e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, SUMMARIZE, AND TES (PQRST) DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD GUGUS VI KECAMATAN BANJAR KABUPATEN BULELENG TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 1
Gede Agus Subawa, Desak Putu Parmiti2, I Ketut Gading3 1,2
Jurusan PGSD, 3Jurusan BK, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mendapatkan metode PQRST dengan siswa yang tidak mendapatkan metode PQRST. Mengetahui pengaruh interaksi antara metode PQRST dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA. Mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mendapatkan metode PQRST dengan siswa yang tidak mendapatkan metode PQRST pada siswa motivasi berprestasi tinggi. Mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mendapatkan metode PQRST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan metode PQRST pada kelompok motivasi berprestasi rendah. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Gugus VI Kecamatan Banjar. Sampel pada penelitian ini SD 2 dan 3 Kayuputih. Pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes untuk hasil belajar IPA dan kuesioner untuk motivasi berprestasi. Analisis data menggunakan uji-t dan anava dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang mendapatkan metode PQRST dengan siswa yang tidak mendapatkan metode PQRST. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara metode PQRST dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA. Terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara siswa yang mendapatkan metode PQRST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan metode pembelajaran PQRST. Terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah antara siswa yang mendapatakan metode PQRST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan metode pembelajaran PQRST. Kata Kunci : Metode Pembelajaran Preview, Question, Read, Summarize, And Tes (PQRST), Motivasi Berprestasi, Hasil Belajar IPA.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 ABSTRACT This study aims to determine differences in learning outcomes among students who earn IPA PQRST methods with students who did not get PQRST method. Knowing the influence of the interaction between method PQRST and achievement motivation on learning outcomes IPA. Knowing the difference between student learning outcomes IPA getting PQRST methods with students who did not get PQRST methods on student achievement motivation high. Knowing the difference in outcome between groups of students to learn science is getting PQRST methods with groups of students who did not get PQRST method on low achievement motivation group. This research is a quasi-experimental research. The study population were students of class V SD Cluster VI District of Banjar. Samples 2 and 3 of this SD Kayuputih. Data collection is the test method to learn science and questionnaire results to achievement motivation. The data analysis using t-test and ANOVA two lanes. The results showed that there are differences in learning outcomes of students who earn IPA PQRST methods with students who did not get PQRST method. There is no interaction effect between methods PQRST and achievement motivation on learning outcomes IPA. There are differences in learning outcomes fifth grade science students who have high achievement motivation among students who get PQRST methods with groups of students who did not get PQRST learning methods. There are differences in learning outcomes IPA on students who have low achievement motivation among students who mendapatakan PQRST methods with groups of students who did not get PQRST learning methods. Keywords: Learning Method Preview, Question, Read, summarize, And Test (PQRST), Achievement Motivation, Learning Outcomes IPA.
PENDAHULUAN Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) yang sangat pesat serta derasnya era globalisasi, menyebabkan seseorang dituntut untuk mampu memanfaatkan informasi dengan baik dan tepat. Menurut Rahardjo (2010) pesatnya perkembangan IPTEKS ini menyebabkan sebagian orang sanggup mengikutinya dan ada sebagian lain kurang sanggup untuk mengikuti perkembangan tersebut. Bagi yang sanggup untuk menghadapi perkembangan ini dianggap sebagai peluang yang bisa dimanfaatkan untuk memacu diri. Umumnya, kelompok ini diisi oleh orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Sedangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi dan kemampuan untuk memproses informasi sangat dibutuhkan guna untuk pengembangan IPTEKS tersebut. SDM diharapkan mampu bersaing dalam persaingan global, maka dari itu diperlukan perbaikan dalam sistem pendidikan, seperti yang terjadi di Indonesia. Indonesia
merupakan suatu negara yang menganut sistem pendidikan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dunia pendidikan yang kompleks dikenal pada jenjang pendidikan dasar yakni pada bangku Sekolah Dasar (SD). Pada jenjang ini anak diajarkan dasardasar berbahasa pengetahuan umum, serta keterampilan-keterampilan sederhana yang dapat membuka wawasan mereka secara lebih luas. Salah satu mata pelajaran yang menjadi bagian dari pendidikan dasar yaitu mata pelajaran IPA. Pada hakikatnya IPA merupakan “ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah”(Sudana, 2010:1). Dan IPA juga memberikan pemahaman kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
