3. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. SWP DAS Citarum Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS Citarum DS terletak dalam wilayah administrasi pemerintahan Provinsi Jawa Barat yang meliputi 4 wilayah Kabupaten dan 5 wilayah administrasi pengelolaan hutan (KPH). SWP DAS tersebut terbagi dalam beberapa wilayah Sub SWP DAS, DAS dan Sub DAS, antara lain Sub SWP DAS Citarik, Ciminyak, Cibuni, Cisokan, Cililin, Cipicung, Cikapundung, Cibeet, Cikondang dan Cipunagara.
Luas wilayah SWP DAS
Citarum DS sebesar 1.348.700 ha, yang terdiri dari kawasan hutan 22,44% dan sisanya sebagian besar terdiri dari persawahan (24,84%), perkebunan (15,08%), perladangan (21,15%), pemukiman dan lain-lain (16,49%) dengan luas wilayah prioritasnya 1.184.102 ha. Dalam SWP DAS tersebut terdapat lahan kritis seluas 166.700 ha, sekitar 155.900 ha terletak di luar kawasan hutan dan 10.800 ha terletak di dalam kawasan hutan. Jenis tanah pada umumnya lasotol, aluvial glei, andosol-grumosol, podzolik merah, mediteran brown forest dan regosol-renzina. Topografi lapangan pada umumnya datar sampai bergunung. Berdasarkan pembagian tipe iklim menurut Schmidt & Ferguson wilayah ini termasuk dalam dalam tipe iklim C dan D, dengan jumlah curah hujan rata-rata tahunan 1.500 – 3.000 mm. Kondisi tata air (angkutan sedimen pada air sungai dan fluktuasi debit) SWP DAS Citarum DS, Tahun 1980 s/d 1982 adalah sebagai berikut : 1. Sub SWP DAS Cikapundung, sedimentasi: 0,008 juta ton/th, rasio Q maxmin sebesar 24. 2. Sub SWP DAS Ciminyak, sedimentasi : 0,03 juta ton/th, (0,24 mm/th). 3. Sub SWP DAS Cibeet, sedimentasi : 0,40 juta ton/th, (2,09 mm/th). 4. Sub SWP DAS Cikondang Cipunagara, sedimentasi : 6,1 juta ton/th, (21,7 mm/th).
56 Jumlah penduduknya 8.627.321 orang, dengan kepadatan rata-rata 640 orang/km² dengan pertambahan penduduk 1,67%/tahun. Mata pencaharian penduduk pada umumnya bertani (16,94%), berdagang (5,74%), pegawai (4,71%), nelayan (1,02%), buruh dan lain-lain (15,77%). Dalam SWP DAS Citarum, terdapat Waduk dan Bendungan Saguling, Cirata dan Jatiluhur (Ir. H. Djuanda) yang perlu diamankan melalui upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah. Sehubungan dengan itu pada Pelita V sasaran kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada SWP DAS telah ditetapkan seluas 166.700 ha, untuk sasaran kegiatan di luar kawasan hutan seluas 155.900 ha dan di dalam kawasan hutan 10.800 ha, yang dilaksanakan antara lain pada Sub SWP DAS CitarikCikapundung, Ciminyak-Cisokan, Cibuni-Cisadea, DAS Cikao-Cibeet dan Cipunagara-Ciasem. (Departemen Kehutanan, 1990). Pada Gambar 10 disajikan Peta Lokasi Penelitian (Daerah Pengaliran Sungai Citarum).
3.2.
Perum Jasa Tirta II Jatiluhur Moto perusahaan ini adalah ‘Berkembang dan Berbakti’ yang diwujudkan
dengan kerja keras dan disiplin di dalam melaksanakan tugas pokok setiap jajaran organisasi. Hal ini terbukti dengan diraihnya Sertifikat Sistem Jaminan Mutu ISO-9001 tahun 1994 dengan ruang lingkup penyediaan air baku untuk DKI Jakarta, pembangkitan dan penyaluran listrik PLTA Ir.H. Djuanda. Diharapkan tahun-tahun mendatang perusahaan akan selalu dapat meningkatkan kepuasan pelanggan serta mempertahankan Perum Jasa Tirta–II (PJT II) sebagai perusahaan yang sehat dan wajar tanpa pengecualian, untuk turut serta membangun ekonomi regional dan nasional berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang profesional. 3.2.1. Latar Belakang Pembentukan Perum Jasa Tirta II Pengembangan sumberdaya air terpadu sungai-sungai di Jawa Barat bagian utara menjadi satu kesatuan hidrologis dengan Citarum sebagai sumber utama. Bentuk pengelolaan bendungan atau waduk, PLTA dan jaringan pengairan Jatiluhur sejak dibentuk tahun 1957 sampai dengan sekarang adalah :
57
Gambar 11. Peta Lokasi Penelitian (Daerah Pengaliran Sungai Citarum). 1. Proyek Serbaguna Jatiluhur (1957-1967) Pembangunan Proyek Nasional Serbaguna Jatiluhur yang meliputi Waduk atau Bendungan Utama dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) serta sarana sistem pengairan dinyatakan selesai pada tahun 1967. Proyek serbaguna Jatiluhur merupakan Tahap I dari pengembangan sumberdaya air di Wilayah Sungai Citarum dengan tujuan utama meningkatkan produksi bahan pangan nasional yaitu beras. Untuk mengenang jasa salah satu putra terbaik bangsa Indonesia, bendungan dan PLTA Jatiluhur diresmikan dengan nama Ir. H. Djuanda. 2. Perusahaan Negara (PN) Jatiluhur (1967-1970) Agar potensi yang timbul dengan selesainya proyek Jatiluhur dapat diusahakan secara maksimal maka dibentuk Badan Usaha Negara dengan nama Perusahaan Negara (PN) Jatiluhur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1967 tanggal 24 Juli 1967. 3. Perum ”Otorita Jatiluhur” (1970-1999) Sebagai Badan Usaha, pada waktu itu PN Jatiluhur dalam usahanya diorientasikan untuk mendapatkan keuntungan. Penyediaan air untuk pertanian yang bersifat sosial diusahakan secara komersil, sehingga
58 pengelolaan sumberdaya air menjadi tidak harmonis dan tujuan utama proyek menjadi tidak tercapai. Agar pemanfaatan dan pengembangan potensi-potensi yang timbul dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka pengurusannya harus
didasarkan
atas
prinsip-prinsip
ekonomi
yang
dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Dengan dasar tersebut, maka pemerintah membentuk perusahaan umum dengan nama ” Perusahaan Otorita Jatiluhur (POJ) ”. Dengan dibentuknya POJ, maka badan-badan atau proyekproyek dan dinas-dinas yang berada dibawah pengembangannya dan tugas serta kewajibannya menyangkut tujuan, tugas dan lapangan usaha POJ, dilebur kedalam POJ. Badan – badan tersebut adalah Proyek Irigasi Jatiluhur (Departemen Pekerjaan Umum), Proyek Pengairan Tersier Jatiluhur (Departemen Dalam Negeri), PN Jatiluhur, (Departemen Perindustrian), Jawatan Pekerjaan Umum Jawa Barat Wilayah Purwakarta (Provinsi Jawa Barat). 4. Perum Jasa Tirta II ( 1999 – Sekarang ) Perum Otorita Jatiluhur dibentuk berdasar PP Nomor 20 Tahun 1970, kemudian disesuaikan dengan PP Nomor 35 Tahun 1980 dan pada Tahun 1990 disesuaikan lagi dengan PP Nomor 32. Dengan terbitnya PP Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum, maka POJ diubah dan disesuiakan dengan nama Perum Jasa Tirta II ( PJT II ) berdasarkan PP Nomor 94 Tahun 1999. Sifat usaha PJT II adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum
dan
sekaligus
memperoleh
keuntungan
berdasarkan
prinsip
pengelolaan perusahaan. 3.2.2. Daerah Kerja Perusahaan Wilayah kerja PJT II mencakup 74 sungai dan anak sungainya yang menjadi kesatuan hidrologis Jawa Barat bagian utara. Daerah kerja PJT II berada di wilayah sungai Citarum dan sebagian sungai Ciliwung-Cisadane meliputi daerah seluas kurang lebih 12.000 km². Wilayah pelayanan Perum Jasa Tirta II pada dua Provinsi, yaitu Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta yang mencakup sebagian Jakarta Timur, Jakarta Utara, Kota dan Kabupaten Bekasi, Karawang,
