat
dilakukan dengan dengan dua cara yaitu 133
hisab
dan
ru’yah
tersebut.
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
Kemungkinan terjadi perbedaan hasil
teropong besar (teleskop) bahkan yang
hisab berbeda dengan hasil ru’yah.
menggunakan tekonologi canggih.21
Kemungkinan dapat terjadi pada dua
Landasan
kasus. Pertama, menurut hisab hilal
Tentang “ Maliek Bulan”
Tareqat
Syatthariyah
belum wujud, ketika matahari terbenam
Salah satu ajaran dan identitas
bulan berada di bawah ufuk atau hilal
keberagamaan para penganut tarekat
sudah wujud namun menurut hisab
Syattariyyah di Sumatra Barat yang
belum berada pada ketinggian yang
menarik
dapat dilihat, namun ada yang mengaku
awal dan akhir Ramadhan. Pendapat
telah melihat hilal. Yang dijadikan
mereka sering didefinisikan dengan apa
pegangan adalah hasil ru’yah. Kedua,
yang mereka sebut sebagai “dua puluh
menurut hisab hilal sudah wujud dan
satu amanah”, yakni sejumlah ajaran
bahkan sudah berada pada posisi atau
dan ritual yang bersifat mengikat dan
ketinggian yang memungkinkan untuk
tidak boleh diubah. Materi tentang
dapat dilihat, tetapi tidak ada yang
“dua
berhasil melihatnya.20
memang tercantum dalam Anggaran
adalah
puluh
tentang
satu
penentuan
amanah”
yang
Hisab yang banyak dipegangi oleh
Dasar dan Rumah Tangga jamaah
para ahli yaitu hisab urfi dan hisab hakiki.
Syattariyyah Sumatra Barat. Ajaran ini
Sedangkan
senantiasa disosialisasikan oleh guru-
ru’yah
dalam
metode
pelaksanaan terdapat perbedaan yaitu
guru
rukyat bi al-fi’li atau tanpa bantuan alat
berbagai pengajiannya. Salah satu dari
dan keabsahan. Dari segi pelaksanaan
amanah itu adalah puasa harus dengan
maka dapat dibedakan pula antara
melihat bulan (ru’yat al-hilal). 22 Artinya
metode rukyat tanpa alat bantu apapun
penentuan awal dan akhir Ramadhan
dengan
yang
dilakukan dengan melihat hilal atau
mengunnakan alat bantu. Ru’yat tanpa
biasa juga disebut dengan melihat
bantuan alat terhadap awal qamariyah
bulan.
metode
rukyat
tarekat
Syattariyyah
dalam
khususnya bulan Ramadhan, syawal
Adapun kedua puluh satu amanah
dan bulan Dzulhijjah disebut juga ru’yat
yang selalu dipegang oleh pengikut
dengan mata telanjang. Ru’yat dengan
ajaran tareqat Syatthariyah Sumatera
bantuan alat adalah pengamatan hilal
Barat dan sekaligus menjadi identitas
awal
bulan
Qamariyah
dengan
menggunakan alat dari yang berukuran sederhana berupa teropong kecil hingga
Afifi Fauzi Abbas, Ibadah dalam Islam, (Ciputat, Adelina Bersaudara, 2016), hal.101-103 20
Adlan Sanur Tarihoran
Zamratul Ikhwan, Metode Hisab dan Ru’yat dalam Penentuan Awal Bulan Qamariyah (Upaya Penyatuan), (Tesis, Bukittinggi,Program Pascasarjana, 2015), hal.49-51 22 Oman Fathurrahman, Tarekat Syatariyah di Minangkabau: Teks dan Konteks, (Jakarta: Prenada Media, 2008), Hal. 202 21
134
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
mereka dalam beragama adalah sebagai
20. Berdiri ketika sampai pada bacaan
berikut: 1. 2.
asyraqal dalam barjanzi
Puasa harus dengan melihat bulan
4. 5. 6.
di
waktu
sembahyang.
Salat tarawih 20 rakaat, ditambah
Dari ajaran yang dua puluh satu
Membaca
amanah tersebut terlihat bahwa yang
usally
dalam
niat
awal
dan
menjadi
pegangan
oleh
sembahyang;
pengikut tareqat Syathariyah adalah di
Membaca basmalah pada surat dan
mana dalam menentukan awal puasa
permulaan surat dalam al-Quran;
atau puasa dengan melihat bulan atau
Membaca doa qunut di waktu salat
istilah minang” maliek bulan”. Inilah
subuh;
yang
Menentukan awal bulan dengan
mereka utama sebagai landasan mereka
hisab
dalam memulai untuk berpuasa.
taqwim,
kecuali
bulan
kemudian
menjadi
pegangan
Ramadan dan Idul Fitri, dengan
Kebiasan “Maliek Bulan” dan Ormas
melihat bulan;
Islam
7.
