Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016
ISSN: 2442-7470
NILAI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER SISWA Yoyo Zakaria Ansori, M.Pd
[email protected] Universitas Majalengka Abstrak Sekolah Dasar merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam jenjang pendidikan dasar. Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 1990 telah disebutkan bahwa pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam memengaruhi komponen-komponen sekolah agar dapat bekerja dalam mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin dalam lingkup pendidikan tiada lain adalah kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan pimpinan tunggal di sekolah yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk mengatur, mengelola, dan menyelenggarakan kegiatan di sekolah, agar apa yang menjadi tujuan sekolah dapat tercapai. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Metode penelitian yang di tempuh adalah dengan menggunakan metode kualitatif dan untuk memfasilitasi suatu pendekatan perkembangan pemikiran para ilmuwan dengan memakai pertemuan (inter play) antar ide. Pendekatan kualitatif di lakukan untuk mendalami pemikiran para ilmuwan sehingga peneliti mampu mensintesiskan sehingga menghasilkan pendapat baru. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa peran kepemimpinan pendidikan yaitu kepala sekolah berperan sangat penting bagi pembinaan pendidikan karakter, jarena kepala sekolah merupakan perumus dan penentu strategi dan taktik di sekolah. Kata Kunci: Kepemimpinan, pendidikan karakter
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016
ISSN: 2442-7470
mengatur dan mengarahkan orang lain dan mampu menjadi pilihan yang representatif dari kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah, termasuk di Sekolah Dasar. Sekolah Dasar merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam jenjang pendidikan dasar. Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 1990 telah disebutkan bahwa pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Berdasarkan rumusan tersebut, dapat digarisbawahi bahwa Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan dasar diharapkan bisa berfungsi sebagai: (1) peletak dasar perkembangan pribadi anak untuk menjadi warga negara yang baik, (2) peletak dasar kemampuan dasar anak, dan (3) penyelenggara pendidikan awal untuk persiapan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu pendidikan menengah. Kemampuan dasar utama yang diberikan kepada anak sekolah dasar adalah kemampuan dasar yang membuat bisa berpikir kritis dan imajinatif yang tercermin dalam kemampuan menulis, berhitung dan membaca. Ketiga aspek kemampuan dasar tersebut merupakan kemampuan utama yang dibutuhkan dalam abad informasi. Untuk mewujudkan kemampuan utama dari ketiga kemampuan dasar tersebut maka perlu adanya pemimpin yang mampu mewujudkannya. Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam memengaruhi komponen-komponen sekolah agar dapat bekerja dalam
A. Pendahuluan Pendidikan yang baik dan bermutu merupakan harapan dan tujuan bagi bangsa Indonesia, pendidikan diharapkan dapat melahirkan manusia Indonesia seutuhnya, demikian yang diamanatkan oleh aturan normatif kita. Pendidikan yang bermutu harus disediakan melalui jalur, jenis, dan jenjang yang ada dalam sistem pendidikan kita. Pendidikan yang bermutu dapat terselenggara dengan komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan bermutu pada setiap jenis, jenjang, dan jalur pendidikan harus dapat diakses oleh seluruh warga Indonesia. Dalam Undang-undang Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, peran pendidikan diarahkan mencapai pembangunan nasional yang dapat didekati melalui aspek agama, psikologis, budaya, dan tentu saja aspek ilmiah. Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Sekolah sebagai suatu organisasi dituntut untuk menjalankan tujuan di atas, tujuan tersebut dapat tercapai apabila melibatkan semua elemen yang ada di dalamnya. Untuk menggerakan orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut, diperlukan seorang pemimpin yang dapat membimbing dan mengarahkan. Seorang pemimpin diangkat karena memiliki kemampuan lebih dalam 2
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016
ISSN: 2442-7470
mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin dalam lingkup pendidikan tiada lain adalah kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan pimpinan tunggal di sekolah yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk mengatur, mengelola, dan menyelenggarakan kegiatan di sekolah, agar apa yang menjadi tujuan sekolah dapat tercapai. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Penyebab rendahnya mutu pendidikan (sekolah) di Indonesia tentu tidak lepas dari peran dan kepemimpinan seorang kepala sekolah sebagai top leadernya. Melihat pentingnya fungsi kepemimpinan kepala sekolah, maka usaha untuk meningkatkan kinerja yang lebih tinggi bukanlah pekerjaan mudah bagi kepala sekolah karena kegiatan berlangsung dalam sebuah proses panjang yang direncanakan dan diprogram secara baik pula. Namun pada kenyataannya tidak sedikit kepala sekolah yang hanya berperan sebagai pimpinan formalitas dalam sebuah sistem yakni hanya sekedar sebagai pemegang jabatan struktural sambil menunggu masa purna tugas. Melihat kenyataan di atas maka tinggi rendahnya mutu pendidikan (sekolah) di Indonesia tentu tidak lepas dari peran dan kepemimpinan seorang kepala sekolah sebagai top leadernya. Melihat pentingnya fungsi kepemimpinan kepala sekolah, maka usaha untuk meningkatkan kinerja yang lebih tinggi bukanlah pekerjaan mudah bagi
kepala sekolah karena kegiatan berlangsung dalam sebuah proses panjang yang direncanakan dan diprogram secara baik pula. Berdasarkan latar belakang pemikiranpemikiran di atas , maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk pengembangan model pendidikan karakter melalui kepemimpinan pendidikan berbasis nilai. Karena Kepala sekolah merupakan pemimpin, agen pembaharu (Agent of change), penggerak, innovator dan fasilitator dari sumber-sumber yang ada di sekolah . Untuk itu, kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi dan memahami tugas pokok dan fungsinya, guna mewujudkan sekolah yang efektif , efisien dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik itu prestasi akademis dan non akademis. Metode Penelitian Metode penelitian yang di tempuh adalah dengan menggunakan metode kualitatif dan untuk memfasilitasi suatu pendekatan perkembangan pemikiran para filosof dengan memakai pertemuan (inter play) antar ide. Pendekatan kualitatif di lakukan untuk mendalami pemikiran filsafat dalam Islam, karena itu metode kualitatif harus di perkaya dengan pemikiran dialektis filosofis tentang Islam. Peneliti juga menggunakan pendekatan hermeneutika dengan harapan penulis mampu mengungkap makna dalam filsafat Islam. Karena pendekatan hermeneutika (konsep ontologis) tidak sejalan dengan konsepsi ontologis realisme dan ontologis idealisme. Landasan ontologis hermeneutika bersifat holistik. Adapun satu realitas hendaknya di pandang dalam konteks hubungan keseluruhan tingkatan. Pendekatan hermeneutika (konsep epistemologis) adalah untuk memperoleh pemahaman makna (verstehen) tentang suatu fenomena 3
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016
ISSN: 2442-7470
atau ekspresi, yaitu gejala yang menampakan diri sebagai mana adanya dan hermeneutika hendaknya di lakukan bertolak dari pengalaman konkrit. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kegiatanpendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen sekolah (who is behind the school). Kemampuan kepala sekolah tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap manajemen kepemimpinan, serta tugas yang dibebankan kepadanya, karena tidak jarang kegagalan pendidikan dan pembelajaran di sekolah disebabkan oleh kurangnya pemahaman kepala sekolah terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukan bahwa berhasil tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya terletak pada manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, khususnya dalam menggerakan dan memberdayakan berbagai komponen sekolah. Menurut Owens (Ambarita, 2013, hal. 83) menegaskan bahwa kualitas kepemimpinan merupakan sarana utama untuk mencapai tujuan utama organisasi. Untuk itu, agar kepala sekolah bisa melaksanakan tugasnya secera efektif, mutlak harus bisa menerapkan kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan pendidikan atau kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam pembinaan karakter siswa di sekolah, ada prinsip dasar yang menyatakan bahwa sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang handal (good school were the product of good administrators). Peran kepala sekolah terutama adalah mengkoordinasikan, menggerakan, dan menyelaraskan semua sumber
daya manusia di lingkungan sekolah. Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah. Secara sederhana kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai cara atau usaha kepala sekolah dalam memengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, memberdayakan, dan mengerakan guru, staf, peserta didik, orang tua peserta didik, komite sekolah, dewan pendidikan, dan pihak lain yang terkait, untuk mencapai tujuan pendidikan karakter. Kepemimpinan kepala sekolah menurut Mulyasa (2012 hal. 67) “merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong perwujudan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui programprogram yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap”. Untuk itu, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa implementasi pendidikan karakter untuk meningkatkan mutu sekolah. Menurut Firestone dalam Koesoema (2011, hal. 304) terdapat empat keyakinan penting tentang kepemimpinan yang perlu diperhatikan. Pertama, kepemimpinan di dalam sekolah akan membantu meningkatakan prestasi siswa. Kedua, bahwa kepemimpinan kepala sekolah mesti dipraktikan oleh kepala sekolah dan para guru. Ketiga, bahwa ciri-ciri kepemimpinan berkarakter meluas dan berlaku bagi setiap konteks. Keempat, pemimpin yang berhasil dalam sebuah lingkungan pendidikan yang multicultural hanya akan berhasil jika ia dapat membangun sebuah kondisi khusus yang mendukung peningkatan prestasi 4