59 Purwakarta, Subang, sebagian Indramayu, sebagian Sumedang, Bandung termasuk Kota Bandung, Cianjur dan sebagian Kabupaten Bogor. 3.2.3. Maksud, Tujuan, Visi dan Misi Perusahaan Maksud didirikannya PJT II adalah menyelenggarakan pemanfaatan umum atas air dan sumber-sumber air yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, serta melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan Pemerintah dalam pengelolaan daerah aliran sungai dan atau sumber-sumber air termasuk pemberian informasi, rekomendasi, penyuluhan dan bimbingan. Tujuan Perusahaan adalah turut membangun ekonomi nasional dengan berperan
serta
melaksanakan
program
pembangunan
nasional
didalam
pengelolaan air, sumber-sumber air dan ketenagalistrikan. Visi perusahaan adalah terwujudnya perusahaan yang terkemuka dan berkualitas dalam pengelolaan air dan sumberdaya air untuk memberikan pelayanan terbesar dalam penyediaan air untuk berbagai kebutuhan dan sumbangan terhadap ketahanan pangan nasional. Untuk mewujudkan visi perusahaan ditetapkan misi sebagai berikut : 1. Penyediaan air baku untuk minum, listrik, pertanian, industri, pelabuhan, penggelontoran dan kebutuhan lainnya. 2. Pembangkitan dan penyaluran listrik tenaga air. 3. Pengembangan kepariwisataan dan pemanfaatan lahan. 4. Mempertahankan ketahanan pangan melalui penyediaan air pertanian dan pengendalian
bahaya
banjir
dengan
upaya
pelestarian
perlindungan
lingkungan melalui pemberian informasi, rekomendasi dan penyuluhan. 5. Memaksimalkan laba dan meningkatkan keuntungan berdasarkan prinsip bisnis untuk terjaminnya kelestarian aset negara dan kesinambungan pelayanan kepada masyarakat. 3.2.4. Tugas Pokok dan Lapangan Usaha. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor. 94 Tahun 1999 tanggal 13 Oktober 1999 dan Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 18/KPTS/M/2000 tanggal 15 Desember 2000, tentang Pedoman Kegiatan
60 Operasional Perum Jasa Tirta II, tugas, lapangan usaha dan kegiatan perusahaan meliputi : 1. Tugas Pokok ; a. Eksploitasi dan pemeliharaan prasarana pengairan dan ketenagalistrikan ; b. Pengusahaan air, sumber-sumber air dan ketenagalistrikan ; c. Pengelolaan
DAS
antara
lain
perlindungan,
pengembangan
dan
penggunaan air serta sumber air ; d. Rehabilitasi prasarana ketenagalistrikan. 2. Unit Usaha dan Pelayanan Umum Pelaksanaan tugas-tugas pokok dan lapangan usaha PJT II diselenggarakan oleh unit-unit usaha dalam rangka memobilisasi usaha dari potensi yang ada di perusahaan meliputi pengelolaan prasarana dan sarana pengairan, ketenagalistrikan dan pelayanan umum, sebagai tugas pemerintah yang bersifat sosial, yang dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Unit-unit usaha a. Unit usaha perlistrikan Daya terpasang PLTA Ir.H Djuanda di Jatiluhur antara tahun 1994-1998 telah ditingkatkan (up rating) dari 150 MW menjadi 187 MW. Produksi listrik ratarata dalam setahun 900 juta kWh, sebagian untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan pengembangan usaha, sedangkan sisanya dijual ke PT. PLN (Persero), melalui tegangan 150 KV dan 70 KV. PJT II tidak menyalurkan langsung kepada konsumen. Selain itu pada sistem pengairan terdapat banyak bangunan terjun dengan potensi Microhydro antara 50 kVA - 5000 kVA. b. Unit usaha air baku. Menyediakan dan menyalurkan air baku dari sumber-sumber air, bagi PDAM Kabupaten dan PAM Jaya mencapai 473 juta m³ (2001). Disamping itu menyediakan pula air baku kawasan industri dan zona-zona industri di daerah kerja perusahaan, mencapai 195 juta m³ (2001). c. Unit usaha Kepariwisataan. Jatiluhur merupakan salah satu tujuan wisata di Jawa Barat dengan obyek danau buatan yang sangat luas (8.300 ha), dengan pemandangan alam yang
61 sangat indah dipadukan dengan karya teknis hidrolis berupa bendungan yang sangat besar serta PLTA. Usaha Kepariwisataan dilaksanakan dengan memanfaatkan fasilitas purna proyek serba guna Jatiluhur yang berada di sekitar waduk Jatiluhur untuk penginapan, pertemuan, olahraga dan rekreasi air. Tahun 2002 dilengkapi dengan gedung serba guna yang dapat menampung lebih dari 300 orang peserta, disamping bisa digunakan perhelatan seperti pesta perkawinan dan lain - lain. Di bidang wisata air telah diperbaharui sebuah kapal motor. d. Usaha lain-lainnya adalah sebagai berikut : (1) Pemanfaaatan lahan. Dalam
upaya
pengamanan
dari
pemanfaatan
tanpa
ijin
dan
mengoptimalisasikan pemanfaatan lahan negara, PJT II menyediakan jasa pemanfaatan lahan dengan cara sewa dalam waktu tertentu atau kerjasama usaha. (2) Pelayanan rekayasa teknik dan jasa laboratorium. Bagi pemanfaat potensi di lingkungan perusahaan, PJT II menyediakan pelayanan rekayasa tehnik antara lain penyelidikan tanah, pengukuran, dan perencanaan teknis untuk bangunan pengairan. Di samping itu, PJT II menyediakan jasa pelayanan laboratorium untuk penelitian kualitas air yang merupakan salah satu laboratorium rujukan di Jawa Barat. (3) Jasa alat-alat berat. PJT II memiliki berbagai jenis alat berat untuk pemeliharaan jaringan pengairan, dapat disewakan kepada pihak lain untuk kegiatan di lingkungan daerah kerja PJT II. 2. Pelayanan Umum Pengelolaan Irigasi Dalam rangka penyediaan bahan pangan nasional terutama beras, perusahaan senantiasa mengupayakan penyediaan air rata-rata sejumlah 5,75 miliar m³ setiap tahun. PJT II mengelola dan menyediakan air irigasi untuk sawah seluas 296.000 ha di Pantura, meliputi 242.000 ha sawah mendapatkan air dari Waduk Jatiluhur (irigasi Jatiluhur) dan 54.000 ha sawah dari sumber setempat (irigasi selatan Jatiluhur).
62 Dari lahan sawah tersebut dihasilkan 2,9 juta ton gabah kering pungut, setara dengan 40% produksi Jawa Barat atau 8% produksi nasional. Jika harga dasar gabah Rp. 1.200,- per kg, maka lahan sawah irigasi yang dikelola PJT II menghasilakan pendapatan sebesar Rp. 3,522 triliun. Menurut pakar pertanian, penyediaan air untuk produksi padi adalah 20% dengan demikian kontribusi PJT II dalam penyediaan air bernilai lebih kurang Rp. 710 miliyar/tahun. Dalam pengelolaan DAS, PJT II mempunyai kewenangan pengelolaan dalam batas-batas aliran sungai (in-stream), serta melaksanakan kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan sarana serta prasarana pengairan. Selain itu juga turut serta dalam upaya pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan air dan sumber-sumber air dengan memberikan informasi, rekomendasi, penyuluhan atau bimbingan kepada pemanfaat air dan sumber-sumber air. 3. Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 1232/KMK.013/1989, jo. Nomor : 316/KMK.016/1994 serta petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi (PPEL&K) di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum tahun 1992 Nomor : UM.04.04 MN/500, Perum Jasa Tirta II telah melaksanakan Program Pembinaan Pengusaha Kecil dan Koperasi sejak tahun 1991. Dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada Koperasi dan Usaha Kecil serta Program Sarjana Pelaksana Konsultasi Manajemen Koperasi (PK MK), PJT II telah memberikan bantuan dana kepada KUD Desa tertinggal sebanyak 598 mitra binaan dengan jumlah dana yang disalurkan sebesar Rp. 2,4 milyar. Pada tahun 1996 PUKK PJT II (pada saat itu POJ) mendapat penghargaan UPAKARTI dari Pemerintah. 3.2.5. Arah Pengembangan Perusahaan Arah Pengembangan Perusahaan difokuskan pada : 1. Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan prasarana produksi yang ada.