Bermazhab kepada Imam Syafi’i;
8.
Beriktikad dengan iktikad ahl alsunnah wa al-jama’ah;
9.
kopiah
(ru’yat al-hilal); witir 3 rakaat; 3.
21. Memakai
Membaca wa biamdihi ketika ruku’ dan sujud dalam salat; Jumat
dengan
hanya
menggunakan bahasa Arab; 12. Berdoa
(tahlil)
pada
setiap
kematian; 14. Ziarah kubur ke makam para ulama dan orang saleh; dengan
muncul
dalam
ru’yatul hilal dalam penentuan awal dan akhir
Ramadhan
Syatthariyah
oleh
merupakan
tarekat kegiatan
pada
sore
hari
menjelang
magrib.
Ratusan hingga ribuan anggota jamaah tarekat Syathariyyah di Sumatera Barat akan tumpah ruah di Pantai Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman dan juga
13. Mentalkinkan mayat;
15. Bertarekat
yang
melihat bulan yang biasanya dilakukan
10. Bertahlil dan berzikir; 11. Khutbah
Tradisi
tarekat
Syatthariyah; 16. Baiat kepada guru tarekat; 17. Melakukan tawassul kepada guru
di Koto Tuo Agam termasuk tempat lainnya. 23 Ritual melihat bulan dengan mata telanjang ini menjadi kegiatan rutin tarekat Syathariyyah untuk memulai berpuasa. Tak jarang, karena tidak
pada saat berdoa; 18. Pergi bersafar ke Ulakan; 19. Memperingati maulid Nabi dengan membaca Syaraf al-an’am; Adlan Sanur Tarihoran
Adlan Sanur Tarihoran, “Maliek Bulan”Sebuah Tradisi Lokal Pengikut Tareqat Syatthariyah di Koto Tuo Agam, Jurnal Islam Realitas, LP2M IAIN Bukittinggi, Vol.1. No.1 Januari-Juni 2015, hal.39 23
135
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
melihat
hilal,
ratusan
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
jamaah
sering terdengar keluhan dan harapan
tarekat Syathariyyah yang tersebar di
yang merindukan agar hari kemenangan
sejumlah provinsi belum melaksanakan
ini
puasa Ramadhan menunggu keputusan
kebersamaan.
ini.
demikian, syi’ar hari raya itu akan lebih Menurut
ribu
Ulama
dirayakan
serentak Rasanya
dalam dengan
tarekat
terasa. Demikian alasan yang muncul
Syathariyyah Angku Bagindo Syafri,
dari orang-orang yang sering dianggap
penentuan awal Ramadhan dilakukan
awwam.
dalam sidang itsbat lima mursyid (guru)
Dari adanya tradisi melihat bulan
setelah melakukan rukyat. Menurut
ini
kemudian
yang
Angku bila hilal tidak terlihat dengan
terjadinya perbedaan antara jama’ah
mata telanjang mereka bisa berpatokan
tarekat Syattariyyah dengan berbagai
kepada kalender Islam yang tak pernah
Organisasi
lebih dari 30 hari dan tidak kurang dari
Sumatera
29 hari. 24
Muhammadiyah, Nahdhalatul Ulama,
Sosial
menyebabkan
Keagamaan
Barat
di
seperti
Kebiasaan ini menjadi unik karena
Alwasliyah dan ormas lainnya yang
rukyat yang dilakukan ulama tarekat
muncul dan berkembang di Sumatera
Syathariyyah tidak dilengkapi dengan
Barat. Sebab mereka untuk berpuasa
teleskop
cendrung
menunggu
penglihatan lainnya. Untuk menetapkan
kegiatan
“maliek
1 Ramadan dan akhir Ramadhan dengan
diadakan.