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016
ISSN: 2442-7470
siswa, menghargai nilai persamaan, dan menjunjung tinggi keadilan. Pentingnya peran kepala sekolah dapat dilihat dari pendapatnya Thomas Lickona (1992, Hal. 99) bahwa kepala sekolah berperan penting dalam pembentukan kultur moral di sekolah yang dapat menumbuhkan nilai, sikap, dan perilaku positif. Kepala sekolah efektif adalah pelopor dalam dalam pendidikan karakter di sekolah yang dipimpinnya. Dalam menciptakan kultur yang kondusif, kepala sekolah mengatur dan memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan yang mendorong terciptanya kultur sekolah yang memungkinkan tumbuhnya karakter. Kegiatan tersebut, diantaranya: workshop, diskusi antar guru, pengembangan kurikulum dan pengajaran, gerakan kebersihan sekolah, kegiatan ibadah, pembinaan organisasi siswa, penegakan disiplin, pertandingan olahraga, perlombaan kesenian, penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup, memberikan teladan dan sejenisnya. Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi memiliki fungsi strategis dalam mengembangkan sebuah penciptaan lingkungan sekolah yang menghargai kultur hormat terhadap nilai-nilai moral. Sekolah telah memberikan kesempatan yang baik bagi pendidik untuk membuktikan kinerja dan integritas profesional sehingga mereka mampu memosisikan diri sebagai model bagi keteladanan siswa. Maka dalam pembentukan pendidikan karakter harus dimulai dari sumber daya manusia yang ada pada sekolah tersebut dalam memberikan keteladanan dan menekankan aspek sikap, nilai, dan
watak kepada peserta didik. Selain itu sekolah perlu ditunjang dengan support system yang memadai, dimana dengan hal tersebut dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya keshalehan peserta didik. Sekolah mencita-citakan agar peserta didiknya menjadi generasi yang shaleh, namun kurang didukung oleh support system yang bisa menumbuhkembangkan keshalehan anak. Misalnya peserta didik diharapkan rajin beribadah, berakhlak mulia tetapi guru tidak mencontohkan dirinya menjadi sosok yang rajin beribadah. Kondisi tersebut tentu saja menyulitkan peserta didik untuk membentuk karakter yang shaleh. Dalam pembinaan pendidikan karakter di sekolah, mencontohkan saja tidak cukup tetapi mereka juga harus dibiasakan, diseru, dan diajak pada kegiatan-kegiatan positif di sekolah. Dengan demikian sekolah benar-benar merupakan sebuah wahana penanaman pendidikan nilai. Di sekolahlah siswa diharapkan mampu mengaktulisasikan nilai-nilai yang telah mereka terima secara langsung. Aktualisasi nilailah yang akan menjadi acuan keberhasilan pendidikan karakter di sekolah, sebab karakter hanya bisa dilihat dari perilaku bukan pemahaman teoritis. Untuk mewujudkan citacita tersebut, maka diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang pada kegiatannya selalu mengikutsertakan nilai. Menurut Michael Fullan dalam El Widdah (2012, hal. 78) “leaders who have not strong values and no aspirations for their school may provide a dull consistency”. Pemimpin yang tidak memiliki nilai kuat dan tidak memiliki 5
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016
ISSN: 2442-7470
aspirasi bagi sekolahnya akan mengarahkan kepada ketidakkonsistenan dalam pencapaian tujuan sekolah. Oleh sebab itu pentingnya nilai dikemukakan Ahmad Sanusi (2015 hal. 13) alasan manusia dibalik pengambilan keputusan adalah nilai. Ada seperangkat atau sejumlah nilai yang melandasi pilihan manusia. Juga ada seperangkat nilai yang menjadi rujukan dan pertimbangan pilihan manusia. Nilai jugalah yang tampak dalam tujuan yang hendak dicapai. Nilai juga yang menjadi driving force yang mendorong manusia bertindak. Jadi, nilai-nilai tersebut bukan hanya menjadi landasan dan rujukan cara bertindak dan saat melakukan tindakan, melainkan juga mewarnai tujuan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan yang sarat dengan nilai tersebut maka diperlukan pemimpin yang berbasis nilai, sebab menurut Ace Suryadi (2015, hal. 95) pendidikan karakter tidak dapat dilakukan di dalam suatu ruang hampa (vacuum tube) yang bebas nilai karena karakter sangat terkait erat (bounded) dengan kehidupan. Kepemimpinan berbasis nilai akan menjadikan nilai dan norma sebagai basis kepemimpinannya dalam menjalankan peranannya. Nilai dan norma individu pemimpin harus beranjak dari nilai norma pribadi yang utuh dan dari nilai dan norma umum yang disepakati bersama untuk selanjutnya dibawa kedalam organisasi. Pengertian Values-based leadership is leading by staying true to one’s values. It means to lead others by remaining consistent with the leader’s beliefs and never swaying from one’s fundamental values. You may be wondering,