tersebut. Hakikat sebagai produk dan proses tidak bisa dibedakan atau dipisahkan, karena produk dan proses mempunyai hubungan terikat satu dengan yang satunya lagi dalam melakukan pengamatan ilmiah. Dari hakikat tersebut pendidikan IPA diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, memiliki intelektual yang tinggi sehingga dapat mengisi kemerdekaan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pendidikan IPA merupakan “salah satu bidang yang dipandang dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan kompetensi siswa”(Sudana, 2010:2). Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006:116-117), menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran IPA Sekolah Dasar diarahkan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan, antara lain “(a) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (b) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (c) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (d) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan”. Berdasarkan tujuan pendidikan IPA tersebut, maka dalam proses pembelajaran IPA diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya agar pengetahuan yang dimiliki siswa terkonstruksi dengan benar dan tepat. Pembelajaran yang ideal merupakan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa sehingga siswa mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya, upaya yang dilakukan pemerintah belum berjalan sebagaimana mestinya, dimana proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang ideal. Faktor-faktor yang menyebabkan
proses pembelajaran belum ideal adalah “masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa”(Dimyanti, 2009:65). Namun kenyataannya, upaya yang dilakukan pemerintah belum berjalan sebagaimana mestinya, dimana proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang ideal. Dari sekian banyak permasalahan yang ada, permasalahan tersebut juga ditemukan di Gugus VI Kecamatan Banjar pada kelas V dimana nilai UAS mata pelajaran IPA yang belum memenuhi KKM. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu yang pertama faktor yang datang dari luar diri siswa meliputi keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Faktor yang kedua faktor dari dalam diri siswa, meliputi kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi merupakan faktor yang sangat besar mempengaruhi hasil belajar dari siswa itu sendiri. Makin tinggi motivasi berprestasi yang dimilikinya, maka makin tinggi pula usaha yang ditunjukkannya, sehingga makin tinggi pula hasil belajar yang dicapainya. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah akan menunjukkan intensitas usaha yang kurang, sehingga hasil belajarnya kurang dapat di harapkan. Pada kenyataannya, ada siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, menunjukkan intensitas yang sangat tinggi, tetapi hasil belajar yang dicapainya rendah. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah menunjukkan intensitas usaha yang rendah, tetapi hasil belajar yang dicapainya tinggi. Demikian juga halnya dengan kenyataan yang ada di Sekolah Dasar Gugus VI Kecamatan Banjar, bahwa siswa belajar pada hakikatnya ingin menjadi juara atau peringkat kelas. Kenyataannya mereka mengalami masalah dalam memenuhi keinginannya sebagai juara untuk
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
memperoleh peringkat, tidaklah semudah yang mereka bayangkan. Untuk mengatasi masalah yang sudah dipaparkan diatas salah satu terobosan dalam dunia pendidikan adalah pengajaran dengan metode PQRST. Metode PQRST adalah “metode membaca pemahaman yang bertujuan untuk memahami beberapa unsur dan isi yang terdapat dalam sebuah bacaan, yang membuat siswa akan mudah untuk memahami pelajaran” Sundari (dalam Linda, 2012:4). “Metode PQRST merupakan singkatan dan kegiatan memebaca melalui Preview, Question, Read, Summerize dan Test” (Sedanayasa,2011:15). Menurut Sundari (2008:561), Adapun langkah dari metode PQRST 1) Preview (P) dalam tahap ini siswa dapat disuruh untuk membaca topik materi yang sudah ditetapkan. 2) Question (Q) tahap ini siswa dapat membuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang ditetapkan.pertanyaan yang dibuat berdasarkan pikiran-pikiran pembaca sewaktu melakukan preview. 3) Read (R) dalam tahap read, siswa disuruh untuk membaca kembali isi dari materi pelajaran lebih mendalam dengan berpedoman dengan beberapa pertanyaan yang telah dibuat sehingga sebelum membaca, siswa sudah dapat mengetahui informasi apa saja yang harus mereka cari dalam materi pelajaran tersebut. 4) Summarize (rangkuman) setelah tahap membaca materi pelajaran dilakukan, siswa kemudian membuat rangkuman yang berkaitan dengan apa yang telah dibaca dan dalam tahap ini siswa dapat memberikan kembali jawaban dari pertanyaan yang dibuat tetapi dalam bentuk ringkasan. 5) Test (T) dalam tahap ini guru sebagai pembimbing memeriksa kembali rangkuman dari siswa dan dalam tahap ini dapat dijadikan sebagai sebuah penilaian apakah siswa sudah memahami materi atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan Metode Pembelajaran PQRST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. 2) Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara
metode pembelajaran PQRST dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA. 2) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas V yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan Metode Pembelajaran PQRST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. 3) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas V yang memiliki motivasi berprestasi rendah antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan Metode Pembelajaran PQRST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian ini menggunakan rancangan Non Equivalent Post-test Only Control Group Design. Dalam penelitian ini, terdapat satu variabel independent (bebas), variabel moderator dan satu variabel dependent (terikat). Variabel independent tersebut adalah metode pembelajaran PQRST, variabel moderator adalah motivasi berprestasi dan variabel dependent hasil belajar IPA . populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus VI Kecamatan Banjar pada tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa keseluruhan sebanyak 87 orang. Sampel pada penelitian ini SD 2, 3 Kayuputih. Sebelum menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, terlebih dahulu melakukan uji kesetaraan kelas dengan menggunakan ANAVA 1 jalur. Setelah diperoleh pasangan kelas yang setara, selanjutnya dilakukan random sampling Dengan hasil SD 3 sebagai kelas eksperimen dan SD 2 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST sedangkan kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. Skema dari pelaksanaan eksperimen ini terdiri dari serangkaian kegiatan yaitu mengukur motivasi berprestasi dan pelaksanaan tes hasil belajar. Prosedur eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari (1) Menguji
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kesetaraan kemampuan awal, (2) Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (3) Menyelenggarakan eksperimen dan SD 2 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST sedangkan kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. Skema dari pelaksanaan eksperimen ini terdiri dari serangkaian kegiatan yaitu mengukur motivasi berprestasi dan pelaksanaan tes hasil belajar. Prosedur eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari (1) Menguji kesetaraan kemampuan awal, (2) Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (3) Menyelenggarakan kuesioner motivasi belajar, (4) Menyelenggarakan treatment untuk kelompok eksperimen, (5) Menyelenggarakan post test, (6) Melakukan analisis data, (7) Menarik kesimpulan. Pelaksanaan eksperimen
dilaksanakan mulai tanggal 14 Maret sampai 21 April. Pertemuan dilaksanakan sebanyak 6 kali pada masing-masing kelompok dengan materi pelajaran yang sama. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan Test hasil Belajar Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Validitas Isi, butir, reliabilitas, indeks tingkat kesukaran, daya pembeda. Dan motivasi berprestasi dikumpulkan dengan mengunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan divalidasi terlebih dahulu untuk diketahui validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian dianalisis dengan statistik deskriptif. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah perhitungan uji-t dan anava dua jalur.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA dan motivasi belajar siswa Tabel. 1 Rekapitulasi Deskripsi Statistik Masing-masing Variabel Data
A1A2B1
A1A2B2
A1B1B2
A2B1B2
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
N
39
39
39
39
39
39
39
39
Mean
18,66
16,55
19.16
15.83
19,9
17,36
15,35
14,25
Median
18,50
17
19
16,5
20
18
17
15
Standar Deviasi
2,02
2,20
1.61
2,22
1,66
1,80
1.49
2,6
Varians
4.11
4,85
2.61
4,97
2,76
3,25
2,23
6,78
Statistik
Hasil perhitungan analisis deskriptif menunjukkan bahwa hasil perhitungan yang diperoleh melalui tes hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi (A1A2B1), diperoleh rata-rata (mean) sebesar adalah 18,66. Dan hasil perhitungan terhadap hasil yang diperoleh melalui tes hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang memiliki motivasi berprestasi
rendah (A1A2B2), diperoleh rata-rata 16,55. Selanjutnya secara keseluruhan rata-rata hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen yang memiliki motivasi berprestasi tinggi (A1B1) diperoleh sebesar 19,9. Dan rata-rata hasil belajar IPS pada kelompok kontrol yang memiliki motivasi berprestasi tinggi (A2B1) diperoleh rata-rata sebesar 15,35. Hasil perhitungan terhadap nilai yang diperoleh melalui tes hasil belajar IPA pada
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kelompok kontrol dengan siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi(A2B1), diperoleh rata-rata sebesar 15,35 dan median yang diperoleh sebesar 17,00. Terdapat nilai tertinggi dalam kelompok kontrol dengan motivasi berprestasi tinggi (A2B1) sebesar 19 dan Nilai terkecil yang diperoleh yaitu 14. Selain nilai tertinggi dan Nilai terkecil terdapat pula Varian dari kelompok A2B1 sebesar 2,233. Jadi, tingkat kategori hasil belajar IPA kelompok kontrol dengan siswa bermotivasi rendah dengan rata-rata sebesar 15,35. Hasil perhitungan terhadap nilai yang diperoleh melalui tes hasil belajar IPA kelompok kontrol dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah(A2B2), diperoleh rata-rata sebesar 14,25 dan median yang diperoleh sebesar 15,00.