atau
sejenis
alat
bantu
dari bulan”
adanya yang
melihat bulan yang akan dilakukan di
Sebagaimana diketahui dalam hal
beberapa titik di Sumbar yakni di Agam,
penentuan awal bulan Ramadhan dan
Pesisir Selatan, Sijunjung, dan Koto Tuo
akhir bulan Ramadhan (1 syawal) selalu
(Padang Panjang).25
saja terjadi perbedaan.26 Hal lain yang
Himbauan untuk bersikap ‘arif dan berlapang
dada
dalam
menyikapi
perbedaan pendapat ini, disadari atau tidak sebenarnya hanya bisa ditangkap oleh kalangan tertentu dari ummat ini. Begitu banyak mereka yang tidak faham kenapa ini mesti terjadi. Juga begitu Bahan dikutip dari VIVA news yang ditulis pada hari Kamis 12 Agustus 2010 di Padang. Bahan ini juga bisa muncul di berbagai situs internet. 25 Adlan Sanur Tarihoran, “Maliek Bulan”Sebuah Tradisi Lokal Pengikut Tareqat Syatthariyah..., hal.40 24
Adlan Sanur Tarihoran
sangat menarik juga adalah dimana, perbedaan
juga
sebenarnya
terjadi
Setidaknya empat tahun terakhir bahwa dalam mengawali dan mengakhiri berpuasa dipastikan tidak sama yaitu tahun 2013, 20014, 2015 dan 2016 antara jama’ah Syathariyyah dengan Organisasi Keagamaan di Sumatera Barat termasuk juga dengan keputusan pemerintah. Hal ini penulis dapatkan dari hasil observasi setiap tahunnya dalam pelaksanaan awal dan akhir Ramadhan bagi kelompok Syathariyah di Sumatera Barat. Dimana mereka sering terlambat 2 hari dari keputusan pemerintah dan juga dinamakan kelompok yang selalu terlambat berpuasa karena melihat bulan. 26
136
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
antara
para
Syattariyyah
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
penganut
tarekat
Perbedaan tentang penetapan awal
dengan
tarekat
Ramadan dan akhir Ramadhan tidak
Naqsybandiyyah dalam penetapan awal
terjadi
dan akhir bulan puasa Ramadan.
Syathariyyah
27
sekali
saja
antara
dengan
tarekat
organisasi
Biasanya, para guru tarekat Syattariyah-
keagamaan di Sumatera Barat. Biasanya
dengan berpegang pada prinsip ru’yat
kegiatan jama’ah tarekat Syathariyyah
al-hilâl (melihat bulan)- menetapkan
yang berbeda ini juga mendapat ekspose
awal puasa tersebut satu atau dua hari
dari
setelah
dikatakan tarekat Syathariyyah kerap
para
Naqsybandiyyah
guru
tarekat
media.
Karena
bisa
28
terlambat untuk memulai puasa setiap
tarekat
tahunnya. Bahkan sejumlah tradisi yang
Syattariyah juga sering tidak sama dan
tertuang pada anggaran dasar dan
bagi mereka hal ini tidak menjadi
anggaran
masalah.29
Syathariyyah masih diyakini sampai
Bahkan
antara
menetapkannya.
berbagai
pengikut
rumah
tangga
tarekat
saat ini. Di antara persoalan yang sering menjadi arena perdebatan antara tarekat Naqsybandiyyah dengan Syattariyah adalah menyangkut penetapan awal dan akhir bulan puasa Ramadan. Diketahui bahwa selama bertahun-tahun, di sekitar Padang Panjang selalu terjadi pertentangan sengit antara Syattariyah dan Naqsybandiyyah menyangkut persoalan tersebut. Demikian halnya di Pariaman, hingga sekarang masih terjadi perbedaan pendapat antara penganut tarekat Syattariyah di Ulakan dengan penganut Naqsybandiyyah di Cangking mengenai awal dan akhir bulan puasa. Biasanya, para penganut Syatthariyah merayakan puasa Ramadan atau atau dua hari kemudian setelah para penganut tarekat Naqsybandiyyah merayakannya, sehingga karenanya mereka mendapatkan julukan “orang puasa kemudian”, sementara tarekat Naqsybandiyyah disebut orang sebagai “orang puasa dahulu”. Seringkali dikatakan “…bilangan bulannya bernama bilangan lima yang dua hari dahulunya dari bilangan taqwim yang dibawa Syaikh Burhanuddin…” 28 Oman Fahurrahman , Tarekat dan Tradisi Keagamaan di Sumatera Barat, dikutip http://smpkuduganting.blogspot.com diakses bulan Juni 2009 29 Wawancara penulis dengan Tuanku Ismet salah seorang Sjech Tarekat Syattariyah di
Apa
27
Adlan Sanur Tarihoran
yang
Syathariyyah
dilakukan berbeda
tarekat dengan
mainstream yang sudah ada dan lazim dengan
organisasi
keagamaan
di
Sumatera Barat seperti Muhammadiyah dan NU. Sama-sama memakai hisab dan rukyah namun hasilnya berbeda. Proses melihat bulan atau hilal pada
awal
perbedaan
bulan ini
Ramadhan tentunya
dan akan
memunculkan respon dari setiap elemen masyarakat di luar kelompok tarekat Syathariyyah
yang
juga
melakukan
puasa dan penetapan awal bulan puasa termasuk organisasi sosial keagamaan yang ada di Sumatera Barat seperti: Muhammadiyah, Nahdhalatul Ulama, Dewan Dakwah Islamiyah dan Tarbiyah Koto Tuo Kab. Agam pada tanggal 5 Juni 2009 di kediaman beliau di Koto Tuo yang secara detail tentang alasan yang dipakai tarekat syattariyah dalam penentuan awal bulan puasa dan akhir Ramadhan. 137
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
Islamiyah. Bahkan ada anggapan yang
tetapi apabila hilal tertutup bagimu
ekstrim di tengah-tengah masyarakat
maka hitunglah (HR Ibn Majah, I: 530).