63 2. Program peningkatan produksi air baku dan pariwisata diharapkan dapat dilaksanakan dengan bermitra sektor swasta. 3. Peningkatan kemampuan dana perusahaan dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah, khususnya mendukung pemenuhan pangan nasional melalui pengembangan pendapatan dari tarif pemanfaatan sumberdaya air. 4. Melaksanakan pengkajian tentang Pembentukan Badan Pengelolaan Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane dan Way Seputih. Selain itu, program kegiatan bidang pengembangan perusahaan meliputi pengembangan unit usaha, menambah kemampuan perusahaan, penugasan pemerintah, pemanfaatan lahan, pengembangan sumberdaya air dan pengendalian banjir. a. Pengembangan Unit Usaha 1). Tarif Energi Air PJT II akan menjajagi kemungkinan pengenaan tarif kepada PLTA Saguling dan PLTA Cirata. Perhitungan tarif, sementara ini adalah Rp. 5,-/kWh 2). Operasi Minihydro di Curug Minihydro di Curug selesai tahun 2002 dengan kapasitas pembangkitan 6,3 MW. Sebagian dari produksi listrik yaitu sebesar 3,0 MW dapat dipasarkan ke PLN dan sebagian lagi yaitu sebesar 3,3 MW untuk dipakai sendiri. 3). Peningkatan air baku untuk Bandung Raya dari 340 liter/detik menjadi 1.500 liter/detik dengan membangun saluran terowongan antara SWS (Interbasin Cibutarua) dioperasikan mulai tahun 2001, bekerjasama dengan investor swasta. 4). Peningkatan pariwisata diupayakan melalui kerjasama dengan swasta untuk investasi pembangunan fasilitas bermain anak-anak, pembangunan agro wisata, conference room dan rehabilitasi kolam renang. 5). Perubahan Kepmen PU No. 375/1993 jo No. 361/1996 tentang pemanfaatan lahan dan situ diperlukan untuk investasi jangka panjang. 6). Penambahan modal perusahaan untuk memberdayakan lahan-lahan potensial.
64 7). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13/1998 dimungkinkan mendirikan anak perusahaan. Calon anak perusahaan direncanakan adalah kegiatan pariwisata dan jasa konsultansi. b. Peningkatan Kemampuan Perusahaan Peraturan Menteri No. 52/PRT/1991 menetapkan bahwa biaya operasi pemeliharaan (OP) jaringan irigasi bersumber dari pemerintah. Mengingat selama ini biaya OP jaringan irigasi bersumber dari subsidi silang PJT II, maka diharapkan dengan tersedianya dana dari pemerintah tersebut dapat meningkatkan kemampuan perusahaan.
Selain itu, dilaksanakan program berupa konstruksi
fisik, pelatihan, desain dan studi terdiri dari : a. Metropolitan Bandung Urban Development Program.
Proyek prioritas I
(pada periode RJP) berkaitan dengan pengembangan sumber daya air yaitu Cibutarua Interbasin Canal, untuk menaikan kehandalan pasok air sungai Cisangkuy untuk PDAM Kabupaten Bandung dan peningkatan pasok air sungai Citarik di Kecamatan Tanjung Sari. b. Rehabilitasi Pompa Tarum Timur. Rehabilitasi 6 unit pompa telah beroperasi sejak tahun 1968 dengan sumber dana bantuan Pemerintah Perancis. Penandatanganan kontrak pelaksanaan pada bulan Agustus 1995 dan diselesaikan 2001. c. Pembangunan Minihydro Power Plant Bendung Curug. Pekerjaan desain, manufacturing dan pemasangan mini hydro 2x3 MW yang dibiayai oleh dana bilateral dari pemerintah Perancis, yang semula dijadwalkan selesai pertengahan tahun 1998, baru selesai akhir tahun 2002. d. Pengendalian Banjir Sungai Citarum. Pelaksanaan Proyek Pengendalian Banjir mendesak di Citarum Hulu dana bantuan dari OECF dan ADB. e. Rehabilitasi Situ Lembang. Dalam rangka mengantisipasi peningkatan permintaan pasok air baku di daerah Cimahi, maka diperlukan peningkatan daya tampung Situ Lembang sehingga mampu menambah pasokan air baku sebesar 200 liter/detik (2003). f. Rehabilitasi situ-situ yang masih berfungsi sebagai penyediaan air irigasi dan pengendalian banjir.
65 g. Jatiluhur Water Resources Management Project Preparation Study. Menyangkut penyiapan desain teknik peningkatan Saluran Induk Tarum Barat, Tarum Timur, termasuk pembangunan sypon kali Bekasi, Bendungan Cikarang dan Cibeet untuk meningkatkan kualitas air baku ke PT.Thames PAM Jaya dan peningkatan kapasitas pemompaan ke Saluran Tarum Barat.
3.3. Unit Bisnis Pembangkitan Saguling PT. Indonesia Power adalah salah satu anak perusahaan listrik milik PT. PLN (Persero) yang didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali (PT.PLN PJB I dan II) dan pada tanggal 3 Oktober 2000 PT.PLN PJB I resmi berganti nama menjadi PT. Indonesia Power. PT. Indonesia Power meiliki unit bisnis pembangkitan dan pemeliharaan. Unit-unit bisnis pembangkit tersebut adalah : Unit Bisnis Pembangkit Suralaya, Tanjung Priok, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak, Grati dan Bali serta unit jasa pemeliharaan. Kiprah PT. Indonesia Power dalam pengembangan usaha penunjang di bidang pembangkit tenaga listrik juga dilakukan dengan membentuk anak perusahaan PT. Cogindo Daya Perkasa (saham 99,9%) yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan dan manajemen sinergi dengan penerapan konsep Cogeneration dan Distributed Generation, juga PT. Indonesia Power mempunyai saham 60% di PT. Arta Daya Coalindo yang bergerak di bidang usaha perdagangan batu bara. Aktivitas kedua anak perusahaan ini diharapkan dapat lebih menunjang peningkatan pendapatan perusahaan di masa mendatang. UBP Saguling merupakan salah satu Unit Pelaksana Pengusahaan yang berada di bawah PT. Indonesia Power dan sebelumnya bernama PLN Sektor Saguling terbentuk sesuai dengan surat PLN Pusat No. 064/DIR/1984 tanggal 10 Mei 1984 yang mengelola PLTA Saguling. Dengan adanya perubahan Struktur Organisasi dalam rangka menuju kearah spesialisasi, maka keluar surat keputusan Pemimpin PLN Pembangkit dan Penyaluran Jawa bagian Barat NO. 006.K/023/KJB/1991 tanggal 28 Pebruari 1991 dan SK Direksi PT. PLN PJB I
66 No. 001.K/030/DIR/1995 tanggal 16 Oktober 1995, yaitu yang semula mengelola 1 unit ditambah 7 unit hingga 8 unit PLTA, seperti yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Delapan PLTA yang termasuk dalam UBP Saguling. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
PLTA Saguling Kracak Ubrug Pleangan Lamajan Cikalong Bengkok & Dago Pasir Kondang
Tahun Operasi 1985,1986 1827,1958 1924, 1950 1922,1982,1996 1925,1934 1961 1923 1955
Daya Terpasang 4 x 175,17 3 x 6,30 2 x 5.94, 1 x 6,48 3 x 1.08, 1 x 2.02, 1 x 1,61 3 x 6,52 3 x 1,05 3 x 1.05, 1 x 0.70 2 x 2.49, 2 x 2,46
Total MW 700,72 18,90 18,36 6,87 19,56 19,20 3,85 9,90
Sumber : Profil UBP Saguling, 2006.
Sedangkan misi dari Unit Bisnis Pembangkit Saguling ialah ”Mengelola Bisnis Pembangkit Hidro dan Memberdayakan Sumberdaya Melalui Kemitraan, Guna Menjamin Kontinuitas Dan Pertumbuhan Perusahaan Dalam Jangka Panjang”, dan mottonya adalah ”Mari.......Kita Bersinergi”. 3.3.1. Struktur Organisasi dan Manajemen UBP Saguling. Struktur organisasi dan manajemen UBP Saguling disajikan pada Gambar 12. GENERAL MANAJER - ENJINER PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN - ENJINER LINGKUNGAN, ASURANSI DAN KS
MANAJER HUMAS
MNGR SISTEM &SDM
PLTA SAGULING 700.72 MW
MNGR KEU
MNGR PEMELIHARAAN
PLTA UBRUG 18.36 MW
PLTA SAGULING 700.72 MW
PLTA LAMAJAN 19.56 MW
PLTA UBRUG 18.36 MW
MNGR SUB UNIT BISNIS ANEKA USAHA
MNGR OPR & NIAGA
PLTA BENGKOK 3.85
PLTA LAMAJAN 19.56 MW
Gambar 12. Struktur organisasi dan manajemen UBP Saguling. (Sumber : Profil UBP Saguling, 2006).