Terdapat nilai tertinggi dalam kelompok kontrol dengan motivasi berprestasi rendah (A2B2) sebesar 18 dan Nilai terkecil yang diperoleh yaitu 11. selain nilai tertinggi dan Nilai terkecil terdapat pula Varian dari kelompok A2B2 sebesar 6,786. Jadi, tingkat kategori hasil belajar IPA kelompok kontrol dengan siswa bermotivasi rendah dengan Rata-rata 14,25. Kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan metodei pembelajaran PQRST lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran PQRST. untuk pembuktian keempat hipotesis yang diajukan dilakukan pengujian dengan bantuan program SPSS versi 16 for windows. Adapun hasil pengujian tersebut tersaji pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis 1 dan 2 dengan uji anava dua jalur Sumber motivasi_berprestasi
JK
db
RJK
F
Sig.
48,394
1
48,394
13,545
0,001
metode_pembelajaran
81,264
1
81,264
22,746
0,000
motivasi_berprestasi * metode_pembelajaran
0,827
1
0,827
0,231
0,633
11931,000
39
Total
Pertama, Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16 for windows dapat dijabarkan hasil uji hiptesis dalam penelitian ini sebagai berikut : Pertama, nilai koefisien F antara metode sebesar 22,746 dengan nilai signifikansi(Sig.) sebesar 0,000 . Jika dibandingkan dengan nilai = 0,05, maka nilai sig lebih kecil dari , sehingga H0 ditolak berarti terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas V yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran PQRST dengan siswa yang tidak mendapat perlakuan metode pembelajaran PQRST pada siswa kelas V SD Gugus VI Kecamatan Banjar. Berdasarkan hasil analisis data telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. Hal tersebut dikarenakan metode pembelajaran
PQRST dapat membantu siswa yang daya ingatannya lemah di dalam menghafal konsep-konsep pelajaran IPA yang dijadikan momok pembelajaran menakutkan di dalam proses pembelajaran. Selain itu dengan menerapkan metode pembelajaran PQRST mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses bertanya dan mengomunikasikan pengetahuannya sehingga pelajaran IPA mudah dimengerti dan digemari siswa. Hal ini terkait dengan karakteristik pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA bukan hanya menghafal materi, namun bagaimana dapat mengkomunikasikan pengetahuannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual siswa. Perkembangan psikologis anak usia SD merupakan masa dimana mereka
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mempunyai rasa keingintahuan yang besar. Pembelajaran IPA dapat digunakan dalam pembentukan kepribadian siswa. Maka dari itu, tujuan dalam pembelajaran IPA sangat diharapkan dapat terwujud secara optimal. Pencapaian tujuan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh keseimbangan antara tiga aspek, yaitu komunikasi antara guru dengan siswa, komunikasi antara siswa dengan sumber belajar, komunikasi antara siswa dengan siswa. Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka akan terjadi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal. Metode pembelajaran PQRST merupakan metode membaca pemahaman yang bertujuan untuk memahami beberapa unsur dan isi yang terdapat dalam sebuah bacaan dimana siswa akan mudah untuk memahami pelajaran dan lebih kuat untuk mengingat pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil bejar siswa. Metode ini dapat membantu siswa yang daya ingatannya lemah untuk menghapal konsep-konsep pelajaran karena di dalam pembelajaran metode ini menuntut siswa membuat inti sari dari seluruh pembahasan yang telah diajarkan melalui tahap-tahap dibawah ini Preview (P) dalam tahap ini siswa dapat disuruh untuk membaca topik materi yang sudah ditetapkan. Question (Q) tahap ini siswa dapat membuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang ditetapkan.pertanyaan yang dibuat berdasarkan pikiran-pikiran pembaca sewaktu melakukan preview. Read (R) dalam tahap read, siswa disuruh untuk membaca kembali isi dari materi pelajaran lebih mendalam dengan berpedoman dengan beberapa pertanyaan yang telah dibuat sehingga sebelum membaca, siswa sudah dapat mengetahui informasi apa saja yang harus mereka cari dalam materi pelajaran tersebut. Summarize (rangkuman) setelah tahap membaca materi pelajaran dilakukan, siswa kemudian membuat rangkuman yang berkaitan dengan apa yang telah dibaca dan dalam tahap ini siswa dapat memberikan kembali jawaban dari pertanyaan yang dibuat tetapi dalam bentuk ringkasan.