bahwa tarekat ini tidak punya landasan
Hadis-hadis di atas menjadi dalil
syar’i yang kuat dalam penentuan awal
rukyat
hilal
dalam
memulai
dan
akhir Ramadhan ini. Mereka tidak
mengakhiri ibadah puasa Ramadhan.
punya dalil dan landasan serta metode
Jika hilal tidak kelihatan, maka umur
yang diterima secara syari’at dalam
bulan juga digenapkan menjadi 30 hari.
penentuan tersebut.
Dengan demikian, penetapan tanggal 01 Ramadhan dan 01 Syawal berdasarkan
Pengukuhan Metode Penentuan Bulan
hasil rukyat atau istikmal telah sesuai
Qamariyah
dengan ketentuan hukum fikih yang
Menurut
Tareqat
Syatthariyah
bersumber dari hadis-hadis Nabi SAW. Namun demikian, melihat bulan di
Adapun
metode
mereka
kalangan ulama Syattariyah berbeda
pakai dalam menentukan kapan mereka
dengan rukyat hilal yang berlaku secara
untuk
umum. Melihat bulan versi Ulama
melihat
bilangan
Taqwin
yang
bulan
berdasarkan
Qamsyiah
menghitung
berdasarkan
Kalau
tampak
tidak
yaitu
Syattariyah sering terlambat dari tanggal
tahunan.
rukyat hilal yang ditetapkan Badan
bulan
maka
Hisab dan Rukyat Departemen Agama.
diputuskan secara rapat bersama untuk
Ulama
Syattariyah
melihat
puasa. Biasanya kata Tuanku Ali Imran,
berpedoman kepada taqwim.30
bulan
ada empat titik untuk melihat bulan, yaitu Koto Tuo di kawasan Kota Padang Panjang, Agam, Pesisir Selatan dan Sijunjung. “Jika tidak tampak di Ulakan kita akan koordinasi di titik tersebut, jadi
biasanya
kita
dapatkan
informasinya kalau bulan sudah tampak di daerah yang berada di kawasan Sumatera Barat,” ungkapnya. Adapun hadis yang dipakai oleh kelompok Syattahriyah adalah sama dengan hadis lain yang dipakai biasanya yang artinya. Apabila kamu melihat hilal maka berpuasalah, dan apabila melihatnya [juga] maka berbukalah,
Adlan Sanur Tarihoran
Ali Umar, NIM: 08802458, Dinamika Tradisi Melihat Bulan di Kalangan Ulama Syattariyah (Studi Kasus di Kabupaten Padang Pariaman Antara Tahun 2003 Sampai 2007), Tesis,Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang, 2010. Peneliti mengambil bahan ini dari abstrak Tesis Ali Umar. Peneliti baru mendapatkan bahan ini ketika sedang mencari bahan tentang melihat Bulan. Sebahagian dari Tesis ini dijadikan sebagai bahan referensi untuk makalah ini. Disebabkan Tesis ini menurut peneliti bisa dijadikan referensi penting dalam makalah ini termasuk metode yang dipakai. Karena metode itu sama saja di Ulakan dengan Koto Tuo dalam penentuan waktu melihat bulan tersebut. Bahan ini didapatkan dari Internet atau situs lalu peneliti mendown load bahan tersebut. Secara lisan peneliti belum mendapatkan izin untuk mengutip bahan tersebut. Karena sudah dipublikasi di Media maka tidaklah salah kemudian untuk kepentingan ilmiah penulis mengambil bahan ini dengan mencantumkan 30
138
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
Taqwim ialah sistem penghitungan
Shafar dan Rajab, Jim untuk bulan
bulan yang dilakukan oleh sebahagian
Rabi’ul Awal dan Zulhijjah, huruf Dal
masyarakat
Barat,
untuk bulan Sya’ban, huruf Ha untuk
khususnya yang berdomisili di wilayah
bulan Rabi’ul Akhir dan Ramadhan,
Kabupaten Padang Pariaman (Zakaria,
huruf Waw untuk bulan Jumadil Awal,
2003:8). Menurut Imam Maulana Abdul
dan huruf Zay untuk bulan Muharam
Manap Amin, taqwim ialah "suatu
dan Syawal.