PLTA BENGKOK 3.85 MW
67 Dengan komitmen dan kebijakan yang dicanangkan tahun 1999 (Strategi Rencana Jangka Panjang Tahun 2001–2005) dan ditindaklanjuti didalam Rencana Kerja dan Anggaran serta Kontrak Manajemen Tahun berjalan didapat hasil dengan diraihnya sertifikat : a. Sertifikat Zero Accident (Nihil kecelakaan periode 1996-2004). b. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bendera Emas Tahun 2001 dan 2004. c. Sertifikat System Manajemen Mutu ISO 9001 Versi 2000 Tahun 2004. d. Sertifikat System Manajemen Lingkungan ISO 14001 Tahun 2001. e. Penghargaan Forum Efficiency Drive Program Terbaik I Tahun 2001. f. Penghargaan Terbaik I Kategori “Bersahabat Dengan Lingkungan” Tahun 2001. Memberdayakan sumberdaya seperti tanah, bangunan, fasilitas bengkel dan SDM untuk memperoleh pendapatan lain di luar bisnis utama dengan mengembangkan usaha-usaha komersil antara lain : a. Pengelolaan pemberdayaan dengan dikelola sendiri, bekerjasama dengan pihak kedua dengan cara bagi hasil maupun kemitraan. b. Penelitian kualitas air waduk, danau, dan kawasan terbuka hijau untuk melihat tingkat pencemaran, kerjasama dengan PPSDAL – LP UNPAD dan ITB dilaksanakan per triwulan. c. Pemantauan dan pengukuran sedimentasi di waduk dilaksanakan per semester serta penghijauan disekitar waduk. d. Pasang rambu pengaman dan patok batas dipinggir waduk. Peduli lingkungan melalui program community development pemanfaatan aset lahan surutan di pinggir waduk oleh masyarakat sekitarnya diantaranya ialah: a. Pengobatan medis dan alternatif secara gratis dan donor darah. b. Mengadakan khitanan massal. c. Bea siswa dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi dan pertandingan olah raga serta perbaikan sarana umum (MCK, jalan, fasilitas ibadah, dan lain - lain).
68 3.3.2. PLTA Saguling PLTA Saguling terletak sekitar 30 km sebelah barat Kota Bandung dan 100 km sebelah tenggara DKI Jakarta dengan kapasitas terpasang 4 x 175,18 MW dan produksi listrik rata-rata per tahun = 2,158 GWh (CF = 35,12%). Fungsi PLTA Saguling dalam kelistrikan se-Jawa dan Bali, selain untuk memikul beban puncak juga berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem. Hal ini dimungkinkan dengan diterapkannya peralatan LFC (Load Frequency Control) di PLTA Saguling. Sampai saat ini telah beroperasi 3 PLTA Sistem Kaskade di aliran sungai Citarum dan salah satunya adalah PLTA Saguling yang lokasinya berada paling hulu. Sedangkan bagian hilirnya berturut-turut adalah PLTA Cirata dan PLTA Jatiluhur. Energi listrik yang dihasilkan PLTA Saguling disalurkan melalui GITET (gardu induk tegangan ekstra tinggi) Saguling dan diinterkoneksikan ke sistem se-Jawa dan Bali melalui saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET 500 KV) untuk selanjutnya melalui GITET dan Gardu Distribusi disalurkan ke konsumen. Untuk
menjaga
keandalan
unit
pembangkit,
maka
dilaksanakan
pemeliharaan, baik yang bersifat rutin, predictive maintenance maupun periodik. Begitu pula untuk mengetahui lebih dini jika terjadi kelainan-kelainan pada kondisi bangunan air, secara rutin dilaksanakan pemantauan instrumentasi (monitoring) yang meliputi pemantauan survai, geoteknik, instrumentasi DAM dan sedimentasi. Morfimetri waduk, spesifikasi umum tentang bendungan, generator dan turbin yang digunakan pada PLTA Saguling disajikan pada Tabel 6. Dalam rangka pelestarian lingkungan, dilakukan pemantauan kualitas air waduk, penghijauan daerah aliran sungai dan pembersihan sampah dan gulma air secara rutin. Sedangkan untuk pemantauan curah hujan di DAS Citarum (DTA Saguling) dan debit air masuk waduk serta air keluar pembangkit dipantau dengan sistem telemetering.
69 Tabel 6. Morfimetri waduk, spesifikasi umum tentang bendungan, generator dan turbin yang digunakan pada PLTA Saguling. Uraian Waduk Duga Muka Air Maksimum Duga Muka Air Minimum Luas Waduk (+ 643 m) Isi seluruhnya Isi Efktif Bendungan Type Tinggi Elevasi Puncak Bendungan Panjang Puncak Isi Tubuh Bendungan Generator Merk Type Kapasitas Tegangan Arus Frekuensi Putaran Turbin Merk Type Kapasitas Putaran Debit pada Head Normal Head (Maks, Normal, Min)
Dimensi / Merek : : : : :
+ 643,00 m + 623,00 m 48.695 ha 875 juta m³ 611,5 juta m³
: : : : :
Urugan batu dengan inti kedap air 99,00 m 650,20 m 301,40 m 2,79 juta m³
: : : : : : :
Mitsubishi Setengah Payung, 3 Phase, Synchronous 4 x 206,1 MVA 16,5 kV 7.212 Amp. 50 Hz 333 Rpm
: : : : : :
Toshiba Francis Vertical 4 x 178,8 MW 333 Rpm 4 x 54,8 m³/det. 363,6 m (maks), 355,7 m (normal), 343,4 m (min)
Sumber : Profil UBP Saguling, 2006.
3.4. Unit Pembangkitan Cirata 3.4.1. Latar Belakang Daerah pengaliran sungai (DPS) Citarum merupakan daerah yang subur, bergunung-gunung dan dianugerahi curah hujan yang tinggi. Sungai Citarum tidak pernah kering sepanjang tahun dan airnya digunakan penduduk untuk berbagai keperluan seperti rumahtangga, pengairan, pembangkit tenaga listrik dan lain lain. Dalam memenuhi kebutuhan listrik yang meningkat, pemerintah menentukan kebijaksanaan penghematan penggunaan bahan bakar minyak. Pemanfaatan potensi tenaga air sebagai energi listrik makin bertambah penting mengingat keterbatasan sumber energi primer disamping usaha konservasi air. Pembangunan proyek PLTA Cirata merupakan salah satu pemanfaatan potensi tenaga air di
70 Sungai Citarum yang letaknya di wilayah Kabupaten Bandung, kurang lebih 60 km barat laut Kota Bandung atau 100 km dari Jakarta melalui jalan Purwakarta. PLN Proyek Induk Pembangkit Hidro Jawa Barat (PIKITDRO JABAR) adalah unit PLN yang diserahi untuk menangani pembangunan pusat-pusat listrik tenaga air di wilayah Jawa Barat. Salah satu diantaranya adalah proyek PLTA Cirata yang dapat membangkitkan energi listrik rata-rata sebesar 1,428 juta kilowatt jam per tahun. Untuk itu perlu dibangun sebuah bendungan tipe urugan batu dengan permukaan berlapis beton sebagai bahan kedap air setinggi 125 meter, dengan ketinggian air maksimum 223 m diatas permukaan laut. PLTA Cirata dibangun sejak bulan Januari 1984. Pada akhir bulan September 1988 telah dapat beroperasi dengan kapasitas penuh melalui kedelapan turbin dan generatornya, sehingga Cirata dapat memiliki 8 unit pembangkit listrik dengan total daya terpasang 1.008 MW. Tenaga listrik yang dihasilkan PLTA Cirata melalui generator dengan tegangan 16,5 kV dinaikkan menjadi 500 kV melalui trafo utama, kemudian melalui Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV (GITET) Cirata, energi tersebut disalurkan ke sistem interkoneksi 500 KV JawaMadura-Bali (Jamali), Jaringan 500 kV tersebut dikendalikan oleh pusat pengaturan dan penyaluran beban (P3B) Gandul Jakarta. UP Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara, dengan bangunan Power House 4 lantai dibawah tanah yang pengoperasiannya dikendalikan dari ruang kontrol Switchyard berjarak ± 2 km dari mesin-mesin pembangkit yang terletak di Power House. PLTA Cirata, sejak pertama dioperasikan pada tahun 1988 dikelola oleh PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat (PLN JB) Sektor Cirata. Pada tanggal 3 Oktober 1995 terjadi restrukturisasi di PLN (Persero) yang mengakibatkan pembentukan 2 anak perusahaan, yaitu PT PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali I dan II (PT.PJB I dan PT.PJB II), sehingga Sektor Cirata masuk wilayah kerja PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali II. Kemudian pada tahun 1997, sektor Cirata berubah nama menjadi PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali II Unit Pembangkitan Cirata (UP. Cirata). Dengan perkembangan organisasi sejak tanggal 3 Oktober 2000, PT.PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali II berubah menjadi PT.