Test (T) dalam tahap ini guru sebagai pembimbing memeriksa kembali rangkuman dari siswa dan dalam tahap ini dapat dijadikan sebagai sebuah penilaian apakah siswa sudah memahami materi atau tidak. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Prastia (2012) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran PQRST yang diterapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami isi bacaan melalui tahap-tahap Preview, Question, Read, Summarize, dan Test sehingga hasil belajarnya meningkat. Metode pembelajaran PQRST yang diterapkan di kelas akan berlangsung secara efektif. Berbanding terbalik dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembeljaran PQRST. Menurut (Sri, 2014) metode pembelajaran biasanya didominasi guru dan cenderung menekankan pada pemberian informasi yang bersumber pada buku teks. Hal ini menunjukkan bahwa ceramah yang mendominasi dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode pembelajaran PQRST lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa daripada pembelajaran yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2011) menyatakan bahwa penerapan dengan menggunakan Metode pembelajaran PQRST dapat meningkatkan aktivitas dalam keterampilan membaca sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 2. dapat dilihat pada baris metode pembelajaran*motivasi_berprestasi nilai koefisien F interaksi sebesar 0,231 dengan nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,633. jika dibandingkan dengan nilai =0,05 , maka nilai sig lebih besar dari , sehingga H0 diterima berarti tidak ada interaksi dari metode pembelajaran yang diterapkan guru dengan hasil belajar IPA dan tingkat motivasi berprestasi,ditolak. Sebaliknya hipotesis alternative (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh interaksi metode pembelajaran PQRST dan tidak mendapatkan perlakuan metode
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran PQRST yang diterapkan guru dengan tingkat motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA,diterima. Karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi metode pembelajaran
PQRST dan yang tidak mendapatkan perlakuan metode PQRST yang diterapkan guru dengan tingkat motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA
Tabel 3. Uji-t pada Motivasi Tinggi dan Motivasi Rendah Hasil Uji-t
t
Df
Sig. (2 sampel bebas )
Perbedaan Rata – rata
Nilai_Motivasi Tinggi
4,871
18
0,000
3,30000
Nilai_MotivasiRendah
2,508
17
0,023
2,52273
guru sebagai pemberi informasi. Siswa hanya pasif mendengarkan penjelasan guru tanpa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Guru menjelaskan dari konsep, definisi, pengertian sampai pada contoh-contoh. Siswa baru terlibat jika ada soal yang diberikan oleh guru dan lebih bersifat teks book. Kreatifitas siswa kurang berkembang, sehingga akan berakibat pada kurang maksimalnya hasil belajar siswa. Siswa dituntun dari awal sampai akhir. Selain itu juga disebabkan oleh perbedaan perlakuan pada langkahlangkah dan proses penyampaian materi yang diberikan kepada kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan Metode Pembelajaran PQRST (A1B1) dibandingkan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan Metode pembelajaran PQRST (A2B1). Metode pembelajaran PQRST menekankan pada keaktifan siswa dalam berfikir dan akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini berarti bahwa metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA, terutama metode pembelajaran PQRST dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Linda (2013) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran dapat membantu proses pembelajaran dan meningkatkan keaktifan mengajar dan pada akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa. Keunggulan dari metode pembelajaran PQRST adalah Membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses bertanya dan mengomunikasikan pengetahuannya karena metode ini menuntut siswa
Ketiga, Terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas V yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan metode Pembelajaran PQRST (A1B1) dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST (A2B1). Hal ini ditunjukkan dari hasil uji-t pada Tabel 3 bahwa nilai sig. sebesar 0,000. jika dibandingkan dengan nilai 0,05 maka nilai sig. < alfa sehingga H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas V yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan Metode Pembelajaran PQRST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. Berdasarkan hasil analisis data telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran PQRST merupakan metode membaca pemahaman yang bertujuan untuk memahami beberapa unsur dan isi yang terdapat dalam sebuah bacaan dimana siswa akan mudah untuk memahami pelajaran dan lebih kuat untuk mengingat pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sementara pada metode pembelajaran bukan PQRST lebih menekankan pada