di
Sumatera
bilangan untuk mengetahui (mencari)
Untuk menentukan awal bulan,
awal tahun dan awal bulan Arab dan
huruf tahun dijumlahkan dengan huruf
untuk menentukan hari 29 Sya’ban buat
bulan.
mengetahui awal Ramadhan, yaitu di
menghitung dari hari Kamis. Sebagai
malam
contoh: Jika Tahun Gajah adalah Tahun
30
bulan
Sya’ban
dengan
penglihatan mata"
Hasilnya
digunakan
untuk
Ha, titiknya lima, bulan Rabi’ul Awal
Perhitungan taqwim memiliki
adalah Jim, titiknya tiga, jumlahnya
rumus-rumus tertentu untuk tahun dan
delapan. Dihitung delapan hari dari
bulan qamariyah. Rumus itu dibuat
Kamis, maka hari ke-12 jatuh pada hari
berdasarkan huruf Arab Abjadiyah yang
Senin. Oleh karena itu tanggal 12 Rabi’ul
terdiri
Awal tahun Ha jatuh pada hari Senin,
dari
delapan
huruf
Arab
Abjadiyah: Alif, Ba, Jim, Dal I, Ha, Waw,
bertepatan
Zay, dan Dal II. Huruf-huruf tersebut
Muhammad SAW. Ini membuktikan
digunakan sebagai rumus awal tahun
bahwa perhitungan taqwim itu benar.
qamariyah yang dilambangkan dengan
dengan
Urutan
kelahiran
tahun
Nabi
qamariyah
titik. Huruf Alif menunjukkan titik satu,
menurut taqwim adalah Alif, Ha, Jim,
huruf Ba menunjukkan titik dua, huruf
Zay, Dal I, Ba, Waw, dan Dal II. Jika
Jim menunjukkan titik tiga, huruf Dal
diketahui Tahun 1424 Hijriyah adalah
menunjukkan titik empat, huruf Ha
tahun Alif, maka Tahun 1425 = Ha,
menunjukkan
Waw
Tahun 1426 = Jim, Tahun 1427 = Zay,
menunjukkan enam, dan huruf Zay
Tahun 1428 = Dal I, Tahun 1429 = Ba,
menunjukkan titik tujuh.
Tahun 1430 = Waw, dan Tahun 1431 =
lima,
huruf
Huruf-huruf itu juga digunakan
Dal II. Selanjutnya Tahun 1432 kembali
sebagai rumus awal bulan qamariyah.
lagi ke huruf Alif. Oleh karena itu, di
Huruf Alif untuk bulan Jumadil Akhir
kalangan ulama Syattariyah, rumusan
dan Zulqa’dah, huruf Ba untuk bulan
tahun qamariyah ini dihafal sebagai AHa-Ja-Za-Da-Ba-Wa-Da yang merujuk
darimana pengmabilan bahan yang dimasud dengan memakai pola pengutupan atau pedomana pengutipan dengan mencamntumkan bahan asli.
Adlan Sanur Tarihoran
kepada huruf-huruf tahun tersebut Di
samping
taqwim
Khamsiyah, muncul pula sekelompok 139
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
ulama Syattariyah yang perhitungan
H) menunjukkan bahwa yang menjadi
taqwimnya dimulai dari hari Rabu.
pegangan bagi ulama Syattariyah dalam
Karena perhitungannya dimulai dari
menentukan awal Ramdhan dan Syawal
hari Rabu, disebut taqwim ‘Arba’iyah.
adalah taqwim, dan bukan hasil rukyat
Rumus tahun dan bulan qamariyah
hilal.