71 Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali, unit pembangkitan Cirata (PT. PJB UP Cirata). 3.4.2. Tahap Pelaksanaan Tahap-tahap pelaksanaan pembangunan Proyek PLTA Cirata meliputi : 1. Survai pendahuluan, dimulai tahun 1975. 2. Studi kelayakan dilaksanakan tahun 1980-1981. 3. Studi analisis dampak lingkungan dimulai tahun 1981. 4. Perencanaan terinci dilaksanakan Pebruari 1981 – Oktober 1982. 5. Tahap pembangunan, dengan tahapan sebagai berikut : a. Pekerjaan prasarana yang dimulai pada bulan April 1983, meliputi pembangunan jalan hantar, Base Camp, perbaikan dan peningkatan fasilitas jalan, pemasangan jaringan listrik untuk konstruksi dan sebagainya. Disamping itu, terdapat pekerjaan-pekerjaan relokasi jalan, jembatan dan fasilitas umum seperti terminal air, bangunan sekolah, balai desa, sarana mandi, cuci dan kakus (MCK). b. Pekerjaan utama meliputi : -LOT I
: Pembuatan bendungan, bangunan pelimpah dan terowongan penggerak dilaksanakan oleh kontraktor Taisei Co bekerjasama dengan PT. Pembangunan Perumahan dan Mitsubishi Co (Jepang).
-LOT II
: Pembuatan bangunan pengambilan air, terowongan tekan, tangki pendatar air, rumah pembangkit, saluran pembuang, dilaksanakan oleh kontraktor Taisei Co (Jepang) bekerjasama dengan PT. Pembangunan Perumahan dan Mitsubishi Co (Jepang).
-LOT III
: Pekerjaan pipa pesat (penstock), dilaksanakan oleh kontraktor Nissho Iwai (Jepang) bekerjasama dengan PT.Boma Bisma Indra.
-LOT IV
: Gate, Screen dan Valve (pintu, saringan dan katup) dilaksanakan oleh kontraktor Nissho Iwai (Jepang) bekerjasama dengan PT.Boma Bisma Indra.
-LOT V
: Turbin dilaksanakan oleh Kontraktor Voest Alpine (Austria) bekerjasama dengan PT. Wasamitra.
72
-LOT VI
: Generator dilaksanakan oleh kontraktor Elin Union (Austria) bekerjasama dengan PT. Brantas Abipraya.
-LOT VII
: Trafo utama dan serandang hubung (switchyard), dilaksanakan oleh Kontraktor Cogelex (Perancis) bekerjasama dengan PT. Cita Contrac.
-LOT VIII
: Jaringan transmisi dilaksanakan oleh kontraktor Brown Boveri (Jerman Barat) bekerjasama dengan PT. Mega Eltra.
-LOT IX
: Special equipment, terdiri dari beberapa paket pengadaan alat-alat berat, dan peralatan telekomunikasi dilaksanakan oleh PT. United Tractors, PT. Triguna Utama, Sumitomo Co., PT. Natela, CV.3R Electronics.
Konsultan : NEW JEC (New Japan Engineering Consultant) bekerjasama dengan PT. Indra Karya. Dengan adanya System Joint Operation (kerjasama antara kontraktor asing dengan kontraktor nasional) diharapkan akan didapat keuntungan-keuntungan bagi kontraktor nasional antara lain alih teknologi bagi kontraktor nasional, memacu pertumbuhan kontraktor nasional, dan devisa negara untuk pekerjaan utama tidak seluruhnya diserap oleh perusahaan asing. c. Pekerjaan telemetering hidrologi dan sistem peringatan banjir dilaksanakan oleh Puslitbang KIM-LIPI. 3.4.3. Kegiatan Usaha Produksi dan sistem pengoperasian kegiatan usaha inti adalah pembangkit tenaga listrik dengan total daya terpasang 1.008 MW, terdiri atas Cirata I (4 unit masing-masing operation daya terpasang 126 MW) yang mulai dioperasikan tahun 1988 dengan total daya terpasang 504 MW. Cirata I dan II mampu memproduksi energi listrik rata-rata 1,428 GWh per tahun dan disalurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV ke sistem interkoneksi JawaMadur-Bali (Jamali). Kapasitas per unit PLTA disajikan pada Tabel 7.
73 Tabel 7. Kapasitas per unit PLTA. Jenis Pembangkit PLTA Unit 1 PLTA Unit 2 PLTA Unit 3 PLTA Unit 4 PLTA Unit 5 PLTA Unit 6 PLTA Unit 7 PLTA Unit 8
Mulai Beroperasi 25 Mei 1988 29 Februari 1988 10 Agustus 1988 15 Agustus 1988 15 Agustus 1997 15 Agustus 1997 15 April 1998 15 April 1998 Total
Kapasitas 126 MW 126 MW 126 MW 126 MW 126 MW 126 MW 126 MW 126 MW 1.008 MW
Sumber : Profil PJB Unit Cirata, 2006.
Untuk menghasilkan energi listrik sebesar 1,428 GWh, dioperasikan 8 buah turbin dengan kapasitas masing-masing 129.000 kW dengan putaran 187,5 rpm. Adapun tinggi air jatuh efektif untuk memutar turbin 112,5 meter dengan debit air maksimum 135 m³/dt. Mengoperasikan unit pembangkit Cirata dapat dilakukan dengan 3 mode sistem pengoperasian : 1. Mode operasi local manual, yaitu sistem pengoperasian yang dilakukan oleh operator secara manual dari panel unit control Power House. 2. Mode operasi local auto, yaitu sistem pengoperasian yang dilakukan oleh operator secara automatic dari panel unit control di ruang Power House. 3. Mode operasi remote, yaitu sistem pengoperasian yang menggunakan teknologi tinggi berbasis komputer dimana unit dioperasikan dari kontrol desk di ruang kontrol Switchyard yang berjarak ± 2 km dari lokasi pembangkit listrik. Dalam mengoperasikan seluruh unit pembangkit listrik PLTA Cirata mengutamakan menggunakan mode operasi remote untuk mengoperasikan dan mengontrol semua sistem, karena lebih efisien dan efektif. Namun demikian operator di lokasi rumah pembangkit selalu siap dengan mode operasi local auto maupun mode operasi local manual. Kinerja operasional Unit Pembangkitan Cirata beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa hasil availability factor dan forced outrage rate diatas standar kelas dunia dari NERC EAF = 89,59 EFOR = 4,46 dan SOFF = 7,22. Pembangunan PLTA Cirata selain dibiayai langsung oleh
74 Pemerintah Indonesia melalui dana APBN dan non-APBN serta dana PLN juga mendapat bantuan pinjaman dari luar negeri, yaitu : a. IBRD (International Bank for Reconstruction and Development). b. CDC (Commonth Wealth Development Cooperation). c. SC (Suppliers Credits). d. Pemerintah Austria. Total biaya pembangunan PLTA Cirata meliputi Penyediaan dan Biaya Pembangunan Cirata I sebesar :IBRD (USD 241.300.000), CDC (USD 18.800.000), SC (USD 69.000.000), dan dari APBN + Non-APBN (USD 235.900.000), sedangkan Cirata II sebesar Rp.132.272.182.016,00,-, Swiss Franc (SFR)
99.7291,00,-
,
Belanda
(NTD)
207.933.845,00,-,
Jepang
(Yen)
2.791.593.431,00,-. 3.4.4. Organisasi Organisasi UP Cirata, sejak 21 Oktober 1999 mengalami perubahan mengikuti perkembangan organisasi di PLN PJB yang fleksibel dan dinamis sehingga mampu menghadapi dan menyesuaikan situasi bisnis yang selalu berubah. Perubahan yang mendasar dari unit pembangkit adalah dipisahkannya fungsi operasi dan fungsi pemeliharaan, sehingga unit pembangkit menjadi organisasi yang clear and clean dan hanya mengoperasikan pembangkit untuk menghasilkan GWh seperti yang disajikan pada Gambar 12. a. Sumberdaya Manusia Manusia adalah aset terpenting dalam perusahaan, sehingga UP Cirata memberikan kesempatan kepada seluruh pegawainya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang berbasis kompetensi agar menjadi SDM yang profesional. Kondisi tersebut menciptakan lingkungan kerja yang menggairahkan dan memotivasi mereka untuk selalu bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Sikap profesionalisme para pegawai tetap dipertahankan dan ini terlihat dari hasil kinerja perusahaan yang semakin membaik.