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
memahami keseluruhan isi teks bacaan tanpa harus menghafal. Selain hasil belajar, Motivasi sangat penting dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar siswa. Motivasi berprestasi sebagai suatu dorongan yang terdapat pada diri siswa sehingga selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Motivasi diprediksi sangat menentukan keefektifan metode pembelajaran digunakan. Terutama metode pembelajaran yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada kelompok yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi yang mengikuti metode pembelajaran PQRST maupun yang tidak mendapat perlakuan metode pembelajaran PQRST. Menurut McClelland (dalam Gading, 2014:62) “motivasi berprestasi (n Acchiefment) dapat didefinisikan sebagai suatu dorongan yang terdapat pada diri siswa sehingga selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan”. Adapun standar keuunggulan yang dimaksud adalah (1) Adanya kemauan keras untuk berusaha mencapai keberhasilan, (2) berorientasi kepada keberhasilan, (3) inovatif dan kreatif, (4) bertanggung jawab, dan (5) mengantisipasi kegagalan. Tinggi rendahnya motivasi berprestasi seseorang akan menentukan hasil belajarnya. Semakin tinggi Motivasi Berprestasi siswa maka semakin tingi pula hasil belajar yang diperoleh siswa. Apabila siswa yang memiliki motivasi tinggi saat proses pembelajaran diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran PQRST maka hasil yang diperoleh pasti jauh lebih baik . Apabila seseorang memiliki cirri-ciri diatas maka seseorang tersebut akan memiliki motivasi yang kuat di dalam dirinya. Lain halnya dengan siswa yang memiliki motivasi tinggi tetapi tidak diasah kemampuannya dengan metode
yang sesuai diterapkan di kelas makanilai yang akan diperoleh pasti akan jauh dibawah siswa yang menerapkan metode sesuai kondisi di kelasnya. Jadi walaupun siswa memiliki motivasi tinggi di dalam dirinya seorang guru harus mampu mengasah kemampuan siswa tersebut dengan berbagai metode pembelajaran salah satunya adalah metode pembelajaran PQRST agar hasil yang di dapat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai agar siswa ulet dan mandiri dalam mengerjakan sesuatu sehingga tujuan dari pembelajaran bisa tercapai maksimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda (2013) yang menyatakan bahwa, dengan menerapkan metode pembelaran PQRST dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA sehingga siswa dapat mandiri didalam mengerjakan tugas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Keempat, Terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas V yang memiliki motivasi berprestasi rendah antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan Metode Pembelajaran PQRST (A1B2) dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST (A2B2). Hal ini ditunjukkan dari hasil uji-t pada Tabel 3 bahwa nilai sig. sebesar 0,023. Jika dibandingkan dengan nilai 0,05 maka nilai sig. < alfa sehingga H0 ditolak. Dengan demikian terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas V yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan Metode Pembelajaran PQRST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. Berbeda halnya dengan motivasi rendah yang tidak dibelajaran dengan metode pembelajaran PQRST hasil belajarnya tetap saja rendah atau tidak lebih baik dari metode pembelajaran PQRST. Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran tidak memberikan pembelajaran yang bermakna karena guru lebih mendominasi saat melakukan proses pembelajaran, guru menuntut siswa memahami pembelajaran IPA dengan cara menghafal. Siswa berperan sebagai pendengar yang pasif
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dan mengerjakan apa yang diperintah oleh guru. Masalah-masalah IPA yang kontekstual biasanya siswa hanya disuruh menghafal materi saja tanpa adanya kegiatan yang membuat siswa bersemangat dalam belajar. Hal ini akan memandang pelajaran IPA jauh dari dunianya dan menganggapnya pelajaran yang membosankan.