dalam
sistem
perhitungan
taqwim
Dengan
demikian
harus
Arba’iyah hampir tidak ada bedanya
dibedakan antara rukyat hilal atau
dengan taqwim Khamsiyah, kecuali
melihat bulan dengan hisab taqwim.
pada
Rukyat hilal adalah ketentuan hukum
permulaan
menghitung
hari
berdasarkan rumus yang telah ada.
fikih
Perhitungan
menurut
Ramadhan dan Syawal dalam kaitannya
Taqwim Khamsiyah dimulai dari hari
dengan ibadah puasa. Ketentuan hukum
Kamis, sedangkan perhitungan menurut
fikih tersebut memang didukung oleh
Taqwim Arba’iyah dimulai dari hari
banyak hadis yang sudah jelas kualitas
Rabu. Selain dari perubahan dari hari
dan
Kamis
metode
taqwim yang konon didasarkan kepada
persis
hadis yang belum jelas sumbernya dan
awal
ke
bulan
hari
Rabu,
perhitungan
Arba'iyah
dengan
metode
sama
perhitungan
Khamsiyah.
tidak
untuk
menentukan
validitasnya.
satu
pun
membicarakannya.
Kedua
macam
awal
Berbeda
kitab
dengan
fikih
Tradisi
yang
melihat
perhitungan
bulan adalah hasil pencangkokan antara
taqwim di atas konon diajarkan dan
rukyat hilal dan hisab taqwim, yang
dikembangkan oleh Syekh Abdur Rauf
tentu hasilnya akan berbeda dari rukyat
Singkel,
hilal pada umumnya.31
guru
Syekh
Burhanuddin.
Dengan demikian tradisi melihat bulan
Tradisi melihat bulan dalam
di kalangan ulama Syattariyah secara
perkembangannya tidak lagi identik
umum dapat dikatakan berasal dari
dengan rukyat hilal. Hal ini kelihatan
ketentuan rukyat hilal menurut hukum
dari
fikih yang didukung oleh hadis shahih
tanggal 01 Ramadhan dan 01 Syawal
yang
antara
cukup
banyak.
Tetapi
dalam
perbedaan ulama
dalam
penetapan
Syattariyah
dan
perkembangannya, tradisi melihat bulan tidak lagi identik dengan rukyat hilal. Ulama Syattariyah menentukan rukyat hilal berdasarkan taqwim,
jika tidak
sesuai dengan ketentuan taqwim maka hasil
rukyat
hilal
tidak
diterima.
Pengamatan yang dilakukan selama lima tahun (dari tahun 1424 sampai 1428 Adlan Sanur Tarihoran
Penulis ketika melakukan wawancara terhadap alasan atau kitab yang mereka pakai untuk dasar melihat bulan ini dan adanya hurufhuruf itu terhadap buya Tuanku Ismet katanya itu ada dasarnya ketika Nabi Muhammad Isra’ dan Mi’raj namun ketika bisakah kitab itu dipinjam beliau agak keberatan dengan permintaan tersebut. Wawancara dilakukan dengan Bapak Saiful Amin di rumah Tuanku Ismet Ismail di Koto Tuo Kab. Agam pada tanggal 5 Juni 2009. 31
140
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Pemerintah.
antar
di Koto Tuo Agam tahun 2012 dari awal
sesama ulama Syattariyah juga terjadi
mengikuti prosesi sejak jam 5 sore
perbedaan. Dalam penentuan tanggal 10
sampai akhir penentuan bahwa puasa
Zulhijjah juga terjadi perbedaan.
besok harinya tidak melihat mana yang
Kegiatan
Di
samping
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
“Maliek
itu,
Bulan”
Sebagai
Tradisi Keberagamaan Untuk
bulan
atau
hilal
tersebut.
Namun
jama’ah sudah yakin saja walaupun
pencarian
data
di
tidak semua melihat. Akan tetapi pasca
lapangan peneliti mengadakan observasi
“maliek
ke lapangan bersama-sama pengikut
pengumuman
Syatthariyah
melihat
komunikasi dengan Ulakan Pariaman
Dari kegiatan “maliek bulan”
maka mereka akan mengikuti hasil
dalam
bulan.
32
yang
diadakan
rangka
baik
di
Koto
Tuo
bulan”
dan
dari
dengan
Tuanku
serta
penyampaian waktu itu.
maupun di Ulakan memang sudah
Kegiatan
“maliek
bulan”
ini
menjadi agenda kegiatan rutin tahunan
berdampak juga kepada pemberdayaan
bagi pengikut tareqat Syatthariyah.
ekonomi rakyat sekitar Koto Tuo dan
Selain adanya kegiatan basafa yang juga
menyedot
Ribuan
datang ke lokasi tersebut dengan selalu
jama’ah yang datang dari berbagai
banyak berbelanja atau membeli oleh-
daerah
oleh serta adanya bermalam semalam
hal
ini
perhatian.