75
MANAJER ENJINIRING
AUDITOR
Audit Manajemen Audit Keuangan
Root Cause Analysis O & M Task Review (Evahiare & Empowering)
LK3
OPERASI
Perencanaan & Pengendalian Operasi Produksi A,B,C,D Analis DBME Analis Kinerja Unit
PEMELIHARAAN
Perencanaan & Pengendalian Pemeliharaan Pemeliharaan mesin Pemeliharaan listrik Pemeliharaan instrumen & kontrol Pemeliharaan sipil, monitoring DAM dan Power house Inventory Control dan Catalogger
Kesehatan dan keselamatan kerja Sistem manajemen mutu dan Manajemen resiko Lingkungan
MANAJER
Akuntansi Anggaran & Keuangan Sistem Informasi Terpadu SDM & ADMINISTRASI SDM & Adm. Kepegawaian Pelatihan & pengembangan SDM Sekretariat, Humas & Keamanan Pengadaan kontrak bisnis dan Administrasi gudang Sarana
Gambar 13. Struktur organisasi unit pembangkitan Cirata. (Sumber : Profil PJB Unit Cirata, 2006).
b. Manajemen Sumberdaya Energi Air merupakan sumber energi utama yang digunakan untuk memutar turbin pembangkit tenaga listrik sebanyak 8 unit. Oleh karena itu dibangun waduk Cirata seluas 62 Km² dengan elevasi muka air banjir 223 m, elevasi muka air normal 220 m dan elevasi muka air rendah 205 m, sehingga volume air waduk 2,165 juta m³ dan isi efektif waduk 796 juta m³. Air waduk ini dikelola baik jumlah maupun mutunya agar tidak mengganggu atau merusak mesin-mesin pembangkit.
76 c. Manajemen Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ramah lingkungan merupakan trend dunia usaha yang berkembang dewasa ini, sehingga setiap industri dituntut untuk mengelola lingkungan dengan baik berstandar internasional, aman serta berdampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap komponen : a. Fisika dan kimia meliputi iklim dan kualitas udara serta fisiografi dan geologi. b. Kualitas air dengan parameter sesuai dengan peruntukannya. c. Sedimentasi, berupaya penelitian tingkat erosi tahunan. d. Sosial ekonomi dan budaya yang meliputi pariwisata, pertanian pasang surut, perikanan dan penghijauan di sekitar waduk. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan prioritas utama dalam menunjang keberhasilan setiap unit kerja. Oleh karena,dilaksanakan penyuluhan dan mensosialisasikan program zero accident serta membudayakan etos kerja yang aman. d. Aspek Lingkungan Pembangunan Proyek PLTA Cirata membutuhkan tanah seluas kurang lebih 7.026 ha, untuk daerah konstruksi dan genangan air, sehingga menimbulkan masalah kependudukan yang cukup besar. Kecuali itu genangan air akan menimbulkan pula perubahan lingkungan fisik dan biofisik lainnya. Sehubungan dengan itu telah dilakukan studi analisis dampak lingkungan sejak awal perencanaan proyek, sehingga dapat diperkirakan dan dipantau perubahan lingkungan yang akan terjadi, serta diusahakan untuk menghilangkan atau mengurangi dampak negatif dan memacu dampak positif pembangunan PLTA Cirata. Dalam penanganan masalah lingkungan tersebut, telah dijalin kerjasama dengan berbagai instansi dan lembaga penelitian antara lain : a. Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan UNPAD untuk studi analisis dampak lingkungan. b. Pemerintah Daetah Tingkat I Provinsi Jawa Barat dan Tingkat II Kabupaten Bandung, Cianjur dan Purwakarta dalam menyelesaikan masalah pemindahan penduduk dan pembebasan tanah.
77 c. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan untuk meneliti hidrologi dan sedimentasi. d. Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan UNPAD bekerjasama dengan ICLARM (Internasional Center for Living Aquatic Resources Management) Manila, untuk membantu Studi Pengembangan Akuakultur dan Perikanan dalam rangka pemukiman kembali penduduk yang terkena proyek PLTA Saguling dan Cirata. e. Dinas Perikanan dan Provinsi Jawa Barat dengan Unit Pelaksana Teknis untuk penanganan penyaluran penduduk dalam bidang perikanan. f. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta dalam penelitian peninggalan sejarah dan penyelamatannya. g. Kantor Wilayah VI Departemen Parpostel Jawa Barat untuk pendidikan dan latihan pariwisata dalam penelitian pengembangan pariwaisata. h. Banyak penelitian lain yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah maupun swasta yang langsung maupun tidak langsung bermanfaat bagi PLTA Cirata. 3.4.5. Dampak Pembangunan PLTA Cirata 1. Dampak Positif a. Menghasilkan listrik dengan daya terpasang 1008 MW dan energi per tahun sebesar 1,428 juta kWh, sehingga menambah daya dan keandalan pada sistem kelistrikan. b. Menghemat bahan bakar minyak. c. Meningkatkan keandalan penyediaan air waduk Jatiluhur untuk air minum dan irigasi. d. Memacu perkembangan industri dan perekonomian. e. Mengembangkan usaha perikanan dan pariwisata. f. Menyediakan lapangan kerja baru. 2. Dampak Negatif a. Tergenangnya lahan Luas tanah yang diperlukan untuk daerah genangan kurang lebih 6.334 ha yang meliputi Kabupaten Bandung (38%), Kabupaten Cianjur (41%), dan Kabupaten Purwakarta (21%). Selain itu masih diperlukan kurang lebih
78 692 ha tanah yang terletak diluar daerah genangan untuk pembangunan konstruksi. Perincian tata guna lahan daerah tergenang : (1) Tanah desa (perumahan)
219 ha
(2) Sawah
1.656 ha
(3) Ladang dan Perkebunan
3.584 ha
(4) Kehutanan
689 ha
(5) Tanah Negara (jalan, sungai, dan lain-lain)
186 ha
Jumlah
6.334 ha
b. Pemindahan Penduduk Jumlah penduduk yang harus dipindahkan dari daerah genangan tercatat 6.335 kepala keluarga (KK), yang tersebar di tiga Kabupaten yaitu : (1). Kabupaten Bandung
1.652 KK
(2). Kabupaten Cianjur
3.818 KK
(3). Kabupaten Purwakarta
865 KK
Selain itu terdapat pula 3.766 KK penduduk yang terpengaruh proyek yaitu mereka yang bertempat tinggal di atas daerah genangan yang mempunyai tanah atau mempunyai pekerjaan di daerah genangan, yang tersebar di tiga daerah tersebut yaitu : (1). Kabupaten Bandung
596 KK
(2). Kabupaten Cianjur
2.984 KK
(3). Kabupaten Purwakarta Pada mengusahakan
dasarnya
186 KK sasaran
peningkatan
kebijakan
kesejahteraan
pemindahan masyarakat
penduduk atau
paling
ialah tidak
mempertahankan taraf kesejahteraan hidup yang sama dengan saat sebelum masyarakat dipindahkan.
Alternatif penyaluran penduduk serta sasaran yang
digariskan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat adalah dengan jumlah 10.101 KK. Dampak negatif lain yang diperkirakan mempunyai potensi berkembang, sehingga perlu dipantau :