yang mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST(A1B1) dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST(A2B1). Hal ini ditunjukkan dari hasil uji-t dapat dilihat bahwa nilai t hitung sebesar 0,000. jika dibandingkan dengan nilai maka nilai sig. < alfa sehingga H0 ditolak. Dengan demikian terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas V yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. Terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas V yang memiliki motivasi berprestasi rendah antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST(A1B2) dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST(A2B2). Hal ini ditunjukkan hasil ujit dapat dilihat bahwa nilai t hitung sebesar 0,023. jika dibandingkan dengan nilai maka nilai sig. < alfa sehingga H0 ditolak. Dengan demikian terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas V yang memiliki motivasi berprestasi rendah antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST.
PENUTUP Simpulan yang ditarik dari hasil pengujian hipotesis adalah Terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V antara kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST. Hal ini dikarenakan nilai koefisien F antara metode sebesar 22,746 dengan nilai signifikansi(Sig.) 0,000 . Jika dibandingkan dengan nilai alfa = 0,05, maka nilai sig lebih kecil dari alfa , sehingga H0 ditolak berarti terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas V yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran PQRST dengan siswa yang tidak mendapat perlakuan metode pembelajaran PQRST pada siswa kelas V SD Gugus VI Kecamatan Banjar. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara metode pembelajaran PQRST dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA. Hal ini ditunjukan dari metode pembelajaran*motivasi dengan nilai koefisien F interaksi sebesar 0,231 dengan nilai signifikansi(Sig.) sebesar 0,633. Jika dibandingkan dengan nilai =0,05 , maka nilai sig lebih besar dari , sehingga H0 dierima berarti tidak ada interaksi dari metode pembelajaran yang diterapkan guru dengan hasil belajar IPA dan tingkat motivasi berprestasi,ditolak. Sebaliknya hipotesis alternative (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh interaksi metode pembelajaran PQRST dan tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran PQRST yang diterapkan guru dengan tingkat motivais berprestasi terhadap hasil belajar IPA. Terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas V yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara kelompok siswa
DAFTAR RUJUKAN BNSP. 2006. Peraturan mentri pendidikan nasional no 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: Puskur Depdiknas. Gading, Ketut. 2014. “Pengaruh Pelatihan kendali Diri dan Jenis Kelamin Terhadap Prilaku Prokrastinasi Akademik Siswa SMP”. Disrtasi (tidak diterbitkan).Pascasarjana, Universitas Negri Malang. Linda.
10
2013. “Pengaruh Metode Pembelajaran PQRST Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas V SD Semester Genap
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tahun Pelajaran 2012/2013 Di Desa Sinabun Kecamatan Sawan”. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.
Sedanayasa,Gede. 2011. Bimbingan Belajar. Singaraja : Jurusan BimbinganKonseling Undiksha. Sudana. 2010. Pendidikan SD.Singaraja: Undiksha Pres
Parastia. 2013. “Penerapan Metode PQRST Terhadap Keterampilan Membaca Sisw Kelas IV SD 1 Gunung Sari”. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.
Sri.
Rahardjo, Mudjiara. 2010. Melatih berpikir kritis. Terdapat pada http://mudjiara hardjo.com/artikel/169-melatih berfikir-kritis.html. Diakses pada tanggal 7 Januari 2016
IPA
2014. “Pengaruh Metode Pembelajaran PQRST Berbantuan Media Semi Kongkrit Terhadap Keterampilan Membaca Siswa Kelas V SD Gugus II Kecamatan Pupuan”. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika.
11