Ulakan. Ini terlihat ratusan jama’ah yang
menurut
peneliti
dikarenakan fanatik ke guru dan ajang
dan esoknya
silaturrahim
atau
sangat disayangkan potensi jama’ah
jama’ah tareqat Syaatthariyah. Selain
yang banyak tersebut belum terkelola
berziarah ke maqam Sjech Angku Al-
secara maksimal.
sesama
pengikut
baru pulang.
Namun
luma di Koto Tuo Agam dan Sjech
Ada juga yang menarik ketika
Burhanuddin di Ulakan juga menjadi
melihat bulan tidak semua jama’ah
suatu
melakukan
kebanggaan
dapat
mengikuti
dengan
mata
telanjang
yang
pakai
teropong.
prosesi “maliek bulan” bersama guru
namun
dan sesudahnya secara bersama-sama
Jaringan komunikasi antara Koto Tuo
pula sholat di surau atau masjid tempat
dan Ulakan tetap berjalan selama prosesi
guru tinggal.
“maliek bulan”. Karena kalau salah satu
Dari hasil pengamatan peneliti
ada
lokasi
sudah
melihat
bulan
ada
bahwa prosesi melihat bulan akan tetap
kemungkinan diputuskan besok sudah
eksis di kalangan pengikut tareqat
mulai berpuasa. Walaupun perbedaan
Syatthariyah. Peneliti sendiri yang ikut
tetap
mereka
toleransi
antara
satu
daerah dengan daerah lain. Termasuk Penulis terlibat langsung ke Lapangan pada hari Jumat Sore, tangal 20 Juli 2012 untuk penentuan awal Puasa 1433 Hijriyah atau tahun 2012 di Koto Tuo bersama jama’ah lainnya. 32
Adlan Sanur Tarihoran
ketidak
patuhan
terhadap
hasil
keputusan dari Koto Tuo Agam dan 141
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
keputusan Ulakan yang tidak dijalankan
diajarkan dan dikembangkan oleh
Koto Tuo Agam.
Syekh Abdur Rauf Singkel, guru Syekh Burhanuddin. Namun untuk
Kesimpulan
berpuasa mereka hanya dengan
Dari uraian di atas beberapa hal
kebiasaan “ maliek bulan” saja.
menjadi kesimpulan dari pembahasan
Dengan demikian tradisi melihat
makalah ini sesuai dengan pertanyaan
bulan di kalangan ulama Syattariyah
penelitian:
secara
1. Alasan yang dijadikan pengikut
umum
dapat
dikatakan
berasal dari ketentuan rukyat hilal
Tareqat Syathhariyah untuk melihat
menurut
bulan adalah adanya “dua puluh
didukung oleh hadis shahih yang
satu
cukup banyak. Secara ru’yah mereka
amanah”,
yakni
sejumlah
hukum
fikih
ajaran dan ritual yang bersifat
mengadakan
mengikat dan tidak boleh diubah.
pelaksanaan tanpa alat. Sedangkan
Materi tentang “dua puluh satu
dalil-dalil yang dipakai sama saja
amanah”
dalam
dengan
dalil
Rumah
dipakai.
Mereka
itu
Anggaran Tangga
tercantum
Dasar
dan
jamaah
Syattariyyah
ru’yah
yang
yang
dengan
umumnya
tetap
meyakini
bahwa metode yang dipakai itu
Sumatra Barat. Ajaran ini senantiasa
sesuatu
disosialisasikan
guru-guru
diubah walaupun berbeda dengan
tarekat Syattariyyah dalam berbagai
pemerintah tetapi inilah salah satu
pengajiannya.
model
kemudian
oleh Inilah
menjadi
yang pegangan
yang
mereka utama sebagai landasan mereka
dalam
memulai
keyakinan
yang
keberagamaan tidak
bisah
tidak
kelompok
terbantahkan
sampai saat ini.
untuk DAFTAR PUSTAKA
berpuasa. 2. Mengenai kebiasan kelompok ini
Abbas, Afifi Fauzi, (2016), Ibadah
dan bila dikaitkan dengan metode
dalam Islam, Ciputat, Adelina Bersaudara
yang mereka pakai hampir sama juga yang dipakai yaitu hisab dan rukyah
sebagai
metode
yang
umumnya dipakai oleh para ahli.