1. Kemungkinan-kemungkinan eksplosi gulma air. 2. Kemungkinan timbulnya berbagai penyakit karena adanya genangan air.
79
3. Kemungkinan meningkatnya erosi, sampah dan limbah kota yang menyebabkan pencemaran serta mempercepat pendangkalan waduk. 3.4.6. Pengelolaan PLTA Cirata PT.PJB UP Cirata diserahi tugas untuk menangani pengelolaan PLTA Cirata baik operasi dan pemeliharaan Unit-Unit Pembangkit dan alat bantunya maupun bangunan – bangunan air dan lingkungannya. Operasi PLTA Cirata dikendalikan dari Ruang Kontrol di Switchyard yang berjarak 2 km dari mesinmesin pembangkit yang terdapat di rumah pembangkit di dalam tanah. Sistem tersebut dimungkinkan dengan adanya unit mikro processer ASCE (automatic sequence control equipment) dan unit komputer SCE (supervisory control equipment) yang berfungsi mengatur dan mengawasi jalannya mesin pembangkit. Operator dengan bantuan keyboard dan layar monitor dapat men-start dan stop unit, mengatur tegangan, MVAR dan beban. Event recorder akan selalu memberikan informasi kondisi peralatan, parameter-parameternya dan data-data operasi yang diperlukan. Alarm timbul bila terjadi gangguan atau kondisi tidak normal pada peralatan-peralatan unit, dan event recorder akan mencatat jenis gangguan tersebut secara otomatis. Tujuh buah kamera televisi ditempatkan pada lokasi-lokasi penting di areal PLTA Cirata dan dapat dimonitor langsung dari Ruang Kontrol tersebut. Hubungan dengan Pusat Pengatur Beban di Gandul, Jakarta, dapat dilakukan melalui radio, telepon, Jwatt dan telex. Pada bendungan Cirata terdapat DAM Control Centre (DMCC) yang dilengkapi dengan hidrological monitoring telemetering system yang berfungsi untuk memantau secara tepat waktu (real time) kondisi hidrometeorologi di catchment area, tinggi muka air waduk, debit air yang masuk waduk, meramalkan banjir yang akan tiba, dan memberikan tanda atau signal bila hujan atau debit yang masuk melebihi batas tertentu. Data tersebut bersumber dari 15 stasiun pengukur hujan atau debit yang tersebar di Kabupaten Bandung, Cianjur dan Purwakarta yang dipantau secara Telemeteri melalui 3 stasiun pengulang (repeater). Untuk komunikasi data sistem ini dihubungkan pula dengan DAM Control Centre PLTA Saguling dan Puslitbang Air Departemen Pekerjaan Umum di Bandung. Di tepi sungai hilir bendungan dan Pusat Pembangkit, ditempatkan 12
80 buah Discharge Warning Station yang digunakan untuk memberikan peringatan kepada masyarakat bila air akan dikeluarkan dari waduk maupun dari pusat pembangkit. Bangunan bendungan dan tumpukan di sekitarnya, rumah pembangkit dan terowongan-terowongan pelengkapnya serta tebing-tebing disekitar PLTA, dipantau stabilitasnya dengan mempergunakan instrumeninstrumen pengukur perubahan letak, perubahan tegangan - tegangan, rembesan, dan lain - lain. Sedimentasi yang terjadi didalam waduk diukur secara periodik dan dipantau perkembangannya. Usaha - usaha untuk mencegah peningkatan sedimentasi dilakukan melalui pemantauan lingkungan hidup dan koordinasi dengan instansi-instansi terkait.
3.5. PDAM Tirta Dharma Letak Daerah dan Topografi Tirta Dharma adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Kabupaten Purwakarta secara geografis terletak di bagian tengah Provinsi Jawa Barat yaitu 107º10’ - 107º30’ Bujur Timur dan 6º 25’ 6º45’ Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Cianjur, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Karawang. Luas Kabupaten Purwakarta adalah 971,72 km2 dan luas Kota Purwakarta adalah 24,83 km2 Topografi Kabupaten Purwakarta secara geografis diklasifikasikan dalam 3 wilayah yaitu Kabupaten Purwakarta Bagian Utara yang meliputi Kecamatan Cempaka, Purwakarta, dengan ketinggian antara 25–500 m diatas permukaan laut (dpl), Kabupaten Purwakarta Bagian Barat yang meliputi Kecamatan Jatiluhur (Sukatani), yang merupakan permukaan air danau Jatiluhur dengan ketinggian 107 m dpl. Sedangkan tanah daratan yang ada disekitarnya berda pada ketinggian kurang lebih 400 m dpl dan Kabupaten Purwakarta Bagian Selatan dan timur meliputi Kecamatan Plered, Maniis, Tegalwaru, Sukatani Darangdan, Bojong dan Wanayasa (Kiara Pedes, Pasawahan), dengan ketinggian lebih dari 200 m dpl.
81 Iklim Daerah Keadaaan Iklim di Kabupaten Purwakarta pada umumnya beriklim tropis dengan curah hujan yang relatif tinggi dengan curah hujan rata-rata 3.093 mm/th. Wilayah Kabupaten Purwakarta terbagi dalam 2 zona hari hujan yaitu : 1. Zona dengan suhu berkisar antara 22–28 0C, meliputi wilayah Kecamatan Purwakarta,
Campaka
Plered,
Jatiluhur,
Tegalwaru,
Pasawahan
dan
Kecamatan Sukatani. 2. Zona Dengan suhu berkisar anatara 17-26 0C, meliputi wilayah kecamatan Darangdan, Bojong dan Kecamatan Wanayasa. Kependudukan Jumlah rumahtangga dan penduduk di Kabupaten Purwakarta tahun 2000 (hasil sensus penduduk tahun 2000) disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah rumah tangga dan penduduk Kabupaten Purwakarta per Kecamatan tahun 2000. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Kecamatan Jatiluhur Maniis Tegalwaru Plered Sukatani Darangdan Bojong Wanayasa Pasawahan Purwakarta Campaka Jumlah
Rumah Tanga ( KK ) 13.985 7.208 10.848 14.054 9.856 14.961 10.217 15.192 15.158 48.796 44.088
Jumlah Penduduk ( Jiwa ) 50.965 25.610 38.953 57.196 40.347 57.131 39.027 55.341 58.189 186.701 88.834
186.282
698.294
Sumber : Kantor Stastistik Kabupaten Purwakarta (Purwakarta Dalam Angka, 2002).
Proyeksi pertumbuhan rata-rata penduduk Kabupaten Purwakarta antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 didasarkan pada hasil sensus penduduk Kabupaten Purwakarta tahun 1999-2000 sebesar 2,25% per tahun. Berdasarkan angka perkiraan pertumbuhan penduduk seperti tersebut, maka pertumbuhan penduduk Kabupaten Purwakarta per Kecamatan Tahun 2006 dapat diproyeksikan sebagaimana disajikan pada Tabel 9.
82 Tabel 9. Proyeksi penduduk Kabupaten Purwakarta Tahun 2000–2006. No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jatiluhur Maniis Tegalwaru Plered Sukatani Darangdan Bojong Wanayasa Pasawahan Purwakarta Campaka Jumlah
2000 50.965 25.610 38.953 57.196 40.347 57.131 39.027 55.341 58.189 18.6701 88.834 698.294
2001 51.903 26.232 39.728 58.311 41.360 58.348 39.737 56.287 59.341 191.854 91.179 714.281
2002 52.858 26.870 40.519 59.448 42.398 59.591 40.461 57.250 60.516 197.149 93.586 730.645
Tahun 2003 53.830 27.523 41.325 60.608 43.462 60.860 41.947 58.229 61.714 202.590 96.057 747.395
2004 54.821 28.192 42.147 61.789 44.553 62.156 42.710 59.225 62.936 208.182 98.593 764.541
2005 55.830 28.877 42.986 62.994 45.671 63.480 43.487 60.237 64.182 213.928 101.196 782.091
2006 60.053 29.578 43.842 64.223 46.818 64.832 44.279 61.267 65.453 219.832 103.867 800.057
Sumber : Kantor Stastistik Kabupaten Purwakarta (Purwakarta Dalam Angka, 2002).
Perkembangan pembangunan sistem penyediaan air bersih untuk masyarakat Kabupaten Purwakarta dilakukan secara bertahap dan sampai saat ini dari 11 Kecamatan yang ada, baru 6 Ibu Kota Kecamatan yang telah dilayani Air Bersih PDAM Kabupaten Purwakarta. Ibu Kota Kecamatan tersebut, adalah Kecamatan Purwakarta (Kota Purwakarta dan Desa Pasawahan), Kecamatan Jatiluhur (Kota Jatiluhur), Kecamatan Wanayasa (Kota Wanayasa), Kecamatan Campaka (Kota Campaka), Kecamatan Plered (Kota Plered), dan Kecamatan Darangdan (Pasir Angin). 3.5.4. Visi dan Misi PDAM Tirta Dharma Tirta Dharma sebagai salah satu instansi yang bergerak dalam bidang pelayanan umum, dituntut untuk senantiasa meningkatkan pelayanan yang prima. Untuk mewujudkannya dibutuhkan visi dan misi yang jelas. Visi dan misi PDAM Kabupaten Purwakarta adalah ”Menuju Pelayanan Prima Air Bersih Terhadap Masyarakat”. Tujuan utama didirikan PDAM adalah mewujudkan dan meningkatkan pelayanan akan kebutuhan air minum bagi masyarakat secara adil dan merata yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, berkesinambungan dan merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah.