does this mean a values-based leader never changes his or her principles? The answer is no. The leader may change his or her strategy, tactics, or approach given the situation, but the leader never changes his or her underlying values, beliefs, or principles. Kepemimpinan berbasis nilai adalah memimpindengan tetap setia kepada nilai-nilai individu. Ini berarti untuk memimpin orang lain harus tetap konsisten pada keyakinan dan tidak pernah bergoyang dari nilai-nilai fundamental seseorang. Mungkin kita bertanya-tanya, apakah ini berarti pemimpin berbasis nilai tidak pernah berubah prinsipnya ?Jawabannya adalah tidak. Pemimpin dapat mengubah strateginya, taktik, atau pendekatan yang diberikansituasi, tetapi pemimpin tidak pernah berubah nilai-nilai yang mendasari, keyakinan, atauprinsip. Sedangkan menurut Kama Abdul Hakam (2013 : 3) untuk menciptakan pendidikan karakter maka kepala sekolah hendaknya merancang program-program peningkatan empat kompetensi utama guru (pedagogik, kepribadian, professional dan sosial) yang berbasis pendidikan nilai. Pemberian pelatihan khusus kepada guru tentang pendekatanpendekatan dalam pendidikan nilai serta strategi integrasi nilai-nilai karakter ke dalam rancangan pembelajaran (Silabus dan RPP) menjadi salah satu kebutuhan mendasar yang perlu difasilitasi oleh Kepala Sekolah melalui forum MGMP atau organisasi gugus. Kepala sekolah adalah penanggungjawab utama manajemen sekolah. Oleh karena itu, Kepala sekolah harus menerapkan manajemen sekolahnya dengan prinsip-prinsip 6
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016
ISSN: 2442-7470
Budimansyah, Dasim (2014). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter, Widya Aksara Press: Bandung Djahiri, A, K .(1992). Menelusuri Dunia Afektif Nilai Moral dan Pendidikan Nilai Moral. Lab. PMP IKIP Bandung Elmubarok, Zaim .(2009). Membumikan Pendidikan Nilai. Alfabeta: Bandung
MBS yaitu: 1) kemandirian 2) kemitraan 3) partisipasi 4) keterbukaan 5) akuntabilitas 6) keadilan 7) efesiensi yang dilandasi nilai Ketuhanan, nila kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan. Beragam unsur manajemen yang ditawarkan oleh para ahli mengenai manajemen kepala sekolah dalam pendidikan karakter, yang meliputi perencanaan, pengelolaan dan pengawasan. Kesimpulan dan Saran Mengembangkan organisasi sekolah agar dapat berkualitas membutuhkan berbagai macam strategi dan pendekatan. Merencanakan, mengatur, merumuskan, dan menentukan strategi harus didasarkan pada pengkajian yang matang tentang kondisi objektif suatu lembaga pendidikan. Ketepatan dalam menentukan rencana berarti telah merencanakan keberhasilan. Demikian sebaliknya, apabila gagal dalam menentukan rencana berarti sama dengan merencanakan kegagalan. Hal tersebut memberikan pengertian bahwa merumuskan rencana dengan baik sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki merupakan suatu keharusan bagi kepemimpinan pendidikan agar apa yang ingin dilaksanakan dapat dicapai dengan baik. Selanjutnya untuk peningkatan mutu pendidikan maka perlunya kepala sekolah memiliki kompetensi kepribadian manajerial, kewirausahaan,supervisi, dan sosial.
Hakam, Kama Abdul .(2013). Pendekatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. UPI: Bandung -------------------------- .(2008). Pendidikan Nilai, Value Press: Bandung -------------------------- .(2013) Pengembangan Model Pembudayaan NilaiMoral dalam Pendidikan Dasar di Indonesia:Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Bandungrejosari 1 Kota Malang, Jawa Timur Hendarman .(2015).Revolusi Kinerja Kepala Sekolah.Indeks: Jakarta Koesoema, Doni .(2012) Pendidikan Karakter, Grasindo: Jakarta Lickona, Thomas (1991), Educating for Character, How Our Schools can Teach Respect and Responsibility, New York, Bantam Books. Maftuh, Bunyamin .(2009). Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. UPI Pascasarjana : Bandung Mulyana, Rohmat .(2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Alfabeta : Bandung Mulyasa, E .(2012). Manajemen Pendidikan Karakter, Bumi Aksara:Jakarta -----------------.(2013).Menjadi Kepala Sekolah Profesional.Rosdakarya:Bandung
DAFTAR PUSTAKA Akbar, Saadun .(2014). Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar, Malang: IKIP Malang Ambarita, Alben .(2013). Kepemimpinan Kepala Sekolah.Graha Ilmu: Jakarta
7
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016
ISSN: 2442-7470
Stronge, James H .(2013). Kualitas Kepala Sekolah yang Efektif, Indeks: Jakarta Suryadi, Ace .(2015) Pendidikan Menghadapi tahun 2025, Rosadakarya: Bandung
8