Al-Aziz, (1998),
Mohammad
Risalah
Saifullah,
Memahami
Ilmu
Tashawwuf, Terbit Terang: Surabaya Azizman, (2013), “Pengaruh Tarekat
Secara hisab mereka menentukan untuk melihat bulan berdasarkan
Syatthariyah
bilangan Taqwin Qamsyiah yaitu
Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam”
menghitung berdasarkan tahunan.
Tugas Akhir pada Jurusan Aqidah
perhitungan taqwim di atas konon
Filsafat, IAIN Padang
Adlan Sanur Tarihoran
142
di
Galudua
Koto
Tuo
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
Azra, Azyumardi, (1995), Jaringan
Musda, Novelia, (2012), Kaum Sufi
Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
dalam Sejarah Minangkabau,
Nusantara
Harian Singgalang Sumatera Barat
Abad
XVII
dan
XVIII,
Bandung: Mizan, 1995 Bruinessen, Tarekat
Opini
,
Rafikah, Perkembangan Tarekat di
Martin Van, (1992),
Naqsyabandiyah
di
Indonesia,
Bandung: Mizan
Minangkabau Awal Abad ke Dua Puluh, Jurnal
Analisa
Vol.3
No.1,
STAIN
Bukittinggi
Busyro, (t.th),
Hisab atau Ru’yat,
Makalah Power Point, Ketua Jurusan
RI, Depag, (1994), Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Intermasa
Syari’ah, STAIN Bukittinggi Fathurrahman,
Oman,
(2008),
Steenbrink,
Karel
A,
(1984),
Tarekat Syatariyah di Minangkabau: Teks
Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia
dan Konteks, Jakarta: Prenada Media,
Abad Ke-19, Jakarta: Bulan Bintang, 1984
2008
Tarihoran, Adlan Sanur, (2011), Fauzan,
(2011),
Penetapan Awal
Sjech
M.
Djamil
Djambek
Pengkritik
Bulan Qamariyah (Antara Ta’abudi dan
Tarekat yang Moderat di Minangkabau,
Ta’aquli), Jurnal Al-Hurriyah, STAIN
Jurnal Al-Hurriyah, Vol 12 No.2, P3M
Bukittinggi, Vol12 No.2
STAIN Bukittinggi
Gusrizal (Ket. MUI Sumbar Bid. Fatwa,
Hukum
undangan), (t.th),
&
Perundang-
Penetapan ِAwal
Bulan-bulan Qamariyyah,
_________, Adlan Sanur, (2012), Ru’yatul
Hilal
Syatthariyah
di
Jama’ah
Tareqat
Sumatera
Barat,
Bukittinggi, P3M STAIN Bukittinggi
Ilham, M, (2013), Masuknya Islam di
_________, Adlan Sanur, (2014),
Minangkabau, Bahan didapatkan dari
Sjech
Blog M.Ilham
Pengaruhnya dalam Pengembangan Tareqat
Ikhwan, Zamratul (2015), Metode
Tuanku
Syatthariyah
Aluma di
Koto
Tuo
Minangkabau,
dan
Jurnal
Hisab dan Ru’yat dalam Penentuan Awal
Diniyah, STIT Diniyah Padang Panjang,
Bulan
Vol.I,
Qamariyah
(Upaya
Penyatuan),
Tesis, Bukittinggi,Program Pascasarjana Latif, Sanusi,(1988), Gerakan Kaum
_________, Adlan Sanur, (2015), “Maliek
Bulan”Sebuah
Tradisi
Lokal
Tua di Minangkabau , Disertasi Doktor,
Pengikut Tareqat Syatthariyah di Koto Tuo
Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah
Agam, Jurnal Islam Realitas, LP2M IAIN Bukittinggi, Vol.1
Adlan Sanur Tarihoran
143
Mengukuhkan Metode ‘Urf
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli-Desember 2016
_________, Adlan Sanur, (2015), Evolusi Tareqat Syatthariyah di Sumatera Barat,
Bukittinggi,
LP2M
IAIN
Bukittinggi Umar, Ali, (2010), , NIM: 08802458, Dinamika
Tradisi
Melihat
Bulan
di
Kalangan Ulama Syattariyah (Studi Kasus di Kabupaten Padang Pariaman Antara Tahun 2003 Sampai 2007), Tesis,Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang
Adlan Sanur Tarihoran
144
Mengukuhkan Metode ‘Urf