Sampai sejauh ini
pengelolaan sarana dan prasarana air bersih pada umumnya belum dilaksanakan secara efisien, sebagian besar PDAM belum mampu dengan baik melayani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih, baik kuantitas, kualitas maupun kontuinitas. Salah satu penyebab antara lain adalah belum dimilikinya
83 perencanaan pengelolaan yang menyeluruh, yang disusun dengan memperhatikan kondisi internal maupun eksternal PDAM. PT. Thames PAM Jaya PT. Thames PAM Jaya (TPJ) yang didirikan pada Februari 1998 merupakan perusahaan patungan yang 95% dimiliki oleh Thames Water. Dalam perjanjian
kerjasama
25
tahun
dengan
PAM
Jaya,
TPJ
mengelola,
mengoperasikan, memelihara dan mengembangkan sistem pasokan air air bersih ke lebih dari 2,5 juta orang dan juga mendapat kewenangan untuk menangani seluruh aktivitas pananggihan rekening air kapada lebih dari 320.000 pelanggan (per September 2002) sementara kewenangan penetapan tarif air tetap pada Pemerintah Daerah. Kondisi sekilas TPJ (2002) disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Kondisi sekilas PT. Thames PAM Jaya (2002). No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Komponen Keterangan Investasi per akhir Maret 2002 Rp. 3090,8 milyar Total pengembangan dan > 965,7 km (panjang total jaringan pada 1997 perbaikan jaringan adalah 4.400 km) Total sambungan > 327.445 (total sambungan per tahun 1997 adalah 268.000) Penggantian meter air kecil > 148.273 Penggantian meter air besar > 1.944 Total penggantian meter air > 151.217 Supervisi / Analisa kualitas air 1.000 sampel air / bulan Penurunan jumlah air tak Dari 57,6 % menjadi 48,59 % per September terhitung 2002 Kinerja pengolahan air Sertifikat ISO 9002 untuk manajemen proses (April 2000) Jumlah populasi yang terlayani 2,7 juta (jumlah populasi di dalam area TPJ : 4,5 juta) Cakupan layanan 60,35 % Volume air yang terjual 529,7 juta m³ (1998 – September 2002) Kapasitas produksi : o Buaran I 2.000 liter per detik o Buaran II 3.000 liter per detik o Pulo Gadung 4.000 liter per detik o Instalasi Kecil Condet 50 liter per detik
Sumber : Profil PT Thames PAM Jaya, 2006
84 3.6.1. Empat Kepedulian TPJ Empat kepedulian TPJ dalam menjalankan strategi operasional perusahaan yaitu menerapkan standar internasional pada pengoperasian jaringan air di Jakarta, membangun infrastruktur sebagai bagian dari investasi, pengembangan karyawan, dan peduli terhadap masyarakat. a. Penerapan standar internasional Komitmen TPJ untuk menerapkan standar internasional terbukti antara lain dengan mendapatkan ISO 9002 untuk manajemen proses pada bulan April 2000. Saat ini, air bersih yang diproduksi TPJ telah memenuhi ketentuan Departemen Kesehatan RI. Dalam meningkatkan efisiensi pelayanan, TPJ juga telah mengimplementasikan teknologi baru, diantaranya adalah sistem informasi geografis (GIS) untuk kepentingan manajemen asset, peralatan deteksi suara kebocoran di bawah tanah, dan alat pembaca meter genggam yang digunakan pembaca meter, yang secara otomatis dapat ditransfer ke sistem komputer. Selain itu, terdapat 13 kantor pelayanan pelayanan (KPP) yang tersebar di lokasi yang mudah dicapai pelanggan dan siap melayani pelanggan selama jam kerja. TPJ juga menyediakan Call Center 24 jam untuk melayani keluhan melalui telepon, baik untuk masalah rutin maupun darurat. TPJ juga menerapkan standar internasional untuk bidang keselamatan dan kesehatan, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Thames Water International untuk operasi di kawasan Asia Pasifik, antara lain prosedur keselamatan dan kesehatan yang terperinci dan juga pelatihan teratur bagi para staf, dengan penekanan pada peranan tiap karyawan untuk menjaga keselamatan diri mereka dan orang lain serta mencegah terjadinya cedera. b. Investasi di bidang infrastruktur Komitmen kedua terlihat dari fakta bahwa sampai September 2002 telah diselesaikan pembangunan dan perbaikan lebih dari 960 km jaringan, penggantian lebih dari Rp 390 milyar telah ditanamkan untuk pembangunan jaringan distribusi air. Dengan infrastruktur yang solid, TPJ berhasil menambah 59.000 sambungan baru yang berarti memperluas daerah layanan hingga lebih dari 60%.
85 c. Pengembangan karyawan Merupakan
kebijakan
Thames
Water
untuk
sebanyak
mungkin
mempekerjakan dan memajukan staf lokal. Untuk itu, pelatihan dan pendidikan sudah menjadi prioritas. Di TPJ, hal ini dibuktikan dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti program strata 2 Manajemen Bidang Air di Universitas Indonesia dan baru-baru ini TPJ menjalankan Program Pengembangan Strata 1 yang dimulai pada September 2001. Selain itu, pegawai TPJ tingkat tertentu juga diikutsertakan dalam Program Manajer Operasional selama 18 bulan yang diadakan Thames Water. d. Peduli terhadap masyarakat dan sekitarnya. Komitmen ke 4 merupakan tanggungjawab sosial perusahaan diwujudkan melalui kerjasama dengan masyarakat setempat dalam upaya memberikan kontribusi yang membangun dengan manfaat yang tidak hanya akan dirasakan sesaat namun berjangka panjang. Salah satu contoh adalah proyek Marunda yang telah mendapat penghargaan Wordaware Business Award 2000. Melalui proyek ini, sejak tahun 1999 rumahtangga kurang mampu di daerah ini dapat menikmati sambungan air bersih, yang biayanya hanya sepertiga dari air eceran yang harus mereka beli sebelumnya. Pasokan air bersih ke rumah-rumah ini secara dramatis telah meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang menerimanya. Sejalan dengan nilai-nilai tanggung jawab sosial yang dianut oleh Thames Water, TPJ telah berkomitmen untuk membantu masyarakat kurang mampu dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. 3.6.2. Penggabungan Thames Water dan RWE Penggabungan Thames Water dan RWE telah menciptakan satu perusahaan pengelolaan air bersih dan limbah ketiga terbesar di dunia dengan 43 juta pelanggan di seluruh dunia. Penggabungan ini memungkinkan Thames Water untuk menimba lebih banyak pengetahuan dan keahlian dari seluruh dunia, sementara pengaruh dan kekuatan finansial RWE merupakan keuntungan bagi Thames Water untuk mengembangkan dan melebarkan bisnis secara global. RWE adalah ”One Group, Multi Utilities” – Suatu Pemenuhan standar : Kepuasan Pelanggan.
86 Seratus tahun pengalaman, keahlian dan inovasi merupakan landasan RWE Group dalam beroperasi. Seluruh bisnis utamanya yang meliputi listrik,gas,air dan pengelolaan limbah memiliki standar dunia. Nama RWE identik dengan organisasi yang berorientasi pada pelanggan dapat diandalkan dan berpikiran maju. Budaya korporasi yang dijalankan oleh RWE adalah : a. Struktur dan proses yang inovatif Sebuah perusahaan induk yang memayungi seluruh operasi dan rantai kegiatan perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam kelompok ini. Tiap anak perusahaan memfokuskan diri pada sebuah bisnis utama, yang terdiri mulai dari sumber daya dan produksi hingga penjualan dan distribusi. Pengelolaan biaya yang efektif, kekuatan inovatif, pelayanan menyeluruh, hubungan baik dengan pelanggan seiring dengan layanan dan kualitas handal merupakan prioritas utama dari tiap anak perusahaan. b. Komitmen yang mendunia Bisnis internasional merupakan bagian yang penting dari strategi pengembangan usaha di RWE. Saat ini, RWE berkiprah di lebih dari 120 negara di seluruh dunia, dan bisnis internasional menyumbangkan sekitar sepertiga dari total pendapatannya. Selama tahun anggaran 2000-2001, RWE Group meraih pendapatan sebesar kira-kira Euro 63 miliar dan mempekerjakan sekitar 170.000 karyawan di seluruh dunia. c. Budaya baru TPJ ditentukan oleh 6 nilai utama 1. Hubungan kerja yang terbuka, saling percaya, mendengarkan dan memahami. 2. Komitmen kepada seluruh karyawan. 3. Bekerja sama secara team dalam memecahkan permasalahan. 4. Komitmen terhadap peningkatan kinerja melalui inovasi. 5. Mendukung sepenuhnya inisiatif-inisiatif yang muncul. 6. Komitmen yang kuat kepada pelanggan kita.
87 d. Ukuran keberhasilan 1. Target-target kerja yang jelas bagi setiap departemen. 2. Perbaikan proses kerja menuju peningkatan efisiensi kerja. 3. Penyusunan standar-standar kinerja (hasil akhir,waktu). 4. Peningkatan kerjasama antar departemen. 5. Membangun semangat kerjasama dan kelompok kerja antar departemen. 6. Pemimpin-pemimpin kelompok dan proyek. 7. Membina hubungan-hubungan dengan pihak luar, membangun kesadaran masyarakat.